EKSPLORASI METODE PENCIPTAAN SENI RUPA KOMUNITAS KENTJINGANDJING MELALUI PROYEK SENI RUPA “UNREASONABLENESS” DI KOTA MALANG

EKSPLORASI METODE PENCIPTAAN SENI RUPA KOMUNITAS KENTJINGANDJING MELALUI PROY EK SENI RUPA “UNREASONABLENESS” DI KOTA MALANG

Aditya Nirwana dan Tegar Andito

aditya.nirwana@machung.ac.id , tegar.andito@machung.ac.id

ABSTRACT

"Unreasonableness" art project conducted by starting from some problems faced by the Kentjingandjing, which is (1) The problems of an art exhibition management, which includes issues of funding, human resources, and infrastructure of the arts, (2) public view towards the "function"of art, and (3) artist awareness as a scientist. This projects conducted by implementing scientific methods of art creation, which consists of three stages: 1) Internalization and Incubation of Idea; 2) The formulation of the concept of Creation; and 3) Creation of Art. The conclusion that this activity has effectively become the solution of the issues surrounding the management of art, but to raise awareness of the arts in society, this activity still requires massification, or at least is sustainable activities in which various disciplines can be involved. Besides, the scientific method that implemented in this activity is effective by some of the artists, but some argue the use of methods that 'rigid' like this, would handcuff the idea of creation, in addition to the lack of flexibility for the fluctuations which may occur in the process of artistic creation.

Keywords: Art, Creation, Ideas, Methods

ABSTRAK

Proyek seni rupa “Unreasonableness” dilaksanakan dengan bertolak dari beberapa permasalahan yang dihadapi oleh komunitas Kentjingandjing, yakni (1)

Permasalahan seputar menejemen pameran seni rupa, yang meliputi permasalahan pendanaan, sumber daya manusia, dan infrastruktur kesenian, (2) Pandangan publik seni kota Malang terhadap “fungsi” seni, serta (3) Penumbuhan kesadaran seniman sebagai seorang ilmuwan. Proyek dilaksanakan dengan mengimplementasikan metode penciptaan seni rupa yang bersifat ilmiah, yang terdiri dari 3 tahap yakni : (1) Internalisasi dan Inkubasi Gagasan; (2) Rumusan Konsep Penciptaan; dan (3) Eksekusi Penciptaan Karya Seni. Kesimpulan yang didapat dari aktivitas ini bahwa kegiatan ini telah secara efektif menjadi solusi dari permasalahan seputar manajemen seni rupa, namun untuk menumbuhkan kesadaran seni di kalangan masyarakat, kegiatan semacam ini masih memerlukan massifikasi, atau setidaknya merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimana berbagai disiplin ilmu dapat terlibat. Disamping itu, metode ilmiah yang diimplementasikan dalam kegiatan ini dinilai cukup efektif oleh beberapa orang seniman yang terlibat, namun sebagian berpendapat penggunaan metode yang

94 Volume 1 No. 1 April 2017

Aditya & Tegar Eksplorasi Metode Penciptaan Seni Rupa Komunitas kentjingandjing Melalui

Proyek Seni Rupa Unreasonableness” Di Kota Malang

„rigid‟ seperti ini justru membelenggu eksplorasi ide dan gagasan penciptaan, disamping itu kurang fleksibel bagi fluktuasi-fluktuasi yang akan sangat mungkin

terjadi dalam proses penciptaan seni.

Kata Kunci: Ide, Metode, Penciptaan, Seni

Staf Pengajar Program Studi Desain Komunikasi Visual – Universitas Ma Chung

1. PENDAHULUAN

masyarakat, atau bisa juga disebut Seni memiliki pengertian yang

masyarakat, memberikan cukup luas, masing-masing definisi

kritikus

alternatif bagi kehidupan masyarakatnya, memiliki tolok ukur yang berbeda.

atau memberikan pandangan baru yang Herbert Read dalam bukunya yang

sama sekali asing dalam masyarakatnya. berjudul The Meaning of Art (1959),

Dalam peran ini, seniman memainkan mengatakan bahwa seni merupakan

keberadaan dirinya yang bebas dari nilai- usaha manusia untuk menciptakan

nilai yang dianut masyarakatnya. bentuk-bentuk yang menyenangkan,

Meskipun seniman hidup dalam suatu yang dapat membingkai perasaan

masyarakat dengan tata nilainya sendiri, keindahan yang dapat terpuaskan apabila

dan ia belajar hidup dengan tata nilai dapat menangkap harmoni atau satu

tersebut, ia juga punya kebebasan untuk kesatuan dari bentuk yang disajikan

menyetujui atau tidak menyetujui tata (Read, 1959:1). Suzanne K. Langer

nilai masyarakatnya itu. dalam bukunya The Principles of Art

anggota kelompok (1974)

Sebagai

masyarakat, seniman dibentuk oleh nilai merupakan simbol dari perasaan. Seni

superstruktur merupakan kreasi bentuk simbolis dari

struktur

dan

masyarakatnya, setiap manusia pada perasaan manusia, yang mengalami

hakikatnya “tidak bebas” karena ia harus transformasi,

tunduk pada struktur tertentu. Seorang universalisasi dari pengalaman. Hal ini

dan

merupakan

individu, dalam hal ini adalah seniman, dapat dipahami karena dalam proses

juga harus menyesuaikan diri dengan penghadiran sebuah karya seni, seniman

ideologi kelompoknya. Seniman dapat selalu bersinggungan dengan realitas

bebas dari struktur, namun kebebasan itu dari luar (eksternal) maupun dari dalam

demi perbaikan idealistik strukturnya. dirinya sendiri (internal). Persinggungan

Bagaimanapun, setiap seniman dengan ini menimbulkan respon atau tanggapan

karya seninya tetap akan mencerminkan berupa sebuah perasaan tertentu yang

struktur sosialnya, dalam arti, bertolak diwujudkan dalam sebuah karya seni.

dari struktur nilai atau struktur sosial Realitas eksternal tersebut tidak lain

kemudian memainkan adalah lingkungan masyarakat (sosio-

masyarakat

eksistensinya sebagai kultural).

kebebasan

seniman. Seorang seniman adalah “bebas rangsangan lingkungan penciptaannya,

Dalam

menghadapi

nilai”, sehingga mampu memasuki seniman menjadi semacam “saksi”

berbagai sistem nilai yang dimiliki

Volume 1 No. 1 April 2017

SBN Studi Budaya Nusantara

kelompok lain. Dapat dikatakan bahwa mengemukakan bahwa istilah seni rupa seni adalah cermin masyarakat, namun

kontemporer bisa digantikan dengan seni kreativitas bersifat individual, bebas, dan

rupa postmodern, dan menurutnya, dalam beberapa hal justru “menentang”

istilah yang terakhir dapat dianggap masyarakat. Cermin dari masyarakat

lebih berdasar. Sejak kemunculannya, dalam hal ini adalah cermin keinginan,

seni rupa kontemporer Indonesia cermin jiwa, cermin minat dari

memosisikan diri sebagai seni yang masyarakatnya. Karya seni bukan

aspek konseptual bertugas seperti ilmu pengetahuan yang

mengedepankan

(content), daripada aspek bentuk (form). menjelaskan kenyataan yang ada. Ilmu

Sehingga dapat dipahami, bahwa yang pengetahuan berbicara tentang das Sein,

sebagai seni rupa kenyataan kongkret hidup masyarakat,

dimaksud

adalah aktivitas sedangkan seni cenderung berbicara

kontemporer,

berkesenian yang dilandasi oleh tentang das Sollen, yakni nilai-nilai yang

semangat postmodernisme. Pencarian seharusnya dijalani oleh masyarakat

secara terus-menerus kemungkinan- (Sumardjo, 2000:238). kemungkinan estetik baru, melalui

Tentang seni rupa kontemporer, eksplorasi medium seni, pengalaman Kusnadi

estetik baru, metode yang baru, yang istilah kontemporer untuk seni rupa

menggunakan

mana pada akhirnya melahirkan zaman kemunculan Raden Saleh (1811-

pembacaan terhadap seni rupa dari 1880).

perspektif yang baru pula. Atau dengan dilekatkan pada frasa seni rupa bukan

Kata kontemporer

yang

perkataan lain, sebuah upaya revitalisasi merupakan istilah yang merujuk pada

seni di tengah masyarakat. sebuah aliran atau gaya berkesenian,

Kentjingandjing melainkan hanya sebuah aktivitas

Komunitas

berawal dari UKM (Unit Kegiatan berkesenian yang dianggap terkini pada

Mahasiswa) Sanggar Minat (UKM zaman yang bersangkutan (Saidi,

Samin ), yang merupakan UKM Seni 2008:18).

Rupa di Universitas Negeri Malang. mengatakan bahwa belum terbentuk

Danto (1995:10)

juga

Kentjingandjing mulai solid dan aktif definisi seni kontemporer dalam konteks

berkarya seni mulai sekitar tahun 1998. “gaya kontemporer”. Istilah seni rupa

Pameran karya seni sering mereka kontemporer juga kerapkali dihubungkan

lakukan dari sudut ke sudut kampus, dengan sebuah gejala seni rupa yang

layaknya anjing yang kencing, untuk membedakan dirinya dari ideologi seni

menandai wilayah kekuasaan mereka. rupa

Agaknya ini menjadi sebuah metafor modern/modernism.

sebelumnya,

yakni

yang mengungkapkan “perkelahian” kontemporer dikategorikan sebagai

Seni

rupa

dengan “anjing” lainnya, dan karya seni karya seni yang dihasilkan oleh

yang dipamerkan dapat dipahami paradigma postmodern (postmodernism),

sebagai “kencing” yang berfungsi secara sehingga seringkali antara kontemporer

eksistensial. Mengutip apa yang dan postmodern dipergunakan secara

diungkapkan oleh Om Yon, seniman bergantian.

Danto

senior kota Malang, yang juga pernah

96 Volume 1 No. 1 April 2017

Aditya & Tegar Eksplorasi Metode Penciptaan Seni Rupa Komunitas kentjingandjing Melalui

Proyek Seni Rupa Unreasonabl eness” Di Kota Malang

menjabat sebagai pengurus Dewan

komunitas, Kesenian Malang (DKM), dalam katalog

Sebagai

Kentjingandjing terdiri individu-individu pameran Kentjingandjing tahun 2001 :

seniman. Adapun komunitas adalah Kentjingandjing datang bukan

sebuah kelompok sosial dari beberapa untuk sebuah demo kacangan.

organisme yang berbagi lingkungan, Kentjingandjing hadir tanpa

umumnya memiliki ketertarikan dan seorangpun yang membayarnya.

habitat yang sama. Dalam komunitas Kentjingandjing

ada

dan

dibesarkan oleh lingkungan manusia, individu-individu di dalamnya (social

dapat memiliki maksud, kepercayaan, bahkan konflik. Kami tahu itu,

artwork),

gesekan,

sumber daya, preferensi, kebutuhan, kami sadar akan hal itu, dan itu

risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi penting bagi

lain yang serupa (Wenger, 2002: 4). "bersikap"

kami

untuk

Kentjingandjing , individu- Kentjingandjing pada awalnya

dan "bergerak".

Dalam

individu di dalamnya memiliki tujuan adalah sebuah aktivitas sharing

process berkesenirupaan yang berkarya, sumberdaya, pilihan hidup, dimulai tahun 2001, gerakan ini

pandangan hidup, kebutuhan akan muncul sebagai kekuatan muda

ekspresi, kegemaran terhadap gaya atau bawah tanah (waktu itu) secara

aliran tertentu, dan juga ideologi, atau berkelompok. Namun kami tak

kondisi artistik lain yang tentunya nyaris pernah menamakan kelompok

serupa. Dalam hubungannya dengan kami

sebagai

kelompok

masyarakat, komunitas juga berinteraksi Kentjingandjing.

Sebab

Kentjingandjing pada awalnya dan merupakan bagian dari masyarakat merupakan idiom pameran kami,

yang lebih luas. Kentjingandjing , dengan maksud bahwa kelompok

merupakan bagian dari masyarakat seni kami hanya ingin meninggalkan

kota Malang, atau lebih luas lagi sebuah jejak atau bekas seperti

masyarakat kota Malang. Seperti yang halnya anjing ketika menandai

telah diungkapkan sebelumnya, bahwa sebuah tempat atau daerah seni merupakan cermin masyarakat,

kekuasaan

dengan

mengencinginya. Tapi dalam maka seniman tidak dapat lepas dari perkembanganya idiom ini terus

dan komunitas melekat dan menjadi nama

masyarakat,

Kentjingandjing merupakan bagian/ kelompok.

unsur masyarakat. Oleh sebab itu maka memang selalu memilki anggota

Kelompok

kami

terjadi interaksi antara keduanya, baik yang selalu berubah tiap event- seni (karya seni) dengan masyarakat, nya. Dan kami masih konsisten

untuk selalu meninggalkan cerita atau komunitas dengan masyarakat. di setiap event pameran yang kita

Sejauh pembacaan terhadap gelar. (Om Yon, dalam katalog

yang dicipta oleh pameran

karya seni

Kentjingandjing , dari segi bentuk, Oktober 2001, Dewan Kesenian

Kentjingandjing

material atau medium yang digunakan Malang)

cukup plural. Secara bentuk seni sudah

tidak

berorientasi kepada kategorisasi seni rupa modern (seperti

lagi

Volume 1 No. 1 April 2017

SBN Studi Budaya Nusantara

seni lukis, patung, seni grafis, kriya, Permasalahan yang pertama adalah dsb), namun lebih bersifat instalasif.

permasalahan terkait dengan manajemen Dalam dua pameran terakhir pameran

pameran seni kontemporer, yang komunitas Kentjingandjing , ditemui

permasalahan pendanaan, karya seni berupa instalasi video (video

meliputi

sumber daya manusia, dan infrastruktur art ), yang dikerjakan oleh Novantri dan

kesenian. Permasalahan yang pertama ini Didit Prastyo, kedua karya ini dapat

dapat dipahami karena sejauh pameran dipahami sebagai new media art.

yang sudah terlaksana, biaya untuk Kemudian karya fotografi yang ber-

berbagai hal dilakukan secara swadaya, genre antithesis photography, dikerjakan

dan di luar itu, seringkali proses oleh Bobby Nugroho, dan kristik yang

penciptaan karya seni memakan biaya dikerjakan oleh Katniar, serta potrait

yang cukup besar, apalagi jika material Marlyn Monroe dan Mick Jagger yang

yang dipergunakan bersifat monumental. dikerjakan dengan material paku payung

Dalam pelaksanaannya, pameran seni oleh Agus Salim (Suga). Meskipun

rupa yang dilakukan oleh komunitas secara tema berpusat pada sentimen

Kentjingandjing tidak pernah dibentuk pribadi, namun secara formal, medium

tim pelaksana khusus di luar seniman yang digunakan sudah tidak lagi

untuk melakukan aktivitas menejemen menggunakan medium konvensional,

dan administrasi pameran. Banyak hal atau material lain yang “wajar”

terkait pemeran yang harus dikerjakan dipergunakan sebagai bahan untuk

oleh seniman sendiri, seperti misalnya mencipta karya seni. Jika seni rupa

mendisplay karya (meliputi desain kontemporer dapat dipahami sebagai

ruang, sirkulasi pengunjung, tata cahaya, karya seni yang diungkapkan melalui

dan labelisasi), merancang konten acara medium yang plural, maka komunitas

pameran (acara utama dan pendukung), Kentjingandjing dapat dikatakan sebagai

(transportasi) karya, gerakan postmodernisme, hanya saja

pengangkutan

mendesain katalog, mendesain poster, sekarang

labelisasi, hingga pada publikasi yang aktivitas berkesenian menjadi bermuatan

bagaimana

menjadikan

cukup memakan banyak energi. Terkait kritis, tidak lepas dari isu-isu kelas

dengan infrastruktur, yang dimaksud sosial,

dalam hal ini adalah infrastruktur sosial menyuarakan lingkungannya.

dan yang

lebih

lebih

seni, seperti ruang pamer (ruang Berdasarkan

apresiasi seni), yang dapat dipahami sebelumnya

interaksi

sebagai artspace, galeri seni, rumah seni, Kentjingandjing maupun masyarakat

dengan

komunitas

studio seni, dan lain sebagainya. Di kota seni di Kota Malang, dapat diidentifikasi

Malang, beberapa hal diatas masih beberapa masalah yang berkaitan

kurang, atau kalaupun ada, masih tidak langsung dengan teknis penyajian karya

fungsi sebagaimana seni (pameran) kontemporer, metode

melaksanakan

mestinya. Minimnya ruang pamer dan penciptaan karya seni, kondisi sosial

apresiasi seni di kota Malang tidak publik

menyurutkan seniman di kota Malang infrastruktur seni di kota Malang.

seni, serta

permasalahan

untuk terus menyuguhkan karya-

98 Volume 1 No. 1 April 2017

Aditya & Tegar Eksplorasi Metode Penciptaan Seni Rupa Komunitas kentjingandjing Melalui

Aditya & Tegar Eksplorasi Metode Penciptaan Seni Rupa Komunitas kentjingandjing Melalui Proyek Seni Rupa Unreasonabl eness” Di Kota Malang

Proyek Seni Rupa Unreasonableness” Di Kota Malang

karyanya. Keterbatasan ruang maupun seringkali dianggap bukanlah kebenaran, publik seni di kota Malang justru mampu

padahal kebenaran bukanlah sesuatu memunculkan

yang sifatnya statis, kebenaran itu terlalu mungkin, dalam presentasi seninya

siasat baru,

yang

Kebenaran itu tumbuh, mampu

kaya.

berkembang, dan memperkaya dirinya Setidaknya ini menunjukkan menejemen

memunculkan

kebaruan.

tanpa batas, karena kebenaran itu ada di seni di kota Malang belum menemukan

luar alam manusia. Sama seperti bentuknya. Permasalahan kedua, yakni

ilmuwan lainnya, seorang seniman juga pandangan publik seni kota Malang

bertolak dari hal-hal yang bersifat terhadap “fungsi” seni, agaknya seni

empiris, bertolak dari kondisi nyata kurang menjadi isu utama dalam

sebagai titik tolak masyarakat kota Malang, baik dalam

masyarakat

kreatifitasnya. Hanya saja, seniman skala minat maupun prioritas. Kalangan

memiliki gaya dan caranya sendiri dalam awam memandang seni sebagai sesuatu

menggambarkan realitas masyarakatnya, yang tidak memiliki fungsi (manfaat).

dan untuk mempresentasikan temuan- Banyak orang menganggap fungsi

temuan nilainya sendiri. Betapapun merupakan sebuah nilai guna, seberapa

imajinatifnya sebuah karya seni, ia selalu jauh sebuah benda dapat memenuhi

bertolak dari kondisi kongkret dalam permasalahan-permasalahan kehidupan

yang menimbulkan sehari-hari manusia. Fungsi seringkali

masyarakat

persoalan bagi seniman. disalahartikan sebagai manfaat atau kegunaan, padahal fungsi yang dimaksud

2. METODE

dari beberapa dianggap sebagai sesuatu yang tidak

lebih kepada nilai. Seni seringkali

Bertolak

permasalahan yang dihadapi oleh penting, apalagi ditengah-tengah kondisi

Kentjingandjing , yakni 1) Permasalahan hidup manusia saat ini yang banyak

seputar menejemen pameran seni rupa, didorong oleh pola pikir pragmatis, dan

yang meliputi permasalahan pendanaan, ukuran nilai moral superstruktur (agama,

sumber daya manusia, dan infrastruktur budaya, adat-istiadat). Karena posisi seni

kesenian, 2) Pandangan publik seni kota yang minor di tengah masyarakat, maka

Malang terhadap “fungsi” seni, serta 3) berdampak kepada seniman yang sering

Penumbuhan kesadaran seniman sebagai kali merasa inferior jika harus

ilmuwan, maka dapat bersanding dengan praktisi dari disiplin

seorang

ditawarkan beberapa solusi yang ilmu yang lain, inilah permasalahan yang

mencakup aspek menejemen pameran ketiga, penumbuhan kesadaran seniman

seni rupa kontemporer, dan metodologi sebagai

penciptaan seni, yang keduanya itu seharusnya dapat memberi masukan

seorang ilmuwan.

Seni,

terangkum dalam sebuah art project terkait

(proyek seni rupa). Bertolak dari permasalahan sosial, yang mana

dengan

permasalahan-

posmodernisme, yang menemui kebuntuan ketika ilmu

semangat

mengutamakan sikap kritis dan skeptis pengetahuan

terhadap kesenian dan menemukan jalan keluar. Kebenaran seni

zamannya, maka program ini lebih 99

Volume 1 No. 1 April 2017

SBN Studi Budaya Nusantara

kepada mengangkat isu-isu kelas sosial, Beberapa hal diatas dapat dipahami ras, gender, usia, bangsa, alam, agama,

sebagai salah satu contoh fakta sosial lingkungan, dan sebagainya. Proyek seni

yang didapat dari empirisme, melalui ini diharapkan dapat menjadi aktivitas

pengamatan (observasi), wawancara, berkesenian yang kritis, tidak lepas dari

ataupun dokumen-dokumen entah itu isu-isu kelas sosial, yang lebih lebih

dari media massa ataupun dokumentasi menyuarakan lingkungannya, yang

pribadi yang dapat menjadi titik tolak kesemuanya itu diungkapkan melalui

rumusan ide penciptaan seni rupa. medium yang plural (medium lebih

Mengejek Unreasonableness, dapat bebas, karena berorientasi kepada tema), dipahami sebagai bentuk kritik (dapat

dan kontekstual. Dalam proyek ini, berupa parodi, atau ironisme) terhadap seniman akan mencipta sebuah karya

segala sesuatu (dapat berupa aktivitas, seni “berbasis riset”, yang memang

nilai-nilai, atau ukuran moral) yang berdasarkan fakta empiris dan akan

selama ini dipercaya mampu membawa menjadi titik tolak rumusan ide

sebuah bentuk penciptaan.

manusia

kepada

kehidupan yang “ideal”, namun Unreasonableness ,

tanpa ada dasar dipahami sebagai ketidakmasukakalan,

dapat

sesungguhnya

rasionalisasi, absurd, dengan kata lain atau ketidakrasionalan, dan memiliki

unreasonableness.Adapun seniman/ padanan kata sebagai absurd, irrational,

perupakomunitas Kentjingandjing yang atau not guided by reason (tidak

akan mengikuti art project ini adalah : 1) beralasan). Dalam thesaurus, ditemukan

Sigit Purnomo, 2) Agus Salim (Suga), 3) padanan kata unreasonableness adalah

Bobby Nugroho, 4) Didit Prastyo, 5) arbitrariness , atau arbitrer, yang dapat

Novantri Sumahadi, 6) Pandu Wijaya, dipahami sebagai kesemena-menaan,

dan 7) Arif Junaidi.

atau kemanasukaan. Banyak hal atau Proyek seni rupa ini berorientasi peristiwa di dalam masyarakat, yang

kepada proses, dengan kata lain juga dapat dianggap sebagai fakta sosial,

berorientasi kepada seniman. Karya disepakati

seniman pada nantinya diharapkan dapat namun unreasonableness, atau tanpa

bersama-sama

(abitrer),

menjadi “reflektor” masyarakat dan rasionalisasi. Ideologi, pada dasarnya

zamannya. Untuk itu diperlukan sebuah adalah unreasonable, karena ia tidak

metodologi penciptaan seni, yang dapat berdasarkan empirisme dan berwujud

dianggap sebagai sebuah proses yang sebagai idea yang merupakan kumpulan

dapat dipahami secara empiris. Metode nilai-nilai ideal yang kemudian diyakini

tersebut dapat diungkapkan dalam bersama mampu membawa manusia

sebuah bagan sebagai berikut. kepada kehidupan yang lebih “baik”.

100 Volume 1 No. 1 April 2017

Aditya & Tegar Eksplorasi Metode Penciptaan Seni Rupa Komunitas kentjingandjing Melalui

Proyek Seni Rupa Unreasonabl eness” Di Kota Malang

P Inkubasi Gagasan

Internalisasi dan

Rumusan Konsep Penciptaan

1) Menghubungkan antara

Fakta sosial A sebagai latar

gagasan dan konsep, secara

Eksekusi Penciptaan

Karya Seni M

Menetapkan bentuk (form) dan 1) Eksplorasi Estetik

intuitif.

belakang

penciptaan. 2) Improvisasi

Perumusan Ide 3) Memperkuat & mendudukkan Dekomposisi –

isi (content).

Penciptaan Rekomposisi

3) Tujuan 4) Finishing/Stile-tone

gagasan dalam penciptaan.

4) Rancangan karya seni

Penciptaan

5) Artist Talk

NIRU

PA

Bagan 01. Metode penciptaan seni rupa dalam proyek seni rupa “Unreasonableness” Sampai pada tahap yang kedua, setelah bulan menjelang pameran. Seluruh

merumuskan konsep penciptaan seni, aktivitas dalam proyek seni rupa ini maka yang harus dilakukan oleh seniman

berjalan mulai bulan Maret – November dalam proyek seni ini adalah artist talk.

2015, seperti yang terjadwal dalam garis Artist talk merupakan sebuah aktivitas

waktu sebagai berikut.

diskusi seni di ruang publik. Dari 7 orang seniman yang tergabung dalam

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kentjingandjing , tiap seniman/perupa

3.1 Internalisasi

dan Inkubasi

akan mengemukakan

ide

atau

Gagasan, serta Perumusan Konsep

gagasannya melalui presentasi yang

Penciptaan

dikemas dalam sebuah diskusi interaktif

belakang penciptaan dalam situasi publik. Setelah seniman

Latar

merupakan uraian tentang hal-hal menjalani proses tersebut, maka

spesifik yang mendorong atau menjadi dilanjutkan dengan tahap ketiga, yakni

alasan timbulnya ide penciptaan. Suatu eksekusi penciptaan karya seni, yang

kisah, atau fakta sosial yang menjadi berujung pada sebuah event pameran.

pengalaman pantas menjadi latar Pelaksanaan

belakang berkesenian sejauh kisah perancangan katalog beserta pengantar

pameran

meliputi

tersebut menjadi peristiwa bagi perupa. kuratorial, desain ruang dan sirkulasi

Peristiwa biasanya lahir dari kejadian pengunjung, persiapan materi karya,

yang terjadi secara empiris, namun tidak labelisasi, tata cahaya, fasilitas dan

setiap kejadian menjadi peristiwa dalam elemen visual pendukung, serta acara

kehidupan perupa. Penyebabnya bisa pendukung

berasal dari kualitas peristiwa, maupun pameran merupakan puncak dari art

pameran.

Pelaksanaan

juga bisa berasal dari kondisi batin yang project, sehingga seluruh divisi dalam

dialami perupa pada saat tertentu. Dalam tim pelaksana dapat dikonsentrasikan

tahap ini, perupa dapat melakukan kepada pelaksanaan pameran. Untuk

observasi, atau pengamatan terhadap melaksanakan pameran ini dibutuhkan

lingkungan sekitar, untuk menemukan panitia pelaksana yang akan dibentuk 2

fakta sosial yang dapat dikatakan sebagai 101

Volume 1 No. 1 April 2017

SBN Studi Budaya Nusantara

unreasonableness . Dalam tahap ini, tradisional dan modern, dengan gaya perupa

surealistik, menggunakan cat minyak di pendokumentasian terhadap peristiwa-

dapat

melakukan

atas kanvas.

peristiwa atau fakta sosial yang Setelah perupa menemukan latar dicerapnya.

peristiwa dan Dari fakta sosial yang ditemukan

belakang

sebagai

mengajukan persoalan, maka perupa sebelumnya, dalam tahap ini, perupa

kemudian merumuskan atau persisnya mulai memunculkan masalah, atau

membangun konsep penciptaan dan kegelisahan kreatif yang dapat berupa

gagasan penciptaan. Dua hal tersebut asumsi sementara dari keluasan latar

dibahas secara bersamaan, namun belakang berkesenian yang mengerucut

disamakan, padahal kepada bagaimana mewujudkan ide itu

seringkali

sebenarnya berbeda. Kedua hal yang ke dalam karya seni. Semisal karya

cukup abstrak ini, merupakan hal yang sastra yang tidak pernah jauh dari 3 hal,

cukup penting untuk proses penciptaan. yakni seks, politik, dan agama atau

Konsep, gagasan, dan intuisi ideologi. Ketiga hal tersebut merupakan

biasanya dibahas dalam konteks wilayah yang sering menimbulkan hal-

representasi akan suatu obyek yang hal yang absurd (unreasonableness) bagi

sedang dihadapi. Ketiganya berfungsi individu. Seorang perupa (pencipta)

untuk memberikan informasi kepada adalah orang yang mau jujur dalam tiga

perupa tentang suatu obyek diluar wilayah itu. Tragisnya, begitu bersikap

sehingga dapat jujur, justru absurditas yang ditemui.

dirinya

dipertanggungjawabkan. Konsep, Dari sanalah seorang pencipta harus

gagasan, dan intuisi mempunyai sumber membangun

yang berbeda, yakni masing-masing dari memaknai absurditas itu. Pemaknaan

(understanding), rasio inilah yang menjadi sebuah masalah bagi

pemahaman

(reasons), dan daya rasa (sensibilia). perupa. Masalah adalah sesuatu yang

Seorang perupa membutuhkan konsep dipertanyakan. Latar belakang yang

dalam kerja kreatifnya. Peristiwa- matang pada akhirnya menempatkan

peristiwa yang ditemukan dan dapat seorang perupa dalam situasi “terjepit”

diceritakan pada bagian latar belakang (situasi konfliktual, situasi antagonistis,

serta dipertanyakan dalam rumusan ide situasi dialektis, dsb). Pada tahap ini

penciptaan perlu dikembangkan ke akan muncul masalah kreatif yang dapat

dalam sejumlah konsep. Rumusan membuka petualangan batin, estetik,

konsep tersebut membantu perupa dalam art istik, orisinal serta genial. Dalam

memahami peristiwa-peristiwa yang tahap ini perupa mencoba merumuskan

menimbulkan kekuatan emosi di dalam butir-butir pemikiran yang berkaitan

dirinya. Konsep lahir dari apa yang langsung dengan karya seni yang akan

dialami oleh perupa.

diciptakan (ide dan bentuk/wujudnya). Konsep penciptaan meliputi Sebagai contoh yakni bagaimana

konsep yang berkaitan dengan isi menciptakan sebuah lukisan yang

yang kemudian mengungkapkan kontradiksi budaya

maupun bentuk

dikembangkan menjadi ide penciptaan,

102 Volume 1 No. 1 April 2017

Aditya & Tegar Eksplorasi Metode Penciptaan Seni Rupa Komunitas kentjingandjing Melalui

Proyek Seni Rupa Unreasonabl eness” Di Kota Malang

serta konsep yang berkaitan dengan belum tentu, atau malah tidak harus bentuk akan dikembangkan menjadi ide

menunjuk hal yang praktis. Ketiga, bentuk. Gagasan suatu karya seni tidak

gagasan juga sudah meliputi antisipasi sama dengan tema atau judulnya karena

untuk diterjemahkan ke dalam karya berada di luar wilayah seni, gagasan

yang diteliti.

adalah wilayah estetik dan sensasi. Dengan metode penciptaan karya Gagasan dilahirkan dari latar belakang

seni yang berorientasi kepada proses, dan persoalan penciptaan, bukan diambil

dengan kata lain berorientasi kepada begitu saja entah dari mana. Gagasan

perupa itu sendiri, maka karya seniman atau ide, biasanya dikaitkan dengan

pada nantinya diharapkan dapat menjadi sesuatu yang masih di “kepala” atau

“reflektor” masyarakat dan zamannya. pikiran, sehingga dapat disimpulkan

Untuk itu diperlukan sebuah proses bahwa ide merupakan sesuatu yang

penciptaan seni yang bertitik tolak dari masih ada dalam pikiran dan masih perlu

fenomena sosial (fenomena kolektif)/ direalisasikan dalam kenyataan. Gagasan

fakta sosial, yang dapat dianggap sebagai bagian dari proses penciptaan

sebagai sebuah pengalaman secara sudah mulai muncul sejak seorang

empiris. Dalam tahapan ini dibagikan perupa menceritakan peristiwa yang

orang seniman menjadi latar belakang. Agoni adalah

kepada

ketujuh

Kentjingandjing sebuah modul situasi dimana seseorang menghadapi

kuratorial, yang dapat dikatakan sebagai “persoalan” hidup sendirian. Gagasan

“penambat” atau jangkar, agar wacana berfungsi untuk melindungi perupa

mengenai ide, gagasan, atau konsep supaya tidak “lemas” oleh agoni.

tidak lepas dari proses selanjutnya. Gagasan adalah tatanan sederhana untuk

Modul tersebut berupa kumpulan melindungi diri dari situasi tanpa

pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan tatanan. Gagasan juga dapat dipandang

dapat membantu seniman dalam sebagai ideologi dalam arti sebagai suatu

merumuskan ide, gagasan, dan konsep pandangan untuk memberikan makna

secara terstruktur, serta membantu apa yang terjadi. Gagasan penciptaan

seniman dalam pemilihan simbol-simbol dapat disejajarkan dengan pembuka

dalam karya seni yang berfungsi sebagai jalan, yaitu apa yang hendak dikatakan,

penyampai ide, gagasan dan konsep namun

dalam bentuk (form) secara terarah. menerjemahkan gagasan yang bersifat

masih diperlukan

untuk

Terkait dengan pengisian pertanyaan- kognitif ke dalam rasa atau sensasi, atau

pertanyaan tersebut, juga dilakukan estetik. Dengan mempertimbangkan sifat

diskusi dengan para seniman yang dan

terlibat dalam bentuk brainstorming, penciptaan, maka dapat ditentukan arah

yang diadakan 1-2 minggu sekali. yang akan ditempuh ketika merumuskan

Beberapa pertanyaan terstuktur tersebut penciptaan. Pertama, gagasan penciptaan

antara lain dapat dipaparkan dalam tabel mengandung sikap seorang pencipta

2.1 berikut.

pada dunia luar yang sedang dihadapi. Kedua, gagasan sifatnya masih formal,

Volume 1 No. 1 April 2017

SBN Studi Budaya Nusantara

No. Pertanyaan & Uraian

mampu mewadahi/menampung asumsi 1. Deskripsi

terhadap permasalahan- (Fakta Sosial)

Fenomena

Sosial/Kolektif

perupa

permasalahan yang diajukan diatas? Jika Note : Suatu kisah, atau fakta sosial yang

ya, seperti apa bentuknya? (pada tataran telah menjadi pengalaman perupa, dan

bentuk dan isi seni, belum mengarah layak menjadi latar belakang berkesenian

kepada teknis/proses penciptaan seni sejauh kisah tersebut menjadi peristiwa

secara spesifik, misalnya : video art, bagi perupa.

instalasi, patung, lukisan, relief, dsb) Deskripsi/uraian fakta sosial :

Uraian :

2. Mengapa peristiwa/fenomena

10. Apa harapan perupa terhadap audience tersebut menjadi menarik bagi perupa?

sosial

ketika mengapresiasi karya tersebut? Apakah ada hal-hal yang absurd yang

Uraian :

ditemui oleh perupa dalam fenomena 11. Apa tujuan perupa dari penciptaan karya tersebut?

seni tersebut? (contoh mudah : bagaimana Uraian :

menciptakan sebuah lukisan yang 3. Adakah teks-teks pendukung (opini,

kontradiksi budaya tanggapan, teori, teks agama/spiritual, dsb)

mengungkapkan

tradisional dan modern, dengan gaya dari sosiolog, psikolog, filsuf, seniman,

surealistik, menggunakan cat minyak di atau

agamawan

yang

atas kanvas)

menjelaskan/mendukung/mengkritik

Uraian :

peristiwa/fenomena sosial tersebut? Uraian :

Tabel 02. Modul Pertanyaan & Uraian sebagai 4. Bagaimana

instrumen untuk menggali ide, gagasan, dan peristiwa/fenomena sosial tersebut?

merumuskan konsep penciptaan seni Uraian :

5. Adakah suatu bagian yang lebih spesifik dari peristiwa/fenomena sosial tersebut yang

(critical point)? Uraian : 6. Jika dalam sebuah pertanyaan, maka pertanyaannya adalah (boleh lebih dari satu) : 1.

Gambar 01. Sesi diskusi – brainstorming yang 2. diadakan 1-2 minggu sekali untuk merumuskan 3. ide, gagasan, dan konsep penciptaan karya seni.

7. Apa makna permasalahan (pertanyaan- (Sumber : dokumentasi penulis) pertanyaan)

(pribadi/subyektif) perupa?

3.2 Artist Talk

Uraian :

Art ist talk merupakan sebuah

8. Bagaimana asumsi

perupa

terhadap

aktivitas diskusi seni di ruang publik.

permasalahan-permasalahan

tersebut?

(dapat berupa jawaban sementara terhadap

Dari 8 orang seniman yang tergabung

pertanyaan-pertanyaan poin ke-6, atau

dalam komunitas Kentjingandjing, tiap

perspektif perupa

dalam

melihat

seniman/perupa akan mengemukakan ide

permasalahan tersebut).

atau gagasannya melalui presentasi yang

Uraian :

dikemas dalam sebuah diskusi interaktif

9. Adakah sebuah bentuk karya seni, yang

bersama publik seni di Kota Malang.

104 Volume 1 No. 1 April 2017

Aditya & Tegar Eksplorasi Metode Penciptaan Seni Rupa Komunitas kentjingandjing Melalui

Proyek Seni Rupa Unreasonabl eness” Di Kota Malang

Tujuan dari diadakannya artist talk

pertanyaan) tersebut bagi diri

adalah mencoba untuk mendekatkan seni

(pribadi/subyektif) perupa

dengan masyarakat, agar seni dapat d) Asumsi perupa, jawaban perupa

3. Rancangan karya

dipahami bukan sebagai sesuatu yang

4. Tujuan perancangan karya

pragmatis. Sekaligus mencoba menepis

5. Harapan Seniman terhadap audiens

anggapan bahwa seni merupakan sesuatu

melalui karya yang dicipta

yang tidak akan pernah terpahami oleh masyarakat awam, yang memang sudah “ditakdirkan” untuk menjadi misteri dalam hidup. Pendeknya, artist talk dilakukan

sebagai

bentuk

“pertanggunjawaban” seniman/perupa terhadap publik seni, atau lebih luas lagi masyarakat kota Malang, atas apa yang akan dilakukannya, dan juga sebagai cerminan atas sebuah keinginan dan harapan seorang seniman terhadap

Gambar 02. Pelaksanaan artist talk di Semeru Art Gallery, pada tanggal 29 Mei 2015

masyarakat, kebudayaan, dan peradaban.

Adapun artist talk akan dilakukan pada

artist talk yang tanggal 29 Mei 2015 di Semeru Art

Dalam

diselenggarakan di Semeru Art Gallery Gallery, Lantai 2.

Art ist

talk

ini, dihadiri oleh audiens yang cukup diorganisir oleh tim kurator dan juga

beragam, namun kebanyakan berasal komunitas

Kentjinganjing .

Dalam

dari kalangan seniman dan kritikus seni. aktivitas ini, seniman akan memaparkan Seniman dan tim kurator cukup beberapa poin yang telah didapat pada mendapat banyak masukan terkait tahap 1 dan 2, yang secara umum dapat dengan pematangan ide, gagasan, diungkapkan dalam tabel 2. konsep, maupun teknis perwujudan

karya seni. Salah satunya adalah

Tabel 2. Poin-poin Pemaparan dalam artist talk

pengambilan tema “unresonableness”

No. Poin-poin Pemaparan

1. Deskripsi Fenomena Sosial/Kolektif

yang dirasa telalu umum, dan bersifat

(Fakta Sosial)

general, tidak merujuk kepada wacana

a) Peristiwa/fenomena sosial tersebut

yang spesifik maupun teknis tertentu.

menjadi menarik bagi perupa

Pengambilan tema yang umum ini

b) Teks-teks pendukung (Jika ada) 2. Sikap seniman terhadap

dimaksudkan

untuk menjembatani

peristiwa/fenomena sosial

pluralitas Kentjingandjing dalam hal

a) Bagian/hal yang lebih spesifik dari

wacana maupun penguasaan teknis

peristiwa/fenomena sosial tersebut

perwujudan karya. Salah seorang

yang memungkinkan untuk

audiens juga memaparkan bahwa

dipermasalahkan atau dipertanyakan (critical point)?

pengambilan tema yang terlalu umum

b) Pertanyaan

memungkinkan seniman tidak memiliki

c) Makna permasalahan (pertanyaan-

pijakan yang kuat dari segi ide, gagasan, 105

Volume 1 No. 1 April 2017

SBN Studi Budaya Nusantara

dan juga konsep, yang pada akhirnya tidur” di jalan-jalan perkampungan, yang akan menyulitkan seniman dalam

menurutnya, hal ini hanya terjadi di mencipta bentuk karya seni dalam

Indonesia. Polisi tidur, biasanya dibuat peranannya

secara swadaya oleh warga masyarakat presentasional. Simbol-simbol yang

sebagai

simbol

yang mendiami suatu wilayah tertentu, nampak pada rancangan karya seniman

di sebuah lingkungan RT, RW, atau begitu implisit, sehingga menimbulkan

Kelurahan misalnya, dan ditujukan untuk kesan “jauh panggang dari api” ketika

menghambat laju kendaraan bermotor kemudian dihubungkan dengan ide,

yang melintasi. Benda ini biasanya hadir gagasan, dan konsep yang telah

pada jalan-jalan perkampungan atau dipaparkan sebelumnya. Disamping itu,

perumahan yang sempit namun padat beberapa opini yang disampaikan pada

penduduk, dengan mobilitas manusia saat artist talk, yakni terkait dengan

yang cukup intensif. Gaya hidup perspektif dan penyikapan seniman

masyarakat modern dan fenomena kaum terhadap tema “unreasonableness”,

urban menjadikan manusia memiliki dalam hal ini seniman menempatkan diri

intensitas mobilitas yang tinggi, sebagai “penyaji” ketidakmasukakalan

misalnya untuk bekerja, sekolah, kuliah, (unresonableness) itu sendiri dalam

rekreasi, serta pemenuhan akan karyanya, atau menyajikan sesuatu (baik

hedonisnya. Tingginya yang masuk akal maupun tidak) secara

dorongan

mobilitas manusia karena hal-hal tidak masuk akal (lucu, aneh, tak

menjadikan manusia terduga) melalui karyanya, sebagai

tersebut,

menghendaki efisiensi, baik dari segi bentuk kritik terhadap kebudayaan. Dari

waktu maupun bahan bakar kendaraan sini dapat dipahami bahwa forum artist

bermotor. Hal ini menandakan semakin talk disamping berfungsi sebagai metode

tingginya kesadaran manusia dalam “kotak kaca” seniman dalam mencipta

relasinya dengan ruang waktu, dan karya seni, juga berfungsi sebagai sesi

obyek-obyek, ia berada pada latar depan brainstorming bagi seniman dan tim

kesadaran manusia. kurator. Seniman dan tim kurator

(foreground)

Sebaliknya, kesadaran akan relasi yang terdorong

lebih luas, dengan alam semesta (dapat restrukturisasi ide dan gagasan, karena

untuk

melakukan

dipahami sebagai dunia, lingkungan, mendapat sumbangan (input) ide,

atau ruang kongkret 3 dimensi/aktual), gagasan, dan juga cara pandang baru,

relasi dengan Tuhan, dan dengan yang mungkin belum terpikirkan dalam

manusia yang lain, menjadi menarik diri proses sebelumnya.

ke belakang (background). Pendeknya, gaya hidup masyarakat modern tengah

3.3 Implementasi Ide, Gagasan, dan

mengalami reduksi kesadaran, dari yang

Konsep serta Eksekusi Penciptaan

sadar, menjadi “setengah sadar”. Kondisi

Karya Seni

setengah sadar manusia ini, menurut

3.3.1 Arif Junaidi (Arif Jempong)

Arif, telah mendorong manusia untuk Arif Junaidi mencoba menyikapi

melakukan tindakan kolektif berpola

fe nomena sosial pembuatan “polisi yang kurang rasional, unreasonable.

106 Volume 1 No. 1 April 2017

Aditya & Tegar Eksplorasi Metode Penciptaan Seni Rupa Komunitas kentjingandjing Melalui

Proyek Seni Rupa Unreasonabl eness” Di Kota Malang

Salah satunya adalah pembuatan polisi

3.3.2 Pandu Wijaya

tidur di jalan-jalan perkampungan atau Sejalan dengan pemikiran Arif perumahan.

Wijaya juga Polisi tidur tidak perlu ada jika

Junaidi,

Pandu

menghadirkan ide, gagasan, dan konsep manusia memiliki “kesadaran” yang

dengan topik hubungan manusia dengan penuh,

ruang, dalam konteks gaya hidup awareness,

baik kesadaran

sebagai

maupun consciousness. masyarakat modern. Secara empiris, Kesadaran sebagai pengetahuan, dan

Pandu mencoba melakukan pengamatan juga sebagai keterbangunan. Menurut

terhadap gejala-gejala yang terjadi di Arif, disinilah manusia mengalami krisis

jalanan yang ia amati sehari-hari, dan kognisi, menipisnya kepercayaan tentang

begitu banyak “kegilaan” yang ia temui. sesuatu, yang didapatkan dari proses

Peningkatan kepadatan dan mobilitas berpikir tentang seseorang atau sesuatu.

Pandu memiliki Pengendara bermotor tidak akan melaju

penduduk

bagi

keanehan tersendiri. Lalu lintas dan secepat kilat jika dan hanya jika ia

pemukiman saat ini sudah menjadi memiliki kesadaran akan relasinya

tempat yang tidak sehat lagi. Bahkan dengan lingkungan dan manusia yang

dapat dikatakan menjadi sumber lain. Masyarakat tidak akan membuat

kekacauan dan tempat dimana manusia polisi tidur yang membuat pengendara

meregang nyawa dengan sia-sia. motor menjadi tidak nyaman dan

Nampak keprihatinan Pandu terhadap membahayakan dalam perjalanannya

keadaan pengguna jalan yang mulai jika ia memiliki kepercayaan terhadap

kehilangan sisi kemanusiaannya. Namun seseorang atau sesuatu yang didapatkan

disini Pandu tidak akan mendeskripsikan dari proses berpikir. Sayangnya,

“dosa-dosa” perampas ruang, namun masyarakat tidak memiliki kepercayaan

lebih fokus kepada perilaku manusianya. tersebut, atau karena absennya kognisi

Tuntutan menepati waktu dalam dalam diri mereka. Atau mungkin

berbagai aktivitas perpindahan manusia hukum yang ada telah mandul, dan

dari satu titik ke titik yang lain, seolah- berujung pada tindakan “main hakim

olah membuat ruang kongkret dan sendiri ”, dengan melakukan tindakan

dimensional ini menyempit. manajemen dan rekayasa lalu lintas

Tidak hanya itu, karena berbagai berupa pembuatan polisi tidur, dan ini

hal, terkadang manusia merasakan ruang dapat dipahami karena “polisinya tidur

menyempit beneran”. Menurut Arif, hal ini dapat

waktu

juga

(sedikit/berkurang), padahal tidak ada diatasi jika manusia memiliki kesadaran

perubahan apapun terhadapnya. Sampai yang penuh, baik kesadaran sebagai

kapanpun, ruang kongkret/aktual tidak awareness,

akan menyusut, begitupun dengan ruang tentang relasinya dengan manusia yang

maupun

conciousness,

waktu, setiap manusia menempati bumi lain, dengan lingkungan, Tuhan, dan

yang sama, dan mengalami waktu yang alam semesta.

sama, yakni 24 jam. Seperti air yang mengisi ruang, manusia dengan kuda besi dan tempat berlindungnya mengisi

Volume 1 No. 1 April 2017

SBN Studi Budaya Nusantara

ruang-ruang kosong yang sempit, dan bersekolah, kuliah, hingga bekerja. ketika bersentuhan satu sama lain,

Belum lagi setiap akhir pekan, matanya pun melotot, dan umpatan lah

wisatawan dari berbagai kota berduyun- yang keluar dari mulutnya. Eksistensinya

duyun menuju kota tetangga, bak terancam. Mengingatkan apa yang

kerumunan lebah berebut bunga. diungkapkan oleh Sartre tentang

Meskipun Kota Malang tidak menjadi L'autrui , yang membicarakan mengenai

tujuan mereka, namun akses menuju hubungan manusia dengan sesama

kota tetangga tersebut dilalui melalui manusianya. Menurut Sartre hubungan

Malang, dan tak pelak menghasilkan manusia dengan sesama manusianya

kemacetan yang mengular hingga adalah mutlak. Satre menyatakan bahwa

belasan kilometer, terutama pada waktu dalam berhubungan dengan manusia lain

libur panjang.

pilihannya adalah menjadi subjek atau Ditengah hingar bingar ini, objek. “Other’s existence is my hell”,

dampak ekonomi yang diterima oleh orang lain adalah neraka bagiku. Dari

pemerintah dan masyarakat pada karyanya yang berjudul “Need Space”,

cukup signifikan. dengan medium Digital Imaging on

umumnya

Pertumbuhan penduduk kota dan potensi Canvas, terdiri dari 4 panel berukuran

wisata menjadi linier dengan potensi 100cm x 40 cm, kita dapat melihat

bisnis yang ada, membuka peluang bagi Pandu yang sedang mendambakan

investor dan sektor privat. Proyek- ruang, keleluasaan, dan kelegaan,

pembangunan infrastruktur dengan merekayasa ruang secara

proyek

pada pertimbangan imajiner, dan menemukan realitasnya

didasarkan

ekonomis, begitu juga dengan sektor sendiri.

privat yang latah mengalihfungsikan lahan tanpa disertai dengan kajian

3.3.3 Didit Prastyo Nugroho

ekologis. Banyak orang akhirnya Jika beberapa seniman lebih

menjadi „petani‟ ruko, yang „menanam‟ banyak mengeksplorasi ide dan gagasan

ruko diatas tanah resapan, hutan kota, dalam ruang-ruang sosial, Didit mencoba

persawahan. Secara jangka panjang, hal untuk mengangkat tema ekologis,

ini berpotensi merusak lingkungan dan menajamkan hubungan manusia dengan

mengendurkan ketahanan alam

tentunya

pangan. Ulah manusia „menanam‟ beton Pertumbuhan kota yang semakin radikal

atau lingkungan

sekitar.

ini, seolah-olah mereka menanam tidak hanya memicu dampak sosio-

„pohon keabadian‟ mereka sendiri, lalu kultural namun juga dampak ekologis.

merasakan nikmatnya buah khuldi di Kota Malang kini telah menjadi kota

setiap gigitannya untuk menuju jurang urban, adapun Malang sebagai kota

kehancuran. Itulah kita, anak cucu pendidikan, kota bunga, dan bentuk-

Adam. Dalam karya instalasi “The bentuk utopia yang lain telah semakin

Building” (variable dimensions), dengan jauh dari realitas. Tiap tahunnya ribuan

menggunakan material logam, Didit kaum urban datang ke Kota Malang

mencoba untuk mengemukakan gagasan dengan beragam tujuan, mulai dari

tentang „penanaman‟ beton sebagai

108 Volume 1 No. 1 April 2017

Proyek Seni Rupa Unreasonableness” Di Kota Malang

Aditya & Tegar Eksplorasi Metode Penciptaan Seni Rupa Komunitas kentjingandjing Melalui

Proyek Seni Rupa Unreasonabl eness” Di Kota Malang

„pohon keabadian‟, sekaligus monumen untuk membersihkannya. Tidak hanya (simbol)

air liurnya, badannya, menyentuhnya, menindas alam.

kecongkakan

manusia

menciumnya, bahkan memeliharanya adalah najis, dengan kata lain merupakan

3.3.4 Bobby Nugroho

sebuah dosa. Ancaman bagi orang yang Dalam

memelihara anjing di rumahnya adalah kontemporer, keindahan tidak lagi

kecenderungan

seni

malaikat utusan Tuhan tidak akan merupakan tujuan yang paling penting

berkenan memasuki rumahnya untuk dari seni. Goncangan perasaan dan

mencatat amal kebaikan dan merahmati kejutan batin dapat terjadi dengan

keluarganya. Siapa yang menentang melalui keindahan maupun kejelekan.

ajaran ini (dengan memelihara anjing) Nilai estetik pada umumnya diartikan

maka akan dihukum dengan mengurangi sebagai kemapuan dari suatu benda

amal kebaikan setiap harinya. Kata untuk menimbulkan goncangan perasaan

“anjing” juga digunakan oleh orang atau kejutan batin. Bobby mencoba

untuk mengekpresikan kedongkolannya memaknai

terhadap sesuatu, sebagai umpatan. Kentjingadjing

kembali

kehadiran

Dalam konteks ini, commonsense komunitas di tengah-tengah masyarakat.

sebagai

sebuah

memaknai “anjing” sebagai “najis” atau Kentjingandjing ,

kotor, dengan kata lain memiliki makna bermakna air kencing yang dikeluarkan

secara

denotatif

konotasi sebagai yang “haram”.

oleh hewan anjing. Urin atau air seni Beberapa hal tersebut merupakan atau air kencing adalah cairan sisa yang

nilai yang diberikan oleh manusia diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

kepada “kencing” dan “anjing”, dengan akan dikeluarkan dari dalam tubuh

kata lain merupakan tata nilai dan aturan melalui proses urinasi. Fungsi utama

moral. Hukum tentang “kencing” dan urin adalah untuk membuang zat sisa

“anjing” yang jika dilanggar akan seperti racun atau obat-obatan dari dalam

mendapat sanksi sosial, sanksi moral, tubuh, sehingga anggapan umum

dan sanksi yang lebih abstrak lagi, yakni menganggap urin sebagai zat yang

“dosa”. Apalagi jika kedua kata tersebut "kotor". Dalam konsepsi religi, air

digabungkan menjadi “kencing anjing”, kencing juga menjadi zat yang “kotor”

zat kotor yang keluar dari sesuatu yang (najis) yang memerlukan tata cara

kotor, maka semakin kotorlah zat (ritual) khusus untuk membersihkannya.

tersebut, atau secara banal dapat Air kencing juga menjadi penyebab

“kotorannya ketidaksempurnaan hubungan antara

diungkapkan

sebagai

nama manusia dengan Tuhannya, bahkan

kotoran”.

Pemilihan

“Kentjingandjing” ini merupakan sebuah menjadi penyebab tersiksanya arwah