PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GENERATIVE LEARNING DENGAN BAHAN AJAR MODULAR TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GENERATIVE LEARNING DENGAN BAHAN AJAR MODULAR TERHADAP PENINGKATAN

HASIL BELAJAR KOGNITIF

(Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di

Universitas Pendidikan Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

Martha Rosdiana Hutagaol 0806937

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

2013


(2)

Pengaruh Penggunaan Model

Generative Learning dengan Bahan

Ajar Modular Terhadap

Peningkatan Hasil belajar Kognitif

Oleh

Martha Rosdiana Hutagaol

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Martha Rosdiana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

ABSTRAK

Martha Rosdiana Hutagaol, skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Generative Learning dengan Bahan Ajar Modular Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kognitif”.

Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 2013.

Fokus penelitian ini yaitu untuk melihat Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar modul dalam menigkatkan kemampuan kognitif mahasiswa pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest time series design. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian menggunakan tes tulis yang terdiri dari tes objektif. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Pendidikan Agama Kristen semester 2 tahun ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia sebanyak 30 orang. Pengolahan data dilakukan dengan langkah : 1) mendekripsikan data temuan, 2) uji validitas dan reliabilitas, 3) pengujian normalitas data, 4) pengujian hipotesis, 5) penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan bahan ajar modular terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen. Adapun kesimpulan khusus yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah 1) penggunaan model

Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen ranah kognitif aspek mengingat. 2) penggunaan model Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen ranah kognitif aspek memahami.


(5)

ABSTRACT

Martha Rosdiana Hutagaol, thesis entitled "The Influence of Generative Learning Model with Modular Instructional Materials Toward Improved Cognitive Learning Outcomes" .

Thesis Department of Curriculum and Education Technology, Faculty of Education, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 2013.

The focus of this study is to see is there a significant effect of the use of instructional materials in the modules enhances the cognitive abilities of students in Christian Religious Education course at the University of Education in Bandung.

This research uses a quasi- experimental research with design one group pretest - posttest design time series. Collecting data that used in this research using a written test consists of objective tests. The sample was students taking courses Christian Religious Education 2nd semester of the school year 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia with 30 students. Processing data with five the steps : 1) decrypt the data findings, 2)validity and reliability, 3)test the normality of data, 4) hypothesis testing, 5)conclusion.

Based on the results of research, it can be concluded that there are significant use of modular instructional materials on learning outcomes of students in Christian Religious Education courses. The specific conclusions that can be drawn in this research were 1) the use of Generative Learning Model with modular teaching materials to improve learning outcomes of students in Christian Religious Education courses cognitive aspects of remembering. 2) the use of Generative Learning Model with modular teaching materials to improve learning outcomes of students in Christian Religious Education courses cognitive aspect of understanding.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Generative Learning ... 9

1. Pengertian Pembelajaran Generatif ... 9

2. Tahapan Pembelajaran Generatif ... 9

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Generatif ... 12

B. Bahan Ajar ... 14

1. Pengertian Bahan ajar ... 14

2. Fungsi dan Klasifikasi Bahan Ajar ... 15

a. Fungsi, Tujuan dan Peranan Bahan Ajar ... 15

b. Jenis-Jenis Bahan Ajar ... 17

C. Modul ... 18

1. Pengertian Modul ... 18


(7)

3. Ciri-ciri Pembelajaran Modul ... 20

4. Prinsip-prinsip Modul ... 20

5. Komponen-komponen Modul ... 21

6. Cara mempelajari Modul ... 22

7. Modul dalam Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen ... 22

D. Belajar ... 23

1. Pengertian Belajar ... 23

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 28

E. Hasil Belajar ... 34

1. Pengertian Hasil Belajar ... 34

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 35

F. Hasil Penelitan Terdahulu ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37

B. Desain Penelitian ... 37

C. Metode Penelitian ... 38

D. Definisi Operasional ... 39

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Uji Coba Instrumen ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 47

H. Teknik Analisis Data ... 48

I. Prosedur dan Alur Penelitian ... 49

J. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Objektif ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 53

B. Pengujian Hipotesis ... 57


(8)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 70 B. Rekomendasi ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan modern menghendaki agar para siswa sebanyak mungkin dilibatkan dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan materi dari guru tetapi juga usaha sendiri mencari sumber-sumber lain sebagai pengayaan dari ilmu yang diperoleh. Untuk mencapai keberhasilan kualitas belajar mengajar yang diharapkan perlu adanya suatu pendekatan pembelajaran yang relevan sesuai tuntutan kurikulum yang terus berubah (Maulana, 2011:1).

Kualitas pendidikan yang baik tentu saja didukung oleh kemampuan serta watak yang baik dari peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan Negara Indonesia yang tercantum dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dirumuskan :

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut Sadulloh (2007:104) “pendidikan merupakan suatu proses

pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak

manusia lahir”. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat,

merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, sehingga perlu diperhatikan perkembangan kualitas pembelajarannya.


(10)

Selama ini proses pembelajaran yang terjadi di lembaga pendidikan pada umumnya, peserta didik hanya menggunakan waktu untuk mendengar dan mencatat apa yang disampaikan oleh pendidik karena kegiatan yang dilakukan oleh pendidik hanya menggunakan metode ceramah, sehingga ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa bersifat pasif dan proses belajar mengajar menjadi tidak efektif. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada mata pelajaran agama, tidak dapat mengambangkan sikap yang sesuai dengan norma-norma agama, kareena proses pembelajaran hanya diarahkan agar peserta didik bisa menguasai dan menghafal materi pelajaran.

Riset PISA (Programme for International Student Assesment) (Thomson: 2003): menunjukkan kemamuan belajar 69% siswa Indonesia hanya level 1. Artinya siswa tidak mampu menangkap dan memahami materi yang diajarkan di sekolah secara keseluruhan karena siswa hanya berfokus kepada guru sebagai sumber belajar. Kondisi itulah yang nampaknya memacu pemerintah untuk terus meningkatkan mutu pendidikan agar proses belajar mengajar berjalan efektif.

Universitas, sebagai salah satu lembaga pendidikan bertanggung jawab dan memiliki kewajiban untuk mengarahkan dan membimbing proses belajar mengajar agar berjalan secara efektif dan efisien. Universitas merupakan suatu lembaga pendidikan yang diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas melalui proses pembelajaran yang dilakukan.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, Prof Dr Ir H Musliar Kasim MS dalam website koran suara merdeka (2012) menilai, belajar mandiri belum menjadi budaya bagi banyak perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa perguruan tinggi masih memiliki motivasi yang sangat kurang termasuk aktivitas non kurikuler. Padahal, kemandirian merupakan salah satu nilai pembentuk karakter bangsa.


(11)

Salah satu strategi belajar mengajar efektif dan efisien adalah melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar efektif dan efisien dengan melibatkan langsung siswa dapat memotivasi siswa untuk belajar aktif dan kreatif yaitu dengan menggunakan modul dalam setiap pelajaran berlangsung. Dengan demikian siswa akan menemukan konsep yang dipelajari (Maulana, 2011:1).

Proses pembelajaran yang ada di Indonesia saat ini dilakukan dengan sistem pembelajaran klasikal, artinya pembelajaran ini biasanya menggunakan metode ceramah dan sumber belajar berupa buku ajar. Dasar penerapan pembelajaran klasikal adalah adanya asumsi bahwa siswa yang mempunyai usia sebaya, dapat diberikan materi sama dan harus ditempuh dalam waktu tertentu. Sistem ini menitik beratkan pada persamaan dari pada perbedaan. Sistem ini mengandung kelemahan antara lain mengabaikan perbedaan individual, potensi dalam diri siswa tidak dapat dikembangkan secara optimal, siswa cenderung bersikap pasif sedangkan guru harus aktif dan dominan (Zumrotul, 2009:1).

Pembelajaran menggunakan modul merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Modul merangsang mahasiswa untuk lebih bergerak aktif untuk membaca dan belajar memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam proses belajar mengajar dibawah pengawasan dan bimbingan dosen. Mahasiswa diharuskan untuk menemukan dan mendeskripsikan materi yang telah diberikan. Dalam hal ini dosen merupakan fasilitator yang membimbing dan memberikan pengawasan ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Penggunaan bahan ajar modul dalam kegiatan belajar pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen sangat diperlukan. Hal ini didasarkan pada pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan dosen terkait, kondisi perkuliahan yang berlangsung antara lain adalah : Pertama, mahasiswa kurang memiliki disiplin waktu. Mereka sering kali terlambat memasuki kelas sehingga dapat mengganggu proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Hal ini menyebabkan mereka tidak dapat menerima semua materi yang diberikan oleh


(12)

dosen secara utuh. Kedua, ketika proses belajar mengajar berlangsung, mahasiswa cenderung kurang fokus pada penyampaian materi. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya tanggapan terhadap materi yang disampaikan lewat pertanyaan maupun pernyataan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mahasiswa tidak dapat menerima materi perkuliahan secara utuh. Kondisi prestasi belajar Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia cenderung menurun, karena kondisi belajar mengajar yang kurang efektif.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan dosen Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia, dalam proses belajar mengajar dosen tersebut menggunakan metode ceramah (pembelajaran berpusat pada dosen). Ketika proses belajar mengajar berlangsung mahasiswa tidak memiliki buku pegangan perkuliahan (modul). Beliau juga mengatakan bahwa aspek mengingat dan memahami oleh mahasiswa dalam pembelajaran kurang. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai mahasiswa yang masih rendah. Penelitian ini memfokuskan pada perbedaan prestasi belajar mahasiswa pada aspek mengingat dan memahami.

Hasil studi pendahuluan yang pernah dilakukan peneliti memperlihatkan bahwa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen menggunakan metode ceramah (hanya berpusat pada dosen) yang menyebabkan mahasiswa cenderung pasif dan tidak memahami materi yang diberikan oleh dosen. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya rata-rata hasil belajar mahasiswa yaitu 65. Mahasiswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata hanya 8,4%. Prestasi belajar Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia rendah.

Sistem Pembelajaran dengan modul diharapkan dapat mengubah kebiasaan belajar siswa dan dapat membantu siswa memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar, selain itu juga dapat meningkatkan budaya membaca pada siswa. Sistem ini diharapkan menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggungjawab dan partisipasi siswa. Sistem pembelajaran modul adalah salah satu proses pembelajaran yang demokratis yaitu penghargaan


(13)

terhadap kemampuan, menjunjung keadilan menerapkan persamaan dan memperhatikan keragaman peserta didik (Zumrotul, 2009).

Dalam proses kegiatan belajar mengajar dosen masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Suatu proses pembelajaran harus menggunakan model atau pendekatan pembelajaran yang sesuai agar dapat menciptakan kondisi perkuliahan yang aktif dan kondusif. Ketika proses belajar mengajar berlangsung pembelajaran tidak hanya berpusat pada dosen saja tetapi mahasiswa harus dapat mengkonstruk sendiri pengetahuan dan pemahamannya.

Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ketika proses pembelajaran berlangsung dosen berperan sebagai fasilitator dan mahasiswa sebagai pembelajar aktif sehingga pembelajaran tidak hanya terpusat kepada dosen saja melainkan pada mahasiswanya. Salah satu dari pembelajaran berorientasi konstruktivisme ini yaitu model pembelajaran generatif.

Pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang terlatarbelakangi dari konstruktivisme dimana mahasiswa diberi motivasi terlebih dahulu sehingga memiliki minat lebih untuk mempelajarinya. Menurut Osborn dan Cosgrove dalam Wena (2009:177) model pembelajaran generatif ini dilakukan melalui empat tahap yaitu, eksplorasi, pemfokusan, tantangan, dan penerapan konsep. Dengan model pembelajaran generatif ini memungkinkan terjadinya pembelajaran yang dapat mengungkap konsepsi awal mahasiswa, menciptakan adu argumentasi, dan menciptakan konflik kognitif yang dapat mengubah konsepsi mahasiswa yang salah menjadi benar, yang tidak lengkap menjadi lengkap.

Berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran salah satunya bergantung pada model pembelajaran yang digunakan oleh dosen sedangkan dalam proses pembelajaran mahasiswa dituntut untuk berpartisipasi aktif. Pengetahuan


(14)

seharusnya dibentuk oleh mahasiswa secara aktif, bukan hanya diterima dari dosen begitu saja.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Modular Dengan Pendekatan Generative Learning bagi Mahasiswa untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif”.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudah dan memperjelas penelitian dalam mencapai tujuan penelitian. Rumusan masalah umum penelitian adalah “Bagaimana pengaruh penggunaan bahan ajar modular dengan pendekatan Generative Learning untuk meningkatkan kemampuan kognitif ?”.

Peneliti membatasi rumusan masalah agar tidak melebar. Batasan masalah yang akan diteliti adalah pada ranah kognitif aspek mengingat (C1) dan memahami (C2).

Rumusan masalah yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini, agar penelitian ini lebih terarah pada pokok permasalahan yang hendak diteliti, dirinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh penggunaan model Generative Learning dengan bahan ajar modular terhadap peningkatan hasil belajar kognitif aspek mengingat (C1) pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan model Generative Learning dengan bahan ajar modular terhadap peningkatan hasil belajar kognitif aspek memahami (C2) pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen?


(15)

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar modular dengan pendekatan Generative Learning bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan kognitif..

Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan model

Generative Learning dengan bahan ajar modular terhadap peningkatan hasil belajar kognitif aspek mengingat pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan model

Generative Learning dengan bahan ajar modular terhadap peningkatan hasil belajar kognitif aspek memahami pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam dunia pendidikan baik lembaga pendidikan formal, informal, maupun, non formal, serta khusus bagi guru serta mahasiswa yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam mengkaji, menganalisis dan mengembangkan sumber belajar yang relevan dengan kebutuhan peserta didik serta memperoleh konsep baru dalam peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan di massa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Manfaat paktis bagi pendidik (Praktisi Pendidikan), implementasi modul dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dalam upaya


(16)

meningkatkan prestasi belajar peserta didik terhadap mata kuliah Pendidikan Agama Kristen.

Implementasi modul dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen bagi peserta didik dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar peserta didik terhadap mata kuliah Pendidikan Agama Kristen.

Peneliti, dapat menerapkan teori-teori yang didapat dalam perkuliahan serta dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman peneliti mengenai pembelajaran di lembaga pendidikan.

Peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia jalan Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

2. Populasi Penelitian

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan” (Sugiyono, 2010:80).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Kristen yang mengontrak Pendidikan Agama Kristen Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia yang berjumlah 30 orang. Dalam hal ini menggunakan penelitian populasi karena seluruh jumlah populasi akan diberikan perlakuan.

3. Sampel Penelitian

Definisi sampel menurut Zainal Arifin (2011:215), “Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti atau dapat juga dikatakan bahwa sampel

adalah populasi dalam bentuk mini.”

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh.. Jadi seluruh jumlah populasi akan diberikan perlakuan.

in Penelitian B. Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan adalah one group-test-post-test time series design. Dalam desain ini hanya ada kelas eksperimen saja tanpa kelas control. Kelompok eksperimen terlebih dahulu diberi pre-test kemudian pembelajaran dengan menggunakan modul dan setelah itu diberi post-test.


(18)

Tabel 3.1

DESAIN PENELITIAN ONE GROUP PRETEST-POSTTEST TIME SERIES DESIGN

Pretest Treatment Posttest

T1 X T4

T2 X T5

T3 X T6

Keterangan :

T1 : Tes awal (pretest) seri 1 T2 : Tes awal (pretest) seri 2 T3 : Tes awal (pretest) seri 3

X : Treatment dengan menggunakan modul T4 : Tes akhir (posttest) seri 4

T5 : Tes akhir (posttest) seri 5 T6 : Tes akhir (posttest) seri 6

Sampel penelitian akan diberi treatment yaitu dengan menggunakan modul sebanyak tiga kali. Dalam proses pembelajaran sampel penelitian terlebih dahulu diberi tes awal (pretest), kemudian diberi treatment dengan menggunakan modul dan diakhir diberi posttest. Soal yang digunakan dalam pretest dan posttest adalah sama.

C. Metode Penelitian

“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2006:160). Pada penelitian ini

metode yang digunakan adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design,


(19)

yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Quasi eksperimen digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2010:75).

Metode ini digunakan tanpa menggunakan kelas kontrol atau kelas pembanding karena keterbatasan jumlah populasi sehingga seluruh jumlah populasi akan diberikan perlakuan. Oleh sebab itu tidak terdapat kelas kontrol atau kelas pembanding.

Variabel dalam penelitian ini, yaitu variable bebas dan variable terikat. Penggunaan modul dalam pembelajaran sebagai variable bebas. Hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif sebagai variable terikat.

Tabel 3.2

HUBUNGAN ANTAR VARIABEL PENELITIAN Variabel Terikat

Variabel Bebas

Hasil Belajar aspek mengingat (C1)

(Y1)

Hasil Belajar aspek memahami (C2)

(Y2)

Generative Learning dengan modul (X1)

X1Y1 X1Y2

Keterangan :

X1Y1 : Perkembangan hasil belajar mahasiswa pada aspek mengingat (C1) dengan menggunakan modul.

X1Y2 : Perkembangan hasil belajar mahasiswa pada aspek memahami (C2) dengan menggunakan modul.

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul tulisan ini, maka sebelumnya akan dijelaskan istilah-istilah yang sekiranya dapat menimbulkan


(20)

perbedaan penafsiran. Adapun definisi dari istilah-istilah yang digunakan penulis adalah :

1. Bahan ajar modular adalah suatu bentuk bahan ajar yang digunakan untuk membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan belajar, yang terdiri dari materi kegiatan belajar, tes formatif yang disusun sedemikian rupa dalam bentuk tertulis yang mencakup satu unit konsep dari materi dan disusun untuk membantu mahasiswa utuk mencapai sejumlah tujuan yang diperoleh dari pembelajaran tersebut.

2. Generative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki mahasiswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.

3. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan. 4. Pendidikan Kristen adalah usaha untuk membentuk dan membimbing peserta

didik tumbuh berkembang mencapai kepribadian utuh, yang mencerminkan manusia sebagai gambar Allah yang memiliki kasih dan ketaatan kepada Tuhan, kecerdasan, keterampilan, berbudi luhur, kesadaran untuk memelihara dan melestarikan lingkungan hidup serta bertanggung jawab dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan Negara.

E. Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam


(21)

dalam arti lebih hemat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah” (Arikunto, 2006:160).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes objektif. Tes objektif digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa antara sebelum mendapatkan pembelajaran menggunakan modul dan sesudah menggunakan modul. Bentuk tes objektif ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mahasiswa dalam ranah kognitif aspek mengingat dan memahami. Modul yang dikembangkan merupakan bahan ajar yang digunakan siswa untuk memahami materi pelajaran yang diberikan oleh dosen.

F. Uji Coba Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian sebaiknya terlebih dahulu dilakukan uji coba. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh adalah data yang benar sehingga dapat menggambarkan kemampuan subjek penelitian dengan tepat. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian dilakukan analisis dengan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran untuk memperoleh keterangan layak atau tidak layaknya soal digunakan dalam penelitian.

1. Uji Validitas

Sebelum menggunakan suatu tes, hendaknya mengukur terlebih dahulu derajat validitasnya. Dengan kata lain, untuk melihat apakah tes tersebut valid, kita harus membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes dengan skor yang dianggap sebagai skor nilai baku. Validitas suatu tes erat kaitannya dengan tujuan penggunaan tes tersebut. Namun, tidak ada validitas yang berlaku secara umum. Artinya, jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes itu valid untuk tujuan tersebut.

Penelitian ini menggunakan dua uji validitas, yaitu validitas butir soal dan validitas alat ukur. Validitas butir soal adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut. Untuk soals-soal yang berbentuk objektif skor untuk item biasa diberikan


(22)

dengan 1 (bagi item yang dijawab benar) dan 0 (bagi item yang dijawab salah). Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan teknik korelasi product-moment, yang dikemukakan yang dikemukakan oleh Pearson.

Rumus korelasi Product-Moment

(Arifin, 2009:254)

Keterangan :

r =Koefisien korelasi yang dicari.

X = Skor item tes.

(∑X2

) = Kuadrat skor item tes.

Y = Skor responden.

(∑Y2) = Kuadrat responden.

XY = Hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden.

Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:

(Arifin, 2009:257) 0,81 – 1,00 sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 sangat rendah


(23)

Setalah diperoleh hasil validitas tersebut kemudian diuji tingkat signifikansi dengan menggunakan rumus :

√ √

Keterangan :

t = nilai t hitung r = koefisien korelasi n = jumlah banyak subjek

dimana jika thitung > ttabel ada taraf signifikansi 0,05 dengan dk=n-1, maka

soal ini dikatakan valid.

(Nana Sudjana, 2007:49)

2. Expert Judgement

Setelah instrumen disusun berikutnya dilakukan validasi kepada para ahli

(expert judgement). Expert Judgement juga dilakukan pada modul untuk mengetahui apakah modul yang dibuat baik dan benar. Expert Judgement modul akan dilakukan oleh dosen ahli bidang bahan ajar di Universitas Pendidikan Indonesia dan dosen Pendidikan Agama Kristen. Sedangkan Expert Judgement

instrumen akan dilakukan oleh dosen ahli pendidikan agama Kristen Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrument. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan reliable jika selalu member hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Untuk meningkatkan realibilitas


(24)

suatu tes, antara lain dapat dilakukan dengan memperbanyak butir soal. Uji reliabilitas menggunakan rumus Spearman Bronwn.

Rumus Spearman Brown

(Arifin, 2009:261)

Keterangan:

rnn : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.

r12 : koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan.

n : panjang tes yang selalu sama dengan 2 karena seluruh tes = 2x

2 1

.

Sebagai tolak koefisien reliabilitas, digunakan kualifikasi sebagai berikut (Arikunto (2005:75) :

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah 4. Daya Pembeda (Discriminating Power)

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin


(25)

mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Rumus Daya Pembeda

(Arifin, 2009:273) Keterangan:

DP : daya pembeda.

WL : jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah. WH : jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas. n : 27% x N.

Untuk menginterpretasikan koefesien daya pembeda tersebut dapat digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ebel sebagai berikut:

Index Of Discrimination

Item Evaluation

0.4 and up Very good items.

0.30 – 0.39 Reasonably good, but possibly subject to improvement.

0.20 – 0.29 Marginal items, usually needing and being subject to

impronement.


(26)

Jika WL–WH lebih besar dari harga table signifikansi daya pembeda, maka soal tersebut signifikan. Artinya, soal tersebut mampu membedakan antara peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang/belum menguasai kompetensi.

5. Tingkat Kesukaran Soal (Difficulty Index)

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Soal suatu tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat menggunakan rumus Tingkat Kesukaran (TK) sebagai berikut:

Rumus Tingkat Kesukaran

(Arifin,2009:266)

Keterangan:

WL : jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah. WH : jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas. nL : jumlah kelompok bawah.

Nh : jumlah kelompok atas.

Sebelum menggunakan rumus di atas, harus ditempuh terlebih dahulu langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai dengan skor terendah.


(27)

b. Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut kelompok atas (higher group), dan 27% lembar jawaban dari bawah yang selanjutnya disebut kelompok bawah (lower group). Sisa sebanyak 46% disisihkan.

c. Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari setiap peserta didik, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah. Untuk memperoleh presentasi belajar yang baik, sebaiknya proporsi antrara tingkat kesukaran soal tersebar secara normal. Perhitungan proporsi tersebut dapat diatur sebagai berikut:

a. Soal sukar 25%, soal sedang 50%, soal mudah 25%, atau b. Soal sukar 20%, soal sedang 60%, soal mudah 20%, atau c. Soal sukar 15%, soal sedang 70%, soal mudah 15%. G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Arikunto, 2006:149). Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data empiris yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes Tulis

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan instrumen tes, instrumen tes yang digunakan adalah tes hasil belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moh. Ali (1992 : 83) bahwa “Tes hasil belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam suatu

bidang tertentu yang diperoleh dari mempelajari bidang itu”

Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban (a,b,c dan d). Jenis tes bentuk pilihan ganda yang digunakan adalah distracters (pertanyaan atau pernyataan yang mempunyai beberapa pilihan jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Tugas peserta didik adalah memilih satu jawaban yang benar) dan variasi berganda (memilih beberapa kemungkinan jawaban yang


(28)

semuanya benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang paling benar tersebut). Soal-soal tes yang digunakan adalah mengenai manusia dan keutuhan ciptaan yang terdiri dari subpokok bahasan kesaksian alkitab tentang keutuhan ciptaan, hubungan manusia dengan ciptaan lain, makna keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Soal-soal tes yang digunakan dibatasi hanya pada aspek Mengingat (C1) dan Memahami (C2). Soal diberikan pada pretest dan posttest. Pretest diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal sebelum diberi perlakuan, sedangkan posttest

diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar mahasiswa pada kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan.

2. Wawancara

Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka yang dilakukan kepada dosen mata kuliah Pendidikan Agama Kristen. Hal ini dilakukan untuk mencari informasi mengenai kondisi perkuliahan yang dilakukan.

H. Teknik Analisis Data 1. Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa keabsahan/normalitas sampel. Uji normalitas dalam peneltian menggunakan program pengolahan data SPSS (Statistical Product And Service Solution) versi 16.0 dengan uji normalitas one sample Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujian adalah jika nilai Sig. (Signifikasi) atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal. Nilai Sig. (Signifikasi) atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi adalah normal.


(29)

2. Hipotesis

Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t dependent

dengan paired samples t test dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product And Service Solution) versi 16.0. Adapun yang diperbandingkan pada uji hipotesis ini adalah gain skor post test dan pre test kelompok eksperimen pada aspek pengetahuan dan aspek pemahaman.

I. Prosedur Penelitian dan Alur Penelitian 1. Prosedur Penelitian

a) Tahap Persiapan

1) Telaah kurikulum, dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan dicapai pada pembelajaran.

2) Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan teori yang melandasi penelitian.

3) Studi pendahuluan, dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai kondisi tempat penelitian.

4) Menentukan sampel penelitian.

5) Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Skenario Pembelajaran.

6) Menyusun instrumen penelitian.

7) Melakukan uji coba dan analisis instrumen penelitian. b) Tahap Pelaksanaan

1) Memberi tes awal (pre test).

2) Memberi treatment dengan menggunakan modul dengan pendekatan

Generative Learning.

3) Memberi tes akhir (post test).

c) Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan 1) Mengolah data hasil penelitian. 2) Menganalisis data hasil penelitian. 3) Menarik kesimpulan dan saran.


(30)

2. Alur Penelitian

Alur penelitian dapat digambarkan seperti di bawah ini: Bagan 3.1

ALUR PENELITIAN

Studi Pendahuluan

Pembuatan RPP

Penyusunan instrumen Penelitian

Uji coba instrumen

Tes Awal Expert Judgement

Pembuatan Modul

Expert Judgement Modul

Treatment

Tes Akhir Observasi Pembelajaran

Analisis Data

Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran


(31)

J. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Objektif 1. Uji Validitas

a) Validitas Alat Ukur

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data hasil uji coba instrumen dengan menggunakan rumus korelasi product moment, diperoleh data seperti pada tabel berikut:

Table 3.3

VALIDITAS ALAT UKUR

Koefisien korelasi r = 0.647 diperoleh dari hasil perhitungan korelasi antara jumlah skor benar soal genap dengan jumlah skor benar soal ganjil. Berdasarkan kriteria, koefisien korelasi r = 0.647 berada pada kriteria tinggi. Berdasarkan hasil uji signifikansi yang menggunnakan uji-t dengan uji pihak kanan t > t1 - α, diperoleh thitung 4.492 dan ttabel dengan df (n-1) dengan α = 0.05

(5%) adalah 1.699. Alat pengumpul data dikatakan memiliki validitas jika thitung

> ttabel (4.492 > 1.699). Disimpulkan bahwa uji signifikansi alat pengumpul

data adalah valid.

b) Validitas Butir Soal

Berdasarkan uji validitas butir soal, diketahui ada beberapa soal yang tidak valid. Soal-soal yang tidak valid yaitu soal-soal yang nilai thitung lebih

kecil dari rtabel, yaitu soal 2, 5, 9, 19, dan 30. Soal-soal yang tidak valid tersebut

dibuang atau tidak digunakan. Analisis validitas butir soal dapat dilihat pada lampiran.

2. Uji Reliabilitas

r Kriteria thitung ttabel Keterangan


(32)

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data hasil uji coba reliabilitas dengan menggunakan rumus split half dari Spearman Brown diperoleh indeks sebesar 0.785.

Alat pengumpul data dikatakan reliabel jika rhitung > rtabel pada taraf

signifikasi 0,05 dengan dk = n-2. Berdasarkan hasil perhitungan, didapat bahwa rhitung > rtabel (0.785 > 0.361). Berdasarkan kriteria tersebut, dikatakan bahwa

instrument tes objektif yang digunakan reliabel. Analisis reliabilitas dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.4 UJI RELIABILITAS

3. Tingkat Kesukaran Soal (Difficulty Index)

Berdasarkan penghitungan tingkat kesukaran soal, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3.5

TINGKAT KESUKARAN SOAL

Berdasarkan tabel tingkat kesukaran soal diatas, terdapat 6 soal yang mudah, 17 soal yang sedang, dan 7 soal yang sukar serta 1 soal yang diperbaiki. Analisis tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada lampiran.

4. Daya Beda (Discriminating Power)

Dari tabel daya beda yang terdapat pada lampiran, terdapat 4 soal buruk, 14 soal baik, 6 soal cukup baik, dan 6 soal baik sekali.

rhitung rtabel Keterangan

0.785 0.361 signifikan

TINGKAT KESUKARAN

SOAL NO SOAL JUMLAH

Mudah 2, 15, 18, 19, 22, 30 6

Sedang 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 15, 16, 17, 21,

23, 25, 26, 27, 29 17


(33)

Berdasarkan hasil pengujian instrumen uji coba dengan menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda diperoleh 25 soal yang dapat digunakan dalam penelitian. Analisis daya beda dapat dilihat pada lampiran.


(34)

70

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pengolahan data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa Pendidikan Agama Kristen Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia, dapat disimpulkan bahwa penggunaan modul dengan pendekatan Generative Learning dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Secara khsusus, simpulan di atas dapat diuraikan lebih rinci yaitu:

1) Penggunaan model Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen ranah kognitif aspek mengingat. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya perbedaan hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek mengingat antara sebelum menggunakan modul dengan sesudah menggunakan modul. Hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek mengingat sesudah menggunakan modul lebih baik dibandingkan dengan sebelum menggunakan modul.

2) Penggunaan model Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat meningkatkan prestasi belajar mahsiswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen ranah kognitif aspek memahami. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya perbedaan hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek memahami antara sebelum menggunakan modul dengan sesudah menggunakan modul. Hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek memahami sesudah menggunakan modul lebih baik dibandingkan dengan sebelum menggunakan modul.


(35)

71

Sesuai dengan kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa aspek mengingat dan memahami pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Generative Learning dengan bahan ajar modulardapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa aspek mengingat dan memahami pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia, penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1) Bagi Pendidik

Untuk para pendidik khususnya dosen Pendidikan Agama Kristen, disarankan untuk mengimplementasi modul dengan pendekatan Generative Learning

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen modul dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan seluruh aspek pendukung yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik mahasiswa agar proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efisien sehingga dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa terhadap mata kuliah Pendidikan Agama Kristen.

2) Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan,

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi disiplin ilmu Teknologi Pendidikan dalam pengembangan metode pengajaran yang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penggunaan bahan ajar modular merupakan suatu inovasi inovasi baru yang sebelumnya belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia. Oleh karena itu Jurusan Kurikulum danTeknologi Pendidikan sebagai pengembang kurikulum dan


(36)

72

media pembelajaran diharapkan dapat memunculkan inovasi-inovasi baru mengenai metode pengajaran yang sesuai dengan kurikulum terkini dan kebutuhan mahasiswa demi meningkatkan prestasi peserta didik.

3) Peneliti selanjutnya.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai studi pustaka bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian tentang pengembangan dan pengimplementasian model Generative Learning dengan bahan ajar modular dalam pembelajaran dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih kreatif dalam pengembangan metode pengajaran sebagai sumber belajar dengan memperhatikan berbagai komponen serta melanjutkan penelitian ini pada aspek afektif dan psikomotorik.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ache, P. (___). Apakah Perbedaan Bahan Ajar dan Sumber Belajar. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/17530363/Apakah-Perbedaan-Bahan-Ajar-Dan-Sumber-Belajar. [19 Mei 2012 ]

Ali, M. (1992). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Anni. (2004). Hasil Belajar. [online] Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/83287304/15/B-Hasil-belajar. [ 11 April 2012] Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dikmenjur. (2009). Pengertian Bahan Ajar. [Online]. Tersedia : http://www.Andy-Sapta-Blog's-Pengertian-Bahan-Ajar. [19 Mei 2012] Dimyati,. Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Depdikbud. (2003). Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasioanal. Jakarta: Depdikbud

Maulana, H. (2011). Efektivitas penggunaan modul terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di SMA Islam Al Maarif Singosari Malang. Skripsi, Universitas Negeri Malang

Hamalik, O. ( 2006), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Lusiana. (2009). Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3 No. 2 - Peenerapan Model Pembelajaran Generatif (MPG) untuk Pelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 8 Palembang

Rahma. (2010). Pengaruh Penggunaan Modul Bergambar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 3 Subang. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia Sadulloh, U. (2007). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta


(38)

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Sitompul. (2010). Penggunaan Modul dengan Pendekatan Learning Cycle 5E : Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhiya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Suara Merdeka. (2012). Wamendikbud: Belajar Mandiri Belum Jadi Budaya di

Banyak PT. [Online]. Tersedia :

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/05/04/117432 [19 Mei 2012]

Sudjana, N. (1990). Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosda Karya

Sudjana, N., Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukitman, T. (2011). Pengembangan Bahan Ajar IPS Berbasis Pendidikan Kecakapan Hidup (LIFE SKILL) dI SDI Surya Buana Malang. Tesis. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Sulistyowaty, E. (2009). Apakah Perbedaan Bahan Ajar dan Sumber Belajar. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/17530363/Apakah-Perbedaan-Bahan-Ajar-Dan-Sumber-Belajar. [19 Mei 2012 ]

Sutarman., Swarsono. (2003). Implementasi Pembelajaran Generatif Berbasis Konstruktivisme sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas III pada Bidang Fisika diSLTP 17 Malang. Lemlit-UM, Malang

Syamsudin, A. (2002). Psikologi Kependidikan.Bandung: Remaja Rosda karya.

Thomson. (2003). Riset PISA. [Online]. Tersedia :

(http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=vie w&id=22156&Itemid=64) [19 Mei 2012]


(39)

Tim penulis materi diklat kompetensi pengawas sekolah yang terdiri atas dosen LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK .(2008). Penulisan Modul. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Departemen Pendidikan

Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

Wijaya, Cece., Djadjuri., dan Rusyan T. (1992). Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zumrotul, A. (2009). Pembelajaran Menguunakan Modul di SMA. [Online]. Tersedia : http://sitiza.wordpress.com/siti-news/ [19 Mei 2012]


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pengolahan data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa Pendidikan Agama Kristen Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 Universitas Pendidikan Indonesia, dapat disimpulkan bahwa penggunaan modul dengan pendekatan Generative Learning dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Secara khsusus, simpulan di atas dapat diuraikan lebih rinci yaitu:

1) Penggunaan model Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen ranah kognitif aspek mengingat. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya perbedaan hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek mengingat antara sebelum menggunakan modul dengan sesudah menggunakan modul. Hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek mengingat sesudah menggunakan modul lebih baik dibandingkan dengan sebelum menggunakan modul.

2) Penggunaan model Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat meningkatkan prestasi belajar mahsiswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen ranah kognitif aspek memahami. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya perbedaan hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek memahami antara sebelum menggunakan modul dengan sesudah menggunakan modul. Hasil belajar mahasiswa pada ranah kognitif aspek memahami sesudah menggunakan modul lebih baik dibandingkan dengan sebelum menggunakan modul.


(2)

71 Sesuai dengan kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Generative Learning dengan bahan ajar modular dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa aspek mengingat dan memahami pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Generative Learning dengan bahan ajar modulardapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa aspek mengingat dan memahami pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia, penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1) Bagi Pendidik

Untuk para pendidik khususnya dosen Pendidikan Agama Kristen, disarankan untuk mengimplementasi modul dengan pendekatan Generative Learning

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen modul dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan seluruh aspek pendukung yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik mahasiswa agar proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efisien sehingga dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa terhadap mata kuliah Pendidikan Agama Kristen.

2) Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan,

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi disiplin ilmu Teknologi Pendidikan dalam pengembangan metode pengajaran yang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penggunaan bahan ajar modular merupakan suatu inovasi inovasi baru yang sebelumnya belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia. Oleh karena itu Jurusan Kurikulum danTeknologi Pendidikan sebagai pengembang kurikulum dan


(3)

media pembelajaran diharapkan dapat memunculkan inovasi-inovasi baru mengenai metode pengajaran yang sesuai dengan kurikulum terkini dan kebutuhan mahasiswa demi meningkatkan prestasi peserta didik.

3) Peneliti selanjutnya.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai studi pustaka bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian tentang pengembangan dan pengimplementasian model Generative Learning dengan bahan ajar modular dalam pembelajaran dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih kreatif dalam pengembangan metode pengajaran sebagai sumber belajar dengan memperhatikan berbagai komponen serta melanjutkan penelitian ini pada aspek afektif dan psikomotorik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ache, P. (___). Apakah Perbedaan Bahan Ajar dan Sumber Belajar. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/17530363/Apakah-Perbedaan-Bahan-Ajar-Dan-Sumber-Belajar. [19 Mei 2012 ]

Ali, M. (1992). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Anni. (2004). Hasil Belajar. [online] Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/83287304/15/B-Hasil-belajar. [ 11 April 2012] Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dikmenjur. (2009). Pengertian Bahan Ajar. [Online]. Tersedia : http://www.Andy-Sapta-Blog's-Pengertian-Bahan-Ajar. [19 Mei 2012] Dimyati,. Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Depdikbud. (2003). Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasioanal. Jakarta: Depdikbud

Maulana, H. (2011). Efektivitas penggunaan modul terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran akuntansi di SMA Islam Al Maarif Singosari Malang. Skripsi, Universitas Negeri Malang

Hamalik, O. ( 2006), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Lusiana. (2009). Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3 No. 2 - Peenerapan Model Pembelajaran Generatif (MPG) untuk Pelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 8 Palembang

Rahma. (2010). Pengaruh Penggunaan Modul Bergambar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 3 Subang. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia Sadulloh, U. (2007). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta


(5)

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Sitompul. (2010). Penggunaan Modul dengan Pendekatan Learning Cycle 5E : Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen di Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhiya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Suara Merdeka. (2012). Wamendikbud: Belajar Mandiri Belum Jadi Budaya di

Banyak PT. [Online]. Tersedia :

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/05/04/117432 [19 Mei 2012]

Sudjana, N. (1990). Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosda Karya

Sudjana, N., Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukitman, T. (2011). Pengembangan Bahan Ajar IPS Berbasis Pendidikan Kecakapan Hidup (LIFE SKILL) dI SDI Surya Buana Malang. Tesis. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Sulistyowaty, E. (2009). Apakah Perbedaan Bahan Ajar dan Sumber Belajar. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/17530363/Apakah-Perbedaan-Bahan-Ajar-Dan-Sumber-Belajar. [19 Mei 2012 ]

Sutarman., Swarsono. (2003). Implementasi Pembelajaran Generatif Berbasis Konstruktivisme sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas III pada Bidang Fisika diSLTP 17 Malang. Lemlit-UM, Malang

Syamsudin, A. (2002). Psikologi Kependidikan.Bandung: Remaja Rosda karya. Thomson. (2003). Riset PISA. [Online]. Tersedia :

(http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=vie w&id=22156&Itemid=64) [19 Mei 2012]


(6)

Tim penulis materi diklat kompetensi pengawas sekolah yang terdiri atas dosen LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK .(2008). Penulisan Modul. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Departemen Pendidikan

Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

Wijaya, Cece., Djadjuri., dan Rusyan T. (1992). Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zumrotul, A. (2009). Pembelajaran Menguunakan Modul di SMA. [Online]. Tersedia : http://sitiza.wordpress.com/siti-news/ [19 Mei 2012]


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya

1 9 203

Pengaruh pembelajaran konstruktivisme dengan strategi generative learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep senyawa hidrokarbon: Studi kasus di SMA Setia Budi Sungailiat Bangka

0 12 197

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

1 8 67

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BAHAN AJAR DAN BELAJAR MANDIRI DALAM RANGKA PENINGKATAN HASIL BELAJAR TERMODINAMIKA DASAR.

0 1 10

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GENERATIVE LEARNING DENGAN Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Generative Learning Dengan Penggunaan Metode The Study Group ( PTK pada siswa kelas VI

0 1 18

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GENERATIVE LEARNING DENGAN Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Generative Learning Dengan Penggunaan Metode The Study Group ( PTK pada siswa kelas VI

0 2 15

Pengaruh Model Cooperative Learning Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Ditinjau Dari Motivasi Belajar FULL TEXT VIKA

0 0 144

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DOMAIN KOGNITIF - repository UPI S KTP 1103210 Title

0 0 4

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN METODE DISCOVERY LEARNING DAN ...

0 1 11

PENGARUH PENGGUNAAN E-LEARNING DENGAN SCHOOLOGY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

1 1 12