SUMBANGSIH NILAI MATEMATIKA DALAM mewuiudkan

SUMBANGSIH NILAI MATEMATIKA DALAM
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA1
Muniri
Jurusan Tadris Matematika IAIN Tulungagung
muniri_t@yahoo.co.id
Abstrak: Kajian mengenai karakter bangsa sesungguhnya diilhami adanya banyak
fenomena dan kasus merosotnya moral anak bangsa yang disuguhkan lewat
tayangan berbagai media baik cetak maupun elektronik yang mengusik rusaknya
tatanan kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara yang wujudnya berupa
permasalahan kemanusian yang tragis dan anarkis yang secara terus menerus terjadi
seakan-akan tiada henti. Fenomena ini telah merasuk pada setiap tingkatan level
kehidupan, mulai kriminalitas anak pinggiran, perkotaan hingga tindak kejahatan
para penguasa dan intelektual berupa tindak pidana korupsi. Banyak kalangan
menjustifikasi bahwa penyebab utama dari hal di atas adalah gagalnya dunia
pendidikan kita dalam mencetak generasi yang handal. Penyebab lain mungkin
akibat derasnya laju transformasi informasi yang kurang terseleksi secara baik, atau
mungkin disebabkan oleh keringnya nilai-nilai agama dalam diri manusia atau
mungkin disebabkan oleh kurang berimbangnya antara kemajuan sains dan
teknologi dengan peningkatan pemahaman nilai-nilai keagamaan.
Kata-kata Kunci: Nilai matematika, Karakter bangsa.


Pendahulun
Pendidikan karakter pada hakikatnya merupakan proses pembentukkan perilaku
setiap individu atau seseorang untuk terbiasa berperilaku baik dan menghargai pentingnya
nilai-nilai moral (valuing), membentuk cita rasa ingin berbuat baik (desiring the good)
yang bersumber dari rasa cinta untuk berbuat baik (loving the good). 2 Adapun tujuan
pendidikan karakter pada dasarnya mendorong lahirnya manusia yang baik, memiliki
kepribadian menarik, beretika, bersahaja, jujur, cerdas, peduli dan tangguh.3 Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, sesungguhnya orientasi pendidikan karakter merupakan
redesain dari tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam UU No.20 tahun 2003

bahwa tujuan pendidikan nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab4.
Sesungguhnya konsep dasar karakter (akhlak), nilai-nilai kebaikan (haq)
merupakan hal yang paling mendasar dalam agama ( religi) selain aqidah dan syariah yang
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika dengan tema ͞Peran matematika
dalam Peradaban suatu Bangsa͟ diselenggarakan oleh Jurusan Tadris Matematika IAIN Tulungagung
tanggal 30 Oktober 2015.
2

Rukiyati, 2013. Urgensi Pendidikan Karakter Holistik Komprehensif di Indonesia. Jurnal Pendidikan
Karakter. Tahun III, Nomor 2, Juni 2013. h. 196
3
Sudarsono, 2008. Karakter Mengantar Bangsa:dari Gelap menuju Terang. Jakarta: Elex Media
Komputindo. h. 37
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematrika
Sekolah Menengah Atas dan MA, (Jakarta: Depdiknas)
1

merupakan fitrah manusia yang telah digagas oleh Sang penggagas jagad alam raya ini
(Allah SWT). Upaya membentuk karakter (baca: akhlak) melalui tuntunan para utusan
(nabi) mulai zaman Nabi Adam hingga Nabi yang terakhir, yakni Nabi Muhammad SAW.
Dalam salah satu hadist disebutkan “innamaa buitstu liutammima makaarimal akhlaq”
yang artinya “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak”.5
Berdasarkan konteks hadist ini sesungguhnya akhlak (karakter) pada diri manusia sudah
ada (fitrah), karenanya ada istilah “menyempurnakan”. Yang berarti secara fitrah manusia
sudah memiliki akhlak kepada sang penciptanya. Manusia sudah mengenal yang baik dan
yang buruk, yang hak dan yang bathil, yang bermanfaat dan yang modlarat berdasarkan
keyakinan dan pengetahuannya (fitrahnya). Akan tetapi berdasarkan ketentuannya juga

Tuhan menciptakan iblis, syetan untuk menggoda, menciptakan keraguan dan menakutnakuti manusia melalui bisikan hati manusia. Maka disinilah peran pendidikan mutlak
diperlukan dalam sepanjang hayat manusia. Telah disebutkan dalam sebuah hadits
“tolabul ilmu minal mahdi ilal lahdi ” atau yang juga kita kenal dengan konsep life long
education.

Almawardi dalam buku “Adab ad-Dunya wa ad-Din” mengatakan “ad-din
dharuroh fi al-aql wa al-aqli li ad-din al ashli” yang artinya agama adalah hal yang

niscaya bagi rasio, dan rasio adalah landasan bagi agama 6. Sedangkan dalam buku yang
sama hal senada juga diungkapkan oleh Albert Einstein” agama tanpa ilmu buta, dan ilmu
tanpa agama lumpuh”.7 Pendapat tersebut memberikan inspirasi bahwa agama dan sain
harus dan mutlak diselaraskan, tidak perlu dipertentangkan karena pada hakikatnya
berasal dari sumber yang sama, yakni dari Tuhan (Allah SWT). Konsep pemerolehan
keilmuan (baca: sains dan teknologi) telah digambarkan dalam Al-Qur‟an dalam surah al’alaq ayat 1-5 yang berbunyi8:

               
        
Artinya (1) Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, (2) yang menciptakan
manusia dari tanah, (3) bacalah dan Tuhanmu yang maha mulya, (4) yang mengajarkan
dengan pena, (5) yang mengajarkan manusia dari apa yang mereka tidak ketahui.


5

Maksudin, 2013. Pendidikan Karakter Nondikotomik; (Upaya Membangun Bangsa Indonesia Seutuhnya).
Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III, Nomor 2, Juni 2013, h. 137
6
Miskawaih, dkk. 1999. Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku Dasar Pertama tentang Filsafat Etika.
Penerjemah Helmi Hidayat. (Bandung. Mizan). h. 21
7
Ibid. h. 25
8
Al-Qur‟an Al Kariem dan terjemahnya surat Al-„Alaq ayat 1-5.

Berdasarkan ayat di atas, berarti sains dan teknologi memang seakan-akan
didesain oleh oleh manusia, namun sesungguhnya sumbernya berasal dari Tuhan (Allah
SWT). Ayat di atas jelas mengajarkan pengetahuan yang diikat oleh tauhid yang kokoh
(bismirobbikal ladzi kholaq) dan (warobbukal akrom). Perintah membaca dapat berarti
pula mengkaji, menelaah, melakukan studi, research, berdiskusi, mempertanyakan,
menemukan, membuktikan dan sebagainya. Perintah tersebut tidak hanya untuk
mempelajari salah satu ilmu agama saja, akan tetapi perintah membaca tersebut juga

untuk mengkaji berbagai pengetahuan lain seperti ilmu teknik, industri, peternakan,
pertanian, dan bahkan juga ilmu matematika (falaqiyah, faraid, zakat, jual beli, dan
sebagainya). Melalui perintah membaca bukan saja memperoleh ilmu pengetahuan akan
tetapi juga memperoleh kemulyaan (warobbukal akrom) yang merupakan akibat
berfungsinya semua panca indera manusia, oleh pikir (otak) dan olah rasa/akal budi (hati)
yang pada akhirnya akan terbentuk dengan sendirinya kepribadian yang mantap yang
dihiasi oleh akhlak yang mulia.
Potret sosok manusia Indonesia yang diharapkan sebenarnya telah tergambar
dalam diri manusia pilihan (insan kamil) yang menjadi rujukan setiap umat Islam adalah
kepribadian sang Nabi SAW yang memiliki 4 sifat atau karakter, yaitu sidiq, amanah,
tabligh, dan fatonah. Melalui keempat sifat ini beliau mampu melakakan perubahan

perabahan dunia yang luar biasa. Eksistensi 4 sifat ini merupakan

manifestasi

kesempurnaan manusia dari tiga sisi (1) akal budi, (2) jiwa/rasa dan (3) akhlaq atau
dengan meminjam istilah yang lebih keren "thinking, feeling and action .9 Melalui empat
(4) sifat mulia ini, manusia dijamin menjadi tangguh, kuat secara fisik dan psikologinya
(sehat otaknya, sehat hatinya dan sehat badannya). Keempat sifat yang dimiliki oleh Nabi

SAW ini sudah lama dilirik oleh banyak pakar dan dijadikan acuan bagi ranah tujuan
pendidikan sebagaimana digambarkan oleh Bloom menjadi tiga (3) ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Sudah barang tentu dampak positif dari nilai karakter luhur diatas, akan
membentuk manusia bermartabat yang memiliki kesadaran diri sebagai hamba Allah dan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, aktualisasi dari emapt (4) sifat atau akhlak mulia yang dimiliki
Nabi SAW yang menjadi rujukan atau teladan bagi ummat manusia dibagi dalam tiga (3)
domain pilar karakter atau akhlak, yaitu (1) akhlak terhadap Tuhan, (2) akhlak terhadap
alam, dan (3) akhlak terhadap sesama insan.

Melalui keteladanan Nabi SAW akan

melahirkan manusia yang memiliki integritas, matang, mantap, serta dewasa secara
personal maupun sosial. Hal ini berarti melalui sifat Sidiq (jujur) dan Fathonah (cerdas)
akan tercermin manusia yang berkualitas secara personal, sedangkan melalui sifat Tabligh
9

Rukiyati, 2013. Urgensi Pendidikan Karakter Holistik .... h. 200


(kecakapan komunikasi) dan sifat Amanah (tanggungjawab) akan tercermin manusia yang
berkualitas secara sosial10.
Manifestasi dari kedua aspek kematangan tersebut (kematangan personal dan
sosial) yang merupakan inti nilai-nilai yang dirujuk dari sosok manusia pilihan (Nabi
Muhammad SAW) sang pembawa risalah dari Allah (Rasulullah) menjadi inspirasi
pendidikan karakter di negara kita yang turunan nilai-nilai tersebut diuaraikan menjadi 18
butir indikator nilai pendidikan karakter yang menjadi isu hangat dalam pendidikan kita
dewasa ini, yaitu sebagai berikut:
Fondasi

Aspek

Sifat Luhur
1. Sidiq (jujur)

Personal 2. Fathonah (cerdas)

RELIGIUS

3. Tabligh (cakap

berkomunikasi) =
Peduli

Sosial
4. Amanah
(Tanggung
jawab)

Nilai Karakter
Jujur, Rasa ingin
tahu, kreatif,
menghargai prestasi,
senang membaca

Nilai Turunan
Jujur: yakin, iman &
taqwa, menghargai diri
sendiri, tulus, sportif.
Fathonah: kreatif,
inovatif, kritis, inisiatif,

produktif, disiplin, teliti,
visioner, problem solver,
mandiri.
Bersahabat/komunik Tabligh: peduli, kasih
atif, demokratis,
sayang, perhatian,
toleran, semangat
simpati, empati, suka
kebangsaan, cinta
menolong, pandai
tanah air, cinta
bersyukur, sabar,
damai, peduli sosial, homuris, ramah, rapi,
peduli lingkungan,
responsif.
tanggungjawab,
Amanah: tegas, teguh
Kerja keras, mandiri. pendirian, kompetitif,
dinamis, waspada, rajin,
cekatan.


Paradigma terhadap Matematika
Matematika belum sepenuhnya dipandang sesuatu yang positif oleh sebagian
kalangan, baik kalangan orang tua, guru dan murid/siswa. Pandangan atau paradigma
yang kurang tepat tersebut sering dikonotasikan bahwa matematika sebagai ilmu hitung
dan ilmu tentang bilangan yang dampaknya berakibat kurang diminati karena dianggap
hanya urusan dunia dan jauh dari urusan akhirat. Sehingga kondisi ini menyebabkan
muncul stigma bahwa matematika dianggap mata pelajaran yang sulit, kurang disukai,
kajiannya dianggap kering dan jauh dari nilai rohaniyah atau agama. Sehingga banyak
kalangan dengan paradoks enggan mendalami dan menguasai matematika dengan alasan
bahwa ilmu matematika bukan ilmu pengetahuan yang diperintahkan oleh Allah SWT
untuk dipelajari karena dianggap kurang memiliki muatan nilai-nilai akhlak, syariat dan
tauhid.
10

Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta). h. 86

Sesungguhnya apabila kita cermati dan menyimak secara seksama ayat 1-5 pada
surat Al-alaq di atas, kalimat „iqra’ dan ‘allamal insaana maalam ya’lam ini berarti juga
Allah memerinthkan membaca dan mengajarkan kepada manusia terhadap ada yang

mereka tidak ketahui. Menurut Quraish Shihab bahwa makna iqra’ bukan hanya berarti
membaca secara harfiah, namun juga bisa berarti mengkaji, menganalisis, berhitung,
mencatat, mendata, menghimpun, menelaah ciri-cirinya, menentukan rumusnya dan
sebagainya 11, sehingga melalui aktifitas tersebut manusia tidak hanya dapat memahami
fenomena alam ciptaan-Nya termasuk memahami posisi dirinya sebagai hamba akan
tetapi juga tumbuh keyakinan (melalui membaca) terhadap kekuasaan Tuhannya. Dengan
kata lain berdasarkan pendapat di atas, bahwa mempelajari, menguasai matematika
merupakan aksi nyata dari iqra’ sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur‟an pada surat al„alaq ayat 1-5 tersebut.
Pandangan para ahli tentang Matematika
Banyak ahli yang memberikan pengertian matematika baik secara umum maupun
secara khusus. Hudojo menyatakan bahwa matematika merupaka ide-ide abstrak yang
diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya dedukti, sehingga
belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi 12 . Sedangkan Hollands
dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa matematika dipandang sebagai ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis dan goemetri13. Berdasarkan kedua pendapat tersebut berarti matematika dapat
memainkan peran dalam beraktifitas atau bertindak melalui kegiatan berpikir dan bernalar
serta kemahiran mengkomunikasikannya.
Berbeda dengan beberapa pandangan di atas mengatakan bahwa matematika
sebagai salah satu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi
manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk
dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting
adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan
hubungan-hubungan 14 . Sedangkan menurut Soejadi bahwa matematika dikenal sebagai
ilmu dedukatif, karena setiap metode yang digunakan dalam mencari kebenaran adalah
dengan menggunakan metode deduktif, sedang dalam ilmu alam menggunakan metode

M. Quraish Shihab, 1994. Membumikan Al-Qur‟an; fungsi dan Peran wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Bandung: Mizan. h 167
12
Hudojo, Herman, 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang: IKIP), h. 41
13
Hollands, Roy, 1993. A Dictionary Of Mathematics. Penerjemah Naipospos Hutauruk. (Jakarta:
Erlangga), h. 9
14
Mulyono Abdurrahman. Pendidikan bagi Anak ...., h. 95
11

induktif atau eksprimen 15 . Namun demikian dalam matematika seringkali ditemukan
untuk mencari kebenaran tersebut bisa dimulai dengan cara induktif, jika benar untuk
semua keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif, karena dalam matematika sifat,
teori/dalil belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.
Oleh karenanya matematika dapat memberikan kontribusi dalam mengahadapi masalah,
tantangan, problema-problema kehidupan serta membarikan jalan yang efektif untuk
menemukan cara menyelesaikannya.
Pendapat senada juga diungkapkan oleh

Suherman bahwa matematika

mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan, konsep-konsep
matematika tersusun secara hirarkis, berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep yang
paling sederhana sampai pada konsep paling kompleks.
mengungkapkan keabstrakan dari objek dasar

16

Lebih lanjut beliau

matematika yang dipelajari, sehingga

aktifitas bermatematika memerlukan aktifitas mental yang tinggi (aktifitas pikiran dan
perasaan). Adapun objek dasar tersebut meliputi:
1) Konsep, merupakan suatu ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan
sekumpulan obejk. Misalnya, segitiga merupakan nama suatu konsep abstrak. Dalam
matematika terdapat suatu konsep yang penting yaitu “fungsi”, “variabel”, dan
“konstanta”. Konsep berhubungan erat dengan definisi, definisi adalah ungkapan suatu
konsep, dengan adanya definisi seseorang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau
lambing dari konsep yang dimaksud.
2) Prinsip, merupakan objek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri atas
beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi/operasi, dengan kata lain prinsip
adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa
aksioma, teorema dan sifat.
3) Operasi, merupakan pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan
matematika lainnya, seperti penjumlahan, perkalian, pengurangan, pembagian,
gabungan, irisan dan sebagainya. Dalam matematika dikenal macam-macam operasi
yaitu operasi unair, biner, dan terner tergantung dari banyaknya elemen yang
dioperasikan. Penjumlahan adalah operasi biner karena elemen yang dioperasikan ada
dua, tetapi akar bilangan adalah merupakan operasi unair karena elemen yang
dioperasika hanya satu.

15

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Nasional), h. 56
16
Erman Suherman. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Jica), h. 145

Tujuan Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas guru (pengajar) dan
aktivitas siswa (pebelajar). Dalam aktivitas pembelajaran ini guru mengupayakan
terciptanya jalinan komunikasi yang baik antara dirinya dan siswa. Jalinan komunikasi ini
menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pembelajaran yang berlangsung dengan baik.
Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah (SD-SMP-SMA)
mempunyai tujuan tersendiri yang disebut tujuan kurikuler matematika. Alangkah
bijaknya jika terlebih dahulu kita harus memahami makna dan fungsi mempelajari
matematika seperti dikemukakan oleh Nasution berikut ini17:
1) Matematika dapat digunakan untuk mengetahui gejala-gejala alam.
2) Dengan penggunaan metode matematika dapat diperhitungkan segala sesuatu dalam
pengambilan keputusan.
3) Matematika penting sebagai sains untuk perkembangan budaya bangsa.
4) Matematika dapat digunakan dalam lapangan kerja.
5) Matematika dapat menyampaikan ide-ide secara benar, tepat dan jelas kepada orang
lain.
Berdasarkan uraian di atas, untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas
hidup dan kehidupan di dunia ini seyogyanya harus menyesuaikan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu siswa diharapkan memiliki kemampuan
menyeleksi (memilah dan memilih), memperoleh dan mengelola informasi untuk siap dan
mampu bertahan dalam keadaan yang selalu berubah. Kemampuan tersebut memerlukan
energi yang kuat yang berupa energi berpikir kritis, logis, kratif, sistematis, dan
kemamuan bekerja sama secara efektif. Dengan demikian, maka tugas seorang guru harus
terus dikembangkan kapasitasnya seiring mengikuti perkembangan sains dan teknologi,
meningkatkan keterampilan matematika dan selalu berusaha kreatif dalam pembelajaran
yang dilakukan sehingga dapat membawa siswa ke arah yang diinginkan.
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut18:
1) Memahami

konsep

matematika,

menjelaskan

keterkaitan

antarkonsep

dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika

17
18

Nasution, A. H. 1982. Landasan Matematika . (Jakarta Bhatara Karya Aksara), h. 9
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2006: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematrika
Sekolah Menengah Atas dan MA, (Jakarta: Depdiknas)

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Melatihkan cara berpikir dan bernalar melalui pembelajaran matematika
merupakan sesuatu yang sangat berharga. Menurut Soedjadi bahwa salah satu
karakteristik matematika adalah berpola-pikir deduktif yang bersifat formal yang
penekanannya pada penalaran 19 . Berpikir dan bernalar merupakan inti dari belajar
matematika, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari berpikir dan bernalar digunakan
sebagai wahana untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi setiap umat manusia.
Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran matematika berfungsi
membantu dalam menyelesaikan berbagai persoalan mulai dari yang sederhana
dilingkungan kita hingga persoalan-persoalan yang lebih besar yaitu persoalan bangsa.
Berdasarkan karakteristik yang terkandung dalam matematika yang abstraks dan bersifat
deduktif, maka dalam penyajian pembelajaran matematika terutama pada jenjang SD dan
SMP masih diperlukan pola pikir induktif, sedangkan jenjang sekolah menengah
penggunaan pola pikir induktif dalam penyajian suatu topik sudah semakin dikurangi
menuju pola pikir yang lebih tinggi yaitu berpikir deduktif. Di samping cara berpikir,
dalam proses pembelajaran siswa juga dilatih untuk mengembangkan kreatifitas mereka
melalui imajinasi dan intuisi. Hal ini dikarenakan bahwa setiap siswa memiliki
kemampuan berbeda-beda dalam memandang suatu permasalahan yang dikembangkan
oleh guru, maka guru juga harus mahir dan terampil dalam men-desain bahan ajar untuk
memfasilitasi agar siswa dapat belajar secara baik. Aktivitas guru yang demikian inilah
yang disebut dengan pemikiran kreatif yang perlu terus dikembangkan pada kalangan
guru.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dimengerti bahwa matematika itu bukan saja
dituntut sekedar menghitung, mengahafal rumus-rumus tetapi siswa juga dituntut agar
lebih mampu menghadapi berbagai persolan dan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya. Persoalan dan pasalah tersebut dapat berupa masalah matematika itu
sendiri maupun masalah dalam ilmu lain, serta dituntut suatu disiplin ilmu yang sangat
tinggi. Dengan demikian memahami konsep matematika secara mendasar dapat berguna
untuk mengahadapi dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain
19

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia,..........., h. 67

peran matematika mampu memfasilitasi dan mendukung berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, seperti ilmu fisika, kimia, biologi, pertanian, peternakan,
kedokteran, ekonomi, astronomi dan sebagainya yang pada gilirannya ilmu-ilmu tersebut
juga dapat diterapkan lebih lanjut di negara kita untuk mengembangkan teknologi,
industri, pertambangan dan sebagainya.
Mengingat begitu urgen peran matematika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
atau dalam peradaban kehidupan manusia, maka perlu dikaji nilai-nilai yang terkandung
didalamnya sebagai acuan untuk menemukan kerangka dalam membangun karakter
bangsa melalui pendidikan matematika. Menurut Suwarsono berkaitan dengan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam matematika yang dapat dikembangkan melalui pendidikan
matematika antara lain20:
a) Nilai logis dalam berpikir,
b) Nilai cermat, teliti dalam berpikir dan mengambil keputusan,
c) Nilai disiplin dalam mentaati aturan-aturan atau kesepakatan yang dibuat,
d) Nilai keuletan dan kesabaran dalam mengahadapi tantangan dan persoalan,
e) Nilai kemandirian dalam bekerja,
f) Nilai kejujuran dalam bertindak,
g) Nilai menghargai waktu,
h) Nilai demokratis dalam dsikusi dan musyawarah.
Implementasi Penanaman Nilai Matematika dalam Pembelajaran
Beberapa konsep pembelajaran matematika yang dipandang cocok untuk
membantu terbentuknya nilai-nilai karakter yang terkandung didalam matematika yang
diharapkan memiliki dampak positif dalam membangun karakter suatu bangsa disajikan
melalui aktifitas pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Sikap Jujur
Sikap jujur ini dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berpikir logis yang
bermuara pada suatu nilai kebenaran, misalnya melalui aktifitas berhitung. Operasi
hitung seperti penjumlahan, perkalian, pembagian dan pengurangan merupakan salah
satu konsep yang dapat di kaitkan dengan karakter kejujuran. Misalnya teknik
pembagian bersusun dengan pola sisa yang diposisikan pada tempat yang sesuai,
teknik ini memberikan makna pelajaran bagi siswa bahwa sesuatu yang tersisa harus
dikembalikan pada tempatnya.

20

Suwarsono, 2011. Peranan Pendidikan matematika dalam meningkatkan daya saing bangsa. Prosiding
seminar nasional pendidikan matematika . Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Universitas Negeri Jember tanggal 5 Mei 2011, h. 4

Selain konsep pembagaian ada cara lain dalam menanamkan sifat kejujuran ini,
misalnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menilai atau
mengevaluasi hasil-hasil ulangannya sendiri dengan cara mencocokkan dengan kunci
jawaban yang disediakan oleh guru. Aktifitas tersebut memberikan makna bahwa
siswa harus belajar bersikap jujur pada diri sendiri.
2. Hidup teratur, disiplin
Salah satu konsep matematika yang dapat digunakan untuk mengajarkan
disiplin atau hidup teratur adalah konsep barisan. Dengan mengamati beberapa
contoh konsep barisan, misalnya barisan bilangan genap (2, 4, 6, 8, 10 ….), barisan
Fibonacci (1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, …..), barisan kuadrat sempurna (1, 4, 9, 16, 25, ….).
Misalnya pada barisan bilangan genap dari satu suku ke suku berikutnya adalah selalu
ditambah dua, pada barisan fibonacci sebuah suku adalah merupakan penjumlahan
dari dua suku sebelumnya, sedangkan barisan kuadrat sempurna adalah bilangan asli
yang terurut yang dikuadratkan. Semua barisan tersebut mempunyai pola yang indah
dan teratur. Pola indah dan keteraturan tersebut memberikan makna bahwa siswa
harus hidup secara teratur atau dispilin.
Selain konsep barisan di atas, juga masih ada konsep lain seperti penggunaan
rumus umum suatu luas lingkaran yang dinyatakan sebagai hasil kali dari kuadrat
jari-jarinya dengan phi atau dinyatakan secara simbolik � = �� 2 . Rumus tersebut

berlaku untuk sembarang lingkaran dengan ukuran yang beragam. Dengan demikian
untuk menanamkan sifat keteraturan barisan dalam kehidupan sehari-hari siswa, kita
dapat menggunakan media yang realistik supaya nilai keteraturan tersebut dapat
dilihat dan dirasakan oleh siswa secara bermakna.
3. Bersikap adil
Sikap adil dapat ditanamkan pada siswa saat pembelajaran matematika pada
konsep pembagian atau prosentase. Misalnya setiap siswa diberi tugas untuk
mengerjakan beberapa soal. Jika siswa dapat mengerjakan dengan benar soal tersebut
maka siswa menghitung prosentase hasil kerjanya, kemudian dapat menghitung
reward yang akan diperoleh dari guru tergantung prosentasi hasil kerja yang telah

dicapai.
4. Berpikir positif atau tidak berprasangka buruk
Salah satu konsep dalam matematika yang dapat digunakan untuk
menanamkan prilaku berpikir positif adalah konsep kuadrat. Melalui konsep ini setiap
bilangan baik positif maupun negatif jika dikuadratkan hasilnya selalu positif. Selain
konsep di atas, konsep nilai mutlak, menentukan jarak, luas, volume yang nilainya
selalu positif. Hal ini memungkinkan bahwa siswa dapat memetik makna
pembelajaran tersebut diselaraskan dengan perilaku berpikir positif (positive

thinking). Misalnya (2)2 = (-2)2 = 4, atau 5 = −5 = 5. Sehingga melalui aktifitas

pembelajaran seperti ini guru dapat menanamkan prilaku selalu berpikir positif.

Artinya pada setiap peristiwa pasti memiliki hikmah dibalik peristiwa tersebut (baca:
husnudlon pada Allah).

5. Sikap konsisten
Obyek dalam matematika meliputi, fakta, konsep, prinsip, dan operasi. Fakta
merupakan konvensi-konvensi atau simbol yang telah disepakati, misalnya bilangan
tiga disembolkan dengan 3, factorial disimbolkan dengan ! sedangkang 3! Berarti
3.2.1=6. Dengan demikian secara umum jika n! = n(n-1)(n-2)....3.2.1. Konsep adalah
ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan
obyek, biasanya dinyatakan dalam bentuk definisi atau pengertian suatu objek,
misalnya konsep segitiga, konsep himpunan, konsep bilangan dan lainnya. Prinsip
adalah gabungan dari beberapa konsep yang saling terkait, misalnya teorema atau
lemma. Sedangkan operasi adalah aturan untuk menghasilkan obyek tunggal dari
beberapa obyek yang diketahui. Sejauh ini dalam

kajian fakta, konsep, prinsip

maupun operasi disusun sedemikian rapi sehingga tak satupun bertentangan antara
satu dengan yang lainnya. Masing-masing selalu konsisten dan sifat inilah yang dapat
kita tanamkan kepada siswa.
6. Ulet dan tangguh
Sifat ini ditanamkan dengan memberikan penjelasan pada siswa bahwa setiap
masalah atau soal dalam matematika yang disajikan selalu memiliki solusi dan siswa
dilatih, dibimbing untuk selalu berusaha mencari solusi dari soal tersebut. Sifat
pentang menyerah dalam mengerjakan soal-soal tersebut lambat laun akan tertanam
dalam diri siswa sehingga akan membentuk pribadi yang tangguh dalam
mengahadapi berbagai persoalan yang ada.
7. Karakter lainnya
Selain karakter-karakter mulia diatas, melalui ide kreatif seorang guru juga
dapat menanamkan sifat-sifat mulia lainnya, seperti sifat menghargai pendapat
orang lain dan sikap demokratis melalui sajian soal yang dirancang dengan banyak
solusi (open ended approach) atau memberikan kesempatan pada diri siswa untuk
membuat soal sendiri yang diajukan pada guru atau dijawab sendiri ( problem posing
approach) atau dengan cara memberikan tugas untuk melukis konsep tertentu

disesuaikan dengan topik yang memungkinkan siswa melibatkan perasaan (feeling),
suasana hati mereka dalam aktifitas bermatematika dan memiliki pandangan positif
(menghargai) terhadap matematika.

Aplikasi Membelajarkan Nilai-nilai matematika menurut Al-Qur’an.
Alangkah bijaknya apabila dalam proses pembelajaran matematika yang syarat
dengan nilai-nilai akhlak, budi pekerti dapat terjadi akibat adanya interaksi guru-siswa
(baca: centered teacher atau centered student) selain didasarkan pada teori-teori belajar
yang sudah dibakukan dan dibuktikan cocok untuk dilakukan melalui hasil research
sendiri maupun hasil research orang lain juga perlu mengingat apa yang dipesankan oleh
sang pencipta yakni Allah SWT melalui kitab suci Al-Qur‟an yang memberikan ibrah
pada kita sebagai guru dalam konteks pembelajaran yaitu termaktub dalam surah Al-Nahl
ayat 125 (QS:16:125) yang berbunyi 21:

               
         
Yang artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dan pada ayat lain termaktub dalam surah Al-Ahzab ayat 21 (QS: 33:21) yang
berbunyi22:

                



Yang artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.
Berdasarkan dua ayat di atas, terdapat dua pesan utama dalam mensukseskan
keberlangsungan proses transformasi nilai karakter dalam proses pembelajaran secara
umum (termasuk dalam pembelajaran matematika), yaitu (1) mauidloh hasanah, dan (2)
uswatun hasanah. Istilah mauidloh hasanah dapat diartikan tutur kata yang baik, memberi

motivasi dan semangat, memberi harapan, mungkin cara memilih metode, strategi,
pendekatan yang cocok, disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologi
peserta didik. Sedangkan uswatun hasanah dapat diartikan sebagai suri teladan berupa
perilaku atau akhlak yang baik sehingga dapat ditirukan oleh siswa. Sebagai contoh
ketepatan dalam memilih dan menyajikan contoh-contoh, media yang tepat dan alat
21
22

Al-Qur‟an Al Karim dan terjemahannya, surah An-Nahl ayat 125
Al-Qur‟an Al karim dan terjemahannya, surah Al-Ahzab ayat 21.

peraga sesuai karakter topik yang sedang dipelajari. Selanjutnya apabila dua istilah di atas
dapat diaplikasikan secara simultan dalam pelajaran matematika, maka tidak mustahil
gambaran ideal lahirnya insan-insan yang berbudi pekerti luhur dapat diraih melalui
pembelajaran matematika.
Penutup
Matematika bukanlah ilmu hitung semata, melainkan merupakan ilmu yang
berkaitan erat dengan objek, fakta, fenomena, pola, dan bentuk dan sebagainya, sehingga
menumbuhkan energi untuk berpikir dan bernalar secara logis, kritis dan kreatif. Oleh
karenanya matematika hadir dan disajikan agar siswa lebih mampu menghadapi berbagai
masalah, problema dan tantangan dalam hidup dan kehidupan masa kini maupun masa
mendatang, baik masalah tersebut terkait dengan matematika itu sendiri maupun masalah
yang berhubungan dengan ilmu lainnya. Banyak nilai-nilai matematika yang mungkin
dapat dikembangkan melalui pembelajaran di kelas sehingga menumbuhkan karakter
positif bagi siswa, seperti nilai jujur, teratur, disiplin, keindahan, tangguh, demokratis,
konsisten, adil, sikap positif, dan lain-lain yang kesemuanya sangat memungkinkan
mampu memberikan kontribusi dalam membangun terbentuknya karakter generasi bangsa
yang kuat sehingga keberadaan bangsa memiliki martabat yang diakui dan dihargai dalam
pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia.
Daftar Rujukan
Al-Qur‟an Al Kariem dan terjemahnya
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Matematrika Sekolah Menengah Atas dan MA, (Jakarta: Depdiknas)
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2006: Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Matematrika Sekolah Menengah Atas dan MA, (Jakarta: Depdiknas)
Direktorat Jenderal Dikti Kemendiknas, 2010. Grand desain Pendidikan Karakter, arah
serta Tahapan dan Perioritas Pendidikan Karakter bangsa tahun 2010-2015.
Erman Suherman. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
(Bandung: Jica).
Gufron, Anik. 2010. Integrasi Nilai-nilai Karakter Bangsa pada Kegiatan Pembelajaran.
Cakrawala Pendidikan. Th XXIX, edisi Dies.
Herma Hudojo, 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang: IKIP).
Hollands, Roy. 1993. A Dictionary Of Mathematics. Penerjemah Naipospos Hutauruk.
(Jakarta: Erlangga).
Maksudin, 2013. Pendidikan Karakter Nondikotomik; (Upaya Membangun Bangsa
Indonesia Seutuhnya). Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III, Nomor 2, Juni
2013.

Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:
Rineka Cipta)
Miskawaih, lbn. 1999. Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku Dasar Pertama tentang
Filsafat Etika. Penerjemah Helmi Hidayat. (Bandung. Mizan)
Nasution, A. H. 1982. Landasan Matematika . (Jakarta Bhatara Karya Aksara).
Rukiyati. 2013. Urgensi Pendidikan Karakter Holistik Komprehensif di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Karakter. Tahun III, Nomor 2, Juni 2013.
Shihab, M. Quraish, 1994. Membumikan Al-Qur‟an; fungsi dan Peran wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Nasional)
Sudarsono, S. 2010. Karakter Mengantar Bangsa: dari Gelap menuju Terang. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Suwarsono, St. 2011. Peranan Pendidikan matematika dalam meningkatkan daya saing
bangsa. Prosiding seminar nasional pendidikan matematika . Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika Universitas Negeri
Jember tanggal 5 Mei 2011.