PELANGGARAN HAM ORMAS NU PADA PERISTIWA

PELANGGARAN HAM ORMAS NU PADA PERISTIWA 1965

Dosen Pengampu
Dr. Marzuki, S.Ag, M,Ag
Disusun Oleh
M. Abdul Hadi (16112144027)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang bertema “HAM dalam Islam”.
Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi
membantu saya terutama kepada bapak Dr. Marzuki, M, Ag, selaku dosen Pendidikan Agama

Islam.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Penyusun

2

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................

1

Kata Pengantar ..................................................................................................

2


Daftar Isi .............................................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN
A. Abstrak .....................................................................................................

4

B. Latar Belakang .........................................................................................

4

BAB II PEMBAHASAN
A. HAM dalam Pandangan Islam ................................................................

6

B. Pelanggaran HAM yang dilakukan NU terkait peristiwa 1965 .............


8

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................ 10
Daftar Pustaka ................................................................................................... 12

3

BAB 1
ABSTRAK
Makalah mengkaji pelanggaran HAM yang pernah dilakukan oleh salah satu ormas
Islam terbesar di Indonesia, Nahdhatul Ulama. Pelanggaran HAM ini terjadi dalam upaya
membantu pemerintah Orde Baru untuk menghabisi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI)
pasca kejadian G 30 S/PKI. Pemuda yang tergabung dalam kelompok sipil bersenjata seperti
Ansor dan Banser menganggap bahwa pembunuhna terhadap orang-orang komunis di Indonesia
pada masa itu merupakan perang suci yang didasari oleh misi keagamaan.
Adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh sebagian umat Islam ini tidak
menunjukkan bahwa ajaran Islam mendukung upaya-upaya kekerasan tersebut. Adanya
peristiwa kelam ini menggambarkan kepada kita bahwa banyak dari ajaran Islam masih

dipahami mentah-mentah oleh sebagian masyarakat. Hal ini sudah sepatutnya diambil pelajaran
agar tidak terulang lagi di masa yang akan datang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepanjang rezim Orde Baru, banyak pelanggaran-pelanggaran HAM yang sengaja
ditutup-tutupi oleh pemerintah. Media massa tak mempunyai kuasa untuk memberitakan
berbagai kejahatan, kriminalitas, diskriminasi terhadap kelompok-kelompok kecil,
pelenggaran-pelanggaran HAM yang diam-diam hingga terang-terangan dilakukan
terhadap kaum minoritas oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab.
Salah satu pelanggaran HAM paling kelam di Indonesia adalah pembersihan
terhadap anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan yang berafiliasi dengannya pada
tahun 1965-1968. Upaya pembersihan ini dilakukan dengan memproses para aktivis
Partai Komunis Indonesia (PKI) –yang kemudian disebut sebagai korban– baik dengan
membunuh, membantai, hingga menjebloskan mereka ke penjara tanpa proses hukum.
Perlakuan keji tersebut tak hanya sampai di situ, mereka juga merampas harta benda para
korban, membakar ladang-ladang penduduk, dan memperkosa para wanita yang tertuduh
komunis, beberapa orang, khususnya dari kemiliteran, memanfaatkan kekerasan tersebut
secara langsung dengan mengambil alih rumah-rumah anggota PKI yang terbunuh atau
4


dipenjara, beberapa juga mempekerjakan mereka di penjara secara paksa (Ahmad, 2012,
hal 176-180) atau memaksa wanita-wanita yang menjadi korban kekerasan itu menjadi
“istri” mereka (Hearman, 2012, hal 129-130).
Salah satu hal yang disayangkan adalah keterlibatan ormas Nahdhatul Ulama
(NU) pada upaya pembersihan terhadap anggota PKI tersebut. Pada masa itu, Nahdhatul
Ulama (NU) adalah organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia. NU menggagas
kelompok militer dari rakyat sipil yang dinamakan “Banser” dan “Ansor” yang memiliki
tugas untuk membantu para militer untuk membersihkan “lingkungan yang tidak bersih”
dengan menangkapi orang-orang yang terlibat dengan PKI dan antek-anteknya seperti
BTI, Gerwani, dll. Mereka mendatangi rumah-rumah penduduk yang dicurigai terlibat
dengan PKI dan membawa para korban untuk diadili secara paksa. Pemukulan,
penjarahan, hingga pemerkosaan sempat terjadi selama upaya pembersihan tersebut.
Agama yang seharusnya menjadi pedoman untuk berkasih sayang dan melarang perilaku
keji dan amoral ikut ternodai karena perilaku tersebut.
Islam tidak memandang HAM seperti halnya HAM dalam pandangan Barat.
Islam mempunyai perspektif seputar HAM yang sesuai dengan nilai-nilai Al-qur’an dan
As-sunnah. Namun bukan berarti, Islam menghalalkan darah secara semena-mena. Islam
tidak mengajarkan untuk menghakimi seseorang secara sembarangan. Islam melindungi
hak milik dan properti. Islam mengutuk penjarahan dan pemerkosaan. Islam melarang
keras perilaku pembunuhan. Oleh karena itu, peristiwa kelam pada tahun 1965 terhadap

kaum PKI yang dituduhkan kepada anggota ormas NU adalah perilaku yang
berseberangan dengan ajaran Islam.

5

BAB II
PEMBAHASAN
A. HAM dalam Islam
Islam memiliki konsep sendiri seputar HAM yang berbeda dengan konsep HAM
yang dideklarasikan oleh PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Hak Asasi Manusia
dalam Islam akan selalu meniti rambu-rambu Al-qur’an dan As-sunnah. Tidak seperti
HAM dalam perspektif Barat. Misalnya, salah satu poin HAM yang ditawarkan PBB
adalah Hak Kebebasan Individu. Dengan Hak Individu ini, digagaslah akan kebebasan
untuk memilih pasangan sekehendak hati mereka. Maka pada tahun 2015, Amerika
Serikat mengeluarkan undang-undang yang melegalkan pernikahan sesama jenis,
homoseksual, lesbian, dan transgender. Dukungan penelitian genom dan hak kebebasan
individu mendasari keluarnya peraturan tersebut. Semua hal itu tak lepas dari dukungan
HAM seperti yang ditawarkan oleh PBB.
Islam bukannya membatasi kebebasan individu, tapi kebebasan yang ditawarkan
Islam memiliki batas ujung untuk tidak menyalahi fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah

SWT. Islam memiliki konsep HAM sendiri dan Islam selamanya tidak akan pernah
menghalalkan adanya perkawinan sesama jenis, lesbian, homoseksual, dan transgender.
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Islam secara konseptual pertama diikrarkan
pada khutbah perpisahan (Khutbah al-Wada’) Rasulullah SAW. Khutbah al-Wada’
disampaikan nabi pada tanggal 9 Dzulhijjah di Padang Arafah.
Wahai sekalian umat manusia! Ingatlah bahwa sesungguhnya tuhan kalian itu
satu, dan bapak kalian itu satu. Ingatlah tidak ada keutamaan bagi orang arab
atas orang Ajam (non-Arab), dan tidak ada bagi orang Ajam atas orang Arab,
tidak bagi orang kulit merah atas kulit hitam, dan tidak bagi kulit hitam atas kulit
merah kecuali dengan takwa. Bukankah telah aku sampaikan?
Wahai manusia dengarkan kata-kataku. Wahai manusia, harta, dan darah kamu
adalah tabu (haram) di antara kamu, seperti haramnya hari ini di tempat kamu
ini. Bagitu sampai kamu bertemu dengan tuhanmu, ketika tuhan kamu meminta

6

pertanggung jawaban kamu. Maka hendaklah yang diberi amanat segera
menyampaikan amanat itu.
Khutbah al-Wada’ di atas mengandung enam unsur utama dalam hak dasar Islam. Yang
pertama adalah hak hidup, sangat dihargai sekali. Yang kedua adalah hak harta. Rasulullah SAW

menyatakan bahwa siapa pun yang mempertahankan hartanya mereka matinya adalah syahid.
Ketiga adalah mengenai riba, “Semua riba dihapuskan”. Keempat adalah penghapusan balas
dendam. “Semua darah yang biasa dilakukan pada masa jahiliyah dihapuskan”. Oleh Islam
diganti dengan qishash, kecuali jika korban mengikhlaskan dan membayar diyat. Kelima adalah
hak mengenai perempuan. “Kamu mempunyai hak terhadap para istri kamu, dan mereka
mempunyai hak atas diri kamu”. Keenam adalah hak persaudaraan. “Sesungguhnya antarorang
mukmin adalah saudara.”
Selanjutnya pilar HAM dalam Islam juga disusun oleh Imam al-Ghazali (w. 1111 M)
yang mencoba merumuskan tujuan dasar syari’at Islam (maqashid al-syari’ah) yakni pertama,
Islam menjamin hak kelangsungan hidup (hifz al-nafs). Kedua, Islam menjamin hak kebebasan
beropini (hifz al-aql) . Ketiga Islam menjamin hak kebebasan beragama (hifz al-din). Keempat,
Islam menjamin hak dan kesehatan reproduksi (hifz an-nasl) untuk menjaga kelangsungan hidup
manusia. Kelima Islam menjamin hak properti (hifz al-maal) , yakni hak mendapat pekerjaan dan
upah yang layak, serta hak memperoleh jaminan perlindungan dan kesejahteraan (Siti Musdah
Mulia, 2010: 11).
Hak kelangsungan hidup (hifz al-nafs) dalam Islam sangat dijunjung tinggi sekali. Seperti
tertuang pada salah satu ayat Al-qur’an, “Karena itulah kami tuliskan kepada Bani Israil, barang
siapa membunuh suatu jiwa bukan karena pembunuhan suatu jiwa atau yang membunuh karena
perusakan di muka bumi, maka seolah-olah membunuh manusia semuanya”.
Namun ada kalanya pembunuhan dilegalkan dalam Islam, misalnya ketika berperang.

Ketika diserang musuh, atau ketika harus menegakkan hukum Allah swt di muka bumi dengan
wujud rajam terhadap laki-laki atau wanita muhshon yang melakukan zina. Penegakan hukum
qishash dan hukuman bagi orang yang murtad, keluar dari agama Islam. Aturan-aturan tentang
bolehnya membunuh jiwa manusia ini disusun dengan ketat dan detail agar tak terjadi kesalahan
yang tak diinginkan. Bahkan suatu ketika pada salah satu perang, seorang sahabat mengacungkan
7

pedangnya untuk membunuh musuh dan seketika musuh tersebut mengucapkan syahadat.
Sahabat tersebut murka karena ia berpendapat bahwa musuh tersebut melontarkan kalimat
syahadat hanya untuk melindungi diri agar tak dibunuh di medan perang. Maka ia tetap
mengayunkan pedangnya dan membunuh sosok musuh tersebut. Ketika hal tersebut dilaporkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, beliau menjadi berang dan murka. Ia menegur sahabat
tersebut dengan keras agar perilaku tersebut tak pernah diulangi lagi di lain kesempatan.

B. Pelanggaran HAM yang Dilakukan NU
“Jika kita tetap diam, kita mati”
Kata-kata ini dilontarkan oleh Munasir Ali di pertemuan organisasi Nahdhatul
Ulama (NU) di Jakarta tiga hari setelah garakan 30 September 1965 PKI telah
dilumpuhkan oleh militer yang dipimpin oleh Jendral Soeharto. Setelah kejadian utama G
30 S/PKI dituntaskan oleh para tentara, NU ikut berpartisipasi menjadi aktor penting

dalam upaya pembersihan sisa-sisa anggota PKI yang masih ada.
Pada masa itu, pembunuhan terhadap anggota PKI (disebut juga genosida di
Indonesia) merupakan pembantaian paling kelam dalam sejarah Indonesia. Tercatat
sekitar lima ratus ribu orang mati terbunuh dan satu juta sisanya dijebloskan ke penjara
tanpa proses pengadilan hukum.
Pada bulan April 1934, didirikan organisasi kemasyarakatan pemuda Islam yang
dinaungi oleh organisasi besar Nahdhatul Ulama yang bernama Gerakan Pemuda Ansor.
Dalam perkembangannya kelak, berdiri pula gerakan kepanduan yang disebut Banoe
(Barisan Ansor Nahdhatul Ulama) yang umumnya disebut Banser (Barisan Serbaguna).
Dua gerakan pemuda ini kelak yang dipersenjatai pada Oktober 1965 untuk melenyapkan
sisa-sisa orang PKI.
Militer mendorong para santri Nahdhtul Ulama yang berada di pulau Jawa untuk
mencari anggota PKI di antara orang-orang abangan. Korban meluas dari anggota partai
hingga yang hanya dituduh atau merupakan korban fitnah dengan sedikit atau tanpa motif

8

politik. Pembantaian terhadap anggota komunis dilakukan oleh para pemuda, dengan
dipandu oleh angkatan bersenjata, memburu orang-orang komunis.
Pada tahun 1963, sempat terjadi konflik antara partai Nahdhatul Ulama (NU) dan

Partai Komunis Indonesia (PKI). Dan seusai gerakan G 30 S/PKI, konflik tersebut
menyala kembali dan berubah penjadi pembantaian berdarah pada minggu kedua Oktober
1965. Kelompok Muslim Muhammadiyah menyatakan pada awal November 1965 bahwa
pembasmian “Gestapu/PKI” merupakan suatu perang suci. Pandangan tersebut didukung
oleh kelompok-kelompok Islam lainnya di Jawa dan Sumatera. Bagi banyak pemuda,
membunuh orang komunis merupakan suatu tugas keagamaan. Di tempat-tempat adanya
pusat komunis di Jawa Tengah dan Jawa Timur, kelompok-kelompok muslim
menganggap bahwa mereka adalah korban serangan komunis supaya mereka
memperoleh pembenaran atas pembantaian yang mereka lakukan. Mereka biasanya
mengungkit peristiwa Madiun pada tahun 1948. Selain itu para pelajar Katolik di daerah
Yogyakarta meninggalkan asrama mereka pada malam hari untuk ikut membunuh orangorang komunis yang tertangkap.
Pembantaian ini hampir tidak pernah disebutkan di buku sejarah Indonesia, dan
hanya memperoleh sedikit perhatian dari rakyat Indonesia maupun warga Internasional.
Akan tetapi setelah Soeharto mundur pada tahun 1998 dan meninggal pada tahun 2008,
fakta-fakta mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam pembantain ini mulai terbuka
pada masyarakat dalam tahun-tahun berikutnya.

9

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara dan bangsa yang mayoritas penduduknya adalah
umat Islam. Salah satu ajaran Islam yang paling dasar adalah menghormati HAM dan
melaksanakan kewajiban asasi kita sebagai manusia. Dan dewasa ini, praktek HAM di
Indonesia cukup membanggakan. Akan tetapi di masa lalu, banyak sekali kasus buram
terkait pelanggaran HAM yang sengaja ditutup-tutupi dan tak terungkap hingga sekarang.
Kasus pembunuhan pejuang HAM, Munir, hilangnya wartawan, hingga genosida PKI
pada tahun 1965. Yang sangat disayangkan, pada peristiwa genosida terhadap anggota
PKI tersebut, tercatat adanya keterlibatan ormas dan partai Islam, Nahdhatul Ulama
(NU). Nahdhatul Ulama pada saat itu adalah ormas Islam terbesar di Indonesia.
Keterlibatannya terhadap peristiwa ini berperan penting dalam penangkapan anggotaanggota PKI di berbagai daerah di Indonesia.
Keterlibatan umat Islam dalam pelanggaran HAM yang terjadi tidak
menunjukkan bahwa ajaran Islam membolehkan kekerasan yang mereka lakukan.
Pengungkapan-pengungkapan seputar pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
ormas NU bukan bermaksud menjelek-jelekkan ormas terkait, bukan juga untuk
membuka luka lama yang hampir sembuh namun hal ini bertujuan sebagai ibrah dan
butir-butir pelajaran agar kesalahan tersebut tak lagi berulang di masa yang akan datang.

B. Saran
1. Salah satu cara untuk mengungkap kebenaran adalah dengan perlunya dilakukan
upaya penulisan kembali sejarah Indonesia yang bebas dari unsur-unsur politik dan
subjektivitas dalam rezim pemerintahan tersebut.
2. Adanya pelanggaran HAM ini sepatutnya dicatat pemicu dan penyebabnya agarr tak
terulang lagi di masa yang akan datang.

10

3. Untuk para da’i dan aktivis agar memahami Islam tidak setengah-setengah namun
secara keseluruhan agar tidak mudah tersulut emosi dan diadu domba oleh pihak yang
tak diinginkan

11

DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat, dkk. 2016. Dinul Islam, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: UNY Press
McGregor, Katherine. 2008. Study Memory and Human Rights In Indonesia. Australia:
Australian National University
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembantaian _di_Indonesia_1965-1966
Fearly, Greg. 2010. Killing For God dalam majalah Inside Indonesia ANU Edisi Januari
2010

12

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124