Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah di Kabupaten Sumedang (Studi Analisis Deskriptif Pada SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang).

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GRAFIK ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kerangka Berpikir Penelitian ... 8

F. Asumsi Penelitian ... 11

G. Hipotesis Penelitian ... 13

H. Lokasi, Populasi Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 15

1. Pengertian Kepemimpinan ... 15

2. Kepala Sekolah Sebagai Seorang Pemimpin ... 16

a. Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 16

b. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah... 18

c. Kemampuan Kepemimpinan Kepala Sekolah... 21

d. Teori Kepemimpina Path Goal ... 23

B. Budaya Sekolah ... 27

1. Pengertian Budaya ... 27

2. Pengertian Budaya Organisasi dan Budaya sekolah ... 29


(2)

a. Sumber efikasi Kolektif ... 33

b. Pembentukan Efikasi Kolektif ... 36

2.2.Budaya percaya (a culture of trust) ... 38

2.3.Budaya Optimisme Akademik (a culture of academic otimism) ... 40

2.4.Budaya Control (a culture of control) ... 43

3. Fungsi Budaya Organisasi... 44

4. Tingkatan Budaya Organisasi ... 45

a. Budaya Sebagai Norma Bersama ... 46

b. Budaya Sebagai Kepercayaan dan Nilai Bersama ... 47

c. Budaya Sebagai Asumsi Tidak Tertulis/Terucap ... 50

5. Eleman Budaya Organisasi ... 54

C. Produktivitas Sekolah ... 56

1. Pengertian Ptroduktivitas ... 56

2. Pengukuran Produktivitas ... 61

3. Indikator Pengukuran Produktivitas ... 65

4. Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Produktivitas ... 67

BAB III METODE PENELITIAN A. Metodedan Pendekatan Penelitian ... 73

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 74

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 74

2. Budaya Sekolah ... 75

3. Produktivitas Sekolah ... 75

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 76

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data penelitian ... 78

E. Teknik Pengolahan Data ... 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN ... 106


(3)

1. Pengolahan Data ... 106

2. Analisi Deskriptif ... 107

a. Analisis Deskriptif Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1).. 108

b. Analisis Deskreptif Budaya Sekolah (X2)... 112

c. Analisis Deskriptif Produktivitas Sekolah (Y) ... 114

3. Uji Persyaratan Analisis Inferensial ... 117

4. Analisis Inferensial ... 122

B. PEMBAHASAN 135 1. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah ... 135

2. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah 137 3. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Budaya Sekolah ... 138

4. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Secara Simultan Terhadap Produktivitas sekolah... 139

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 140 A. Kesimpulan ... 149

B. Rekomendasi ... 152

Daftar Pustaka ... 154


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 77

Tabel 3.2 Kriteria Pensekoran Alternatif Jawaban... 81

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel X1 (Kepemimpinan Kepala Sekolah) ... 85 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Budaya Sekolah)... 86

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Produktivitas)... 87

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1 (Kepemimpinan Kepala Sekolah)... 90 Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2 (Budaya Sekolah )... 91

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Produktivitas Sekolah).... 92

Tabel 3.9 Tabel Konsultasi Koefisien Korelasi Tabel 3.10 Analisis Varians... 106

Tabel 4.1 Rekapitulasi Pengumpulan Data... 107

Tabel 4.2 Bobot Skor Untuk Tiap Alternatif Jawaban... 108

Tabel 4.3 Kriteria Penilaian Berdasarkan Persentase... 109

Tabel 4.4 Gambaran Kepemimpinan Kepala Sekolah... 110

Tabel 4.5 Gambaran Budaya Sekolah... 116

Tabel 4.6 Gambaran Umum Produktivitas Sekolah... 121

Tabel 4.7 Tests of Normality... 126

Tabel 4.8 Correlations... 130

Tabel 4.9 Model Summaryb... 131

Tabel 4.10 ANOVAb... 132

Tabel 4.11 Coefficientsa... 132

Tabel 4.12 Model Summaryb... 134


(5)

Tabel 4.14 Coefficientsa... 135

Tabel 4.15 Model Summaryb... 137

Tabel 4.16 ANOVAb... 137

Tabel 4.17 Coefficientsa ... 138

Tabel 4.18 Correlations Kepemimpinan terhadap Produktivitas... 140

Tabel 4.19 Correlations Kepemimpinan, Budaya dan Produktivitas... 141

Tabel 4.20 Korelasi dan Regresi Model Summaryb... 141

Tabel 4.21 ANOVAb... 142


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian... 11

Gambar 2.1 Model Efikasi Kolektif... 38

Gambar 2.2 Tingkatan Budaya ... 46


(7)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Gambaran Kepemimpinan Kepala Sekolah... 112

Grafik 4.2 Gambaran Kemampuan Kepemimpinan Kepala Sekolah... 113

Grafik 4.3 Perbandingan Kepemimpinan Kepala Sekolah antara Negeri- Swasta... 114

Grafik 4.4 Gambaran Budaya Sekolah... 117

Grafik 4.5 Gambaran Budaya Sekolah di Setiap Unit Sekolah... 118

Grafik 4.6 Perbandingan Budaya Sekolah Negeri-Swasta... 119

Grafik 4.7 Gambaran Produktivitas Sekolah... 122

Grafik 4.8 Gambaran Produktivitas Tiap Sekolah... 123

Grafik 4.9 Perbandingan Produktivitas Sekolah Negeri-Swasta... 124

Grafik 4.10 Distribusi Normal Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah... 127

Grafik 4.11 Distribusi Normal Variabel Budaya Sekolah... 128

Grafik 4.12 Produktivitas Sekolah... 129

Grafik 4.13 Linieritas Regresi X1 terhadap Y... 133

Grafik 4.14 Linieritas Regresi X2 terhadap Y... 136

Grafik 4.15 Linieritas Regresi X1 terhadap X2... 139


(8)

1

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kebijakan penerapan manajemen berbasis sekolah memberikan paradigma baru dalam manajemen sekolah. Perubahan paradigma tersebut

memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada sekolah dalam

mengembangkan berbagai potensi yang ada di sekolahnya. Pengembangan potensi tersebut menuntut adanya peningkatan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sebagaimana diungkapkan oleh Supriadi (1998: 346) bahwa: “Erat hubungan antara mutu

kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”.

Kepala sekolah memiliki tanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Mulyasa (2006: 89) menyatakan bahwa kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pedidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan di sekolah. Dampak tersebut antara lain terhadap mutu pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga


(9)

2

2

kependidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (transparansi) manajemen, kemauan untuk berubah baik (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan partisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas.

Namun demikian, kepemimpinan yang dijalankan oleh kepala sekolah terkadang belum mencapai hasil terbaik yang diharapkan oleh sekolahnya. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah. Berbagai potensi yang dimiliki sekolah terhambat pemberdayaannya karena munculnya kendala-kendala tersebut. Padahal bila semua potensi yang dimiliki sekolah dikembangkan secara optimal dengan kepemimpinan sekolah yang kuat, niscaya potensi tersebut akan menghasilkan kompetensi, kapabilitas dan produktivitas sekolah yang unggul. Barth (Soekarno, 2008: 12) menyatakan: “…. with strong leadership by the principal, a school is likely to

be effective; without capable leadership, it is not.” Dengan kepemimpinan

kepala sekolah yang kuat, suatu sekolah akan menjadi efektif, sebaliknya bila kepala sekolak tidak kapabel, maka sekolah tidak akan efektif. Tantangan besar untuk mewujudkan produktivitas sekolah saat ini adalah perubahan paradigma manajemen sekolah yang menuntut kemampuan lebih dari kepemimpinan kepala sekolah. Salah satu kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan sebagai kepala sekolah. Barth (Soekarno, 2008: 12) mengungkapkan: “……lack of specific


(10)

leader exists at a time when many principals are facing dramatic change in their roles…”. Lemahnya pengetahuan khusus tentang keterampilan kepala

sekolah yang dibutuhkan menjadi kendala untuk mewujudkan sekolah yang efektif. Terlebih lagi dalam kondisi perubahan yang dramatis, eperti halnya yang dihadapi saat ini, yakni desentralisasi pendidikan dan otonomi sekolah.

Salah satu tujuan perubahan paradigma manajemen sekolah adalah peningkatan produktivitas sekolah. Kepala sekolah sebagai pengelola lembaga tersebut dituntut mampu menggerakkan setiap guru agar dapat bekerja secara optimal untuk memberikan pelayanan optimal kepada peserta didik dan menunjukkan produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas kerja mencakup sikap mental dan perilaku guru yang selalu mempunyai pandangan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan harus lebih berkualitas dan lebih efektif. Fremont (2002:928) menyatakan bahwa produktivitas diartikan sebagai ukuran efisiensi dalam penggunaan sumber daya pada level masyarakat, organisasi dan individu. Produktivitas sekolah berbeda dengan hasil produksi benda yang mudah dihitung atau diukur. Mengenai produktivitas, Mulyasa (2004: 134) menyatakan:

Produktivitas sekolah berkaitan dengan bagaimana menghasilkan lulusan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, sehingga pada akhirnya diperoleh lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.

Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisasikan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Thomas (Mulyasa, 2004: 134) menyatakan bahwa produktivitas pendidikan mencakup


(11)

tiga fungsi, yaitu: (1) the administrator production function, yaitu fungsi manajerial yang berkaitan dengan berbagai pelayanan untuk kebutuhan peserta didik dan guru; (2) the psychologist productin function, yaitu fungsi behavioral yang keluarannya merujuk pada fungsi pelayanan yang dapat mengubah perilaku peserta didik dalam kemampuan kognitif, keterampilan dan sikap; dan (3) the economic productin function, yaitu fungsi ekonomi yang keluarannya diidentifikasi dengan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi.

Untuk menghasilkan produktivitas sekolah yang tinggi, selain diperlukan peran kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, diperlukan pula kondisi organisasi sekolah yang kondusif. Kondisi sekolah yang kondusif merupakan salah satu perwujudan dari budaya sekolah yang kuat. Danim (2003: 55) menyatakan bahwa kultur sekolah yang positif (positive school

culture) diasosiasikan dengan motivasi belajar dan prestasi siswa yang tinggi,

meningkatkan kolaborasi antar guru, dan mengubah sikap guru terhadap pekerjaannya menjadi positif. Dalam kontek sekolah dengan kultur yang kuat

ditandai dengan pembelajaran yang atraktif, kondusif, produktif,

menyenangkan. Kondisi demikian merupakan cerminan dari budaya sekolah. Di mana budaya sekolah merupakan seperangkat asumsi dasar, nilai dan kepercayaan yang dianut, diyakini kebenarannya dan dikembangkan di sekolah serta dijadikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan sekolah. Deal dan Peterson (Danim, 2003: 70) menyatakan: “The concept of school culture


(12)

expectation”. Konsep budaya sekolah mencakup luasnya jenis pengetahuan,

tujuan, sasaran, pemikiran, pengetahuan dan pengharapan. Budaya sekolah menjadi landasan setiap kebijakan atau aturan serta mengarahkan perilaku individu dalam sekolah.

Berdasarkan pada uraian di atas, untuk melahirkan produktivitas sekolah yang tinggi diperlukan kemampuan kepemimpinan kepala sekolah yang tinggi sehingga semua elemen sekolah bergerak dengan optimal untuk mencapai tujuan sekolah, termasuk di dalamnya produktivitas sekolah. Untuk melahirkan produktivitas sekolah yang tinggi, diperlukan pula kepercayaan, keyakinan, nilai, pedoman kerja, aturan perilaku dan manifestasi budaya kuat lainnya yang relevan dengan pencapaian produktivitas sekolah. Atas dasar itu, maka perlu diteliti seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap produktivitas sekolah.

B. RUMUSAN MASALAH

Dengan latar belakang masalah sebagaimana telah dikemukakan tersebut, penulis dapat menguraikan rumusan masalah yaitu: “Bagaimana

pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap produktivitas sekolah di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang?”.

Rumusan masalah tersebut kemudian diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kepemimpinan kepala SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang?


(13)

2. Bagaimana gambaran budaya sekolah SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang?

3. Bagaimana gambaran produktivitas SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten

Sumedang?

4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap

produktivitas SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang?

5. Seberapa besar pengaruh budaya sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang?

6. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap budaya sekolah di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang?

7. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya

sekolah secara simultan terhadap produktivitas sekolah di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk

mengungkapkan dan menganalisis “Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah

dan budaya sekolah terhadap produktivitas sekolah di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang”, sedangkan secara khusus penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana gambaran kepemimpinan kepala SMA Negeri dan


(14)

2. Mengetahui bagaimana gambaran budaya sekolah SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang.

3. Mengetahui bagaimana gambaran produktivitas SMA Negeri dan Swasta

di Kabupaten Sumedang.

4. Mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah

terhadap produktivitas SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang.

5. Mengetahui seberapa besar pengaruh budaya sekolah terhadap

produktivitas SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang.

6. Mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah

terhadap budaya sekolah di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang.

7. Mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara simultan terhadap produktivitas sekolah di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang.

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, yaitu diharapkan dapat memberikan manfaat secara umum untuk mencari makna dari pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang. Secara umum, hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk:


(15)

1. Pengembangan disiplin ilmu administrasi pendidikan, khususnya dalam bidang kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah dan produktivitas sekolah.

2. Pengembangan praktik kepemimpinan kepala sekolah yang dapat

dilakukan oleh kepala sekolah, pengimplementasikan budaya sekolah yang baik dan peningkatan produktivitas sekolah.

E. KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN

Perubahan paradigma dan sistem manajemen sekolah dengan

penerapan konsep manajemen berbasis sekolah diharapkan akan

meningkatkan produktivitas sekolah. Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam konteks produktivitas pendidikan, sumber-sumber pendidikan dipadukan dengan cara-cara yang berbeda. Produktivitas sekolah dapat diukur dengan menggunakan tiga indikator menurut Alan Thomas (Karyana, 2003: 53) sebagai berikut: (1)

The Administrators Production Function (produktivitas ditinjau dari segi

keluaran administratif), yaitu seberapa besar dan seberapa baik layanan yang diberikan oleh guru dalam memberikan proses pendidikan; (2) The

Psychologist Production Function (produktivitas ditinjau dari segi perubahan

perilaku), yaitu dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapainya dalam periode belajar tertentu di sekolah; dan (3) The Economist’s Production Function,


(16)

melihat produktivitas dari segi keluaran ekonomis yaitu perbandingan antara layanan yang diberikan dengan hasil yang diperoleh siswa. Untuk menciptakan produktivitas sekolah yang optimal diperlukan banyak hal, yang di antaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah yang kondusif.

Asumsi kepemimpinan sebagai salah satu aspek utama dalam keberhasilan organisasi tidak dapat diragukan. Berbagai teori mengungkapkan bahwa tanpa kepemimpinan, organisasi tidak akan mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Sekolah yang tidak memiliki pemimpin bagaikan kelas-kelas yang berjalan secara sendiri-sendiri tanpa mengetahui apa yang dituju dan bagaimana caranya (Mayer, Mullens, and Moore, 2000). Departemen Pendidikan Delaware (2001) mengemukakan bahwa kelambanan dalam kemajuan prestasi sekolah itu banyak dan kompleks yang salah satu pemecahannya adalah harus memberikan perhatian yang lebih kepada kepemimpinan kepala sekolah yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan sekolah, salah satu teori kepemimpinan yang dapat digunakan adalah

Path-Goal Leadership Theory yang dikemukakan oleh Robert J. House dan

Terrence R. Mitchell pada tahun 1971 (Weihrich dan Koontz, 2005: 413-414). Teori ini membagi perilaku kepemimpinan ke dalam empat bentuk, yaitu (1)

Achievement-oriented leadership; (2) Directive/incremental Leadership; (3) Participative Leadership; dan (4) Supportive Leadership.

Untuk menghasilkan produktivitas sekolah yang optimal diperlukan budaya organisasi yang kondusif. Budaya sekolah merupakan asumsi,


(17)

kepercayaan dan nilai yang dianut bersama oleh seluruh anggota organisasi dan menjadi pedoman cara berpikir, bersikap dan bertindak dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Deal dan Peterson (Danim, 2003: 70) menyatakan: “The concept of school culture embrace a wide variety

of beliefs, goals, purposes, thoughts, knowledge and expectation”. Konsep

budaya sekolah mencakup luasnya jenis pengetahuan, tujuan, sasaran, pemikiran, pengetahuan dan pengharapan. Budaya sekolah menjadi landasan setiap kebijakan atau aturan serta mengarahkan perilaku individu dalam sekolah. “Prinsip-prinsip” dikenal sebagai nilai-nilai organisasi dan keyakinan. “Kebijakan dan aturan” antara lain norma-norma, standar-standar, dan ukuran-ukuran. Hasil dari budaya sekolah dapat diamati dan dirasakan melalui perilaku setiap individu dalam organisasi.

Dalam praktiknya, budaya sekolah mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi yang tampak (tangible) dan yang tidak tampak (intangible). Pada tingkat yang tampak, ia mencakup beberapa aspek organisasi, pola perilaku, sistem dan prosedur, bahasa dan kebiasaan yang dilakukan sekolah. Pada tingkat yang tidak tampak, ia mencakup nilai-nilai yang disebut shared values, norma-norma, kepercayaan, asumsi-asumsi para anggota organisasi sekolah untuk mengolah masalah dan pengaruh disekitarnya. Jika kedua dimensi ini berhasil dikembangkan sehingga mampu menghasilkan nilai-nilai fundamental organisasi yang baik dan menunjang produktivitas sekolah. Menurut Hoy dan Miskel (2008: 187), ada sejumlah budaya sekolah yang efektif, yaitu (1) budaya efikasi (a culture of efficacy); (2) budaya percaya (a culture of trust);


(18)

(3) budaya optimisme akademik (a culture of academic optimism); dan (4) Budaya control (a culture of control. Berdasarkan uraian di atas, maka paradigma penelitian digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1 Paradigma Penelitian

F. ASUMSI PENELITIAN

Dalam melaksanakan penelitian diperlukan asumsi penelitian. Hal itu karena asumsi penelitian dapat dijadikan sebagai: (1) landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang akan diteliti; (2) mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian; dan (3) berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis. Dalam merumuskan asumsi-asumsi


(19)

penelitian ini diperlukan telaah konsep dan teori yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah, dan produktivitas sekolah.

Asumsi penelitian merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti. Asumsi ini diperlukan untuk memperkuat permasalahan, membantu peneliti dalam menjelaskan objek penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, asumsi penelitian adalah sebagai berikut:

1. “Indeed, leadership is often regarded as the single most important factor in the success or failure of institution.” Kepemimpinan seringkali menjadi

faktor tunggal yang paling penting bagi keberhasilan atau kegagalan insititusi. (Bass dalam Hoy dan Miskel, 2008: 418).

2. Dalam praktik sehari-hari, organisasi ternyata lebih dikemudikan oleh keyakinan bersama (common spirit) yang menopang struktur, strategi dan sistem manajemen yang bersifat formal. Dengan kata lain, budaya kerja atau kebiasaan-kebiasaan kerja lebih mewarnai bahkan mengendalikan kegiatan kerja organisasisehari-hari (Supriyanto, 2006: 64).

3. Produktivitas sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari diri individu (internal) ataupun faktor yang berasal dari luar individu

(eksternal). Faktor tersebut di antaranya ialah kepemimpina

transformasional (muchdarsyah, 1991: 56).

4. School culture does not operate in a vacuum and crucial to its creation and maintenance are the leadership practice of the school principal.


(20)

krusial untuk mengkreasi dan memeliharanya merupakan praktik kepemimpinan kepala sekolah). (Ogawa dan Bossert dalam Danim, 2003: 55).

G. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Berdasarkan pada asumsi-asumsi penelitan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang.

2. Budaya Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas sekolah SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang.

3. Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

budaya sekolah pada SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang.

4. Kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas sekolah pada SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang.

H. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri dan Swasta yang berada di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang. Fokus penelitian ini berkisar pada kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah dan produktivitas sekolah. Untuk memotret peristiwa, objek dan atau


(21)

perilaku-perilaku sesuai dengan masalah penelitian tersebut maka diperlukan “key

person” yang representative dapat mengungkapkannya. Person tersebut adalah

kepemimpinan sekolah. Populasi penelitian mencakup Kepala, guru dan personil sekolah di SMA Negeri dan Swasta yang berada di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang. Adapun jumlah SMA Negeri dan Swasta yang ada di Kabupaten Sumedang sebanyak 25 unit. Hal ini berarti populasinya ada 25 orang kepala sekolah, 1049 guru jadi jumlah populasinya adalah 1074 orang.


(22)

73 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan pendekatan penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Mencermati masalah yang akan diteliti, yakni pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, perubahan lingkungan strategis sekolah dan budaya sekolah terhadap produktivitas sekolah yang terjadi saat ini di SMA Negeri Se-Kabupaten Sumedang. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Cohen, Manion, & Marrison (2000: 169) menyatakan bahwa banyak penelitian di bidang pendidikan menggunakan metode deskriptif karena metode ini dapat menjelaskan dan menginterpretasikan apa yang terjadi. Penelitian deskriptif digunakan untuk meneliti kondisi atau hubungan yang terjadi, praktik yang berlaku, kepercayaan, sudut pandang atau sikap yang dipegang, proses yang sedang terjadi, efek yang dirasakan, atau kecenderungan yang sedang dikembangkan. Penelitian deskriptif digunakan untuk peneliti bagaimana peristiwa di masa lalau mempengaruhi kondisi yang ada saat ini. Berdasarkan jenis dapat penelitian yang digunakan, peneilitian ini menggunakan dengan pendekatan kuantitatif sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2009: 7) bahwa metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.


(23)

74

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Luasnya definisi teori dari masing-masing variabel penelitian sehingga diperlukan definisi operasional yang mengkontekstualisasikan masing-masing variabel tersebut. Mengenai pentingnya definisi operasional, Kaufman dan Kaufman (2005: 7) menyatakan bahwa definisi operasional merupakan cara efektif untuk menghindarkan kebingungan dalam memformulasikan pertanyaan penelitian dan pengukuran variabel penelitian tersebut. Dengan adanya definisi operasional, peneliti secara khususn dan jelas dapat mengidentifikasi dan mengukur apa yang akan diteliti. Definisi operasional merupakan pendefinisian terminologi dan konsep ke dalam konteks yang spesifik dalam penelitian yang akan dilakukan.

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah untuk mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan memotivasi guru, staf dan siswa untuk melaksanakan berbagai aktivitas guna mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, kepemimpinan kepala sekolah diukur dengan menggunakan dimensi kepemimpinan berdasarkan Toeri Kepemimpinan Path-Goal dengan dimensi-dimensi sebagai berikut: (1) Achievement-oriented

leadership; (2) Directive/incremental Leadership; (3) Participative Leadership; dan (4) Supportive Leadership.


(24)

75

2. Budaya Sekolah

Budaya sekolah adalah seperangkat asumsi dasar, nilai dan kepercayaan yang dianut, diyakini kebenarannya dan dikembangkan di sekolah serta dijadikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan sekolah. Dalam penelitian ini, sekolah diukur dari dimensi-dimensi budaya sekolah yang efektif sebagai berikut: (1) budaya efikasi (a culture of efficacy); (2) budaya percaya (a culture of trust); (3) budaya optimisme akademik (a

culture of academic optimism); dan (4) Budaya control (a culture of control

3. Produktivitas Sekolah

Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini, produtivitas sekolah diukur dari dimensi-dimensi produktivitas menurut Alan Thomas sebagai berikut: (1) The Administrators Production

Function (produktivitas ditinjau dari segi keluaran administratif), yaitu

seberapa besar dan seberapa baik layanan yang diberikan oleh guru dalam memberikan proses pendidikan; (2) The Psychologist Production Function (produktivitas ditinjau dari segi perubahan perilaku), yaitu dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapainya dalam priode belajar tertentu di sekolah; dan (3) The Economist’s Production Function, melihat


(25)

76

produktivitas dari segi keluaran ekonomis yaitu perbandingan antara layanan yang diberikan dengan hasil yang diperoleh siswa.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitaian. Akdon (2008:96) menyatakan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-sayarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Sugiyono (2008:117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generaliasasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pengertian di atas untuk menentukan populasi yang relepan dengan masalah penelitian, peneliti harus mengidentifikasi terlebih dahulu data-data yang akan dikumpulkan sesuai dengan masalah penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang representatif untuk dijadikan senagai sumber data. Sugiyono (2008:118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan Akdon (2008:98) mendefinisikan sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.

Banyak para ahli yang memberikan formula atau pendapat untuk menentukan jumlah sampel yang diambil. Dalampenelitian ini penentuan jumlah sampel mengikuti pendapat Isaac dan Michael. Sugiyono (2008:126).


(26)

77

Rumus yang digunakan adalah

λ . N. P. Q

d N 1 λ P. Q

Di mana

λ dengan dk = 1, taraf kesalahan 5%

P=Q=0,5 ; d = 0,05 ; s = jumlah sampel; N = Populasi

Tabel 3.1

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

NO NAMA SEKOLAH POPULASI JML SAMPEL JML KS Guru KS Guru

1 SMAN Jatinunggal 1 34 35 1 8 9 2 SMAN Darmaraja 1 43 44 1 11 12 3 SMAN Situraja 1 45 46 1 11 12 4 SMAN Conggeang 1 49 50 1 12 13 5 SMAN Tanjungsari 1 60 61 1 15 16 6 SMAN Cimanggung 1 20 21 1 5 6 7 SMAN Jatinangor 1 45 46 1 11 12 8 SMAN Rancakalong 1 32 33 1 8 9

9 SMAN 1 SMD 1 75 76 1 19 20

10 SMAN 2 SMD 1 63 64 1 16 17 11 SMAN 3 SMD 1 65 66 1 16 17 12 SMAN Tanjungkerta 1 23 24 1 5 6 13 SMAN 1 Cimalaka 1 73 74 1 18 19 14 SMAN 2 Cimalaka 1 65 66 1 16 17

15 SMAN Tomo 1 35 36 1 8 9

16 SMAS PGRI Situraja 1 36 37 1 9 10 17 SMAS YKM Tanjungsari 1 37 38 1 9 10 18 SMAS Pasundan

Tanjungsari

1 23 24 1 5 6

19 SMAS PGRI Cimanggung

1 36 37 1 9 10

20 SMAS Plus Guna Cipta 1 27 28 1 6 7 21 SMAS PGRI Jatinangor 1 37 38 1 9 10 22 SMAS Al-Masoem 1 55 56 1 14 15 23 SMAS Darul Fatwa 1 26 27 1 6 7 24 SMAS Al Falah 1 18 19 1 4 5 25 SMAS Bina Umat 1 27 28 1 6 7 Jumlah 25 1049 1074 25 258 283


(27)

78

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Penelitian

1. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Nazir (1983: 211) bahwa pengumpulan data adalah, “Prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan”. Dengan demikian teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah sebagai suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka pengumpulan data atau informasi atau keterangan mengenai subjek penelitian dengan didukung oleh seperangkat instrument pengumpul data yang relevan, yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Data yang dikumpulkan mencakup data mengenai variabel X1 (kepemimpinan

kepala sekolah), variabel X2 (Budaya sekolah) dan data variabel Y

(produktivitas sekolah).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data tidak langsung, yaitu dengan mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian melalui perantara instrumen. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket atau kuesioner.

Akdon dan Hadi (2004: 131) mengemukakan: “Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Kemudian Arikunto (1998: 124) mengemukakan:


(28)

79

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang diketahuinya.

Selanjutnya Akdon dan Hadi (2004: 131- 132) membedakan angket menjadi dua jenis yaitu, “angket terbuka dan angket tertutup”. Untuk lebih jelasnya mengenai kedua angket ini akan penulis uraikan di bawah ini:

1) Angket terbuka (angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya.

2) Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist ( √ ). Untuk mengukur variabel X1, X2 dan variabel Y, maka dalam

penelitian ini digunakan angket berstruktur (angket tertutup). Angket berstruktur atau tertutup berisikan kemungkinan-kemungkinan atau jawaban yang telah tersedia. Faisal (1982: 178) mengemukakan bahwa, “Angket yang menghendaki jawaban yang pendek atau jawabannya diberikan dengan cara memberi tanda tertentu, disebut angket tertutup. Angket demikian biasanya meminta jawaban yang membutuhkan tanda “chek” ( √ ) pada item yang termuat dalam alternatif jawaban”.

Maka angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tetutup, yaitu responden diberi sejumlah pernyataan dan pertanyaan yang


(29)

80

menggambarkan hal-hal yang ingin diungkap dari kedua variabel disertai alternatif jawabannya yang telah ditetapkan. Responden diminta untuk merespon setiap pertanyaan sesuai dengan apa yang diketahui serta dirasakan oleh dirinya dengan cara membubuhkan tanda chek ( √ ) pada alternatif jawaban yang telah tersedia.

Kemudian jenis angket dalam penelitian adalah Skala (1-5). Dengan demikian maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi tidak langsung. Alasan digunakannya angket sebagai alat pengumpul data, yaitu:

1) Data dapat dikumpulkan dalam waktu yang relatif singkat.

2) Didapat jawaban yang relatif sama dari setiap responden, sehingga memudahkan peneliti dalam pengolahan data.

3) Mengarahkan responden pada pokok permasalahan

4) Data dapat diproses dengan mudah untuk ditabulasikan dan

dianalisis

5) Unit cost yang relatif murah dan waktu yang lebih efisien karena peneliti sebagai pegawai pada lembaga tersebut.

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data

a. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Dalam menyusun alat pengumpul data atau instrumen, peneliti mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan indikator yang dianggap penting untuk diteliti, yaitu variabel X1 (Kepemimpinan Kepala Sekolah), variabel X2 (Budaya


(30)

81

2) Membuat kisi-kisi butir item berdasarkan variabel penelitian (terlampir).

3) Membuat daftar pertanyaan dari setiap variabel dengan disertai alternatif jawabannya dan petunjuk cara menjawabnya supaya tidak terdapat kekeliruan dalam menjawab. (terlampir).

4) Menetapkan kriteria penentuan skor. Untuk setiap alternatif jawaban setiap item pada setiap variabel dengan menggunakan penilaian yang berkisar antara 1 sampai 5, dengan perincian pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Pensekoran Alternatif Jawaban Alternative Jawaban Kode Skor

Selalu SL 5

Sering SR 4

Kadang-kadang KD 3

Jarang JR 2

Tidak Pernah TP 1

b. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data merupakan tahapan kegiatan yang ditempuh dalam upaya pengumpulan data.

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan menggunakan studi pendahuluan ke lapangan untuk memperoleh gambaran dan berbagai informasi untuk mengetahui keadaan lapangan, terutama


(31)

82

keadaan populasi serta penyampaian maksud dari penelitian ini kepada pihak lapangan. Setelah selesai mengumpulkan semua keterangan yang dikumpulkan, selanjutnya mengurus berbagai perizinan penelitian kepada pihak-pihak yang berwenang.

b. Tahap Uji Coba Instrumen Pengumpul Data

Keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh instrumen penelitian dalam hal ini angket, karena hal ini memungkinkan untuk diperoleh data yang baik. Sebelum kegiatan pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan, angket yang digunakan terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba angket dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi sehingga dapat diperbaiki jika ada kekurangan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Faisal (1982: 189) bahwa, “Setelah angket disusun, lazimnya tidak langsung disebarkan untuk penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam pengumpulan data yang sebenarnya). Sebelum pemakaian yang sesungguhnya sangatlah mutlak diperlukan uji coba angket yang telah disusun”.

Ukuran yang memadai atau tidaknya instrumen pengumpul data, minimal dilihat dari dua syarat, yaitu syarat validitas atau kesahihan dan reliabilitas atau keajegan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (Akdon dan Hadi, 2004: 143) menjelaskan bahwa, “Yang dimaksud dengan validitas adalah


(32)

83

suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. Dalam hal ini Faisal (1982: 24) menjelaskan maksud dari validitas dan reabilitas sebagai berikut,

Validitas pengukuran berhubungan dengan kesesuaian

dan kecermatan fungsi ukur dari alat yang digunakan. suatu alat pengukuran dikatakan valid jika benar-benar sesuai dan menjawab secara cermat tentang variabel yang mau diukur.

Reliabilitas pengukuran, berhubungan dengan daya konstan

alat pengukur di dalam melahirkan ukuran-ukuran sebenarnya dari apa yang hendak diukur. alat pengukur yang reliabel kecil kemungkinannya melahirkan ukurannya yang berbeda-beda bila kenyataan objeknya memang sama, walaupun dilakukan oleh lain petugas atau lain kesempatan.

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat validitas dan reabilitas angket, maka dilakukan uji coba angket pada sampel uji coba yang karakteristiknya homogen dengan sampel penelitian sebenarnya.

1) Uji Validitas Instrumen

Seperti yang dikemukakan di atas bahwa validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur /instrumen. Sebuah instrumen dapat

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, mampu menangkap data dari variabel yang diteliti.

Sugiono (Akdon dan Hadi, 2004: 143), mengemukakan bahwa, “Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukan alat


(33)

84

ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Selanjutnya Arikunto (1998: 136) mengungkapkan bahwa, “Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana variabel data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud.”

Validitas instrumen dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai antara variabel X1, X2 dan variabel Y.

Seperti yang diungkapkan Sugiono (Akdon, 2004: 144):

(

) ( )( )

( )

{

}

{

( )

}

− − − = 2 2 2 2 . . . . Y Y n X X n Y X XY n rhitung Dimana: hitung r

= koefisien korelasi

∑ Xi = jumlah skor item

∑Yi = jumlah skor total n = jumlah responden


(34)

85

Selanjutnya dihitung dengan uji- t dengan rumus:

2

1 2

r n r thitung

− − =

Dimana: t= Nilai thitung

r = Koefisien korelasi hasil rhitung

n= jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n -2), dengan keputusan, jika thitung > ttabel berarti valid,

sebaliknya jika thitung < ttabel berarti tidak valid. Adapun hasil uji

validitas adalah sebagai berikut:

(a) Hasil uji validitas variabel X1 (Kepemimpinan Kepala

Sekolah) dapat dilihat pada tabel berikut. (Tabel 3.2)

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Variabel X (Kepemimpinan Kepala Sekolah)

No t-hitung t-tabel Validitas

1 3,525 2,306 Valid

2 4,379 2,306 Valid

3 3,307 2,306 Valid

4 5,521 2,306 Valid

5 4,991 2,306 Valid

6 4,767 2,306 Valid

7 4,991 2,306 Valid

8 3,307 2,306 Valid

9 4,379 2,306 Valid

10 3,907 2,306 Valid

11 2,935 2,306 Valid


(35)

86

13 0,668 2,306 Tidak valid

14 3,644 2,306 Valid

15 4,767 2,306 Valid

16 5,521 2,306 Valid

17 4,413 2,306 Valid

18 2,935 2,306 Valid

19 1,633 2,306 Tidak valid

20 4,767 2,306 Valid

21 2,696 2,306 Valid

22 6,208 2,306 Valid

23 2,485 2,306 Valid

24 2,419 2,306 Valid

25 4,379 2,306 Valid

26 4,991 2,306 Valid

27 7,156 2,306 Valid

28 4,991 2,306 Valid

29 1,548 2,306 Tidak valid

30 6,640 2,306 Valid

(b) Hasil uji validitas variabel X2 (Budaya sekolah) dapat

dilihat pada tabel berikut. (Tabel 3.3)

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Variabel X (Budaya Sekolah)

No t-hitung t-tabel Validitas

1 3.112 2.306 Valid

2 5.240 2.306 Valid

3 2.696 2.306 Valid

4 7.793 2.306 Valid

5 6.208 2.306 Valid

6 11.286 2.306 Valid

7 7.793 2.306 Valid

8 5.521 2.306 Valid

9 4.379 2.306 Valid

10 5.840 2.306 Valid

11 4.991 2.306 Valid

12 2.485 2.306 Valid

13 11.286 2.306 Valid

14 3.307 2.306 Valid

15 6.208 2.306 Valid


(36)

87

17 5.521 2.306 Valid

18 4.209 2.306 Valid

19 1.722 2.306 tidak valid

20 6.208 2.306 Valid

21 7.793 2.306 Valid

22 6.208 2.306 Valid

23 4.564 2.306 Valid

24 6.208 2.306 Valid

25 3.771 2.306 Valid

26 8.605 2.306 Valid

27 4.767 2.306 Valid

(c) Hasil uji validitas variabel Y (Produktivitas Sekolah) dapat dilihat pada tabel berikut. (Tabel 3.4)

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Variabel Y (Produktivitas)

No t-hitung t-tabel Validitas

1 4.21 2.306 Valid

2 6.21 2.306 Valid

3 4.77 2.306 Valid

4 4.21 2.306 Valid

5 2.77 2.306 Valid

6 5.84 2.306 Valid

7 6.64 2.306 Valid

8 5.84 2.306 Valid

9 0.89 2.306 tidak valid

10 3.77 2.306 Valid

11 1.23 2.306 tidak valid

12 7.79 2.306 Valid

13 4.05 2.306 Valid

14 4.05 2.306 Valid

15 7.16 2.306 Valid

16 2.85 2.306 Valid

17 6.64 2.306 Valid

18 4.05 2.306 Valid

19 4.77 2.306 Valid

20 6.64 2.306 Valid

21 6.64 2.306 Valid

22 5.84 2.306 Valid


(37)

88

24 4.21 2.306 Valid

25 5.84 2.306 Valid

26 2.42 2.306 Valid

2) Uji reliabilitas Instrumen

Setelah uji validitas, instrumen penelitian pun harus diuji reliabilitasnya. Arikunto (2002: 154) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.

Langkah-langah pengujian reliabilitas angket dalam

penelitian ini mengikuti pendapat Akdon dan Hadi (2004: 151) sebagai berikut:

a) Menghitung total skor

b) Menghitung korelasi Product Moment dengan rumus:

(

) ( )( )

( )

{

}

{

( )

}

− − − = 2 2 2 2 . . . . Y Y n X X n Y X XY n rb Di mana: = b

r Koefisien korelasi

Xi =Jumlah skor item

Yi =Jumlah skor total (seluruh item)


(38)

89

c) Menghitung reliabilitas seluruh item dengan rumus Spearman Brown berikut:

b b r r r

+ =

1 . 2 11

d) Mencari r tabel apabila dengan α=0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2)

e) Membuat keputusan dengan membandingkan r 11 dengan r tabel.

Dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika r

11 > r tabel berarti item angket reliabel, sebaliknya jika r 11 < r tabel

berarti item angket tidak valid.

Berdasarkan langkah-langkah penghitungan reliabilitas

angket di atas, kemudian diperoleh gambaran reliabilitas instrumen. Secara lebih rinci hasil uji validitas tiap variabel dapat di lihat di bawah ini.

(1) Hasil uji relibilitas variable X1 (Kepemimpinan Kepala


(39)

90

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1 (Kepemimpinan Kepala Sekolah)

No r11 r-tabel Reliabilitas

1 0.876 0,707 Reliabel 2 0.913 0,707 Reliabel 3 0.864 0,707 Reliabel 4 0.942 0,707 Reliabel 5 0.930 0.707 Reliabel

6 0.925 0.707 Reliabel

7 0.930 0.707 Reliabel

8 0.864 0.707 Reliabel

9 0.913 0.707 Reliabel

10 0.895 0.707 Reliabel

11 0.837 0.707 Reliabel

12 0.901 0.707 Reliabel

13 0.374 0.707 tidak reliabel

14 0.883 0.707 Reliabel

15 0.925 0.707 Reliabel

16 0.942 0.707 Reliabel

17 0.870 0.707 Reliabel

18 0.837 0.707 Reliabel

19 0.667 0.707 Reliabel

20 0.925 0.707 Reliabel

21 0.817 0.707 Reliabel

22 0.953 0.707 Reliabel

23 0.795 0.707 Reliabel

24 0.788 0.707 Reliabel

25 0.913 0.707 Reliabel

26 0.930 0.707 Reliabel

27 0.964 0.707 Reliabel

28 0.930 0.707 Reliabel

29 0.649 0.707 tidak reliabel

31 0.958 0.707 Reliabel

(2) Hasil uji relibilitas variable X2 (Budaya Sekolah) dapat dilihat


(40)

91

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2 (Budaya Sekolah )

No r11 r-tabel Reliabilitas

1 0.85 0,707 reliabel

2 0.94 0,707 reliabel

3 0.82 0,707 reliabel

4 0.97 0,707 reliabel

5 0.95 0.707 reliabel

6 0.98 0.707 reliabel

7 0.97 0.707 reliabel

8 0.94 0.707 reliabel

9 0.91 0.707 reliabel

10 0.95 0.707 reliabel

11 0.93 0.707 reliabel

12 0.80 0.707 reliabel

13 0.98 0.707 reliabel

14 0.86 0.707 reliabel

15 0.95 0.707 reliabel

16 0.97 0.707 reliabel

17 0.94 0.707 reliabel

18 0.91 0.707 reliabel

19 0.68 0.707 tidak reliabel

20 0.95 0.707 reliabel

21 0.97 0.707 reliabel

22 0.95 0.707 reliabel

23 0.92 0.707 reliabel

24 0.95 0.707 reliabel

25 0.89 0.707 reliabel

26 0.97 0.707 reliabel

27 0.92 0.707 reliabel

(3) Hasil uji relibilitas variable Y (Produktivitas Sekolah) dapat dilihat pada tabel berikut ini. (tabel 3.7)


(41)

92

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Produktivitas Sekolah)

No r11 r-tabel Reliabilitas

1 0.91 0,707 reliabel

2 0.95 0,707 reliabel

3 0.92 0,707 reliabel

4 0.91 0,707 reliabel

5 0.82 0.707 reliabel

6 0.95 0.707 reliabel

7 0.96 0.707 reliabel

8 0.95 0.707 reliabel

9 0.46 0.707 tidak reliabel

10 0.89 0.707 reliabel

11 0.57 0.707 tidak reliabel

12 0.97 0.707 reliabel

13 0.90 0.707 reliabel

14 0.90 0.707 reliabel

15 0.96 0.707 reliabel

16 0.83 0.707 reliabel

17 0.96 0.707 reliabel

18 0.90 0.707 reliabel

19 0.92 0.707 reliabel

20 0.96 0.707 reliabel

21 0.96 0.707 reliabel

22 0.95 0.707 reliabel

23 0.95 0.707 reliabel

24 0.91 0.707 reliabel

25 0.95 0.707 reliabel

26 0.79 0.707 reliabel

c. Tahap Penyebaran Angket dan Pengumpulan Data

Setelah uji coba instrument dilaksanakan dan tingkat validitas dan reliabilitas telah diketahui, selanjutnya adalah penyebaran instrument pada sampel penelitian yang sudah ditetapkan, yaitu pegawai di SMA Negeri se-Kabupaten Sumedang. Dalam hal ini data


(42)

93

hasil uji coba tidak digabungkan ke dalam data yang akan diolah untuk menguji hipotesisi penelitian.

E. Teknik Pengolahan Data

a. Seleksi Angket

Pada tahap ini langkah pertama yang dilakukan adalah memeriksa dan menyeleksi data yang terkumpul dari responden. hal ini penting dilakukan bahwa data yang terkumpul telah memenuhi syarat untuk diolah. Langkah-langkah ini secara lebih terperinci dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Memeriksa apakah semua angket dari responden telah terkumpul. Data yang terkumpul kemudian dicek kelengkapan instrumen yang disebar, apakah ada lembar yang rusak atau hilang, apakah semua item pertanyaan atau pernyataan telah terisi oleh responden, serta pengecekan kelengkapan lainnya yang akan memudahkan dalam pengolahan data.

2. Memeriksa apakah semua pertanyaan atau pernyataan dalam

angket dijawab sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Data dari instrumen yang sudah dicek kelengkapannya kemudian dipilih dan disortir. Sehingga hanya data yang terpakai saja yang disimpan dengan maksud agar data rapih, bersih dan memudahkan untuk pengolahan data selanjutnya.


(43)

94

3. Melakukan tabulasi data, yaitu merekap semua jawaban responden

ke dalam sebuah tabel, kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan kebutuhan analisis selanjutnya.

4. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. dalam

tahapan ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil.

Pada tahapan ini langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mencari kecenderungan variabel X1 (Kepemimpinan Kepala

Sekolah), variabel X2 (Budaya Sekolah) dan Variabel Y

(Produktivitas Sekolah).

Teknik ini digunakan untuk mencari kecenderungan variabel X1 (Kepemimpinan Kepala Sekolah), variabel X2

(Budaya Sekolah) dan variabel Y (Produktivitas Sekolah) atau untuk menggambarkan keadaan kecenderungan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Produktivitas Sekolah untuk menentukan kedudukan setiap item atau indikator, maka digunakan uji statistik yang sesuai dengan penelitian ini, seperti yang diungkapkan oleh Sugiono (2002: 95) yaitu menggunakan rumus Weight Means Scored (WMS) sebagai berikut:

n X X =


(44)

95

x

= nilai rata-rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali nilai bobot nilai untuk setiap alternatif/ kategori)

n = Jumlah responden / sampel

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan WMS adalah:

1) Memberi bobot untuk setiap alternatif jawaban yang dipilih 2) Menghitung jumlah responden setiap item dan kategori

jawaban

3) Menunjukan jawaban responden untuk setiap item dan

langsung dikalikan dengan bobot alternatif jawaban itu sendiri

4) Menghitung nilai rata-rata untuk setiap item pada masing-masing kolom.

5) Menentukan kriteria pengelompokan WMS untuk skor

rata-rata setiap kemungkinan jawaban.

6) Mencocokkan hasil perhitungan setiap variabel dengan

kriteria masing-masing untuk menentukan dimana letak kedudukan setiap variabel atau dengan kata lain ke mana arah kecenderungan dari masing-masing variabel tersebut.


(45)

96

b. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan kegiatan penelitian sebagai upaya untuk membuat data menjadi berarti, hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Surakhmad (1998: 109-110) bahwa, “Mengolah data adalah usaha konkrit untuk membuat data itu berbicara sebab betapapun besarnya jumlah data dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksananaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah menurut sistematis yang baik niscaya data itu tetap merupakan bahan-bahan bisu seribu bahasa”. Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 17 for

Windows. Namun demikian, untuk membantu logika statistic dan

pemahaman peneliti, berikut diuraikan langkah pengolahan data secara manualnya.

Sebelum dilanjutkan pada teknik pengolahan data ditempuh, terlebih dahulu dilakukan pentabulasian data sebagai berikut:

1) Memberi bobot untuk setiap kemungkinan jawaban pada item

untuk setiap variabel penelitian

2) Memberi skor pada setiap angket responden dengan cara

menjumlahkan bobot nilai pada setiap variabel penelitian

3) Mengelompokkan skor yang diperoleh responden ke dalam setiap variabel penelitian


(46)

97

Untuk menjadikan data menjadi lebih berarti maka harus dilakukan langkah –langkah sebagai berikut:

a) Mengubah skor mentah menjadi skor baku dengan rumus:

   

 −

+ =

S X X Ti 50 10

Keterangan:

Ti = Skor baku

X = Data skor untuk masing-masing responden

X = Rata-rata

S = Simpangan baku

Untuk menggunakan rumus di atas, maka langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagi berikut:

1) Menentukan skor tertinggi dan skor terendah

2) Menentukan rentang (R), yaitu skor tertinggi (ST) dikurangi skor terendah (SR) dengan rumus: R = ST – SR

3) Menentukan banyaknya kelas interval, dengan cara:

BK = 1+ (3,3) log n

4) Menentukan kelas interval atau panjang kelas interval (KI), yaitu

rentang dibagi banyak kelas, dengan rumus:

bk R KI =


(47)

98

5) Mencari rata-rata (X) dengan rumus:

= F FX X

6) Mencari simpangan baku dengan rumus sebagai berikut:

( ) (

)

(

1

)

2 2

− −

=

n n

FX FX

n S

b) Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui dan menentukan teknik statistik apa yang akan digunakan pada pengolahan data nantinya. Apabila penyebaran datanya normal maka digunakan statistik parametrik sedangkan apabila penyebaran datanya tidak normal maka digunakan statistik non-parametrik. Rumus yang digunakan untuk pengujian normalitas distribusi data digunakan rumus Chi Kuadrat

( )

χ2 . Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Sugiono (2002: 104), =

(

)

FE FE

FO 2

2 χ χ2

= nilai chi kuadrat

Fo = frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)

Fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

Langkah yang ditempuh dalam menggunakan rumus chi kuadrat di atas adalah sebagai berikut;


(48)

99

(1) Membuat tabel distribusi frekuensi untuk memberikan harga-harga yang digunakan dalam menghitung Mean dan Simpangan baku.

(2) Menentukan batas bawah dan batas atas kelas interval

(3) Mencari angka standar (Z) sebagai batas kelas dengan rumus:

S X BK Z

− =

(4) Mencari luas daerah antara O dengan Z (O-Z) dari tabel distribusi Chi Kuadrat

(5) Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) dengan cara

mengalihkan luas tiap kelas interval dengan

f atau n. 2

(6) Mencari frekuensi pengamatan (O ) dengan cara mengisikan i

frekuensi ( f ) tiap kelas interval sesuai dengan bilangan pada i

tabel distribusi frekuensi. (7) Mencari Chi Kuadrat (χ2

) dengan memesukkan harga-harga ke dalam rumus:

(8)

(

)

fe fe fo

=

2 2

χ

(9) Menentukan keberartian χ2dengan cara membandingkan χ2 hitung denganχ2tabel dengan kriteria, distribusi data dikatakan normal apabila χ2 hitung <χ2tabel dan distribusi data dikatakan tidak normal apabila χ2

hitung >χ2


(49)

100

Hasil pengujian terhadap normal atau tidak normalnya distribusi data sebagaimana yang dikemukakan oleh Surakhmat (1998: 95) , bahwa, “Tidak semua populasi (maupun sampel) menyebar secara normal. Dalam hal ini digunakan teknik (yang diduga) menyebar formal, teknik statistik yang dipakai sering disebut teknik parametrik, sedangkan untuk penyebaran yang tidak normal dipakai teknik non parametrik, sebuah teknik yang tidak terikat oleh bentuk penyebaran”.

c) Menguji Hipotesis Penelitian (1) Analisis Korelasi Sederhana

Untuk mengetahui korelasi atau hubunan antara variabel penelitian dilakukan uji korelasi. Uji korelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut:

(

) ( )( )

( )

{

}

{

( )

}

− − − = 2 2 2 2 . . . . Y Y n X X n Y X XY n rXY Keterangan: = XY

r Korelasi antara variabel X denganvariabel Y

X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y

Hasil uji korelasi berupa koefisien korelasi kemudian dikonsultasikan pada tabel konsultasi koefisien korelasi sebagai berikut (Akdon dan Hadi, 2004: 188):


(50)

101

Tabel 3.9

Tabel Konsultasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80-1,000 Sangat Kuat

0,60-0,799 Kuat

0,40-0,599 Cukup Kuat

0,20-0,399 Rendah

0,00-0,199 Sangat Rendah

(2) Korelasi Parsial

Korelasi parsial adalah analisis korelasi untuk mengetahui hubungan anatar dua variabel, jika variabel independen yang lain dianggap tetap. Analisi korelasi parsial dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17.00 for Windows. Secara manual, rumus korelasi parsial adalah sebagai berikut.

. .

1 1

√ 3 1

(3) Korelasi Ganda

Korelasi ganda adalah analisis untuk mengetahui hubungan antara dua variabel bebas dengan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, analisi korelasi ganda dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17.00 for Windows. Secara manual, rumus korelasi ganda adalah sebagai berikut.

2 1


(51)

102

Uji Signifikansi

Pengujian signifikansi dilakukan untuk mencari makna hubungan antara variabel penelitian. Adapun uji signifikansi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus:

2 1

2 r n r thitung

− − =

t hitung = Nilai t

r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah sampel

Hasil penghitungan diperoleh nilai t hitung. Dengan

membandingkan dengan nilai t tabel maka dapat disimpulkan:

Jika t hitung > t tabel berarti korelasi bersifat signifikan,

bila t hitung < t tabel berarti korelasi tidak signifikan.

(4) Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel penelitian. Penghitungan determinasi dilakukan berdasarkan rumus yang dinyatakan oleh Akdon dan Hadi (2004: 188) sebagai berikut:

Keterangan:

KP = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koefisien Korelasi (5) Uji regresi Sederhana

Uji regresi digunakan untuk melakukan prediksi seberapa besar nilai variabel dependent, bila nilai variabel independen

% 100 2×

=r KP


(52)

103

diubah. Analisis regresi ini digunakan dengan rumus yang dikemukakan oleh Sugiono (2002: 244-245):

Y = a + bX Keterangan:

Y = Harga variabel Y yang diramalkan a = harga gram regresi (bilangan konstanta)

b= Koefisien arah regresi linier yang menyatakan rata-rata perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan variabel X sebesar satu unit.

X = Harga variabel X

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut

1) Mencari harga-harga yang akan digunakan menghitung koefesien a dan b, yaitu

∑ ∑ ∑ ∑ ∑

2 2

2

, , , ,

, y xy x y xy

x

( )

(

) ( )(

)

(

2

) ( )

2

2

− − = x x n xy x x y a

(

) ( )( )

(

2

)

( )

2

− − = x x n y x xy n b

2). Menyusun persamaan regresi dalam bentuk persamaan Y = a + bX


(53)

104

(6) Uji Regresi Ganda

Regresi ganda merupakan regresi yang membahas hubungan variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas. Persamaan regresinya adalah:

! "# " $ " $

"# " $ " $

" ∑ $ ∑ $ ∑ $ $ $

∑ $ ∑ $ ∑ $ $

" ∑ $ ∑ $ ∑ $ $ $

∑ $ ∑ $ ∑ $ $

(7) Uji Linieritas Regresi dengan Anava

Anava untuk menguji signifikasi atau keberartian koefesien arah regresi Y atas X1 dan X2 dan untuk menguji linearitas

persamaan regresi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menghitung varians sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudjana (1996: 302-306) sebagai berikut :

1) Mencari jumlah kuadrat total JK (T) =

Y 2

2) Mencari jumlah kuadrat karena regresi

JK (a) =

( )

n Y 2


(54)

105

Jk (b /a ) = b

(

)( )

        −

n Y X XY

4) Mencari jumlah kuadrat karena kekeliruan residu

JK (res) = JK (T) – Jk (a) – JK (b / a)

5) Mencari jumlah kuadrat karena kekeliruan

JK (E) =

∑ ∑

( )

        − n Y y 2 2

6) Untuk menghitung JK (E) terlebih dahulu dibuatkan tabel pasangan variabel X dan Variabel Y

7) Mencari jumlah kuadrat tuna cocok

JK (TC) = JK (res) – JK (E)

Setelah diperoleh harga-harga dengan menggunakan rumus di atas kemudian di lanjutkan dengan mencari kuadrat tengah (KT) untuk setiap sumber variasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mencari kuadrat tengah total dengan rumus : KT (T) =

y2

2) Mencari kuadrat tengah (a) dengan rumus:

KT (a) =

( )

n y 2

3) Mencari kuadrat tengah regresi (reg) dengan rumus

1 ) / (

2 JK b a Sreg =

4) Mencari kuadrat tengah residu (res) dengan rumus:

2 2 − = n JKres Sres


(55)

106

5) Mencari kuadrat tengah tuna cocok (TC) dengan rumus

2 ) ( 2 − = k TC JK STC

6) Mencari kuadrat tengah (KT) untuk sumber variasi dengan rumus: k n E JK SE − = ( ) 2

Kemudian mencari harga F untuk tuna cocok regresi linier

dengan menggunakan rumus : 2

2

E TC S S

F = kriteria pengujian yang

digunakan adalah dengan dk pembilang = (k – 2) dan dk penyebut = (n – k) dan pada tahap signifikasi tertentu, maka diterima Ho jika F hitung > F tabel dan ditolak Ho jika F hitung < F tabel.

Dari beberapa perhitungan di atas diperoleh tabel Anava untuk uji signifikasi koefesien regresi dan uji linieritas regresi sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudjana (1996: 334) sebagai berikut:

Tabel 3.10 Analisis Varians Sumber

Variasi DK JK KT F

Total n

2

Y

Y 2

Regresi (a) 1

( )

n Y 2

( )

n Y 2

Regresi (b/a) Residu 1 n-2

JKreg = JK (b/a)

JKres = JK (T) –

JK (a) - JK (b/a) ) / ( 2 A B JK Sreg =

2 2 − = n JK

Sres res 2

2

res reg S S

Tuna cocok k-2 JK(TC) =

JK(res) – JK(E) 2

) ( 2 − = k TC JK STC 2 2 E TC S S


(56)

(57)

149

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada temuan-temuan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap

Produktivitas Sekolah di Kabupaten Sumedang (Studi Analisis Deskriptif Pada SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang)”, dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

1. Kepemimpinan kepala sekolah SMA di Sumedang berada pada taraf

72,56% dari nilai ideal atau berada dalam kategori baik. Kemampuan kepala sekolah dalam memimpin dengan berorientasi pada prestasi mencapai taraf 78,96% atau berada dalam kategori baik. Kemampuan kepala sekolah dalam menunjukkan kepemimpinan direktif (directive

leadership) menunjukkan pada taraf 69,13% dari ideal atau berada dalam

kategori baik. Kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan kepemimpinan partisipatif berada dalam taraf 67,82 % dari ideal atau berada dalam kategori cukup baik. Kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan kepemimpinan yang mendukung bawahannya (supportive

leadership) berada pada taraf 71,29% dari ideal atau berada dalam


(58)

150

2. Budaya sekolah SMA di Kabupaten Sumedang berada pada taraf 79,33%

dari ideal atau berada dalam kategori baik. Budaya efikasi berada dalam kategori baik dengan mencapai taraf 81,59% dari nilai ideal. Budaya percaya berada pada taraf 75,65% dari ideal atau berada dalam kategori baik. Budaya optimisme akademik pada SMA di Kabupaten Sumedang berada dalam kategori baik dengan mencapai taraf 79,81%. Dan budaya kontrol atau pengendalian siswa di SMA se Kabupaten Sumedang berada dalam kategori sangat baik dengan mencapai taraf 85, 19%.

3. Produktivitas sekolah SMA se Kabupaten Sumedang berada pada

kategori baik dengan mencapai taraf 83,11% dari nilai ideal. Fungsi produksi administrasi berada dalam kategori baik dengan mencapai taraf 80,86% dari nilai ideal. Fungsi produksi psikologis berada dalam kategori baik dengan mencapai taraf 83,90% dari nilai ideal. Fungsi produksi ekonomis berada dalam kategori sangat baik dengan mencapai taraf 87,41% dari nilai ideal.

4. Sekolah negeri lebih baik dari sekolah swasta. Hasil penelitian untuk

variabel kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah dan

produktivitas sekolah negeri lebih baik dibandingkan dengan sekolah swasta.

5. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Produktivitas

Sekolah sebesar 0,956 (sangat kuat). Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpina kepala sekolah memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap produktivitas sekolah. Dengan koefisien determinasi sebesar


(59)

151

91,4% yang berarti bahwa kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi terhadap produktivitas sekolah sebesar 91,4%, sedangkan sisanya sebesar 8,6% dikontribusi oleh faktor lain.

6. Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah sebesar 0,961

(sangat kuat). Hal ini menunjukkan bahwa budaya sekolah memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap produktivitas sekolah. Dengan koefisien determinasi sebesar 92,3% yang berarti bahwa budaya sekolah berkontribusi terhadap produktivitas sekolah sebesar 92,3%, sedangkan sisanya sebesar 7,7% dikontribusi oleh faktor lain.

7. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Budaya Sekolah

sebesar 0,989 (sangat kuat). Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap budaya sekolah. Dengan koefisien determinasi sebesar 97,6% yang berarti bahwa kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi terhadap budaya sekolah sebesar 97,6%, sedangkan sisanya sebesar 2,4% dikontribusi oleh faktor lain. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi: Kepemipinan Kepala Sekolah

berkontribusi positif dan signifikan terhadap budaya sekolah telah

terbukti dan diterima

8. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara

simultan terhadap produktivitas sekolah ditunjukkan dengan koefisien sebesar 0,962 (kategori korelasi sangat kuat). Dengan demikian maka hipotesis penelitian yang berbunyi: Kepemimpinan kepala sekolah dan


(60)

152

budaya sekolah secara simultan berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap produktivitas sekolah telah terbukti diterima (Ha

diterima, Ho ditolak). Dengan koefisien determinasi sebesar 0,925 yang berarti bahwa variabel kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara simultan berkontribusi sebesar 92,5% terhadap produktivitas sekolah. Sedangkan sisanya sebesar 6,5% dikontribusi oleh faktor lain. Faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah adalah; 1) kompetensi atau kemampuan guru dan pimpinan sekolah, 2) motivasi guru dan pimpinan sekolah, 3) kualitas kehidupan kerja (quality of work life).

Berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian di atas, secara umum dapat dinyatakan bahwa semua hipotesis penelitian ini telah terbukti dan dapat diterima.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada temuan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap produktivitas sekolah di Kabupaten Sumedang, peneliti memandang perlu untuk memberikan rekomendasi kepada kepala sekolah sebagai berikut.

1. Meningkatkan kemampuannya untuk dapat menerapkan participative

leadership, directive leadership, dan supportive leadership sehingga di

antara keempat kategori kepemipinan tersebut dapat dijalankan secara berimbang dalam menghadapi berbagai situasi sekolah, sebab dari ke


(1)

151

91,4% yang berarti bahwa kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi terhadap produktivitas sekolah sebesar 91,4%, sedangkan sisanya sebesar 8,6% dikontribusi oleh faktor lain.

6. Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah sebesar 0,961 (sangat kuat). Hal ini menunjukkan bahwa budaya sekolah memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap produktivitas sekolah. Dengan koefisien determinasi sebesar 92,3% yang berarti bahwa budaya sekolah berkontribusi terhadap produktivitas sekolah sebesar 92,3%, sedangkan sisanya sebesar 7,7% dikontribusi oleh faktor lain.

7. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Budaya Sekolah sebesar 0,989 (sangat kuat). Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap budaya sekolah. Dengan koefisien determinasi sebesar 97,6% yang berarti bahwa kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi terhadap budaya sekolah sebesar 97,6%, sedangkan sisanya sebesar 2,4% dikontribusi oleh faktor lain. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi: Kepemipinan Kepala Sekolah berkontribusi positif dan signifikan terhadap budaya sekolah telah terbukti dan diterima

8. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara simultan terhadap produktivitas sekolah ditunjukkan dengan koefisien sebesar 0,962 (kategori korelasi sangat kuat). Dengan demikian maka hipotesis penelitian yang berbunyi: Kepemimpinan kepala sekolah dan


(2)

budaya sekolah secara simultan berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap produktivitas sekolah telah terbukti diterima (Ha diterima, Ho ditolak). Dengan koefisien determinasi sebesar 0,925 yang berarti bahwa variabel kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara simultan berkontribusi sebesar 92,5% terhadap produktivitas sekolah. Sedangkan sisanya sebesar 6,5% dikontribusi oleh faktor lain. Faktor yang mempengaruhi produktivitas sekolah adalah; 1) kompetensi atau kemampuan guru dan pimpinan sekolah, 2) motivasi guru dan pimpinan sekolah, 3) kualitas kehidupan kerja (quality of work life).

Berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian di atas, secara umum dapat dinyatakan bahwa semua hipotesis penelitian ini telah terbukti dan dapat diterima.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada temuan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap produktivitas sekolah di Kabupaten Sumedang, peneliti memandang perlu untuk memberikan rekomendasi kepada kepala sekolah sebagai berikut.

1. Meningkatkan kemampuannya untuk dapat menerapkan participative leadership, directive leadership, dan supportive leadership sehingga di antara keempat kategori kepemipinan tersebut dapat dijalankan secara berimbang dalam menghadapi berbagai situasi sekolah, sebab dari ke


(3)

153

empat kategori kepemimpinan tersebut yang paling baik adalah achievement oriented.

2. Mengembangkan berbagai upaya untuk meningkatkan budaya percaya di antara semua civitas akademika serta meningkatkan budaya optimnisme akademik agar capaian prestasi akademik sekolah semakin meningkat. 3. Mengembangkan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas

dalam fungsi administrasi dan psikologis untuk mewujudkan keseimbangan dalam tiga fungsi produktivitas.

4. Berdasarkan hasil olah data, bahwa sekolah swasta harus bisa lebih meningkatkan kemampuan kepemimpinan, budaya dan produktivitas sekolahnya supaya bisa bersaing dengan negeri.


(4)

154

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Aris. (1990). “Modal Manusia dalam Pembangunan Ekonomi," dalam Ekonomi Sumber Daya Manusia, A. Ananta (ed.). Jakarta: Lembaga Demografi FEUI.

Basri, Faizal H. (1996). "Seharusnya Ada Manajemen Partisipatif Antara Pihak Pengusaha dan Pekerja," Warta Demografi, No. 5 Tahun 1996, hal. 12-15. Buchanan, D dan Hucynski, A. (2004). Organizational Behavior. London:

Prentice Hall.

Danim, Sudarwan. (2003). Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Departement of education State of Delaware.(2001). Building Successful School Leaders in Times of Great Change; Delaware School leadership Task Force : Report and Recommendation. U.S. : Institute for Public Administration

Fremont, E Kast dan Rosenzweig, E James. (2002). Organisasi dan Manajemen, Edisi Keempat. Jakarta: Bumi Aksara.

Furqon. (1999). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Hanafi, Mamduh M. (1997). Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Hasibuan, M. 2003. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara.

Hoy, W K, dan Miskel, C G. (2008). Educational Administration. New York: McGraw-Hill.

Hoxby, Caroline M. (2003). Nasional Bureau of economic of school choice. London: University of Chicago Press.

Karyana, Aang. (2003). Pengaruh Penempatan dan Kepuasan Terhadap Produktivitas Kerja Guru. Tesis pada PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Komariah, A dan Triatna, C. (2008). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.


(5)

155

Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muchdarsyah, S. (1992). Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi

Aksara.

Mulyasa, Enco. (2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenengakan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, Enco. (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyono, Mauled. (1993). Penerapan Produktivitas Dalam Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pidarta. (2005). Perencanaan Pendidikan Partisipatori. Jakarta: Rineka Cipta. Prasetyo, E dan Wahyuddin, M. (2006). Pengaruh Kepuasan Dan Motivasi Kerja

Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Riyadi Palace Hotel Di Surakarta. Makalah. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta: tidak diterbitkan.

Ravianto. (1987). Ekonomi Teknik. Jakarta: Sarana Informasi Usaha. Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika. Bandung: CV Alfabeta.

Riduwan dan Akdon. (2005). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Schein, Edgar H. (2004). Organizational Culture And Leadership. San Francisco: John Wiley & Sons.

Schermerhorn, John R; Hunt, James G & Osborn, Richard N. (2002). Organizational Behavior. 7TH edition. Phoenix: John Wiley & Sons, Inc. Siagian, S. P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sinungan, Muchdarsyah. (2005). Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarat: Bumi Aksara.

Sopandi (2001). Strategi Pengembangan Budaya Mutu dalam Manajemen Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung.

Sweenwy, P D, McFarlin, D B. (2002). Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill.


(6)

Sugiyono. (2002). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprayogo, I dan Tobroni. (2001). Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Supriadi, Dedi. (1998). Meningkatkan Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Supriyanto, Eko B (eds). (2006). Budaya Kerja Perbankan. Jakarta: LP2ES. Tjiptono, Fandy. (2003). Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit Andi. Wahjosumidjo. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo

Perkasa.

Weihrich, Heinz dan Koontz, Harold. (2005). Management: A Global Perspective, Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill.

Wiyono, Nur Hadi. (1996). "Peningkatan Produktivitas: Mengapa Begitu Pentiing?," Warta Demografi No. 5 Tahun 1996, hal. 4-8.

Woods, John A. (1997). The Six Values of a Quality Culture. [Online]. Tersedia: http://www.rtis.com/nat/user/jfullerton/review/values.htm. [23 Maret 2003].


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH, DAN KINERJA GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DI SMA NEGERI KABUPATEN PRINGSEWU

2 30 105

PRODUKTIVITAS SEKOLAH(Ditinjau dari Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah Produktivitas Sekolah (Ditinjau dari Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah dan Motivasi Kerja di MTs Negeri Kabupaten Pati).

0 1 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SMA DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 1 66

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALITAS GURU TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH : Analisis Deskriptif pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

0 0 50

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP BUDAYA SEKOLAH PADA SMA NEGERI DI KABUPATEN BANDUNG.

1 1 43

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN PRODUKTIVITAS SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN MAJALENGKA.

0 0 66

PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU :Studi Deskriptif pada Guru SD Negeri di Kabupaten Sumedang.

0 0 55

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DI SMP NEGERI DAN SWASTA WILAYAH KOTA BANDUNG.

0 1 93

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH :Studi Deskriptif Analitik terhadap Persepsi Guru SMA Negeri SSN di Kota Bandung.

0 1 61

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KEPUASAN KERJA GURU TERHADAP MUTU SEKOLAH (Studi Analisis Deskriptif tentang Persepsi Guru pada SMAN di Kabupaten Sumedang).

0 1 106