Universitas Indonesia UNIVERSITAS pendidikan INDONE
UNIVERSITAS INDONESIA MODEL HUBUNGAN TACIT KNOWLEDGE DAN KINERJA INDIVIDU PADA BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SKRIPSI
NIKITA KURNIA 0806367355
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI DEPOK JUNI 2011
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Hanya kepada-Nya saya menyembah dan hanya kepada-Nya saya memohon pertolongan. Atas berkat rahmat, kemudahan, dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam saya haturkan kepada junjungan saya, Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Departemen Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas jasa-jasa mereka hingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: (1) Bapak Prof. Dr. Ir. T. Yuri M. Zagloel, MEngSc terima kasih atas segala
bimbingan yang telah bapak berikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
(2) Bapak Ir. Yadrifil, M.Sc, selaku dosen pembimbing akademis. (3) Keluarga penulis Ayah dan Mama (orang tua terhebat yang pernah penulis
sayangi) yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa perhatian tanpa mengharapkan imbalan, serta dukungan materil yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi;
(4) Firdaus Jamsan, ST, MT yang telah banyak membantu dalam memulai
skripsi ini, semoga bantuan dan ketulusan yang diberikan mendapatkan balasan yang baik. Amien
(5) Pimpinan serta karyawan Baristand Industri Padang yang telah banyak memberikan dukungan moril kepada penulis; (6) Dosen-dosen Teknik Industri, atas semua masukan dan kritiknya selama masa seminar dan sidang; (7) Mira, Arif, Andi yang telah banyak memberikan semangat dan inspirasi untuk menyelesaikan skripsi ini; (8) Teman-teman TI ekstensi Depok angkatan 2008 yang selalu memberikan warna dalam kehidupan, goresan tangis dan tawa selama masa perkuliahan;
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
(9) Semua pihak yang tidak bisa disebut satu persatu yang sedikit banyak telah memberi pengaruh terhadap penulis selama kuliah dan penyusunan skripsi. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu ke depannya.
Depok, Juni 2011
Penulis
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
ABSTRAK
Nama
: Nikita Kurnia
Program Studi
: Teknik Industri
Judul Skripsi : Model Hubungan Tacit Knowledge dan Kinerja Individu pada Balai Riset dan Standardisasi Industri
Balai Riset dan Standardisasi Industri merupakan salah satu Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang memiliki tugas dan fungsi melakukan riset terapan yang dapat diimplementasikan dalam dunia usaha. Untuk dapat menghasilkan riset yang berkualitas dibutuhkan pengelolaan sumber daya manusia yang baik. Pengelolaan tersebut dilakukan dengan mengelola tacit knowledge sehingga menghasilkan kinerja yang baik. Penelitian ini bertujuan mendapatkan model hubungan dari tacit knowledge terhadap kinerja individu dengan studi kasus pada peneliti Baristand Padang. Variabel yang akan di digunakan adalah tacit knowledge dan kinerja individu. Penelitian ini menggunakan metode statistik Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS) dan perangkat lunak SMARTPLS untuk membuktikan hubungan antar variabel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman, interaksi personal dan kondisi lingkungan kerja dalam tacit knowledge yang berpengaruh terhadap kinerja individu. Dengan memahami variabel yang berpengaruh pada individu, organisasi bisa menggunakan hasil tersebut untuk meningkatkan kinerja yang ada.
Kata kunci : Tacit knowledge , kinerja individu, balai riset dan standardisasi industri.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
ABSTRACT
Nama
: Nikita Kurnia
Program Studi
: Industrial Engineering
Judul Skripsi : Interrelated Model Between Tacit Knowledge And Individual Performance In Institute For Industrial Research And Standardization
Institute for Industrial Research and Standardization is one of the Technical Service Unit (UPT), which has duties and function of applied research that can be implemented. To produce high quality research have to managed human resources in older to produce good performance. One of them in tacit knowledge. This research aims to develop interrelated model between tacit knowledge and performance of individuals with a case study on researchers BARISTAND Padang. Variables that have been used was tacit knowledge and individual performance. The processing data used Structural Equation Modeling (SEM) methods are based on Partial Least Square (PLS) and software Smart PLS edition
2 to prove the relationship between variables of the study. The results reveal that the tacit knowledge factor was effected to experience, personal interaction, community, and working conditions on individual performance.
Keywords: Tacit Knowledge , Individual performance, Institute for Industrial Research and Standardization.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ...................................................................... 63 Lampiran 2 Print out uji reliabilitas kuesioner ................................................... 67 Lampiran 3 Print out uji validitas kuesioner ...................................................... 66 Lampiran 4 Print out Uji normalitas data ........................................................... 71 Lampiran 5 Print Out Uji validitas outer model ................................................. 73 Lampiran 6 Print out validitas outer model seetelah re-estimasi ........................ 74 Lampiran 7 Print out validitas cross loading ...................................................... 75 Lampiran 8 Print out nilai reliabilitas konstruk eksogen .................................... 76 Lampiran 9 Print out signifikansi outer model .................................................. 77 Lampiran 10 Print out signifikansi innerr model ................................................ 78 Lampiran 11 Print Out Hubungan antar konstruk ............................................... 79
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, hampir semua lembaga non-profit berada di bawah pengelolaan pemerintah. Salah satu organisasi tersebut adalah Balai Riset dan Standardisasi Industri (selanjutnya disebut Baristand). Baristand secara struktural merupakan Unit Pelayanan Teknis (UPT) pusat di bawah Badan Pengkajian, Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri, Kementerian Perindustrian. Tugas dan fungsi utama Baristand adalah melakukan riset terapan yang hasilnya dapat diimplementasikan oleh para dunia industri. Secara normatif, Baristand bertanggung jawab dalam menyediakan inovasi teknologi sehingga industri dapat bertahan dan berkembang secara berkelanjutan dalam menghadapi persaingan. Oleh karena itu, untuk dapat menjadi organisasi yang inovatif, Baristand sebagai unit pelayanan teknis, harus mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam upaya memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas, organisasi perlu melakukan perbaikan kedalam yaitu dengan melakukan pengukuran kinerja karyawan (Kosasih & Budhiani, 2007). Selain itu, suatu organisasi akan menghasilkan output yang optimal apabila memiliki tangible dan intangible asset (David, 2002). Tangible asset dapat berupa infrastruktur fisik, mesin dan material, sedangkan intangible asset dapat berupa sumber daya manusia dan pengetahuan. Menurut Nonaka dan Tekeuchi (1995), organisasi tidak akan dapat meningkatkan kinerja dalam jangka panjang dan memperoleh keunggulan bersaing yang berkelanjutan, jika hanya fokus pada tangible asset.
Namun demikian, kondisi saat ini menunjukkan bahwa peneliti Baristand tidak menghasilkan kinerja yang relatif baik. Rendahnya kinerja tersebut diindikasikan dengan rendahnya jumlah hasil penelitian yang dapat diterapkan di industri, bahkan nyaris tidak ada. Kondisi ini disebabkan banyak hal, diantaranya adalah perumusan indikator kinerja peneliti yang kurang tepat, seperti lebih melihat pada tingkat penyerapan anggaran, tingkat absensi pegawai, dan sebagainya yang tidak mempunyai dampak terhadap peningkatan kemampuan inovasi para peneliti.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
Selain itu, rendahnya tingkat kemampuan inovasi hasil penelitian juga dipengaruhi oleh perilaku dan karakter organisasi. Secara akumulatif, perilaku organisasi merupakan gambaran umum perilaku dan karakter personil. Karakter individu tersebut memberi pengaruh negatif yang mengakibatkan tidak sinkronnya antara orientasi target individu dengan organisasi. Selanjutnya kondisi tersebut akan menghambat komunikasi yang efektif antar personil, sehingga dalam organisasi tidak terjadi proses community practice. Permasalahan ini mengakibatkan knowledge transfer yang bersifat implisit (selanjutnya disebut tacit knowledge ) antara peneliti, baik senior dan junior, mengalami hambatan. Hambatan ini pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja peneliti.
Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995), kesuksessan alih pengetahuan antar individu juga dipengaruhi oleh kemampuan untuk melakukan knowledge sharing dan kemampuan knowledge absorpsi setiap individu. Jika hal ini bisa terjadi dengan optimal, setiap penelitian yang dilakukan oleh para peneliti akan dapat menghasilkan penelitian yang inovatif.
Uraian di atas menunjukkan bahwa untuk dapat meningkatkan kinerja peneliti, Baristand harus dapat mengoptimalkan pemanfaatan tacit knowledge. Untuk itu, perlu ada suatu analisis hubungan dan pemetaan sumber tacit knowledge dan kinerja peneliti. Dengan dapat dirumuskannya keterkaitan tersebut, organisasi dapat merumuskan strategi peningkatan kemampuan para peneliti, agar dapat menghasilkan penelitian yang inovatif dan memberi dampak terhadap pengembangan industri nasional.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
1.2 Diagram Keterkaitan Masalah
Untuk dapat melihat permasalahan dalam penelitian ini secara utuh, termasuk bagaimana setiap sub-permasalahan saling berinteraksi dan berhubungan satu sama lain, maka dibuatlah diagram keterkaitan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas dibuat diagram keterkaitan masalah seperti gambar 1.1
Kemampuan inovasi peneliti meningkat
Terjadinya transfer tacit
Setiap riset mempunyai
knowledge antar peneliti
ketersediaan dana yang
mencukupi
Terjadinya komunikasi
Strategi yang dirumuskan sesuai
yang efektif antar individu
dengan skala prioritas yang tepat
Terbentuknya model yang menjelaskan keterkaitan kinerja dengan tacit knowledge di lembaga riset
Belum ada model yang menjelaskan keterkaitan antara kinerja dan tacit
knowledge dalam lembaga riset
Jumlah hasil riset yang
Integritas peneliti thd dapat digunakan dunia
Tacit knowledge transfer
peningkatan kapabilitas industri sangat sedikit
antar peneliti menjadi
rendah
dan kompetensi rendah
Hasil penelitian tidak memberikan kontribusi
Setiap peneliti tidak terhadap keilmuan
Kemampuan sharing dan
absorpsi knowledge
Tidak terjadi komunikasi
efektif antar peneliti mempunyai orientasi kinerja yang sama dengan organisasi
semakin rendah
Anggaran untuk Kualitas SDM tidak Community practice tidak melakukan riset tidak mencukupi
mengalami peningkatan
terjadi dalam kegiatan
riset
Kebijakan dan strategi Karakter dan perilaku organisasi pengembangan organisasi
tidak mendukung peningkatan yang kurang tepat sasaran
organisasi
Gambar 1.1 Diagram Keterkaitan Masalah
1.3 Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, terlihat bahwa pengembangan suatu organisasi dipengaruhi oleh tacit knowledge. Kontribusi tacit knowledge memberikan dampak terhadap kinerja individu (Li, Wang, Cao, 2006). Oleh karena itu, yang
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011 Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
1.4 Tujuan Penelitian
Dari perumusan permasalah di atas, maka penelitian ini bertujuan mendapatkan model hubungan antara tacit knowledge dan kinerja individu.
1.5 Batasan Permasalahan
Dalam melakukan penelitian ini, dilakukan pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus dan hasil yang didapatkan sesuai dengan tujuan awal yang telah dirumuskan. Adapun penelitian ini akan dilakukan dengan batasan sebagai berikut:
1. Unit analisis dalam penelitian ini adalah peneliti Baristand Industri Padang.
2. Objek penelitian ini adalah peneliti Baristand Industri Padang.
3. Peneliti yang dijadikan subjek dari penelitian ini adalah minimal peneliti yang telah mengikuti diklat peneliti.
4. Hasil dari penelitian ini adalah model hubungan tacit knowledge dan kinerja individu pada Baristand Industri Padang.
1.6 Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 4 tahap yang harus dilakukan, yaitu tahap penyusunan masalah, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan dan analisis, serta tahap identifikasi kesimpulan.
1. Tahap penyusunan masalah meliputi identifikasi area masalah dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan batasan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, dalam tahap ini dilakukan studi literatur tentang teori yang akan dijadikan landasan dalam penelitian, diantaranya tentang tacit knowledge, kinerja, Structural Equation Model (SEM), dan Partial Least Squre (PLS).
2. Tahap Pengumpulan Data. Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui melalui survey terhadap peneliti Baristand Industri Padang dengan media kuesioner
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis. Setelah semua data terkumpul dari penyebaran kuesioner, langkah selanjutnya adlah mengolah dan menganalisis data yang ada dengan metode Structural Equation Model (SEM). Adapun Prosedur SEM terdiri dari:
Membuat spesifikasi model penelitian yang akan diestimasi Melakukan identifikasi terhadap persamaan simultan yang
mewakili model yang dispesifikasikan Melakukan estimasi untuk memperoleh nilai dari parameter
yang ada dalam model. Melakukan uji kecocokan anatar data dengan model. Pengujian
kecocokan data dengan model ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: Kecocockan keseseluruh model, kecocokan model pengukuran, kecocokan model structural
Respesifikasi model. Merupakan tahapan yang dilakukan jika model yang dihipotesiskan belum mencapai model yang fit.
4. Tahap identifikasi Kesimpulan. Tahapan ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penelitian. Berikut inimerupakan diagram alir metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
Start
Identifikasi Latar Belakang
Perumusan
Tujuan Batasan
masalah Penelitian Permasalahan
Masalah
Studi Teori Tacit knowledge Model rancangan Uji Hipotesis, Reliabilitas, Literatur
dan kinerja
penelitian
dan Validitas
Model struktural Penyusunan Masala Sudah cukup
dan SEM menguatkan
masalah
ya Menentukan
Menyusun Memenuhi
Menganalisis
kuesioner ketentuan?
kuesioner Tidak
Spesifikasi model Identifikasi model
Estimasi Model
is dengan SEM
Uji Kecocokan Kecocokan
Kecocokan model
Kecocokan model
is
model dan keseluruhan model
struktural data
Model cocok?
Respesifikasi model
Menganalisis hasil
Pengolahan
pengolahan data
Membuat kesimpulan
si lan fika
Selesai
impu Identi
kes
Gambar. 1.2 Diagram Alir Metodologi Penelitian
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini sistematika penulisan terbagi menjadi 6 bab yang terdiri dari: BAB I Pendahuluan Menguraikan secara singkat mengenai latar belakang permasalahan, diagram
keterkaitan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan dalam pengukuran
kinerja individu, knowledge management, tacit knowledge, dan metode penelitian yang digunakan.
BAB III Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam bab ini membahas tentang pengumpulan data primer yang
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada para peneliti serta pengolahan data yang dilakukan.
Bab IV Analisis dan Pembahasan Pada bab ini dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data yang ada,
untuk memenuhi tujuan penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban
permasalahan yang dikemukan pada bab pendahuluan serta saran-saran dari penulis yang berkenaan dengan pembahasan masalah.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Knowledge
2.1.1 Pengertian Knowledge Knowledge adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang hal
itu terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau tidakan yang lebih efektif. (Tobing, 2007). Menurut Li, Wang, Cao, 2006) kategori knowledge dari segi transmisi efektif sebagai tolak ukurnya, terdiri dari: eksplisit knowledge dan tacit knowledge. Tacit knowledge adalah knowledge yang terletak di dalam otak atau melekat di dalam diri seseorang yang diperolehnya melalui pengalaman dan pekerjaannya. Sedangkan explisit knowledge adalah segala bentuk knowledge yang sudah direkam, di dokumentasikan, sehingga lebih mudah didistribusikan dan dikelola.
2.1.2 Tacit Knowledge
Konsep tacit knowledge pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf bernama Polanyi pada tahun 1998. Dia menjelaskan tacit knowledge sebagai berikut: " knowledge manusia dimulai dari fakta bahwa kita bisa tahu lebih banyak dari yang kita tahu, atau kita memiliki kekuatan untuk mengetahui lebih dari kita bisa dikatakan ”. Tacit Knowledge dari segi kepemilikan terdiri dari tacit knowledge individu dan tacit knowledge organisasi (Li, Wang, Cao, 2006). Tacit Knowledge individu adalah jenis knowledge individu yang berkaitan dengan prestasi, dan keterampilan tetapi sulit untuk dijeleskan secara jelas oleh bahasa dalam situasi yang tepat. Sedangkan tacit knowledge organisasi adalah kombinasi kognitif individu atau pola yang diperoleh melalui pengalaman bersama dan diekspresikan melalui tindakan sinkroniasi yang tidak disadari ketika kelompok dihadapkan pada tugas kelompok yang harus dilakukan dalam konteks menghadapi tantangan lingkungan, tacit knowledge organisasi seperti semangat tim dan rutinitas organisasi.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
2.1.3 Proses Penciptaan Knowledge Profesor Nonaka menyatakan bahwa proses penciptaan knowledge dalam
suatu organisasi terjadi karena adanya interaksi (konversi) antara tacit knowledge dan eksplisit knowledge, melalui proses sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi.
Untuk mendukung proses aktivitas dan pengembangan sumber daya manusia di suatu organisasi yang merupakan perwujudan model SECI (Socialization, Externalization, Combination, Internalization) Nonaka, digunakan perangkat teknologi informasi yang ada di organisasi.
Sosialisasi Proses sosialisasi antar SDM di organisasi salah satunya dilakukan melalui pertemuan tatap muka (rapat, diskusi, dan pertemuan bulanan). Melalui pertemuan tatap muka ini, SDM dapat saling berbagi knowledge dan pengalaman yang dimilikinya sehingga tercipta knowledge baru bagi mereka. Rapat dan diskusi yang dilakukan secara berkala harus memiliki notulen rapat. Notulen rapat ini kemudian menjadi bentuk dari eksplisit knowledge (dokumentasi). Proses sosialisasi juga dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan (training) dengan mengubah tacit knowledge para trainer menjadi tacit knowledge para karyawan.
Eksternalisasi Eksternalisasi adalah proses untuk mengartikulasikan tacit knowledge
menjadi suatu konsep yang jelas. Proses eksternalisasi ini dapat diwujudkan melalui dokumentasi notulen rapat (bentuk eksplisit dari knowledge yang tercipta saat diadakannya pertemuan) ke dalam bentuk elektronik untuk kemudian dapat dipublikasikan kepada mereka yang berkepantingan.
Kombinasi Proses konversi knowledge melalui kombinasi adalah mengkombinasikan berbagai eksplisit knowledge yang berbeda untuk disusun ke dalam
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
dokumen-dokumen yang disampaikan (biasanya) pada pertemuan- pertemuan formal atau dapat pula disebut dengan data sharing.
Internalisasi Transfer atau sharing knowledge dari eksplisit to tacit. Pada proses internalisai data atau dokumen yang telah diterima oleh individu kemudian dapat dipahami secara mendalam, dan diharapkan dapat memunculkan new knowledge .
2.2 Kinerja Individu
2.2.1 Konsep Kinerja
Kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh masing- masing karyawan untuk membantu suatu organisasi dalam mencapai dan mewujudkan tujuan organisasi (Rivai, 2008). Pada dasarnya kinerja dari seseorang merupakan hal yang bersifat individu karena masing-masing dari karyawan memiliki tingkat kemampuan berbeda. Menurut Bernadin dan Russel (1993) terdapat 6 kriteria untuk menilai kinerja karyawan, yaitu:
1. Kualitas Tingkatan dimana proses atau penyesuaian pada cara ideal di dalam melakukan aktifitas atau memenuhi aktifitas yang sesuai harapan
2. Kuantitas Jumlah yang dihasilkan diwujudkan melalui nilai mata uang, jumlah unit, atau jumlah dari siklus aktifitas yang diselesaikan.
3. Produktivitas Waktu Tingkatan dimana aktifitas telah diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari yang ditentukan dan memaksimalkan waktu yang ada untuk aktifitas lain.
4. Efesiensi Biaya Tingkatan dimana penggunaan sumber daya perusahaan berupa manusia, keuangan, dan teknologi dimaksimalkan untuk mendapatkan hasil yang tertinggi atau pengurangan kerugian dari tiap unit.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
5. Kemandirian Tingkatan dimana seseorang karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya tanpa perlu meminta pertolongan atau bimbingan dari atasannya.
6. Kemampuan Interpersonal Tingkatan dimana seseorang karyawan merasa percaya diri, punya keinginan yang baik, dan bekerja sama diantara rekan kerja.
2.2.2 Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk meningkatkan kinerja, mentapkan tujuan organisai, dan mengidetifikasi pelatihan dan kebutuan pengembangan (Rivai, 2008). Namun secara umum penilaian kinerja banyak digunkan untuk kriteria validasi, menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan organisasi, menekankan kembali struktur kekuasaan, perencanaan sumber daya manusia. Dalam melakukan penilaian kinerja sangat penting untuk membedakan manfaat penilaian kinerja antara karyawan, penilai, dan organisasi.
1. Manfaat bagi karyawan yang dinilai Bagi karyawan yang dinilai, keuntungan pelaksaan kinerja adalah antara lain:
a. Meningkatkan motivasi
b. Meningkatkan kepuasan kerja
c. Adanya kejelasan standar hasilyang diharapkan mereka
d. Umpan balik dari kinerja lalu yang akurat dan konstruktif
e. Pengembangan perencanaan untuk meningkatkan kinerja dengan membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin.
2. Manfaat bagi penilai Bagi penilai, manfaat pelaksaaan penilaian kinerja adalah antara laian:
a. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasi kecenderungan kinerja karyawan untuk perbaikan manajemen selanjutnya.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
b. Meningkatkan kepuasan kerja baik manajer maupun karyawan.
c. Kesempatan bagi manajer untuk menjelaskan kepada karyawan apa yang sebenarnya diinginkan oleh perusahaan dari para karyawan sehingga para karyawan dapat mengukur dirinya, menempatkan dirinya dan berjaya sesuai harapan manajer.
d. Merupakan kesempatan berharga bagi manajer agar dapat menilai kembali apa yang telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi target atau menyusun prioritas baru.
3. Manfaat bagi perusahaan/organisasi Bagi perusahaan atau organisasi, manfaat penilaian kinerja adalah antara lain:
a. Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan, seperti: komunikasi yang lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan nilai budaya, peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas, peningkatan
kemauan manajer untuk menggunakan keterampilan atau keahlian memimpinnya untuk memotivasi karyawan dan
kemampuan
dan
mengembangkan keterampilan karyawan.
b. Meningkatkan keharmonisan hubungan dalam pencapaian tujuan.
c. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan.
d. Untuk mengenali lebih jelas pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan.
2.3. Hubungan Antara Knowledge Management dan Kinerja Karyawan
Untuk menghasilkan kinerja yang baik, maka suatu organisasi membutuhkan sistem yang baik pula. Sistem ini bukan hanya peraturan atau standar yang ada melainkan juga melibatkan pihak-pihak yang terkait langsung yaitu sumber daya manusianya (Kosasih & Budiani, 2007). Salah satu sistem manajemen yang menawarkan suatu disiplin yang memperlakukan intelektual sebagai asset yang dikelola adalah knowledge management, yang diukur dengan 3 variabel yaitu personal knowledge, job procedur, dan technology (Honeycutt,
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
2002). Personal knowledge yang diukur dalam penelitian ini lebih mengkhususkan pada tacit knowledge. Dalam prakteknya Knowledge management dapat menjadi guidance tentang pengelolaan intangible asset yang menjadi pilar perusahaan (dalam hal ini organisasi) dalam menciptakan nilai. Organisasi perlu mengetahui sejauh mana knowledge management berperan dalam meningkatkan kinerja karyawan khususnya dalam suatu lembaga penelitian.
Hubungan knowledge management dan kinerja karyawan juga di bahas dalam teori zack. Teori zack tersebut menganalisis knowledge gap dalam organisasi dengan mengukur antara tingkat kepentingan knowledge karyawan dengan tingkat penguasaan knowledge karyawan. Tingkat kepentingan menyatakan seberapa penting knowledge yang dibutuhkan karyawan untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Sedangkan tingkat penguasaan menyatakan seberapa jauh penguasaaan karyawan yang terdapat dalam suatu bidang terhadap knowledge yang dibutuhkan. Pengukuran knowledge gap dilakukan untuk meningkatkan kondisi yang ada, sehingga knowledge gap tidak ada lagi. Dengan meningkatnya knowledge dari karyawan yang dimiliki, diharapkan kinerjanya akan meningkat sehingga akan meningkatkan kinerja organisasi (Bambang dkk, 2008).
2.4 Structural Equation Modeling (Model Persamaan Struktural)
2.4.1 Sejarah Model Persamaan Struktural
Structural Equation Modeling (SEM) merupakan gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu analisis faktor (factor analysis) yang dikembangkan di ilmu psikologi dan psikometri serta model persamaan simultan (simultaneous equation modeling) yang dikembangkan di ekonometrika (Wijayanto, 2008).
Analisis faktor pertama kali diperkenalkan oleh Galton (1869) dan Pearson (Pearson dan Lee, 1904). Penelitian Spearman (1904) merupakan pengembangan model analisis faktor umum. Dalam penelitiannya berkaitan dengan struktur kemampuan mental, Spearman menyatakan bahwa uji interkorelasi antar kemampuan mental dapat menentukan faktor kemampuan umum dan faktor-faktor kemampuan khusus. Menurut Thurstone sebetulnya tidak hanya ada satu faktor
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
umum kemampuan yang diikuti dengan faktor khusus seperti dipostulatkan oleh Spearman, tetapi ada beberapa kelompok faktor umum yang disebut primary mental abilities .
2.4.2 Konsep Dasar SEM
Structural Equation Modeling (SEM) adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk melakukan pengujian terhadap suatu model sebab-akibat dengan menggunakan kombinasi dari teori yang ada dan data kuantitatif yang telah dikumpulkan (Wijayanto, 2008). SEM mengakomodasi kemampuan dari berbagai teknik statistik yang telah dikenal sebelumnya yaitu menggabungkan antara kemampuan teknik path analysis dengan factor analysis. Secara umum, jika pada suatu model SEM terdapat beberapa variabel laten yang saling berpengaruh dan variabel-variabel laten tersebut hanya diukur dengan satu indikator, maka model tersebut termasuk ke dalam kasus path analysis. Di lain pihak, suatu model SEM dengan variabel laten yang diukur dengan beberapa indikator tetapi tidak memiliki hubungan sebab-akibat dengan variabel laten lain merupakan kasus confirmatory factor analysis.
Kline dan Klamer (2001) dalam Wijayanto (2008), mengungkapkan alasan penggunaan SEM dibandingkan regresi berganda diantaranya:
1. SEM memeriksa hubungan di antara variable-variabel sebagai sebuah unit, tidak seperti pada regresi berganda yang pendekatannya sedikit demi sedikit (piecemeal).
2. Asumsi pengukuran yang andal dan sempurna pada regresi berganda tidak dapat dipertahankan, dan pengukuran dengan kesalahan dapat ditangani dengan mudah oleh SEM.
3. Modification index yang dihasilkan oleh SEM menyediakan lebih banyak isyarat tentang arah penelitian dan model yang perlu ditindaklanjuti dibandingkan pada regresi.
4. Interaksi juga dapat ditangani oleh SEM
5. Kemampuan SEM dalam menangani non rescursive path. SEM memiliki karakteristik khas yang meliputi:
1. Adanya 2 jenis variable yaitu variable laten dan variable teramati (manifes)
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
2. Adanya 2 model yaitu model struktural dan model pengukuran
3. Adanya 2 jenis kesalahan yaitu kesalahan structural dan kesalahan pengukuran. Dalam prosedur pengerjaannya, digunakan diagram lintasan (path
diagram) yang dapat menggambarkan atau menspesifikasikan model SEM dengan lebih mudah dan jelas. Penggunaan diagram lintasan diharapkan mempermudah konversi model ke dalam perintah dari perangkat lunak SEM.
Variabel dalam SEM yaitu:
1. Variabel Laten Dalam SEM variabel kunci yang menjadi perhatian adalah variabel laten, dimana variabel laten merupakan konsep abstrak, seperti perilaku orang, sikap, perasaan, dan motivasi. Variabel laten dapat diamati secara tidak langsung dan tidak sempurna melalui efeknya pada variabel teramati. SEM mempunyai 2 jenis variabel laten, yaitu eksogen dan endogen. SEM membedakan kedua jenis variabel ini berdasarkan keikutsertaan variabel sebagai variabel terkait pada persamaaan-persamaan dalam model. Variabel laten eksogen sebagai variabel bebas pada persamaan yang ada dalam model. Sedangkan variabel endogen merupakan variabel terikat pada persamaan yang ada dalam model.
2. Variabel Teramati Variabel teramati adalah variabel yang dapat diamati atau dapat diukur secara empiris dan sering disebut inndikator atau variabel manifest. Variabel teramati merupakan efek atau ukuran variabel laten. Pada metode survey dengan menggunakan kuesioner, setiap pernyataan pada kuesioner mewakili sebuah variabel teramati. Model dalam SEM meliputi:
1. Model Sruktural Model structural menggambarkan hubungan-hubungan yang ada diantara variabel-variabel laten. Hubungan-hubungan ini umumnya linear meskipun perluasan SEM memungkinkan untuk mengikutsertakan hubungan yang non-linear.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
2. Model Pengukuran Model pengukuran memodelkan hubungan antara variabel laten dan variabel teramati. Hubungan tersebut bersifat refleksi dari variabel laten terkait. Penetapan variabel teramati yang merefleksikan sebuah variabel laten dilakukan berdasarkan substansi dari studi yang bersangkutan. Ada dua bentuk pendekatan model pengukuran, yaitu:
a. Exploratory Factor Analysis (EFA) Pada EFA, model rinci menunjukkan hubungan anatara variabel laten dan variabel teramati tidak dispesifikasikan terlebih dahulu. Selain itu, pada bentuk ini jumlah variabel laten tidak ditentukan sebelum analisis dilakukan, semua variabel laten diasumsikan mempengaruhi semua variabel teramati dan kesalahan pengukuran tidak boleh berkolerasi.
b. Confirmatory Factor Analysis (CFA) CFA didasarkan pada alasan bahwa variabel-variabel teramati adalah indicator-indikator tidak sempurna dari variabel laten atau konstruk tertentu yang mendasarinya. Pada CFA, model dibentuk lebih dahulu, jumlah variabel laten ditentukan oleh analis, pengaruh suatu variabel laten terhadap variabel teramati ditentukan terlebih dahulu, beberapa efek langsung variabel laten terhadap variabel teramati dapat ditetapkan sama dengan nol atau suatu konstanta, kesalahan pengukuran boleh berkolerasi, kovarian variabel-variabel laten dapat diestimasi atau ditetapkan pada nilai tertentu dan identifikasi parameter akan diperlukan.
2.5 Partial Least Squares (PLS)
2.5.1 Sejarah Perkembangan PLS
Partial Least Square (PLS) dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multiple indikator. Pada tahun 1966 Herman Wold mempresentasikan dua prosedur iterative menggunakan metode estimasi least square untuk single dan multikomponen model (Ghazali, 2008). Pada dasarnya, Wold membangun PLS
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
untuk menguji teori yang lemah dan masalah pada asumsi normalitas distribusi data (Jogiyanto, 2009).
Tujuan PLS adalah memprediksi pengaruh variabel X terhadap Y dan menjelaskan hubungan teoritikal di antara kedua variabel. PLS adalah metode regresi yang dapat digunakan untuk identifikasi factor yang merupakan kombinasi variabel X sebagai penjelas dan variabel Y sebagai respon (Talbot, 1997 dalam Jogiyanto, 2009).
2.5.2 Konsep Dasar PLS
Analisis Partial Least Square (PLS) adalah teknik statistika multivariate yang melakukan pembandingan antara variabel dependen berganda dan variabel independen berganda. PLS adalah salah satu metode statistika SEM berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model struktural (Jogiyanto, 2009). Model pengukuran digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas, sedangkan model structural digunakan untuk uji kasualitas (pengujian hipotesis dengan model prediksi).
Perbedaan mendasar PLS yang merupakan SEM berbasis varian dengan LISREL atau AMOS yang berbasis kovarian adalah tujuan penggunaanya. SEM berbasis kovarian bertujuan untuk mengestimasi model untuk pengujian atau konfirmasi teori, sedangkan SEM berbasis varian bertujuan untuk memprediksi model untuk pengembangan teori (Jogiyanto, 2009). Sebagai alat untuk model prediksi, untuk menghindari masalah intedeminancy, (yaitu skor faktor yang berbeda dihitung dari model faktor tunggal yang dihasilkan), PLS mengasumsikan bahwa semua ukuran varian adalah varian yang dijelaskan sehingga pendekatan estimasi variabel laten dianggap sebagai kombinasi linear dari indikator.
Dalam menggunakan metode PLS ini, ada beberapa langkah-langkah yang harus dilaksanakan seperti terlihat pada gambar 2.1
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
Merancang model struktural
( innner model)
Merancang model pengukuran
( outer model)
Mengkonstruksi diagram jalur
Mengkonstruksi diagram jalur
ke sistem persamaan
Estimasi: Koefefien jalur,
loading, dan weight
Evaluasi Goodness of fit
Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstrapping)
Gambar 2.1 Langkah-langkah metode PLS
1. Merancang Model Struktural (inner model) Pada SEM perancangan model adalah berbasis teori, akan tetapi pada PLS dapat berupa: Teori Hasil penelitian empiris Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu lain Normatif, missal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain
sebagainya Rasional (PLS: bisa ekplorasi hubungan antar variabel)
2. Merancang Model Pengukuran (outer model) Pada SEM semua bersifat refleksif, model pengukuran tidak
penting
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
Pada PLS perancangan outer model sangat penting: reflektif atau formatif Dasar: teori, penelitian empiris sebelumnya, atau rasional
3. Konstruksi Diagram Jalur
4. Konversi Diagram Jalur ke Persammaan
5. Estimasi Parameter Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten (koefesien jalur) dan antara variabel laten dengan indikatornya (loading)
Berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indicator dan variabel laten Interaction variable Pengukuran untuk variabel moderator, dengan teknik: menstandarkan skor indikator dari variabel laten yang dimoderasi dan yang memoderasi, kemudian membuat variabel laten interaksi dengan cara mengalikan nilai standar indikator yang dimoderasi dengan yang memoderasi.
6. Evaluasi Goodness of fit Outer model refleksif: Untuk model penelitian yang menggunakan outer model refleksif dievaluasi
discriminant validity , composite realiability . Nilai convergent dilihat dari nilai loading, nilai tersebut dianggap cukup antara 0.5 sampai 0.6 untuk jumlah variabel laten antara 3 sampai 7. Nilai discriminant validity dilihat berdasarkan nilai AVE, nilai AVE tersebut > 0.5. Nilai composite reliability yang masih dapat diterima adalah ≥ 0.7
berdasarkan
convergent ,
Outer model formatif:
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
Sedangkan untuk model penelitian yang menggunakan outer model formatif dievaluasi berdasarkan pada substantive content-nya yaitu dengan melihat signifikansi dan weight.
Goodness of fit inner model Diukur menggunakan Q-square predictive relevance. Rumus Q-Square:
Q 2 =1-(1-R 2 2 1 2 )(1-R 2 )….(1-Rp ) Dimana R 2 2 1 2 , R 2 …Rp adalah R square variabel endogen dalam model. Interpretasi Q 2 sama dengan koefesienn deerminasi total
dalam analisis jalur (mirip dengan R 2 pada regresi)
7. Pengujian Hipotesis Hipotesis statistik untuk outer model:
Comment [u1]:
H0: i = 0, lawan H1: i ≠0
Hipotesis statistik untuk inner model: Variabel eksogen terhadap endogen: H0 : i = 0, lawan
H1 : i ≠0 Hipotesis statistik untuk inner model: Variabel endogen terhadap
endogen: H0 : i = 0, lawan H1 : i ≠0
Statistik uji: t-test; p-value ≤ 0,05 (alpha 5%); signifikan Outer model signifikan: indicator bersifat valid Inner model signifikan: terdapat pengaruh signifikan PLS tidak mengasumsikan data berdistribusi normal: menggunakan
teknik resampling dengan metode bootstrap
2.5.3 Evaluasi Model PLS
PLS sebagai model prediksi tidak mengasumsikan distribusi tertentu untuk mengestimasi parameter dan memprediksi hubungan kasualitas. Oleh karena itu, teknik parametrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan dan
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
model evaluasi untuk prediksi bersifat non-parametrik. Evaluasi model PLS dilakukan dengan mengevaluasi outer model dan inner model.
Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Melalui proses iterasi alogaritma, parameter model pengukuran (validitas konvergen, validitas diskriminan, composite realiability dan crombach’s
alpha ) diperoleh, termasuk nilai R 2 sebagai parameter ketepatan model prediksi. Inner model merupakan model structural untuk memprediksi hubungan kasualitas antar variabel laten. Melalui proses bootstrapping, parameter uji T- statistic diperoleh untuk memprediksi adanya hubungan kasualitas.
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian yang memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut. Suatu hipotesis merupakan pernyataan tentang adanya suatu hubungan tertentu antara variabel-variabel yang digunakan (Koentjaraningrat, 1994: 24). Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan, hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H0: Tacit knowledge berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja individu H1: Tacit knowledge tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja individu
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. Kajian Penelitian Terdahulu
Menurut Nonaka & Takeuchi (1995), knowledge terbagi menjadi 2(dua) tipe yaitu:
1. Tacit knowledge Pengatahuan berdasarkan pengalaman, berlangsung secara simultan dan bersifat praktis.
2. Knowledge Eksplisit Knowledge yang didasarkan pada rasionalitas, berlangsung secara sequential dan bersifat teoritis.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang tacit knowledge dan Kinerja, antara lain:
1. Menurut Nonaka (1994), tacit knowledge merupakan knowledge yang menunjukkan
individu, yang sulit untuk dikomunikasikan. Tacit knowledge mengakar secara kuat pada individu, yang memberikan pengaruh terhadap aktivitasnya serta komitmen pada suatu konteks yang spesifik.
kualitas
personal
2. Menurut Hourlay (2004), sumber tacit knowledge meliputi: pengalaman, proses interaksi, situasi, lingkungan dan komunitas.
3. Menurut Li, Wang, Cao(2006), model dasar pengukuran dan evaluasi tacit knowledge individu, yaitu meliputi: input informasi (sumber tacit knowledge ), tacit knowledge, output informasi (atribut individual tacit
knowledge ), standar pengukuran, analisis dan assesmen (pengukuran atribut tacit knowledge individu), hasil pengukuran.
4. Menurut Kosasih dan Budiarti (2005), menyatakan bahwa proses-proses yang terlibat dalam manajemen knowledge berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang terdiri dari peningkatan kualitas dan kuantitas pekerjaan, efesiensi waktu dan biaya, serta kemapuan interpersonal.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
5. Menurut Bernadin dkk (1995), kriteria yang digunakan untuk penilaian kinerja meliputi kualitas, kuantitas, produktivitas waktu, efesiensi biaya, kemandirian, dan kemampuan interpersonal.
3.2. Identifikasi Variabel
Setelah melakukan observasi pendahuluan dan studi literatur, maka langkah selanjutnya adalah melakukan3d perancangan sebuah model penelitian. Model penelitian merupakan sebuah model konseptual (a theoritical framework) yang menggambarkan hubungan logis antara beberapa faktor penting di dalam permasalahan.
Penelitian ini didasari oleh 2 (dua) hal pokok, yaitu tacit knowledge dan kinerja individu. Sumber tacit knowledge yang digunakan berdasarkan penelitian Hourlay (2004), yaitu pengalaman, interaksi personal, komunitas, dan kondisi lingkungan kerja seperti yang di tampilkan pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Sumber Tacit knowledge Hourlay (2004)
No. Konstruk Endogen Konstruk Eksogen
1. Tacit knowledge
a. Pengalaman
b. Interaksi Personal
c. Komunitas
d. Kondisi Lingkungan Kerja Sedangkan penliaian kinerja individu didasarkan pada penelitian Bernadin
(1995) yaitu: kualitas, kuantitas, produktivitas waktu, dan efesiensi biaya. Sumber tacit knowledge yang diungkapkan oleh Hourlay (2004) dan kriteria penilaian kinerja individu menurut Bernadin (1995) akan ditampilkan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kinerja Bernadin (1995)
No. Konstruk Endogen Konstruk Eksogen
1. Kinerja
a. Kualitas
b. Kuantitas
c. Produktivitas Waktu
d. Efesiensi Biaya
Secara umum, sumber tacit knowledge yang dikemukakan Hourlay (2004) bersifat luas dan makro, dimana lebih mengacu pada tacit knowledge perusahaan.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
Dikarenakan ruang lingkup penelitian adalah balai riset, maka sumber tacit knowledge yang dikemukakan Hourlay (2004) harus dimodifikasi dan disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup analisis penelitian, yaitu lembaga riset.
3.3. Model Penelitian
Berdasarkan konstruk endogen dan konstruk eksogen yang telah ditetapkan maka disusunlah model penelitian. Pada penelitian ini penulis mendapatkan model hubungan antara pengetahuan tacit individu dan kinerja karyawan seperti terlihat pada gambar 3.1. Pengetahuan tacit individu dipengaruhi oleh pengalaman, interaksi personal, komunitas, dan kondisi lingkungan kerja. Ketiga komponen tersebut mempengaruhi pengetahuan tacit individu menurut Hourlay (2004) dan komponen-komponen tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Sedangkan kinerja individu dipengaruhi oleh kualitas, kuantitas, produktivitas waktu dan efesiensi biaya menurut Bernaddin (1995). Model penelitian dalam penelitian ini seperti terlihat pada gambar 3.1 di bawah ini.
Pengalaman Kualitas
Interaksi Personal
Kuantitas Pengetahuan
Tacit Individu Kinerja Individu
Komunitas Produktivitas Waktu
Kondisi Lingkungan
Efektivitas Kerja
Biaya
Gambar 3.1 Model Penelitian
Berdasarkan model penelitian, tahapan selanjutnya adalah menetapkan spesifikasi atau definisi dari konstruk penelitian. Spesifikasi konstruk penelitian merupakan landasan berfikir yang membantu mengarahkan penelitian pada tujuan yang akan dicapai. Definisi konstruk diperoleh dari berbagai sumber, dan dipilih salah satu yang sesuai dengan konsep penelitian. Dalam merumuskan spesifikasi
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
konstruk penelitian diperlukan kerangka pikir yang logis, yang meliputi konstruk endogen, konstruk eksogen, dan indikator yang digunakan. Kerangka berfikir pemilihan spesifikasi konstruk endogen tacit knowledge dan kinerja individu ditampilkan pada Tabel 3.3 sampai dengan Tabel 3.6.
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
Tabel 3.3 Spesifikasi Konstruk Endogen dan Konstruk Eksogen Tacit knowledge
Definisi Konstruk Eksogen yang Digunakan Tacit knowledge Individu
Konstruk Endogen
Konstruk Eksogen
Penjelasan Konstruk Eksogen
Pengalaman
1. Knowledge atau kemampuan yang dimiliki
Kemampuan yang dimiliki oleh individu yang
oleh individu karena kurun waktu bekerja
dipengaruhi oleh intensitas yang intensif dalam
tertentu dan atau karena intensitas yang
suatu bidang, melakukan pekerjaan yang berulang-
intensif terhadap suatu bidang atau pekerjaan
Adalah knowledge yang melekat
tertentu.
ulang.
pada individu/seseorang atau
(Hourlay, 2004)
kelompok yang berlangsung secara simultan (Hourlay, 2004)
2.Wawasan yang dimiliki individu/kelompok
mengadopsi pengaruh-pengaruh eksternal
(Starzynska, 2006) 3. Kemampuan yang dimiliki oleh personal
maupun kelompok karena melakukan pekerjaan secara berulang-ulang (Haron, 2005)
Interaksi Personal
1. Hubungan antar individu dalam suatu tempat
Hubungan dan aktivitas antar individu dalam suatu
dan waktu
tempat dan waktu yang berkaitan dengan hal
(Hourlay, 2004)
tertentu.
2. Hubungan dan aktivitas yang dilakukan antara satu individu dengan individu lainnya, yang berkaitan dengan hal tertentu (Haron, 2005)
Universitas Indonesia
Model hubungan..., Nikita Kurnia, FT UI, 2011
Konstruk Endogen
Konstruk Eksogen
Penjelasan Konstruk Eksogen
Definisi Konstruk Eksogen yang Digunakan
Komunitas
1. Sekumpulan individu dengan beberapa
Sekumpulan individu dengan beberapa kesamaan,
kesamaan, baik ideologi, kepentingan, hobi,
baik ideologi, kepentingan, hobi, dan sebagainya
dan sebagainya (Hourlay, 2004)
(Hourlay, 2004)
Kondisi Lingkungan
Kondisi suatu tempat dimana terjadi interaksi
Kondisi suatu tempat dimana terjadi interaksi antar
Kerja
antar individu, individu dengan kelompok, antar