KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA KOPI

KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA
“KOPI BERSIANIDA WAYAN MIRNA”

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Pelajaran PPKN

XI MIPA 1
SMAN 1 SINDANG

KATA PENGANTAR

Segala

puji

hanya

milik

Allah SWT.


tercurahkan kepada Rasulullah SAW.

Shalawat

Berkat

dan

limpahan

salam

selalu

dan rahmat-Nya

penyusun mampu menyelesaikan menyelesaikan makalah ini .
Makalah ini merupakan pengetahuan tentang

Analisis Kasus Pelanggaran


HAM di Indonesia, semua ini dirangkum dalam makalah ini, agar pemahaman
terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat.
Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang Kasus
Pelanggaran HAM di Indonesia

Akhirnya, kami penyusun mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah
ini. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada guru PPKN saya meminta masukannya demi
perbaikan

pembuatan

makalah

saya

di


masa

yang

akan

datang dan

mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Indramayu, 17 Juli 2015

Penyusun
2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………4

1.1. Latar Belakang………………………………………………………...4
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………..4
1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………5
BAB II ANALISA MASALAH : KASUS KOPI BERSIANIDA……………..6
2.1. Pengertian Pelanggaran HAM…………………………………………6
2.2. Jenis Pelanggaran HAM……………………………………………….6
2.3. Contoh Kasus Pelanggaran HAM……………………………………..7
BAB III PENUTUP…………………………………………………………..13
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………...13
3.2. Saran………………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………15
NAMA ANGGOTA…………………………………………………………..16

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1


Latar Belakang Penulisan
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia
sejak ia lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
siapapun. Hak-hak ini

berisi

tentang

kesamaan

atau

keselarasan

tanpa membeda-bedakan suku, golongan, keturunanan, jabatan dan lain
sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya adalah sama-sama
makhluk ciptaan Tuhan.
Jika kita melihat perkembangan HAM di Negara ini ternyata masih banyak
pelanggaran HAM yang sering kita temui. Mulai dari pelanggaran

kecil

yang berkaitan dengan norma hingga pelanggaran HAM besar yang

bersifat

kriminal

dan menyangkut

soal

keselamatan

jiwa.

Untuk

menyelesaikan masalah ini perlu adanya keseriusan dari pemerintah
menangani pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dan menghukum individu

atau oknum terbukti melakukan pelanggaran HAM. Selain itu masyarakat
juga perlu mengerti tentang HAM dan turut menegakkan HAM mulai dari
lingkungan

sosial

tempat

mereka

tinggal

hingga

nantinya

akan

terbetuk penegakan HAM tingkat nasional, adapun contoh pelanggaran
HAM yang akan dibaha yaitu kasus pembunuhan mirna salihin yang

menggunakan zat kimia yaitu sianida yang dicampurkan kedalam kopi
vietnamnya .
1.2

Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia dan UU nomor berapa
yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia?

4

2. Kasus seperti apa yang termasuk pelanggaran Hak Asasi Manusia?
3. Mengapa pelanggaran Hak Asasi Manusia tak kunjung usai?
1.3

Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia dan Undang-Undangnya.
2. Untuk mengetahui kasus yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Asasi

Manusia.
3. Untuk

mengetahui

penyebab terjadinya

pelanggaran Hak

Asasi

Manusia dan solusinya.

5

BAB II
ANALISA MASALAH : KASUS KOPI BERSIANIDA
2.1.

Pengertian Pelanggaran HAM

Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan
benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk
aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh UndangUndang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara
atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau
alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.


2.2.

Macam Pelanggaran HAM
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
 Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1.

Pembunuhan masal (genosida)

6

Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, etnis, dan agama dengan cara melakukan
tindakan

kekerasan

(UUD No.26/2000 Tentang

Pengadilan

HAM).
2.

Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan
berupa serangan yang ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil seperti pengusiran penduduk secara paksa,
pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.

 Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain
2.3.

Contoh kasus pelanggaran HAM : Kopi Bersianida Wayan Mirna
Kematian Wayan Mirna Salihin menjadi perhatian publik sejak 6 Januari
lalu. Wanita berusia 27 tahun itu dinyatakan keracunan senyawa sianida
yang terkadung dalam segelas es kopi Vietnam yang ia minum saat
bertemu dua rekannya, Jessica Kumala Wongso dan Hani di Restoran
Olivier, Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta. Otoritas Polda Metro
Jaya yang mengambil alih kasus kematian Mirna dari Polres Jakarta Pusat
menyatakan, sianida yang masuk ke tubuh Mirna memang dapat mengikis
jaringan organ secara kimia.
“Penyebab utama kematian Mirna bukanlah kerusakan lambung yang
tanpa sebab, namun diduga ada zat korosif,” ujar Kepala Bidang
Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafa.

7

Tim forensik yang mengautopsi jenazah Mirna di Rumah Sakit Polri,
Jakarta, memastikan lambung Mirna rusak. Zat korosif tersebut mereka
ketahui, antara lain dari reaksi Mirna setelah mencecap kopi, yaitu mulut
yang mengeluarkan buih dan tubuh yang menegang. Kepolisian lantas
menggelar prarekontruksi di Restoran Olivier, Senin (11/1). Mereka
melibatkan pula Tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification
System (Inafis) dan Tim Laboratorium Forensik dari Markas Besar Polri.
Salah satu adegan pada prarekonstruksi tersebut memperlihatkan reaksi
Mirna yang terkejut usai meminum kopi yang dipesannya.
Ketika itu, Hani, yang memperagakan reaksi Mirna usai menegak kopi,
berulang kali mengulangi kalimat, "It's awful, it's so bad." Usai
prarekonstruksi, kepolisian membawa sejumlah barang bukti dari Restoran
Olivier untuk kepentingan penyelidikan, antara lain kamera pengintai
(CCTV) dan beberapa peralatan untuk menyeduh kopi Vietnam yang
diteguk Mirna.
Kepolisian melanjutkan penyelidikan dengan menggeledah rumah
Jessica di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Namun, penyelidik gagal
menemukan celana yang dikenakan Jessica pada hari kematian Mirna.
Usai penggeledahan, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya,
Komisaris Besar Krishna Murti, mengatakan Jessica merupakan saksi
potensial dalam kasus kematian Mirna. “Dia ada di tempat kejadian
perkara, yang memesan kopi, yang membayar kopi dan yang menunggu
korban. Itu fakta.” ujarnya. Berdasarkan penyelidikan, kepolisian
menyatakan Jessica datang ke Restoran Olivier lebih awal ketimbang
Mirna dan Hani. Penyelidik mengatakan,

Jessica pulalah

yang

memesankan dua cocktail dan es kopi Vietnam. Sepekan berselang,
kepolisian melakukan rekonstruksi ulang berdasarkan rekaman kamera
pengintai milik manajemen restoran yang mereka sita

8

Terkait kopi yang dipesan Jessica, ujar Yudi, itu merupakan permintaan
Mirna. “Ada permintaan dari Mirna untuk pesan kopi Vietnam. Di Olivier,
si Jessica hanya mem-booking saja," katanya. Personel kepolisian
kemudian meminta bantuan tiga psikiater forensik untuk memeriksa
kondisi Jessica. Polda Metro Jaya juga melibatkan Kepolisian Federal
Australia pada pengusutan kematian Mirna. "Ada informasi yang sedang
kami cari dari Kepolisian Australia," ujar Krishna. Berikut kronologi
Kasus Kopi Bersianida Wayan Mirna:
 Dua sahabat
Jessica dan Mirna merupakan teman sekampus di Billy Blue College of
Design, Sydney, Australia. Jessica adalah lulusan jurusan desain grafis
kampus itu. Jessica tinggal di Australia sejak 2008. Kepolisian menyebut
Jessica jarang kembali ke Indonesia karena orang tuanya pun menetap di
Australia sejak 2005. Jessica pulang ke Indonesia, 5 Desember 2015,
untuk mencari pekerjaan. Sejak itu, ia menjalin komunikasi dengan Mirna
dan Hani dan sepakat untuk bertemu. Pertemuan pertama Jesssica dan
Mirna di Indonesia terjadi 12 Desember 2015. Saat itu Mirna mengajak
suaminya untuk bertemu Jessica di sebuah restoran. Pertemuan pertama itu
berlanjut ke pertemuan kedua yang berlangsung di Restoran
Olivier.Olivier, menurut Jessica, merupakan tempat yang ditentukan oleh
Mirna. Sepulangnya dari Australia, Jessica mengaku tidak mengetahui
banyak lokasi kopi darat di Jakarta.
Pada pertemuan kedua di Restoran Olivier, Jessica tiba dua jam lebih
awal dari waktu yang ditentukan. Kepolisian mencatat, Jessica lantas
memesankan es kopi Vietnam sesuai permintaan Mirna, dan cocktail serta
fashioned fazerac untuk dia dan Hani. Es kopi vietnam yang ia pesan
ternyata menewaskan Mirna. Hasil uji laboratorium forensik Mabes Polri
menunjukkan, kopi itu dibubuhi tiga gram racun sianida, dosis yang dapat
menewaskan lima orang sekaligus.

9

 Ekspose ke Kejaksaan
Sebelum menetapkan tersangka pada kasus Mirna, kepolisian dua kali
mengekspose hasil penyidikan mereka ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta.
Pada ekspose pertama, Kejati menyatakan berkas penyidikan kasus Mirna
tidak lengkap. "Ada beberapa hal yang harus dilengkapi. Nanti (nama
tersangka) harus ada dalam berkas perkara," ujar Asisten Pidana Umum
Kejati DKI Jakarta, Muhammad Nasrun. Usai ekspose, Kepolisian
diketahui telah menerbitkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
(SPDP) tanpa mencantumkan nama tersangka. Usai ekspose kedua,
Kepolisian dan Kejati mengaku telah mendapatkan hasil signifikan.
Mereka pun sepakat, gelar perkara bisa segera dilakukan. "Saya harus
memimpin rapat dengan rekan-rekan penyidik dan nanti setelah rapat itu
apa yang diputuskan dalam gelar perkara," ujar Krishna.
 Jessica dicekal
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Imigrasi
Kementerian Hukum dan HAM, Heru Santoso Ananta Yudha, mengatakan
institusinya telah menerbitkan surat cegah dan tangkal (cekal) ke luar
negeri terhadap Jessica.
Pencekalan yang berlaku enam bulan atau hingga 26 Juni 2016 itu
dilakukan

atas

permintaan

kepolisian

melalui

surat

No.R/541/I/2016/DATRO tertanggal 26 januari 2016.

 Jadi tersangka dan ditahan
Setelah ekpos kedua, kepolisian langsung melakukan gelar perkara hingga
tengah malam. Jumat (29/1), pada pukul 23.00 WIB, penyidik menetapkan
Jessica menjadi tersangka pembunuhan Mirna.
10

"Penetapan dilakukan sehabis gelar perkara, jam 11 malam," kata Krishna.
Usai gelar perkara itu, penyidik langsung mencari Jessica di rumahnya.
Namun, rumah tersebut kosong. Setelah ditelusuri, penyidik mengetahui
keberadaan Jessica di sebuah Hotel Neo, di kawasan Mangga Dua.

Sabtu (30/1), sekitar pukul 7.45 WIB, Subdirektorat Kejahatan dan
Kekerasan Polda Metro Jaya menangkap Jessica di hotel tersebut.
Penyidik memeriksa Jessica kurang lebih selama 12 jam. Keputusan
penahanan diambil kepolisian karena mereka khawatir Jessica akan
melarikan diri, mengulang perbuatannya atau menghilangkan alat bukti
"Penahanan berlaku untuk 20 hari. Jika penyidikan membutuhkan proses
lanjutan, kami akan meminta jaksa memperpanjang masa penahanan," kata
Krishna.
Kepolisian menjerat Jessica dengan Pasal 340 pada Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana tentang pembunuhan berencana. Berdasarkan pasal itu,
Jessica harus menghadapi ancaman pidana penjara minimal selama lima
tahun dan maksimal selama 20 tahun atau hukuman mati.
Di sisi lain, Yudi mempertanyakan alat bukti yang digunakan polisi untuk
menangkap dan menahan kliennya. Ia menduga bukti itu rekaan belaka.
"Siapa yang melihat, mendengar, mengalami, Jessica menaruh sianida? Itu
saja yang perlu diungkap," katanya.
Pasal-pasal yang terkait kasus kopi mirna adalah:
Ancaman pasal yang disangkakan kepolisian kepada pemberi racun Mirna
tidak main-main. Polisi menyiapkan pasal dengan ancaman hukuman
maksimal, yaitu pasal pembunuhan berencana.
(Pelaku) bisa disangkakan pasal pembunuhan berencana, bisa (Pasal) 340
(KUHP),
11

1. Hak untuk hidup
Sesuai dengan data yang ada, terdapat korban yang meninggal dunia
atas nama Wayan Mirna akibat mengalami tindak pembunuhan
berencana. Berdasarkan hal tersebut, maka telah terjadi pelanggaran
terhadap hak untuk hidup yang merupakan hak yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun (non derogable rights) sebagaimana
dijamin dalam Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945, Pasal 4 dan 9 UU 39
Tahun 1999 tentang HAM serta Pasal 6 ayat (1) Kovenan Internasional
Hak-hak Sipik dan Politik yang telah diratifikasi melalui UU 12 Tahun
2005.
2. Hak untuk tidak mendapat perlakuan yang kejam
Berdasarkan kasus tersebut telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran
HAM sebagaimana dijamin Pasal 33 ayat (1) UU 39 Tahun 1999
tentang HAM, Pasal 7 UU 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan
Internasional Hak-hak Sipil dan Politik, Pasal 16 ayat (1) UU 5 Tahun
1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan
Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam Tidak Manusia atau
Merendahkan Martabat Manusia.
3. Hak atas rasa aman
Peristiwa ini telah menyebabkan rasa ketakutan dan kekhawatiran yang
dialami oleh keluarga korban serta masyarakat sekitar juga, terutama
bagi pembela HAM. Berdasar hal tersebut maka telah terjadi
pelanggaran hak atas rasa aman sebagaimana dijamin Pasal 28G ayat
(1) UUD 1945 jo Pasal 30 UU 39 Tahun 1999 tentang HAM.

12

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya
terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah
melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara
HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap
bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok
atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
Setelah kami analisis, kasus Pembunuhan Kopi Bersianida Wayan
Mirna merupakan pelanggaran HAM terhadap Hak Hidup, Hak Untuk
Tidak Mendapat Perlakuan Kejam, dan Hak Atas Rasa Aman. Dan
termasuk kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat.
Kasus ini memang belum terselesaikan, namun dari hasil analisis
tersebut, kita dapat mengetahui penyebab timbulnya pelanggaran ini yaitu
karena rasa iri yang dimiliki oleh pelaku kepada korban sehingga berniat
mengakhiri hidup sang korban. Dan solusi dari kasus yang seperti ini yaitu
dapat diserahkan kepada pengadilan dan pihak yang berwajib. Semoga
pelaku mendapat ganjaran yang setimpal

3.2.

Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan

13

pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita

14

DAFTAR PUSTAKA
 Fuadmahfuddin. 2014, 18 Maret. Makalah Pelanggaran HAM,
[online], https://fuadmahfuddin13.wordpress.com (diakses 01 Agustus
2016)
 Aries Wijeksena. 2016, 19 Maret. Ini Motif Pembunuhan Mirna,
[online], http://www.mediaindonesia.com (diakses 01 Agustus 2016)
 Yuyus Kardiman, dkk. 2013. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan untuk SMA/MA Kelas XII. Penerbit Erlangga



15

NAMA ANGGOTA

NO

NAMA

1

Tia Nadia Suma

2

Tiffany S

3

Ulis N.A

NILAI
PERORANGA
KELOMPOK
N

NILAI

16