HAMA HAMA PADA TANAMAN BUNGA LAWANG Ilic

HAMA-HAMA PADA TANAMAN BUNGA LAWANG (Ilicium verum L.)

PAPER

OLEH :
ARDINA
130301074
AGROEKOTEKNOLOGI – HPT

MATA KULIAH HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN HORTIKULTURA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikanPaper ini tepat pada
waktunya.

Adapun judul dari Paper ini adalah “Hama-hama Pada Tanaman Bunga
Lawang”yang merupakan salah satu sayarat untuk dapat memenuhi komponen
penilaian pada mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman Hortikultura di Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si., M.Sc., Phd selaku dosen mata kuliah Entomologi
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya Paper yang lebih baik kedepannya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Paper ini
bermanfaat bagi kita semua.

Medan,

Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
Kegunaan Penulisan................................................................................... 2
HAMA-HAMA PADA TANAMAN BUNGA LAWANG (Ilicium verum L.)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bunga lawang atau Kembang Lawang atau pekak adalah rempah yang
memiliki rasa yang mirip dengan Adas manis. Rempah ini banyak digunakan di
dalam masakan negara-negara Asia. Bunga lawang adalah salah satu bumbu
tradisional masakan Cina yaitu ngo hiong yang terdiri dari lima jenis rempah.
Nama Bunga Lawang dalam Bahasa Tionghoa adalah ba jiao atau bat gok yang
memiliki arti "delapan tanduk", sesuai dengan bentuknya yang memiliki delapan
kelopak. Bunga Lawang mempunyai bau khas yang kuat. Dari asalnya di
Tiongkok, rempah ini mulai diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke-17 dan

sejak saat itu mulai meraih popularitas. Minyak yang dihasilkan dijadikan bahan
perisa dalam minuman. Bunga Lawang sebenarnya bukannya bunga, ia adalah
buah yang dihasilkan oleh sejenis pohon kecil. Tinggi pohonnya bisa mencapai 8
meter. Ia mempunyai bunga yang cantik berwarna kuning. Bunga lawang
berkembang-biak melalui biji benih. Buahnya dipetik sebelum ranum dan
dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari (FAO 2007).
Bunga Lawang berasal dari Indo-China dan Jepang. Tanaman bunga
lawang ini juga berasal dari daratan Cina tepatnya di suatu daerah bernama Khata.
Kemudian menyebar ke seluruh dunia melalui jalur perdagangan. Selain
digunakan dalam masakan Melayu, sering juga ditemukan dalam masakan Timur
Tengah dan India. Rempah ini mulai diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke17 dan sejak saat itu mulai dikenal. Pada saat itu, minyak yang dihasilkan oleh
bunga lawang dijadikan bahan perasa dalam minuman, karena bunga lawang
mempunyai rasa dan aroma yang enak dan lezat dalam minuman.

Kendala utama dalam meningkatkan produksi tanaman bunga lawang di
daerah tropis adalah serangan hama dan tungau. Hama utama bunga lawang
diantaranya adalah penggerek pucuk dan buah terong,wereng daun, kutu putih
(whitefly), thrips, aphid. Untuk melindungi tanaman terong para petani masih
bertumpu pada penggunaanpestisida, misalnya di Philipina petani bunga lawang
menggunakan pestisida selama satu musim dapat mencapai 56 kali penyemprotan

dengan jumlah pestisida lebih kurang 41 literpestisida dari berbagai merek dagang
yang

dikelompokkankedalam

empat

kelompok

pestisida

(Orden et al. 1994).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hama-hama
pada tanaman bunga lawang (Ilicium verum L)
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk
memnuhi komponen penilaian di mata kuliah Entomologi

HAMA PADA TANAMAN BUNGA LAWANG (Ilicium verum L)

1. Kutu kebul (Bemisia tabaci Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae)
Kutu kebul (kutu putih) terdistribusi luas didaerah tropik dan subtropik
serta di daerah temperate ditemukan di rumah kasa.B. tabaci bersifat polifagus
dan memakan tanaman sayurandiantaranya tomat, terong, tanaman di lapangan
dan gulma.Kondisi kering dan panas sangat sesuai bagi perkembangan kutuputih,
sedangkan hujan lebat akan menurunkan perkembangan populasi kutu putih
dengan cepat. Hama ini aktif pada sianghari dan pada malam hari berada dibawah
permukaan daun.
Biologi
Telur: Serangga Betina umumnya meletakkan telur di bawahpermukaan daun di
dekat venasi daun. Hama ini lebihmenyukai permukaan daun yang banyak berbulu
untukmeletakkan telurnya lebih banyak.Seekor betina selamahidupnya dapat
meletakkan telur kira-kira 300 butir.Telurberukuran kecil kira-kira 0.25 mm,
bebentuk seperti buah pir,dan diletakkan dibawah permukaan daun secara vertical
melalui pedicel.Telur yang baru diletakkan berwarna putihdan kemudian berubah
menjadi kecoklatan.Telurtidak mudah dilihat dengan mata telanjang dan hanya
dapat dilihatdibawah mikroskop atau kaca pembesar. Fase telur berlangsung
kirakiratiga sampai lima hari pada musim panas dan 5 sampai 33 hari padamusim
dingin (David 2001).
Nimfa: Setelah menetas larva instar pertama (nimfa)pindah dari

permukaan daun ke lokasi yang sesuai untuk diamakan. Nimfa stadia ini disebut
juga dengan “crawler.”Nimfatersebut segera menusukkan mulutnya dan mengisap
cairantanaman melalui phloem. Nimfa instar pertama sudahmempunyai antene,

mata dan tiga pasang kaki yang sudah berkembang dengan baik. Nimfa berbentuk
oval,pipih dan berwarna hijau kekuning-kungan.

Gambar 13: Mata merah pada nimfa Bemisia tabaci

Gambar14: Dewasa Bemisia tabaci
Nimfa instar kedua dan ketiga tidak mempunyai kaki dan tidakbergerak
selama stadia ini. Stadia nimfa terakhir mempunyaimata yang berwarna
merah.Stadia

ini

seranggaHemiptera

kadangkadangmirip
merah


tidak

dengan

puparium

mempunyai

stadia

walaupun
pupa

pada
yang

nyata(metamorphosis tidak sempurna). Lamanya periode nimfaberkisar antara 9
sampai 14 hari pada musim panas dan 17sampai 73 hari (David 2001). Serangga
dewasa keluar daripuparia melalui celah berbentuk huruf T, dan beradadisamping

bekas kerabang kulit pupa atau eksuvi.
Dewasa: Serangga dewasa mempunyai tubuh yang lunak,berbentuk seperti
ngengat. Serangga dewasadiselimuti oleh lapisan lilin yang bertepung dan
tubuhnyaberwarna kuning terang.Sayapnya terletak diatas tubuhmenyerupai

tenda.Serangga jantan sedikit lebih kecildibandingkan serangga betina.Serangga
dewasa dapat hidupselama satu sampai tiga minggu.
Gejala serangan
Baik nimfa maupun serangga dewasa mengisap cairan tanamandan mengurangi
vigor tanaman.Pada saat serangan berat daunberubah menjadi kuning dan
kemudian gugur. Jika populasihama ini tinggi (Gambar 15) maka akan terlihat
embun

tepungyang

berasal

dari

sekresi


serangga.

Embun

tepung

merupakantempat yang baik untuk berkembangnya jamur jelaga pada daun
tanaman sehingga akan mengurangi efisiensifotosintesa dari tanaman.
Pengelolaan
Kutu kebul merupakan serangga polifagus dan untukkehidupannya memakan
banyak

tanaman

baik

yangdibudidayakan

maupun


gulma.

Dilapangan

tanamanterong ataupun benih yang akan digunakan harus bersihdan ditanam tidak
berdekatan dengan inangnya dangulma.
Tanamlah bibit tanaman terong didalam rumahkasa(50–64 mesh), rumah sereh,
naungan ataurumah plastik.
Jika benih kecambah ditanam di lapangan terbuka, gunakan perangkap kuning
rata-rata 1-2perangkap/50-100 m2 untuk memerangkap kutu kebul.Pasang
perangkap sedikit diatas atau sejajardengan tingginya kanopi tanaman.
Bersihkan gulma pada areal pembibitan terong untuk mengurangi inang
alternatif kutu kebul.
Tanamlah lebih dulu tanaman pinggir seperti jagung, sorgum atau jagung manis
untuk mengurangi infestasi kutu kebul. Pantulan plastic mulsa jerami dapat
mengurangi kedatangan kutu kebul ke tanaman.

Formulasi neem dan imidakloprid (jika ada ) dapatdiaplikasikan ke tanah dalam
bentuk larutan untukmengendalikan kutu kebul di tempat pembibitan.

Gunakan pestisida sistemik sesuai dengan rekomendasi penyuluh pertanian
setempat. Jangan gunakan kelompok pestisida yang mempunyai senyawa yang
sama secara terus menerus untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap
pestisida
2. Thrips (Thrips palmi Karny) (Thysanoptera: Thripidae)

Gambar 17: Thrips palmi dewasa
T. palmi besifat fitopagus dan menyerang tanaman tomat,kentang, cabai,
semangka, melon, labu besar, labu siam,gambas dan lain-lain. Jenis ini dikenal
dengan nama thripsmelon sebab lebih menyukai memakan tanaman labu-labuan.
Serangga dewasa dan larva mengisap cairan tanaman.Thrips lebih menyukai
menyerang daun tanaman dan kadang-kadang menyerang buah. Bila thrips
menyerang daun maka bekas makan pada daun berwarna keperakan terutama di
sepanjang vena dan tulang daun. Jika serangan berat maka daun akan berwarna
kuning atau coklat kemudian daun bagian bawah akan mengering. Buah yang
diserang akan bergores-gores dan cacat.

Pengelolaan
Walaupun T. palmi bersifat phitopagous tetapi serangga ini lebih menyukai
memakan tanaman labu-labuan. Tanaman bunga lawang yang dilapangan dan
pembibitannya harus terletak lebih jauh dari tanaman labu-labuan.
Tanamlah bibit tanaman bunga lawang

didalam rumahkasa(50–64 mesh),

rumah sereh, naungan atau rumah plastik terutama pada musim kering.
3. Aphid (Aphis gossypii Glover) (Hemiptera: Aphididae)
Gejala kerusakan
Walaupun A. gossypii bersifat polifag, tetapi serangga inilebih menyukai
tanaman kapas dan sayuran cucurbitaceae.Serangga ini lebih umum dikenal
dengan “aphid kapas” atau“aphid melon.”Baik nimfa maupun serangga
dewasamempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap.Serangga inimengisap
cairan tanaman dan ditemukan dalam jumlah yangbanyak pada pucuk yang masih
lunak atau di bawah permukaandaun. Kerusakan ringan akan menyebabkan daun
menguning.
Kerusakan berat oleh Aphid akan menyebabkan daun muda mengeriting
dan menjadi cacat. Sama seperti kutukebul, Aphid juga menghasilkan embun
tepung dan merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya embun jelaga.

Pengelolaan
Meskipun A. gossypii merupakan serangga polifag tetapi serangga ini lebih
menyukai cucurbits dan kapas.Oleh karena itu pilihlah lokasi tempat pembibitan
terong yang jauh dari tanaman kapas dan cucurbits.
Tanamlah bibit tanamanbunga lawang di dalam rumah kasa (50–64 mesh),
rumah sereh, naungan atau rumah plastik untuk menghindari dari serangan Aphid.
Kumbang predator (Menochilus sp. and Coccinellasp.) dan green lacewings
merupakan predator aphid. Untuk menjaga populasi dari kumbang predator ini
janganlah menggunakan pestisida yang berspektrum luas. Perbanyakan dan
pelepasan kumbang predator sebanyak 200 pasang per ha setiap malam akan
menekan populasi aphid.
A. gossypii dapat menjadi resisten terhadap pestisida.Gunakan pestisida sesuai
dengan rekomendasi penyuluh pertanian setempat. Jangan gunakan kelompok
pestisida yang mempunyai senyawa yang sama secara terus menerus untuk
mencegah timbulnya resistensi terhadap pestisida.
4. Kumbang lembing (Epilachna dodecastigma (wiedemann))
(E. vigintioctopunctata Fabricus) (Coleoptera: Coccinellidae)

and

Gejala kerusakan
Larva dan dewasa mempunyai tipe mulut pengunyah. Oleh karena itu
serangga ini akan menggores klorofil dari lapisan epidermis daun. Akibat makan
serangga ini maka akan terbentuk jendela-jendela yang berlubang. Daun yang
berlubang akan mengering dan gugur. Bila serangan berat daun yang berlubang
akan menyatu dan akan menyisakantulang-tulang daun.

Pengelolaan
Pilihlah tanaman yang tahan atau agak tahan yangterdapat di masing-masing
daerah. Diskusikan dengan Penyuluh pertanian setempat jika ada tanaman bunga
lawang yang agak tahan terhadap hama ini.
Semua stadia serangga ditemukan pada permukaan daun.Baik larva maupun
serangga dewasa sangat mudah ditemukan pada tulang-tulang daun.

Jika bunga lawang ditanam pada lahan yang terbatas,tangkap serangga tersebut
dan musnahkan.
Jagalah parasitoid telur, Pediobius foveolatus (Crawford).Kurangi penggunaan
pestisida sintetik untuk menjaga jangan terbunuhnya parasitoid.
Jika dibutuhkan, semprot dengan pestisida selektif setelah berkonsultasi dengan
penyuluh pertanian setempat.
5. Tungau merah (Tetranychus urticae Koch) (Acarina: Tetranychidae)
Pengelolaan
Beberapa predator tungau merah terdapat diberbagai negara, misalnya Stethorus
spp., Oligota spp.,
Anthrocnodax occidentalis Felt, Feltiella minuta Felt,dan lain-lain terdapat di
Taiwan (Ho 2000). Aplikasi pestisida yang berspektrum luas akan membunuh

predator dan menyebabkan ledakan populasi tungau merah. Oleh karena itu
hindari penggunaan pestisida yang berspektrum luas.
Predator tungau merah seperti Phytoseiulus persimilis Athias-Henriot dan
beberapa jenis Amblyseius, terutamaA. womersleyi Schicha dan A. fallacies
Garman dapat digunakan untuk mengendalikan tungau merah.Predatorini lebih
efektif bila kelembaban tinggi dapat dijaga.
Green lacewings (Mallada basalis Walker danChrysoperla carnea Stephens)
juga efektif sebagai predator umum tungau merah.Larva instar tiga dari C.
Carnea dapat memakan 25–30 tungau merah per hari,namun dibutuhkan
ketersediaan makanan sepanjang hidupnya (Hazarika et al. 2001).
Semprot dengan akarisida sesuai dengan rekomendasi daerah. Biasanya
Macrocyclic lactones (contoh:avermectins and milbemycins) cukup efektif .
Namun demikian penggunaan akarisida secara terus menerusakan menyebabkan
tungau menjadi resisten. Gunakan jenis pestisida secara bergantian sesuai dengan
rekomendasi penyuluh setempat.
6. Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus)
Siklus

hidup

perkembangan

rayap

adalah

melalui

metamorfosa

hemimetabola, yaitu secara bertahap, yang secara teori melalui stadium (tahap
pertumbuhan) telur, nimfa, dewasa. Walau stadium dewasa pada serangga
umumnya terdiri atas individu–individu bersayap (laron) (Tarumingkeng, 2001).
Menurut Nandika dkk (2003) sistematika dari rayap (C. curvinagthus)
adalah sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta

Ordo : Isoptera
Famili : Rhinotermitidae
Genus : Coptotermes
Spesies : Coptotermes curvinagthus Holmgren
Panjang telur bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur C. curvignathus akan
menetas setelah berumur 8-11 hari. Jumlah telur rayap bervariasi, tergantung
kepada jenis dan umur. Saat pertama bertelur betina mengeluarkan 4-15 butir
telur. Telur rayap berbentuk silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang
berwarna putih. Telur yang menetas yang menjadi nimfa akan mengalami 5-8
instar (Nandika dkk, 2003).
Nimfa yang menetas dari telur pertama dari seluruh koloni yang baru akan
berkembang menjadi kasta pekerja. Kasta pekerja jumlahnya jauh lebih besar dari
seluruh kasta

yang terdapat dalam koloni

rayap. Waktu keseluruhan

yangdibutuhkan dari keadaan telur sampai dapat bekerja secara efektif sebagai
kasta pekerja pada umumnya adalah 6-7 bulan. Umur kasta pekerja dapat
mencapai 19- 24 bulan (Hasan, 1986).
Struktur kepala pada nimfa muda dan pekerja sama dengan bentuk kasta
reproduktifnya. Kadang tidak terdapat mata majemuk dan ocelli. Jika terdapat
mata majemuk maka mata tersebut belum berkembang seperti halnya pada kasta
reproduktif. Mata majemuk tampak jelas pada nimfa tua sebelum terbentuk laron.
Jumlag segmen antenanya lebih sedikit dibandingkan setelah menjadi laron
(Nandika dkk, 2003).

Gejala Serangan
Serangan rayap pada berbagai spesies tanaman seringkali menyebabkan
terjadinya penurunan hasil bahkan menyebabkan kematian pada tanaman inang
sehingga menimbukan kerugian ekonomis yang sangat besar. Tingkat kerusakan
akibat seranngan rayap dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah tingkat
preferensi rayap terhadap jenis tanaman, tingkat kesehatan tanaman dan kondisi
tempat tumbuh (Nandika dkk, 2003).
Rayap Coptotermes curvignatus menyerang

batang pohon . Serangan

rayap ini hampr dijumpai pada semua jenis tanah dan serangannya menghebat
setelah penutupan tajuk. Adanya serangan hama ini baru diketahui ketika bagian
kulit pohon yang terserang ditutupi oleh tanah. Namun demikian pada saat itu,
kerusakan yang terjadi telah cukup parah sehingga sulit untuk ditanggulangi.
Pohon yang terserang C. curvignathus tidak menunjukkan gejala awal yang jelas
kecuali pda saat pohon akan mati yang ditunjukkan oleh perubahan warna daun.
Pada umumnya, bagian pangkal batang pohon yang Rayap sering
menimbulkan kerusakan pada tanaman karet dengan cara menggerek batang dari
ujung stum hingga akar sehingga mata okulasi tidak dapat tumbuh lagi. Rayap
juga memeakan akar sehingga pertumbuhan tanaman merana dan akhirnya mati.
Rayap membangun sarangnya di tunggul-tunggul pohon kayu dibawah permukaan
tanah. Jika tidak dikendalikan, maka serangannya akan semakin meluas dan
menggerogoti tanaman karet sekitarnya (Setiawan dan Andoko, 2005).
Pengendalian Rayap
Pengendalian rayap hingga saat ini masih mengandalkan penggunaan
insektisida kimia (termisida), yang dapat diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu

melalui penyemprotan, atau pencampuran termisida dalam bentuk serbuk atau
granula dengan tanah. Teknik penyuntikan pada bagian pohon atau sistem
perakaran tanaman yang terserang atau dengan cara penyiraman disekitar tanaman
(Nandika dkk, 2003).
Pengendalian rayap dengan menggunakan formulasi umpan racun rayap.
Termitisida dalam bentuk umpan racun bersifat lebih ramah lingkungan, karena
target umumnya bersifat spesifik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
beberapa umpan racun dapat mengeliminasi anggota koloni rayap tanah.
Cara Pengendalian dengan metode ini diperkirakan akan menjadi metode andalan
pengendalian rayap masa depan. Dalam hal metode pengumpanan, insektisida
yang digunakan dikemas dalam bentuk yang disenangi rayap sehingga menarik
untuk dimakan (Iswanto, 2005).
Pengendalian rayap umumnya dilakukan secara konvensional, yaitu
dengan lebih mengutamakan insektisida, bahkan sering dilakukan aplikasi
terjadwal tanpa didahului dengan monitoring populasi rayap. Cara ini tidak efisien
karena seluruh areal tanaman diaplikasi dengan insektisida. Disamping
memboroskan uang, juga akan menimbulkan dampak buruk berupa pencemaran
lingkungan (Purba dkk, 2002).
Pengumpanan adalah salah satu teknik pengendalian rayap tanah yang
ramah lingkungan. Dilakukan dengan menginduksikan racun slow action ke
dalam kayu umpan, dengan sifat trofalaksisnya kayu tersebut dimakan rayap
pekerja dan disebarkan ke dalam koloninya. Teknik pengumpanan selain untuk
mengendalikan juga dapat digunakan untuk mempelajari keragaman rayap tanah.
Pemakaian

teknik

pengumpanan

apabila

dibandingkan

dengan

teknik

pengendalian rayap yang lain memiliki keunggulan antara lain: tidak mencemari
tanah, sasaran bersifat spesifik, dan memudahkan pengambilan sampel
(French, 1994).
7. KEPIK

(Diconocoris

hewetti

(Dist.)

(HEMIPTERA:

TINGIDAE)
Kepi!< renda lada (KRL), Diconocoris hewetti (Dist.) (Hemiptera:
Tingidae), adalah salah satu ham. pada pertanaman lada di Indonesia. Serangan
kepik renda pertama kali dilaporkan teIjadi di Pulau Bangka pada tabun 1930-an
(Kalshoven1981).
Hama ini menimbulkan kerusakan pada "maman dengan cara mengisap
bulir bunga !ada sehingga menggagalkan pembuahan. Pengamatan Asnawi (I992)
menunjukkan bahwa kerusakan bulir bunga lada oleb D. hewetti berkisar 1020"/0. Oi Serawak KRL mengakihatkan kerusakan bulir bunga 3()"'50"/o
(Rothschild 1968).
Penelitian tentang kehidupan KRL dirintis oleh van dec Vecht (1934) yang
kemudian dilengkapi oleb Rotcbild (1968). Dilaporkan bahwa telur herwarna
bening kekuningan. berbentuk ionjong, berukuran panjang 0.75 nun dan lebar
0.22 mm lebar, serta biasanya diletakkan di antara tonjolan bunga pada bulir
bunga. Nimfa terdiri dari lima instar dengan total masa perkembangan 19 hari.
Siklus hidup berlangsung sekitar 30 hari. Secara umum kedua peneliti tadi
telah meyediakan data awal tentang biologi D. hewett;. Namun demikian.
Pemahaman yang lebib menyeluruh lentang kebidupan KRL pada heherapa
varietas lada yang banyak diusahakan di Indonesia mutlak diperlukan untuk
mengembangkan strategi pengelolaan yang efektif. Penelitian bertujuan untuk

mengkaji pengaruh perbedaan varietas lada terhadap biologi dan parameter
demografi kepik renda lada.
8. Penggerek Batang, L. piperis Marsh . ( Coleoptera : Curculionidae )
Kumbang dewasa disebut gagaja atau kumbang moncong, menyerang
bunga, buah, pucuk,daun, dan cabang-cabang muda. Kerusakan terberat akibat
hama ini adalah serangan larva dengan cara menggerek batang atau cabang
tanaman sehingga mengakibat-kan kematian bagian atas batang atau cabang
terserang. Daerah sebarannya hampir pada seluruh pertanaman lada di Indonesia
(Kalshoven, 1981).
Serangga L. piperis sampai saat ini hanya diketahui dapat hidup dan
berkembang biak pada tanaman keluarga Piperaceae, terutama genus Piper yang
dikatagorikan sebagai sirih - sirihan .Hampir pada semua genus Piper serangga ini
mampu hidup dan berkembang biak walaupun setiap spesies dari anggota genus
ini memiliki berbagai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap penggerek
tersebut. Namun demikian tanaman inang utama yang paling sesuai adalah P.
methysticum Forst.,dan P. nigrum L.
GEJALA SERANGAN
Gejala serangan larva berupa layu dan menguningnya tanaman pada
bagian atas gerekan yang kemuadian mengering. Bagian yang di gerek akan
mudah patah. Pada gejala lanjut dapat ditemukan lubang di sekitar bagian
tanaman yang terserang, sebagai tempat keluar serangga dewasa. Serangan larva
umumnya dimulai pada cabang- cabang buah, Pada populasi tinggi, serangan
dapat mencapai batang utama .Sekitar 23% lubang gerekan terdapat pada batang
utama dan 77% pada cabang tanaman. Serangan larva penggerek pada satu batang

utama dapat mengakibatKan batang utama dapat kehilangan hasil sekita 43,8%
atau bahkan tanaman mengalami kematian total bila seluruh batang utama yang
terdapat pada bagian paling rendah dari tanaman terserang. Serangan pada dua
cabang buah selalu diikuti dengan serangan larva pada satu batang utama, yang
diperkirakan dapat mengakibatkan kehilangan hasil sekitar 16,5% (Deciyanto et
al.,1986).
GEJALA KERUSAKAN
Pengerek Batang Lada dapat menyerang tanaman sejak dipembibitan
hingga tanaman produktif. Serangga ini menyerang bunga muda dengan cara
mengisap cairan Nimpa dan serangga dewasa mengisap bunga dan tandan bunga
Serangan ringan tandan bunga rusak , buah sedikit. Serangan berat , seluruh bunga
rusak , tangkai hitam dan gugur . Serangga dewasa makan dan merusak bunga,
buah, batang, dan daun muda.Larva menggerek batang dan cabang , yang
menyebabkan kematian tanaman di bagian atas gerekan. Serangan larva pada satu
batang utama dapat mengakibatkan kehilangan hasil 43%, sedangkan serangan
lanjut pada batang utama menyebabkan kematian tanaman (Deciyanto et al.
1986)..
UPAYA PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG LADA
Pengendalian hama pada dasarnya adalah masalah ekologi. Oleh karena itu
pengendalian hama lada yang efektif harus dimulai dari pendekatan ekologi yaitu
dengan melakukan ;.

pengenalan gejala kerusakan tanaman penting untuk dilakukan. Kegiatan ini

sebaiknya dilakukan secara berkala untuk menentukan teknik pengendalian yang
tepat.
di
lapangan, apabila menjumpai kumbang dewasa penggerek maka sebaiknya
kumbang tersebut diambil dan dikumpulkan dalam kantong plastik. Pengumpulan
kumbang dapat juga dilakukan dengan menggoyang - goyang tanaman sehingga
kumbang yang tidak terlihat akan berjatuhan dan dapat ditampung, misalnnya:
dengan kain atau karung plastik. Kumbang yang terkumpul segera dimusnahkan
atau dimatikan. Memotong cabang yang terserang kemudian dimasukkan ke
dalam karung dan dibawa keluar kebun lalu dibakar.

pemangkasan ( jika menggunakan tiang panjat hidup ), penyiangan terbatas,
pemupukan, penanaman tanaman penutup tanah dan penggunakan varietas
resisten
berwawasan
lingkungan .Musuh alami yang potensial adalah parasitoid dan jamur patogen
serangga. Jenis parasitoid yang memarasit kumbang penggerek batang ini adalah
Spathius piperis, Euderus sp., Dinarmus coimbatorensis dan Eupelmus
curculionis. Jamur patogen serangga yang dapat dimanfaatkan adalah Beauveria
bassiana, Metarrhizium anisopliae, Konidia B.bassiana .dapat diaplikasikan
dengan cara disemprotkan pada kanopi, ditaburkan pada permukaan tanah atau
dicampur

dengan

(Suprapto et al.,1991).

tanah

atau

kompos.pada

konsentrasi

108

g/l

9. Penghisap buah (Dasynus piperis)
Hama penghisap buah lada (Dasynus piperis) termasuk keluarga Coreidae
dari famili Hemiptera yang memiliki tipe mulut menusuk menghisap. Hama yang
menyerang buah lada adalah stadia nimfa (serangga muda) dan imago (serangga
dewasa). Siklus hidup hama penghisap buah lada dari telur hingga serangga
dewasa ± 45-60 hari. Serangga betina dewasa dapat bertelur ± 160 butir dan
berlangsung selama ± 10 minggu.
Serangga dewasa betina bertelur pada siang hari. Telur berwarna coklat tua
dan berbentuk oval. Telur diletakkan pada permukaan daun, cabang tanaman,
tandan buah muda, berjajar 2-4 butir, atau berkelompok 8-10 butir. Telur terdapat
paling banyak pada bagian tengah tajuk tanaman lada.
Hama stadia nimfa dan imago menusuk dan menghisap cairan buah lada.
Serangan pada buah lada muda menyebabkan tandan buah banyak yang kosong
(kopong), sedangkan serangan pada buah tua menyebabkan buah menjadi hampa,
kering dan gugur.
Nimfa ditemukan lebih banyak di buah dibandingkan di daun dan pucuk.
Serangga dewasa dapat hidup ± 3 bulan dan bila diganggu akan mengeluarkan bau
tidak sedap. Nimfa dan imago tidak suka sinar matahari langsung karena itu aktif
makan pada pagi dan sore hari.
Gejala serangan awal pada buah lada ditemukan adanya bintik kekuningan
atau hitam pada buah. Akibat cairan buah dihisap, buah lada menjadi kopong,
kering atau busuk menghitam, sehingga mutu lada merosot (rendah). Bahkan
kalau tidak ada buah, hama menghisap cairan pucuk atau cabang muda untuk

mempertahankan hidupnya, sehingga bagian tanaman tersebut terhambat
pertumbuhannya.
Hama penghisap buah lada dinilai merugikan apabila ditemukan minimal 3
telur/nimfa/imago per tanaman di satu kebun pengamatan dan harus segera
dilakukan tindakan pengendalian.
Hama penghisap buah lada (Dasynus piperis) atau yang biasa dikenal
dengan berbagai nama seperti kepik, kepinding, walangsangit menjadi salah satu
hama penting yang membuat petani lada menjadi geram, karena kehilangan
produksi akibat serangan hama ini dapat mencapai 14% bahkan mencapai 36%
bila serangan berat. Serangan hama tertinggi terjadi pada saat buah lada berumur
4-9 bulan yang merupakan sumber makanan hama yang paling disukai. Pada
periode umur buah lada tersebut, serangga betina dapat hidup lebih lama, bertelur
lebih banyak, persentase telur menetas lebih tinggi yang kemudian menjadi
imago.
Fluktuasi populasi hama tidak begitu dipengaruhi oleh iklim (curah hujan,
kelembaban dan temperatur) namun lebih ditentukan oleh tersedianya kualitas
makanan dan musuh alaminya.
Bagaimana strategi pengendalian hama penghisap buah lada agar mutu
lada meningkat. Dalam upaya meningkatkan mutu lada Indonesia, sehingga dapat
bersaing dalam perdagangan lada di pasar dunia maka segala faktor penyebab
rendahnya mutu lada, diantaranya serangan hama penghisap buah harus
dikendalikan hingga tuntas. Strategi pengendalian yang dapat diterapkan oleh
petani antara lain:

a.) Kultur teknis: pembersihan gulma tidak dilakukan total, tetapi hanya sekitar
tanaman (piringan), karena gulma masih mempunyai peranan menjamin
tersedianya madu dan nektar bagi kelangsungan hidup parasitoid hama. Pada akhir
panen dilakukan rampasan buah (± buah tinggal 5%) untuk meniadakan sumber
makanan yang disukai oleh hama.
b.) Menanam varietas bunga lawang yang hanya berbuah 1 kali setahun, jangan
tanam lada varietas Chunuk yang berbuah sepanjang tahun untuk memutus siklus
hama.
c.) Penggunaan musuh alami berupa parasitoid telur seperti Anastatus dasyni Ferr,
Gryon homoeoceri Nix, Oeencyrtus malayaensis Ferr, mampu memparasitoid
telur hama hingga 10-88% di Bangka. Bunga Arachis pintoi merupakan salah satu
sumber nutrisi bagi musuh alami tersebut. Namun penutup tanah tersebut perlu
dikelola secara baik sehingga fungsi konservasi musuh alami menjadi lebih
efektif. Konservasi parasitoid dengan melakukan penyiangan terbatas lebih
dianjurkan daripada penyiangan bersih.
d.) Penyemprotan dengan suspensi spora jamur Spicaria sp.dan Beauveria
bassiana mampu membunuh nimfa dan imago 60-100% dua minggu setelah
perlakuan. Jamur dapat diperbanyak dengan media jagung/beras, biaya murah,
mudah dibiakkan dan tidak ada efek samping. Setiap hektar kebun diperlukan 1-2
kg biakan jamur yang dilarutkan dalam 300-450 lt air, disaring kemudian
disemprotkan ke tanaman. Kematian hama terjadi pada hari ke-4 dan meningkat
pada hari-hari berikutnya. Selain itu dapat juga dengan menggunakan insektisida
nabati seperti ekstrak nimba dan akar tuba.

e.) Penyemprotan dengan insektisida kimiawi menjadi alternatif terakhir dan
dilaksanakan apabila populasi hama sudah di atas ambang toleransi serta musuh
alami tidak mampu mengendalikan serangan hama. Penyemprotan dapat
dilakukan 2-3 kali dengan interval waktu 1-2 bulan sekali. Contoh insektisida
sintetis (bahan aktif) yang dapat digunakan seperti MIPC, BPMC, pyretroid,
methamidophos, betacyfluthrin.
10. Biologi Hama Kepik Pengisap Buah (Helopeltis theivora) (Hemiptera:
Miridae)
Menurut Kalshoven (1981) Helopeltis spp dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : Kingdom : Animalia,Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo :
Hemiptera, Famili : Miridae, Genus : Helopeltis, Spesies

: Helopeltis spp

Serangga ini mempunyai tipe metamorfosa sederhana, terdiri dari telur,
nimfa dan imago.Telur berbentuk lonjong, berwarna putih, pada salah satu
ujungnya terdapat sepasang benang yang tidak sama panjangnya. Telur diletakkan
pada permukaan buah atau pucuk dengan cara diselipkan di dalam jaringan kulit
buah ataupucuk dengan bagian ujung telur yang ada benangnya menyembul
keluar. Stadium telur berlangsung antara 6-7 hari (Karmawati, 2006)
Nimfa mempunyai bentuk yang sama dengan imago tetapi tidak bersayap,
terdiri dari 5instar dengan 4 kali ganti kulit. Stadium nimfaberkisar antara 10-11
hari .Imago berupa kepik dengan panjang tubuh kurang lebih 10 mm. Seekor
imago betina mampu meletakkan telur hingga 200 butir selama hidupnya
(Karmawati et al, 2010).

Gejala Serangan
Selain menyerang buah, serangga ini juga menyerang pucuk tanaman
bunga lawang dengan cara menghisap cairan bagian tanaman tersebut. Serangan
pada buah tua tidak terlalu merugikan, sedangkan serangan pada buah muda dan
pucuk dapat menyebabkan kematian pucuk dan buah muda tersebut.
Perkembangan dari telur hingga menjadi dewasa 21-24 hari. Telur berwarna putih
berbentuk lonjong, diletakkan pada tangkai buah, jaringan kulit buah, tangkai
daun, buah atau ranting. Lama periode telur 6-7 hari (Karmawati, 2006)
Kepik penghisap buah (Helopeltis spp) merupakan anggota dari ordo
hemiptera dengan tipe mulut haustelata dan metamorphosis paurometabola. Pada
umumnya bagian yang diserang adalah bagian buah. Hama ini bertubuh kecil
ramping, betina dewasa meletakkan telur 67-229 butir. Haina ini merusak daun
muda, tangkai daun, pucuk, dan buah yang mendekati matang. Gejala berupa
bekas tusukan berwarna hitam, kulit buah mengeras dan kering, serangan pada
buah muda, buah kering dan mudah rontok. Buah kakao yang terserang tampak
bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif
kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah. Serangan pada buah muda
menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan
kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Bila serangan pada pucuk atau
ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan
meranggas (Karmawati et al, 2010)
Pengendalian
Untuk mengendalikan Helopletis spp. Dapat dilakukan beberapa cara telah
dilakukan antara lain:

1. menggunakan

semut

hitam,

Dolichoderus

thoracicus.

Semut

hitam

mengganggu Helopeltis spp. semut ini pada permukaan buah menyebabkan
Helopeltiss hingga tidak bisa meletakkan telur atau mengisap buah karena
diserang oleh semut - semut tersebut. Peningkatan populasi semut dapat
dilakukan dengan meletakkan lipatan daun kelapa kering yang berfungsi
sebagai sarang semut. Selain dengan semut hitam,
2. pengendalian hama ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan semut
rangrang (Oecophyllasmaragdina) yang berwarna merah coklat. Untuk
menghadirkan semut rangrang dapat dilakukan dengan menempatkan atau
memindahkan koloni semut rangrang dari tempat lain atau dengan menaruh
bangkai binatang pada pohon untuk menarik semut rangrang. Pemanfaatan
semut hitam dan semut rangrang dalam pengendalian Helopeltis spp telah
diaplikasikan pada tanaman jambu mete dan hasilnya cukup memuaskan
(Karmawati et al, 2004).
3. Pengendalian hama ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan jamur B.
bassiana. Isolat yang digunakan adalah Bby – 725 dengan dosis 25-50 gram
spora/ha. (Kardinan, 2002).

DAFTAR PUSTAKA
Alam SN, Hossain MI, Rouf FMA, Jhala RC, Patel MG, Rath LK, SenguptaA,
Baral K, Shylesha AN, Satpathy S, Shivalingaswamy TM, Cork A,Talekar
NS. 2006. Implementation and promotion of an IPM strategyfor control of
eggplant fruit and shoot borer in South Asia. TechnicalBulletin No.
36.AVRDC publication number 06-672.AVRDC –The World Vegetable
Center, Shanhua, Taiwan.74 p.
Alam SN, Dutta NK, Ziaur Rahman AKM, Sarker MA. 2006a. Annualm Report
2005-2006.Division of Entomology, BARIJoydebpur, Gazipur, 86 pp.
Alam SN, Rashid MA, Rouf FMA, Jhala RC, Patel JR, Satpathy
S,Shivalingaswamy TM, Rai S, Wahundeniya I, Cork A, Ammaranan
C,Talekar NS. 2003. Development of an integrated pest
managementstrategy for eggplant fruit and shoot borer in South Asia,
TechnicalBulletin TB28, AVRDC – The World Vegetable Center,
Shanhua,Taiwan. 66 p.
Anupam V, Raychaudhuri SP, Chenulu VV, Singh S, Ghosh SK, PrakashN. 1975.
Yellows type of diseases in India: Eggplant littleleaf. Proceedings of
Indian National Science Academy B(Biological Sciences) 41(4): 355-361.
CAB

International.
2007.
Crop
Protection
Compendium.
http://www.cabicompendium.org/NamesLists/CPC/Full/EMPOBI.htm
(accessedon October 30, 2009)

David BV. 2001. Elements of Economic Entomology (Revised andEnlarged
Edition). Popular Book Depot, Chennai, India.590 p.[FAO] Food and
Agriculture Organization. 2007. FAOSTAT. http://faostat.fao.org
[accessed 3 April 2009].
Gapud VP, Canapi BL. 1994. Preliminary survey of insects of onions,eggplant
and string beans in San Jose, Nueva Ecija.Philippines Country Report,
IPM
CRSP

First
Annual
Report.http://www.oired.vt.edu/ipmcrsp/communications/annrepts/annrep
94/Phil_country_rpt.html
Hanson PM, Yang RY, Tsou SCS, Ledesma D, Engle L,Lee TC. 2006. Diversity
in eggplant(Solanum melongena) for superoxidescavenging activity, total
phenolics, and ascorbic acid. Journal of Food Composition and
Analysis19(6-7): 594-600.
Hazarika LK, Puzari KC, Wahab S. 2001. Biological control oftea pests. In:
Upadhyay RK, Mukerji KG, Chamola BP (eds.),Biocontrol potential and
its exploitation in sustainableagriculture: Insect pests. Springer: USA. p.
159–180.

Ho CC. 2000. Spider-mite problems and control in Taiwan. Experimentaland
Applied Acarology 24: 453-462.
Karmawati, E. 2010. Pengendalian hama Helopeltis spp pada tanaman jambu mete
berdasarkan ekologi; Strategi dan implementasinya .Pengembangan
Inovasi Pertanian 3 (2): 102- 119.
Kardinan A. 2002. Botanical Pesticide; Formulasi dan aplikasi. Jakarta, Indonesia.
: PT.Penebar Swadaya.
Lall BS, Mandal SC. 1958. Inheritance of spot-variation in Epilachna(Coleoptera:
Coccinellidae). Current Science 27: 458.Mound LA. 1996. The
Thysanoptera vector species of tospoviruses. ActaHorticulturae 431: 298309.
Orden MEM, Patricio MG, Canoy VV. 1994. Extent of pesticide use invegetable
production in Nueva Ecija: Empirical evidence and policyimplications.
Research and Development Highlights 1994, CentralLuzon State
University, Republic of the Philippines. p. 196-213.
Parker BL, Talekar NS, Skinner M. 1995. Field guide: Insect pests of selected
vegetables in tropical and subtropical Asia. Asian VegetableResearch and
Development Center, Shanhua, Tainan, Taiwan, ROC.Publication no. 94427. 170 p.
Rashid MA, Rahman MA, Ahmad S, Alam SN, Rezaul Karim ANM, LutherG,
Miller S. 2003. Varietal screening of eggplant for resistance tobacterial
wilt, fruit and shoot borer, jassid and root-knot.Tenth Annual Report, IPM
CRSP, Virginia Tech. USA, p. 125-128.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124