NILAI NILAI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIK

MAKALAH DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
“Nilai-Nilai dalam Pendidikan Matematika”

Nama Kelompok : Islamiyatus Sholichah

(2013220014)

Damar Putri R.

(2013220025)

Magdalena Iriani Kehi

(2013220030)

Cinta Febe Stefani

(2013220041)

Fakultas


: FKIP

Prodi

: Pendidikan Matematika

Matakuliah

: Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika

UNIVERSITAS DR. SOETOMO SURABAYA
2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa atas segala rahmat dan bimbingan-Nya,
sehingga kami dapat menyusun makalah “Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Matematika”

dengan baik.

Di dalam makalah ini, kami membahas mengenai pengertian nilai pendidikan
matematika, apa saja nilai-nilai yang terkandung, bagaimana seharusnya seorang guru
menanamkan serta menerapkan nilai-nilai dalam pendidikan matematika bagi peserta
didiknya, dan manfaat apa yang akan diperoleh peserta didik dari nilai-nilai tersebut.
Pada kesempatan ini pula kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dosen pendamping Ahmad Hatip, MPd yang membantu dalam penyelesaian makalah ini
2. Semua pihak yang telah membantu sehingga selesainya penulisan makalah ini

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dalam penambahan pengetahuan mengenai nilai-nilai dalam
pendidikan matematika dan dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii

Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
Bab 2 Pembahasan
2.1 Pengertian Nilai Pendidikan Matematika ................................... 3
2.2 Nilai Pendidikan Matematika ..................................................... 5
2.3 Aplikasi dan Manfaat Matematika
dalam Kehidupan Sehari-Hari ..................................................... 7
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 10
3.2 Saran .............................................................................................. 10

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penekanan terhadap pendidikan nilai merupakan bagian penting yang sering
terlupakan dalam proses pendidikan selama ini. Padahal substansi dari pendidikan itu
sendiri adalah proses untuk mengembangkan watak optimisme dalam diri manusia,

memberikan kesadaran kritis agar manusia mampu mengembangkan penalaran,
memanggil kepada manusia akan kebenaran hakiki, dan memberikan pencerahan iman
serta akal budi manusia.
Pendidikan nilai perlu diajarkan di sekolah melalui semua mata pelajaran termasuk
matematika. Selain menjadi lebih bermakna, matematika yang diajarkan di sekolah akan
berkontribusi dalam pendidikan nilai di sekolah.
Mata pelajaran matematika sebagai mata pelajaran pokok di sekolah harus mampu
menjawab tantangan bahwa pendidikan nilai dapat diajarkan melalui pembelajaran
matematika. Pembelajaran matematika harus lebih diberdayakan untuk mendukung
pengembangan pribadi siswa. Pembelajaran matematika seharusnya tidak hanya
diorientasikan pada penguasaan materi saja, tetapi perlu diubah terbuka menyentuh
dimensi luas sehingga berkontribusi lebih besar dalam pendidikan nilai di sekolah.
Tantangan bagi guru matematika sekarang adalah bagaimana merumuskan dan
melaksanakan pembelajaran matematika di kelas yang mengarah pada ketercapaian
pendidikan nilai. Padahal banyak orang yang menganggap bahwa matematika merupakan
disiplin ilmu yang miskin nilai. Sementara itu pendidikan nilai merupakan sebuah
urgensi yang perlu diprioritaskan untuk diajarkan kepada siswa yang berada pada masa
krisis identitas.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Nilai-Nilai
dalam Pendidikan Matematika” yang akan membahas lebih lanjut mengenai apa saja

nilai-nilai yang terkandung, manfaat apa yang akan diperoleh peserta didik dari nilainilai tersebut dan tentunya bagaimana seharusnya seorang guru menanamkan serta
menerapkan nilai-nilai dalam pendidikan matematika bagi peserta didiknya.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah “Nilai-Nilai dalam Pembelajaran
Matematika” adalah, sebagai berikut :
1. Apa pengertian nilai pendidikan matematika?
2. Apa nilai pendidikan matematika?
3. Bagaimana cara seorang guru menanamkan dan menerapkan nilai-nilai pendidikan
dalam pembelajaran matematika?
4. Apa saja manfaat dari nilai matematika untuk kehidupan sehari-hari peserta didik?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah “Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Matematika” adalah,
sebagai berikut :
1. Mengetahui nilai-nilai yang ada dalam pendidikan matematika
2. Memahami manfaat dari nilai-nilai dalam pendidikan matematika bagi peserta didik
3. Mengetahui cara seorang guru menanamkan dan menerapkan nilai-nilai pendidikan
dalam pembelajaran matematika


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai Pendidikan Matematika
Sebelum membahas nilai dalam pendidikan matematika secara umum, kita akan
membahas terlebih dahulu mengenai defenisi nilai itu sendiri. Menurut beberapa ahli,
yaitu :
a) Pepper (dalam Soelaeman, 2005:35) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu
tentang yang baik atau yang buruk. Sejalan dengan pengertian tersebut, Soelaeman
(2005) juga menambahkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia
sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai
abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam seleksi perilaku
yang ketat.
b) Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006:117) mengungkapkan nilai merupakan sesuatu
yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun rohani.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan
sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus
dimiliki setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai di sini
dalam konteks etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan
jelek).


Nilai jika kita kaitkan dengan pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang
mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi
kehidupan yang diperoleh melalui proses pendidikan dan dari proses pendidikan inilah
kita akan mencapai tujuan dari pendidikan.
Pembahasan diatas akan membawa kita pada pemahaman mengenai nilai dalam
pendidikan matematika. Matematika merupakan wahana untuk menuju tujuan
pendidikan. Oleh karena itu, nilai pendidikan dalam pembelajaran matematika tidak
hanya mengandung nilai edukasi yang bersifat mencerdaskan peserta didik tetapi juga
nilai edukasi yang membantu membentuk pribadi peserta didik.

Pendidikan matematika yang “bernilai” juga dapat kita pahami dari penjelasan
dibawah ini :
Peserta didik, yang disebut juga siswa, adalah anak-anak Indonesia yang berada
dalam batas usia sekolah dasar (6 atau 7 tahun) hingga sekolah menengah (18 atau 19
tahun). Mereka dibedakan dalam dua tahapan pendidikan yaitu Sekolah Dasar dan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan tahap Pendidikan Menengah yang meliputi
Sekolah Menengah Umum maupun Kejuruan. Semua tahapan pendidikan tersebut
diberikan pelajaran matematika, yang disebut juga matematika sekolah.
Materi atau bahan ajar matematika yang diberikan harus disesuaikan dengan

tujuan tahap pendidikan. Misalnya, pada tahap Pendidikan Dasar, materi atau bahan
ajar matematika diperuntukkan bagi semua warga negara. Sehingga, matematika yang
diberikan disebut “mathematics for all”. Fungsi dari “mathematics for all” tersebut
tentu saja yang pertama harus mendasari matematika lebih lanjut dan yang kedua yaitu
dapat diaplikasikan dalam kehidupan keseharian umumnya bagi mereka yang tidak
akan melanjutkan studinya. Aplikasi disini bukan sekedar keterampilan melakukan
hitung-menghitung tetapi juga bagaimana berpikir secara matematika sesuai dengan
tahapan pendidikannya.
Lain halnya materi atau bahan ajar matematika bagi tahap Pendidikan Menengah.
Khusus untuk Sekolah Menengah Umum jelas harus memperhatikan tujuan lembaga
itu, karena secara umum tujuan lembaga ini adalah mempersiapkan siswa untuk mampu
melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan tinggi. Mengingat aneka ragamnya
pendidikan tinggi, maka harus lebih cermat lagi dalam menentukan materi matematika
yang akan diberikan. Kecuali untuk Sekolah Menengah Kejuruan juga perlu dicermati
matematika mana yang maih diperlukan.
Mengapa hal tersebut perlu dilakukan? Secara singkat dapat dikatakan bahwa
penentuan materi atau bahan ajar harus disesuaikan dengan kemana peserta didik akan
diarahkan sesuai jenjang dan jenis sekolahnya. Ketetapan materi ajar matematika untuk
setiap jenis dan jenjang sekolah akan sangat berarti bagi siswa yang mempelajarinya.
Bila ketetapan itu dapat terpenuhi maka kemampuan-kemampuan dan keterampilan

yang dapat dicapai akan terasa memiliki nilai bagi peserta didik.

2.2 Nilai Pendidikan Matematika
Nilai edukasi (didik) memiliki klasifikasi yang dibuat dengan dasar atau kriteria
dalam konteks pendidikan yaitu dari tujuan pendidikan matematika itu sendiri. Untuk
itu, kita perlu mengetahui tujuan umum diberikannya matematika di jenjang Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Umum, yaitu :


Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien



Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan
Dari tujuan pendidikan tersebut, maka nilai edukasi dapat digolongkan


kedalam tiga domein atau ranah, yaitu :
1. Domein Kognitif
Domein kognitif menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada
kemampuan-kemampuan intelektual, kemampuan berpikir maupun kecerdasan yang
akan dicapai. Bloom 1956, membedakan domein kognitif atas 6 kategori, yaitu : (1)
Ingatan, (2) Pemahaman, (3) Aplikasi, (4) Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi.
Keenam kategori ini hingga kini masih digunakan sebagai rujukan utama dalam
pembuatan rancangan pembelajaran matematika termasuk alat ukur berupa tes.
Tujuan kognitif inilah yang selama ini sangat diutamakan dalam pendidikan di
Indonesia. Tetapi, apabila hanya berfokus pada domein kognitif dan kurang
memperhatikan domein yang lain maka mudah dipahami kalau hasil pendidikan kita
sangat mungkin mencapai rtingkat kecerdasan yang tinggi, tetapi tidak menunjukkan
sikap-sikap yang diharapkan dalam pergaulan sehari-hari.
2. Domein Afektif
Domein afektif menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada
kemampuan-kemampuan bersikap dalam menghadapi realitas atau masalah-masalah
yang muncul disekitarnya. Oleh David R. Krathwohl, domein afektif dibedakan atas 5
kategori yaitu : (1) Penerimaan, (2) Penanggapan, (3) Penilaian, (4) Pengorganisasian,

dan (5) Pemeranan. Dari pembelajaran matematika, kita mampu mengembangkan nilai

karakter bangsa diantaranya adalah disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu,
mandiri, komunikatif dan tanggung jawab.
3. Domein Psikomotor
Domein psikomotor menunjukkan tujuan pendidikan yang terarah kepada
keterampilan-keterampilan.

Khusus

untuk

pelajaran

matematika

pengertian

keterampilan dapat diartikan ketrampilan yang bersifat fisik, misalnya melukis suatu
bangun. Tetapi juga keterampilan melakukan algoritma-algoritma tertentu yang ada
kalanya hanya terdapat dalam pikiran. Oleh Elizabeth Simpson 1967, membedakan
domein psikomotor atas 7 kategori, yaitu : (1) Persepsi, (2) Kesiapan, (3) Respon
terpimpin,

(4)

Mekanisme,

(5)

Respon

yang

jelas

dan

komplek,

(6)

Adaptasi/penyesuaian, dan (7) Penciptaan/keaslian
Dalam pelaksaan pembelajaran sebenarnya ketiga domein tersebut umumnya
tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi menyatu. Tidaklah benar bial banyaknya materi
matematika yang diperlukan, juga tidaklah benar jika banyaknya soal matematika
yang dibuat untuk siswa yang diperlukan. Melalui pembelajran matematika siswa
memerlukan manata nalarnya, membentuk kepribadiannya serta dapat menerapkan atau
mengguankan matematika dalam kehidupannya kelak, sesuai dengan jenjang
pendidikannya.
Bila satu persatu tujuan pendidikan matematika dikaji secara mendalam akan
didapatkan dua nilai pendidikan dalam matematika, yaitu nilai formal dan nilai
material.

1. Nilai formal, maka obyek matematika berupa hakikat nilai atau value matematika.
Nilai ini menekankan pada apa yang kita peroleh dalam pembelajaran matematika
bagi kehidupan kita sehari-hari, sehingga yang dibutuhkan penalaran siswa serta
pembentukan pribadinya. Bila hal ini dipahami dan disepakati, jelas bahwa
ketercapaiannya tidak hanya dilihat dari lulus/tidak lulus. Dalam tujuan formal ini
terkandung aspek nilai-nilai yang terkait dengan kehidupan keseharian peserta didik
kini dan kelak. Dalam hal nilai-nilai tersebut, pembelajaran yang bersifat “by
chance”, yang lebih cenderung tidak dirancang tetapi dengan sendirinya. Dewasa
ini pembelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran matematika banyak

dikaji melalui “Rencana Pelajaran” yang secara sengaja disusun ke arah
terbentuknya nilai-nilai tersebut pada diri siswa. Ini biasa disebut “by design”.

2. Nilai material, obyek matematika dapat berupa benda-benda kongkrit, gambargambar atau model kubus, kolam berbentuk persegi, atap berbentuk limas, dst.
Maka secara material, obyek matematika itu berada di lingkungan atau sekitar kita.
Sehingga, nilai ini menekankan kepada penerapan matematika. Kenyataan
menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran matematika hingga saat ini di
Indonesia lebih menekankan kepada ketercapaian tujuan yang bersifat material.
Lebih diutamakan kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal ujian, sehingga sadar
atau tidak mengesampingkan tujuan yang bernilai formal. Munculnya “kursuskursus” menjelang ujian tertentu menguatkan pendapat tersebut.

2.3 Aplikasi dan Manfaat Matematika dalam Kehidupan Sehari-Hari
Selama ini masih banyak orang yang menganggap bahwa matematika tidaklah
lebih dari sekedar berhitung dan bermain dengan rumus dan angka-angka yang bikin
pusing siswa. Permasalahan belum diterimanya matematika dengan sukarela atau
senang hati oleh siswa menjadi pekerjaan atau tugas khusus bagi guru sebagai pendidik
khususnya guru matematika. Hal ini dapat diminimalisir dengan memberikan wawasan
dan arahan serta pendekatan yang tepat kepada siswa. Khususnya tentang penggunaan
atau aplikasi matematika dalam bidang ilmu lain dalam kehidupan sehari-hari. Secara
sengaja atau tidak sengaja maupun langsung atau tidak langsung, masyarakat atau siswa
menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Soal-soal matematika yang ditulis dalam beberapa buku paket matematika
sekolah tidak hanya berupa bilangan (hitung-hitungan) langsung tapi juga banyak yang
berupa soal cerita. Tingkatan soal juga tidak hanya menuntut cara berpikir yang rutin
tetapi banyak juga soal-soal cerita yang menuntut cara berpikir yang tidak rutin. Saat
ini mulai banyak metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah tidak hanya sekedar
ceramah sehingga pengetahuan matematika tidak berpusat pada guru saja tetapi siswa
juga dituntut untuk membangun suatu konsep. Soal matematika yang disajikan dalam
soal cerita (tidak hanya bilangan) dan metode pembelajarannya dapat memberikan
makna tertentu.

Guru dapat membantu siswanya mengembangkan diri mereka sendiri, yang bisa
diberikan dalam membantu anak menyelesaikan soal matematika seperti beberapa soal
matematika berikut ini yang dikutip dari buku paket Matematika Sekolah Dasar kelas 1,
2 dan 3 (Handoko,2006) :
1. Pak Fernandes mempunyai 5 dus mi. Ada 5 tetangganya yang fakir miskin kemudian
mi tersebut seluruhnya dibagikan. Coba berapa sisa mi yang dimiliki pak Fernandes?
(Handoko (1), 2006 : 49)
2. Ratna dan Linda akan menyumbangkan majalah bekas ke perpustakaan sekolah.
Majalah milik Ratna sebanyak 65 dan majalah Linda sebanyak 75. Berapa jumlah
majalah yang akan disumbangkan Ratna dan Linda? (Handoko (2), 2006 : 51)
3. Untuk membantu korban bencana alam, siswa kelas 1 dan kelas 2 mengumpulkan
mi. Mi yang terkumpul dari kelas 1 sebanyak 125, dari kelas 2 sebanyak 80 dan
yang rusak sebanyak 9. Berapa mi yang tidak rusak? (Handoko (2), 2006 : 67)
4. Sebanyak 50 baju akan dibagikan kepada 10 anak yatim. Jika tiap anak mendapat
bagian yang sama, berapa banyak baju yang didapat tiap anak? (Handoko (3), 2006 :
34)
Dari soal di atas, orang tua dapat menerangkan nilai-nilai yang disampaikan
dalam soal tersebut di samping membantu anak menyelesaikannya. Nilai yang bisa
ditangkap dari soal tersebut adalah nilai ‘suka memberi’ dan berbagi baik kepada
teman, saudara, tetangga maupun fakir miskin dan anak yatim.
Beberapa soal matematika yang lain tentang pengukuran waktu seperti dikutip
dalam buku kelas 2 SD (Supardjo,2006 : 82), buku kelas 4 SD (Handoko (4), 2006) dan
buku kelas 5 SD (Handoko (5),2006) sebagai berikut :
1. Sekolah masuk pukul berapa? Pukul 9 pagi kamu di mana? Apakah kamu berada di
sekolah pukul 9 pagi ?
2. Pukul 5 pagi, apakah kamu sudah bangun? Pukul berapa kamu mulai tidur ?
3. Pukul 6 pagi, apakah kamu sudah makan pagi ?
4. Cobalah mencatat lamanya aktivitas penting yang kamu lakukan dalam satu hari,
kemudian jumlahkan berapa lama waktu yang dibutuhkan. (Handoko (5),2006:65).

Soal di atas, yang dalam buku paket Matematika SD tersebut juga menyertakan
gambar jam, dapat memunculkan nilai kedisiplinan mengatur waktu dan tanggung
jawab pada diri sendiri.
Juga terdapat soal tentang bagaimana anak dapat mengatur uang dengan baik,
bertanggung jawab terhadap uang yang diberikan orang tua dan menabung agar dapat
membeli barang yang diinginkan.
Seorang pakar pendidikan matematika, Soedjadi (dalam Zulkardi,2000)
mengatakan pembelajaran matematika tidak hanya diarahkan agar siswa dapat
memecahkan soal dan menerapkan matematika tetapi juga dapat menumbuhkan
kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
1.

Kemampuan menerapkan dan menggunakan matematika dalam bidang lain

2.

Kemampuan berpikir analisis dan sintesis

3.

Kemampuan membedakan yang benar dan salah dengan alasan logis

4.

Kemampuan kerja keras, konsentrasi dan mandiri

5.

Kemampuan memecahkan masalah
Secara tidak langsung, kemampuan tersebut memberikan kontribusi bagi

pendidikan nilai anak seperti dapat membedakan mana yang salah dan benar, kerja
keras, mandiri dan sebagainya.

BAB 3
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Adapun

kesimpulan

dalam

makalah

“Nilai-Nilai

dalam

Pendidikan

Matematika”, yaitu :
1. Nilai pendidikan dalam pembelajaran matematika tidak hanya mengandung nilai
edukasi yang bersifat mencerdaskan peserta didik tetapi juga nilai edukasi yang
membantu membentuk pribadi peserta didik
2. Dari tujuan pendidikan tersebut, maka nilai edukasi dapat digolongkan kedalam
tiga domein atau ranah, yaitu domein kognitif, domein afektif, dan domein
psikomotor
3. Bila satu persatu tujuan pendidikan matematika dikaji secara mendalam akan
didapatkan dua nilai pendidikan dalam matematika, yaitu nilai formal dan nilai
material.
a. Nilai formal, menekankan pada apa yang kita peroleh dalam pembelajaran
matematika bagi kehidupan kita sehari-hari, sehingga yang dibutuhkan
penalaran siswa serta pembentukan pribadinya.
b. Nilai material, obyek matematika itu berada di lingkungan atau sekitar kita.
Sehingga, nilai ini menekankan kepada penerapan matematika.
4. Soal matematika yang disajikan dalam soal cerita (tidak hanya bilangan) dan
metode pembelajarannya dapat memberikan makna tertentu.
3.2 Saran
Nilai-nilai pendidikan karakter pada hakekatnya tidak hanya diberikan dalam
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, namun secara tidak langsung nilai-nilai
pendidikan karakter tersebut telah tersirat dalam setiap mata pelajaran. Sebaiknya setiap
guru menyisipkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam setiap Rencana Proses
Pembelajaran dan mengimplementasikannya dalam setiap proses pembelajaran.