Gambaran Burnout pada Mahasiswa Keperawa

GAMBARAN BURNOUT PADA MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN FIKES UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN SKRIPSI

Oleh SOPIATI ALIMAH

G1D012090

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO

APRIL, 2016

GAMBARAN BURNOUT PADA MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN FIKES UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Oleh SOPIATI ALIMAH G1D012090 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO APRIL, 2016

LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan yang lain atau di perguruan tinggi lain. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Purwokerto, 29 April 2016

Sopiati Alimah G1D012090

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Sopiati Alimah

Alamat : Desa Manggari Dusun Oleced Rt.01 Rw.01, Kec. Lebakwangi Kab. Kuningan, Jawa Barat 45574 Tempat, tanggal lahir

: Kuningan, 20 Maret 1994

Agama

: Islam

No. Telp/Handphone

Email

: sopiatialimah@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Manggari

2. SMP Negeri 1 Ciawigebang

3. SMA Negeri 1 Ciawigebang

4. Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Riwayat Organisasi

1. Kepala Bidang Administrasi Paduan Suara Mahasiswa Gita Buana Soedirman 2013

2. Koordinator Paduan Suara Keperawatan FIKes Unsoed 2013

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka proses tugas akhir pendidikan Sarjana Keperawatan. Skripsi dengan judul ―Gambaran burnout pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan FIKes Universitas Jenderal Soedirman ‖ ini dilaksanakan di bidang Keperawatan Jiwa. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Warsinah, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

2. Ns. Lutfatul Latifah, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat selaku Ketua Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman.

3. Yunita Sari, MHS., Ph.D selaku ketua komisi skripsi Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman.

4. Ns. Keksi Girindra Swasti, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing I yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk kepada saya selama penyusunan skripsi.

5. Ns. Wahyu Ekowati, S.Kep., M.Kep., Sp.J., selaku dosen pembimbing II yang selalu menyempatkan waktunya ditengah kesibukan yang padat dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk selama penyusunan skripsi.

6. Made Sumarwati, S. Kp., MN selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ns. Dian Ramawati, S.Kep., M.Kep selaku wakil komisi.

8. Mahasiswa Jurusan Keperawatan angkatan 2013 dan 2014 yang telah bersedia menjadi responden, sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

9. Kedua orang tua tercinta, kedua teteh (Nurhasanah, A.Md dan Nina Khusnul Khotimah) dan adik (Yuke Suryani) tersayang atas segala dukungan dan doa, sehingga selalu menjadi penyemangat bagi saya, serta Alm.A Endang Lutfiana yang telah memotivasi saya untuk dapat melanjutkan pendidikan tinggi.

10. Bharada Bambang Alfernia Musmarliansyah yang selalu menemani hari-hari saya meski dalam jarak jauh, pendengar setia, senantiasa memberikan arahan dan motivasi, sehingga menjadi penyemangat, teman senang dan duka.

11. Kedua sahabat terbaik Rosi Widiyaningsih (UIN Bandung) yang selalu memberikan motivasi bijak juga menghibur dan Wulan Apriani P D, S. Kep. yang selalu memberikan terapi tertawa sebagaimana dengan skripsinya dan menemani hari-hari saya.

12. Kedua Roommate Marta Magdalena (G1D013019-Bogor) yang selalu mengatakan ‖ fighting ‖ juga menghibur dan Adinda Handayani Trenggono (I1B015010-Majalengka) yang bijak juga perhatian, sehingga menjadi penyemangat bagi saya.

13. Ketiga teman yang selalu ada membantu kapanpun Afif Rido Herlambang, Khaeru Ibnu M, dan Ais Kunting (Ekonomi, Peternakan, FISIP - Unsoed).

14. Rekan-rekan alumni PASKIBRA SMANCI Kuningan 2010 (abang Galih, bang Joni, Teten, Hafidz, Anggy, Ayyuthika, Wulan, Siska, Popy, Sulastri, Euis, Rizal) yang selalu menghibur dan memberikan semangat untuk saya, serta masih banyak pihak yang belum saya sebutkan satu per satu di sini.

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Aamiiin Yaa Rabbal’alamin…

Purwokerto, 29 April 2016

Penulis

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Sopiati Alimah NIM

: G1D012090 Jurusan

: Keperawatan Departemen : Jiwa Fakultas

: Ilmu-Ilmu Kesehatan Jenis Karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Jenderal Soedirman Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non-exclusive Royalty-Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

―Gambaran burnout pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan FIKes Universitas Jenderal Soedirman ‖

Dengan ini Universitas Jenderal Soedirman berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data ( database ), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Purwokerto Pada tanggal : 29 April 2016 Yang Menyatakan

Sopiati Alimah

GAMBARAN BURNOUT PADA MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN FIKES UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

1 2 Sopiati Alimah 3 , Keksi Girindra Swasti , Wahyu Ekowati

ABSTRAK

Latar Belakang: Burnout merupakan kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang penuh dengan tuntutan emosional. Mahasiswa keperawatan dapat berisiko mengalami burnout akibat banyaknya tugas dan rutinitas kehidupan yang dilakukan saat menjalani perkuliahan terlebih dengan sistem blok. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran burnout pada mahasiswa jurusan keperawatan dan perbedaan tingkat burnout antara kedua periode angkatan.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif kuantitatif dengan jenis desain c ross sectional . Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling . Besar sampel yaitu 156 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi dan persentase, serta Kolmogorov-Smirnov . Hasil: Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (80,8%), kuliah sesuai dengan minatnya (67,9%), IPK sangat memuaskan (62,8%), dan berasal dari Jawa Tengah (65,4%). Jumlah responden angkatan 2013 dan 2014 adalah 77 dan 79 orang. Mayoritas mahasiswa mengalami burnout tingkat sedang (56,4%). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan p-value 0,170. Kesimpulan: Mayoritas mahasiswa mengalami burnout tingkat sedang dan tidak ada perbedaan tingkat burnout antara angkatan 2013 dan 2014.

Kata kunci: burnout , mahasiswa keperawatan, sistem blok.

1 Mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman

2, 3 Laboratorium Keperawatan Jiwa FIKes Universitas Jenderal Soedirman

DESCRIPTION OF BURNOUT IN STUDENTS OF NURSING DEPARTMENT, FACULTY OF HEALTH SCIENCES, JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITY

1 2 Sopiati Alimah 3 , Keksi Girindra Swasti , Wahyu Ekowati

ABSTRACT

Background: Burnout is physical, emotional, and mental fatigue due to long-term involvement in situations full of emotional demands. Nursing students may be at risk for burnout due to the many tasks and routines of life while undergoing lectures conducted especially to the block system. Objective: This research aimed to describe burnout in students of nursing department and burnout level difference between two periods of intake. Method: This research used quantitative descriptive study with the type of cross sectional design. The sampling technique used total sampling technique. The sample size was 156 respondents who met inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed by using frequency distribution and percentage, as well as Kolmogorov-Smirnov . Result: The majority of respondents were female (80,8%), chose a major that fit their interest (67,9%), very satisfactory GPA (62,8%), and from Central Java (65,4%). The number of respondents in 2013 and 2014 was 77 and 79 students. respectively. The majority of students experiencing moderate level of burnout was (56,4%). Kolmogorov-Smirnov test indicated p-value of 0,170. Conclusion: The majority of students experienced moderate level of burnout and there was no difference of burnout level between 2013 intake and 2014 intake.

Keywords: block system, burnout, nursing student

1 Student of Nursing Department, Jenderal Soedirman University

2, 3 Psychiatric Nursing Laboratory Faculty of Health Sciences Jenderal Soedirman University

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 30 Tabel 3.2 Distribusi Pernyataan Skala Burnout ........................................ 31 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ......................... 37 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Total Burnout .................................. 38 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi............................... 38 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Burnout Berdasarkan Karakteristik Responden ................................................................................................ 39 Tabel 4.5 Hasil Uji Komparatif ................................................................ 40

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori..................................................................

26 Gambar 2.2 Kerangka Konsep..............................................................

27

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2.

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3.

Instrumen A Data Demografi Lampiran 4.

Instrumen B Kuisioner Burnout Lampiran 5.

Jadwal kegiatan Lampiran 6.

Surat Ijin Penelitian Lampiran 7.

Blangko Bimbingan/Konsultasi Skripsi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.01 Latar Belakang

Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pelayanan kepada masyarakat, termasuk pelayanan kesehatan. Masyarakat bisa mendapatkan informasi secara cepat dan mudah, sehingga tuntutan terhadap pelayanan yang diberikan semakin meningkat, baik di tatanan klinik maupun di komunitas. Mutu pelayanan kesehatan yang diberikan harus terjamin, tidak berisiko, dan dapat memberi kepuasan, termasuk pelayanan keperawatan yang profesional (Kurikulum Inti Pendidikan Ners, 2015). Berdasarkan hal tersebut, perawat harus memiliki kompetensi yang memadai dan memiliki tanggungjawab yang dapat diandalkan. Untuk menghasilkan tenaga keperawatan ini perlu melalui jalur pendidikan tinggi yaitu penyelenggaraan Pendidikan Sarjana Keperawatan. Program ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar pada peserta didik untuk menumbuhkan dan membina sikap, pengetahuan, serta keterampilan profesional yang diperlukan sebagai seorang perawat profesional (Buku Pedoman FIKes Jurusan Keperawatan Unsoed, 2015).

Pada pendidikan sarjana keperawatan mahasiswa diajarkan teori-teori dan konsep-konsep seperti mata kuliah yang sifatnya umum, mata kuliah penunjang, dan mata kuliah keahlian (Nurhidayah, 2009). Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman (FIKes Unsoed) juga menyelenggarakan program studi sarjana keperawatan. Struktur kurikulum yang digunakan sejak tahun 2010 mengacu pada SK Mendiknas no.045/U/2002 tentang kurikulum berbasis kompetensi yaitu kurikulum dengan sistem blok.

Kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem blok menurut Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Jakarta (2008) yaitu menggunakan prinsip Student-Centered Learning (SCL). Pada kurikulum ini mahasiswa didorong untuk memiliki motivasi dan berupaya keras mencapai kompetensi yang diinginkan. Mahasiswa juga secara aktif mengembangkan maupun mengelola pengetahuan dan keterampilan, tidak hanya materi tetapi juga dalam mengembangkan karakter. Selain itu, fungsi dosen dalam metode ini sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama mahasiswa.

Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan sistem blok di Jurusan Keperawatan FIKes Unsoed diselesaikan dalam waktu delapan semester dan selama-lamanya empat belas semester, dengan total beban studi 144 sks. Pada kurikulum tersebut mahasiswa dididik untuk mampu berkomunikasi secara efektif, mengembangkan profesionalisme terus menerus, menjalin hubungan interpersonal dengan klien dan tim kesehatan lain. Selain itu, mampu menerapkan aspek etik dan legal, melaksanakan asuhan keperawatan, melakukan pendidikan kesehatan, mengaplikasikan manajemen dan kepemimpinan keperawatan, melakukan penelitian sederhana, dan menerapkan hasil penelitian dalam mengelola asuhan (Buku Pedoman FIKes Jurusan Keperawatan Unsoed, 2015).

Tujuan tersebut dicapai melalui berbagai metode pengajaran yang digunakan pada program pendidikan sarjana keperawatan diantaranya untuk pengembangan kognitif dilaksanakan SGD, kuliah interaktif ( lecture ), SDL, PBL ,

Diskusi Panel Narasumber (DPN), CL , Debate Session (DS) , DL , CD interaktif, portofolio, diskusi film, refferat journals , dan karya tulis ilmiah atau skripsi. Selain itu, untuk pengembangan skills dilaksanakan praktikum laboratorium, role play atau simulasi, pembuatan poster dan film, praktek lapangan, dan skill lab . Adapun untuk pengembangan attitude atau afektif dilaksanakan tahap pengumpulan informasi bahwa mahasiswa diharapkan secara aktif mampu mencari dan menyerap semua informasi pembelajaran dari berbagai sumber yang ada disekitarnya. Selain itu tahap analisis dan pemantapan, serta tahap umpan balik dan evaluasi. Terdapat juga kegiatan di luar perkuliahan untuk mengasah soft skill yaitu dengan mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Banyaknya metode dan rutinitas kehidupan yang dilakukan saat menjalani perkuliahan di kampus, mahasiswa dapat berisiko mengalami kelelahan tidak hanya fisik, tetapi juga emosi dan mental. Kondisi ini dikenal dengan istilah burnout . Menurut Pines & Aronson dalam Nursalam (2015) burnout merupakan kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang penuh dengan tuntutan emosional. Leiter & Maslach dalam Nursalam (2015) membagi beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya burnout. Pertama, work overload dimana individu terlalu banyak melakukan pekerjaan dengan waktu yang sedikit. Kedua , lack of work control Banyaknya metode dan rutinitas kehidupan yang dilakukan saat menjalani perkuliahan di kampus, mahasiswa dapat berisiko mengalami kelelahan tidak hanya fisik, tetapi juga emosi dan mental. Kondisi ini dikenal dengan istilah burnout . Menurut Pines & Aronson dalam Nursalam (2015) burnout merupakan kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang penuh dengan tuntutan emosional. Leiter & Maslach dalam Nursalam (2015) membagi beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya burnout. Pertama, work overload dimana individu terlalu banyak melakukan pekerjaan dengan waktu yang sedikit. Kedua , lack of work control

Beberapa hasil penelitian menunjukkan profesi bidang kesehatan dan pekerja sosial menempati urutan pertama yang paling banyak mengalami burnout , yaitu sekitar 43% (Hadi,2009). Pangastiti (2011) menyatakan burnout syndrome banyak ditemukan pada profesi yang bersifat human service seperti polisi, perawat, dokter, konselor, dan pekerja sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Moreira et al (2009) pada perawat di suatu rumah sakit besar di Brasil Selatan menunjukkan bahwa prevalensi profesi perawat yang mengalami burnout sebanyak 35,7% dari 151 responden. Fakhsianoor dan Shinta (2014) juga melakukan penelitian pada perawat di Rumah Sakit Banjarmasin yang menunjukkan hasil bahwa 20% responden mengalami burnout ringan dan 80% mengalami burnout sedang.

Burnout tidak hanya dialami oleh perawat, tetapi dapat juga terjadi pada mahasiswa keperawatan ketika menjalani perkuliahan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Katsifaraki dan Philip (2013) bahwa dari 183 mahasiswa keperawatan di Universitas Swansea yang mengalami tingkat emotional exhaustion tinggi sebelas orang, tingkat depersonalisasi tinggi 9 orang, dan pecapaian prestasi pribadi yang tinggi 61 orang. Hasil penelitian Silva, et al. (2014) menunjukkan bahwa 570 mahasiswa keperawatan dari tiga Universitas di Brazil mengalami burnout 64% pada dimensi exhaustion tinggi, 35,79% pada dimensi sinisme yang tinggi, dan 87,72% pada dimensi pencapaian prestasi pribadi yang rendah. Selain itu, hasil penelitian Galan, et al. (2011) menunjukkan bahwa dari 270 Mahasiswa Kedokteran di Universitas Seville Spanyol, 61 diantaranya berisiko mengalami burnout . Hasil penelitian Kurniati (2012) juga menunjukkan bahwa tingkat burnout pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang berada pada kategori tinggi 100% dengan responden 80 orang. Sedangkan, hasil penelitian Diaz (2007) Burnout tidak hanya dialami oleh perawat, tetapi dapat juga terjadi pada mahasiswa keperawatan ketika menjalani perkuliahan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Katsifaraki dan Philip (2013) bahwa dari 183 mahasiswa keperawatan di Universitas Swansea yang mengalami tingkat emotional exhaustion tinggi sebelas orang, tingkat depersonalisasi tinggi 9 orang, dan pecapaian prestasi pribadi yang tinggi 61 orang. Hasil penelitian Silva, et al. (2014) menunjukkan bahwa 570 mahasiswa keperawatan dari tiga Universitas di Brazil mengalami burnout 64% pada dimensi exhaustion tinggi, 35,79% pada dimensi sinisme yang tinggi, dan 87,72% pada dimensi pencapaian prestasi pribadi yang rendah. Selain itu, hasil penelitian Galan, et al. (2011) menunjukkan bahwa dari 270 Mahasiswa Kedokteran di Universitas Seville Spanyol, 61 diantaranya berisiko mengalami burnout . Hasil penelitian Kurniati (2012) juga menunjukkan bahwa tingkat burnout pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang berada pada kategori tinggi 100% dengan responden 80 orang. Sedangkan, hasil penelitian Diaz (2007)

Burnout dapat memberikan dampak negatif tidak hanya bagi individu yang mengalaminya, tetapi juga bagi institusi. Dampak yang ditimbulkan tergantung pada tahap burnout yang dialami individu. Menurut Goliszek dalam Lamria (2009) burnout dapat diklasifikasikan menjadi empat tahap. Tahap pertama adalah idealisme dan harapan yang tinggi. Tahap kedua adalah pesimis dan ketidakpuasan kerja dini. Tahap ketiga, mundur dan mengisolasi diri. Tahap keempat, tidak dapat berbalik dan kehilangan minat. Berdasarkan hasil penelitian Jennings (2009) mahasiswa medis yang mengalami burnout lebih cenderung berpotensi dua hingga tiga kali lipat memiliki keinginan untuk bunuh diri dibandingkan mahasiswa lain yang tidak mengalami burnout . Selain itu, hasil penelitian Gerber, et al (2013) bahwa siswa yang burnout mengalami gejala depresi, penurunan skor kepuasan hidup, dan kualitas tidur berkurang.

Berdasarkan studi pendahuluan pada 25 mahasiswa Jurusan Keperawatan Unsoed, 14 orang diantaranya mengatakan rutinitas yang dilakukan ketika menjalani perkuliahan sangat padat. Rutinitas tersebut diantaranya mengikuti perkuliahan dengan berbagai metode yang hampir setiap hari berlangsung dari pagi hingga sore, kewajiban membuat berbagai laporan, serta persiapan untuk evaluasi blok baik tertulis maupun praktikum. Selain itu, di luar perkuliahan, sebagian besar mahasiswa aktif dalam UKM. Padatnya rutinitas dan tugas yang harus dikerjakan membuat mahasiswa merasa lelah tidak hanya fisik, tetapi juga

emosi dan mental. Kelelahan fisik yang dialami mahasiswa berupa sakit kepala, sakit punggung, demam, tegang otot leher dan bahu, sulit tidur, perubahan kebiasaan makan, dan letih. Kelelahan emosi yang dialami yaitu perasaan capek dan lelah setiap hari, merasa sedih untuk alasan yang tidak jelas, suka marah, bosan, sulit mendapatkan kesempatan untuk istirahat karena rutinitas, putus asa, merasa tidak memiliki apa-apa, merasa gagal, dan kehilangan semangat. Serta kelelahan mental yang dialami yaitu kaku dalam berfikir, rutinitas sehari-hari mulai terasa tertekan, selalu bekerja keras tapi pencapaian selalu kurang, merasa kurang kompeten, tujuan yang ingin dicapai mulai berubah, tidak peka, acuh tak acuh, dan tidak puas dengan jalan hidup. Hal tersebut menunjukan bahwa 14 emosi dan mental. Kelelahan fisik yang dialami mahasiswa berupa sakit kepala, sakit punggung, demam, tegang otot leher dan bahu, sulit tidur, perubahan kebiasaan makan, dan letih. Kelelahan emosi yang dialami yaitu perasaan capek dan lelah setiap hari, merasa sedih untuk alasan yang tidak jelas, suka marah, bosan, sulit mendapatkan kesempatan untuk istirahat karena rutinitas, putus asa, merasa tidak memiliki apa-apa, merasa gagal, dan kehilangan semangat. Serta kelelahan mental yang dialami yaitu kaku dalam berfikir, rutinitas sehari-hari mulai terasa tertekan, selalu bekerja keras tapi pencapaian selalu kurang, merasa kurang kompeten, tujuan yang ingin dicapai mulai berubah, tidak peka, acuh tak acuh, dan tidak puas dengan jalan hidup. Hal tersebut menunjukan bahwa 14

Selanjutnya 9 mahasiswa mengalami kelelahan fisik yaitu sakit kepala, demam, tegang otot leher dan bahu, sering flu, sulit tidur, perubahan kebiasaan makan, dan letih. Mahasiswa juga mengalami kelelahan emosional yaitu perasaan capek dan lelah setiap hari, merasa sedih untuk alasan yang tidak jelas, bosan, dan

sulit mendapatkan kesempatan untuk istirahat karena rutinitas. Sedangkan 2 mahasiswa lainnya hanya mengalami kelelahan fisik yaitu sakit kepala, demam, sulit tidur, perubahan kebiasaan makan, dan letih. Sehingga 11 orang tersebut cenderung dikatakan tidak mengalami burnout .

Paparan di atas menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan beberapa diantaranya cenderung mengalami burnout . Sehingga, penulis tertarik meneliti gambaran burnout pada mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

1.02 Rumusan Masalah

Burnout merupakan sindrom kelelahan fisik, mental, dan emosional yang disebabkan keterlibatan jangka panjang situasi penuh tuntutan emosional yang disebabkan oleh banyak faktor. Burnout juga cenderung dapat dialami oleh mahasiswa keperawatan. Hasil studi pendahuluan pada 25 mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Unsoed diperoleh informasi bahwa

14 diantaranya cenderung mengalami burnout . Sehingga penulis mengangkat permasalahan yang diteliti yaitu ―Bagaimana gambaran burnout pada mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman?‖

1.03 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) karakteristik responden meliputi jenis kelamin, pilihan jurusan berdasarkan minat (sesuai minat atau tidak sesuai minat), periode angkatan, IPK, dan daerah asal tempat tinggal, 2) gambaran burnout yang dikategorikan menjadi tidak burnout, burnout ringan, sedang, dan berat pada mahasiswa Jurusan Keperawatan FIKes Unsoed, 3) gambaran burnout berdasarkan karakteristik responden, 4) perbedaan tingkat burnout antara periode angkatan 2013 dan 2014.

1.04 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi:

1.04.1 Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang burnout , sehingga mahasiswa dapat mengenali dan mengantisipasi kondisi burnout .

1.04.2 Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada institusi pendidikan tentang gambaran burnout pada mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, sehingga diharapkan institusi pendidikan dapat ikut serta untuk mengantisipasi terjadinya burnout pada mahasiswa.

1.04.3 Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar mengenai burnout mahasiswa untuk penelitian selanjutnya, seperti dengan memberikan terapi untuk meminimalkan atau mencegah kondisi burnout.

1.05 Keaslian Penelitian

Menurut pustaka yang ada, penulis menemukan beberapa penelitian mengenai burnout , diantaranya adalah:

a. Penelitian yang berjudul ― Hardy personality and burnout syndrome among nursing students in three Brazilian universities — an analytic study ‖ yang

dilakukan oleh Silva, et al. (2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian hardy dengan burnout . Subjek yang diteliti berjumlah 570 Mahasiswa Keperawatan dari tiga Universitas di Brazil. Alat ukur yang digunakan ialah Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI- SS) dan skala Hardiness . Metode yang digunakan adalah analisis dengan desain cross sectional . Data dianalisis menggunakan Statistical Analysys System . Variabel kuantitatif dipresentasikan dalam bentuk statistic deskriptif seperti nilai maksimum dan minimum, rata-rata dan standar deviasi. Fischer’s exact probability test digunakan untuk mengetahui hubungan burnout dengan hardiness . Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64% mahasiswa mengalami burnout pada dimensi emotional exhaustion tinggi, 35,79% pada dimensi sinis dilakukan oleh Silva, et al. (2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tipe kepribadian hardy dengan burnout . Subjek yang diteliti berjumlah 570 Mahasiswa Keperawatan dari tiga Universitas di Brazil. Alat ukur yang digunakan ialah Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI- SS) dan skala Hardiness . Metode yang digunakan adalah analisis dengan desain cross sectional . Data dianalisis menggunakan Statistical Analysys System . Variabel kuantitatif dipresentasikan dalam bentuk statistic deskriptif seperti nilai maksimum dan minimum, rata-rata dan standar deviasi. Fischer’s exact probability test digunakan untuk mengetahui hubungan burnout dengan hardiness . Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64% mahasiswa mengalami burnout pada dimensi emotional exhaustion tinggi, 35,79% pada dimensi sinis

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel burnout , subjek penelitian, dan alat ukur burnout . Sedangkan perbedaannya terletak pada teknik pengambilan sampel, desain penelitian dan analisa data.

b. Penelitian yang berjudul ― Nursing burnout at a general healthcare facility and

a mental healthcare institution in the Caribbean ‖ yang dilakukan oleh Andrew (2012). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat burnout antara perawat yang terdaftar bekerja pada dua fasilitas di sebuah pulau Karibia:

fasilitas kesehatan umum dan rumah sakit jiwa. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 132 orang, namun hanya 58 orang yang berpartisipasi. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, cross sectional , dan desain survey. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner Maslach Burnout Inventory- Human Service Survey dan kuesioner demografi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis t-test dan regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa burnout mempengaruhi perawat di Karibia, namun burnout lebih besar mempengaruhi perawat di fasilitas kesehatan umum dibandingkan dengan perawat di rumah sakit jiwa.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel burnout dan desain penelitian. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat, subjek penelitian, alat ukur burnout, dan analisa data.

c. Penelitian yang berjudul ―Pengaruh kesejahteraan spiritual terhadap burnout pada mahasiswa Pendidikan Dokter di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta‖ yang dilakukan oleh Laili (2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesejahteraan spiritual terhadap burnout . Subjek yang diteliti berjumlah 43 Mahasiswa Pendidikan Dokter di UII Yogyakarta. Alat ukur yang digunakan ialah skala burnout yang merupakan modifikasi skala

MBI-SS dan skala kesejahteraan spiritual yang merupakan modifikasi skala SWBQ. Metode yang digunakan adalah kuantitatif korelasional. Data dianalisis menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga hipotesis diterima. Terdapat pengaruh keempat domain kesejahteraan spiritual (personal, komunal, environmental , dan transcendental) terhadap burnout dimensi keletihan emosi (p>0,05), dimensi sisnisme (p>0,05), dan dimensi menurunnya keyakinan akademik (p>0,05). Sedangkan dari keempat domain kesejahteraan spiritual yang berpengaruh secara signifikan terhadap ketiga dimensi burnout adalah domain transendental.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel burnout , pengambilan sampel, dan alat ukur burnout . Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian, desain penelitian , dan analisa data.

d. Penelitian yang berjudul ―Hubungan antara burnout dengan motivasi berprestasi akadem is pada mahasiswa yang bekerja‖ yang dilakukan oleh Diaz (2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara burnout dengan motivasi berprestasi akademis pada mahasiswa yang bekerja. Penelitian ini bersifat korelasional yang dilakukan terhadap 98 mahasiswa yang bekerja dari lima lembaga perguruan tinggi di Jakarta dan Depok, dengan karakteristik antara lain berusia minimal 20 tahun, belum menikah, mengambil strata satu dari berbagai jurusan. Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai. Motivasi berprestasi akademis diukur dengan skala motivasi berprestasi akademis yang disusun berdasarkan karakteristik tanggung jawab, membutuhkan umpan balik, inovatif, risiko pemilihan tugas, dan ketekunan. Sedangkan burnout diukur dengan skala burnout yang disusun berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Maslach yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan pencapaian prestasi pribadi.

Uji asumsi dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dan uji lineritas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov dan Shapiro-Wilk Test. Untuk nilai signifikan pada burnout adalah 0,000 (p< 0,05). Skor signifikan pada motivasi berprestasi adalah 0,000 (p<0,05). Hasil uji normalitas menunjukan bahwa sebaran skor kedua variabel penelitian Uji asumsi dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dan uji lineritas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov dan Shapiro-Wilk Test. Untuk nilai signifikan pada burnout adalah 0,000 (p< 0,05). Skor signifikan pada motivasi berprestasi adalah 0,000 (p<0,05). Hasil uji normalitas menunjukan bahwa sebaran skor kedua variabel penelitian

F sebesar 168,1194 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Selanjutnya data penelitian dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik non parametrik. Pada uji korelasi Karl Pearson , didapat koefisien korelasi (r) sebesar -0,798 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0.05). Hasil uji korelasi tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara burnout dengan motivasi berprestasi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel burnout dan teknik pengambilan sampel. Sedangkan, perbedaannya terletak pada variabel terikat, alat ukur burnout , subjek penelitian, dan analisa data.

e. Penelitian yang berjudul ―Hubungan antara stres dengan burnout pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang ‖ yang dilakukan oleh Kurniati (2012). Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2) mengetahui tingkat burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 3) mengetahui adanya hubungan antara stres dengan burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah korelasional kuantitatif. Populasinya adalah seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang masih aktif pada tahun ajaran 2011- 2012 (796 mahasiswa) dan diambil 10% dari populasi sebagai sampel (80 mahasiswa). Sampel diambil menggunakan teknik sampel random. Alat ukur yang digunakan adalah skala stres dan burnout yang disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan tinjauan pustaka. Reliabilitas, validitas dan analisa data korelasi P roduct Moment dari Pearson menggunakan bantuan komputerisasi SPSS 15.0 For Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada 80 responden pada kategori rendah sebesar 0%, kategori sedang sebesar 3,8%, dan kategori tinggi sebesar 96,2%. Sedangkan tingkat burnout pada responden yang sama, Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada 80 responden pada kategori rendah sebesar 0%, kategori sedang sebesar 3,8%, dan kategori tinggi sebesar 96,2%. Sedangkan tingkat burnout pada responden yang sama,

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel burnout alat ukur burnout . Sedangkan perbedaannya terletak pada teknik pengambilan sampel, subjek penelitian, desain penelitian dan analisa data.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini terdiri dari landasan teori, kerangka teori, dan kerangka konsep.

2.01 Landasan Teori

Landasan teori dari penelitian ini mencakup aspek burnout diantaranya pengertian burnout , dimensi burnout , faktor-faktor penyebab, tahapan, tanda gejala, burnout pada mahasiswa keperawatan, dan instrumen burnout .

2.01.1 Burnout

Istilah burnout diperkenalkan oleh Bradley pada tahun 1969, namun tokoh yang dianggap sebagai penemu dan penggagas istilah burnout adalah Herbert Freudenberger yang menulis artikel tentang fenomena burnout pada tahun 1974 (Gunarsa, 2004). Pada masa itu, Freudenberger yang bekerja sebagai psikiater di salah satu klinik kecanduan obat di New York melihat bahwa banyak tenaga sukarelawan yang semula bersemangat melayani pasien lalu mengalami penurunan motivasi dan komitmen kerja yang disertai dengan gejala keletihan fisik dan mental.

Sejauh ini terjemahan baku untuk istilah burnout dalam bahasa Indonesia tampaknya belum ditemukan (Gunarsa, 2004). Menurut Annual Review of Psychology 2003 dalam Gunarsa (2004) disebutkan bahwa istilah burnout dipandang sebagai konsep yang tidak memiliki definisi baku. Namun demikian, menurut Pines dan Aronson dalam Nursalam (2015) burnout merupakan kelelahan secara fisik, emosional, dan mental yang disebabkan keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang penuh dengan tuntutan emosional. Sementara itu, Freudenberger dalam Nursalam (2015) juga mendefinisikan burnout sebagai kelelahan yang terjadi karena bekerja terlalu intens tanpa memperhatikan kebutuhan pribadinya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa burnout adalah rasa kelelahan baik secara fisik, mental, maupun emosional, yang menyebabkan seseorang terganggu.

2.01.1.1 Dimensi Burnout Leiter dan Maslach dalam Gunarsa (2004) menyatakan ada tiga dimensi burnout , dalam hal ini dimensi disituasikan pada mahasiswa, yaitu:

Universitas Jenderal Soedirman Universitas Jenderal Soedirman

b. Cynicism / Depersonalisation Cynicism merupakan dimensi burnout yang ditandai dengan sikap sinis, cenderung menarik diri dari dalam lingkungan kerja atau kuliah. Ketika individu merasakan cynicism (sinis), individu tersebut cenderung dingin, menjaga jarak, cenderung tidak ingin terlibat dengan lingkungan perkuliahannya. Cynism juga merupakan cara untuk terhindar dari rasa kecewa. Secara konkret seseorang yang sedang depersonalisasi cenderung meremehkan, memperolok, tidak peduli dengan orang lain yang dilayani, dan bersikap kasar. Perilaku negatif seperti ini dapat memberikan dampak yang serius pada efektivitas perkuliahan.

c. Reduced sense of personal accomplishment Penurunan pencapaian prestasi pribadi atau penurunan keyakinan akademik jika pada mahasiswa disebabkan oleh perasaan bersalah telah melakukan orang lain di sekitarnya secara negatif. Hal ini berkembang dari depersonalisasi, sikap kurang positif terhadap orang lain, lama kelamaan berubah menjadi penilaian negatif tentang diri sendiri. Seseorang merasa bahwa dirinya telah berubah menjadi orang yang berkualitas buruk terhadap orang lain di sekitarnya, misalnya tidak memperhatikan kebutuhannya. Padahal seorang pemberi layanan dituntut untuk selalu memiliki perilaku yang positif, misalnya penyabar, penuh perhatian, hangat, humoris, dan yang paling penting adalah mempunyai rasa empati.

2.01.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Burnout Leiter dan Maslach dalam Nursalam (2015) membagi beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya burnout, yaitu:

a. Work Overload Work overload kemungkinan terjadi akibat ketidaksesuaian antara individu dengan pekerjaannya. Individu terlalu banyak melakukan pekerjaan dengan waktu yang sedikit. Overload terjadi karena pekerjaan yang dikerjaan melebihi kapasitas

Universitas Jenderal Soedirman Universitas Jenderal Soedirman

b. Lack of Work Control Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin banyak seseorang itu diatur oleh agenda kerja (aturan protokoler) yang sering kali tidak dapat dihindari meskipun hal tersebut tidak disukai. Adanya aturan terkadang membuat individu memiliki batasan dalam berinovasi, merasa kurang memiliki tanggung jawab dengan hasil yang didapatkan karena adanya kontrol yang terlalu ketat dari atasan.

c. Rewarded for work Salah satu kontributor yang berperan besar terhadap munculnya burnout adalah tidak adanya sistem imbalan intrinsik seperti dapat melakukan tugas-tugas yang menyenangkan, membangun keahlian, dan memperoleh penghargaan dari mitra kerja. Kurangnya keseimbangan antara sistem imbalan yang bersifat ekstrinsik gaji, tunjangan) dan sistem imbalan intrinsik akan melemahkan semangat untuk menyukai pekerjaan. Selain itu, kurangnya apresiasi dari lingkungan kerja juga membuat individu merasa tidak bernilai. Apresiasi bukan hanya dilihat dari pemberian gaji, tetapi hubungan yang terjalin baik antar individu, individu dengan atasan turut memberikan dampak pada individu tersebut. Pada mahasiswa, apresiasi dapat berupa nilai dari sebuah tugas yang dikerjakan atau beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi.

d. Breakdown in Community Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dimana pun berada. Seseorang akan bekerja dengan maksimal

ketika memiliki kenyamanan dan kebahagiaan yang terjalin dengan rasa saling menghargai. Persaingan yang ketat dan waktu kerja atau kuliah yang padat menyebabkan individu terpisah dari sesamanya, sehingga ada kesenjangan baik antar individu maupun dengan atasan, sibuk dengan diri sendiri, dan tidak memiliki quality time dengan rekan. Hubungan yang tidak baik membuat suasana di lingkungan tidak nyaman, full of anger , frustasi, cemas, merasa tidak dihargai. Hal ini membuat dukungan sosial menjadi tidak baik, kurang rasa saling

Universitas Jenderal Soedirman Universitas Jenderal Soedirman

e. Treated Fairly Perasaan diperlakukan tidak adil merupakan faktor terjadinya burnout . Seseorang merasa tidak percaya dengan lingkungan kerjanya atau lingkungan perkuliahan ketika tidak ada keadilan. Rasa ketidakadilan biasa dirasakan pada saat masa promosi kerja, atau individu disalahkan ketika individu tersebut tidak melakukan kesalahan.

f. Dealing with Conflict Values Seseorang akan melakukan yang terbaik ketika melakukan apa yang sesuai dengan nilai, belief , dan self respect . Namun, ketika pekerjaan mengharuskan seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai individu tersebut, hal tersebut dapat menyebabkan performa dan kualitas kerja seseorang menurun, karena tidak sesuai dengan nilai yang dimiliki. Misalnya seorang sales terkadang harus berbohong agar produk yang ditawarkan dapat terjual.

Selanjutnya, Sullivan dalam Spector (2008) menjelaskan beberapa faktor yang dapat menyebabkan burnout , yaitu:

a. Environmental factor Faktor lingkungan merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan fisik (peralatan, ventilasi, pencahayaan, kebisingan, privasi, tempat duduk yang tidak nyaman, dan ketiadaan fasilitas yang mendukung), konflik peran (adanya ketidakcocokan individu dengan pekerjaannya, konflik antara nilai-nilai yang dimiliki individu dengan pekerjaan, atau memiliki peran ganda seperti menjadi pekerja dan ibu rumah tangga), beban kerja yang berlebihan (lamanya jam kerja, banyaknya tanggungjawab yang harus diterima, dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan), keterlibatan terhadap pekerjaan, tingkat fleksibilitas waktu kerja atau kuliah, dan kurangnya dukungan sosial,. Berdasarkan hasil penelitian Adawiyah (2013) menunjukkan bahwa dukungan sosial yang baik dapat mendukung berkurangnya kecenderungan burnout. Individu yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi tidak hanya mengalami stres yang rendah, tetapi juga

Universitas Jenderal Soedirman Universitas Jenderal Soedirman

b. Individual Factor Faktor individu meliputi faktor demografik seperti jenis kelamin, etnis, usia, status perkawinan, latar belakang pendidikan, status ekonomi, faktor kepribadian seperti tipe keperibadian introvert atau extrovert , konsep diri yang rendah, kebutuhan, motivasi, kemampuan dalam mengendalikan emosi, mekanisme koping, dan locus of control . Perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi cara seseorang dalam menyikapi masalah, karena pria dan wanita tumbuh dan dibesarkan dengan cara yang berbeda. Pria diajarkan bertindak tegas, tegar, dan tanpa emosional, sedangkan wanita diajarkan untuk berprilaku lembut dan kasih sayang. Berdasarkan hasil penelitian Sari (2015) pada perawat usia < 30 tahun cenderung mengalami burnout ringan yaitu sebanyak tiga puluh orang dari 42 orang, sedangkan usia ≥ 30 tahun cenderung mengalami burnout sedang yaitu sebanyak lima orang dari sebelas orang. Namun, dilihat dari tingkatan burnout berat, tiga orang dengan usia < 30 tahun dan dua orang dengan usia ≥ 30 tahun mengalaminya. Sedangkan, hasil penelitian Dewi dan Pramesti (2013) menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat burnout yang signifikan pada guru SDN yang berusia dewasa dini (18-39 tahun) dan dewasa madya (40-60 tahun).

Annual Review of Psychology (dalam Nurjayadi, 2004) melaporkan bahwa individu yang belum menikah (khususnya laki-laki) dilaporkan lebih rentan terhadap sindrom burnout dibandingkan individu yang sudah menikah. Namun perlu penjelasan lebih lanjut untuk status perkawinan. Individu yang sudah menikah bisa saja memiliki resiko untuk mengalami burnout jika perkawinannya kurang harmonis atau mempunyai pasangan yang tidak dapat memberikan dorongan sosial (Nurjayadi, 2004). Berdasarkan hasil penelitian Sari (2015) terdapat lima orang dari 23 orang yang sudah menikah mengalami burnout berat. Tanggungjawab seseorang setelah menikah tentu berbeda dengan yang belum menikah baik secara finansial maupun sosial.

Universitas Jenderal Soedirman

Menurut Maslach dan Jackson dalam Nurjayadi (2004) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan juga turut berperan dalam sindrom burnout . Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa stres yang terkait dengan masalah pekerjaan seringkali dialami oleh pekerja dengan pendidikan yang rendah. Namun, Siagian (2009) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya serta semakin besar pula tuntutan pekerjaan sehingga berpengaruh terhadap perilaku kerjanya. Seseorang dengan pendidikan sarjana paling berisiko mengalami burnout dibandingkan tingkat pendidikan lainnya. Profesional yang berpendidikan tinggi memiliki harapan atau aspirasi yang idealis, sehingga ketika dihadapkan pada kesenjangan antara aspirasi dan kenyataan maka muncul kegelisahan dan kekecewaan yang dapat menimbulkan burnout. Faktor kepribadian dapat mempengaruhi tingkat burnout seseorang menurut hasil penelitian Mufida (2012) bahwa gaya kepribadian steadiness cenderung lebih mudah mengalami burnout dibanding dengan individu dengan gaya kepribadian lainnya. Ciri-ciri dari orang yang memiliki gaya kepribadian steadiness adalah introvert, stabil, dapat dipercaya, rileks, pasif, santai, menghindari tanggung jawab, tidak tegas, tidak berorientasi pada target, menyukai sesuatu yang berjalan dengan konsisten dan kurang menyukai perubahan yang bersifat mendadak.

Motivasi juga dapat berpengaruh terhadap burnout. Berdasarkan hasil penelitian Tawale, Widjajaning, dan Gartinia (2011) menunjukkan jika motivasi yang dimiliki rendah, maka kecenderungan burnout akan tinggi, begitu pula sebaliknya. Selain itu, locus of control dapat berpengaruh terhadap burnout. Berdasarkan hasil penelitian Sari (2015) menunjukkan bahwa responden dengan locus of control internal cenderung mengalami burnout ringan yaitu sebanyak 32 orang dari 41 orang, sedangkan responden dengan locus of control eksternal lebih cenderung mengalami burnout sedang yaitu sebanyak tujuh orang dari dua belas orang. Locus of control berpengaruh terhadap pemilihan strategi koping individu. Selain itu, kecenderungan locus of control pada individu akan mempengaruhi karakteristik pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Locus of control internal cenderung memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi dengan pekerjaan individu

Universitas Jenderal Soedirman Universitas Jenderal Soedirman

c. Cultural factor Menurut Potter dan Perry (2005) budaya menggambarkan sifat non-fisik, seperti nilai, keyakinan, sikap, atau adat istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakatdan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kultur juga merupakan kumpulan dari keyakinan, praktik, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, norma, adat istiadat, dan ritual yang dipelajari dari keluarga selama sosialisasi bertahun-tahun. Banyak keyakinan, pikiran, dan tindakan masyarakat, baik disadari maupun tidak disadari, ditentukan oleh latar belakang budaya. Akhirnya, kultur adalah sistem meta komunikasi yang di dalamnya tidak hanya bahasa lisan, tetapi juga sesuatu yang lain. Salah satu contoh adalah cara individu bereaksi secara nonverbal terhadap percakapan seseorang, cara individu membuat kontak mata, menyentuh tubuh, dan memegang tangan.

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22