ETIKA DALAM BISNIS internasion (1)

ETIKA DALAM BISNIS (TUGAS 1)

ETIKA DALAM BISNIS

ABSTRAK
RIZKI AFANDI : 18210981
ETIKA DALAM BISNIS
Penulisan. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma,
2013
Kata Kunci : Etika, Bsnis, Penulisan
Penulisan yang berjudul “ Etika Bisnis“ ini membahas tentang apakah pelaku bisnis yang ada
disekitar kita menggunakan etika didalam menjalankan bisnisnya? Jika tidak, bagaimanakah
bentuk pelanggarannya? Apakah faktor penyebabnya? Bagaimana cara mengatasinya?. Makalah
ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus pelanggaran etika bisnis yang terjadi pada masa kini.
Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan
berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang
sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab. Metode penulisan ini dengan
cara mengumpulkan berbagai informasi yang dari sumber-sumber yang terdapat di internet.
Berdasarkan pencarian penulis di internet ternyata ada beberapa perusahaan yang sudah taat
terhadap etika bisnis dan ada pula yang melanggar etika bisnis. Dalam penulisan ini dapat
disimpulkan bahwa ada perusahaan yang menjalankan etika bisnisnya dengan baik dan ada juga

yang tidak menjalankan etika bisnisnya sehingga banyak melakukan pelanggaran. Beberapa
faktor yang menyebabkan pelanggaran etika bisnis diantaranya yaitu banyaknya kompetitor baru
dengan produk mereka yang lebih menarik, inginnya produsen menambah pangsa pasar dan
keinginan produsen menguasai pasar. Oleh karena itu seorang pebisnis harus memiliki tanggung
jawab yang besar kepada pelanggan, karyawan, investor, dan masyarakat secara. Dan pemerintah
harus membentuk badan pengawas untuk mengawasi dan memberikan hukuman kepada
perusahaan yang melakukan pelanggaran dalam etika bisnis.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis.
Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan
kompleksitas masyarakat modern. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar

keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan
tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan dalam
kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu
diperhatikan. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang
penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis
akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka

panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi
bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis
yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam konteks bisnis,
merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak
masalah timbul dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional
maupun taraf internasional. Walaupun terdapat hubungan erat antara norma
hukum dan norma etika, namun dua macam hal itu tidak sama. Ketinggalan
hukum, dibandingkan dengan etika, tidak terbatas pada masalah-masalah
baru, misalnya, disebabkan perkembangan teknologi.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang
biasa dan wajar pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya
menyaksikan banyak pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di
Indonesia. Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis
yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di
Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan yang
tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin menguasai pasar. Selain untuk
menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi para
pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk
memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan. Ketiga

faktor tersebut merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis
melakukan pelanggaran etika dengan berbagai cara.

Oleh

karena

itu,

dalam

makalah

ini

akan

dibahas

mengenai


pelanggaran etika bisnis di Indonesia serta faktor-faktor yang menyebabkan
pelanggaran etika bisnis
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan ini adalah:
1.

apakah pelaku bisnis yang ada disekitar kita menggunakan etika didalam

menjalankan bisnisnya?
2. Jika tidak, bagaimanakah bentuk pelanggarannya?
3. Apakah faktor penyebabnya? Bagimana cara mengatasinya?
1.3 Batasan masalah
Batasan masalah penulisan ini adalah hanya terbatas membahas etika
dalam bisnis.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui apakah pelaku bisnis yang
ada disekitar kita menggunakan etika didalam menjalankan bisnisnya? Jika
tidak, bagaimanakah bentuk pelanggarannya? Apakah faktor penyebabnya?
Bagimana cara mengatasinya?


LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Etika
Istilah Etika berasal

dari

bahasa

Yunani

kuno.

Bentuk

tunggal

kata


'etika'

yaitu ethossedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu :
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh
Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukanatau ilmu tentang adat
kebiasaan (K.Bertens, 2000).
K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata
ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti
berikut :
1. nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika
agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika
sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup
manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
2. kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik

Jurnalistik
3 .ilmu tentang yang baik atau buruk.
2.2 Pengertian Bisnis
Berikut ini ada beberapa pengertian bisnis menurut para ahli :


Allan afuah (2004)

Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk
menghasilkan dana menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan
keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan ada di dalam
industri


T. chwee (1990)

Bisnis merupaka suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan masyarakat.




Grifin dan ebert

Bisnis adalah suatu organisasi yang mennyediakan barang atau jasa yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.


Steinford

Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan masyarakat.


Musselman dan jackson (1992)

Bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry yag menyediakan
barang atau jasa ontuk mempertahankan dan memperbaiki standard serta
kualitas hidup mereka.



Boone dan kurtz (2002;8)

Bisnis adalah semua aktivitas aktivitas yang bertujuan memcari laba dan
perusahyaan yag meghasilkan barag serta jasa yang dibutuhkan oleh sebuah
sistem ekonomi.


Hughes dan kapoor dalam alma (1889;21)

Bisnis adalah suatu kegiatan individu yang terorganisasi untuk menghasilkan
dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.3 Pengertian Etika Bisnis
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.

Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara
adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada

kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan

standar

yang

lebih

tinggi

dibandingkan

standar

minimal

ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan
wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen
Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan
tingkah laku etika bisnis, yaitu :


Utilitarian

Approach :

konsekuensinya.
seharusnya

Oleh

mengikuti

sebesar-besarnya

setiap tindakan
karena
cara-cara

kepada

itu,

harus

dalam

yang

masyarakat,

didasarkan pada

bertindak

dapat
dengan

seseorang

memberi
cara

manfaat

yang

tidak

membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.


Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan
kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun
tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila
diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.



Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan
yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

2.4

Prinsip-prinsip Etika Bisnis

1. Prinsip otonomi

Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan
bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan
yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang
berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
2. Prinsip kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan perusahaan.
Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika
prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan
kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.
3. Prinsip tidak berniat jahat
Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat
akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
4. Prinsip keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis.
Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada
konsumen, dan lain-lain.
5. Prinsip hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat
dan prinsip keadilan.

METODE PENULISAN
Pada penulisan ini, informasi yang didapatkan oleh penulis bersumber
dari internet yang berkaitan dengan etika bisnis agar rumusan dan tujuan
penulisan ini dapat terjawab. Data dalam penulisan ini mengunakan data
sekunder. Dimana pengertian Data Sekunder adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti

sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.

PEMBAHASAN
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia
bisnis. Untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya banyak
perusahaan yang menghalalkan segala cara. Praktek curang ini bukan saja
merugikan masyarakat, tapi perusahaan itu sendiri sebenarnya.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting
demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan
merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka
panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi
bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis
yang baik secara moral.
Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang
sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di
Indonesia. Praktek bisnis yang terjadi selama ini dinilai masih cenderung
mengabaikan etika, rasa keadilan dan kerapkali diwarnai praktek-praktek
tidak terpuji atau moral hazard.


Faktor-faktor pebisnis melakukan pelanggaran etika bisnis
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilatarbelakangi
oleh berbagai hal. Salah satu hal tersebut adalah untuk mencapai
keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan dampak buruk
yang terjadi selanjutnya.
Faktor lain yang membuat pebisnis melakukan pelanggaran antara lain :

1. Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik

2. Ingin menambah pangsa pasar
3. Ingin menguasai pasar.
Dari ketiga faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki
pengaruh paling kuat. Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap
menjadi yang utama, dibuatlah iklan dengan sindiran-sindiran pada produk
lain. Iklan dibuat hanya untuk mengunggulkann produk sendiri, tanpa ada
keunggulan dari produk tersebut. Iklan hanya bertujuan untuk menjelekjelekkan produk iklan lain.
Selain ketiga faktor tersebut, masih banyak faktor-faktor lain yang
mempengaruhi.

Gwynn

Nettler

dalam

bukunya Lying,

Cheating

and

Stealing memberikan kesimpulan tentang sebab-sebab seseorang berbuat
curang, yaitu :
1.

Orang yang sering mengalami kegagalan cenderung sering melakukan
kecurangan.

2.

Orang yang tidak disukai atau tidak menyukai dirinya sendiri cenderung
menjadi pendusta.

3.

Orang yang hanya menuruti kata hatinya, bingung dan tidak dapat
menangguhkan keinginan memuaskan hatinya, cenderung berbuat curang.

4.

Orang yang memiliki hati nurani (mempunyai rasa takut, prihatin dan rasa
tersiksa) akan lebih mempunyai rasa melawan terhadap godaan untuk
berbuat curang.

5.

Orang yang cerdas (intelligent) cenderung menjadi lebih jujur dari pada
orang yang dungu (ignorant).

6.

Orang yang berkedudukan menengah atau tinggi cenderung menjadi lebih
jujur.

7.

Kesempatan yang mudah untuk berbuat curang atau mencuri, akan
mendorong orang melakukannya.

8. Masing-masing individu mempunyai kebutuhan yang berbeda dan karena itu
menempati

tingkat

yang

berbeda,

sehingga

mudah

tergerak

untuk

berbohong, berlaku curang atau menjadi pencuri.
9.

Kehendak berbohong, main curang dan mencuri akan meningkat apabila
orang

mendapat

tekanan

yang

besar

untuk

mencapai

tujuan

yang

dirasakannya sangat penting.
10. Perjuangan untuk menyelamatkan nyawa mendorong untuk berlaku tidak
jujur


Contoh kasus pelanggaran etika bisis di Indonesia
Pelanggaran etika yang sering dilakukan oleh pihak swasta, menurut
ketua Taufiequrachman Ruki (Ketua KPK Periode 2003-2007), adalah
penyuapan dan pemerasan. Berdasarkan data Bank Dunia, setiap tahun di
seluruh dunia sebanyak US$ 1 triliun (sekitar Rp 9.000 triliun) dihabiskan
untuk suap. Dana itu diyakini telah meningkatkan biaya operasional
perusahaan. (Koran Tempo - 05/08/2006)
Di bidang keuangan, banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan
pelanggaran etika. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erni Rusyani,
terungkap bahwa hampir 61.9% dari 21 perusahaan makanan dan minuman
yang

terdaftar

di

BEJ

tidak

lengkap

dalam

menyampaikan

laporan

keuangannya (not available). Contoh kasus pelanggaran etika bisnis antara
lain:

1. Kasus pelezat masakan merek ”A”. Kehalalan “A” dipersoalkan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada akhir Desember 2000 setelah ditemukan bahwa
pengembangan bakteri untuk proses fermentasi tetes tebu (molase),
mengandung bactosoytone (nutrisi

untuk

pertumbuhan

bakteri),

yang

merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap biokatalisator porcine yang
berasal dari pankreas babi.
2. Kasus lainnya, adalah produk minuman berenergi yang sebagian produknya
diduga mengandung nikotin lebih dari batas yang diizinkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Minuman. Kita juga masih ingat, obat anti-nyamuk “H”
3.

yang dilarang beredar karena mengandung bahan berbahaya.
Pada kasus lain, suatu perusahaan di kawasan di Kalimantan melakukan
sayembara

untuk

memburu

hewan

Pongo.

Hal

ini

dilakukan

untuk

menghilangkan habitat hewan tersebut untuk digunakan sebagai lahan
perkebunan sawit. Hal ini merupakan masalah bagi pemerintah dan dunia
usaha, dimana suatu usaha dituntut untuk tetap melestarikan alam
4.

berdampingan dengan kegiatan usahanya.
Pelanggaran juga dilakukan oleh suatu perusahaan di kawasan Jawa Barat.
Perusahaan tersebut membuang limbah kawat dengan cara membakar
kawat tersebut tersebut. Hal ini menyebabkan asap hitam pekat yang
membuat orang mengalami sesak napas dan pusing saat menghirupnya.
Perusahaan tersebut disinyalir tidak melakukan penyaringan udara saat
pembakaran

5.

berlangsung.

Hal

ini

dapat

mempengaruhi

kesehatan

masyarakat sekitar yang berdekatan dengan lokasi pabrik tersebut.
Sebuah perusahaan PJTKI di Yogyakarta melakukan rekrutmen untuk
tenaga baby sitter. Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa
perusahaan berjanji akan mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti
training dijanjikan akan dikirim ke negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan
tersebut menjanjikan bahwa segala biaya yang dikeluarkan pelamar akan
dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke negara tujuan. B yang
tertarik dengan tawaran tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan
biaya sebanyak Rp 7 juta untuk ongkos administrasi dan pengurusan visa
dan paspor. Namun setelah 2 bulan training, B tak kunjung diberangkatkan,
bahkan hingga

satu tahun tidak ada kejelasan. Ketika dikonfirmasi,

perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada penundaan, begitu seterusnya. Dari
kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI tersebut telah
melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B

sebagai calon TKI yang seharusnya diberangkatkan ke negara lain tujuan
untuk bekerja.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Dalam penulisan ini dapat disimpulkan bahwa ada perusahaan yang menjalankan etika

bisnisnya dengan baik dan ada juga yang tidak menjalankan etika bisnisnya sehingga banyak
melakukan pelanggaran.
Beberapa faktor yang menyebabkan pelanggaran etika bisnis diantaranya yaitu
banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik, inginnya produsen
menambah pangsa pasar dan keinginan produsen menguasai pasar.
5.2

Saran

Dalam penulisan ini penulis memberikan saran yaitu dalam bisnis harus
memutuskan apa yang benar dan yang salah. Seorang pebisnis harus
memiliki tanggung jawab yang besar kepada pelanggan, karyawan, investor,
dan masyarakat secara. Dan pemerintah harus membentuk badan pengawas
untuk mengawasi dan memberikan hukuman kepada perusahaan yang
melakukan pelanggaran dalam etika bisnis.

DAFTAR PUSTAKA




http://anikmugirahayu.blogspot.com/2012/06/pelanggaran-etika-bisnis.html
http://supermadi.blogspot.com/2009/10/contoh-pelanggaran-etika-bisnissesuai.html



http://driezone512.blogspot.com/2011/01/pelanggaran-etika-bisniscontoh.html



http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/03/14/etika-bisnis-untukkeberlanjutan-usaha/



http://henritapangestuti.blogspot.com/2011/12/pandangan-etika-terhadappraktekbisnis.htmlhttp://ibnuhasanhasibuan.wordpress.com/2011/12/20/pandanganetika-terhadap-praktek-bisnis-yang-curang/