UPAYA DESAIN PADA PERUMAHAN DAERAH URBAN

PENANDAAN PADA PERUMAHAN URBAN SEBAGAI
PEMBENTUK TERITORI

ISNIAR TL.RITONGA/RUTH L
SIBAGARIANG

UPAYA DESAIN PADA PERUMAHAN DAERAH URBAN SEBAGAI
PEMBENTUK TERITORI

Isniar TL.Ritonga/Ruth l. Sibagariang
Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatra Utara
Teritori merupakan suatu bagian dalam pembahasan arsitektur perilaku. Teritori pada dasarnya dibentuk dalam
upaya penandaan wilayah yang menjadi domain individu yang menggunakannya. Penandaan domain individu
yang dilakukan dalam lingkungan binaan berupa upaya disain merupakan penterjemahan pada setting secara
arsitektural.
Kajian ini membahas upaya disain yang dilakukan dalam menterjemahkan teritori berdasarkan teori dari Gary T.
Moore dan Irwin Altman. Upaya disain dalam teritori juga dilihat pada keberadaan setting arsitektural yang
merupakan perumahan daerah urban. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana upaya disain yang ada pada
perumahan daerah urban menampilkan penandaan teritorinya berdasarkan kedua teori tersebut diatas.
Kata kunci : teritori, perumahan urban, upaya disain.
Abstract..

Territory is a part in the discussion of the behavior of the architecture. Teritory basically formed in the region
tagging effort into individual domains that use it. Tagging individual domains is done in the form of the built
environment is a translation of the design effort is architectural setting.
This study discusses the design efforts made in translating the theory of territory by Gary T. Moore and Irwin
Altman. Design efforts in the territory is also seen in the presence of the architectural setting is urban housing.
It is intended to see how the existing design efforts on housing urban areas show marking its territory by the two
theories mentioned above.
Keywords: territory, urban housing, efforts to design

Pendahuluan.
Perumahan pada daerah urban pada saat
sekarang ini lebih didasarkan pada rancangan
teknis dan ekonomis.Setiap pengembang
membuat
perencanaan sendiri mengenai
kawasannya dengan tujuannya sendiri-sendiri.
Tujuan sendiri tersebut salah satunya merupakan
konsep teritorialitas yang menyatakan bahwa

daerah perumahan dan kediaman dirancang

untuk bisa bertahan terhadap kejahatan dan
vandalisme (Newman, 1973) menjadi bagian
dari
perumahan pada daerah urban pada
umumnya lebih individualis.Dimulai dari skala
kecil yaitu rumah tinggal yang tertutp dan
defensive sehingga akses interaksi terhadap
tetangga tidak cukup, sehingga membentuk

1

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 01 no.
01, JULI 2011 :

masyarakat lain yang lebih individualis, saling
curiga dan ego yang tinggi.
Rancangan yang bersifat teknis dan
ekonomis pada perumahan urban ditampilkan
dalam tampilan bentangan arsitekturalnya. Hal
ini dapat dilihat melalui pengolahan bentuk

disain seperti tampak dan site plan yang diolah
dengan sangat efektif dan terencana sehingga
mengahasilkan tampilan yang menarik yang
merupakan bagian identitas individual yang
jelas. Upaya dalam bentuk disain ini tidak hanya
memberi tampilan yang baik bagi identitas
individual penghuni perumahan maupun
perumahan daerah urban yang ada, namun dapat
juga merupakan bagian dari penandaan teritori
bagi penghuni perumahan daerah urban.
Perancangan yang terencana merupakan
bagian dalam upaya disain/perancangan pada
perumahan daerah urban. Upaya disain yang
dilakukan umumnya menuju kecenderungan
yang
individualis karena menghasilkan
identitas yang jelas. Upaya disain yang
bagaimana dilakukan pengembang dalam
penandaan teritori individual perumahan pada
daerah urban ditinjau berdasarkan teori Gary T.

Moore dan Irwin Altman merupakan suatu
keadaan yang hendak dilihat dalam pembahasan
berikut ini.

Upaya Desain Dalam Teritori
Dalam
perancangan
ruang-ruang
arsitektural, apabila didasari drajat teritori yang
berkaitan dengan aksesibilitas menuju ruangruang tertentu dapat dinyatakan melalui batas
nyata, seperti dinding, pintu, ataupun batas
simbolik melalui artikulasi bentuk, penggunaan
material, permainan cahayadan warna sehingga
membentuk tatanan yang utuh.
Secara simbolik teritori ditunjukkan
melalui bentuk pintu gerbang dengan langgam
dari etnik tertentu yang membedakan daerah
satu dengan daerah lainnya.Penandaan teritori
juga dapat dilakukan dengan menempatkan logo
tertentu.

Batas teritori juga dapat berupa pintu
apabila terdapat dua buah ruang publik terletak

(NO. HLM)

berdampingan dan diperlukan pembedaan
teritori.Bila pintu tersebut mebatasi ruang public
dan ruang privat, maka di pakai bahan massif.
Arsitek dapat memberi kontribusi dalam
merancang suatu lingkungan yang menawarkan
peluang-peluang bagi individu untuk membuat
identifikasi
dan
tanda-tanda
personal
sedemikian rupa sehingga bersinergi dengan
kepentingan publik membentuk tempat yang
menjadi teritori mereka.
Dalam
perancangan

ruang-ruang
arsitektur , perbedaan teritori dapat dilakukan
dengan memberikan batas nyata seperti dinding,
pintu, atau dapat pula dengan simbolik atau logo
tertentu.
Penandaan dalam Teritori
Teritori berasal dari bahasa latin yaitu
terra (bumi, lahan) dan territorium (wilayah
pertanian di sekitar kota). Edward T.Hall dalam
buku The Hidden Dimension, 1966 “…
Behaviour
by
which
an
organism
characteristically lays claim to an area and
defend
it
against
member

of
its
spacies.”Teritorialitas
adalah
perilaku
pengakuan suatu daerah oleh individu yang akan
dilindungi dari gangguan individu lain.
Menurut Elden’s teritori muncul
berdasarkan perhitungan ruang. Teritori
manusia terdiri atas objek dan batasan. Batasan
menentukan bagaimana objek tersebut dapat
digunakan dan dikontrol. The territories are
dynamic, multi-dimensional and change over
time (Pierce, et. al. 2003). Teritori selalu
berubah dari waktu ke waktu. Territories also
exist vertically across and between levels in the
socialstructure of families or the hierarchical
structure of a formal organization where
territories suchas formal work groups span
vertical boundaries (Desrocher, L. & Sargent,

L., 2003). Teritori dari manusia tidak terbatas
dan multi- dimensional.Teritori juga dapat
berlaku karena social, struktur keluarga ataupun
kedudukan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
keanekaan teritori adalah karakteristik personal
seseorang, perbedaan situasional baik berupa
tatanan fisik maupun situasi sosial budaya.

PENANDAAN PADA PERUMAHAN URBAN SEBAGAI
PEMBENTUK TERITORI

ISNIAR TL.RITONGA/RUTH L
SIBAGARIANG

Karakteristik seseorang, seperti jenis kelamin,
usia, dan kepribadian yang berpengaruh
terhadap sikap seseorang. Kecenderungan
teritorialitas pada manusia lebih besar dari pada
binatang.Kecenderungan ini semakin besar

apabila tidak terdapat batas-batas teritori yang
jelas, sebaliknya apabila batas teritori tersebut
semakin jelas maka kemungkinan untuk konflik
akan semakin kecil.
Gary T.Moore, Environtment Behaviour
Studies dalam buku “Introduction to
architecture” (1979) menyatakan 5 hal yang
berkenaan dengan objek-objek, tempat-tempat,
wilayah geografis yang ukuran luasnya tidak
tertentu dan karakteristik teritori sebagai
berikut:

Teritori jenis ini merupakan
teritori yang sering digunakan dalam
keseharian individu, namun bukan
penanda
permanen
bagi
pemiliknya.Penguasaan terhadap teritori
ini tidak terlalu kuat, and dapat berbagi

dengan orang lain. Contoh meja
seseorang dalam kantor,loker dalam
pusat kebugaran dll.
3. Public territories
Teritori jenis ini berkaitan dengan
ruang publik dan komunitas tertentu.
Teritori pubik hadir karena ada
pembatasan keperluan ataupun acara
yang
berlangsung
pada
waktu
tertentu.Sebagai contoh adalah bar yang
hanya boleh dimasuki oleh orang-orang
yang umurnya sudah memiliki batas
tertentu.

1. Teritori mempunyai bentuk misalnya
benda, mainan, kursi, kamar, rumah
sampai Negara.

2. Teritori
menyangkut
masalah
kepemilikan
/kendali
terhadap
penggunaan suatu tempat/objek.
3. Pemilik teritori akan memberikan
identitas dirinya dengan menggunakan
simbol-simbol ataupun benda-benda
sebagai tanda.
4. Teritori dapat dikuasai, dimiliki atau
dikendalikan oleh seorang individu
ataupun kelompok-kelompok.
5. Teritori berhubungan dengan kepuasan
terhadap kebutuhan/ dorongan atas
status.

Pembatasan teritori dalam suatu wilayah
menghasilkan pembagian wilayah menjadi
zona-zona tertentu (Chermayeff & Alexander,
1962; 210). Pembatasan teritori merupakan
salah
satu
cara
untuk
mendapatkan
keeksklusifan pelaksanaan suatu kegiatan dalam
suatu ruang. Mekanisme pembatasan teritori
suatu wilayah dapat dilakukan melalui :
(Scheflen dan Ashcraft, 1976; 184)



Tanda,
peringatan
maupun
larangan.Tanda ataupun peringatan
hadir untuk memberikan pengarahan
mengenai wilayah yang akan imasuki
secara halus bahwa yang tidak
berkepentingan dilarang masuk.

Menurut Irwin Altman kategori teritori
dibagi menjadi 3 bagian yaitu : (dalam Gifford,
1996;120)
1. Primary Territories
Primary territories merupakan
teritori yang yang dimiliki oleh
seseorang maupun sekelompok orang,
yang merupakan keudukan permanen
dan merupakan pusat keseharian dari
para
individunya.Contonya
adalah
hunian keluarga atau kamar tidur.
2. Secondary territories
3

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 01 no.
01, JULI 2011 :



Kamera,
monitor
pendisiplinan.



Sinkronisasi, pengguna suatu kawasan
yang memiliki teritori secara bersama.



Pembatasan fisik, berupa gerbang
maupun
pintu.
Pembatasan
ini
membatasi masuknya pihak luar yang
tidak memiliki akses kedalam wilayah.

dan

(NO. HLM)

tindakan

Pembagian hirearki ruang (Zona) dari
skala yang paling besar ke skala yang lebih kecil
adalah sebagai berikut : (Chermayef dan
Alexander, 1962; 121)


Urban Public, merupakan tempat dan
fasilitas yang dimiliki bersama seperti
jalan raya, tol dan taman.



Urban-Semi-Public, merupakan area
tertentu yang igunakan dibawah
pengawasan
pemerintah
maupun
instansi tertentu.



Group-Public,
merupakan
ruang
terjadinya pertemuan antara pelayanan
public dengan utilitas dan property
milik pribadi yang memiliki akses
bersama contoh pengambilan sampah,
akses ke pemadam kebakaran dan
pengontrolan terhadap utilitas



Group Private , merupakan wilayah
sekunderyang
dibawahi
oleh
manajemen yang bergerak atas perintah
pribadi atau sekelompok orang. Conroh
penerimaan ruang tamu, taman bersama,
taman bermain, binatu.



Family private, merupakan tempat di
dalam wilayah pribadi yang diawasi
oleh sebuah keluarga imana terjadinya
kegiatan kekeluargaan seperti makanan,
hiburan, kebersihan



Individual-private, merupakan ruang
untuk diri sendiri dimana seseorang
dapat memisahkan dirinya dari dunia
luar untuk mendapatkan ketenangan
contoh : Kamar tidur.

Personalisasi dan penandaan
Menurut Newman penandaan teritori
dapat berupa penandaan secara nyata maupun
simbolik.Contoh penandaan teritori secara
simbolik adalah dinding tinggi, gedung
berbentuk U, serta gerbang ataupun pintu yang
terkunci.Pembatasan secara simbolik dapat
berupa gerbang terbuka, penerangan, jalan
setapak, tanaman maupun perubahan tekstur
pada permukaan jalan.
Personalisasi dan penandaan seperti
member nama, tanda, atau memenpatkan di
lokasi strategis, bisa terjadi tanpa kesadaran
akan teritorialitas.Seperti tas, membuat pagar
batas, member papan nama yang merupakan
tanda kepemilikan .Meski belum tentu akan
memacu terjadinya pertahanan aktif, hal ini
lebih member keuntungan psikologis bagi
pemiliknya.Perilaku personalisasi bisa juga
dilakukan secara verbal.
Penandaan juga dipakai seseorang untuk
mempertahankan haknya di teritori publik,
seperti nomor kursi di kereta ataupun
bioskop.Personalisasai dan penandaan muncul
dimana-mana, termasuk di tempat yang tidak
kita harapkan.
Personalisasi dan penandaan juga dibuat
dengan maksud tertentu, seperti tulisan “ tidak
menerima sumbangan” dan “ dilarang parkir di
depan pintu”

PENANDAAN PADA PERUMAHAN URBAN SEBAGAI
PEMBENTUK TERITORI

PERUMAHAN
KASUS

URBAN

DAN

ISNIAR TL.RITONGA/RUTH L
SIBAGARIANG

STUDI

Perumahan merupakan tempat tiap
individu yang ada saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain serta memiliki
sense of belonging atas tempat tinggalnya.
(Abrams, 1964:7). Perumahan dapat diartikan
sebagai suatu cerminan dan pengejawantahan
dari diri pribadi manusia, baik secara
perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan
kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan
dapat juga mencerminkan taraf hidup,
kesejahtraan, kepribadian, dan peradaban
manusia penghuninya, masyarakat ataupun
suatu bangsa.(yudohusodo, 1991:1)
Perumahan pada daerah urban pada
umumnya lebih individualis.Dimulai dari skala
kecil yaitu rumah tinggal yang tertutp dan
defensive sehingga akses interaksi terhadap
tetangga tidak cukup, sehingga membentuk
masyarakat lain yang lebih individualis, saling
curiga dan ego yang tinggi.
Pola keruangan pada perumahan
memiliki gradient privasi yang terjadi mulai dari
ruang terluar ke ruang terdalam untuk
membentuk teritori.

Studi perumahan kota Medan
1.Perumahan Cemara Asri

Perumahan Cemara Asri merupakan
perumahan yang dianugrahi Best Property and
developer of the year pada tahun 2010 .Fasilitas
yang ada pada perumahan ini adalah kolam
renang dengan standard internasional , lapangan
bulu tangkis dan tenis.Vihara local yang
merupakan vihara terbesar di asia tenggara,
Masjid, sekolah local Chandra Kusuma,
restaurant.

5

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 01 no.
01, JULI 2011 :

(NO. HLM)

TAMAN SETIA BUDI INDAH

Perumahan Cemara Asri merupakan
salah satu perumahan elit di Kota Medan,
meskipun ditinjau dari segi keamanan
cenderung kurang aman dimana mobil-mobil
dapat masuk sesuka hati.Pada perumahan ini
terdapat ruko yang dapat difungsikan sebagai
tempat berniaga skaligus sebagai tempat tinggal.

Perumahan Taman Setia Budi Indah
berada di kelurahan Tanjung rejo, diantara
kecamatan Medan Sunggal dan Medan
Selayang. Perumahan ini merupakan perumahan
dalam bentuk real Estate pertama di kawasan
Medan.
Perumahan ini memiliki banyak fasilitas
diantaranya adalah Taman, street food, local
shops , Lapangan sepak bola dan lapangan golf.

PENANDAAN PADA PERUMAHAN URBAN SEBAGAI
PEMBENTUK TERITORI

PENANDAAN SEBAGAI PEMBENTUK
TERITORI PADA PERUMAHAN URBAN
Penandaan teritori yang terjadi pada
perumahan Cemara Asri dan Taman Setia Budi
berdasarkan kriteria Gary T. Moore terjadi
dengan hadirnya batas wilayah kedua
perumahan yang jelas berupa pemasangan
tembok massif. Tembok massif ini membatasi
wilayah
perumahan
dengan
wilayah
disekitarnya. Pembatasan ini menimbulkan
posisi eksklusif bagi penghuni perumahan.
Penandaan teritori juga terjadi di dalam
lingkungan perumahan. Hal ini terbukti dengan
hadirnya pagar pembatas wilayah kapling dari
tiap unit rumah yang ada. Hadirnya pagar pada
kapling menjadi penanda bahwa kontak antar
penghuni di dalam komplek semakin rendah
yang menunjukan individualisme yang semakin
besar.
Upaya
perancangan
dengan
menghadirkan dinding pembatas massif maupun
non massif / berupa pagar besi antara kapling
perumahan merupakan bagian dari penandaan
teritori dalam pengendalian terhadap suatu area.
Pengendalian
yang
jelas
memang
meminimalkan hadirnya konflik namun kontak
sosial semakin terbatas.
Penandaan teritori yang dilakukan
perumahan Cemara Asri dan taman Setia Budi
pada perumahan berdasarkan kategori teritori
oleh Irwin Altman, dimana :primary territories
yang ditandai dengan adanya area rumah yang
dimiliki oleh pribadi ataupun keluarga yang
dibatasi dengan pagar-pagar pemisah yang jelas
dan beragam tampilan. Keberaadaan pagar ini
merupakan upaya disain dalam memberikan
informasi yang jelas.
Sekunder territories :kedua perumahan urban
yang ditinjau kurang memiliki area ini karena
kuatnya identitas akibat upaya disain pada
primary teritori yang jelas dan kuat sehingga
aktivitas lingkungan sosial minim terjadi.
Public territories : Fasilitas publik dari
perumahan tersebut seperti taman, lapangan
sepak bola, kolam renang tempat peribadatan,
dll.Kedua perumahan memiliki fasilitas public
yang bahkan bias dinikmati oleh masyarakat
yang bukan penghuni perumahan urban. Hal ini
menyebabkan area perumahan yang tadinya
hanya diperuntukan untuk penghuni perumahan

ISNIAR TL.RITONGA/RUTH L
SIBAGARIANG

menjadi terpapar dengan masyarakat dari luar.
Kondisi ini menjadi ancaman terhadap teritori
primer bagi penghuni perumahan urban
sehingga menjadi salah satu pemicu hadirnya
upaya disain berupa pagar yang tegas, jelas dan
tertutup.
Perumahan juga dibagi menjadi zonazona tertentu, sehingga perlu diberikan
pembatasan seperti penggunaan kamera CCTV
dan secara fisik upaya desain yang dapat
dilakukan adalah pemberian pagar, dinding,
penggunaan material yang berbeda sehingga
dapat mengkomunikasikan perbedaan zona
kepada pengguna secara tidak langsung.
Perumahan Cemara Asri maupun Taman
Setia Budi bila ditinjau berdasarkan pembagian
hierarki zona merupakan area family private
yang berada dalam lingkaran zona urban semi
publik yang merupakan suatu area yang dikuasai
oleh satu instansi tertentu. Kedua hierarki zona
ini dihubungkan/ area tranfer dengan hierarki
group public berupa fasilitas utilitas layanan
public dan group private dengan hadirnya
fasilitas public seperti taman dan pertokoan,
kolam renang, dan lain-lain yang digunakan
bersama oleh penghuni perumahan.
KESIMPULAN
Perumahan urban pada dasarnya
merupakan area private yang difasilitasi dengan
fasilitas semi public dan public. Keberadaan
fasilitas yang diberikan kepada perumahan
urban
ternyata
memberikan
dampak
ketidaknyamanan atas area private/ kapling
perumahan yang dimiliki penghuni. Hal ini
menimbulkan upaya disain yang nyata dalam
membatasi teritori public dan private yang ada.
Upaya disain yang dimaksud dalam
pembatasan teritori tersebut adalah dengan
hadirnya pembatas-pembatas massif. Pembatas
tersebut berupa tembok/dinding yang membatasi
wilayah perumahan dengan lingkungan sekitar
serta pagar pada tiap kapling yang tegas dan
jelas. Keberadaan pembatas ini adalah dalam
rangka penandaan teritori kepemilikan yang
jelas untuk mengurangi intervensi yang terjadi
akibat hadirnya pengguna public dari luar
wilayah perumahan urban yang ada dengan
studi kasus Perumahan Cemara Asri dan Taman
SetiaBudi.
7

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 01 no.
01, JULI 2011 :

Paragraf 2

DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rowland (2003) Domestication by
Cappucino or A Revenge on Urban
Space? Control and Empowerment in
the Management of
Public Space.
Urban Studies, Vol. 40, No. 9, 18291843
Banerjee, T.; Loukaitou-Sideris, A (1992),
Private Production of Downtown Public
Open Space Experience of Los Angeles
and San Francisco, Los Angeles , CA,
University of Southern California
Blakely, E.J.; Snyder, M.G. (1997) Fortress
America: Gated Communities in the
United State. Wahington DC : Brooking
Institution Press
Carr, S, Francis, M. Rivlin, L.g., and Stone,
A.M. (1992)
Public Space,
Cambridge:
Cambridge University
Press
Clarke, D.B. (1997) Consumption and the City,
modern and postmodern, International
Journal of Urban and Regional
Research, 21 (2), pp 218-237
Crawford, M (1992), The world in a shopping
mall , in : M. Sorkin (ed.) Variation on
a Theme Park : The New American City
and the End of Public Space. New
York : Hill & Wang
Das, Daisy, (2008), Urban Quality of Life: A
Case Study of Guwahati, Springer
Science+Business Media B.V. ,Soc
Indic Res (2008) 88:297–310
Day, Kristen (1999) Introducing Gender to the
Critique of Privatized Public
Space.
Journal Of Urban Design, Vol.4, No. 2
Francis, Mark (1997) A Case Method For
Landscape Architecture. Landscape
Architecture Foundation, New York

(NO. HLM)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25