PENGARUH AROMA TERAPI DAUN MINT DENGAN I

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

PENGARUH AROMA TERAPI DAUN MINT DENGAN INHALASI SEDERHANA
TERHADAP PENURUNAN SESAK NAFAS PADA PASIEN TUBERCULOSIS
PARU
Edy Siswantoro
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto
Email : edy.aryaboy@gmail.com

ABSTRAK
Sesak nafas pada tuberculosis paru akan ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru. Gejala ini
ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas. Oleh karena itu ditemukan
cara untuk mengurangi sesak nafas, salah satunya dengan aroma terapi daun mint
dengan inhalasi sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana terhadap penurunan sesak
nafas pada pasien tuberculosis paru di Puskesmas Sooko-Mojokerto.
Desain penelitian ini menggunakan Pre Eksperimental dengan pendekatan
Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel yang diambil sebanyak 16
responden dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, dengan tehnik simple random sampling. Instrumen yang

digunakan lembar observasi sesak nafas (American Thoracic Society). Variabel
independen adalah aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana dan Variabel
dependen adalah sesak nafas. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon dan Mann
Whitney U.
Hasil penelitian dari uji Wilcoxon di peroleh data p value 0,008 < 0,05 yang
artinya ada pengaruh aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana terhadap
penurunan sesak nafas dan pada hasil uji Mann Whitney U menunjukkan p value
0,006 < 0,05 yang berarti ada beda antara nilai skala sesak nafas kelompok kontrol
tanpa diberikan aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana.
Melihat hasil penelitian ini maka aroma terapi daun mint dengan inhalasi
sederhana dapat dijadikan sebagai terapi nonfarmakologi untuk mengurangi gejala
klinis dari tuberculosis yaitu sesak nafas.
Kata Kunci : Aroma terapi daun mint, Inhalasi sederhana, Sesak nafas,
Tuberculosis Paru

Halaman | 49

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TBC), penyakit paru-paru
yang
diakibatkan
serangan
bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen
akan terganggu karena adanya bintil-bintil
atau peradangan pada dinding alveolus. Jika
bagian paru-paru yang diserang meluas, selselnya mati dan paru-paru mengecil.
Akibatnya napas penderita terengah-engah.
Sesak nafas gejala ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti
efusi pleura dan pneumothoraks. Sesak
nafas. Pada penyakit TB paru yang ringan
(baru kambuh) belum dirasakan adanya sesak
nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada
penyakit TB paru yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
(Yessie & Andra, 2013). Pada pasien TB paru

yang mengalami gejala klinis salah satunya
yaitu sesak nafas biasanya keluarga pasien
panik dengan cara apa untuk melakukan atau
mengurangi gejala sesak nafas selain
menggunakan bantuan oksigen pada saat di
rumah penderita TB paru tidak mempunyai
peralatan oksigen maka penderita TB paru
yang mengalami gejala klinis perlu diajarkan
cara sederhana dengan metode penguapan
atau inhalasi sederhana. Uap air (mendidih)
yang dihirup (inhalasi) guna mengurangi
sesak nafas. Selain itu untuk meringankan
sesak nafas dapat dilakukan dengan
menghirup uap menthol yang terdapat pada
daun mint. Fenomena yang terjadi saat ini
masih banyak pasien TB paru yang tidak bisa
mengatasi gejala klinis seperti sesak nafas
dengan menggunakan tanaman alami yaitu
daun mint.
Tuberculosis paru merupakan salah

satu penyakit infeksi penyebab morbidity dan
mortality di seluruh dunia, namun setiap
Negara berbeda angka insidennya. TB paru
menjadi salah satu target dalam pencapaian
Millennium Development Goals (MDGs).
Target yang ingin dicapai adalah mengurangi
separuh prevalensi TB dan kematian akibat
TB pada tahun 2015. World Health
Organization (WHO) melaporkan dalam
Global Tuberculosis Report (2011) terdapat
perbaikan bermakna dalam pengendalian TB
dengan menurunnya angka penemuan kasus
dan angka kematian akibat TB dalam dua
dekade terakhir ini. Diperkirakan pada tahun
2011 insiden kasus TB mencapai 8,7 juta
(termasuk 1,1 juta dengan koinfeksi HIV) dan
990 ribu orang meninggal karena TB. Pada
tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta

kasus) menempati urutan keempat setelah

India, Cina, Afrika Selatan. Indonesia
merupakan negara dengan beban tinggi TB
pertama di Asia Tenggara yang berhasil
mencapai target Millenium Development
Goals (MDGs) untuk penemuan kasus TB di
atas 70% dan angka kesembuhan 85% pada
tahun 2006. Jumlah Penderita TB BTA+ Paru
di Kabupaten Mojokerto tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013, dengan jumlah kasus dan
penemuan TB paru BTA+ di seluruh
Puskesmas dan Rumah Sakit sebesar 646
jiwa (Dinkes Jatim, 2013). Data yang
diperoleh dari studi pendahuluan pada tanggal
21 Desember 2015 di Puskesmas Sooko,
Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto
terdapat 37 penderita TB paru positif hanya
17 Penderita yang selama ini secara aktif rutin
melakukan program pengobatan. Penderita
Tuberculosis paru terbanyak di Kecamatan
Sooko terletak di Dsn. Kedung Bendo Ds.

Gemekan. Dari 17 penderita Tuberculosis
Paru positif mempunyai gejala klinis sesak
nafas karena kerusakan parenkim paru sudah
luas dan ilfitrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
Keluhan
yang
dirasakan
pasien
Tuberculosis Paru dapat bermacam-macam
atau malah banyak ditemukan Tuberculosis
Paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatannya. Tuberculosis
paru sering dijuluki “the great imitator” yaitu
suatu penyakit yang mempunyai banyak
kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala yang timbul tidak jelas
sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang
asimtomatik. Gambaran klinik TB paru dapat
dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala

respiratorik meliputi batuk, batuk darah, sesak
nafas, nyeri dada. Gejala sistemik meliputi
demam, malaise, berat badan turun
(Wahid&Suprapto, 2013). Sesak nafas
disebabkan pada penyakit TB paru yang
sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
setengah bagian paru-paru. Sesak nafas yang
merupakan
ketidakmampuan
untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dan
saluran napas untuk mempertahankan
bersihan jalan napas (Wahid&Suprapto,
2013). Maka dampak yang akan ditimbulkan
pada pasien tuberculosis paru yang
mempunyai gejala klinis sesak nafas yaitu
luasnya kerusakan parenkim paru bila sesak
nafas tidak segera ditangani.
Salah satu gejala Tuberculosis Paru
yang memiliki kemiripan dengan penyakit lain

yaitu sesak nafas. Upaya untuk mengurangi
Halaman | 50

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

gejala klinis sesak nafas pada pasien
Tuberculosis Paru selain menggunakan obatobatan medis dapat pula menggunakan obatobatan non medis. Salah satu cara yang
dapat mengurangi sesak nafas yaitu dengan
memberikan aroma terapi daun mint dengan
inhalasi sederhana atau metode pengupan.
Kandungan penting yang terdapat didaun mint
adalah menthol (dekongestan alami). Daun
mint mempunyai kandungan minyak essensial
menthol dan menthone. Pada daun dan
ujung-ujung cabang tanaman mint yang
sedang berbunga mengandung 1% minyak
atsiri, 78% mentol bebas, 2% mentol
tercampur ester, dan sisanya resin, tannin,
asam cuka (Tjitrosoepomo, 2010). Oleh
karena itu diperlukan health education,

demontrasi
dan
memberikan
asuhan
keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru
agar menganjurkan untuk menggunakan
aroma terapi daun mint dengan inhalasi
sederhana untuk mengurangi sesak nafas
sebagai modifikasi terapi nonfarmakologis.
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang
diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengaruh aroma terapi
daun mint dengan inhalasi sederhana
terhadap penurunan sesak nafas pada pasien
Tuberculosis Paru di Puskesmas SookoMojokerto. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh perubahan
penurunan sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru yang diberikan aroma terapi
daun mint dengan inhalasi sederhana dan
yang tidak diberikan aroma terapi daun mint

dengan inhalasi sederhana pada kelompok
perlakuan
dan
kelompok
kontrol
di
Puskesmas Sooko, Kecamatan Sooko,
Kabupaten Mojokerto.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
adalah Pre Eksperimental dengan rancangan
One Group Pretest-Posttest Design yaitu jenis
penelitian yang bertujuan untuk menentukan
pengaruh dari suatu tindakan pada kelompok
subjek yang mendapat perlakuan, kemudian
dibandingkan dengan kelompok subjek yang
tidak mendapat perlakuan. Populasi dalam
penelitian ini adalah Semua penderita
tuberculosis paru yang mempunyai gejala
klinis sesak nafas yang ada di Puskesmas

Sooko, Kecamatan Sooko, Kabupaten
Mojokerto. Jumlah populasi dalam penelitian

ini sebanyak 17 orang. Setelah disesuaikan
dengan
kriteria
penelitian,
didapatkan
populasi terjangkau berjumlah 16 orang.
Sampel penelitian adalah 16 orang yang akan
diteliti atau jumlah karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Kemudian dari 16 orang dibagi
menjadi 2 yaitu 8 responden sebagai
kelompok perlakuan
dan 8 responden
sebagai
kelompok
kontrol.
Tehnik
pengambilan sampel penelitian ini dilakukan
secara Simple random sampling.
Pengambilan data pretest dilakukan
dengan melakukan observasi satu per satu
kelompok (perlakuan dan kontrol) dengan
menggunakan pengukuran skala sesak nafas
pada pasien tuberculosis paru sebelum
diberikan intervensi dengan menggunakan
alat ukur sesak nafas. Pengambilan data
posttest yang dilakukan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol, untuk
mengetahui perbedaan setelah dilakukan
perlakuan dan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh aroma terapi daun mint
dengan
inhalasi
sederhana
terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru di Puskesmas Sooko,
Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Selama pemberian aroma terapi daun mint
dengan inhalasi sederhana responden tetap
diperkenankan mengkonsumsi obat anti
tuberculosis. Setelah itu peneliti mencatat
kembali hasil sesak nafas dari gejala klinis
tuberculosis paru pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol dalam lembar observasi
sesak nafas dan dilakukan penyelesaian.
Instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan
data
variabel
dependen
penurunan sesak nafas adalah lembar
observasi, alat ukur yang digunakan adalah
Skala sesak nafas nafas American Thoracic
Society (ATS). Sedangkan instrument variabel
independen menggunakan SAK (satuan acara
kegiatan). Dalam penelitian ini akan dianalisis
dengan menggunakan uji Wilcoxon dalam
melihat pengaruh sebelum dan sesudah
perlakuan, untuk menganalisis pebedaan
antara kelompok perlakuan dan kontrol
menggunakan uji Mann Whitney U sehingga
akan diketahui pengaruh aroma terapi daun
mint dengan inhalasi sederhana pada
kelompok perlakuan dan kontrol terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru.

Halaman | 51

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

HASIL PENELITIAN
Analisis Pengaruh Perubahan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Aroma Terapi Daun Mint
Dengan Inhalasi Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Tuberculosis Paru.
Tabel 1 Analisis Pengaruh Perubahan Sebelum dan Sesudah Diberikan Aroma Terapi Daun
Mint Dengan Inhalasi Sederhana Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Tuberculosis
Paru Kelompok Eksperimen di Puskesmas Sooko, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
No.

Kelompok

Nilai dalam skala sesak nafas

1.
2.
3.
4.

Eksperimen

0=1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Berat

Frekuensi skala sesak nafas (ATS)
Pre Test
0
0
0
5

Post Test
0
4
3
1

3

0

Jumlah

8

8

Mean Ranks
Uji Non Parametrix Wilcoxon

0.00

Uji Mann Whitney

Sign 0,396

5.

4 = Sangat Berat

4.50
Sign 0,008
Sign 0,006

Tabel 2 Analisis Pengaruh Perubahan Sebelum dan Sesudah Diberikan Aroma Terapi Daun
Mint Dengan Inhalasi Sederhhana Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien
Tuberculosis Paru Kelompok Kontrol di Puskesmas Sooko, Kecamatan Sooko, Kabupaten
Mojokerto.
No. Kelompok Nilai dalam skala sesak nafas
1.

Kontrol

0=-

Frekuensi skala sesak nafas (ATS)
Pre Test
0

Post Test
0

2.

1 = Ringan

0

0

3.

2 = Sedang

3

2

4.

3 = Berat

2

4

5.

4 = sangat berat

3

2

Jumlah
Mean Ranks
Uji Non Parametrix Wilcoxon

8
1.50

8
1.50

Uji Mann Whitney

Sign 0,396

Sign 1,00
Sign 0,006

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test pengaruh aroma terapi daun mint
dengan inhalasi sederhana terhadap penurunan sesak nafas pada pasien tuberculosis paru
pada kelompok eksperimen terlihat bahwa signifikan sebesar p-value 0,008 < (α) 0,05, maka
Hₒ ditolak dan H1 diterima artinya terdapat pengaruh signifikan penurunan nilai skala sesak
nafas pada kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test pada kelompok kontrol didapatkan
bahwa tingkat signifikansi sebesar p-value 0,317 > (α) 0,05, maka Hₒ diterima dan H1 ditolak
artinya tidak terdapat pengaruh aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien tuberculosis paru pada kelompok kontrol antara pretest
dan posttest. Maka berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test pada kelompok
eksperimen ada pengaruh aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien tuberculosis paru.
Analisis kedua menggunakan dilakukan dengan Uji Mann Whitney U untuk mengetahui
besarnya perbedaan nilai skala sesak nafas pada saat pre test maupun post test pada
Halaman | 52

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil analisis data menggunakan tehnik Uji Mann
Whitney U pada saat sebelum diberikan perlakuan (pretest) pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada tabel 1 terlihat bahwa signifikan sebesar p-value 0,317 > (α) 0,05,
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada saat pretest antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol sebelum intervensi.
Hasil analisis data menggunakan tehnik Uji Mann Whitney U pada saat setelah diberikan
perlakuan (posttest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan tabel dapat
di lihat bahwa nilai signifikansi sebesar p-value 0,006 < (α) 0,05, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan pada kedua kelompok setelah dilakukan intervensi maka pengaruh aroma terapi
daun dengan inhalasi sederhana efektif menurunkan nilai skala sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru.
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen Pretest
kelompok eksperimen menunjukkan dari sebelumnya ada 5 responden mengalami sesak nafas
dengan derajat berat, sebagian kecil sebanyak 3 responden mengalami nilai skala sesak nafas
dengan derajat sangat berat. Kemudian setelah diberikan aroma terapi daun mint dengan
inhalasi sederhana terdapat 4 responden sesak nafas dengan derajat ringan, 3 responden
sesak nafas dengan derajat sedang dan 1 responden sesak nafas dengan derajat berat.
Sedangkan pada kelompok kontrol pada saat pre test menujukkan terdapat 3 responden sesak
nafas dengan derajat sedang, 2 responden sesak nafas dengan derajat berat dan 3 responden
dengan derajat sangat berat kemudian pada post test terdapat 2 responden sesak nafas
dengan derajat sedang, 4 responden sesak nafas dengan derajat berat dan 2 responden sesak
nafas dengan derajat sangat berat.
PEMBAHASAN
1. Hasil Pengukuran Skala Sesak Nafas
Sebelum Pemberian Aroma Terapi Daun
Mint Dengan Inhalasi Sederhana.
Berdasarkan tabel tabulasi sebelum
dilakukan pemberian aroma terapi daun
mint dengan inhalasi sederhana terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru, menunjukkan bahwa
jumlah responden sebelum dilakukan
pemberian aroma terapi daun mint dengan
inhalasi
sederhana
pada
kelompok
eksperimen didapatkan sebagian besar
mengalami sesak nafas dengan derajat
skala sesak nafas berat yaitu sebanyak 5
responden. Sedangkan pada tabel 4.10
kelompok kontrol didapatkan sebagian
besar mengalami sesak nafas dengan
skala sesak nafas sedang yaitu sebanyak 3
responden.
Sesak nafas pada gejala klinis
tuberculosis paru adalah sesak nafas yang
ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan
bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena hal-hal yang menyertai seperti
efusi pleura, pneumothoraks dan apabila
sesak nafas pada gejala klinis tuberculosis
paru tidak segera ditangani maka dapat
menimbulkan beberapa komplikasi seperti
hemoptisis berat (perdarahan dari saluran
nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau

tersumbatnya jalan nafas, kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial, Bronkiektasis
(peleburan bronkus setempat), fibrosis
(pembentukan jaringat ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru,
Pneumothorak (adanya udara di dalam
rongga pleura) dan Infusiensi kardio
pulmoner (Wahid & Suprapto, 2008).
Sesak nafas merupakan gejala pertama
yang
dirasakan
pasien
akibat
terganggunya pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam alveoli yang berisi
cairan. Sesak nafas akan semakin parah
apabila melakukan aktivitas yang berat
seperti naik tangga dan mengakat beban
berat (Bradero et al, 2008).
Ketika
observasi
responden
penelitian sebelum diberikan perlakuan
diketahui mereka nampak nafas pendek
dan
tersengal-sengal
serta
adanya
penggunaan otot bantu pernafasan pada
responden yang terlampau sesak nafas
saat keluar rumah atau melepas dan
berpakaian atau sesak nafas dengan
derajat sangat berat. Sesak nafas yang
dialami
responden
mengakibatkan
perubahan psikis seperti cemas, takut dan
perasaan yang sangat tidak nyaman
karena
ketidakefektifan
pola
nafas.
Sedangkan sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru yang tidak segera
ditangani maka dampak yang akan
ditimbulkan yaitu luasnya kerusakan
parenkim paru dan dapat menimbulkan
Halaman | 53

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

beberapa komplikasi. Mengingat parahnya
kerusakan parenkim paru dan komplikasi
yang akan terjadi, seharusnya penderita
melakukan pengobatan untuk mengobati
sesak nafas tersebut. Dengan pengobatan
tersebut diharapkan akan memberikan efek
penurunan sesak nafas.
2. Hasil Pengukuran Skala Sesak Nafas
Sesudah Pemberian Aroma Terapi Daun
Mint Dengan Inhalasi Sederhana.
Berdasarkan tabel tabulasi sesudah
dilakukan pemberian aroma terapi daun
mint dengan inhalasi sederhana terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru, menunjukkan bahwa dari
8
responden
kelompok
eksperimen
didapatkan nilai derajat skala sesak nafas
sesudah diberikan aroma terapi daun mint
dengan
inhalasi
sederhana
yaitu
didapatkan sebagian besar mengalami nilai
skala sesak nafas dengan derajat ringan
yaitu sebanyak 4 responden, hampir
sebagian mengalami skala sesak nafas
dengan derajat sedang yaitu sebanyak 3
responden, sebagian kecil mengalami nilai
skala sesak nafas dengan derajat berat
yaitu sebanyak 1 responden. Sedangkan 8
responden dari kelompok kontrol pada
tabel 4.12 yang tidak mendapatkan
perlakuan didapatkan sebagian besar
mengalami nilai skala sesak nafas dengan
derajat berat yaitu sebanyak 4 responden,
hampir sebagian mengalami nilai skala
sesak nafas dengan derajat sedang yaitu
sebanyak 2 responden, ada kesamaan
pada nilai skala sesak nafas dengan
derajat sedang pada derajat ringan
mengalami nilai skala sesak nafas dengan
derajat ringan yaitu sebanyak 2 responden
dan tidak ada satupun yang mengalami
sesak nafas dengan derajat ringan dan
tidak ada sesak nafas.
Terjadi perbedaan nilai skala sesak
nafas sebelum diberikan aroma terapi daun
mint dengan inhalasi sederhana dan
setelah diberikan aroma terapi daun mint
dengan inhalasi sederhana. Inhalasi
sederhana merupakan hirupan uap hangat
dari air mendidih yang telah dicampur
dengan aroma terapi sebagai penghangat,
misalnya daun mint. Inhalasi merupakan
salah satu cara yang diperkenalkan dalam
penggunaan metode terapi yang paling
sederhana dan cepat (Akhavani, 2005).
Setelah diberikan aroma terapi daun
mint dengan inhalasi sederhana pada
kelompok eksperimen responden terlihat

pernafasannya tidak tersengal-sengal,
karena aroma menthol yang terdapat pada
daun mint memiliki anti inflamasi, sehingga
nantinya
akan
membuka
saluran
pernafasan. Sedangkan pada kelompok
kontrol tidak diberikan perlakuan berupa
pemberian aroma terapi daun mint dengan
inhalasi sederhana. Sehingga pada
kelompok
eksperimen
mengalami
penurunan nilai skala sesak nafas
sedangkan pada kelompok kontrol tidak
mengalami penurunan nilai skala sesak
nafas.
3. Analisis Pengaruh Perubahan Sebelum
dan Sesudah Diberikan Aroma Terapi
Daun Mint Dengan Inhalasi Sederhana
Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada
Pasien Tuberculosis Paru.
Dari hasil penelitian ini didapatkan
adanya pengaruh nilai skala sesak nafas
sebelum dan sesudah diberikan aroma
terapi daun mint dengan inhalasi
sederhana. Pada hasil Uji Wilcoxon Signed
Rank Test di peroleh data p value 0,008 <
(α) 0,05 maka Hₒ ditolak dan H1 diterima
yang artinya ada pengaruh aroma terapi
daun mint dengan inhalasi sederhana
terhadap penurunan sesak nafas. Pada
hasil Uji Mann Whitney U menunjukkan p
value 0,006 < (α) 0,05 yang berarti ada
beda antara nilai skala sesak nafas
kelompok eksperimen yang diberikan
aroma terapi daun mint dengan inhalasi
sederhana dengan nilai skala sesak nafas
kelompok kontrol tanpa diberikan aroma
terapi daun mint dengan inhalasi
sederhana.
Pada kelompok eksperimen sebelum
diberikan aroma terapi daun mint dengan
inhalasi
sederhana
didapatkan
5
responden mengalami sesak nafas dengan
derajat berat dan 3 responden mengalami
sesak nafas dengan derajat sangat berat.
Kemudian sesudah diberikan aroma terapi
daun mint dengan inhalasi sederhana
menjadi 4 responden mengalami sesak
nafas dengan derajat ringan, 3 responden
mengalami sesak nafas dengan derajat
sedang, 1 responden mengalami sesak
nafas dengan derajat berat. Sedangkan
pada kelompok kontrol pada saat pretest
didapatkan 3 responden mengalami sesak
nafas dengan derajat sedang, 2 responden
mengalami sesak nafas dengan derajat
sedang dan 3 responden mengalami sesak
nafas dengan derajat sangat berat.
Kemudian pada saat posttest didapatkan 3
Halaman | 54

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

responden yang mengalami sesak nafas
dengan derajat ringan, 3 responden
mengalami sesak nafas dengan derajat
sedang dan 2 responden mengalami sesak
nafas dengan derajat sangat berat.
Aroma terapi daun mint adalah suatu
penyembuhan yang berasal dari alam
dengan menggunakan daun mint sebagai
tambahan baku. Daun mint mengandung
menthol sehingga sering digunakan juga
sebagai bahan baku obat flu (Jefry, 2014).
Aroma menthol yang terdapat pada daun
mint memiliki anti inflamasi, sehingga
nantinya
akan
membuka
saluran
pernafasan. Selain itu, daun mint juga akan
membantu mengobati infeksi akibat
serangan bakteri. Karena daun mint
memiliki sifat antibakteri. Daun mint akan
melonggarkan bronkus sehingga akan
melancarkan
pernafasan.
Untuk
melegakan
pernafasan
bisa
untuk
menghirup daun mint secara langsung.
Sedangkan inhalasi sederhana adalah
menghirup uap hangat dari air mendidih
telah dicampur dengan aroma terapi
sebagai penghangat, misalnya daun mint.
Terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi
bronkospasme, mengencerkan sputum,
menurunkan hipereaktivitas bronkus serta
mengatasi infeksi. Penggunaan terapi
inhalsi ini diindikasikan untuk pengobatan
asma, penyakit paru obstruksi kronis,
tuberculosis (Rasmin dkk, 2012).
Dalam penelitian ini tehnik pemberian
aroma terapi daun mint dengan inhalasi
sederhana yang dilakukan selama 3x
sehari dalam waktu 15 menit saat sesak
nafas ternyata juga sangat efektif untuk
mengurangi sesak nafas. Namun tidak
menutup kemungkinan adanya pengaruhpengaruh lain yang bisa mengurangi sesak
nafas, misalnya pemberian oksigen masker
dan inhalasi.
Dengan begitu aroma
terapi daun mint dengan inhalasi
sederhana dapat menjadi pengobatan
alternative pada pasien tuberculosis paru
yang mempunyai gejala klinis sesak nafas.
Upaya untuk mengurangi gejala klinis
sesak nafas pada pasien tuberculosis paru
selain
menggunakan
obat-obatan
farmakologis dapat pula menggunakan non
farmakologis. Daun mint mempunyai
kandungan minyak essensial menthol yang
dapat melonggarkan pernafasan.

SIMPULAN
1. Nilai skala sesak nafas sebelum diberikan
aroma terapi daun mint dengan inhalasi
sederhana pada kelompok eksperimen
didapatkan sebagian besar mengalami
sesak nafas dengan derajat berat yaitu
sebanyak 5 responden sedangkan pada
kelompok kontrol didapatkan sebagian
besar mengalami sesak nafas dengan
derajat sangat berat yaitu sebanyak 3
responden.
2. Nilai skala sesak nafas sesudah diberikan
aroma terapi daun mint dengan inhalasi
sederhana pada kelompok eksperimen
didapatkan hampir setengah mengalami
sesak nafas dengan derajat berat yaitu
sebanyak 1 responden sedangkan pada
kelompok kontrol didapatkan sebagaian
besar mengalami sesak nafas dengan
derajat sangat berat yaitu sebanyak 2
responden.
3. Dari hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test
dan Uji Mann Whitney U menunjukkan
adanya pengaruh aroma terapi daun mint
dengan inhalasi sederhana terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru.
SARAN
1. Bagi responden. Responden diharapkan
dapat memanfaatkan tanaman daun mint
untuk menggunakan sebagai aroma terapi
dengan menggunakan metode inhalasi
sederhana untuk mengurangi sesak nafas.
2. Bagi Pusat Kesehatan Masyarakat atau
Puskesmas. Diharapkan dari petugas
kesehatan dapat menyarakan kepada
pasien
saat
kontrol
untuk
bisa
memanfaatkan tanaman daun mint dengan
menggunakan metode inhalasi sederhana
sebagai terapi nonfarmakologi untuk
mengurangi sesak nafas pada pasien
tuberculosis paru.
3. Bagi peneliti selanjutnya. Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dalam penelitian ini
dengan menambah jumlah responden
serta dapat menerapkan pada pasien yang
mempunyai sesak nafas seperti pada
pasien asma dan tidak hanya sesak nafas
pada gejala klinis tuberculosis dan usia
responden yang < 16 tahun serta dapat
menerapkan
daun
mint
dengan
menggunakan seduhan teh mint untuk
mengurangi
sesak
nafas
selain
menggunakan aroma terapi daun mint
dengan metode inhalasi sederhana.

Halaman | 55

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto

DAFTAR PUSTAKA
Akhvani, M.A. (2005). Steam inhalation
treatment for children. British Journal of
General Practice, 55 (516, 557)
Agusta, A. 2002. Aromaterapi Cara Sehat
dengan Wewangian Alam, Jakarta :
Penebar Swadaya
Alimul Hidayat A.A., 2009. Metode Penelitian
dan Keperawatan & Tehnik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Alimul Hidayat A.A., 2010. Metode Penelitian
Kesehatan
Paradigma
Kuantitatif,
Jakarta : Heath Books
Arikunto, S (2002). Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Fatimah. 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan
Rumah Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Tb Paru Di Kabupaten Cilacap
(Kecamatan
:
Sidareja,
Cipari,
Kedungreja,
Patimuan,
Gandrungmangu, Bantarsari) Tahun
2008 (Tesis). Program Pascasarjana
FKM Undip Semarang
Guenther. 2006. The Essential Oils. De Van
Nostrad Co Inc New York
Handari Tanti, 2014. Terapi Top Herbal untuk
Ragam Penyakit.Yogyakarta : Dafa
Publishing
NANDA (The North American Nursing
Diagnosis Association). (2012). Nursing
diagnostik: prinsip dan clasification
2012-2014. Phladelphia USA
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan
metodologi penelitian keperawatan.
Jakarta
Price,

S.A & Wilson, L.M. (2005).
Patofisiologis konsep klinis prosesproses penyakit. Edisi 6 volume 2.
Jakarta: EGC

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005).
Fundamental of nursing consept: proses
and practice. Philadelphia: Mosby. Inc.
Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Mojokerto, 2013
Rasmin, M, dkk. (2001). Prosedur tindakan
bidang paru dan pernapasan diagnostik
dan terapi. Jakarta: Bagian Pulmonologi
FK UI. Balai Penerbitan FK UI.
Setiadi.
2007.
Konsep
dan
Proses
Keperawatan
Keluarga.
Surabaya:
Graha Ilmu.
Sylvia, A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Jakarta : EGC
Rasmin, M, dkk. (2001). Prosedur tindakan
bidang paru dan pernapasan diagnostik
dan terapi. Jakarta: Bagian Pulmonologi
FK UI. Balai Penerbitan FK UI.
Sugiyono.
2014.
Metode
Penelitian
Pendidikan
Pendekatan
Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Tindakan
Komprehensif. Bandung: Alfabeta
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi
Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Wong, C. (2008). How to do a euclyptus
steam inhalation. 18th, June, 2013.
http://www.google.co.id/m?hl=id&q=http
%3A%2F%2Fwww.ncbi.nlm.nihgov%2F
pmc%2Farticles%2FPMC1472796%2F
WHO

Global Report. (2011). Global
Tuberculosis Control. WHO Library
Cataloguing-in Publication Data.

Wahid,
Suprapto,
I.
2013.
Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem
Respirasi. Jakarta Timur : CV. Trans
Info Media.
Yessi, Andra, S . 2013. Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa Teori Dan
Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Halaman | 56