REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM DEMOKRASI A
REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM DEMOKRASI : ANALISIS
MELALUI POSTFEMINISME
DARA BILLA PUSPITA
1516071040
DINDA AYU PRAMITASARI
1516071112
GERALDO MARCELLINO
1516071080
ARIEF CAHYO BASKORO
1516071096
SUSI FUJI SAHESTINA
1516071058
SUCI ANDAYANI
1516071022
RETNO NINGSIH
1516071006
HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Demokrasi adalah bentuk sistem pemerintahan yang memperbolehkan bagi setiap warganya
memiliki kesetaraan hak dlam mengambil keputusan yang dapat mengubah kehidupan.
Demokrasi mengandung pengertian secara tidak langsung bahwa rakyat selogan “dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat” (Abraham Lincoln) karena selogan ini melambangkan segala
hal yang melambangkan sistem demokrasi.
Post-feminisme merupakan sebuah rekonstruksi dari paham feminisme yang dianggap
memberikan reaksi buruk terhadap kaum pria untuk mendapatkan kesetaraan hak dan
menghilangkan perbedaan gender yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang dianggap
radikal pada saat itu. Pemikiran-pemikiran terhadap teori feminisme ini sendiri telah
berkembang bahkan sejak awal tahun 1990an, dimana hal ini juga melanggar banyaknya
aturan-aturan ikatan yang kuat diantara banyaknya kaum maskulin yang ada, Negara dan
perang. Dalam teori feminisme, ada banyak sekali varian-varian yang ada, sehingga atas
dasar hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak mengejutkan ketikan banyaknya beragam varianvarian berbeda yang dipelajari di dalam Hubungan Internasional . hal ini sama halnya dengan
perspektif yang lainnya, dimana feminisme bukanlah suatu badan monolitik di dalam suatu
pemikiran yang ada. Dalam membagi dan menkategorisasikan hasil-hasil pekerjaan di dalam
feminisme sendiri, ada banyak cara yang dapat dilakukan dan yang tersedia bukanlah hanya
satu cara saja.
Perspektif feminisme juga mengadopsi dan melihat bermacam-macam permasalahan melalui
kacamata gender untuk merevisi kajian studi di dalam Hubungan Internasional, yang
kemudian juga mengkritisi asumsi-asumsi dominan didalam kajian studi ilmu Hubungan
Internasional tersebut. Yang dikritisi oleh perspektif ini sendiri adalah mengenai apa yang
disebut sebagai sesuatu yang signifikan maupun sesuatu yang disebut tidak signifikan,
kemudian juga membahas apa yang dimarginalisasikan dan juga apa yang tidak
dimarginalisasikan dan apa yang merupakan inti di dalam kajian studi Hubungan
Internasional. Tidak hanya itu, feminisme juga berfokus pada bagaimana berbagai wacanawacana yang ada di dalam semua aspek dalam Hubungan Internasional merupakan wacana-
wacana yang di genderisasikan. Hal ini dapat dicontohkan dengan adanya genderisasi di
dalam perang atas ancaman yang ada, yang kemudian menarik perhatian baik masyarakat
maupun individu sebagai pusat pemahaman tehadap Hubungan Internasional.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah peranan dan representasi perempuan dalam demokrasi sudah tepat ?
2. Masalah apakah yang mungkin muncul akibat representasi tersebut?
3. Apakah negara – negara demokratis telah menempatkan posisi perempuan sebagai
superioritas baru di pemerintahan ?
1.3 TUJUAN
1. Mengidentifikasi peranan dan representasi perempuan dalam demokrasi.
2. Mengidentifikasi gerakan – gerakan yang muncul pasca reformasi.
3. Mengidentifikasi porsi perempuan dalam pemerintahan di negara demokratis.
4. Mengidentifikasi porsi perempuan dalam pemerintahan di negara konservatif.
1.4 MANFAAT
1. Menjelaskan posisi perempuan dalam demokrasi.
2. Mengemukakan pendapat superioritas dan emansipasi wanita dalam kerangka analisis
Postfeminisme.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
A. DEMOKRASI
Kata demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu “demos” yang berarti rakyat, dan
“Kratei” yang berarti pemerintah. Dan dengan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian demokrasi secara umum adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan tertinggi
dipegang oleh rakyat. memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu hal yang ada di negara.
Demokrasi menganut
Ada beberapa pengertian demokrasi menurut para ahli :
1. Aristoteles, Demokrasi adalah suatu kebebasan, yang dimaksudkan adalah
kebebasan berbagi kekuasan pada setiap warga negara, Aristoteles
mengutarakan bahwa setiap warga negara itu setara dalam jumlah, dalam
demokrasi tidak ada penilaian lebih tinggi daripada nilai per individu, setiap
warga negara sama.
2. Maurice Duverger, Demokrasi adalah cara pemerintahan dimana golongan
yang memerintah dan yang diperintah, adalah sama dan tidak terpisah
-pisahkan.
3. Harris Soche, Demokrasi adalah pemerintahan yang kekuasaanya melekat
pada rakyat atau demokrasi adalah pemerintahan rakyat.
4. Samuel Huntington, Demokrasi ada jika setiap pemegang kekuasaan dalam
suatu negara dipilih secara umum, adil, dan jujur, para peserta boleh bersaing
secara bersih, dan semua masyarakat memiliki hak setara dalam pemilihan.
5. Sidney Hook, Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan
penting dalam suatu pemerintah yang baik secara langsung maupun tidak
langsung didasarkan oleh kepentingan mayoritas dengan berdasarkan hak yang
diberikan kepada rakyat biasa.
6. Koentjoro Poerbopranoto, Demokrasi adalah sebuah sistem dimana rakyat ikut
berpartisipasi secara aktif dalam pemerintahan negara.
7. Prof. Mr. Muhammad Yamin, Demokrasi merupakan dasar pembentukan
pemerintahan dan masyarakat yang di dalamnya kekuasaan memerintah atau
mengatur dipegang secara sah, melainkan oleh segala anggota masyarakat.
Prinsip – Prinsip Demokrasi
1. Persamaan diantara warga negara, setiap warga negara memiliki kesetaraan
dalam praktik kenegaraan seperti praktik politik.
2. Keterlibatan warga negara dalam menagnbil keputusan politik
3. Kebebasan diakui dan dipakai. Dan juga diterima oleh warga negara
Ciri – Ciri Pemerintahan Demokrasi
1. Konstitusional, yaitu hal yang berkaitan dengan kepentingan, kehendak, ataupun
kekuasaan rakyat dituliskan dalam konstitusi dan undang-undang negara tersebut.
2. Ciri Perwakilan, yaitu dalam mengatur negaranya, kedaulatan rakyat diwakilkan
oleh beberapa orang yang telah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
3. Ciri Pemilihan Umum, yaitu suatu kegiatan politik yang dilakukan untuk
memilih pihak dalam permerintahan.
4. Ciri Kepartaian, yaitu partai menjadi sarana / media untuk menjadi bagian dalam
pelaksaan sistem demokrasi.
5. Ciri Kekuasaan, adanya pembagian dan pemisahan kekuasaan.
6. Ciri Tanggung Jawab, adanya tanggung jawab dari pihak yang telah terpilih
untuk ikut dalam pelaksaan suatu sistem demokrasi.
2. PERKEMBANGAN DEMOKRASI
A. Demokrasi Lama
Demokrasi lama berjalan dengan demokrasi langsung, demokrasi ini adalah paham
demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga negaranya dalam permusyawaratan untuk
menentukan kebijaksanaan umum negara atau undang-undang. Demokrasi langsung juga
dikenal dengan demokrasi bersih. Disinilah rakyat memiliki kebebasan secara mutlak untuk
memberikan pendapatnya dan aspirasi mereka dimuat dengan segera didalam satu pertemuan.
Demokrasi lama ini lebih banyak dipraktekan pada kota kecil dan komunitas yang secara
relative belum berkembang, dimana secara fisik memungkinkan untuk seluruh electorate
untuk bermusyawarah dalam satu tempat. Walaupun permasalahan pemerintah tersebut
bersifat kecil. Demokrasi ini berkembang di negara kecil Yunani kuno dan Eropa. Demokrasi
lama tidak dapat dilaksanakan didalam masyarakat yang komplek dan negara yang besar.
Demokrasi murni yang dapat diambil contoh terdapat di wilayah Switzerland.
Mengubah bentuk demokrasi murni ini masih berlaku di Switzerland dan beberapa yang ada
didalamnya terdapat bentuk referendum dan inisiatif. Dibeberapa negara sangat
memungkinkan bagi rakyat untuk memulai dan mengadopsi hukum, bahkan untuk
mengamandemenkan konstitusional dan menetapkan permasalahan public politik secara
langsung tanpa campur tangan representative. Di praktikan pada negara-negara kota (polis,
city state) pada zaman Yunani kuno. Dengan demikian pemerintah dapat mengetahui secara
langsung aspirasi dan persoalan-persoalan yang sebenarnya dihadapi masyarakat. Adapun
kelebihan dan kekurangan pada demokrasi ini :
Menjamin kendali warga negara terhadap kekuasaan politik
Sulit dioperasikan pada masyarakat yang berukuran besar
Mendorong warga negara meningkatkan kapasitas pribadinya misalnya meningkatkan
kesadaran politik, menngkatkan pengetahuan pribadi, dll
Menyita terlalu banyak waktu yang diperlukan warga negara untuk melakukan hal-hal
yang lain karenanya bisa menimbulkan apatisme
Membuat warga negara tidak tergantung pada politik yang memiliki kepentingan
sempit
Sulit menghindar bias kelompok dominan
Masyarakat lebih mudah menerima keputusan yang sudah dibuat
Masyarakat lebih dekat dengan konflik politik karena berpotensi melahirkan
kehidupan bersama ynag tidak stabil.
Kurun waktu demokrasi lama berada pada tahun 1945 – 1998 atau dimulai ketika Indonesia
merdeka. Kala itu kaum perempuan dijamin hak-hak hukum dan politiknya sama seperti
kaum laki-laki setelah sekian lama haknya tidak diakui. Semangat yang membara tumbuh
dalam sanubari mereka untuk membantu mencapai cita-cita perjuangan nasional. Kaum
perempuan menciptakan beberapa komunitas perempuan namun pada tahun 1950-an
komunitas mereka mulai hancur. Kemudian terjadi banyak tuntutan oleh organisasi
perempuan yang menyokong kemerdekaan bangsa Indonesia dan tegas menyerukan tuntutan
untuk hak yang sama, upah kerja yang sama, perbaikan hukum permainan, pendidikan untuk
kaum perempuan, dan lain-lain.
Muncullah suatu organisasi Gerakan Wanita Indonesia
(GERWANI) pada tahun 1954 yang anggotanya mencapai 80.000 jiwa. GERWANI
mengambil peranan aktif dalam kampanye-kampanye untuk pemilihan umum parlementer.
Organisasi ini berhasil untuk menduduki kursi-kursi parlemen dan berkontribusi dalam
pemecahan berbagai permasalahan dalam masyarakat diantaranya adalah masalah
pendidikan, pertanian, tentang hak kepemilikan tanah, dan permasalahan pembagian hak
harta waris. Namun, pada tahun 1965, anggota Gerwani dan perempuan lainnya telah
dianggap berafiliasi dengan PKI. saat itu Indonesia berada pada masa pemerintahan Soeharto
(Demokrasi Terpimpin). Soeharto menganggap Tahun 1966 GERWANI secara resmi
dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintahan. Hal itu terjadi karena partai
politik dan organisasi yang dijalankan sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri
dan dan kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh. pada masa
orde baru sistem pemerintahan Indonesia bercampur aduk atau karena adanya dwifungsi
ABRI. Hal ini juga mempengaruhi organisasi perempuan di Indonesia mengalami proses
domestikasi dengan implikasi terjadinya penjinakan, segregasi, dan depolitisasi. Sebagai
bukti organisasi Dharma Wanita (1974) dan Dharma Pertiwi (1974) diresmikan sebagai
organisasi istri pegawai negeri sipil dan istri anggota ABRI. Pada awalnya organisasi ini
bergerak di bidang sosial dan pengangkatan HAM perempuan. Namun, organisasi perempuan
kini memasuki periode “tidak ada perlawanan” terhadap diskriminasi dan eksploitasi yang
dialami kaum perempuan di Indonesia.
Pada dasarnya pembahasan ini tentang perspektif mengenai peran perempuan yaitu perspektif
“peran ganda wanita”. Perspektif ini dirumuskan dalam bentuk kebijakan pembangunan
berideologikan ‘Panca Dharma Wanita’ yang meliputi wanita sebagai :
1.
2.
3.
4.
5.
Istri dan pendamping suami,
Pendidik dan pembina generasi muda,
Ibupengatur rumah tangga,
Pekerja yang menambah penghasilan keluarga,
Anggota organisasi masyarakat khususnya organisasi wanita dan organisasi sosial.
Perspektif peran ganda
wanita
dan kebijakan ideologis Panca
Dharma
wanita
ini
mengakar kuat dalam proses pembangunan semasa pemerintahan orde baru. Reformasi
politik di Indonesia tentunya telah memberikan harapan
besar bagi kaum perempuan.
Gerakan-gerakan yang sebelumnya seperti tidak memiliki energi, muncul dengan berbagai
usaha
pembedayaan hak-hak perempuan, khususnya
hak politik. Kebangkitan kaum
perempuan dalam pola kehidupan di era globalisasi telah membawa
perubahan dalam
perkembangan pembangunan terutama di Indonesia. Perempuan mempunyai multi peran
yang menuntut pula kondisi demokrasi dalam berbagai bidang kehidupan. Demokrasi itu
sendiri telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam sejarah pemikiran manusia
tentang tatanan sosio-politik yang ideal. Bahkan, mungkin untuk pertama kali dalam
sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem
organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh pendukung-pendukung yang
berpengaruh. Demokrasi itu sendiri adalah bagian dari khazanah
pembuatan keputusan
kolektif. Meskipun demikian, intensitas perkembangan eksistensi kemanusiaan perempuan
secara umumadalah belum optimal. Hal ini tersirat nyata dari masih kuatnya tradisi sebagian
besar anggota
masyarakat yang
mendiskreditkan perempuan dengan menempatkan
perempuan sebagai second person. Pemimpin perempuan di masyarakat terkadang masih
diragukan kapasitasnya yang pada akhirnya menjadi kurang dapat diterima oleh masyarakat
secara luas. Kondisi peran perempuan tidak lebih sebagai obyek politik, Oleh karena itu
sikap arif
dan keterbukaan dari semua pihak untuk menerima kenyataan bahwa kaum
perempuan sebenarnya adalah merupakan sosok pribadi yangmenarik dan bisa mengatasi
persoalan-persoalan di masyarakat.
B. Demokrasi Baru
Masa yang dikategorikan demokrasi baru berlangsung dari tahun 1998 – sekarang atau dari
masa reformasi. Demokrasi baru banyak yang menyebutnya demokrasi tidak langsung,
demokrasi ini adalah paham yang dilaksanakan melalui system perwakilan. Corak
pemerintahan demokrasi yang dilakukan melalui badan perwakilan rakyat yang dipilih oleh
rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat. Biasanya dilaksanakan dengan pemilihan
umum, dan dari segi terminology mengandung makna demokrasi konseptual.
Demokrasi dilihat dari segi pemikiran politik Torres menyatakan bahwa demokrasi dilihat
dari tiga tradisi pemikiran politik. Classical aristolian theory, medieval theory dan
contemporary doctrine. Torres melihat demokrasi dari segi formal dan substantive. Formal
menunjuk pada demokrasi dalam arti system pemerintahan. Substantive menunjukan pada
demokrasi dalam 4 bentuk :
Menitikberatkan pada perlindungan terhadap tirani
Titik berat pada manusia mengembangkan kekuasaan dan kemampuan
Melihat keseimbangan partisipasi masyarakat terhadap beban yang berat dan
tuntutan yang tidak dapat di penuhi
Bahwa tidak dapat mencapai partisipasi tanpa perubahan lebih dulu dalam
keseimbangan sosial. Perubahan sosial dan partisipasi demokratis perlu
dikembangkan secara bersamaan karena satu sama lain saling ketergantungan
Penerapan demokrasi seperti ini berkaitan dengan kenyataan suatu negara yang jumlah
penduduknya semakin banyak, wilayahnya semakin luas, dan permasalahan yang dihadapi
semakin rumit dan kompleks. Adapun kelebihan dan kekurangan dalam demokrasi ini :
Lebih mudah diterapkan dalam masyarakat yang lebih kompleks
Jarak ynag jauh dari proses pembuatan kebijakan yang sesungguhnya bisa membuat
masyarakat bisa menolaknya ketika hendak diterapkan
Mengurangi beban masyarakat dari tugas-tugas membuat, merumuskan, dan
melaksanakan kebijakan bersama
Mudah terjebak dalam kepentingan para wakil rakyat yang bertentangan dengan
kepentingan masyarakat
Memungkinkan fungsi-fungsi pemerintah berada ditangan-tangan yang lebih terlatih
untuk mengatasi permaslahan
Demokrasi perwakilan mengahadapi persoalan waktu dan jumlah seperti yang
dihadapi dmeokrasi langsung
Cenderung menciptakan politik yang stabil karena menjauhkan masyarakat dari
konflik politik karena mendorong kompromi.
Demokrasi
yang
memasuki
tahun
1999
telah
mengubah
susasana
kenegaraan
Indonesia.berbagai kebijakan reformasi muncul untuk segala aspek kehidupan. Di masa
reformasi gerakan perempuan lambat laun bermunculan untuk membangkitkan semangat
berorganisasi dan berpolitik kembali namun pergerakan perempuan masih terbilang lemah
karena banyak perempuan yang masih belum bisa bangkit kembali dari masa-masa gelap
Orde Baru. Perjuangan kesetaraan gender perlu mengalami revitalisasi. Perjuangan tersebut
harus diletakkan apda konteks keadilan sosial yang lebih luas, yaitu membebaskan manusia
dari segala bentuk diskriminasi atas dasar jenis kelamin, suku, atau agama. Di era reformasi,
partai politik memperhatikan kepentingan perempuan, hal tersebut dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah kader perempuan dalam Partai. Menjelang Pemilu Legisaltif 2009,
pada saat DPR dan pemerintah menyusun undang-undang politik baru, organisasi-organisasi
perempuan kembali berjuang dengan target agar formulasi kebijakan afirmasi kuota 30%
perempuan di undang-undang lebih kongkrit dan lebih menguntungkan perempuan. Dalam
masa ini, ketimpangan gender tidak hanya menjadi masalah perempuan tetapi juga masalah
semua anak bangsa. Demikian juga, masyarakat yang kerkeadilan gender tidak hanya
menguntungkan perempuan tetapi juga laki-laki, karena majunya perempuan akan juga
berimplikasi pada kemajuan seluruh masyarakat, laki-laki dan perempuan.
C. Tendensi Hak Perempuan di Negara – negara Demokratis
a. Indonesia
Dalam undang undang nomor 2 tahun 2008 tentang partai politik, pendirian dan pembentukan
partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyertakan 30%
keterwakilan
perempuan, dan dalam undang undang nomor 8 tahun 2012 tentang pemilihan umum
berbunyi partai politik yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara pada pemilu
sebelumnya atau partai politik baru dapat menjadi peserta pemilu setelah memenuhi
persyaratan.1 Dalam hal ini ranah politik dan demokrasi di Indonesia untuk perempuan
sangat baik dibandingkan kalangan Negara muslim lainnya, dan tentu hal ini juga sangat baik
bagi Negara yang politiknya masih berkembang. Namun kesadaran untuk menerima dan
memperjuangkan hak atas kebebasan kaum perempuan sering diabaikan dalam negeri ini,
1 http://perempuanmahardhika.blogspot.co.id/2011/06/perempuan-dalamdemokrasi.html?m=1
dikarenakan adat ketimuran atau ideology ke islaman di Indonesia masih kuat meskipun
sudah diakui oleh pemerintah dan dilegalkan oleh hukum, walaupun sudah ada undang
undang yang membahas atau mengkaji ulang tentang pemilihan umum kenyataannya hanya
sedikit wanita yang menduduki kursi parlemen.
b. Myanmar
Di Myanmar demokrasi telah bertahun tahun di bawah kekuasaan militer, myanmar
menyambut parlemen baru yang dipilih secara demokratis.2 Tetapi trauma di masa lalu
tepatnya tahun 1990 militer secara memaksa meng-anulir kemenangan partai National
League for Democracy (NLD), sebab itu pula semua anggota legislative dilarang bersuara
soal proses pembentukan pemerintahan baru dan sampai saat ini ketika Aung San Suu Kyi
ketua partai NLD memenangi mayoritas kursi di parlemen Myanmar, dan hal ini membuat
partai nya berhak memilih presiden baru Myanmar. Di Negeri ini pula tidak sepenuhnya
demokratis dikarenakan hak 25 persen kursi di parlemen untuk pihak militer dan Negara ini
juga melarang orang seperti Aung San Suu Kyi dalam pasal negeri ini ditulis melarang siapa
saja pasangan asing atau anak dari pasangan asing untuk menjabat sebagai presiden atau
wakil presiden. Setelah ku tengok tengok rupanya mirip juga kayak megawati :v pada masa
lalu tepatnya tahun 1960 pemilu dimenangkan kembali oleh U Nu, namun kondisi yang masih
berantakan dan banyaknya gerakan komunis U Nu mengalihkan kekuasan militer kepada
jenderal Ne Win namun setelah 2 tahun ia melakukan kudeta yang pada akhirnya Ne Win
membentuk pemerintahan yang otoriter. Dan ini merupakan cikal bakal runtuhnya demokrasi
di Myanmar.
c. Amerika
Di Amerika sendiri perjuangan kaum perempuan dimulai pada abad 19 atau disebut
feminism. Nama Hillary Clinton perempuan pertama yang baru pertama kali masuk menjadi
kandidat calon presiden di Amerika Serikat setelah 240 tahun. 3 Padahal Amerika Serikat
2 Dpr.go.id/dokjdih/document/uu/uu_2008_2.pdf
3 http://m.liputan6.com/global/read/2646973/6-perempuan-pertama-yang-jadi-kepalanegara-hillary-selanjutnya
adalah Negara Demokrasi tertua di Dunia namun belum pernah ada presiden perempuan dari
Negara tersebut. Dan dalam survey membuktikan bahwa selama ini hanya 20% perempuan
yang menjadi di kursi parlemen. Hal ini dikarenakan warga Amerika menilai bahwa
perempuan sering emosional dalam memimpin suatu hal.
d. Uni emirat Arab
Uni Emirat Arab yang merupakan negara di kawasan timur tengah dan
menganut sistem federal , presidensial, monarki konstitusional yang
terdiri dari tujuh emirat monarki absolut yaitu Abu Dhabi, Dubai, Sharjah,
Ajman, Fujariah, Umm Al-Quwain dan Ras Al-Khimah. Hukum yang
diterapkan Uni Emirat Arab adalah hukum Islam yang berasal dari kitab
suci Al-Quran dan Al-Hadist, mayoritas agama di negara ini adalah Islam
sekitar
96%.
Namun
tidak
menutup
kemungkinan
bahwa
masih
diterapkannya hukum tradisional karena umumnya negara di Timur
Tengah terdiri dari suku-suku dan masih menerapkan hkum yang dibawa
oleh nenek moyang terdahulu. Pada kaitannya dengan peraturan Uni
Emirat Arab terhadap kaum perempuan, ditetapkannya undang-undang
yang mengatur cara berbusana dan mempertahankan budaya lokal dan
itu harus meliputi seluruh pihak.
Warga dan wisatawan harus berpakaian yang sopan dan tidak ada yang
memperlihatkan kebiasaan dan perilaku buruk agar tidak mempengaruhi
generasi penerus di Uni Emirat Arab tersebut dan siapapun yang
melanggar akan dikenakan sanksi karena sama saja menentang budaya di
negara tersebut. Meskipun banyaknya peraturan disana, Uni Emirat Arab
tidak adanya hukum yang mengatur keberadaan pekerja domestik,
padahal jutaan perempuan dari negara-negara secara masif berada di
sana mengisi pekerjaan migran domestik. Pekerjaan rumah tangga hanya
dianggap urusan keluarga, pekerja domestik dianggap pembantu dalam
rumah tangga yang di undang dalam sebuah keluarga saja, satu-satunya
hukum yang digunakan dalam hal ini adalah kontrak, kontrak ini di buat
karena adanya keluhan para majikan tentang seringnya pekerja domestik
melarikan diri dari rumah majikannya, perempuan pekerja domestik
tersebut melarikan diri karena berbagai sebab serta banyaknya konflik,
dan itu dianggap merugikan.
Dalam hal ini, meskipun adanya sebuah kontrak yang mengaturnya,
kedua belah pihak terlebih kepada pekerjanya harus mmahami isi kontrak
dengan baik dan benar karena isi kontrak ditulis dengan bahasa Inggris
dan Arab, kelalaian dalam memahami, menyimpan dokumentasi akan
menyulitkan proses yang akan ditindaklanjuti.
e. Filipina
Filipina merupakan salah satu negara yang banyak merumuskan undangundang mengenai perempuan, bahkan anggota parlemen Muslim Filipina
telah mendorong terbentuknya undang-undang baru untuk melindungi
hak
perempuan
untuk
mengenakan
jilbab,
untuk
memantapkan
perlindungan bagi perempuan yang bercadar dari tekanan lembaga atau
badan yang diskriminatif.4 Penduduk muslim hanya sekitar 8% saja dan
selebihnya katolik sebagai mayoritasnya. Filipina juga paling banyak
menghapus kesenjangan gender di bidang pendidikan dan kesehatan
karena banyaknya keluhan yang di alami para wanita di Filipina yang tidak
di respon dan akhirnya terwujud. Begitu pula dengan hak para buruhnya,
Filipina melindungi hak-hak buruh migran karena dianggap memberikan
sumbangan terhadap kepentingan nasional, maka Filipina melakukan
proteksi nasionalnya. Lain halnya dengan Indonesia yang mana para
huruh migran dianggap sebagai sumber uang dan pemerasan.
3. ANALISIS BERDASARKAN PERSPEKTIF POSTFEMINISME
4 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15244/hakhak-buruh-migran-perempuanmasih-terancam
Feminisme sendiri, sebenarnya sadar secara eksplisit mengenai dari posisi mana mereka
menteorikan serta bagaimana mereka masuk di dalam kajian Hubungan Internasional dan
melakukan penelitian mereka. feminisme melihat konteks sosial dan plitik serta subjektivitas
sebagai bagian dari penjelasan secara teoritis. feminisme empiris dan analisis gender adalah
hal yang penting didalam kontribusi, namun hal ini hanya sebuah poin awal bagi tujuan
feminisme dalam mengubah hirarki sosial dunia. ahli-ahli feminisme mempermasalahkan
pendefinisian dikotomi dalam kajian Hubungan Internasional yang diperkuat melalui asosiasi
mereka dengan gender dikotomi antara maskulin dan feminis, yakni contohnya berupa
asosiasi wanita dengan kedamaian, kerjasama, subjektivisme, dan soft politik domestik
kemudian pria dengan perang, kompetisi, objektivitas dan high politik internasional.
feminisme sendiri mempertanyakan bagaimana hirarki atas gender dapat direproduksi di
dalam teori teori Hubungan Internasional dan bagaimana mereka berfungsi untuk
menaturalisasikan bentuk lain dari kekuasaan di dunia politik. dari perspektif normatif, dapat
dikatakan perbedaan gender bukanlah hanya tentang hubungan antara maskulin dan feminis,
namun juga mengenai politik atas pengetahuan, bagaimana dan dari posisi mana kita
mengetahui hirarki. feminisme normatif megakui bahwa tidak ada feminisme yang berada di
ranah yang tinggi untuk berteori mengenai Hubungan Internasional.
Postfeminisme merupakan arah perjuangan yang berbeda dari para pendahulunya yaitu
feminisme gelombang 1 ,2, dan 3. Apabila feminisme tradisional dikaitkan dengan adanya
peranan yang lebih kompleks pada perempuan, postfeminisme lebih hadir sebagai kontradiksi
paling elegan, dimana, postfeminisme merubah haluan perjuangannya menjadi lebih luas dan
lebih adil bagi semua gender. Arah gerakan yang tidak lagi dominan berfokus pada porsi
porsi yang dibagi antara kaum maskulin dan feminis, membuat postfeminisme menarik untuk
ditarik pada bahasan demokrasi.
Postfeminisme lebih bergerak pada aturan bahwa menjadi superior tanpa harus
mengeliminasi satu gender. Artinya, kita bebas memilih menjadi apapun yang kita inginkan
tanpa harus menjadi radikal dengan mengurangi atau menghilangkan peran maskulinis. Post
feminis adalah upaya perlawanan misoginis tanpa harus menjadi feminis. 5 Era saat ini,
dimana masih ditemukan kasus – kasus misoginis yang mendiskreditkan peranan perempuan
dalam kehidupan sosial. Walaupun hadir di negara – negara demokratis, peranan perempuan
nyatanya masih sanggup dibatasi oleh stigma dan paradigma yang berkembang di
5 Susan Bolotin, 'Voices of the Post-Feminist Generation', 1982
masyarakat. Stigma bahwa perempuan secara fisik dan mental tidak mampu menopang beban
dan paradigma tentang posisi perempuan dalam masyarakat konservatif yang hanya sebagai
penyokong kehidupan kaum maskulinis.
Walaupun ditemukan bahwa telah tersedia porsi bagi kaum perempuan di negara – negara
demokratis dan konservatif, namun peranan tersebut nyatanya tidak memberikan efek sebesar
gerakan Feminisme Radikalis. Pada Feminisme yang radikal, antusiasme perempuan
melawan misogini sampai pada tahap eliminasi peranan laki laki dalam kehidupan sosial
dengan menciptakan pola hubungan yang baru, lesbianisme. Kuota 30% di DPR Indonesia,
ajang kontes kecantikan, tempat parkir hingga kereta khusus perempuan, adalah bukti bahwa
diskredit dan domestifikasi perempuan masih terjadi atas label kesetaraan gender. Hak – hak
istimewa tersebut dibuat seolah adalah wujud dari penerimaan atas emansipasi perempuan,
dan masyarakat menerima itu sebagai hadiah dari perjuangan tokoh terkait. Padahal, faktanya
hal tersebut adalah hak bagi seluruh masyarakat tanpa harus ada seksisme.
Dalam tulisan Angela McRobbie berjudul Post Feminism and Popular Culture.
Postfeminisme merupakan kritik kultural atas feminisme yang dipopulerkan oleh media
massa seperti televisi dan iklan, membawa perempuan pada belitan ganda (double
entanglement).6 Pada titik fokus dalam demokrasi, peranan perempuan, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, hanya mendapat porsi khusus akibat tekanan dan jumlah perempuan
yang menjadi mayoritas khususnya di negara Indonesia. Perempuan dibuat seolah memiliki
dominasi dan kekuasaan yang cukup signifikan dalam label “srikandi”. Faktanya,itu hanya
bualan yang diciptakan media untuk menekan kecurigaan masyarakat terhadap misoginis.
Pemerintah menyediakan porsi porsi khusus perempuan dengan serangkaian hak khusus di
tempat umum, seolah memberikan tamparan bagi kaum perempuan bahwa, feminisme telah
kalah. Postfeminisme menerangkan bahwa, alur perjuangan feminisme justru telah dibalikan
dan menjadi bumerang bagi kaumnya. Tersedianya fasilitas tersebut menjadi bukti bahwa
perempuan memang lemah dan tidak memiliki superioritas atas diri mereka sendiri yang pada
akhirnya harus berakhir dalam perlindungan pemerintah. Lembaga Perlindungan Perempuan
dan Anak menjadi salah satu bukti kuat bahwa peranan perempuan dikerdilkan menjadi
kelompok lemah yang wajib memiliki perlindungan tambahan dalam hukum. Padahal,
gerakan feminisme mengagungkan tentang “kesetaraan” yang berarti setara dalam hal
apapun.
6 www.jurnalperempuan.org
Oleh sebab itu, penulis menganggap bahwa representasi perempuan dalam lingkup demokrasi
masih terbatas pada stigma emansipasi bukan lagi bicara tentang kapasitas dan kapabilitas
perempuan dalam lingkungan High Politics. Padahal, sejatinya dalam demokrasi, kebebasan
berpendapat dan hak hak individu harus dijunjung tinggi, bukan hanya sekedar sin tax atau
akibat dari positive discriminacy. Sebab, dalam demokrasi dan pemerintahan, kita bicara
masalah merangkul seluruh aspirasi dan pendapat masyarakat tanpa memperdulikan gender,
ras, suku, status sosial, dsb.
Walaupun telah ada kuota dan porsi perempuan dalam demokrasi, nyatanya dikriminasi tetap
hadir bahkan telah menjadi stereotip dalam masyarakat. Belum lagi kesalahpahaman atas
definisi feminsime dalam masyarakat yang membuat gap antara perempuan dan pemerintah.
Kebebasan berpendapat yang berlebihan dan salah tafsir feminisme akhirnya justru membuat
perempuan – perempuan yang memang dilahirkan memiliki potensi dan kapabilitas dalam
High Politics terkekang dalam stigma konservatif. Sebab, dalam masyarakat feminisme
dianggap radikal dan bertentangan dengan norma – norma tertentu yang dianut masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
Tokoh – tokoh gerakan yang berhasil menjadi Role Models dalam perkembangan emansipasi
wanita di negara demokratis seperti Aung San Suu Kyi, Kartini, hingga Hilary Clinton,
dianggap sebagai pembuktian bahwa superioritas perempuan dapat dicapai dengan hak
bersuara dan hak istimewa. Bahasan mengenai hak istimewa perempuan hingga saat ini
menjadi perdebatan, apakah hal ini merupakan hadiah atau hanya kamuflase dari
kemungkinan domestifikasi perempuan.
Post-feminisme bukanlah dibentuk sebagai anti feminisme, tetapi hanya untuk membuktikan
asumsi yang dipercaya oleh kaum feminisme gelombang kedua bahwa adanya penindasan
patriarki terhadap kaum perempuan. Perkembangan feminisme gelombang kedua muncul
sekitar tahun 1960 setelah berakhirnya perang dunia II dan kemunculan negara-negara baru
berdasarkan pemikiran masing-masing.
Intinya, peran post-feminisme sangat mempengaruhi dalam suatu wilayah yang menganut
sistem demokrasi dikarenakan kesamaan dan kesetaraan di mata hukum untuk mendapatkan
kesejahteraan dan kemakmuran dan juga memiliki kesetaraan yang sama dengan kaum lakilaki sehingga post-feminisme tentu sangat berkaitan dengan demokrasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa representasi perempuan dalam demokrasi hanya sebatas
diskrimasi postive atas ketertindasan dan limitasi perempuan pada masa sebelum demokrasi.
Dapat juga diartikan sebagai hadiah atas gerakan – gerakan dan aspirasi mereka, bukan
karena kapabilitas mereka. Beberapa kasus minor tentang superioritas perempuan tetap saja
selalu berakhir dengan diskredit dari masyarakat. Belum lagi bagi sebagian negara
konservatif seperti di negara negara Arab, peran perempuan terikat pada batasan agama dan
adat istiadat.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim, Aim. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Grafindo Media.
Mochlisin. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Interplus.
Tim Dunne, Milja Kurki, Steve Smith .2013. International Relations Theories - Oxford
University Press .
Jill Steans, Lloyd Pettiford, Thomas Diez, Imad El-Anis . 2010 . An Introduction to
International Relations Theory, Perspectives and Themes – Routledge.
2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Lampung
Friedrich, Ebert, 2009. Jurnal Sosial Demokrasi. Jakarta : Pergerakan Indonesia dan Komite
Persiapan Yayasan Indonesia Kita
Saskia Wieringa, Kuntilanak Wangi : Organisasi-organisasi perempuan sesudah 19
Melati, Nadia Karima. 2016. Melihat POstfeminisme Dalam Konteks Indonesia.
www.jurnalperempuan.org. [Online] june 6, 2016. [Cited: November 23, 2016.]
http://www.jurnalperempuan.org/blog2/melihat-postfeminisme-dalam-konteksindonesia.
MELALUI POSTFEMINISME
DARA BILLA PUSPITA
1516071040
DINDA AYU PRAMITASARI
1516071112
GERALDO MARCELLINO
1516071080
ARIEF CAHYO BASKORO
1516071096
SUSI FUJI SAHESTINA
1516071058
SUCI ANDAYANI
1516071022
RETNO NINGSIH
1516071006
HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Demokrasi adalah bentuk sistem pemerintahan yang memperbolehkan bagi setiap warganya
memiliki kesetaraan hak dlam mengambil keputusan yang dapat mengubah kehidupan.
Demokrasi mengandung pengertian secara tidak langsung bahwa rakyat selogan “dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat” (Abraham Lincoln) karena selogan ini melambangkan segala
hal yang melambangkan sistem demokrasi.
Post-feminisme merupakan sebuah rekonstruksi dari paham feminisme yang dianggap
memberikan reaksi buruk terhadap kaum pria untuk mendapatkan kesetaraan hak dan
menghilangkan perbedaan gender yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang dianggap
radikal pada saat itu. Pemikiran-pemikiran terhadap teori feminisme ini sendiri telah
berkembang bahkan sejak awal tahun 1990an, dimana hal ini juga melanggar banyaknya
aturan-aturan ikatan yang kuat diantara banyaknya kaum maskulin yang ada, Negara dan
perang. Dalam teori feminisme, ada banyak sekali varian-varian yang ada, sehingga atas
dasar hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak mengejutkan ketikan banyaknya beragam varianvarian berbeda yang dipelajari di dalam Hubungan Internasional . hal ini sama halnya dengan
perspektif yang lainnya, dimana feminisme bukanlah suatu badan monolitik di dalam suatu
pemikiran yang ada. Dalam membagi dan menkategorisasikan hasil-hasil pekerjaan di dalam
feminisme sendiri, ada banyak cara yang dapat dilakukan dan yang tersedia bukanlah hanya
satu cara saja.
Perspektif feminisme juga mengadopsi dan melihat bermacam-macam permasalahan melalui
kacamata gender untuk merevisi kajian studi di dalam Hubungan Internasional, yang
kemudian juga mengkritisi asumsi-asumsi dominan didalam kajian studi ilmu Hubungan
Internasional tersebut. Yang dikritisi oleh perspektif ini sendiri adalah mengenai apa yang
disebut sebagai sesuatu yang signifikan maupun sesuatu yang disebut tidak signifikan,
kemudian juga membahas apa yang dimarginalisasikan dan juga apa yang tidak
dimarginalisasikan dan apa yang merupakan inti di dalam kajian studi Hubungan
Internasional. Tidak hanya itu, feminisme juga berfokus pada bagaimana berbagai wacanawacana yang ada di dalam semua aspek dalam Hubungan Internasional merupakan wacana-
wacana yang di genderisasikan. Hal ini dapat dicontohkan dengan adanya genderisasi di
dalam perang atas ancaman yang ada, yang kemudian menarik perhatian baik masyarakat
maupun individu sebagai pusat pemahaman tehadap Hubungan Internasional.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah peranan dan representasi perempuan dalam demokrasi sudah tepat ?
2. Masalah apakah yang mungkin muncul akibat representasi tersebut?
3. Apakah negara – negara demokratis telah menempatkan posisi perempuan sebagai
superioritas baru di pemerintahan ?
1.3 TUJUAN
1. Mengidentifikasi peranan dan representasi perempuan dalam demokrasi.
2. Mengidentifikasi gerakan – gerakan yang muncul pasca reformasi.
3. Mengidentifikasi porsi perempuan dalam pemerintahan di negara demokratis.
4. Mengidentifikasi porsi perempuan dalam pemerintahan di negara konservatif.
1.4 MANFAAT
1. Menjelaskan posisi perempuan dalam demokrasi.
2. Mengemukakan pendapat superioritas dan emansipasi wanita dalam kerangka analisis
Postfeminisme.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
A. DEMOKRASI
Kata demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu “demos” yang berarti rakyat, dan
“Kratei” yang berarti pemerintah. Dan dengan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian demokrasi secara umum adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan tertinggi
dipegang oleh rakyat. memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu hal yang ada di negara.
Demokrasi menganut
Ada beberapa pengertian demokrasi menurut para ahli :
1. Aristoteles, Demokrasi adalah suatu kebebasan, yang dimaksudkan adalah
kebebasan berbagi kekuasan pada setiap warga negara, Aristoteles
mengutarakan bahwa setiap warga negara itu setara dalam jumlah, dalam
demokrasi tidak ada penilaian lebih tinggi daripada nilai per individu, setiap
warga negara sama.
2. Maurice Duverger, Demokrasi adalah cara pemerintahan dimana golongan
yang memerintah dan yang diperintah, adalah sama dan tidak terpisah
-pisahkan.
3. Harris Soche, Demokrasi adalah pemerintahan yang kekuasaanya melekat
pada rakyat atau demokrasi adalah pemerintahan rakyat.
4. Samuel Huntington, Demokrasi ada jika setiap pemegang kekuasaan dalam
suatu negara dipilih secara umum, adil, dan jujur, para peserta boleh bersaing
secara bersih, dan semua masyarakat memiliki hak setara dalam pemilihan.
5. Sidney Hook, Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan
penting dalam suatu pemerintah yang baik secara langsung maupun tidak
langsung didasarkan oleh kepentingan mayoritas dengan berdasarkan hak yang
diberikan kepada rakyat biasa.
6. Koentjoro Poerbopranoto, Demokrasi adalah sebuah sistem dimana rakyat ikut
berpartisipasi secara aktif dalam pemerintahan negara.
7. Prof. Mr. Muhammad Yamin, Demokrasi merupakan dasar pembentukan
pemerintahan dan masyarakat yang di dalamnya kekuasaan memerintah atau
mengatur dipegang secara sah, melainkan oleh segala anggota masyarakat.
Prinsip – Prinsip Demokrasi
1. Persamaan diantara warga negara, setiap warga negara memiliki kesetaraan
dalam praktik kenegaraan seperti praktik politik.
2. Keterlibatan warga negara dalam menagnbil keputusan politik
3. Kebebasan diakui dan dipakai. Dan juga diterima oleh warga negara
Ciri – Ciri Pemerintahan Demokrasi
1. Konstitusional, yaitu hal yang berkaitan dengan kepentingan, kehendak, ataupun
kekuasaan rakyat dituliskan dalam konstitusi dan undang-undang negara tersebut.
2. Ciri Perwakilan, yaitu dalam mengatur negaranya, kedaulatan rakyat diwakilkan
oleh beberapa orang yang telah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
3. Ciri Pemilihan Umum, yaitu suatu kegiatan politik yang dilakukan untuk
memilih pihak dalam permerintahan.
4. Ciri Kepartaian, yaitu partai menjadi sarana / media untuk menjadi bagian dalam
pelaksaan sistem demokrasi.
5. Ciri Kekuasaan, adanya pembagian dan pemisahan kekuasaan.
6. Ciri Tanggung Jawab, adanya tanggung jawab dari pihak yang telah terpilih
untuk ikut dalam pelaksaan suatu sistem demokrasi.
2. PERKEMBANGAN DEMOKRASI
A. Demokrasi Lama
Demokrasi lama berjalan dengan demokrasi langsung, demokrasi ini adalah paham
demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga negaranya dalam permusyawaratan untuk
menentukan kebijaksanaan umum negara atau undang-undang. Demokrasi langsung juga
dikenal dengan demokrasi bersih. Disinilah rakyat memiliki kebebasan secara mutlak untuk
memberikan pendapatnya dan aspirasi mereka dimuat dengan segera didalam satu pertemuan.
Demokrasi lama ini lebih banyak dipraktekan pada kota kecil dan komunitas yang secara
relative belum berkembang, dimana secara fisik memungkinkan untuk seluruh electorate
untuk bermusyawarah dalam satu tempat. Walaupun permasalahan pemerintah tersebut
bersifat kecil. Demokrasi ini berkembang di negara kecil Yunani kuno dan Eropa. Demokrasi
lama tidak dapat dilaksanakan didalam masyarakat yang komplek dan negara yang besar.
Demokrasi murni yang dapat diambil contoh terdapat di wilayah Switzerland.
Mengubah bentuk demokrasi murni ini masih berlaku di Switzerland dan beberapa yang ada
didalamnya terdapat bentuk referendum dan inisiatif. Dibeberapa negara sangat
memungkinkan bagi rakyat untuk memulai dan mengadopsi hukum, bahkan untuk
mengamandemenkan konstitusional dan menetapkan permasalahan public politik secara
langsung tanpa campur tangan representative. Di praktikan pada negara-negara kota (polis,
city state) pada zaman Yunani kuno. Dengan demikian pemerintah dapat mengetahui secara
langsung aspirasi dan persoalan-persoalan yang sebenarnya dihadapi masyarakat. Adapun
kelebihan dan kekurangan pada demokrasi ini :
Menjamin kendali warga negara terhadap kekuasaan politik
Sulit dioperasikan pada masyarakat yang berukuran besar
Mendorong warga negara meningkatkan kapasitas pribadinya misalnya meningkatkan
kesadaran politik, menngkatkan pengetahuan pribadi, dll
Menyita terlalu banyak waktu yang diperlukan warga negara untuk melakukan hal-hal
yang lain karenanya bisa menimbulkan apatisme
Membuat warga negara tidak tergantung pada politik yang memiliki kepentingan
sempit
Sulit menghindar bias kelompok dominan
Masyarakat lebih mudah menerima keputusan yang sudah dibuat
Masyarakat lebih dekat dengan konflik politik karena berpotensi melahirkan
kehidupan bersama ynag tidak stabil.
Kurun waktu demokrasi lama berada pada tahun 1945 – 1998 atau dimulai ketika Indonesia
merdeka. Kala itu kaum perempuan dijamin hak-hak hukum dan politiknya sama seperti
kaum laki-laki setelah sekian lama haknya tidak diakui. Semangat yang membara tumbuh
dalam sanubari mereka untuk membantu mencapai cita-cita perjuangan nasional. Kaum
perempuan menciptakan beberapa komunitas perempuan namun pada tahun 1950-an
komunitas mereka mulai hancur. Kemudian terjadi banyak tuntutan oleh organisasi
perempuan yang menyokong kemerdekaan bangsa Indonesia dan tegas menyerukan tuntutan
untuk hak yang sama, upah kerja yang sama, perbaikan hukum permainan, pendidikan untuk
kaum perempuan, dan lain-lain.
Muncullah suatu organisasi Gerakan Wanita Indonesia
(GERWANI) pada tahun 1954 yang anggotanya mencapai 80.000 jiwa. GERWANI
mengambil peranan aktif dalam kampanye-kampanye untuk pemilihan umum parlementer.
Organisasi ini berhasil untuk menduduki kursi-kursi parlemen dan berkontribusi dalam
pemecahan berbagai permasalahan dalam masyarakat diantaranya adalah masalah
pendidikan, pertanian, tentang hak kepemilikan tanah, dan permasalahan pembagian hak
harta waris. Namun, pada tahun 1965, anggota Gerwani dan perempuan lainnya telah
dianggap berafiliasi dengan PKI. saat itu Indonesia berada pada masa pemerintahan Soeharto
(Demokrasi Terpimpin). Soeharto menganggap Tahun 1966 GERWANI secara resmi
dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintahan. Hal itu terjadi karena partai
politik dan organisasi yang dijalankan sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri
dan dan kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh. pada masa
orde baru sistem pemerintahan Indonesia bercampur aduk atau karena adanya dwifungsi
ABRI. Hal ini juga mempengaruhi organisasi perempuan di Indonesia mengalami proses
domestikasi dengan implikasi terjadinya penjinakan, segregasi, dan depolitisasi. Sebagai
bukti organisasi Dharma Wanita (1974) dan Dharma Pertiwi (1974) diresmikan sebagai
organisasi istri pegawai negeri sipil dan istri anggota ABRI. Pada awalnya organisasi ini
bergerak di bidang sosial dan pengangkatan HAM perempuan. Namun, organisasi perempuan
kini memasuki periode “tidak ada perlawanan” terhadap diskriminasi dan eksploitasi yang
dialami kaum perempuan di Indonesia.
Pada dasarnya pembahasan ini tentang perspektif mengenai peran perempuan yaitu perspektif
“peran ganda wanita”. Perspektif ini dirumuskan dalam bentuk kebijakan pembangunan
berideologikan ‘Panca Dharma Wanita’ yang meliputi wanita sebagai :
1.
2.
3.
4.
5.
Istri dan pendamping suami,
Pendidik dan pembina generasi muda,
Ibupengatur rumah tangga,
Pekerja yang menambah penghasilan keluarga,
Anggota organisasi masyarakat khususnya organisasi wanita dan organisasi sosial.
Perspektif peran ganda
wanita
dan kebijakan ideologis Panca
Dharma
wanita
ini
mengakar kuat dalam proses pembangunan semasa pemerintahan orde baru. Reformasi
politik di Indonesia tentunya telah memberikan harapan
besar bagi kaum perempuan.
Gerakan-gerakan yang sebelumnya seperti tidak memiliki energi, muncul dengan berbagai
usaha
pembedayaan hak-hak perempuan, khususnya
hak politik. Kebangkitan kaum
perempuan dalam pola kehidupan di era globalisasi telah membawa
perubahan dalam
perkembangan pembangunan terutama di Indonesia. Perempuan mempunyai multi peran
yang menuntut pula kondisi demokrasi dalam berbagai bidang kehidupan. Demokrasi itu
sendiri telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam sejarah pemikiran manusia
tentang tatanan sosio-politik yang ideal. Bahkan, mungkin untuk pertama kali dalam
sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem
organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh pendukung-pendukung yang
berpengaruh. Demokrasi itu sendiri adalah bagian dari khazanah
pembuatan keputusan
kolektif. Meskipun demikian, intensitas perkembangan eksistensi kemanusiaan perempuan
secara umumadalah belum optimal. Hal ini tersirat nyata dari masih kuatnya tradisi sebagian
besar anggota
masyarakat yang
mendiskreditkan perempuan dengan menempatkan
perempuan sebagai second person. Pemimpin perempuan di masyarakat terkadang masih
diragukan kapasitasnya yang pada akhirnya menjadi kurang dapat diterima oleh masyarakat
secara luas. Kondisi peran perempuan tidak lebih sebagai obyek politik, Oleh karena itu
sikap arif
dan keterbukaan dari semua pihak untuk menerima kenyataan bahwa kaum
perempuan sebenarnya adalah merupakan sosok pribadi yangmenarik dan bisa mengatasi
persoalan-persoalan di masyarakat.
B. Demokrasi Baru
Masa yang dikategorikan demokrasi baru berlangsung dari tahun 1998 – sekarang atau dari
masa reformasi. Demokrasi baru banyak yang menyebutnya demokrasi tidak langsung,
demokrasi ini adalah paham yang dilaksanakan melalui system perwakilan. Corak
pemerintahan demokrasi yang dilakukan melalui badan perwakilan rakyat yang dipilih oleh
rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat. Biasanya dilaksanakan dengan pemilihan
umum, dan dari segi terminology mengandung makna demokrasi konseptual.
Demokrasi dilihat dari segi pemikiran politik Torres menyatakan bahwa demokrasi dilihat
dari tiga tradisi pemikiran politik. Classical aristolian theory, medieval theory dan
contemporary doctrine. Torres melihat demokrasi dari segi formal dan substantive. Formal
menunjuk pada demokrasi dalam arti system pemerintahan. Substantive menunjukan pada
demokrasi dalam 4 bentuk :
Menitikberatkan pada perlindungan terhadap tirani
Titik berat pada manusia mengembangkan kekuasaan dan kemampuan
Melihat keseimbangan partisipasi masyarakat terhadap beban yang berat dan
tuntutan yang tidak dapat di penuhi
Bahwa tidak dapat mencapai partisipasi tanpa perubahan lebih dulu dalam
keseimbangan sosial. Perubahan sosial dan partisipasi demokratis perlu
dikembangkan secara bersamaan karena satu sama lain saling ketergantungan
Penerapan demokrasi seperti ini berkaitan dengan kenyataan suatu negara yang jumlah
penduduknya semakin banyak, wilayahnya semakin luas, dan permasalahan yang dihadapi
semakin rumit dan kompleks. Adapun kelebihan dan kekurangan dalam demokrasi ini :
Lebih mudah diterapkan dalam masyarakat yang lebih kompleks
Jarak ynag jauh dari proses pembuatan kebijakan yang sesungguhnya bisa membuat
masyarakat bisa menolaknya ketika hendak diterapkan
Mengurangi beban masyarakat dari tugas-tugas membuat, merumuskan, dan
melaksanakan kebijakan bersama
Mudah terjebak dalam kepentingan para wakil rakyat yang bertentangan dengan
kepentingan masyarakat
Memungkinkan fungsi-fungsi pemerintah berada ditangan-tangan yang lebih terlatih
untuk mengatasi permaslahan
Demokrasi perwakilan mengahadapi persoalan waktu dan jumlah seperti yang
dihadapi dmeokrasi langsung
Cenderung menciptakan politik yang stabil karena menjauhkan masyarakat dari
konflik politik karena mendorong kompromi.
Demokrasi
yang
memasuki
tahun
1999
telah
mengubah
susasana
kenegaraan
Indonesia.berbagai kebijakan reformasi muncul untuk segala aspek kehidupan. Di masa
reformasi gerakan perempuan lambat laun bermunculan untuk membangkitkan semangat
berorganisasi dan berpolitik kembali namun pergerakan perempuan masih terbilang lemah
karena banyak perempuan yang masih belum bisa bangkit kembali dari masa-masa gelap
Orde Baru. Perjuangan kesetaraan gender perlu mengalami revitalisasi. Perjuangan tersebut
harus diletakkan apda konteks keadilan sosial yang lebih luas, yaitu membebaskan manusia
dari segala bentuk diskriminasi atas dasar jenis kelamin, suku, atau agama. Di era reformasi,
partai politik memperhatikan kepentingan perempuan, hal tersebut dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah kader perempuan dalam Partai. Menjelang Pemilu Legisaltif 2009,
pada saat DPR dan pemerintah menyusun undang-undang politik baru, organisasi-organisasi
perempuan kembali berjuang dengan target agar formulasi kebijakan afirmasi kuota 30%
perempuan di undang-undang lebih kongkrit dan lebih menguntungkan perempuan. Dalam
masa ini, ketimpangan gender tidak hanya menjadi masalah perempuan tetapi juga masalah
semua anak bangsa. Demikian juga, masyarakat yang kerkeadilan gender tidak hanya
menguntungkan perempuan tetapi juga laki-laki, karena majunya perempuan akan juga
berimplikasi pada kemajuan seluruh masyarakat, laki-laki dan perempuan.
C. Tendensi Hak Perempuan di Negara – negara Demokratis
a. Indonesia
Dalam undang undang nomor 2 tahun 2008 tentang partai politik, pendirian dan pembentukan
partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyertakan 30%
keterwakilan
perempuan, dan dalam undang undang nomor 8 tahun 2012 tentang pemilihan umum
berbunyi partai politik yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara pada pemilu
sebelumnya atau partai politik baru dapat menjadi peserta pemilu setelah memenuhi
persyaratan.1 Dalam hal ini ranah politik dan demokrasi di Indonesia untuk perempuan
sangat baik dibandingkan kalangan Negara muslim lainnya, dan tentu hal ini juga sangat baik
bagi Negara yang politiknya masih berkembang. Namun kesadaran untuk menerima dan
memperjuangkan hak atas kebebasan kaum perempuan sering diabaikan dalam negeri ini,
1 http://perempuanmahardhika.blogspot.co.id/2011/06/perempuan-dalamdemokrasi.html?m=1
dikarenakan adat ketimuran atau ideology ke islaman di Indonesia masih kuat meskipun
sudah diakui oleh pemerintah dan dilegalkan oleh hukum, walaupun sudah ada undang
undang yang membahas atau mengkaji ulang tentang pemilihan umum kenyataannya hanya
sedikit wanita yang menduduki kursi parlemen.
b. Myanmar
Di Myanmar demokrasi telah bertahun tahun di bawah kekuasaan militer, myanmar
menyambut parlemen baru yang dipilih secara demokratis.2 Tetapi trauma di masa lalu
tepatnya tahun 1990 militer secara memaksa meng-anulir kemenangan partai National
League for Democracy (NLD), sebab itu pula semua anggota legislative dilarang bersuara
soal proses pembentukan pemerintahan baru dan sampai saat ini ketika Aung San Suu Kyi
ketua partai NLD memenangi mayoritas kursi di parlemen Myanmar, dan hal ini membuat
partai nya berhak memilih presiden baru Myanmar. Di Negeri ini pula tidak sepenuhnya
demokratis dikarenakan hak 25 persen kursi di parlemen untuk pihak militer dan Negara ini
juga melarang orang seperti Aung San Suu Kyi dalam pasal negeri ini ditulis melarang siapa
saja pasangan asing atau anak dari pasangan asing untuk menjabat sebagai presiden atau
wakil presiden. Setelah ku tengok tengok rupanya mirip juga kayak megawati :v pada masa
lalu tepatnya tahun 1960 pemilu dimenangkan kembali oleh U Nu, namun kondisi yang masih
berantakan dan banyaknya gerakan komunis U Nu mengalihkan kekuasan militer kepada
jenderal Ne Win namun setelah 2 tahun ia melakukan kudeta yang pada akhirnya Ne Win
membentuk pemerintahan yang otoriter. Dan ini merupakan cikal bakal runtuhnya demokrasi
di Myanmar.
c. Amerika
Di Amerika sendiri perjuangan kaum perempuan dimulai pada abad 19 atau disebut
feminism. Nama Hillary Clinton perempuan pertama yang baru pertama kali masuk menjadi
kandidat calon presiden di Amerika Serikat setelah 240 tahun. 3 Padahal Amerika Serikat
2 Dpr.go.id/dokjdih/document/uu/uu_2008_2.pdf
3 http://m.liputan6.com/global/read/2646973/6-perempuan-pertama-yang-jadi-kepalanegara-hillary-selanjutnya
adalah Negara Demokrasi tertua di Dunia namun belum pernah ada presiden perempuan dari
Negara tersebut. Dan dalam survey membuktikan bahwa selama ini hanya 20% perempuan
yang menjadi di kursi parlemen. Hal ini dikarenakan warga Amerika menilai bahwa
perempuan sering emosional dalam memimpin suatu hal.
d. Uni emirat Arab
Uni Emirat Arab yang merupakan negara di kawasan timur tengah dan
menganut sistem federal , presidensial, monarki konstitusional yang
terdiri dari tujuh emirat monarki absolut yaitu Abu Dhabi, Dubai, Sharjah,
Ajman, Fujariah, Umm Al-Quwain dan Ras Al-Khimah. Hukum yang
diterapkan Uni Emirat Arab adalah hukum Islam yang berasal dari kitab
suci Al-Quran dan Al-Hadist, mayoritas agama di negara ini adalah Islam
sekitar
96%.
Namun
tidak
menutup
kemungkinan
bahwa
masih
diterapkannya hukum tradisional karena umumnya negara di Timur
Tengah terdiri dari suku-suku dan masih menerapkan hkum yang dibawa
oleh nenek moyang terdahulu. Pada kaitannya dengan peraturan Uni
Emirat Arab terhadap kaum perempuan, ditetapkannya undang-undang
yang mengatur cara berbusana dan mempertahankan budaya lokal dan
itu harus meliputi seluruh pihak.
Warga dan wisatawan harus berpakaian yang sopan dan tidak ada yang
memperlihatkan kebiasaan dan perilaku buruk agar tidak mempengaruhi
generasi penerus di Uni Emirat Arab tersebut dan siapapun yang
melanggar akan dikenakan sanksi karena sama saja menentang budaya di
negara tersebut. Meskipun banyaknya peraturan disana, Uni Emirat Arab
tidak adanya hukum yang mengatur keberadaan pekerja domestik,
padahal jutaan perempuan dari negara-negara secara masif berada di
sana mengisi pekerjaan migran domestik. Pekerjaan rumah tangga hanya
dianggap urusan keluarga, pekerja domestik dianggap pembantu dalam
rumah tangga yang di undang dalam sebuah keluarga saja, satu-satunya
hukum yang digunakan dalam hal ini adalah kontrak, kontrak ini di buat
karena adanya keluhan para majikan tentang seringnya pekerja domestik
melarikan diri dari rumah majikannya, perempuan pekerja domestik
tersebut melarikan diri karena berbagai sebab serta banyaknya konflik,
dan itu dianggap merugikan.
Dalam hal ini, meskipun adanya sebuah kontrak yang mengaturnya,
kedua belah pihak terlebih kepada pekerjanya harus mmahami isi kontrak
dengan baik dan benar karena isi kontrak ditulis dengan bahasa Inggris
dan Arab, kelalaian dalam memahami, menyimpan dokumentasi akan
menyulitkan proses yang akan ditindaklanjuti.
e. Filipina
Filipina merupakan salah satu negara yang banyak merumuskan undangundang mengenai perempuan, bahkan anggota parlemen Muslim Filipina
telah mendorong terbentuknya undang-undang baru untuk melindungi
hak
perempuan
untuk
mengenakan
jilbab,
untuk
memantapkan
perlindungan bagi perempuan yang bercadar dari tekanan lembaga atau
badan yang diskriminatif.4 Penduduk muslim hanya sekitar 8% saja dan
selebihnya katolik sebagai mayoritasnya. Filipina juga paling banyak
menghapus kesenjangan gender di bidang pendidikan dan kesehatan
karena banyaknya keluhan yang di alami para wanita di Filipina yang tidak
di respon dan akhirnya terwujud. Begitu pula dengan hak para buruhnya,
Filipina melindungi hak-hak buruh migran karena dianggap memberikan
sumbangan terhadap kepentingan nasional, maka Filipina melakukan
proteksi nasionalnya. Lain halnya dengan Indonesia yang mana para
huruh migran dianggap sebagai sumber uang dan pemerasan.
3. ANALISIS BERDASARKAN PERSPEKTIF POSTFEMINISME
4 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15244/hakhak-buruh-migran-perempuanmasih-terancam
Feminisme sendiri, sebenarnya sadar secara eksplisit mengenai dari posisi mana mereka
menteorikan serta bagaimana mereka masuk di dalam kajian Hubungan Internasional dan
melakukan penelitian mereka. feminisme melihat konteks sosial dan plitik serta subjektivitas
sebagai bagian dari penjelasan secara teoritis. feminisme empiris dan analisis gender adalah
hal yang penting didalam kontribusi, namun hal ini hanya sebuah poin awal bagi tujuan
feminisme dalam mengubah hirarki sosial dunia. ahli-ahli feminisme mempermasalahkan
pendefinisian dikotomi dalam kajian Hubungan Internasional yang diperkuat melalui asosiasi
mereka dengan gender dikotomi antara maskulin dan feminis, yakni contohnya berupa
asosiasi wanita dengan kedamaian, kerjasama, subjektivisme, dan soft politik domestik
kemudian pria dengan perang, kompetisi, objektivitas dan high politik internasional.
feminisme sendiri mempertanyakan bagaimana hirarki atas gender dapat direproduksi di
dalam teori teori Hubungan Internasional dan bagaimana mereka berfungsi untuk
menaturalisasikan bentuk lain dari kekuasaan di dunia politik. dari perspektif normatif, dapat
dikatakan perbedaan gender bukanlah hanya tentang hubungan antara maskulin dan feminis,
namun juga mengenai politik atas pengetahuan, bagaimana dan dari posisi mana kita
mengetahui hirarki. feminisme normatif megakui bahwa tidak ada feminisme yang berada di
ranah yang tinggi untuk berteori mengenai Hubungan Internasional.
Postfeminisme merupakan arah perjuangan yang berbeda dari para pendahulunya yaitu
feminisme gelombang 1 ,2, dan 3. Apabila feminisme tradisional dikaitkan dengan adanya
peranan yang lebih kompleks pada perempuan, postfeminisme lebih hadir sebagai kontradiksi
paling elegan, dimana, postfeminisme merubah haluan perjuangannya menjadi lebih luas dan
lebih adil bagi semua gender. Arah gerakan yang tidak lagi dominan berfokus pada porsi
porsi yang dibagi antara kaum maskulin dan feminis, membuat postfeminisme menarik untuk
ditarik pada bahasan demokrasi.
Postfeminisme lebih bergerak pada aturan bahwa menjadi superior tanpa harus
mengeliminasi satu gender. Artinya, kita bebas memilih menjadi apapun yang kita inginkan
tanpa harus menjadi radikal dengan mengurangi atau menghilangkan peran maskulinis. Post
feminis adalah upaya perlawanan misoginis tanpa harus menjadi feminis. 5 Era saat ini,
dimana masih ditemukan kasus – kasus misoginis yang mendiskreditkan peranan perempuan
dalam kehidupan sosial. Walaupun hadir di negara – negara demokratis, peranan perempuan
nyatanya masih sanggup dibatasi oleh stigma dan paradigma yang berkembang di
5 Susan Bolotin, 'Voices of the Post-Feminist Generation', 1982
masyarakat. Stigma bahwa perempuan secara fisik dan mental tidak mampu menopang beban
dan paradigma tentang posisi perempuan dalam masyarakat konservatif yang hanya sebagai
penyokong kehidupan kaum maskulinis.
Walaupun ditemukan bahwa telah tersedia porsi bagi kaum perempuan di negara – negara
demokratis dan konservatif, namun peranan tersebut nyatanya tidak memberikan efek sebesar
gerakan Feminisme Radikalis. Pada Feminisme yang radikal, antusiasme perempuan
melawan misogini sampai pada tahap eliminasi peranan laki laki dalam kehidupan sosial
dengan menciptakan pola hubungan yang baru, lesbianisme. Kuota 30% di DPR Indonesia,
ajang kontes kecantikan, tempat parkir hingga kereta khusus perempuan, adalah bukti bahwa
diskredit dan domestifikasi perempuan masih terjadi atas label kesetaraan gender. Hak – hak
istimewa tersebut dibuat seolah adalah wujud dari penerimaan atas emansipasi perempuan,
dan masyarakat menerima itu sebagai hadiah dari perjuangan tokoh terkait. Padahal, faktanya
hal tersebut adalah hak bagi seluruh masyarakat tanpa harus ada seksisme.
Dalam tulisan Angela McRobbie berjudul Post Feminism and Popular Culture.
Postfeminisme merupakan kritik kultural atas feminisme yang dipopulerkan oleh media
massa seperti televisi dan iklan, membawa perempuan pada belitan ganda (double
entanglement).6 Pada titik fokus dalam demokrasi, peranan perempuan, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, hanya mendapat porsi khusus akibat tekanan dan jumlah perempuan
yang menjadi mayoritas khususnya di negara Indonesia. Perempuan dibuat seolah memiliki
dominasi dan kekuasaan yang cukup signifikan dalam label “srikandi”. Faktanya,itu hanya
bualan yang diciptakan media untuk menekan kecurigaan masyarakat terhadap misoginis.
Pemerintah menyediakan porsi porsi khusus perempuan dengan serangkaian hak khusus di
tempat umum, seolah memberikan tamparan bagi kaum perempuan bahwa, feminisme telah
kalah. Postfeminisme menerangkan bahwa, alur perjuangan feminisme justru telah dibalikan
dan menjadi bumerang bagi kaumnya. Tersedianya fasilitas tersebut menjadi bukti bahwa
perempuan memang lemah dan tidak memiliki superioritas atas diri mereka sendiri yang pada
akhirnya harus berakhir dalam perlindungan pemerintah. Lembaga Perlindungan Perempuan
dan Anak menjadi salah satu bukti kuat bahwa peranan perempuan dikerdilkan menjadi
kelompok lemah yang wajib memiliki perlindungan tambahan dalam hukum. Padahal,
gerakan feminisme mengagungkan tentang “kesetaraan” yang berarti setara dalam hal
apapun.
6 www.jurnalperempuan.org
Oleh sebab itu, penulis menganggap bahwa representasi perempuan dalam lingkup demokrasi
masih terbatas pada stigma emansipasi bukan lagi bicara tentang kapasitas dan kapabilitas
perempuan dalam lingkungan High Politics. Padahal, sejatinya dalam demokrasi, kebebasan
berpendapat dan hak hak individu harus dijunjung tinggi, bukan hanya sekedar sin tax atau
akibat dari positive discriminacy. Sebab, dalam demokrasi dan pemerintahan, kita bicara
masalah merangkul seluruh aspirasi dan pendapat masyarakat tanpa memperdulikan gender,
ras, suku, status sosial, dsb.
Walaupun telah ada kuota dan porsi perempuan dalam demokrasi, nyatanya dikriminasi tetap
hadir bahkan telah menjadi stereotip dalam masyarakat. Belum lagi kesalahpahaman atas
definisi feminsime dalam masyarakat yang membuat gap antara perempuan dan pemerintah.
Kebebasan berpendapat yang berlebihan dan salah tafsir feminisme akhirnya justru membuat
perempuan – perempuan yang memang dilahirkan memiliki potensi dan kapabilitas dalam
High Politics terkekang dalam stigma konservatif. Sebab, dalam masyarakat feminisme
dianggap radikal dan bertentangan dengan norma – norma tertentu yang dianut masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
Tokoh – tokoh gerakan yang berhasil menjadi Role Models dalam perkembangan emansipasi
wanita di negara demokratis seperti Aung San Suu Kyi, Kartini, hingga Hilary Clinton,
dianggap sebagai pembuktian bahwa superioritas perempuan dapat dicapai dengan hak
bersuara dan hak istimewa. Bahasan mengenai hak istimewa perempuan hingga saat ini
menjadi perdebatan, apakah hal ini merupakan hadiah atau hanya kamuflase dari
kemungkinan domestifikasi perempuan.
Post-feminisme bukanlah dibentuk sebagai anti feminisme, tetapi hanya untuk membuktikan
asumsi yang dipercaya oleh kaum feminisme gelombang kedua bahwa adanya penindasan
patriarki terhadap kaum perempuan. Perkembangan feminisme gelombang kedua muncul
sekitar tahun 1960 setelah berakhirnya perang dunia II dan kemunculan negara-negara baru
berdasarkan pemikiran masing-masing.
Intinya, peran post-feminisme sangat mempengaruhi dalam suatu wilayah yang menganut
sistem demokrasi dikarenakan kesamaan dan kesetaraan di mata hukum untuk mendapatkan
kesejahteraan dan kemakmuran dan juga memiliki kesetaraan yang sama dengan kaum lakilaki sehingga post-feminisme tentu sangat berkaitan dengan demokrasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa representasi perempuan dalam demokrasi hanya sebatas
diskrimasi postive atas ketertindasan dan limitasi perempuan pada masa sebelum demokrasi.
Dapat juga diartikan sebagai hadiah atas gerakan – gerakan dan aspirasi mereka, bukan
karena kapabilitas mereka. Beberapa kasus minor tentang superioritas perempuan tetap saja
selalu berakhir dengan diskredit dari masyarakat. Belum lagi bagi sebagian negara
konservatif seperti di negara negara Arab, peran perempuan terikat pada batasan agama dan
adat istiadat.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim, Aim. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Grafindo Media.
Mochlisin. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Interplus.
Tim Dunne, Milja Kurki, Steve Smith .2013. International Relations Theories - Oxford
University Press .
Jill Steans, Lloyd Pettiford, Thomas Diez, Imad El-Anis . 2010 . An Introduction to
International Relations Theory, Perspectives and Themes – Routledge.
2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Lampung
Friedrich, Ebert, 2009. Jurnal Sosial Demokrasi. Jakarta : Pergerakan Indonesia dan Komite
Persiapan Yayasan Indonesia Kita
Saskia Wieringa, Kuntilanak Wangi : Organisasi-organisasi perempuan sesudah 19
Melati, Nadia Karima. 2016. Melihat POstfeminisme Dalam Konteks Indonesia.
www.jurnalperempuan.org. [Online] june 6, 2016. [Cited: November 23, 2016.]
http://www.jurnalperempuan.org/blog2/melihat-postfeminisme-dalam-konteksindonesia.