UTILITAS MARGINAL DALAM PERILAKU KONSUME
UTILITAS MARGINAL DALAM PERILAKU KONSUMEN
(Marginal Utility in Consumer’s Behaviour)
Oleh:
Neneng Ela Fauziyyah
Email : [email protected]
Mahasiswi Prodi Ekonomi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Kalijaga Yogyakarta
A. Pendahuluan
Manusia diciptakan Tuhan dengan mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas
dan manusia pasti melakukan segala macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Untuk itu manusia akan mencari, mendapatkan, dan membuat atau
memproduksi berbagai benda untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhannya. 1 Segala
macam benda yang dapat memenuhi/memuaskan kebutuhan manusia itu disebut dengan
benda pemuas kebutuhan. Pada dasarnya benda pemuas kebutuhan itu terdiri dari
barang (goods) dan jasa (services). Barang dan jasa tersebut pasti digunakan oleh setiap
manusia untuk memenuhi kebutuhannya baik ia sebagai konsumen ataupun sebagai
produsen.
Dilihat dari sisi konsumsi, terdapat perilaku yang dilakukan oleh setiap
konsumen yang berkaitan dengan kecenderungannya dalam melakukan konsumsi untuk
memaksimumkan kepuasannya. Hal ini dinamakan dengan perilaku konsumen. Ketika
seorang konsumen merasakan kesenangan atau kepuasan karena ia mengonsumsi suatu
barang atau jasa berarti ia berada dalam keadaan utilitas. Utilitas adalah rasa
kesenangan atau kepuasan yang timbul karena konsumsi.2
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa utilitas atau nilai guna berkaitan erat
dengan perilaku konsumen dalam memenuhi kepuasannya karena utilitas merupakan
salah satu faktor yang memengaruhi perilaku konsumen tersebut. Maka kemudian
1
Wahyu Adji, dkk, Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 10
William A. McEachern, Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat,
2001), hlm. 32
2
1
paper sederhana ini akan membahas mengenai utilitas atau nilai guna total dan
marginal, termasuk di dalamnya juga akan dibahas hukum utilitas marginal yang
menurun serta pengukuran utilitas dengan bilangan tertentu.
B. Pembahasan
Teori utilitas atau nilai guna adalah teori ekonomi yang mempelajari tentang
tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen karena mengonsumsi suatu barang atau jasa.
Jika semakin tinggi kepuasan yang diperoleh maka semakin tinggi pula utilitas atau nilai
gunanya. Namun sebaliknya, jika kepuasan itu semakin rendah maka utilitasnya pun
semakin rendah. Para ekonom mengatakan bahwa seorang konsumen lebih memilih satu
bundel barang daripada yang lainnya jika yang pertama menyediakan lebih banyak
utilitas daripada yang kedua.3
Utilitas atau nilai guna merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku
konsumen dalam memilih barang dan jasa. Utilitas itu bersifat subjektif artinya rasa
kepuasan yang muncul karena konsumsi yang dilakukan itu tergantung pada selera
masing-masing konsumen. Selera dari setiap konsumen pun berbeda-beda maka wajar
jika konsumsi satu barang yang sama di negara yang berbeda akan berbeda pula.
Misalnya semua kereta bayi yang dijual di Amerika Serikat berwarna biru laut,
sementara di Italia berwarna kuning dan di Jerman berwarna hijau muda kekuningkuningan. Perbedaan warna ini terjadi karena perbedaan selera konsumen dari masingmasing negara tersebut. Maka setiap individu mempunyai skala utilitas yang subyektif
dan unik yang berbeda-beda.
1. Utilitas Total dan Utilitas Marginal
Utilitas atau nilai guna dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Total Utility (kepuasan total) adalah keseluruhan kepuasan yang
diperoleh konsumen karena mengonsumsi suatu barang atau jasa.
b. Marginal Utility (kepuasan marginal) adalah perubahan utilitas total
karena adanya perubahan konsumsi suatu barang sebesar satu satuan unit.
Marginal utility berhubungan dengan kebutuhan manusia. Namun
kebutuhan manusia tidak memiliki batas. Sehingga dalam pemenuhan
3
N. Gregory Mankiw, dkk, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm.
469
2
kebutuhannya manusia perlu membuat keputusan dalam menentukan pilihan
mana yang akan dia ambil agar tercapai kepuasan yang maksimal.4 Sebagai
contoh, misalnya hari ini cuaca cerah dimusim panas dan kita sangat haus karena
baru saja jogging sejauh empat mil. Kemudian kita minum segelas air dingin.
Gelas pertama terasa begitu segar, dan sangat membantu menghilangkan dahaga
kita; gelas kedua tidak terasa sesegar gelas pertama tadi, tapi masih cukup enak;
gelas ketiga lumayan enak; dan setelah gelas keempat kita berhenti.5 Dari sini
kemudian dapat diketahui bahwa total utility adalah kepuasan total yang
diperoleh dari mengonsumsi empat gelas air tersebut. Sedangkan marginal
utility dari gelas yang ketiga misalnya, yaitu adanya perubahan pada total utility
karena mengonsumsi gelas yang ketiga.
2. Hukum Utilitas Marginal yang Menurun
Dari contoh yang telah dikemukakan di atas terlihat bahwa kebanyakan
barang dianggap memperlihatkan utilitas marginal yang berkurang. Lebih
banyak barang yang telah dimiliki konsumen, utilitas marginal yang disediakan
unit tambahan barang tersebut semakin rendah.6 Hal ini merupakan prinsip dasar
dari analisis utilitas yaitu Hukum Gossen atau Hukum Utilitas Marginal
yang Menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility).
Adapun hukum marginal utility yang semakin menurun/The Law of
Diminishing Marginal Utility adalah: “tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit
apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya dan pada akhirnya
tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negatif” 7 Hukum ini menyatakan
bahwa semakin banyak barang yang dikonsumsi oleh individu per periode
waktu, hal lain diasumsikan konstan, maka semakin kecil utilitas marginal dari
setiap unit tambahan yang dikonsumsi.8 Dan konsumen akan selalu berusaha
dalam mencapai kepuasan total yang maksimum.
4
http://sidikaurora.wordpress.com/2012/01/26/marginal-utility/ Diakses tanggal 17 Februari
2014, pukul 01.46.
5
William A. McEachern, Op. Cit,. hlm. 33
6
N. Gregory Mankiw, dkk, Loc. Cit.
7
http://sidikaurora.wordpress.com/2012/01/26/marginal-utility/. Loc.Cit.
8
William A. McEachern, Loc. Cit.
3
Utilitas marginal yang kita peroleh dari dari setiap tambahan gelas air
mengalami penurunan dengan semakin banyaknya air yang dikonsumsi. Kita
sangat menikmati gelas pertama, tetapi setiap tambahan gelas memberikan
utilitas marginal yang semakin berkurang. Jika ada seseorang yang memaksa
kita untuk meminum gelas yang kelima, mungkin kita tidak akan menikmatinya
sama sekali; utilitas marginal dari gelas kelima mungkin saja negatif. Secara
umum, untuk berbagai aktifitas, segalanya menjadi ketinggalan atau usang
setelah yang pertama dilakukan.9
3. Pengukuran Utilitas
Sejak awal pembahasan mengenai utilitas, itu hanya terkait pada hal
yang bersifat subyektif. Hanya berbicara mengenai pertambahan atau
pengurangan utilitas marginal yang dinilai dari puas dan tidak puas, enak dan
tidak enak. Jika hanya membatasi pada bahasa subyektif saja, maka sulit untuk
menganalisa lebih jauh lagi. Oleh karena itu, diperlukan cara yang konsisten
untuk dapat mengukur utilitas tersebut.
Dari contoh utilitas air di atas, terlihat bahwa kelima gelas air itu
memberikan kepuasan yang berbeda-beda. Namun setiap gelasnya hanya dinilai
berdasarkan pada enak dan tidak enaknya. Agar dapat menyimpulkan ungkapan
tentang kepuasan tersebut, maka dapat dilakukan dengan membuat suatu
bilangan sembarang untuk mengukur jumlah utilitas setiap konsumsi, sehingga
pola tersebut dapat mencerminkan pola kepuasan. Penggunaan bilangan untuk
utilitas memungkinkan siapapun secara lebih spesifik mengukur utilitas yang
timbul dari konsumsi.10
Misalnya gelas air pertama memberikan 40 unit utilitas, gelas kedua 20,
gelas ketiga 10, dan gelas keempat 5. Gelas kelima jika dipaksa meminumnya,
akan menghasilkan utilitas yang negatif, yaitu -2 unit utilitas. Lihat gambar 1.1.
No
Unit Air Yang Dikonsumsi
1
9
(Gelas 8 Ons)
0
Utilitas Total
Utilitas Marginal
0
-
Ibid.
Ibid,. hlm. 34
10
4
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
40
60
70
75
73
40
20
10
5
-2
Gambar 1.1
Utilitas Total
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
2
3
4
5
Utilitas Total
Gambar 1.2
Utilitas marginal
Utilitas Marginal
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
-5
Utilitas Marginal
40
20
10
1
2
5
4
3
-2
5
Gelas (8 ons)
Gambar 1.3
5
Keterangan:
Utilitas total pada gambar 1.2, naik pada setiap empat gelas air pertama
yang dikonsumsi, tetapi dengan peningkatan yang semakin kecil. Gelas kelima
menyebabkan utilitas total turun, ditunjukkan dengan utilitas marginal yang
negatif pada gambar 1.3.
C. Penutup
Perilaku konsumen adalah perilaku yang dilakukan oleh setiap konsumen yang
berkaitan
dengan
kecenderungannya
dalam
melakukan
konsumsi,
untuk
memaksimumkan kepuasannya. Perilaku konsumen salah satunya dipengaruhi oleh
utilitas atau nilai guna dari barang atau jasa yang dikonsumsi. Semakin tinggi utilitas
yang diperoleh seorang konsumen maka semakin tinggi pula konsumsi yang dilakukan
olehnya.
Namun konsumsi yang tinggi dan kontinu ini dibatasi oleh menyusutnya utilitas
yang didapatkan setiap konsumen setelah ia mencapai tingkat utilitas yang maksimum
atau titik jenuh. Konsumsi yang ia lakukan setelah mencapai titik jenuh itu akan
menurunkan utilitas dari barang atau jasa yang dikonsumsi tersebut. Hal ini dinamakan
dengan hukum utilitas marginal yang menurun atau the law of diminishing marginal
utility.
Pengukuran utilitas ini tidak boleh hanya secara subyektif saja artinya dinilai
berdasarkan puas tidak puas atau enak tidak enak dari konsumsi suatu barang atau jasa,
tetapi akan lebih baik jika diukur juga dengan cara yang konsisten yaitu diukur
berdasarkan pada suatu bilangan tertentu sehingga peningkatan dan penurunan utilitas
marginal tersebut akan telihat lebih jelas.
D. Referensi
N. Gregory Mankiw, dkk. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat, 2012.
Wahyu Adji, dkk. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2007.
6
William A. McEachern. Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer. Jakarta: Salemba
Empat, 2001.
http://sidikaurora.wordpress.com/2012/01/26/marginal-utility/
7
(Marginal Utility in Consumer’s Behaviour)
Oleh:
Neneng Ela Fauziyyah
Email : [email protected]
Mahasiswi Prodi Ekonomi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Kalijaga Yogyakarta
A. Pendahuluan
Manusia diciptakan Tuhan dengan mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas
dan manusia pasti melakukan segala macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Untuk itu manusia akan mencari, mendapatkan, dan membuat atau
memproduksi berbagai benda untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhannya. 1 Segala
macam benda yang dapat memenuhi/memuaskan kebutuhan manusia itu disebut dengan
benda pemuas kebutuhan. Pada dasarnya benda pemuas kebutuhan itu terdiri dari
barang (goods) dan jasa (services). Barang dan jasa tersebut pasti digunakan oleh setiap
manusia untuk memenuhi kebutuhannya baik ia sebagai konsumen ataupun sebagai
produsen.
Dilihat dari sisi konsumsi, terdapat perilaku yang dilakukan oleh setiap
konsumen yang berkaitan dengan kecenderungannya dalam melakukan konsumsi untuk
memaksimumkan kepuasannya. Hal ini dinamakan dengan perilaku konsumen. Ketika
seorang konsumen merasakan kesenangan atau kepuasan karena ia mengonsumsi suatu
barang atau jasa berarti ia berada dalam keadaan utilitas. Utilitas adalah rasa
kesenangan atau kepuasan yang timbul karena konsumsi.2
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa utilitas atau nilai guna berkaitan erat
dengan perilaku konsumen dalam memenuhi kepuasannya karena utilitas merupakan
salah satu faktor yang memengaruhi perilaku konsumen tersebut. Maka kemudian
1
Wahyu Adji, dkk, Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 10
William A. McEachern, Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat,
2001), hlm. 32
2
1
paper sederhana ini akan membahas mengenai utilitas atau nilai guna total dan
marginal, termasuk di dalamnya juga akan dibahas hukum utilitas marginal yang
menurun serta pengukuran utilitas dengan bilangan tertentu.
B. Pembahasan
Teori utilitas atau nilai guna adalah teori ekonomi yang mempelajari tentang
tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen karena mengonsumsi suatu barang atau jasa.
Jika semakin tinggi kepuasan yang diperoleh maka semakin tinggi pula utilitas atau nilai
gunanya. Namun sebaliknya, jika kepuasan itu semakin rendah maka utilitasnya pun
semakin rendah. Para ekonom mengatakan bahwa seorang konsumen lebih memilih satu
bundel barang daripada yang lainnya jika yang pertama menyediakan lebih banyak
utilitas daripada yang kedua.3
Utilitas atau nilai guna merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku
konsumen dalam memilih barang dan jasa. Utilitas itu bersifat subjektif artinya rasa
kepuasan yang muncul karena konsumsi yang dilakukan itu tergantung pada selera
masing-masing konsumen. Selera dari setiap konsumen pun berbeda-beda maka wajar
jika konsumsi satu barang yang sama di negara yang berbeda akan berbeda pula.
Misalnya semua kereta bayi yang dijual di Amerika Serikat berwarna biru laut,
sementara di Italia berwarna kuning dan di Jerman berwarna hijau muda kekuningkuningan. Perbedaan warna ini terjadi karena perbedaan selera konsumen dari masingmasing negara tersebut. Maka setiap individu mempunyai skala utilitas yang subyektif
dan unik yang berbeda-beda.
1. Utilitas Total dan Utilitas Marginal
Utilitas atau nilai guna dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Total Utility (kepuasan total) adalah keseluruhan kepuasan yang
diperoleh konsumen karena mengonsumsi suatu barang atau jasa.
b. Marginal Utility (kepuasan marginal) adalah perubahan utilitas total
karena adanya perubahan konsumsi suatu barang sebesar satu satuan unit.
Marginal utility berhubungan dengan kebutuhan manusia. Namun
kebutuhan manusia tidak memiliki batas. Sehingga dalam pemenuhan
3
N. Gregory Mankiw, dkk, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm.
469
2
kebutuhannya manusia perlu membuat keputusan dalam menentukan pilihan
mana yang akan dia ambil agar tercapai kepuasan yang maksimal.4 Sebagai
contoh, misalnya hari ini cuaca cerah dimusim panas dan kita sangat haus karena
baru saja jogging sejauh empat mil. Kemudian kita minum segelas air dingin.
Gelas pertama terasa begitu segar, dan sangat membantu menghilangkan dahaga
kita; gelas kedua tidak terasa sesegar gelas pertama tadi, tapi masih cukup enak;
gelas ketiga lumayan enak; dan setelah gelas keempat kita berhenti.5 Dari sini
kemudian dapat diketahui bahwa total utility adalah kepuasan total yang
diperoleh dari mengonsumsi empat gelas air tersebut. Sedangkan marginal
utility dari gelas yang ketiga misalnya, yaitu adanya perubahan pada total utility
karena mengonsumsi gelas yang ketiga.
2. Hukum Utilitas Marginal yang Menurun
Dari contoh yang telah dikemukakan di atas terlihat bahwa kebanyakan
barang dianggap memperlihatkan utilitas marginal yang berkurang. Lebih
banyak barang yang telah dimiliki konsumen, utilitas marginal yang disediakan
unit tambahan barang tersebut semakin rendah.6 Hal ini merupakan prinsip dasar
dari analisis utilitas yaitu Hukum Gossen atau Hukum Utilitas Marginal
yang Menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility).
Adapun hukum marginal utility yang semakin menurun/The Law of
Diminishing Marginal Utility adalah: “tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit
apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya dan pada akhirnya
tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negatif” 7 Hukum ini menyatakan
bahwa semakin banyak barang yang dikonsumsi oleh individu per periode
waktu, hal lain diasumsikan konstan, maka semakin kecil utilitas marginal dari
setiap unit tambahan yang dikonsumsi.8 Dan konsumen akan selalu berusaha
dalam mencapai kepuasan total yang maksimum.
4
http://sidikaurora.wordpress.com/2012/01/26/marginal-utility/ Diakses tanggal 17 Februari
2014, pukul 01.46.
5
William A. McEachern, Op. Cit,. hlm. 33
6
N. Gregory Mankiw, dkk, Loc. Cit.
7
http://sidikaurora.wordpress.com/2012/01/26/marginal-utility/. Loc.Cit.
8
William A. McEachern, Loc. Cit.
3
Utilitas marginal yang kita peroleh dari dari setiap tambahan gelas air
mengalami penurunan dengan semakin banyaknya air yang dikonsumsi. Kita
sangat menikmati gelas pertama, tetapi setiap tambahan gelas memberikan
utilitas marginal yang semakin berkurang. Jika ada seseorang yang memaksa
kita untuk meminum gelas yang kelima, mungkin kita tidak akan menikmatinya
sama sekali; utilitas marginal dari gelas kelima mungkin saja negatif. Secara
umum, untuk berbagai aktifitas, segalanya menjadi ketinggalan atau usang
setelah yang pertama dilakukan.9
3. Pengukuran Utilitas
Sejak awal pembahasan mengenai utilitas, itu hanya terkait pada hal
yang bersifat subyektif. Hanya berbicara mengenai pertambahan atau
pengurangan utilitas marginal yang dinilai dari puas dan tidak puas, enak dan
tidak enak. Jika hanya membatasi pada bahasa subyektif saja, maka sulit untuk
menganalisa lebih jauh lagi. Oleh karena itu, diperlukan cara yang konsisten
untuk dapat mengukur utilitas tersebut.
Dari contoh utilitas air di atas, terlihat bahwa kelima gelas air itu
memberikan kepuasan yang berbeda-beda. Namun setiap gelasnya hanya dinilai
berdasarkan pada enak dan tidak enaknya. Agar dapat menyimpulkan ungkapan
tentang kepuasan tersebut, maka dapat dilakukan dengan membuat suatu
bilangan sembarang untuk mengukur jumlah utilitas setiap konsumsi, sehingga
pola tersebut dapat mencerminkan pola kepuasan. Penggunaan bilangan untuk
utilitas memungkinkan siapapun secara lebih spesifik mengukur utilitas yang
timbul dari konsumsi.10
Misalnya gelas air pertama memberikan 40 unit utilitas, gelas kedua 20,
gelas ketiga 10, dan gelas keempat 5. Gelas kelima jika dipaksa meminumnya,
akan menghasilkan utilitas yang negatif, yaitu -2 unit utilitas. Lihat gambar 1.1.
No
Unit Air Yang Dikonsumsi
1
9
(Gelas 8 Ons)
0
Utilitas Total
Utilitas Marginal
0
-
Ibid.
Ibid,. hlm. 34
10
4
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
40
60
70
75
73
40
20
10
5
-2
Gambar 1.1
Utilitas Total
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
2
3
4
5
Utilitas Total
Gambar 1.2
Utilitas marginal
Utilitas Marginal
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
-5
Utilitas Marginal
40
20
10
1
2
5
4
3
-2
5
Gelas (8 ons)
Gambar 1.3
5
Keterangan:
Utilitas total pada gambar 1.2, naik pada setiap empat gelas air pertama
yang dikonsumsi, tetapi dengan peningkatan yang semakin kecil. Gelas kelima
menyebabkan utilitas total turun, ditunjukkan dengan utilitas marginal yang
negatif pada gambar 1.3.
C. Penutup
Perilaku konsumen adalah perilaku yang dilakukan oleh setiap konsumen yang
berkaitan
dengan
kecenderungannya
dalam
melakukan
konsumsi,
untuk
memaksimumkan kepuasannya. Perilaku konsumen salah satunya dipengaruhi oleh
utilitas atau nilai guna dari barang atau jasa yang dikonsumsi. Semakin tinggi utilitas
yang diperoleh seorang konsumen maka semakin tinggi pula konsumsi yang dilakukan
olehnya.
Namun konsumsi yang tinggi dan kontinu ini dibatasi oleh menyusutnya utilitas
yang didapatkan setiap konsumen setelah ia mencapai tingkat utilitas yang maksimum
atau titik jenuh. Konsumsi yang ia lakukan setelah mencapai titik jenuh itu akan
menurunkan utilitas dari barang atau jasa yang dikonsumsi tersebut. Hal ini dinamakan
dengan hukum utilitas marginal yang menurun atau the law of diminishing marginal
utility.
Pengukuran utilitas ini tidak boleh hanya secara subyektif saja artinya dinilai
berdasarkan puas tidak puas atau enak tidak enak dari konsumsi suatu barang atau jasa,
tetapi akan lebih baik jika diukur juga dengan cara yang konsisten yaitu diukur
berdasarkan pada suatu bilangan tertentu sehingga peningkatan dan penurunan utilitas
marginal tersebut akan telihat lebih jelas.
D. Referensi
N. Gregory Mankiw, dkk. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat, 2012.
Wahyu Adji, dkk. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2007.
6
William A. McEachern. Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer. Jakarta: Salemba
Empat, 2001.
http://sidikaurora.wordpress.com/2012/01/26/marginal-utility/
7