METODE ROLE PLAY DALAM MENINGKATKAN HASI

METODE ROLE PLAY DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia memang diajarkan sejak anak-anak, tetapi model pengajaran yang baik dan
benar tidak banyak dilakukan oleh seorang pangajar. Metode pengajaran Bahasa Indonesia
tidak dapat menggunakan satu metode karena Bahasa Indonesia sendiri yang bersifat dinamis.
Bahasa sendiri bukan sebagai ilmu tetapi sebagai keterampilan sehingga penggunaan metode
yang tepat perlu di lakukan. Pencarian penulis di beberapa artikel baik melalui internet
maupun perpustakaan daerah belum banyak ditemukan hasil-hasil penelitian metode terbaik
pengajaran bahasa Indonesia. Pengajar Bahasa memiliki suatu kewajiban untuk
mempertahankan keberadaan bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan sekaligus
memperjuangkan Bahasa Indonesia dapat diterima dan membuat tertarik bangsa lain untuk
mempelajarinya. Oleh sebab itu, pengajaran yang baik menjadi tanggun jawab para pengajar
bahasa. Demokratisasi pembelajaran, yang beberapa waktu lalu dipromosikan melalui
pendekatan berbagai kurikulum, telah membawa tantangan baru bagi profesi guru.
Menurut Komisi Internasional tentang Pendidikan di Abad ke-21 UNESCO(Delors, 1996)
aneka perubahan besar dalam ilmu dan teknologi dewasa berimplikasi pada penyiapan tenaga
guru. Di abad ini sumber -sumber informasi telah berkembang pesat di luar sekolah dengan

cara yang begitu menarik dan ketika memasuki sekolah siswa sudah memiliki kekayaan
informasi itu. Pesan-pesan media yang dikemas dalam liburan,iklan, atau berita sungguh
menarik para siswa dan bertolak belakang dengan pesan-pesan yang dikemas para guru dalam
pembelajaran di kelas (Suharno, 2004).
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar sangat mengandalkan
penggunakan metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran yang menarik akan
memikat anak-anak untuk terus dan betah untuk mempelajari Bahasa Indonesia sebagai
bahasa ke-2 setelah bahasa ibu. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan
dengan mudah meningatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa. Di sebagian siswa ,
pembelajaran Bahasa Indonesia sangat mebosankan karena mereka sudah merasa bisa dan
penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi
lemah dalam penangkapan materi tersebut. Penulis sebagai guru Bahasa Indonesia sangat
mersakan problem pembelajaran yang terjadi selama ini.
Materi cerita pendek, terutama pemahaman tentang tema yang terkadang dalam cerita pendek
terkadang banyak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Demikian halnya pemahaman
terhadap karakter tokoh yang ada dalam cerita pendek sering kali membuat salah melakukan
pemahamam. Untuk itu perlunya suatu metode yang mampu memberikan gambaran nyata
sekaligus siswa melakukan sehingga dengan mudah memahaminya. Salah satu alternatifnya
adalah dengan menerapkan metode role play. Metode role play ini akan memberikan
pemahaman dengan cara siswa berperan sebagai tokoh yang ada dalam cerita pendek. Untuk

dapat membawakan peran tokoh tersebut siswa harus memahami karakter tokoh yang akan di
perankan.
2. Identifikasi Masalah
Pada pembelajaran bahasa dengan materi cerita pendek, banyak siswa yang belum memahami
karakter tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Hasil pembelajaran sebelumnya diperoleh nilai
rata-rat siswa sebesar 61 dengan ketuntasan30%. Setelah peneliti amati dengan teman sejawat
dan supervisor terhadap materi cerita pandek, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai

berikut:
a. Pemahaman konsep materi kurang
b. Rendahnya tingkat penyerapan terhadap materi cerita pendek
c. Minat membaca siswa yang masih kurang sehingga kurang memahami karakter tokoh
cerita pendek.
d. Kurangnya kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan
B. Analisis Masalah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penguasaan siswa antara lain:
a. Guru dalam menerangkan materi terlalu cepat
b. Metode yang digunakan kurang tepat
c. Siswa kurang bersemangat untuk membaca
d. Guru kurang dalam memberikan bimbingan pada siswa saat membaca cerita pendek

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah “Bagaimanakah penerapan role play dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia materi cerita pendek pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kentengsari Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010?”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang dikehendaki peneliti dalam kegiatan perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia
materi cerita pendek pada siswa kelas V semester II SD Negeri 1 Kentengsari Kecamatan
Kedungjati Kabupaten Grobogan adalah: “ Mendiskripsikan penerapan Role Play dalam
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi cerita pendek pada siswa kelas V SD
Negeri I Kentengsari kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran
2009/2010”.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru,
dan sekolah yaitu:
1. Manfaat bagi siswa
a. Memberikan minat dan motivasi siswa
b. Meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belejar mengajar baik dalam bertanya,
menjawab prtanyaan maupun dalam mengemukakan pendapat
c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memainkan peran untuk memahami karakter

tokoh yang ada pada cerita pendek.
2. Manfaat bagi guru
Membantu guru memperoleh gambaran dalam penerapan role play dalam meningkatkan hasil
belajar Bahasa Indonesia materi cerita pendek pada siswa kelas V SD N I Kentengsari
Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010.
3. Manfaat bagi sekolah
Membantu sekolah untuk berkembang, karena adanya peningkatan / kemajuan pada diri guru
dan pendidik di sekolah akan meningkatkan citra sekolah sebagai sekolah yang bermutu.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang

di hasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi
antaranggota masyarakat terbagi atas dua unsur utama yakni bentuk (arus ujaran) dan makna
(isi).
Fungsi bahasa, yaitu sebagai (1) fungsi informasi, (2) fungsi ekspresi diri, (3) fungsi adaptasi,
(4) fungsi kontrol sosial. Sedangkan fungsi khusus bahasa indonesia yaitu, sebagai alat
menjalankan administrasi negara, alat pemersatu dan wadah penampung kebudayaan.

Belajar merupakan perubahan perilaku manusia atau perubahan kapabilitas yang relatif
permanen sebagai hasil pengalaman. Belajar merupakan perubahan perilaku manusia atau
perubahan kapabilitas yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman belajar dipengaruhi
oleh faktor – faktor internal.
B. Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi 3 unsur, yaitu tujuan
pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar.
“Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya” ( Nana Sudjana, 2006: 12). Nana Syodik ( 2005: 223) menjelaskan
bahwa “ tes hasil belajar juga disebut tes prestasi belajar, untuk mengukur hasil-hasil belajar
yang dicakai siswa selama kurun waktu tertentu. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam
bentuk angka atau tulisan.
Menurut Nana sudjana (2006 : 22) “ Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah,
yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”. Ketiga ranah ini digunakan dalam penilaian
hasil belajar pada kurikulum berbasis kompetensi. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap, dan ranah psikomotorik berkenaan
dengan hasil belajar ketrampilan dankemampuan bertindak.
Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2004 adalah penilaian yang berbasis kompetensi

yang berbijak pada konsep belajar tuntas. Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif dilakukan melalui ulangan harian dan ujian. Aspek
afektif dilakkan melalui pengamatan pada lembar pengamatan, sedang aspek psikomotorik
dilakukan melalui ujian praktikum atau unjuk kerja pada pembelajaran berlangsung
(Depdikbud: 2004 : 9-10).

C. Metode Belajar Mengajar
1. Pengertian
Metode ini adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan (Mahfud: 55). Metode harus
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian guru sebaiknya menggunakan
metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan alat yang
efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. Setiap metode memiliki sifat masing-masing baik
kelebihan maupun kekurangan. Winarno Surcahmad mengatakan bahwa pemilihan dan
penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latr belakang anak didik, tujuan
yang ingin dicapai, situasi yang ada, fasilitas yang tersedia dan kualitas guru.
Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metodemetode yang lain (Surachmad 2004: 2). Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu
dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode munngkin baik untuk
suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin
tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula dengan suatu metode yamg dianggap baik
untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu

berhasil dibawakan oloh guru.

Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu
pokok bahasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih
hidup.Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode
ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan
diskusi atau tanya- jawab. Disini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa
pun terdorong untuk berpartisipasi.
Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak
mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir
pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara uraiannya akanterasa kering, untuk itu ia
dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja
kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutupi dengan metode
lain.
2. Fungsi Metode Pembelajaran
Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki
fungsi-fungsi sebagai berikut (Nana Sudjana, 74):
a. Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap pembelajaran harus
bertujuan, sehingga dalam proses pembelajarannya akan memerlukan suatu cara dan teknik
yang memungkinkan dapat tercapainya tujuan tersebut.

b. Sebagai gambaran aktivitas yang harus di tempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran. Karakteristik
metode pembelajaran dapat dijadikan pertimbangan untuk penilian.
d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran,
apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara individu atau
kelompok.
3. Jenis Metode Pembelajaran
Setiap metode pembelajaran masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan dalam
membentuk kemampuan siswa.Adapun jenis-jenis metode pembelajaran tersebut adalah
(Ngalim Purwanto, 64):
a. Metode ceramah
Metode cermah ini banyak digunakan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran secara klasikal.
b. Metode diskusi
Metode ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok.Metode mengajar diskusi
merupakan cara mengajar dalam pambahasan dan penyajian materinya melalui suatu
problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan
secara bersama.
c. Metode simulasi

Metode simulasi merupakan metode mengajar yang dapat digunukan dalam pembelajaran
kelompok. Mengajar dengan metode ini objeknya bukan benda atau kegiatan yang
sebenarnya, tetapi kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura.
d. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang disajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk
mempertunjukan proses tertentu.
e. Metode eksperimen
Metode ekspserimen merupakan metode mengajar dalam pentajian atau pembahasan
materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses.
4. Metode Role Play
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui

pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa(Sudjana, 2004:62).Pengambangan imajinasi
dan penghayatan dilakikan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Pemain ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung pada apa
yang diperankan.
Role Playing adalah suatu tiruan yang bersifat drama yang diperankan oleh dua orang atau
lebih tentang peranan yang berbeda-beda dalam keadaan tertentu (Pasaribu dan Simanjuntak,
1983: 35). Menurut Slameto (1991), metode role playing adalah peranan sebuah situasi dalam

hidup manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk
dipakai sebagai bahan analisa oleh kelompok.
Role playing atau sosiodrama adalah sandiwara tanpa naskah (skript) dan tanpa latihan
terlebih dahulu,sehingga dilakukan secara spontan. Masalah yang didramatisasikan adalah
mengenai situasi sosial (Syaiful dan Aswan, 1997:115). Menurut Mulyasa (2006), bermain
peran (Role Playing) diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut
hubungan antrmanusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Kelebihan metode Role Playing adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memejukan
kemampuannya dalam bekerjasama.
2. Siswa dapat mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
3. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan padat digunakan dalam situasi dan
waktu yang berbada.
4. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui siswa pada waktu melakukan
permainan.
5. Permainan meruoakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat
mengganggu pelajaran yang lain maupun menunda materi lain yang akan disampaikan.
Dalam pembelajaran cerita pendek, dapat dilakukan dengan menggunakan metode role play
sehingga menjadikan siswa lebih aktif. Metode role play menurut Asri Budiningsih daptat

dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan memainkan peran, melakukan wawancara
untuk mengetahui maksud pelajaran dan sebagainnya. Metode role play sangat cocok
diterapkan ketika pengajar melakukan pembelajaran berbicara dengan dibantu dengan
gambar. Pertama-tama, siswa dibagi dua kelompok dengan jumlah yang sama. Sebelumnya
pengajar menyediakan gambar sebanyak jumlah siswa. Dalam gambar tersebut sudah diberi
tanda atau tulisan siapa yang menjadi lawan bicaranya. Siswa yang lain mencari pasangan
bicaranya. Setelah menemukan, siswa yang mencari tersebut berusaha untuk mengorek
keterangan tentang gambar yang dipegang masing-masing siswa (boleh ditambah sendiri),
tetapi siswa yang diajak bicara diberi tahu supaya jangan menjawab secara langsung benda
yang dipegangnya. Dengan kegiatan ini, siswa saling berusaha untuk mencari dan
memainkan strategi untuk mengetahui banda teman bicaranya. Kegiatan ini dilakukan secara
bergantian. Setelah selesai melakukan kegiatan tersubut, pengajar memberikan pengarahan
sekaligus bertanya tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Siswa yang dapat mengetahaui
benda lawan bicaranya diberi penghargaan.

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subyek penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas V SD Negeri I
Kentengsari Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan dengan jumlah siswa sebanyak 19

orang anak pada semester II tahun pelajaran 2009/2010.
Penelitian dilaksanakan tanggal 4 Januari 2010 untuk siklus I, dan pada tanggal 12 Januari
2010 untuk siklus II. Karakteristik siswa memiliki tingkat keaktifan cukup rendah tetapi
mereka memiliki respon dan tanggung jawab paling baik terhadap tugas-tugas yang diberikan
oleh guru. Mereka selalu berusaha membuat tugas-tugasnya sebaik mungkin dan
mengumpulkan tepat waktu. Sedangkan hasil belajarnya sendiri, rata-rata nilai ulangan harian
pelajaran Bahasa Indonesia adalah 61 dengan ketuntasan 12%. Dari karakteristik tersebut
maka dipandang perlu dilakukan tindakan segera agar prestasi belajar khususnya di kelas V
dapat meningkat.
B. Deskripsi Per siklus
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan. Tiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan
- Identifikasi, analisis dan perumusan masalah.
- Menyusun rencana perbaikan pembelajaran.
- Menyusun lembar pengamatan.
- Menyusun lembar kerja siswa.
- Menyusun lembar tes formatif.
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran adalah :
1. Kegiatan Awal
- Salam pembuka
- Apersepsi : tanya jawab
- Menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
- Guru menjelaskan materi dengan membacakan sebuah cerita pendek.
- Siswa membaca materi cerita pendek dan memahami karakter tokoh serta memerankan
tokoh dalam cerita tersebut.
- Siswa mendengarkan penjelasan guru.
- Siswa memerankan tokoh secara individu
- Siswa menyimpulkan karakter tokoh yang diperankan
- Siswa mengerjakan lembar soal secara individu.
3. Kegiatan Akhir
- Guru memberi penguatan pada siswa.
- Siswa membuat kesimpulan.
- siswa mengerjakan soal.
- Guru memeriksa, menilai dan menganalisis hasil tes.
- Motivasi : siswa harus rajin belajar di rumah.
c. Pengamatan
Selama perbaikan pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sejawat. Adapun
hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut :
• Guru
- Apersepsi
- Guru menjelaskan materi
- Guru memberi tugas
- Guru memeriksa, menilai dan menganalisa hasil tes

• Siswa
- Siswa membaca cerita pendek dan memahami karakter tokoh
- Siswa mendengarkan penjelasan guru
- Siswa memerankan tokoh
- Siswa menyampaikan isi materi
- Siswa mengerjakan lembar soal
d. Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I dengan materi cerita pendek diperoleh
refleksi sebagai berikut :
Keberhasilan
- Siswa senang dengan disuruh membaca sendiri
- Siswa tertarik dengan kegiatan yang diadakan guru
- Siswa aktif dalam pembelajaran
Kekurangan
- Penerapan metodenya kurang
- Guru kurang dalam memotivasi siswa
- Pemahaman siswa dalam memahami karakter tokoh dalam cerita pendek kurang sehingga
siswa mengalami kesulitan untuk menyimpulkan karakter tokoh
- Ada siswa yang belum maju karena masih takut salah dan belum menguasai materi
- Dalam membaca siswa kurang memahami cerita
- Siswa belum aktif dalam pembelajaran
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perbaikan pelaksanaan siklus II disusun atas kekurangan siklus I.
- Identifikasi, analisis dan perumusan masalah.
- Menyusun rencana pembelajaran.
- Menyusun lembar pengamatan.
- Menyusun lembar kerja siswa.
- Menyusun lembar tes formatif.
b. Pelaksanaan
Langkah – langkah pelaksanaaan pembelajaran pada siklus II dengan melihat kekurangan
pada langkah – langkah perbaikan dari siklus I adalah :
1. Kegiatan Awal
- Salam pembuka
- Apersepsi : tanya jawab
- Menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
- Guru menjelaskan materi
- Siswa membaca materi pendek dan memahami karakter tokoh
- Siswa mendengarkan penjelasan guru
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
- Dengan mengoptimalkan metode bermain peran ( Role Play ) siwa memerankan tokoh
dalam setiap kelompok dengan sungguh-sungguh
- Siswa menyimpulkan isi materi
- Siswa mengerjakan lembar soal secara individu
3. Kegiatan Akhir
- Guru memberi penguatan pada siswa
- Siswa membuat kesimpulan

- Siswa mengerjakan soal
- Guru memeriksa, menilai dan dan mengoreksi hasil tes
- Motivasi : siswa harus rajin belajar dirumah
c. Pengamatan
Selama perbaikan pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sejawat. Adapun hal
– hal yang diamati dalam siklus II adalah sebagai berikut :
• Guru
- Apersepsi
- Guru menjelaskan materi
- Guru memberi tugas
- Guru memeriksa, menilai dan menganalisa hasil tes
• Siswa
- Siswa membaca cerita pendek dan memahami karakter tokoh
- Siswa mendengarkan penjelasan guru
- Siswa dibagi dalam beberapa kelompok
- Siswa memerankan tokoh secara optimal menggunakan metode bermain peran
- Siswa menyampaikan isi materi
- Siswa mengerjakan lembar soal
d. Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II dengan materi cerita pendek
diperoleh refleksi sebagai berikut :
Keberhasilan
- Guru telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
- Siswa sudah aktif dalam kelompok maupun dalam pembelajaran
- Secara individu siswa sudah dapat memahami materi cerita pendek
- Siswa mencapai nilai ketuntasan klasikal lebih dari 75%.
Kekurangan
Di dalam siklus II ini peneliti merasa sudah tidak ada kekurangan karena peneliti
menjalankan perbaikan pembelajaran sudah sesuai rencana pembelajaran.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran sebelum perbaikan siklus I ini peneliti belum menggunakan
metode pembelajaran yang baik, disini peneliti hanya menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran. Sebelum memasuki siklus I terlebih dahulu akan peneliti tampilkan nilai pra
siklus sebagai berikut :
40, 70, 50, 50, 60, 50, 80, 60, 50, 50,
60, 40, 70,50, 50, 70, 60, 70, 50

Dari data nilai siswa diatas dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 1 : Nilai Bahasa Indonesia Pra siklus
Rentang nilai Jumlah
1
2
3
4
5
6 40 - 49
50 - 59
60 - 69
70 - 79
80 - 89
90 - 100 2
8
3
5
1
Jumlah 19
Pada tabel 1 terlihat bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa 40 sedangkan yang tertinggi
adalah 80 dan dengan rata-ratanya 5,7 dari data perolehan siswa tersaji dalam 6 rentang nilai,
dengan asumsi :
Rentang nilai 40 – 49 sebanyak 2 anak, rentang nilai 50 – 59 sebanyak 8 anak, rentang nilai
60 – 69 sebanyak 3 anak, rentang nilai 70 – 79 sebanyak 5 anak, rentang nilai 80 – 89
sebanyak 1 anak, dan rentang nilai 90 – 100 tidak ada.
Berdasarkan nilai evaluasi sebelum siklus I dapat disajikan dalam bentuk grafik diagram pada
gambar 1 berikut :

1. Siklus I
a. Perencanaan
Dalam siklus I ini pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang direncanakan difokuskan pada
penerapan metode pembelajaran bermain peran ( Role Play ), sebagai upaya meningkatkan
materi cerita pendek anak-anak. Maka fokus penelitian adalah hal – hal yang berkaitan
dengan penggunaan metode bermain peran ( role play ) serta dampaknya terhadap hasil
pembelajaran.Tetapi belum membuahkan hasil, maka akan dilanjutkan siklus II.
b. Pelaksanaan
Dalam siklus I perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin, 4 Januari 2010 pukul
09.00 s/d 10.45 wib , adapun hasilnya sebagai berikut :
50, 80, 70, 60, 70, 60, 80, 50, 40, 50
50, 60, 60, 50, 60, 60, 60, 70, 60.
Dari data nilai siswa diatas dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 2 : Nilai Bahasa Indonesia Siklus I
No Rentang Nilai Jumlah
1

2
3
4
5
6 40 – 49
50 – 59
60 – 69
70 – 79
80 – 89
90 – 100 1
5
8
3
2
Jumlah 19
Dari tabel 2 di atas dapat pula divisualisasikan dalam bentuk diagram
Apabila dicermati dari grafik 1 dan 2 terdapat perbedaan perolehan nilai. Meskipun data
menunjukkan adanya peningkatan belajar sebanyak 20 % , yaitu dari sebelum perbaikan
40%menjadi 60% namun hal ini belum sepenuhnya perbaikan pembelajaran pada siklus I
belum berhasil. Maka peneliti berupaya memperbaiki pembelajaran pokok bahasan cerita
pendek.
c. Pengamatan
Selama perbaikan pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sejawat, teman
sejawat mencatat semua temuannya. Adapun hal – hal yang diamati dalam siklus I adalah :
• Guru
- Pemberian apersepsi yang menarik
- Guru menjelaskan materi dengan pelan-pelan
- Guru memberi tugas secara individu
- Guru memeriksa, menilai dan menganalisa hasil tes
• Siswa
- Siswa membaca cerita pendek dan memahami karakter tokoh
- Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh
- Siswa memerankan tokoh dalam cerita pendek secara individu untuk menerapkan metode
bermain peran
- Siswa menyampaikan isi materi
- Siswa mengerjakan lembar soal secara individu
d. Refleksi
Peneliti bersama teman sejawat mendiskusikan hasil selama pengamatan proses pembelajaran
dan hasil refleksi ini digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.
Berdasarkan diskusi dengan teman sejawat diperoleh refleksi sebagai berikut:
Keberhasilan:
- Siswa senang dengan disuruh membaca sendiri
- Siswa tertarik dengan kegiatan yang diadakan guru
- Siswa lebih aktif mengikuti pelajaran
- Guru lebih meningkatkan mutu pembelajaran
Kekurangan:
- Metodenya kurang tepat

- Guru kurang memotivasi siswa dalam pelajaran
- Pemahaman siswa terhadap karakter tokoh dalam cerita pendek kurang sehingga siswa
mengalami kesulitan untuk menyimpulkan karakter tokoh
- Ada siswa yang belum berani maju karena masih takut salah dan belum menguasai materi
- Dalam membaca siswa kurang memahami cerita
- Siswa belum aktif dalam pembelajaran
2. Siklus II
a. Perencanaan
Dalam rencana perbaikan di siklus II ini disusun atas kekurangan yang terdapat pada
perbaikan pembelajaran siklus I.Disini peneliti lebih menekankan pada pengoptimalan
penggunaan metode bermain peran. Di dalam siklus ini kekurangan – kekurangan pada siklus
I diperbaiki dengan maksimal hingga membuahkan hasil yang lebih baik.
b. Pelaksanaan
Dalam siklus II perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Januari 2010
pukul 07.10 wib s/d 08.45 wib, Adapun hasilnya sebagai berikut :
60, 90, 90, 70, 80, 70, 90, 70, 60, 90
90, 80, 80, 70, 80, 70, 80, 90, 70.
Berdasarkan nilai diatas dapat dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel.3 : Nilai Bahasa Indonesia Siklus II
No Rentang Nilai Jumlah
1
2
3
4
5
6 40 – 49
50 – 59
60 – 69
70 – 79
80 – 89
90 – 100 2
6
5
6
Jumlah 19
Tabel 3 dapat pula di visualisasikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Rentang Nilai
Gambar di atas menunjukkan adanya perbedaan pergerakan pada batang kelas interval. Tetapi
walaupun ada perbedaan pergerakan pada batang kelas interval, hasil belajar pada perbaikan
siklus II mengalami peningkatan, namun secara individual masih ada siswa yang belum tutas,
meskipun secara klasikal telah mengalami ketuntasan.
c. Pengamatan
Selama perbaikan pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sejawat, teman
sejawat mencatat semua temuannyA Adapun hal – hal yang diamati dalam siklus II adalah
sebagai berikut:

• Guru
- Guru memberikan apersepsi yang menarik
- Guru menjelaskan materi dengan pelan – pelan
- Guru memberi tugas kepada siswa secara individu
- Guru memeriksa, menilai dan menganalisa hasil tes
• Siswa
- Siswa membaca cerita pendek dan memahami karakter tokoh
- Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian
- Siswa memerankan tokoh dengan mengoptimalkan metode bermain peran
- Siswa melaksanakan diskusi dengan kelompoknya masing - masing
- Siswa mengerjakan lembar soal secara individu
d. Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II dengan materi cerita pendek
diperoleh refleksi sebagai berikut :
Keberhasilan
- Guru telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
- Siswa sudah aktif dalam kelompok maupun dalam pembelajaran
- Secara individu siswa sudah dapat memahami materi cerita pendek
- Siswa mencapai nilai ketuntasan klasikal lebih dari 75%.
Kekurangan
Dalam akhir perbaikan pembelajaran siklus II ini sudah tidak di temukan kekurangan karena
peneliti sudah menjalankan sesuai dengan rencana pembelajaran dengan baik.
Untuk mengetahui perolehan nilai
B. Pembahasan
Fokus perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II adalah penerapan metode Bermain Peran (
Role Play ). Metode ini merupakan penerapan metode yang menuntut siswa memahami
karakter tokoh dan memahami cerita untuk mengetahui makna dari pembelajaran yang akan
dilaksanakan, kemudian ditunjukkan dengan berperan sesuai dengan tokoh sehingga teman
yang lain mampu memahami materi yang dimaksud.
Pada kegiatan sebelum perbaikan ( Pra Siklus ) siswa belum menggunakan metode bermain
peran ( role play ), tetapi masih menggunakan ceramah, tanya jawab dan siswa disuruh
memahami sendiri. Hasil nilai siswa pada Pra Sikklus ini mendapatkan rata – rata 5,7 dari 19
siswa dan nilai ketuntasan belajarnya sebesar 50%.
Pada Siklus I pembelajaran sudah menggunakan metode Bermain Peran (Role Play) tetapi
masih banyak siswa yang masih malu menunjukkan perannya di depan kelas. Siswa yang
belum aktif dalam pembelajaran salah satunya disebabkan karena mereka masih merasa takut
salah dan malu untuk tampil didepan kelas untuk memahami materi cerita yang akan
ditampilkan.
Belum Optimalnya peran siswa dalam pembelajaran juga berdampak pada kurangnya tingkat
pemahaman sisiwa terhadap materi karena siswa belum serius dalam memperhatikan teman
yang tampil. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 6,7 dan nilai ketuntasan belajar 60 % .
Selanjutnya pada siklus II penelitian perbaikan pembelajaran difokuskan pada pengoptimalan
penggunaan metode Bermain Peran (Role Play). Selama proses pembelajaran, siswa tampak
lebih pro aktif , hasil rata – rata siswa pun meningkat sebesar 1,2 yaitu sebesar 7,9 dan
dengan nilai ketuntasan belajar 80% meskipun belum dapat mencapai 100%, namun dapat
dikatakan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar
ketuntasan belajar 75% . Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, masih ditemukan
beberapa siswa dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai nilai tuntas. Hal ini
disebabkan karena siswa kurang memahami bacaan dan tingkat pemahaman siswa terhadap
aspek afektif masih cukup kurang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian perbaikan pembelajaran peneliti mengambil kesimpulan bahwa :
1. Melalui penerapan metode bermain peran (Role Play) dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi cerita pendek di kelas V SDN I
Kentengsari , Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan.Dari 50% pada pra siklus dengan
menggunakan metode ceramah menjadi 60 % pada siklus I disebabkan guru menggunakan
metode bermain peran (role play) dan naik lagi menjadi 80 % pada siklus II dengan
mengoptimalkan penerapan metode bermain peran (role play).
2. Dengan menerapkan metode bermain peran (Role Play) berdampak signifikan terhadap
peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi cerita pendek di
kelas V SDN I Kentengsari, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan.
B. Saran
Dari hasil – hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyampaikan saran kepada rekan –
rekan guru, supaya dalm pembelajaran Bahasa Indonesia prestasi belajar siswa meningkat,
hendaknya :
1. Guru
Sebaiknya memberikan pembelajaran dalam kelas yang menarik, mengaktikfkan siswa dalam
tanya jawab, dan bermain peran.
2. Siswa
Untuk menningkatkan prestasi belajar, siswa secara maksimal harus ikut berpartisipasi dalam
penerapan metode pembelajaran.
3. Sekolah
Karena PTK dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka penulis menyarankan kepada
Kepala Sekolah agar semua guru untuk mempelajari dan menerapkan PTK di kelasnya
masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, Nana. 2001. Media Pengajaran, Bandung : Sinar Baru
Saptoro, 2003. Metode Belajar Mengajar . Jakarta : Rajawali
Sunarti, 2008. Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK Mata Pelajaran IPA dan
BahasaIndonesiaKelas V SDN I Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan
Semester 2 Tahun 2007/2008, UPBJ Semarang
Suratman, 2009. Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK Mata Pelajaran Matematika dan IPS
Pada Siswa Kelas VI Semester I SDN I Kentengsari Kecamatan Kedungjati, Kabupaten
Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010, UPBJ Semarang

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan yang akan mencetak generasi-generasi muda yang handal dan berkualitas
diharapkan dapatbmenjadi sarana terciptanya lulusan yang siap bersaing dalam upaya
menghadapi persaingan diberbagai bidang kehidupan.
Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan untuk menciptakan pendidikan yang
berkualitas adalah dengan segera menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Salah satu permasalahan yang sering terjadi selama
proses pembelajaran yaitu kurang terlibatnya siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga
suasana kelas jadi membosankan dan kegiatan belajar menjadi tidak nyaman. Dari hasil
wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 1 Kentengsari Kecamatan Kedungjati Kabupaten
Grobogan pada saat observasi awal, didapatkan keterangan bahwa persentase keaktifan siswa
selama pembelajaran hanya mencapai 24 % dari 19 siswa. Saat siswa diberi kesempatan
untuk bertanya dan berpendapat, kebanyakan siswa hanya diam saja, berpura-pura menulis,
menulis dan selalu menghindari kontak mata dengan guru sampai akhirnya guru menunjuk
salah seorang dari mereka. Siswa yang mau bertanya, berpendapat ataupun menjawab
pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar selalu sama dan jumlahnya tidak pernah
bertambah.
Dari hasil wawancara dengan siswa dan observasi awal saat pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam siswa dinyatakan bahwa kurang aktifnya siswa selama kegiatan belajar mengajar
disebabkan karena mereka takut atau pendapat yang dikemukakan salah dan akan
ditertawakan teman-temannya serta mendapatkan marah dari guru.
Perasaan mali dan kurangnya kepercayaan diri juga menjadi sebab kurang aktifnya siswa
selama kegiatan belajar mengajar. Selain itu, cara mengajar guru yang cenderung hanya
menggunakan metode ceramah yang sangat kurang melibatkan siswa, juga menjadi sebab

kurang aktifnya siswa. Siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang diberikan guru.
Pembelajaran masih monoton dan searah (teacher centered learning). Guru hanya
berpedoman pada buku paket dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam mengajar. Pembelajaran
yang seperti diatas sangat kurang menarik bagi siswa, siswa menjadi tidak termotivasi dan
tidak bersemangat dalam menerima pelajaran. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
Saptono (2003) bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning)
akan membawa dampak dominasi proses pembelajaran ada pada dari guru, hal ini akan
mengakibatkan proses pembelajaran berjalan statis sehingga siswa akan merasa cepat bosan
terhadap pola pembelajaran yang dikembangkan.
Dampak dari kesemua itu adalah nilai hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas V SD
Negeri I Kentengsari Kecamatan Kedungjati masih sangat rendah yaitu nilai rata-rata ulangan
harian mata pelajaran IPA adalah 61 dengan ketuntasan 24 %. Siswa kelas V juga memiliki
tingkat keaktivan selama proses pembelajaran paling rendah jika dibandingkan dengan kelas
yang lain. Prosentase keaktifannya hanya 12 % dari 19 siswa dalam satu kelas.
Untuk menciptakn pelajaran yang memberikan hasil belajar yang memuaskan diperlukan
penerapan metode yang tepat. Kenyataan diatas lebih banyak disebabkan siswa malu bertanya
kepada guru dan takut ditertawakan teman-temannya jika salah dalam mengajukan
pertanyaan, yang mengakibatkan rendahnya nilai siswa. Dengan adanya hal tersebut,
diperlukan penerapan metode yang memberikan kesempatan siswa yang sudah menguasai
materi untuk memberikan penjelasan kepada siswa yang belum menguasai. Hal tersebut
selaain meningkatkan daya ingat siswa yang sudah menguasai, akan membantu kesulitan
siswa yang belum memahami yang disebabkan karena faktor takut bertanya pada guru.
2. Identifikasi Masalah
Setelah peneliti amati dengan teman sejawat dan supervisor. Mata pelajaran IPA dengan
pokok bahasan pesawat sederhana menghasilkan kesimpulan atau dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
a. siswa tidak diberi contoh-contoh nyata tentang pesawat sederhana yang dapat dilihat dalam
keseharian siswa
b. Keterbatasan penggunaan media pembelajaran
c. Materi pelajaran terlalu banyak
d. Minat belajar siswa masih kurang
3. Analisis Masalah
Dari proses pembelajaran yang dilaksanakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pencapaian hasil belajar siswa kelas V SD Negeri I Kentengsari antara lain :
a. Penjelasan guru yang terlalu singkat
b. Motivasi belajar siswa kurang
c. Daya serap siswa terhadap materi yang kurang
d. Kurangnya penerapan metode pembelajaran yang tepat
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana penerapan metode Demonstrasi dan Facilitator and Explaining dapat
meningkatkan prestasi belajar materi pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri I
Kentengsari Kecam
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang dikehendaki peneliti ini dalam kegiatan perbaikan pembelajaran IPA dengan
pokok bahasan pesawat sederhana adalah : Mendiskripsikan penerapan metode demonstrasi
dan metode facilitator and explaining dalam meningkatkan prestasi belajar materi pesawat

seerhana pada siswa kelas V SD N I Kentengsari Kecamatan Kedungjati Kabupaten
Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan memberikaan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan
sekolah yaitu :
1. Manfaat bagi siswa
a. Sebagai alat bantu yang dapat mempermudah proses penerimaan materi pembelajaran IPA
pada pokok bahasan pesawat sederhana.
b. Meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar baik dalam bertanya,
menjawab pertanyaan maupun dalam mengemukakan pendapat.
c. Meningkatkan pemahaman siswa pada materi.
d. Menciptakan hubungan baik dan saling bekerja sama antar siswa.
2. Manfaat bagi guru
Memperoleh gambaran tentang penerapan metode demonstrasi dan metode facilitator and
explaining dalam meningkatkan prestasi belajar pesawat sederhana pada siswa kelas V SD N
I Kentengsari Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010.
3. Manfaat bagi sekolah
Sebagai perbendaharaan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai perbaikan proses
belajar mengajar khusus mata pelajaran IPA yentang pesawat sederhana.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Pembelajaran IPA
Salah satu pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA
sekolah dasar adalah model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivis
karena dianggap paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA.
Model pembelajaran IPA yang dikembangkan berdasarkan pandangan
kontruktivis ini memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang
mungkin diperoleh diluar sekolah. Disarankan oleh Bell (1993 : 16 ) agar pengetahuan siswa
yang diperoleh dari luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal dalam sasaran
pembelajaran, karena sangat mungkin terjadi miskonsepsi. Sebaliknya apabila guru tidak
mempedulikan konsepsi atau pengetahuan awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang
terjadi akan semakin kompleks.
Menurut pandangan konstruktivis dalam proses pembelajaran IPA seyogyanya disediakan
serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan
memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses berlangsung siswa harus
terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata.
Pembentukan pengetahuan mewarnai pembentukan sistem konseptual IPA bagi yang
mempelajarinya. Model pembelajaran IPA dipilih sesuai dengan sifat IPA sebagai

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Komponen-komponen pembentukan
model pembelajaran dirumuskan sesuai dengan sifat modelpembelajaran yang disusun dan
terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut.
Pembentukan sistem konseptual bukan dengan cara memasangkan (match) dengan kenyataan
di alam, melainkan dengan mencocokkan (fit) dengan kenyataan. Kerangka konseptual atau
sistem konseptual IPA biasanya terjadi atas konsep – konsep IPA dengan hubungan-hubunga
bermakna antara konsep – konsep yang dipelajari dengan yang yang telah ada. Karena itu
pembentukan sistem konseptual IPA haruslah melalui hubungan kebermaknaan antara konsep
yang telah dipelajari. Hubungan bermakna ini dapat bersifat superordinat, subordinat dan
koordinat,sesuai dengan ruang lingkup konsep IPA yang dapat lebih luas,lebih sempit dan
sama luas. Jadi hubungannya dapat bersifat vertikal dan horizontal.
B. Prestasi Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi 3 unsur , yaitu tujuan
pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar.
“ Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya “ ( Nana Sudjana, 2006: 12 ). Nana Syodik ( 2005 : 223 ) menjelaskan
bahwa “ Tes hasil belajar juga disebut tes prestasi belajar , untuk mengukur hasil – hasil
belajar yang dicapai selama kurun waktu tertentu. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam
bentuk angka atau tulisan”.
Menurut Nana Sudjana ( 2006 : 22 ) “ Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan
pendidikan , baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional , menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah,
yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik” . Ketiga ranah ini digunakan dalam penilaian
hasil belajar pada kurikulum berbasis kompetensi. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap, dan ranah psikomotorik berkenaan
dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2004 adalah penilaian yang berbasis kompetensi
yang berbijak pada konsep belajar tuntas. Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif ,
afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif dilakukan melalui ulangan harian dan ujian. Aspek
afektif dilakukan melalui pengamatan pada lembar pengamatan, sedang aspek psikomotorik
dilakukan melalui ujian praktikum atau unjuk kerja pada pembelajaran langsung.
( Depdikbud, 2004 : 9-10 )
C. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metoe mengajar yang disajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk
mempertunjukkan proses tertentu.
D. Metode Pembelajaran Facilitator dan Explaining
Facilitator and Explaining merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif dengan
dibentuk kelompok-kelompok kecil sebagai fasilitator dan menjelaskan materi pada
kelompok lein. Pembagian kelompok ini dilakukan secara heterogen dimana dalam satu
kelompok terdiri atas siswa dengan latar belakang yang berbeda misalnya dalam prestasi
akademik, jenis kelamin, ras atau warna kulit. Setelah terbentuk kelompok kemudian siswa
beserta kelompoknya masing-masing melakukan proses pembelajaran baik dengan
melakukan diskusi maupun melakukan pengamatan atau praktikum. Dalam kelopmok kecil
tersebut siswa diberi latihan soal, dari perolehan skor awal ini akan membawa siswa dalam
pembentukan kelompok berikutnya. Pembagian kelompok yang kedua ini berdasarkan skor
awal dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Perolehan skor yang pertama dijumlahkan
dengan skor yang kedua dan menjadi skor masing-masing siwa dalam setiap kelompoknya
(Slavin, 1995).

Siswa/peserta mem[resentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya. Langkah-langkah
dalam pelaksanaan metode facilitator and explaining adalah (Nurhadi, 2004:82) :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
3. Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik
melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya.
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup.
Kelebihan metode ini adalah siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat
mengeluarka ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Sedangkan kekurangan atau kelemahannya adalah adanya pendapat yang sama sehingga
hanya sebagian saja yang tampil dan banyak siswa yang kurang aktif.
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan metode facilitator and explaining menurut
Budiningsih (2001:68) adalah sebagai berikut :
a. Pembentukan kelompok
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil Stu kelompok terdiri atas 3-5 anak,
pembagian kelompok ini juga dilakukan secara heterogen yaitu dengan memperhatikan jenis
kelamin dan tingkat kemampuan akademik.
b. Pemberian informasi oleh guru
Guru memberikan informasi kepada siswa berkenaan dengan kegiatan yang akan dilakukan
siswa bersama kelompoknya masing-masing.
c. Kegiatan kelompok
Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan kegiatan kelompok baik diskusi
maupun kegiatan pengamatan sesuai arahan guru berdasarkan LKS atau bentuk tugas yang
lain. Jika terdapat kesalahan dalam hal pelaksanaan kegiatan, siswa bertanya pada guru
maupun observer.
d. Pelaksanaan evaluasi
Setelah kegiatan kelompok selesai dilakukan, guru akan memberi tes pada siswa yang juga
merupakan turnamen antar kelompok. Tes yang akan dilakukan terdiriatas dua tahap yaitu
latihan terkontrol I yang soalnya sama untuk semua siswa dan latihan terkontrol II dimana
soalnya terdiri atas tiga kriteria yaitu soal kriteria tinggi, sedang dan rendah.
e. Pemberian penghargaan
Kelompok yang memperoleh skor tertinggi dalam pelaksanaan tes atau turnamen akan
memperoleh penghargaan dari guru. Penentuan skor kelompok ini juga didasarkan pada
keaktifan masing-masing anggota dalam proses pembelajaran.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dikelas V SD Negeri I
Kentengsari Kecamatan Kedungjati dengan jumlah siswa sebanyak 19 orang anak pada
semester II tahun pelajaran 2009/2010.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 januari 2010 untuk suklus I, dan pada tanggal 13
Januari 2010 untuk siklus II. Karakteristik siswa memiliki tingkat keaktifan cukup rendah
tetapi mereka memiliki respon dan tanggungjawab paling baik terhadap tugas-tugas yang
diberikan oleh guru. Mereka selalu berusaha membuat tugas-tugasnya sebaik mungkin dan
mengumpulkannya tepat waktu. Sedangkan hasil belajarnya sendiri, rata-rata niali ulangan
harian pelajaran IPA adalah 61 dengan ketuntasan 24%. Dari karakteristik tersebut maka
dipandang perlu dilakukan tindakan segera agar prestasi belajar khususnya dikelas V dapat
meningkat.
B. Deskripsi Persiklus
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan. Tiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan
- Identifikasi, analisis dan perumusan masalah.
- Menyusun rencana pembelajaran.
- Menyusun lembar pengamatan.
- Menyusun lembar kerja siswa.
- Menyusun lembar tes formatif.
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran adalah :
1) Kegiatan awal (± 5 menit )
- Salam pembuka
- Apersepsi : tanya jawab
- Menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan Inti ( ± 35 menit )
- guru menjelaskan materi
- siswa dan guru mengadakan demonstrasi tentang macam- macam pesawat sederhana.
- guru mendemonstrasikan alat peraga pesawat sederhana
- guru dan siswa mengadakan tanya jawab tentang kegunaan pesawat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.
- siswa menyimpulkan alat peraga yang ditunjukkan guru
- siswa mengerjakan lembar soal secara individu

3) Kegiatan Akhir ( ± 20 menit )
- guru memberi pertanyaan pada siswa
- siswa membuat kesimpulan
- siswa mengerjakan soal
- guru memeriksa , menilai dan menganalisa hasil tes.
- motivasi : siswa harus rajin belajar dirumah
4) Pengamatan
Selama perbaikan pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sejawat. Adapun
hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut :
Guru
- Apersepsi
- Guru menjelaskan materi.
- Guru melakukan tanya jawab mengenai materi
- Guru mendemonstrasikan alat peraga
- Guru mengadakan tanya jawab mengenai manfaat pesawat sederhana.
- Guru memberi tugas
- Guru memeriksa, menilai dan menganalisis hasil tes
Siswa
- siswa melakukan tanya jawab mengenai materi.
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
- Siswa menyimpulkan materi
- Siswa mengerjakan lembar soal
c. Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I dengan materi cerita pendek diperoleh
refleksi sebagai berikut :
Keberhasilan
1. Sebagian siswa aktif dalam tanya jawab
2. Siswa memanfaatkan alat peraga
3. Siswa memahami materi pelajaran
Kekurangan
1. Penerapan metodenya kurang tepat
2. Banyak siswa yang tidak aktif bertanya
3. Banyak siswa yang yang belum dapat menguasai materi , sehingga tidak dapat memberi
penjelasan kepada siswa lain.
2. Siklus II
a. Perencanaan
- Identifikasi, analisis dan perumusan masalah.
- Menyusun rencana pembelajaran.
- Menyusun lembar pengamatan.
- Menyusun lembar kerja siswa.
- Menyusun lembar tes formatif.
b. Pelaksanaan
Langkah – langkah pelaksanaaan pembelajaran pada siklus II dengan langkah – langkah
perbaikan dari siklus I adalah :
1. Kegiatan Awal
- Salam pembuka
- Apersepsi : tanya jawab
- Menjelaskan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti
- guru menjelaskan materi mengenai pesawat sederhana
- guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
- dengan bimbingan guru siswa melakukan diskusi mengenai alat peraga yang dibagikan oleh
guru.
- dengan menerapkan metode student facilitator and explaining guru memberi tugas satu
siswa dari setiap kelompok untuk menjelaskan kepada temannya , tentang salah satu alat
peraga, baik nama maupun cara kerjanya.
- dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan hasil diskusi sesuai dengan materi.
- siswa mengerjakan lembar soal secara individu
3. Kegiatan Akhir
- guru memberi pertanyaan pada siswa
- siswa membuat kesimpulan
- siswa mengerjakan soal
- guru memeriksa, menilai dan menganalisa hasil tes
- motivasi : siswa harus rajin belajar dirumah
c. Pengamatan
Selama perbaikan pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sejawat. Adapun hal
– hal yang diamati dalam siklus II adalah sebagai berikut :
Guru
- Apersepsi
- Guru menjelaskan materi
- Guru melakukan tanya jawabmengenai materi
- Guru membimbing jalannya diskusi
- Guru menerapkan metode student facilitator and explaining dalm pembelajaran
- Guru memberi tugas pada siswa
-