ABSTRACT THE LEGAL ENFORCEMENT AGAINST POLICE MEMBERS WHO COMMITTED ILLEGAL LEVIES (A Case Study In Polresta Bandar Lampung Jurisdiction) By Agung Kurniawan, Heni Siswanto, Damanhuri Email : kurniaagung40gmail.com

  

ABSTRAK

  PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA KEPOLISIAN YANG

  

MELAKUKAN PUNGUTAN LIAR

(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Bandar Lampung)

Oleh

Agung Kurniawan, Heni Siswanto, Damanhuri

  

Email :

  Penegakan hukum adalah proses yang dilakukan sebagai upaya untuk tegaknya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dalam hal ini adalah penegakan hukum terhadap anggota kepolisian Polresta Bandar Lampung yang melakukan pungutan liar. Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penegakan hukum dan faktor penghambat penegakan hukum terhadap anggota kepolisian yang melakukan pungutan liar. Penelitian ini dilakukan di Polresta Bandar Lampung dengan memilih instansi yang terkait dengan perkara ini yaitu Propam Daerah Lampung. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Studi kepustakaan dan Studi lapangan dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris, dengan cara melihat penerapan teori hukum dalam kenyataannya (di lapangan) yaitu penegakan hukum oleh petugas profesi dan pengamanan (PROPAM) terhadap tindak pidana pungutan liar di Provinsi Lampung. Hasil Penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa penegakan hukum terhadap anggota kepolisian polresta Bandar Lampung yang melakukan tindakan pungutan liar tersebut telah berjalan sesuai aturan yang berlaku. Yaitu penyelesaiannya dilakukan melalui Sidang Disiplin atau Sidang Komisi Kode Etik Polri berdasarkan peraturan pemerintah No. 2 Tahun 2003 tentang peraturan peraturan disiplin anggota polri sehingga telah dijatuhi sanksi berupa dipindah tugaskan dan diturunkan pangkatnya. Adapun faktor penghambat yang dialami dalam penegakan hukum meliputi faktor undang-undang, penegak hukum, sarana dan prasarana, masyarakat, serta kebudayaan. Saran yang diberikan penulis yaitu pengawasan terhadap Polri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara pengawasan baik dari dalam Polri sendiri maupun berasal dari luar Polri. Guna memaksimalkan pelaksanaan penegakan hukum maka disarankan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan sosialisasi sebagai bentuk penyadaran akan aturan hukum yang berlaku.

  Kata Kunci: Pungutan Liar, Propam, Penegakan.

  

ABSTRACT

THE LEGAL ENFORCEMENT AGAINST POLICE MEMBERS WHO

COMMITTED ILLEGAL LEVIES

(A Case Study In Polresta Bandar Lampung Jurisdiction)

By

  

Agung Kurniawan, Heni Siswanto, Damanhuri

Email :

  Law enforcement is a process undertaken as an attempt to enforce legal norms in real terms as a behavioral guide in society and state life, in this case the law enforcement against police officers of Bandar Lampung who committed illegal levies. The problems in this research are to determine the law enforcement and the inhibiting factors of the misbehavior committed by police officers by taking illegal levies. This research was conducted at Polresta Bandar Lampung with agency related to this case that is the professional and security officers (PROPAM) of Bandar Lampung. The data collection method was completed through literature study and field study using empirical approach based on the application of legal theory in the real field, that is the law enforcement by professional and security officer (PROPAM) against illegal levies in Lampung Province. The results and discussion showed that the law enforcement against illegal levies committed by police officers of Bandar Lampung has been implemented according to the prevailing rules. The settlement has been done through the Discipline Session or the Commission Session of the Police Code of Ethics based on government regulation no. 2/2003 on the discipline rules in which the perpetrators have been sentenced in form of mutation and demotion. The inhibiting factors in the law enforcement included factors of law, law enforcement, facilities and infrastructure, society, and culture. The author suggested that the supervision against the police members can be done through various ways either from the Policeforce itself or from outside parties. In order to maximize the implementation of law enforcement, it is suggested that the law enforcement officers conduct a socialization as a form of awareness of the prevailing law. Keywords: Illegal levies, Propam, law enforcement

  Penegakan hukum adalah proses dilakukanya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya suatu norma hukum secara nyata sebagai pedoman prilaku dalam lintas hukum atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

  hukum melibatkan semua objek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan berdasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya, penegakan hukum hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana mestinya. Dalam memastikan tegaknya suatu aturan hukum, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.

  Aparat penegak hukum memiliki peran yang sangat penting sebagai jembatan pelaksanaan suatu aturan

  (sollen) agar dapat diimplementasi-

  kan dalam kehidupan sosial, dimana dalam kenyataan (Sein), dapat dikaji sejauh manakah pelaksanaan itu diterapkan. Dalam proses pelaksanaan hukum, timbul dua variabel penting, yaitu hak dan kewajiban. Dimana pelaksanaan hukum pada masyarakat berlaku secara umum kepada setiap warga

  

  negara, dengan adil, proporsional dan tidak diskriminatif.

I. PENDAHULUAN

  2 Pemisahan kepolisian dengan TNI

  secara kelembagaan membawa pengaruh dan perubahan perlakuan bagian anggota kepolisian didepan umum, yang semula tunduk pada hukum disiplin dan hukum pidana militer dalam lingkup kopetensi Peradilan militer, beralih tunduk pada Peradilan Umum. Terdapat suatu perubahan yang sangat esensial, dimana Polri bukan lagi Militer dan berstatus sebagai sipil. Berubahnya Kepolisian sebagai sipil, maka sebagai konsekuensi logis bahwa anggota Kepolisian tunduk dan berlaku hukum sipil.

1 Dalam arti luas, proses penegakan

  Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Pasal 27 ayat 1 UUD 1945 menegaskan adanya persamaan dimuka hukum dan pemerintahan, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tanpa ada pengecualian. Penegakan hukum adalah proses yang dilakukan sebagai upaya untuk tegaknya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Setidaknya ada tiga elemen penting yang mempengaruhi kinerja penegakan aturan hukum, antara lain:

  3 Pertama, Institusi penegak hukum,

  termasuk sarana dan prasarana yang mendukung dan mekanisme atau tata kerja yang berlaku di lembaga tersebut. Kedua, Budaya kerja aparat penegak hukum, termasuk kesejah- teraannya. Penegakan aturan hukum 2 Budi Rizki H, dan Rini Fathonah. Studi

  Lembaga Penegak Hukum . Bandar Lampung: Justice Publisher, 2014, hlm. 19. 3 Status Hukum. 14 Juni 2012: Penegak Hukum , itu sendiri hanya dapat terwujud apabila hukum yang hendak ditegakkan mencerminkan nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan kata lain, dalam rangka penegakan aturan hukum diperlukan pula pembaharuan atau pembentukan peraturan hukumyang baru. Dalam Kode Etik Profesi Polri, salah satunya disebutkan bahwa setiap anggota Polri harus menjauhkan diri dari perbuatan dan sikap tercela serta memelopori setiap tindakan mengatasi kesulitan masyarakat sekitarnya. Di samping itu, setiap insan Polri juga diharapkan mampu mengendalikan diri dari perbuatan- perbuatan penyalahgunaan wewenang. Aparat yang mempunyai wewenang untuk menegakkan hukum salah satunya yaitu Kepolisian Daerah Lampung (Polda Lampung) khususnya di Bidang Profesi dan Pengamanan (PROPAM). PROPAM yaitu salah satu wadah organisasi POLRI berbentuk Divisi yang bertanggung-jawab kepada masalah pembinaan profesi dan pengamanan dilingkungan internal organisasi Polisi Republlik Indonesia (POLRI) disingkat Devisi Propam Polri sebagai salah satu unsur pelaksana staf khusus POLRI di tingkat Markas Besar yang berada dibawah Kepala Kepolisian Republik Indonesia (KAPOLRI).

  Tugas PROPAM secara umum adalah

  4

  membina dan menyeleng- garakan fungsi pertanggung jawaban 4 Sadjijono, 2008, Etika Profesi Hukum:

  Suatu Telah Filosofis terhadap Konsep dan Implementasi Kode Etik Profesi POLRI , Yogyakarta: Laksbang Mediatama, hlm. 87-

  profesi dan pengamanan internal termasuk penegakan disiplin dan ketertiban di lingkungan POLRI dan pelayanan pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan anggota/ PNS POLRI.Oleh karena itu fungsi dan peranan Propam di lingkungan kepolisian Republik Indonesia menjadi penting karena akan memberikan dampak terhadap penegakan disiplin anggota Polri dan terutama penegakan hukum terhadap anngota polri sebagai pelaku tindak pidana. Profesionalitas Polri menjadi dambaan bukan saja oleh anggota Polri tetapi seluruh masyarakat Indonesia, karena fungsi pengayom dan pelindung masyarakat didukung adanya profesionalitas Polri dan semua itu tidak lepas dari peranan Propam dalam penegakan profesi Polri. Di pengujung 2016 ini muncul kebijakan yang memberikan sedikit angin segar dalam mendorong pemberantasan korupsi. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2016 dan Tahun 2017 dan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar.Melalui kebijakan ini Presiden menghendaki adanya tindakan tegas terhadap praktik pungutan liar (pungli). Integritas pelayanan publik memiliki relasi erat dengan potensi korupsi.

  5 Salah satu tindakan pungutan liar

  (pungli) di wilayah hukum Bandar Lampung adalah Satuan Tugas Bidang Profesi dan Pengamanan Kepolisian Daerah Lampung melakukan operasi tangkap tangan terhadap Kepala Unit V Kendaraan Bermotor Polresta Bandar Lampung Ipda Abdur Rohim. Ipda Abdur Rohim Kanit V/Ranmor Satreskrim Polresta Bandar Lampung, diduga telah menerima uang Rp 20 juta dari pengurus ekspedisi Berlian Trans sebagai biaya pinjam pakai barang bukti.

  Jaksa Agung

  

  mengatakan, pelaku pungutan liar tidak hanya dapat dijerat dengan Pasal KUHP. Pelaku juga mungkin dijerat dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Prasetyo mengatakan, umumnya, praktik pungutan liar dijerat dengan Pasal 368 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal sembilan bulan. Jika pelaku merupakan pegawai negeri sipil, akan dijerat dengan Pasal 423 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal enam tahun. Namun, ada ketentuan pidana yang ancaman hukumannya lebih besar dari itu, yakni Pasal 12 e Undang-Undang Tipikor. "Pungli itu bisa kita katakan sebagai korupsi. Ada Pasal 12 e di sana dengan ancaman hukuman penjara minimal empat tahun dan maksimal 20 tahun," Pungutan liar menjadi salah satu tindak pidana yang sudah akrab di telinga masyarakat. Walaupun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak satupun ditemukan mengenai tindak pidana pungutan liar atau delik pungli, namun secara tersirat dapat ditemukan dalam rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 6

  http://nasional.kompas.com/read/2016/10/- 20/20110891/pelaku.pungli.bisa.dijerat.pasal

  berasal dari Pasal 423 KUHP yang dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971, dan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

  Tindakan pungutan liar diatur dalam

  Pasal 423 KUHP yaitu:"Pegawai negeri yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa orang lain untuk menyerahkan sesuatu, melakukan suatu pembayaran, melakukan pemotongan terhadap suatu pembayaran atau melakukan suatu pekerjaan untuk pribadi sendiri, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun".

  7 Anggota kepolisian yang seharusnya

  sebagai pengayom dan pelindung masyarakat tidak seharusnya melakukan tindakan pungutan liar. Pungutan liar pada umumnya merupakan kejahatan terhadap norma-norma hukum yang harus ditafsirkan atau patut diperhitungkan sebagai perbuatan yang sangat merugikan bagi pihak korban

  8

  . Hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut tanpa adanya suatu penyelesaian hukum atas tindak pidana tersebut. Oleh karenanya, setiap tindak pidana yang dilakukan oleh siapapun harus ditindak secara tegas tanpa memandang status, walaupun pelakunya adalah aparat hukum sendiri. Berdasarkan latar 7 Pasal 423 KUHP. 8 Muhammad Nuh, 2011, Etika Profesi belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Penegakan Hukum

  Terhadap Anggota Kepolisian Yang Melakukan Pungutan Liar (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polresta Bandar Lampung).

  Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah:

  1. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap anggota kepolisian yang melakukan pungutan liar? 2. Apakah faktor penghambat penegakan hukum terhadap anggota kepolisian yang melakukan pungutan liar ?

  Penelitian ini dilakukan di Polresta Bandar Lampung dengan memilih instansi yang terkait dengan perkara ini yaitu Propam Daerah Lampung. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Studi kepustakaan dan Studi lapangan dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris, dengan cara melihat penerapan teori hukum dalam kenyataannya (di lapangan) yaitu penegakan hukum oleh petugas profesi dan pengamanan (PROPAM) terhadap tindak pidana pungutan liar di Provinsi Lampung.

  1. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri

  9 9 Sadjijono, 2008, POLRI Dan Good Governance, Laksbang Mediatama,

  1) Meninggalkan tugas secara tidak sah selama dari (tiga puluh) hari berturut-turut. 2) Melakukan perbuatan dan berperilaku yang dapat merugikan dinas Polri. Apabila tingkat pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Polri termasuk dalam kualifikasi pelanggaran berat dan dilakukan berulangkali, maka kepada terperiksa dapat dijatuhi sanksi dinyatakan tidak layak untuk mengemban profesi/fungsi kepolisian. Menurut Pasal 12 (4) Kode Etik Profesi Polri, sanksi tersebut merupakan sanksi administrasi berupa rekomendasi untuk: (a) dipindahkan tugas ke jabatan yang berbeda; (b) dipindah tugas ke wilayah berbedah; (c) pemberhentian dengan hormat; atau (d) pemberhentian tidak dengan hormat. Sanksi administrasi (a) dan (b) adalah mutasi kepada anggota yang terbukti melanggar Kode Etik Profesi Polri, baik mutasi jabatan, yaitu dipindah ke jabatan berbeda (bisa penurunan jabatan), atau mutasi wilayah/tempat, yaitu dipindah ke tempat/daerah lain (bisa ke daerah terpencil). Sedangkan sanksi administrasi (c) dan (d) adalah tindakan pemberhentian terhadap anggota Polri yang terbukt imelanggar Kode Etik Profesi Polri, baik berupa pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian tidak dengan hormat.

  10 Pengaturan mengenai Peraturan

II. PEMBAHASAN A. Penegakan Hukum Terhadap Anggota Polresta Bandar Lampung yang Melakukan Pungutan Liar

  Disiplin Polri dengan peraturan Pemerintah tersebut isinya telah disesuaikan dengan tuntutan tugas dan wewenang serta tanggung jawab anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bersifat Sipil. Selain itu rumusan peraturan disiplin Polri disesuaikan dengan konteks perkembangan hukum dan ketatanegaraan serta aspirasi masyarakat sesuai tuntutan zaman. Anggota Polisi akan menjadi polisi sipil dan melayani semua orang masyarakat dari berbagai strata social dan kepangkatan di masyarakat. Setiap Anggota Polisi harus ingat bahwa tidak ada kualifikasi yang sangat diperlukan bagi seorang petugas polisi selain pengendalian amarah atau emosional secara sempurna, tidak memasukan kedalamhati segala bentuk cacian, termasuk dalam kadar yang paling kecil sekalipun atas ucapan atau ancaman yang mungkin dilancarkan kepadanya. Disiplin adalah kehormatan yang sangat erat kaitannya dengan kredibilitas dan komitmen. Disiplin anggota Polri adalah kehormatan yang menunjukan kredibilitas dan komitmen sebagai anggota Polri. Pembuatan peraturan disiplin bagi anggota Polri bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kredibilitas dan komitmen yang teguh.kredibilitas dan komitmen anggota Polri adalah sebagai pejabat negara yang diberi tugas dan kewenangan selaku pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, serta sebagai penegak hukum dan memelihara keamanan. Komitmen berbeda dengan loyalitas, karena loyalitas cendrung mengarah pada sifat mutlak dan berunjung pada kecendrungan pemimpin untuk menyalahgunakan loyalitas tersebut (abuseof power). Pelaksanaan disiplin bagi anggota Polri berbeda dengan loyalitas, karena pelaksanaan peraturan disiplin didasarkan pada kesadaran dari padarasa takut, dan didasarkan pada komitmen dari padaloyalitas.

  11 Peraturan disiplin juga dimuat

  tentang sanksi yang dijatukan kepada anggota polri jika melanggar larangan atau peraturan. Peraturan disiplin tersebut untuk memembina anggota polri dalam suasana kerja yang penuh dengan konflik, keteragandan ketidakpastian, serta membina karkter dan kultur barupolri sesuai tuntutan reformasi sebagai polisi sipil. Dalam peraturan disiplin polri diatur tata cara pemeriksaan, tata cara penjatuan hukuman disiplin serta tata cara pengajuan keberatan apabila anggota polri yang dijatuhi hukuman disiplin itu merasa keberatan atas hukuman yang dijatuhi kepadanya. Tujuan penjatuan hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan mendidik anggota polri yang melakukan pelanggaran disiplin agar berubah menjadi baik.

  12 2.

   Proses Penyelesaian Pelang- garan Kode Etik Profesi oleh Propam Polda Lampung

  Kaidah-kaidah yang termuat dalam peraturan disiplin Polri cukup luas jangkauannya, mencakup perilaku angota Polri baik yang terkait dengan kedinasan maupun dalam kehidupannya di masyaraka, sehingga kaidah atau norma di maksud menjadi pedoman berperilaku, sehingga dapat dikatakan: jika angota Polri 11 Sudibyo Saleh, Komitmen Supremasi

  Hukum DiTengah Kemajuan Masyarakat Indonesia, Makalah Yang Disampaikan Dalam Dialog Nasional Profesional Aparat Penegak Hukum Dalam Pelaksanaan Di Tengah Masyarakat Yang Bersih Dan Berwibawa, Jakarta, 2004 mematuhi dan menaati kaidah atau norma yang ada dalam peraturan disiplin serta tidak melakukan perbuatan yang bertantangan dengan norma tersebut, maka angota Polri memiliki kriteri a “disiplin” tetapi apabila sebaliknya maka memiliki kriteri a “ kurang disiplin” atau “tidak disipli n“. Disiplin dalam berperilaku merupakan cermin moral setiap anggota polri yang terbangun dari individu dan kemudian menkristal kedalam suatu institusi atau lembaga polri

  .“disiplin” menjadi dasar utama anggota polri dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, oleh karena itu masyarakat yang memberikan kepercayaan kepada institusi polri untuk menjalankan tugas dan wewenang tetapi mempercayainya, maka hanya ada satu kata, yakni berpegang teguh pad a“disiplin“, dalam arti disiplin dalam segala perilaku atau perbuatan. Disiplin juga telah mengandung unsur dan nilai kejujuran, karena disiplin menghendaki tidak adanya perbuatan yang bertentangan dengan hukum maupun moral, sehingga menjadi kedisiplinan berarti juga menjaga kejujuran.

  polri sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah No. 2 Tahun 2003, memuat substansi pokok yang menegaskan yang menegaskan suatu kewajiban (keharusan) yang juga dapat disebut sebagai perintah (gebod), yakni sesuatu yang harus dijalankan oleh setiap anggota polri, dan membuat larangan-larangan 13 Drs. H. Pudi Rahardi. M.H. Hukum

  Kepolisian, Profesiolisme dan Reformasi Polri . laksbang Mediatama, Surabaya. 2007.

  (verbod), yakni sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Apabila angotta polri tidak menjalankan suatu kewajiban hukum yang diharuskan dan melakukan suatu perbuatan yang di larang, maka masuk kategori melakukan pelangaran disiplin. Bagi angota polri yang melakukan pelangaran disiplin dimaksud, diancam dengan sanksi hukuman, yakni hukuman disiplin.

  14 Setiap anggota Polri adanya

  peraturan disiplin, sehingga dalam melakukan tindakan apapun tidak dapat semaunya dan seenaknya sendiri, namun ada norma- norma yang membatasi gerak dan langkahnya, norma hukum umum, hukum disiplin maupun kode etik.

  3. Cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin

  Sesuai Pasal

  25 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Penyelesaian perkara pelanggaran disiplin dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut : a.

  Laporan / pengaduan b.

  Pemeriksaan pendahuluan c. Pemeriksaan didepan sidang disiplin d.

13 Di dalam peraturan disiplin anggota

  Penjatuhan Hukuman disiplin e. Pelaksanaan hukuman f. Pencatatan dalam data personel perorangan.

  Apabila ternyata pelanggaran disiplin tersebut juga merupakan tindak pidana maka penjatuhan hukuman disiplin tidak menghapuskan tuntutan terhadap tindak pidana yang dilakukan. Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Polri.

4. Penyelesaian pelangganan pidana anggota Polri

  (1) Berkaitan dengan perkara pidana bagi anggota kepolisian diselesaikan melalui peradilan umum, sesuai ketentuan dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Teknis Institusional Peradilan Uimum Bagi Anggota Polri. (2) Sengketa administrasi diselesaikan di Peradilan Tata Usaha Negara. Sengketa yang dimaksud pihak-pihak yang merasa dirugikan akibat dikeluarkannya keputusan oleh Pejabat kepolisian selaku Pejabat Tata Usaha Negara. (3) Berkaitan dengan pelanggaran disiplin melalui sidang disiplin, berdasar Peraturan pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. (4) Pelanggaran etika profesi dilakukan melalui sidang Komisi Kode Etik, berdasarkan ketentuan Pasal 35 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri dan Keputusan Kapolri No.Pol:Kep/33/VII/2003 tangga l1 Juli tentang Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik Polri. Berdasarkan pendapat narasumber dan undang-undang, penulis menyimpulkan bahwa proses penegakan hukum terhadap anggota kepolisian yang melakukan tindakan pungutan liar telah dilakukan dengan tata cara dan prosedur yang berlaku. Penanganan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dilakukan karena adanya laporan atau pengaduan yang diajukan oleh masyarakat, anggota Polri atau sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan Pengajuan laporan atau pengaduan disampaikan setiap jenjang organisasi Polri.

  Berdasarkan laporan atau pengaduan tersebut Propam kemudian melakukan pemeriksaan pendahuluan. Apabila dari hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan kuat telah terjadi pelanggaran Kode Etik Profesi Polri, maka Propam mengirimkan berkas perkara kepada Pejabat yang berwenang dan mengusulkan untuk dibentuk Komisi Kode Etik Polri untuk selanjutnya dilakukan sidang guna memeriksa Anggota Polri yang diduga melanggar Kode Etik Profesi Profesi Polri untuk dijatuhkan putusan yang bersifat final.

  Dalam Peraturan Pemerintah Nomor

  2 Tahun 2003 telah diatur tentang penyelesaian pelanggaran disiplin. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tentang tata cara pemeriksaan, tata cara penjatuhan hukuman disiplin serta tata cara pengajuan keberatan apabila anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dijatuhi hukuman disiplin tersebut merasa keberatan atas penjatuhan hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya. Tujuan hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan mendidik anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melakukan pelanggaran disiplin agar berubaha menjadi baik. Oleh sebab itu setiap atasan yang berhak menghukum (Ankum) wajib memeriksa 43 lebih dahulu dengan seksama anggota POLRI yang melakukan pelanggaran disiplin sebelum dijatuhkan hukuman. Hukuman disiplin yang dijatuhkan haruslah setimpal dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan sehingga dapat diterima rasa pelanggaran Disiplin adalah ucapan, tulisan atau perbuatan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melanggar peraturan disiplin, sesuai dengan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin POLRI. Apabila pelaku pelanggaran dijatuhi tindakan disiplin, maka penjatuhan tindakan disiplin tersebut dilaksanakan seketika dan langsung pada saat diketahuinya pelanggaran, namun apabila pelaku pelanggaran dijatuhi hukum disiplin maka penjatuhan hukuman disiplin diputuskan dalam sidang disiplin dengan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap pelaku pelanggaran disiplin.

  Menurut Sanusi Husin yang di dalam wawancara menyatakan sebagai berikut Pungutan liar adalah mengambil atau memungut sesuatu yang dilakukan secara melanggar hukum, Pungutan liar: setiap melakukan pungutan harus ada perizinan dahulu, sedangkan ini tidak. Kemudian dalam konteks skripsi anda bahwa yang dimaksud pungutan liar ini adalah oknum yang melakukan pungutan liar ini adalah anggota kepolisian, jadi tidak berdasarkan hukum yang berlaku, yaitu melakukan pemungutan dalam arti meminta uang, apakah dia berupa tipp, apakah berupa ganti ongkos, apa berupa menjanjikan untuk tidak melakukan penangkapan seperti yang dilalu lintas dalam arti uang damai, itu tindakan-tindakan yang dapat dikatakan sebagai

  Kalau pungutan biasa katakanlah parkir, itu termasuk pungutan liar, kalau parkir resmi harus menggunakan pakaian resmi, izin serta surat tugas, tetapi terkadang praktik di lapangan tidak sesuai aturan yaitu meminta uang lebih dari pada biasanya.

  Polisi atau TNI memiliki pengaturan tersendiri dalam hal penegakan terhadap anggotanya, terdapat dua hukum yang berlaku. Masyarakat berfikinya dilindungi oleh hukum sehingga menyimpulkan siapa yang melakukan kesalahan maka harus dihukum. Kalau pun ada polisi yang melanggar hukum, masyarakat melihat sejauh mana polisi tersebut dapat ditindak secara hukum, jadi kalau pun kode etik tidak berjalan, masyarakat berfikir bahwa hukum masih tumpul ke atas dan tajam ke bawah atau tidak berjalan. Jadi yang diharapkan masyarakat betul betul di tindak lanjuti dengan siapa pun yang melakukan pelanggaran.

B. Faktor Penghambat Penegakan Hukum terhadap Anggota kepolisian yang Melakukan Tindakan Pungutan Liar

  Secara kriminologis pungutan liar terjadi karena ada kesempatan, kesempatan muncul karena ada hubungan baik antara petugas pelayanan dan masyarakat langsung ada kerja sama ada kesempatann dan ini memang merupakan hal yang tidak bisa dihindari.

  Cara untuk mengurangi maraknya praktik pungutan liar cukup bagus dengan cara shock terapi yaitu dengan razia dan mengorganisir perlakuan ini dengan membentuk tim saber yang khusus di bidang nya dan ada jadwal nya yang paling penting menanamkan sifak kesadaran dalam menjalankan tugas dalam arti mengawasi seacara fisik dan non fisik. Berdasarkan pendapat dari para narasumber, penulis berpendapat bahwa faktor kebudayaan yang menjadi penghambat terbesar dalam upaya kepolisian dalam menegakan hukum terkait dengan pungutan liar. Kebudayaan yang berkembang di berbagai tingkatan masyarakat, baik itu di kalangan aparat kepolisian sendiri ataupun dikalangann masyarakat yang juga telah terbiasa dan akrab dengan kebudayaan buruk dalam hal penegakan hukum, sehingga mengakibatkan kejahatan ataupun pelanggaran yang terjadi sulit untuk di berantas.

  Faktor organisasi profesi hukum juga menjadi kendala dalam pemberantas- an pungutan liar karena organisasi profesi hukum baik dari kalangan praktisi maupun akademis yang ada selama ini belum menunjukan kegiatan-kegiatan yang dapat mensuport kegiatan pemberantasan pungutan liar dan masih belum mencerminkan sebuah organisasi profesi yang dapat diandalakan dalam pembangunan dan penegakan hukum. Profesi hukum selama ini ada kecenderungan mendahulukan kepentingan pribadi dari pada etika profesi.

  Hal yang tidak kalah pentingnya adalah adanya koordinasi antar sesama aparat penegak hukum dalam sitem peradilan pidana terpadu. Begitu pula mengenai koordinasi penanganan kasus acapkali kurang transparan sehingga kurang mendukung dalam pengungkapan kasus pungutan liar. Faktor kadar kesadaran hukum masyarakat juga masih relatif rendah, ini terlihat dari masih adanya anggota masyarakat yang enggan atau takut melaporkan adanya kasus-kasus pungutan liar, meskipun ia mengetahui kasus tersebut.

  Kelemahan-kelemahan dan kendala- kendala sebagaimana tersebut diatas selama ini masih menjadi faktor penghambat kelancaran dan keberhasilan penanganan kasus pungutan liar yang mengakibatkan penegakan hukum menjadi lemah. Hai ini perlu dicarikan solusi agar tidak berlarut-larut sehingga mengganggu akuntabilitas kinerja aparat penegak hukum.

  Apabila kelemahan-kelemahan dan kendala-kendala yang ada diminimanisir dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan serta peluang yang ada, maka jajaran aparat penegak hukum akan semakin dapat mewujudkan eksistensi sebagai aparat penegak hukum yang handal dan terpercaya. Pada dasarnya, keberhasilan penegakan hukum dalam upaya pemberantasan pungutan liar dipengaruhi pula oleh faktor kejujuran, kecakapan serta integritas yang tinggi dari aparat penegak hukum.

  III. PENUTUP A. Simpulan

  Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat penulis simpulkan :

  1. Pelaksanaan penegakan hukum terhadap anggota Kepolisian Polresta Bandar Lampung dalam melakukan pungutan liar telah berjalan sebagaimana mestinya dimana anggota tersebebut telah dijatuhi sanksi kode etik berupa di turunkan dan dipindahkan jabatan ke daerah terpencil sebagai konsekuensi dari tindakan yang dilakukan.

  2. Hambatan yang dihadapi dalam anggota Kepolisian Polresta Bandar Lampung yang melakukan pungutan liar yaitu faktor budaya menjadi penghambat terbesar dalam upaya kepolisian dalam menegakan hukum terkait dengan pungutan liar. Kebudayaan yang berkembang di berbagai tingkatan masyarakat, baik itu di kalangan aparat kepolisian sendiri ataupun dikalangan masyarakat yang juga telah terbiasa dan akrab dengan kebudayaan buruk dalam hal penegakan hukum, sehingga mengakibatkan kejahatan ataupun pelanggaran yang terjadi sulit untuk di berantas.

DAFTAR PUSTAKA

B. Saran

  Lampung sebagai aparatur negara yang memiliki sejumlah diskresi kepolisian berpotensial untuk melakukan pelanggaran hukum sehingga perlu dilakukan pengawasan. Pengawasan terhadap Polri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara pengawasan baik dari dalam organisasi Polri sendiri maupun berasal dari luar organisasi Polri. Pengawasan dari dalam organisasi Polri telah berjalan dengan baik, namun demikian guna mengefektifkan dan mengefisienkan pengawasan maka semua cara pengawasan harus dilakukan. Pengawasan yang berasal dari luar organisasi harus diberdayakan sehingga akan berhasil guna dan berdaya guna.

  Supremasi Hukum DiTengah Kemajuan Masyarakat Indonesia, Makalah Yang Disampaikan Dalam Dialog NasionalProfesional Aparat Penegak Hukum Dalam Pelaksanaan Di Tengah Masyarakat Yang Bersih Dan

  Sudibyo Saleh. 2004. Komitmen

  Governance, Laksbang Mediatama, Yogyakarta.

  Mediatama. Sadjijono. 2008. POLRI Dan Good

  Hukum: Suatu Telah Filosofis terhadap Konsep dan Implementasi Kode Etik Profesi POLRI , Yogyakarta: Laksbang

  Sadjijono. 2008. Etika Profesi

  (Prespektif Kedudukan Dan Hubungannya Dalam Hukum Administrasi), Laksbang Pressindo, Yogyakarta.

  Berdasarkan hambatan penegakan hukum yang diuraikan sebelumnya, maka ada beberapa saran yang disampaikan penulis :

  Hukum . Bandar Lampung: Justice Publisher.

  2014. Studi Lembaga Penegak

  Laksbang Mediatama. Rizki H, Budi dan Rini Fathonah.

  Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri) , Surabaya :

  Rahardi, Pudi. 2007. Hukum

  Profesi Hukum , Bandung: Pusaka Setia.

  Nuh, Muhammad. 2011. Etika

  Peningkatan sumber daya manusia; b. sosialisasi sebagai bentuk penyadaran akan aturan hukum yang berlaku.

1. Kepada aparat Polresta Bandar

  2. Kepada aparat penegak hukum agar melakukan tindakan dilakukan upaya sebagai berikut: a.

  Sadjijono. 2006. Hukum Kepolisian

  Peraturan Perundang-undangan

  Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2003, yang diterbitkan pada tangga l1 Januari 2003 (Lembaran Negara Tahun 2003 No. 2).

  Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2003.

  Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

  UU Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

  Sumber lain http://nasional.kompas.com/read/201 6/10/20/20110891/pelaku.pung li.bisa.dijerat.pasal.korupsi

  

  

Dokumen yang terkait

ABSTRACT THE PROOF OF EVIDENCE OF EXPERT TESTIMONY AND STATEMENT LETTER FROM THE AUTHORIZED INSTITUTIONS IN THE CALCULATION OF STATE LOSSES IN CORRUPTION CRIME By M.Ihkwan Husain, Eddy Rifai, Gunawan Jatmiko Email : m.ihkwanhusaingmail.com

0 0 12

UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENIPUAN MELALUI TELEPON GENGGAM YANG DILAKUKAN OLEH NARAPIDANA DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IA Bandar Lampung)

0 0 19

ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI SMS (Short Message Service) (Analisis Putusan No : 59Pid.B2015PN.Sdn) (Jurnal)

0 0 17

ABSTRACT THE IMPLEMENTATION OF CRIME INVESTIGATION AGAINST HOMICIDE COMMITTED BY HUSBAND TO HIS WIFE (A Study At Tulang Bawang Resort Police) By Hadi Yansyah Akil, Eko Raharjo, Damanhuri Warganegara Email :hadi.yansyah94gmail.com

0 0 12

ABSTRACT A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON SEXUAL DEVIATION OF SAME SEX AMONG FEMALE PRISONERS AT CORRECTIONAL FACILITY FOR WOMEN CLASS II A WAYHUI SOUTH LAMPUNG By Muhammad Guntur Hartotrisno, Sunarto, Budi Rizki Husin Email : mgunturhgmail.com

0 0 12

MEDIASI PENAL OLEH LEMBAGA KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN DALAM MEWUJUDKAN PRINSIP RESTORATIVE JUCTICE (Studi di Wilayah Hukum Polresta Bandar Lampung)

0 0 14

ABSTRACT A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON THE SMUGGLING OF THE PROTECTED WILDLIFE By Darul Kutni Almurowi, Sunarto, Rini Fathonah Email : daruel.almurowigmail.com

0 0 13

KOORDINASI ANTARA PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) BEA DAN CUKAI DENGAN PENYIDIK POLRI DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANAEKSPOR ILEGAL PASIR TIMAH (Studi di Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Bandar Lampung)

0 1 15

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENAMBANGAN BATU ILEGAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Studi Pada Polres Lampung Utara) Jurnal Penelitian

0 0 13

ABSTRACT THE ROLE OF POLICE IN THE INVESTIGATION OF EXTORTION CRIME COMMITTED BY NGOs (A Study in Mesuji Police Jurisdiction Area) By Alif Yolanda Putra, Heni Siswanto, Gunawan Jatmiko Email : asyrofimiranda97gmail.com

0 0 13