TUGAS 4 DINAMIKA DAN FAKTOR YG MEMPENGAR

TUGAS 4
PATOLOGI SOSIAL DAN KRIMINOLOGI
“DINAMIKA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PATOLOGI SOSIAL”

Disusun Oleh:
RANDO TERNANDO
1300338/2013

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

DINAMIKA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PATOLOGI SOSIAL
1. Batasan dan Bentuk-Bentuk dari Patologi Sosial
a. Batasan Patologi Sosial
Menurut Kartini Kartono (2007:2) batasan patologi sosial adalah sebagai
berikut:
1) Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat-istiadat
masyarakat (dan adat-istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan
bersama).

2) Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagai
mengganggu, tidak dihendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak.
b. Bentuk-Bentuk Patologi Sosial
1) Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan bentuk aktivitas sekelompok remaja yang tidak
sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Sesuai dengan sifat remaja yang
sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan emosi, perilaku mereka
mencerminkan gejolak emosi tanpa mempedulikan lingkungannya. Misalnya kebutkebutan, selalu melakukan aktivitas-aktivitas untuk memuaskan rasa ingin tahunya
yang sangat besar. Secara Yuridis, Kenakalan Remaja = 14-21 tahun, yaitu:
 Anak yang tidak disukai oleh teman-temannya (Penyendiri)
 Anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab
 Anak yang sering mengeluh
 Anak yang mengalami gelisah yang melewati batas normal
 Anak yang suka berbohong
 Anak yang sering menyakiti temannya
 Anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian dan pemikiran mereka.
2) Pecandu NAPZA
Batasan dan Undang-Undang tentang NAPZA
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

c. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotik
d. Undang-undang

Republik

Indonesia

nomor

23

tahun

2002

tentang

Perlindungan Anak.
Bentuk-bentuk pecandu napza adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian coba-coba (experimental use)

Pemakaian NAPZA yang tujuannya ingin mencoba.
2. Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use)
Pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-senang, pada saat rekreasi
atau santai.

3. Pemakaian Situasional (situasional use)
Pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan,
kesedihan, kekecewaaqn, dan sebagainnya.
4. Penyalahgunaan (abuse)
Pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis
(menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari.
5. Ketergantungan (dependence use)
Pemakai sudah memmiliki ketergantungan dengan Zat akdiktif.
3) Sadisme dan Kriminalitas
Sadism dapat di definisikan sebagai berikut:
1. Seseorang yang berkecendrungan untuk mendapatkan kepuasan seksualnya
dengan cara menyiksa, menyakiti atau pelecehan emosional terhadap orang
lain.
2. Mendapatkan kepuasan dari kekejaman
Sedangkan kriminalitas sering disebut dengan tindak kejahatan. Kriminalitas

menurut bahasa adalah sama dengan kejahatan (pelanggaran yang dapat dihukum)
yaitu perkara kejahatan yang dapat dihukum menurut Undang-Undang.
4) Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang
untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara
yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak
wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
5) Perjudian dan Korupsi
Menurut Kartini Kartono (2007:58) perjudian adalah pertaruhan dengan
sengaja yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu hal yang dianggap bernilai
dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa
permainan/pertandingan/perlombaan dan/kejadian yang tidak tahu/belum pasti
hasilnya. Kemudian menurut KUHP batasan dari perjudian adalah segala pertaruhan
tentang kalah-menangnya suatu pacuan kuda/pertandingan lain/segala pertaruhan
dalam perlombaan yang diadakan antara dua orang yang tidak ikut sendiri dalam
pertandingan itu.
Hal ini juga dinyatakan hukuman yang diberikan pada pelaku perjudian menurut
KUHP pasal 303 (Kartini Kartono, 2007:59) adalah dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya 2 tahun delapan bulan/denda dengan uang.


Sedangkan korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan
umum dan Negara (Kartini Kartono, 2007:90).
Terdapat beberapa aturan mengenai korupsi di dalam KUHP yaitu KUHP 419, 420,
423, 425, yang beberapa isinya menyatakan hukuman atau sanksi untuk orang-orang
yang terlibat dalam korupsi
2. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Patologi Sosial
Menurut Wartawarga Gunadarma(2009:12) faktor-faktor yang mempengaruhi patologi sosial
dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a.
Faktor internal (reaksi frustasi negatif)
Pandangan psikoanalisa gangguan psikiatris, termasuk pula gangguan pada proses
perkembangan anak remaja menuju pada kedewasaan dan proses adaptasinya terhadap
tuntutan lingkungan sekitar, ada pada individu itu sendiri, berupa:
1) Konflik batiniah
2) Pemasakan intrapsikis yang keliru terhadap segala pengalaman
3) Mekanisme pelarian dan pembelaan diri yang salah.
b.


Faktor eksternal
Factor eksternal yang menyebabkan kenakalan remaja adalah sebagai berikut:

a) Faktor keluarga
Keluarga merupakan kelompok reveral bagi seorang anak, keluarga juga
merupakan lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi
dan siviliasi pribadi anak. Baik buruknya struktur keluarga memberikan dampak
baik atau buruknya terhadap perkembangan jasmani anak, seperti:


Rumah tangga berantakan



Perlindungan lebih dari orang tua



Penolakan orang tua




Pengaruh buruk dari orang tua

b) Lingkungan sekolah yang tidak mendukung
Kondisi sekolah yang tidak mendukung dapat berupa bangunan sekolah yang
tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa
halaman olahraga, minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah murid dalam satu kelas
yang terlalu banyak dan padat (50-60 orang), ventilasi dan sanitasi yang buruk,
dan sebagainya. Dengan demikian sekolah tidak merangsang kegairahan belajar
anak. Kurikulum yang berubah-ubah tidak menentu, sangat membingungkan para
pengajar dan murid sendiri, serta jelas mengganggu proses belajar anak.
c) Faktor lingkungan
Keadaan lingkungan

sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi

pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan ada kalanya dihuni oleh orang
dewasa serta anak-anak muda criminal dan anti sosial yang bisa merangsang
timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan adolesen yag masih

labil jiwanya. Dengan begitu anak remaja mudah terjangkit oleh pola criminal, asusila, dan anti sosial.

Sumber:
Kartini Kartono. 2007. Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wartawarga

Gunadarma.

2009.

Penyebab

Masalah

Sosial.

Online

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/penyebab-masalah-sosial/ diakses Tanggal 15
September 2014, 21:13 WIB)