PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET
KOMBINASI PARASETAMOL DENGAN KOFEIN
SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-SINAR TAMPAK

Tadjuddin Naid, Syaharuddin Kasim, dan Mieke Pakaya
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK
Spektrofotometri ultra violet-visible dengan menggunakan metode zero crossing merupakan
metode alternatif dalam mengatasi penetapan kadar campuran dua komponen atau lebih senyawa yang
spektrumnya saling tumpang tindih. Dalam penelitian ini dilakukan dengan membuat spektra serapan
normal, spektra serapan derivat pertama, dan spektra serapan derivat kedua dari parasetamol dan kafein
dengan perbandingan konsentarsi 6:0,5. Berdasarkan spektra tersebut ditentukan panjang gelombang
zero crossing. Hasil penelitian menunjukkan tablet kombinasi parasetamol dan kafein dengan perbandingan konsentrasi 6:0,5, hanya penetapan kadar parasetamol yang dapat ditentukan. Nilai panjang
gelombang zero crossing parasetamol adalah 245 nm, rentang recovery adalah 80,19 – 96,52%, dan nilai
presisi pada tiga konsentrasi masing-masing 1,32%, 1,07%, dan 0,07%. Berdasarkan penelitian tersebut,
menghasilkan bahwa penetapan kadar parasetamol cara ini terhadap tablet kombinasi parasetamol dan
kafein memiliki akurasi dan presisi yang baik.
Kata kunci : paracetamol, kafein, spektrofotometer uv-sinar tampak

PENDAHULUAN


relatif kecil. Selain itu metode kromatografi cair
kinerja tinggi juga merupakan metode alternatif
yang memiliki kepekaan analisis tinggi namun memerlukan biaya relatif mahal (4).
Dilihat dari strukturnya, parasetamol mempunyai gugus kromofor dan ausokrom, yang dapat
menyerap radiasi, sehingga dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri, tetapi kendala yang
sering dijumpai adalah terjadinya tumpang tindih
spektra (overlapping) karena keduanya memiliki
serapan maksimum pada panjang gelombang
yang berdekatan sehingga diperlukan proses pemisahan terlebih dahulu (4,5).
Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan pengembangan metode spektrofotometri
ultra violet-sinar tampak dalam penetapan kadar
parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol
dengan kafein tanpa pemisahan terlebih dahulu
yaitu secara spektrofotometri dengan aplikasi metode zero crossing. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan
kafein secara spektrofotometri ultra violet-visible
dengan aplikasi metode zero crossing memiliki
presisi dan akurasi yang baik.
Tujuan penelitian adalah untuk menetapkan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi
parasetamol dengan kafein secara spektrofotometri ultra violet-sinar tampak. Manfaat penelitian
adalah memberikan alternatif metode penetapan

kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan kafein

Sediaan farmasi yang beredar di pasaran
kebanyakan berupa campuran berbagai zat berkhasiat. Campuran ini bertujuan untuk meningkatkan efek terapi dan kemudahan dalam pemakaian.
Salah satu campuran zat aktif yang sering digunakan adalah parasetamol dan kafein yang berkha-siat sebagai analgetik dan antipiretik (1).
Campuran parasetamol dan kafein banyak
ditemukan dalam produk antiinfluenza dengan berbagai merek dagang. Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek analgetik ringan sampai sedang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh
gugus aminobenzen, sedangkan kafein adalah
basa lemah yang merupakan turunan xantin, memiliki gugus metil dan berefek stimulasi susunan
saraf pusat serta dapat memperkuat efek analgetik
parasetamol (2,3).
Dalam pemasarannya, pemeriksaan mutu
suatu sediaan obat mutlak diperlukan untuk menjamin bahwa sediaan obat mengandung bahan
dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan
dan mengikuti prosedur analisis standar, sehingga
menunjang efek terapeutik yang diharapkan.
Pada beberapa literatur penetapan kadar
parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol
dengan kafein dapat dilakukan dengan beberapa
metode, di antaranya metode titrimetri yang merupakan metode konvensional, dan dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang lama, serta kurang peka dalam penentuan zat yang kadarnya


77

78

Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 – Juli 2011, hlm. 77 – 82

METODE PENELITIAN

Penentuan Zero Crossing

Alat dan Bahan yang Digunakan

Parasetamol (p.a.) dan kafein (p.a) ditimbang seksama masing-masing sebanyak 600 mg
dan 50 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur
100 mL, ditambah etanol hingga 100 mL (6000 bpj
dan 500 bpj). Dari larutan tersebut, sebanyak 1 mL
dipipet ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah
etanol hingga 10 mL (600 bpj dan 50 bpj), lalu
dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10

mL (60 bpj dan 5 bpj), dipipet 1 mL dan diencerkan
kembali hingga 10 mL (6 bpj dan 0,5 bpj). Dari
larutan baku 600 bpj dan 50 bpj, dipipet 2 mL ke
dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL (120 bpj dan 10 bpj), lalu dipipet 1 mL
dan diencerkan hingga 10 mL (12 bpj dan 1 bpj.)
Dari larutan-larutan tersebut di atas dibuat
kurva serapan derivat pertama. Kurva serapan
derivat pertama dari berbagai konsentrasi ditumpangtindihkan untuk masing-masing larutan zat.
Dari spektra derivat tersebut ditentukan zero crossing parasetamol oleh panjang gelombang yang
memiliki serapan nol.

Alat-alat yang digunakan adalah corong,
gelas Erlenmeyer 250 mL (Pyrex), labu tentukur
10, 50, dan 100 mL (Pyrex), lumpang dan alu,
neraca analitik (Sartorius), pipet volume 1, 2, 3, 4,
dan 5 mL (Pyrex), spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu UV-1601).
Bahan-bahan yang digunakan adalah air
suling, etanol 95%, kafein (p.a), parasetamol (p.a).
Penyiapan Sampel

Sampel yang digunakan adalah sediaan
tablet kombinasi parasetamol dengan kafein.
Nomor bets produk yang diperoleh adalah 080660
dengan batas kadaluarsa Agustus 2015.
Uji Kualitatif
Tablet diserbukkan kemudian dilarutkan
dengan kloroform, disaring, dan diuapkan. Sari
kloroform digunakan untuk uji kualitatif kafein yaitu
dilarutkan dengan 2 mL air, ditambah larutan
iodum tidak menghasilkan endapan, dan pada saat
penambahan HCI encer terjadi endapan coklat
yang larut dalam NaOH. Serbuk tidak terlarut
dilarutkan dengan metanol, disaring, diuapkan dan
digunakan untuk uji kualitatif parasetamol yaitu
dengan penambahan larutan FeCI3 menghasilkan
endapan biru keunguan.
Pembuatan Larutan Baku
Parasetamol (p.a.) ditimbang teliti sebanyak 60 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur
10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL (6000 bpj),
lalu dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL,

dan ditambah etanol hingga 10 mL (600 bpj).
Kafein (p.a.) ditimbang teliti sebanyak 25
mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL,
ditambah etanol hingga 50 mL (500 bpj), lalu
dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, dan
ditambah dengan etanol hingga 10 mL (50 bpj).
Pembuatan Spektra Serapan Normal
Sebanyak 1 mL larutan parasetamol baku
(600 bpj) dicukupkan volumenya dengan etanol
hingga 10 mL (60 bpj), lalu dipipet sebanyak 1 mL
dan diencerkan hingga 10 mL (6 bpj). Serapan
diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm,
dan dibuat spektra serapan normal.
Sebanyak 1 mL larutan kafein baku (50
bpj) dicukupkan volumenya hingga 10 mL dengan
etanol (5 bpj), lalu dipipet sebanyak 1 mL dan
diencerkan hingga 10 mL (0,5 bpj). Serapan diukur
dengan pada panjang gelombang 200 - 400 nm,
dan dibuat spektra serapan normal.


Pembuatan Kurva Baku
Sebanyak 50 mg parasetamol (p.a.) yang
ditimbang teliti dimasukkan ke dalam labu tentukur
50 mL, ditambah etanol hingga 50 mL (1000 bpj),
lalu dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL,
ditambah dengan etanol hingga 10 mL (100 bpj),
dipipet sebanyak 5 mL dan diencerkan hingga 50
mL (10 bpj), kemudian dipipet kembali sebanyak 2,
3, 4, 5, 6 dan 7 mL, masing-masing dicukupkan
volumenya dengan etanol hingga 10 mL, hingga
diperoleh konsentrasi 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 bpj.
Serapan masing-masing diukur pada gelombang
245 nm.
Penetapan Kadar Sampel
Dua puluh tablet merek dagang ditimbang
satu persatu dan dihitung bobot rata-ratanya.
Tablet diserbukkan lalu ditimbang seksama 472,0
mg, dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer yang
berisi 25 mL etanol, dikocok, lalu disaring, diulangi
sebanyak 3 kali, kemudian dicukupkan volumenya

hingga 100 mL. Dari larutan tersebut dipipet 1 mL
ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol
hingga 10 mL, kemudian dipipet sebanyak 1 mL
dan diencerkan hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL
dan diencerkan kembali hingga 10 mL, lalu diukur
serapannya pada gelombang 245 nm.
Pengujian Akurasi dan Presisi (13)
Akurasi dievaluasi dengan metode penambahan bahan baku (standard addition method),
dengan membuat 3 konsentrasi dengan rentang
spesifik 80, 100 dan 120%, dengan 3 replikasi dan
setiap rentang spesifik mengandung 70% sampel
dan 30% baku pembanding.

Tadjuddin Naid, Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Tablet Kombinasi dengan Kofein Secara Spektrofotometri UV-Vis

Sampel ditimbang dengan bobot setara
336, 420, dan 504 mg parasetamol kemudian diekstraksi sebanyak 3 kali dan volumenya dicukupkan dengan etanol secara berturut-turut hingga
100 mL, 100 mL, dan 100 mL sehingga diperoleh
total 9 hasil ekstraksi. Tiap hasil ekstraksi dipipet 1
mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol

hingga 10 mL, lalu dipipet sebanyak 1 mL dan
diencerkan hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL dan
diencerkan kembali hingga 10 mL. Larutan terakhir
ini diukur serapannya pada panjang gelombang
245 nm
Sampel ditimbang dengan bobot setara
336, 420, dan 504 mg parasetamol. Sampel yang
setara 336 mg ditambah parasetamol baku sebanyak 144 mg, sampel setara 336 mg ditambah
parasetamol baku sebanyak 180 mg, dan sampel
setara 504 mg ditambah parasetamol baku sebanyak 216 mg. Tiap campuran diekstraksi sebanyak
3 kali dan dicukupkan volumenya dengan etanol
secara berturut-turut hingga 100 mL, 100 mL, dan
100 mL sehingga diperoleh total 9 hasil ekstraksi.
Tiap hasil ekstraksi dipipet 1 mL ke dalam labu
tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL,
kemudian dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan
hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL dan diencerkan
kembali hingga 10 mL. Larutan terakhir ini diukur
serapannya pada panjang gelombang 245 nm.
Pengujian akurasi dapat dihitung melalui

% perolehan kembali (% recovery) dengan rumus :

CF = konsentrasi sampel + baku parasetamol
CA = konsentrasi sampel sebenarnya
C*A = konsentrasi parasetamol yang ditambahkan
Presisi dapat dihitung dengan urutan
sebagai berikut :
1. Hasil analisis adalah X1, X2, X3 ….. Xn, maka
simpangan bakunya adalah



2. Simpangan baku relatif atau koefisien variansi
(KV) adalah :

HASIL PENELITIAN
Serapan maksimum dari parasetamol dan
kafein berada pada panjang gelombang yang berdekatan yaitu 249 nm dan 272 nm. Hal ini menye-

79


babkan terjadinya tumpang tindih (overlapping)
spektrum secara total. Spektrum yang tumpang
tindih menyebabkan kesulitan dalam penetapan
kadar kedua senyawa ini. Metode spektrofotometri
ultra violet-visibel tertentu dapat digunakan untuk
meningkatkan pemecahan puncak yang saling
tumpang tindih. Pada penelitian ini sampel yang
digunakan adalah tablet kombinasi parasetamol
dengan kafein dengan perbandingan konsentrasi
6:0,5. Pada konsentrasi ini hanya penetapan kadar
parasetamol yang dapat ditentukan, karena serapan yang dihasilkan oleh kafein sangat kecil yaitu
0,021172. Penetapan kadar secara simultan untuk
kedua senyawa ini hanya dapat dilakukan pada
konsentrasi 5 : 5.
Tabel 1. Perbandingan Hasil Pegukuran Konsentrasi
Parasetamol dan Kofein
Larutan zat

Parasetamol

Kofein

Kofein :
Parasetamol

Konsentrasi
(bpj)

Serapan pada panjang
gelombang
249 nm

272 nm

12

1,07930

0,28574

60

3,84580

1,39610

1

0,02014

0,05292

5

0,07805

0,24681

0.5

0,00775

0,02117

1:12

1,11230

0,34533

5:60

4,00000

2,05320

0.5:6

0,73293

0,22192

Tabel 2. Daftar serapan pada panjang gelombang 240
nm - 257 nm
Panjang
gelombang

Parasetamol
6 bpj

Kofein
0,5 bpj

Parasetamol :
kofein

240

0,48038

0,00933

0,49050

241

0,49781

0,00832

0,50736

242

0,51429

0,00751

0,52342

243

0,52936

0,00694

0,53814

244

0,54233

0,00664

0,55111

245

0,55362

0,00655

0,56243

246

0,56261

0,00668

0,57158

247

0,56910

0,00694

0,57838

248

0,57283

0,00727

0,58251

249

0,57391

0,00775

0,58408

250

0,57220

0,00830

0,58298

251

0,56725

0,00896

0,57865

252

0,55944

0,00970

0,57146

253

0,54878

0,01040

0,56152

254

0,53555

0,01116

0,54893

255

0,51976

0,01205

0,53397

256

0,50157

0,01282

0,51666

257

0,48129

0,01355

0,49721

80

Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 – Juli 2011, hlm. 77 – 82

Penentuan Zero Crossing
Penentuan zero crossing parasetamol dilakukan dengan membuat kurva serapan derivat
pertama masing-masing larutan dalam berbagai
konsentrasi. Spektrum derivat pertama dibuat dega m mpl t ilai d /dλ d ga pa ja g g l mbang. Nilai d /dλ dip l h d ga m mbagi d lta
absorba si Δ
λ 2- λ1) dengan delta panjang
g l mba g Δλ , Δλ a g digu aka pada d i at
pertama adalah 1 nm. Hasil penentuan menunjukka bahwa ilai a g m d kati λ zero crossing
parasetamol pada kurva serapan derivat pertama
adalah 244 nm – 245 nm (Tabel 4), maka yang
dipilih u tuk dijadika λ a alisis adalah λ zero
crossing yaitu : 1) serapan senyawa pasangannya
da
ampu a
a p sis sama, ka a pada λ
tersebut dapat secara selektif mengukur serapan
senyawa pasangannya, dan 2) memiliki serapan
yang paling besar, karena pada serapan yang
paling besar, serapannya lebih tepat sehingga
kesalahan analisis dapat diperkecil. Berdasarkan
u aia diatas maka λ zero crossing parasetamol
adalah 245 nm.

Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket.
Penetapan kadar parasetamol dengan
spektrofotometri ultra violet-visibel aplikasi metode
zero crossing ini dapat digunakan dengan melihat
parameter akurasi dan presisi yang dihasilkan.

Tabel 4. Perhitungan kadar parasetamol dalam sediaan
tablet kombinasi parasetamol dan kofein, dengan bobot
sampel setara dengan 336 mg parasetamol
Replikasi

Pengenceran

Serapan

Kadar
(%)

I

(10/1) x (10/1) x (10/1) x 100

0,53927

99,59

II

(10/1) x (10/1) x (10/1) x 100

0,55386

97,04

III

(10/1) x (10/1) x (10/1) x 100

0,52807

97,88

Rata-rata

98,17

Akurasi (ketepatan)
Tab l 3.
apa
d /dλ pada panjang gelombang
derivat pertama (nm)

Δλ
nm

Parasetamol
6 bpj

Kofein
0,5 bpj

Parasetamol :
kofein

240-241

0,0174

-0,0010

0,0169

241-242

0,0165

-0,0008

0,0161

242-243

0,0151

-0,0006

0,0147

243-244

0,0130

-0,0003

0,0130

244-245

0,0113

-0,0001

0,0113

245-246

0,0090

0,0001

0,0091

246-247

0,0065

0,0003

0,0068

247-248

0,0037

0,0003

0,0041

248-249

0,0011

0,0005

0,0016

249-250

-0,0017

0,0005

-0,0011

250-251

-0,0050

0,0007

-0,0043

251-252

-0,0078

0,0007

-0,0072

252-253

-0,0107

0,0007

-0,0099

253-254

-0,0132

0,0008

-0,0126

254-255

-0,0158

0,0009

-0,0150

255-256

-0,0182

0,0008

-0,0173

256-257

-0,0203

0,0007

-0,0195

t lah dit tuka λ zero crossing, dilakukanlah penetapan kadar parasetamol dalam tablet
kombinasi parasetamol – kafein dengan tiga kali
replikasi. Kadar terukur parasetamol rata-rata
98,17%. Kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan kafein, memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam Farmakope

Hasil pengujian akurasi menunjukkan bahwa nilai rentang recovery keseluruhan adalah
80,19 – 96,52%.
Nilai perolehan kembali ini memenuhi persyaratan persen perolehan kembali pada analit dengan konsentrasi 1 - 10 bpj, yaitu berkisar antara
80 - 110% (13). Hal ini menunjukkan bahwa penetapan kadar parasetamol dengan spektrofotometri
derivatif metode zero crossing memiliki akurasi
yang baik.
Tabel 5. Hasil Pengujian Akurasi Rentang Spesifik 80%,
10 %, dan 12 %.
Rrentang
Spesifik
(%)

80

Kosentrasi (bpj)
Replikasi
Baku

Sampel
+ Baku

1

3,3463

1,44

4,6930

93,52

2

3,2607

1,44

4,5866

92,08

3

3,2887

1,44

4,6084

91,65

Rata-rata

100

92,41

1

4,0782

1,8

5,6774

88,84

2

4,0138

1,8

5,6208

89,28

3

3,9959

1,8

5,6177

90,10

Rata-rata

120

%
recovery

Sampel

89,41

1

4,9008

2,16

6,7678

86,44

2

4,9051

2,16

6,9900

96,52

3

4,8987

2,16

6,6309

80,19

Rata-rata
Rentang recovery : 80,19 – 96,52

87,72

Tadjuddin Naid, Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Tablet Kombinasi dengan Kofein Secara Spektrofotometri UV-Vis

Presisi (ketelitian)
Hasil pengujian presisi menunjukkan nilai RSD
(Relative standard deviation atau simpangan baku
relatif) pada sampel dalam 3 konsentrasi adalah
1,32%, 1,07%, dan 0,07%. Nilai RSD ini memenuhi
p s a ata pada a alit aitu ≤
3 . Hal i i
menunjukkan
bahwa
penetapan
kadar
parasetamol secara spektrofotometri derivatif
metode zero crossing memiliki presisi yang baik.
Tabel 6. Perhitungan presisi analisis kadar parasetamol
dalam sediaan tablet kombinasi parasetamol dan kofein,
dengan pengenceran masing-masing (10/1) x (10/1) x
(10/1) x 100
Bobot
Serapan
Konsentrasi
setara
Replikasi
Sampel
Sampel (bpj)
(mg)
1
0,30986
3,3463
80
2
0,30167
3,2607
3
0,30435
3,2887
Kadar Rata-rata (%)
Simpangan Baku (SD)
Koefisien Varian (KV), (%)
1
0,37991
4,0782
100
2
0,37375
4,0138
3
0,37204
3,9959
Kadar Rata-rata (%)
Simpangan Baku (SD)
Koefisien Varian (KV), (%)
1
0,45865
4,9008
120
2
0,45906
4,9051
3
0,45844
4,8987
Kadar Rata-rata (%)
Simpangan Baku (SD)
Koefisien Varian (KV), (%)

Kadar
Sampel
(%)
99,59
97,04
97,88
98,17
1,30
1,32
97,10
95,57
95,14
95,94
1,03
1,07
97,24
97,32
97,20
97,25
0,06
0,07

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penetapan
kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan kafein secara spektrofotometri ultra
violet-sinar tampak dengan aplikasi metode zero
crossing memiliki akurasi dan presisi yang baik
dan memenuhi syarat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Damayanti, S., Ibrahim, S., Firman, K., and
Tjahjono, D.H., 2003, Simultaneous Determination of Paracetamol and Ibuprofene Mixtures
By High Performance Liquid Chromatography.
IJC. 3 (1); [Serial on the internet], [accessed 1
Oktober 2010]; [13 screens]. Available from:
http://ilib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?datald
=750

81

2. Ganiswarna, S.G., (editor) 1995, Farmakologi
dan Te-rapi. ed. 5. Bagian Farmakologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jakarta.
3. Sudjadi dan Rahman, A., 1994, Analisis Obat
dan Makanan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
4. Levent, M., 2002, HPLC Method for the Analysis of Paracetamol, Caffeine and Dipyrone.
TJC. 3 (1). [Serial on the internet]. [accessed 1
October 2010]; Available from: http://journals.
tubitak.gov.tr/chem/issues/kim-02-26-4/kim-264-8-0106-13.pdf
5. Wulandari, M.G.D., Friamita, R.D., Patramurti,
C., 2006, Penetapan Kadar Kafein dalam
Campuran Parasetamol, Salisilamida, dan
Kafein Secara Spektrofotometri Derivatif.
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta.
6. Hayun, H., 2006, Penetapan Kadar Triprolidina
Hidroklorida Dan Pseudoefedrina Hidroklorida
Dalam Tablet Anti Influenza Secara Spektrofotometri Derivatif. Majalah Ilmu Kefarmasian.
Vol.3, No.1. [Serial on the internet]. [dikutip 26
Februari 2011]; Available from: http://staff.ui.
ac.id/internal/131804013/material/hayun0302.p
df
7. Huber, L., 2003, Validation of Analytical Methods and Processes. Marcel Dekker, Inc.
Germany. Available as PDF File.
8. Torbeck L.D., (editor), 2007, Pharmaceutical
and Medical Device Validation By Experimental Design. Informa Healthcare. New York.
Available as PDF File.
9. Goswami, L., Mukhopadhyay, S., Durgapal,
S., 2010, Simultaneous Estimation of Metformin and Pioglitazone by Ultraviolet Spectrophotometry. Indian Journal of Pharmaceutical
Sciences, July 2010. [Serial on the internet].,
[accessed 1 October 2010]. Available from:
http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC30135
69
10. Tan, H.T. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat
Penting. ed.5. PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia. Jakarta.
11. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, 1995, Farmakope Indonesia. ed. 4.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
12. Dubey, R., Vidhya, K., Bhusari, and Sunil, R.D.
2011, Validated RP-HPLC for Simultaneous
Quantitation of Losartan Potassium and Metolazone in Bulk Drug and Formulation. Sci.
Pharm. [Serial on the internet]. [accessed 15
September 2011]; 79 (3) : 545 – 554.
Available from: http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
articles/PMC3163373

82

Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 – Juli 2011, hlm. 77 – 82

Halaman ini sengaja dikosongkan