PERAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DALAM MENGGUNA

PERAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DALAM MENGGUNAKAN
JEJARING SOSIAL FACEBOOK TERHADAP PENGHINDARAN IKLAN
JENIS TAGGING PADA MAHASISWA DI KOTA MALANG
Afiah Aisyah Marsinggih
Ika Widyarini
Ika Rahma Susilawati
Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya
ABSTRACT
The purpose of this research was to analyze the role of gratifications in using
social networking Facebook for the avoidance of tagging ads on students in
malang city. The sample of this research were 200 students from some universities
in Malang. Sample techinque that was used is accidental and purposive sampling
with Likert-like scale. The result showed that gratifications in social networking
Facebook has no signifficant effect to the avoidance of tagging ads. Similarly, the
result from dimensions of gratifications in using social networking Facebook
(surveillance, diversion/entertainment, personal identity, and social relationship)
also does not have signifficant effect to the avoidance of tagging ads parcially.
But, along with the frequency of using Facebook, gratifications has signifficant
effect to the avoidance of tagging ads.
Keywords: gratification, avoidance of tagging ads, Facebook
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemenuhan kebutuhan dalam
menggunakan jejaring sosial Facebook terhadap penghindaran iklan jenis tagging
pada mahasiswa di kota Malang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 200
orang yang berasal dari Perguruan Tinggi di Kota Malang. Teknik pengambilan
data yang digunakan adalah accidental dan purposive sampling dengan
menggunakan skala Likert Like. Hasil olah data menunjukkan bahwa pemenuhan
kebutuhan dalam menggunakan jejaring sosial Facebook tidak berpengaruh
terhadap penghindaran iklan jenis tagging. Begitu pula dengan peran dimensi
pemenuhan kebutuhan (surveillance, diversion/entertainment, personal identity,
dan social relationship) yang juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penghindaran iklan jenis tagging secara parsial. Namun, bersamaan
dengan aspek frekuensi dalam menggunakan jejaring sosial Facebook, pemenuhan
kebutuhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penghindaran iklan jenis
tagging.
Kata kunci: pemenuhan kebutuhan, penghindaran iklan tagging, Facebook

1

2


PENDAHULUAN
Salah satu jenis teknologi yang mengalami perkembangan dengan pesat
adalah internet. Hal ini dapat dikarenakan manfaat internet yang mampu
mempercapat sistem penyebaran informasi. Indonesia merupakan salah satu
negara yang mengalami pertumbuhan akses internet yang cukup cepat. Sebuah
survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun
2012 mencapai 63 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi negara ini.
(Yusuf, 2012).
Banyaknya pengguna internet di Indonesia didominasi oleh para generasi
muda, yaitu pada rentang usia 12-34 tahun yang mencapai total 64.2%, dengan
pengguna internet tertinggi pada kelompok usia 20‐24 tahun (Yunus, 2012).
Mahasiswa merupakan salah satu generasi yang dapat dikelompokkan generasi
muda yang aktif dalam menggunakan internet. Menurut penelitian Soenhadji dan
Susiloatmadja (2007), mahasiswa secara umum cenderung lebih banyak
memanfaatkan website (39.2%) dan portal (28.7%).
Webmetrik Alexa menunjukkan bahwa salah satu situs yang paling sering
diakses oleh masyarakat dunia, khususnya Indonesia adalah situs jejaring sosial.
Berdasarkan data dari Socialbakers (2013), pengguna Facebook di Indonesia
mencapai 93.745.366 pengguna, hal ini membuat Indonesia menempati posisi

keempat di dunia yang memiliki pengguna Facebook terbanyak. Facebook sendiri
adalah website jaringan sosial dimana para pengguna dapat bergabung dalam
komunitas yang didasarkan pada kota, pekerjaan, sekolah, dan daerah yang sama
untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain (Juditha, 2011).
Ditinjau dari tujuan konsumen dalam menggunakan internet, khususnya
media sosial, dapat dihubungkan dengan teori uses and gratification yang
menjelaskan bahwa yang menjadi permasalahan utama dalam menggunakan
media adalah bagaimana media tersebut memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial
khalayak yang menjadi pengguna media massa. Inti kajiannya ialah pada khalayak
yang aktif, yang sengaja memilih dan menggunakan media untuk mencapai tujuan
khusus, yaitu sebagai pemuas kebutuhan hidupnya (Nurudin, 2007).
Penggunaan media massa adalah salah satu cara untuk memperoleh
pemenuhan kebutuhan. Ketika pemuasan kebutuhan telah tercapai, berarti
individu telah mencapai tingkat kepuasan yang diharapkannya (Effendy, 2007).
Kebutuhan individu itu sendiri bermacam-macam, seperti cognitive needs,
affective needs, personal integrative needs, social integrative needs, dan escapist
needs (Masyitoh, 2013). Kebutuhan-kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan cara
menggunakan media massa (uses). Menurut McQuail, Blumler, dan Brown (Katz,
Blumler, & Gurevitch, 1974), terdapat empat kategori pemenuhan kebutuhan yang
didasarkan pada fungsi komunikasi massa yaitu surveillance (untuk mendapatkan

informasi), diversion/entertaiment (untuk stimulasi, relaksasi atau melarikan diri
dari rutinitas, dan pelepasan emosi), fungsi personal (untuk menciptakan integritas
personal seorang individu), dan social relationship (untuk meningkatkan
hubungan sosial dengan orang lain).
Pemenuhan kebutuhan tersebut tentu saja juga dialami oleh para pengguna
Facebook, salah satunya adalah mahasiswa. Mereka menggunakan jejaring sosial

3

ini dikarenakan adanya suatu tujuan berupa pemenuhan kebutuhan seperti yang
dijelaskan dalam teori uses and gratification. Namun, dengan adanya iklan pada
jejaring sosial Facebook, khususnya iklan yang dilakukan dengan cara tagging,
dapat menghalangi terjadinya proses pemenuhan kebutuhan, sehingga terjadi
penghindaran iklan.
Penghindaran iklan di sini disebabkan karena adanya gangguan terhadap
tujuan utama pengguna dalam menggunakan jejaring sosial Facebook. Respon
penghindaran iklan yang muncul dapat terlihat melalui tiga komponen, yaitu
kognitif, afektif, dan tingkah laku. Komponen kognitif yang mungkin terlihat
dapat berupa pengabaian terhadap iklan, komponen afektif berupa perasaan tidak
suka terhadap iklan, dan komponen tingkah laku berupa tindakan untuk

menghindari iklan (Cho & Cheon, 2004).
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Peran Pemenuhan Kebutuhan dalam Menggunakan Jejaring
Sosial Facebook terhadap Penghindaran Iklan Jenis Tagging pada Mahasiswa di
Kota Malang”.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah yang akan menjadi dasar dari tujuan penelitian ini.
Rumusan masalah tersebut adalah apakah ada pengaruh yang signifikan antara
pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan jejaring sosial Facebook terhadap
penghindaran iklan jenis tagging pada mahasiswa di Kota Malang?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
pengaruh yang signifikan antara pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan
jejaring sosial Facebook terhadap penghindaran iklan jenis tagging pada
mahasiswa di Kota Malang.
KAJIAN PUSTAKA
Teori Uses and Gratification
Orang yang pertama memperkenalkan teori Uses and Gratifications adalah
Elihu Katz pada tahun 1959 (Severin & Tankard, 2008). Teori ini mengasumsikan

bahwa orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang
dapat dipenuhi dengan menggunakan media massa. Salah satu asumsi dasar dasar
dari teori uses and gratifications adalah khalayak dianggap aktif, artinya khalayak
sebagai bagian penting dari penggunaan media massa yang diasumsikan
mempunyai tujuan masing-masing (Katz, Blummer & Gurevitch, 1974).
Asumsi teori ini mengenai khalayak yang aktif dan penggunaan media yang
berorientasi pada tujuan cukup jelas. Anggota khalayak individu dapat membawa
tingkat aktivitas yang berbeda untuk penggunaan media mereka. Anggota
khalayak juga berusaha untuk menyelesaikan tujuannya melalui media. Jadi
khalayak memilih di antara berbagai jenis media untuk memperoleh kepuasan
yang berbeda (West & Turner, 2008).

4

Katz, Gurevitch dan Haas (Effendy, 2007) merumuskan suatu model uses and
gratifications. Model ini memulai dengan lingkungan sosial yang menentukan
kebutuhan khalayak lalu menuju pada pemenuhan kebutuhan individual.
Kebutuhan individual tersebut dapat dipenuhi melalui sumber-sumber dari nonmedia maupun dengan menggunakan media massa.
Lingkungan sosial (social environment) menentukan kebutuhan individu.
Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri karakteristik demografik, afiliasi

kelompok, dan ciri-ciri kepribadian. Dalam hal kebutuhan individu (individual’s
needs) dikategorisasikan sebagai cognitive needs, affective needs, personal
integrative needs, social integrative needs, dan escapist needs (Masyitoh, 2013).
Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa kebutuhan individu tersebut:
1. Cognitive needs (Kebutuhan kognitif): Kebutuhan ini berkaitan dengan
peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan.
2. Affective needs (Kebutuhan afektif):Kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan
emosional.
3. Personal integrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif): Kebutuhan
yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan
status individual.
4. Social Integrative needs (Kebutuhan sosial secara integratif): Kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia.
5. Escapist needs (Kebutuhan pelepasan): Kebutuhan yang berkaitan dengan
upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.
Berkaitan dengan penggunaan media massa dalam pemenuhan kebutuhan
individu, model Uses and Gratification di atas juga menjelaskan bagaimana orang
memilih sebuah media untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut McQuail,
Blumler, dan Brown (Katz, Blumler, & Gurevitch, 1974), terdapat empat bentuk

pemenuhan kebutuhan yang dikategorisasikan berdasarkan fungsi komunikasi
massa, yaitu:
1. Fungsi Pengawasan atau pengamatan (Surveillance)
Media menyediakan fungsi pengawasan dan pengamatan tentang informasi
yang dibutuhkan oleh khalayak. Informasi mengenai sesuatu hal mungkin
akan berpengaruh terhadap sesuatu atau akan membantu seseorang
melakukan atau mencapai sesuatu.
2. Fungsi Pengalihan atau Hiburan (Diversion/Entertaiment)
Media digunakan sebagai stimulasi, relaksasi atau melarikan diri dari
rutinitas, dan pelepasan emosi.
3. Fungsi Personal
Media digunakan untuk menciptakan integritas personal seorang individu
seperti penguatan nilai atau keyakinan, pemahaman diri, eksplorasi realitas,
dan sebagainya.
4. Fungsi Hubungan Sosial (Social Relationship)
Media digunakan agar individu bisa meningkatkan hubungan sosial dengan
orang lain misalnya sebagai bahan pembicaraan ketika berinteraksi dengan
orang lain.

5


Jejaring Sosial Facebook
Menurut Nugroho (Handoko, Indiarti, & Almahendra, 2012) jejaring sosial
merupakan salah satu aplikasi dari teknologi Web 2.0 yang sangat populer. Web
2.0 sendiri dapat dikatakan sebagai sebuah berkah teknologi internet terbaik yang
saat ini banyak dinikmati oleh umat manusia sedunia. Menurut Lai, Turban, dan
Scholz (Krauter, 2010) Web 2.0 dikenal sebagai istilah populer dari aplikasiaplikasi dan teknologi lanjut dari internet seperti blogs, wiki’s, podcasting, RSS,
dan social networks.
Facebook (FB) adalah sebuah situs web jejaring sosial populer yang
diluncurkan pada 4 Februari 2004. FB didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang
mahasiswa Harvard kelahiran 14 Mei 1984 dan mantan murid Ardsley High
School. (Juditha, 2011). Keistimewaan FB terletak pada fasilitasnya yang variatif
dan cenderung mudah dipelajari. Bahkan, kini FB menjadi hosting foto terbesar,
mengalahkan situs foto seperti Flickr atau Picasso. Lebih dari sekadar teman dan
memasukkannya dalam friendlist, situs ini bisa menawarkan lebih dari itu.
Sharing untuk media seperti audio, video, foto, dan notes, merupakan salah satu
wujud kebebasan yang memungkinkan siapa saja dapat mengunggah apa saja
dengan segala resiko yang juga ada. Sedang untuk jaminan keamanannya bisa
diatur untuk foto dan profil dalam privacy setting (Juditha, 2011).
Iklan

Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi
adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran promosi
ialah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menonjolkan
keistimewaan-keistimewaan produknya dan membujuk konsumen sasaran agar
membelinya. Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang
menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media.
Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih
diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli (Palantupen, 2012).
Terdapat beberapa cara dalam melakukan promosi produk melalui jejaring
sosial Facebook agar mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut ini adalah
beberapa jenis iklan yang ada pada jejaring sosial Facebook.
1. Facebook Ads, yaitu salah satu cara promosi yang dapat dilakukan melalui
jejaring sosial Facebook yang paling efektif dengan beberapa keuntungan
seperti specific targeting ke market yang disasar, budget yang lebih
terkontrol, dan pengukuran (measurement) hasil yang baik (Andrimadian,
2013).
2. Base Fan Page, dimana pembuat iklan bisa menjaring jumlah prospek yang
terbatas ke dalam satu tempat yang nantinya bisa digunakan sebagai sarana
untuk membangun hubungan baik antara bisnis dan para customer (Lukmana,
2012).

3. Tagging, yaitu sebuah tanda yang berisi link iklan yang dipasarkan (Erlangga,
2012). Ketika individu melakukan tag pada seseorang, individu tersebut telah
membuat link ke timeline orang lain sehingga posting-an yang dilakukan oleh
individu itu akan ditambahkan ke timeline orang yang ditandai (di-tag).
Terdapat beberapa pilihan yang dapat dilakukan oleh individu untuk

6

menghilangkan tag tersebut, yaitu hide it from your timeline, remove the tag
or report the post dengan beberapa pilihan yang lebih spesifik dalam
menghilangkan tag pada Facebook, seperti remove the tag, report a post to
Facebook, send the owner of the post a message, dan block the owner of the
post (“Cara Kerja Penandaan”, 2013).
Penghindaran Iklan
Penghindaran iklan merupakan bermacam-macam tindakan (actions) yang
dilakukan oleh pengguna media untuk mengurangi eksposur yang mereka terima
dari suatu ad content. Penghindaran iklan ini bisa terjadi di berbagai media, baik
media cetak maupun elektronik. Speck dan Elliott (1997) melakukan penelitian
yang lebih spesifik mengenai media yang dibahas yaitu internet.
Berdasarkan pada teori dan penelitian ilmu komunikasi, psikologi, dan
pemasaran, Cho dan Cheon (2004) menyimpulkan bahwa terjadinya penghindaran
terhadap iklan di Internet disebabkan oleh beberapa hal seperti perceived goal
impediment, perceived ad clutter, dan prior negative experience. Penghindaran
iklan yang dikarenakan perceived goal impediment dan perceived ad clutter
didasarkan pada teori informasi dimana iklan dianggap sebagai noise. begitu juga
dengan penghindaran iklan yang dikarenakan oleh prior negative experience.
Menurut Bettman dan Park (Cho & Cheon, 2004) penghindaran iklan tersebut
disebabkan oleh efek dari pengetahuan dan pengalaman pengambilan keputusan
konsumen sebelumnya.
Vakratsas dan Ambler (Cho & Cheon, 2004) menyatakan bahwa cognitive
(C), affective (A), dan behavior (B) adalah tiga bentuk respon dari konsumen
terhadap iklan. Oleh karena itu, Cho dan Cheon (2004) mengadopsi tiga
komponen tersebut untuk mengembangkan tipe dari penghindaran iklan di
internet. Berikut ini adalah model yang dikembangkan oleh (Cho & Cheon, 2004)
mengenai penghindaran iklan di Internet.
Mahasiswa
Mahasiswa adalah seorang individu yang sedang studi di perguruan tinggi
berusia sekitar 18-23 tahun (Hernawati, 2006). Berikut ini penjelasan tentang
mahasiswa menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012
tentang pendidikan tinggi pasal 13:
1. Mahasiswa sebagai anggota Sivitas Akademika diposisikan sebagai insan
dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri
di Perguruan Tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau
profesional.
2. Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara aktif
mengembangkan potensinya dengan melakukan pembelajaran, pencarian
kebenaran ilmiah, dan/atau penguasaan, pengembangan, dan pengamalan
suatu cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk menjadi ilmuwan,
intelektual, praktisi, dan/atau profesional yang berbudaya.
3. Mahasiswa memiliki kebebasan akademik dengan mengutamakan penalaran
dan akhlak mulia serta bertanggung jawab sesuai dengan budaya akademik.

7

4.
5.
6.

Mahasiswa berhak mendapatkan layanan Pendidikan sesuai dengan bakat,
minat, potensi, dan kemampuannya.
Mahasiswa dapat menyelesaikan program Pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak melebihi ketentuan batas waktu
yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi.
Mahasiswa berkewajiban menjaga etika dan menaati norma Pendidikan
Tinggi untuk menjamin terlaksananya Tridharma dan pengembangan budaya
akademik.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif, yaitu suatu desain
yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata
dalam bentuk angka, sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya
dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (Azwar, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di Universitas
Brawijaya, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Muhammadiyah Malang
yang berusia 18 hingga 22 tahun. Pertimbangan digunakannya perguruan tinggi
tersebut adalah diharapkan dapat cukup mewakili mahasiswa yang ada di kota
Malang pada umumnya. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 50 orang untuk
dijadikan subyek uji coba dan 200 orang untuk penelitian. Namun dikarenakan
adanya revisi dari hasil uji coba, maka akhirnya peneliti menjadikan sampel
penelitian sekaligus menjadi sampel uji coba atau yang lebih dikenal dengan try
out terpakai.
Penelitian ini menggunakan jenis teknik penarikan sampel, yaitu
nonprobability sampling, dimana teknik ini tidak memberi kesempatan atau
peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2012). Secara lebih spesifik, penelitian ini menggunakan teknik
accidental sampling dalam menyebarkan skala secara konvensional dan purposive
sampling dalam menyebarkan skala secara online.
Instrumen penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri atas 2
jenis skala, yaitu skala pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan jejaring sosial
Facebook yang didasarkan pada teori McQuail, Blumler, dan Brown (Katz,
Blumler, & Gurevitch, 1974) tersusun dalam 36 butir soal dengan bentuk skala
Likert-Like dan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,903. Kemudian skala kedua
adalah skala penghindaran iklan tagging yang didasarkan pada Cho dan Cheon
(2004) tersusun dalam 25 butir soal dengan bentuk skala Likert-Like dan nilai
Cronbach Alpha sebesar 0,925
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah uji asumsi klasik dan
uji hipotesis. Uji asumsi klasik terdiri dari: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi, sedangkan untuk uji hipotesis terdiri dari:
metode analisis regresi linier berganda, uji F, dan uji t.
HASIL
Pada dasarnya penelitian ini hanya ingin mengetahui mengenai pengaruh
antara variabel pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan jejaring sosial
Facebook terhadap penghindaran iklan tagging, tetapi untuk mendapatkan hasil

8

yang lebih mendalam maka peneliti mencoba juga menganalisis beberapa dimensi
yang ada pada variabel X untuk dihubungkan dengan variabel Y.
Dalam pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda
dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Science) 17
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi
Prediktor
Konstanta
Surveillance (X1)
Diversion/Entertainment (X2)
Personal Identity (X3)
Social Relationship (X4)

Standard Keofisien β

Koefisien β
61,028

- 0,046
0,173
- 0,074
0,068

Berdasrkan uji regresi yang dilakukan terbentuk model regresi sebagai
berikut:
Y = 61,028 – 0,046X1 + 0,173X2 – 0,074X3 + 0,068X4
Persamaan regresi ini menunjukkan nilai konstanta koefisien regresi sebesar
61,028 yang berarti bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabel X1, X2, X3, dan X4
variabel Y akan bernilai sebesar (+) 61,028. Nilai koefisien surveillance sebesar
-0,046 menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan skala tanggapan responden
sebanyak 1 kali pada X1 dan variabel yang lain dianggap tetap atau tidak ada
perubahan sama sekali, maka akan terjadi penurunan pada variabel Y sebesar
0,046. Nilai koefisien diversion/ entertainment sebesar 0,173 menunjukkan bahwa
apabila terdapat kenaikan skala tanggapan responden sebanyak 1 kali pada X2 dan
variabel yang lain dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka
akan terjadi kenaikan pada variabel Y sebesar 0,173.
Nilai koefisien personal identity sebesar -0,074 menunjukkan bahwa apabila
terdapat kenaikan skala tanggapan responden sebanyak 1 kali pada X3 dan variabel
yang lain dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi
penurunan pada variabel Y sebesar 0,074. Nilai koefisien social relationship
sebesar 0,068 menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan skala tanggapan
responden sebanyak 1 kali pada X1 dan variabel yang lain dianggap tetap atau
tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi kenaikan pada variabel Y
sebesar 0,068.
Berikut ini adalah hasil dari uji hipotesis secara simultan yang telah dilakukan
dengan bantuan program SPSS.
Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis secara Simultan
Rsquare
Fh itung
Ftabel
0,025

1,244

2,42

Signifikansi
0,294

Keterangan
Tidak
Signifikan

Dengan menggunakan Uji F diketahui nilai Fhitung adalah sebesar 1,244. Jika
dibandingkan dengan Ftabel maka, nilai tersebut tampak lebih kecil (1,244 0,05).
DISKUSI
Salah satu prediksi tidak adanya pengaruh antara pemenuhan kebutuhan
dalam menggunakan jejaring sosial Facebook dan penghindaran iklan tagging
adalah karena belum adanya penelitian yang membahas mengenai variabel ini,
terutama tentang penghindaran iklan Facebook jenis tagging. Maraknya iklan ini
di Indonesia masih merupakan fenomena yang cukup baru. Penelitian yang baru
ini tentu saja sama sekali tidak dapat diprediksi bagaimana hasilnya dan melalui
penelitian ini akhirnya dapat diketahui bahwa ternyata tidak ada pengaruh yang
signifikan antara pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan jejaring sosial
Facebook terhadap penghindaran iklan tagging.
Selain itu, jika ditinjau dari beberapa penelitian sebelumnya yang
menggunakan pemenuhan kebutuhan sebagai salah satu variabel dalam
penelitiannya, dapat diketahui bahwa uses and gratification yang merupakan salah
satu teori dari ilmu komunikasi massa lebih banyak diaplikasikan untuk
mengetahui kepuasan individu dalam mengggunakan suatu media tertentu, untuk
melakukan studi deskriptif mengenai bagaimana media uses and gratification itu
sendiri, dan untuk melakukan perbandingan kepuasan antara satu media dengan
media lain. Sedangkan pada penelitian ini, pemenuhan kebutuhan yang
dimaksudkan lebih menekankan pada proses pemuasan kebutuhan individu yang
dilakukan dengan menggunakan jejaring sosial Facebook dilihat dari aspek

10

surveillance, diversion/entertainment, personal identity, dan social relationship
dikaitkan dengan penghindaran iklan tagging.
Pada dasarnya Facebook tidak digunakan sebagai media untuk melakukan
bisnis atau jual-beli yang terdapat iklan di dalamnya. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa salah satu kemungkinan ditolaknya hipotesis dalam penelitian ini
adalah karena iklan (khususnya iklan tagging) bukan merupakan bagian dari
tujuan pemenuhan kebutuhan individu dalam menggunakan Facebook. Jadi, ada
indikasi bahwa iklan memang tidak dapat dihubungkan dengan pemenuhan
kebutuhan dalam menggunakan jejaring sosial Facebook ataupun sebaliknya.
Selain itu, jika ditinjau dari variabel penghindaran iklan tagging, sebelumnya
memang belum ada penelitian yang khusus membahas tentang variabel ini. Skala
yang dibuat peneliti berdasarkan penelitian Cho dan Cheon (2004) sebenarnya
merupakan perilaku menghindari iklan internet yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu, gangguan tugas, kekacauan persepsi akibat banyaknya iklan, dan
pengalaman masa lalu yang negatif terhadap iklan internet. Berdasarkan penelitian
tersebut, faktor yang paling mendekati dengan penelitian ini adalah gangguan
tugas dan tidak relevannya iklan terhadap penggguna. Faktor gangguan tugas
yang dikemukakan oleh Cho dan Cheon (2004) untuk menjelaskan penghindaran
iklan internet hasilnya mungkin tidak akan sama dengan penghindaran iklan pada
media sosial khususnya iklan tagging. Saat menggunakan internet, hadirnya iklan
seperti iklan pop-up, banner, dan lain-lain tentu saja mengganggu pengguna
secara langsung dalam mengakses informasi yang ia butuhkan, dimana iklan
tersebut dalam beberapa waktu akan menghalangi informasi utama yang
dibutuhkan pengguna. Sedangkan untuk jenis iklan tagging pada Facebook tidak
akan mengganggu penggunanya secara langsung, karena pengguna mempunyai
hak penuh untuk melihat atau memilih untuk mengabaiklan iklan tagging ini.
Relevansi iklan dengan pengguna juga merupakan salah satu faktor penyebab
penghindaran iklan pada penelitian sebelumnya meskipun tidak diketahui secara
pasti seberapa besar pengaruhnya karena penelitian tersebut menggunakan metode
kualitatif. Hasil penelitian ini menjadi salah satu dasar dalam keputusan peneliti
untuk menggunakan variabel pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan jejaring
sosial Facebook dalam menjelaskan perilaku penghindaran iklan, dengan asumsi
bahwa ketika iklan tagging yang ada pada Facebook tidak sesuai dengan
pemenuhan kebutuhan utama individu maka akan muncul perilaku penghindaran
iklan. Namun ternyata asumsi peneliti tidak terpenuhi, salah satu sebabnya dapat
dikarenakan oleh persepsi atau sikap dari individu itu sendiri. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya, pengguna Facebook mempunyai hak penuh dalam
merespon iklan tagging. Jadi, meskipun iklan ini tidak menjadi tujuan utamanya
dalam menggunakan Facebook, tetapi ia tidak merasa terganggu dengan adanya
iklan ini, maka tidak akan memunculkan perilaku penghindaran iklan.
Kelly, Kerr, dan Drennan (2010) menambahkan faktor lain yang juga dapat
mempengaruhi penghindaran iklan, yaitu faktor dari pribadi pengguna media iklan
itu sendiri, seperti pengguna yang skeptis terhadap pesan iklan atau konsumen
yang skeptis terhadap media iklan. Ketika konsumen itu sudah ragu akan isi pesan
maupun media iklan itu sendiri, maka mereka cenderung tidak percaya dan
bahkan melakukan penghindaran iklan. SIFO International Research (2008),

11

lembaga survei internasional, juga menambahkan bahwa penghindaran iklan dapat
terjadi jika waktu, media, isi pesan, dan target group dari iklan tersebut tidak
sesuai atau tidak relevan. Pembahasan tersebut turut menjelaskan mengenai tidak
adanya pengaruh antara dimensi dari pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan
jejaring sosial Facebook (surveillance, diversion/entertainment, personal identity,
dan social relationship) terhadap penghindaran iklan tagging secara parsial.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diketahui beberapa indikasi
penyebab mengapa hipotesis dalam penelitian ini tidak diterima dan beberapa
faktor lain yang mungkin memberikan sumbangan yang lebih besar dalam
penghindaran iklan tagging seperti, kekacauan persepsi pengguna akibat
banyaknya jenis iklan yang ada, pengalaman negatif terhadap iklan tagging, dan
faktor pribadi dari individu itu sendiri terhadap iklan (pengguna yang skeptis
terhadap pesan iklan atau konsumen yang skeptis terhadap media iklan).
Ditinjau dari hasil dari data empirik yang ada, terdapat beberapa penemuan
menarik dari penelitian ini. Pertama adalah hasil penelitian terhadap dimensi
diversion/entertainment, dimana pada dimensi ini meskipun hasilnya tidak
memunculkan adanya pengaruh tetapi terlihat ada hubungan yang signifikan
dengan penghindaran iklan tagging walaupun hubungan tersebut tidak begitu
kuat. Menurut McQuail, Blumler, dan Brown (Katz, Blumler, & Gurevitch, 1974),
pemenuhan kebutuhan diversion/entertainment dalam menggunakan media adalah
sebagai stimulasi, relaksasi atau melarikan diri dari rutinitas, dan pelepasan emosi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa diversion/ entertainment
merupakan satu-satunya dimensi dari pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan
jejaring sosial Facebook yang tidak mendukung akan adanya iklan pada suatu
jejaring sosial.
Arens (McLachlan, 2008) menjelaskan definisinya mengenai iklan atau
advertising sebagai suatu bentuk komunikasi nonpersonal yang terstruktur dan
tersusun. Penjelasan ini menyatakan adanya suatu hubungan sosial dalam iklan,
dimana hubungan sosial juga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan.
Selain itu, iklan juga memerlukan media tertentu untuk mengkomunikasikan
pesan yang terkait terutama mengenai produk, jasa, atau gagasan yang ditawarkan
oleh sponsor. Isi pesan ini dapat dikaitkan dengan dimensi surveillance dan
personal identity dari pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan media. Oleh
karena itu, hanya pada pengguna yang memakai jejaring sosial Facebook dengan
tujuan diversion/entertainment yang dapat memunculkan perilaku penghindaran
iklan.
Hal menarik lainnya dalam penelitian ini adalah pada uji demografis
berdasarkan frekuensi penggunaan Facebook. Hasilnya menunjukkan adanya
perbedaan pada setiap dimensi dan variabel, dimana individu dengan frekuensi
penggunaan Facebook yang tinggi memilki kecenderungan terhadap pemenuhan
kebutuhan (surveillance, diversion/entertainment, personal identity, dan social
relationship) serta penghindaran iklan tagging yang tinggi juga. Kecenderungan
ini akan menurun seiring dengan menurunnya frekuensi penggunaan Facebook.
Juditha (2011) menyatakan bahwa Facebook sudah menjadi bagian kegiatan rutin
setiap hari bagi remaja.

12

Saat dilakukan uji statistik kembali dengan menambahkan frekuensi
penggunaan Facebook sebagai variabel dependen selain pemenuhan kebutuhan
dalam menggunakan jejaring sosial Facebook. Hasilnya menunjukkan bahwa
frekuensi penggunaan Facebook dan pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan
jejaring sosial Facebook secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi terhadap
penghindaran iklang tagging pada mahasiswa di Kota Malang (nilai signifikansi
0,014). Namun hasil uji regresi secara parsial hanya menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan pada frekuensi dan penghindaran iklan tagging (nilai
signifikansi 0,009). Artinya, semakin tinggi frekuensi penggunaan Facebook
maka tingkat penghindaran iklan tagging juga semakin tinggi. Sedangkan pada
dimensi pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan jejaring sosial Facebook
tetap tidak terjadi perubahan.
Hasil uji statistik analisis regresi variabel mediasi dengan metode product of
coefficient diketahui bahwa frekuensi memediasi hubungan kausal antara
pemenuhan kebutuhan dalam menggunakan jejaring sosial Facebook terhadap
penghindaran iklan tagging pada mahasiswa di kota Malang. Adanya hubungan
antara frekuensi dan penghindaran iklan tagging dapat dijelaskan oleh salah satu
penelitian Cho dan Cheon (2004). Elliot dan Speck (Cho & Cheon, 2004)
mendefinisikan “perceive ad clutter” sebagai keyakinan konsumen terhadap
jumlah iklan pada sebuah medium yang terlalu berlebihan atau terlalu banyak.
Ketika individu semakin sering menggunakan Facebook maka terdapat
kemungkinan ia akan semakin sering melihat iklan tagging baik yang dikenakan
kepadanya maupun kepada teman-temannya. Hal ini dapat menyebabkan individu
tidak lagi begitu menanggapi iklan tersebut sehingga akan cenderung melakukan
pengabaian atau penghindaran.
Selain itu, kemungkinan lainnya adalah karena para pengguna Facebook yang
aktif cenderung menggunakan beberapa media untuk dapat terhubung dengan
jejaring sosial ini, misalnya dengan menggunakan smartphone atau gadget yang
dimilikinya. Dalam penelitian ini pun dapat diketahui lebih dari 50% subjek
menggunakan Facebook melalui media tersebut (105 subjek). Para pengguna ini
akan langsung mendapatkan pemberitahuan ke smartphone atau gadget mereka
ketika ada sesuatu yang terjadi pada akun Facebook-nya (notification allert),
termasuk ketika mereka dikenakan tagging. Sayangnya, terkadang pemberitahuan
yang masuk tersebut, tidak muncul di waktu yang tepat sehingga dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari para pengguna. Hal ini dapat memicu
munculnya perilaku penghindaran iklan.
Selain itu, para pengguna Facebook dengan frekuensi yang tinggi
memunculkan kemungkinan bahwa ia termasuk pengguna yang juga memiliki
frekuensi yang tinggi dan cukup memperhatikan bagaimana dirinya terlihat oleh
orang lain melalui Facebook. Seperti yang kita ketahui, melalui timeline
Facebook kita dapat mengetahui tentang seseorang, sebab pada timeline akan
muncul berbagai hal mengenai pengguna tersebut atau dapat dikatakan bahwa
timeline Facebook mencerminkan bagaimana penggunanya. Back, Stopfer, Vazire,
Gaddis, Schmukle, Egloff, dan Gosling (2010) menemukan bahwa individu
cenderung memperlihatkan bagaimana mereka sebenarnya pada jejering sosial
Facebook, sehingga timeline ini dapat diumpamakan sebagai wilayah privasi dari

13

sang pengguna. Sedangkan iklan tagging yang dikenakan tanpa ijin, akan muncul
pada timeline seseorang tanpa dikehendaki oleh pemilik akun tersebut. Hal ini
tentu akan membuat pengguna merasa terganggu dan dapat memunculkan
perilaku penghindaran iklan. Namun, karena fenomena ini masih tergolong cukup
baru, maka perlu diteliti lebih lanjut lagi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh dari penelitian ini, dapat
diambil kesimpulan mengenai hasil penelitian bahwa:
1. Tidak ada pengaruh yang signifikan dari pemenuhan kebutuhan dalam
menggunakan jejaring sosial Facebook terhadap tingkat penghindaran iklan
jenis tagging pada mahasiswa di Kota Malang.
2. Tidak ada pengaruh yang signifikan dari pemenuhan kebutuhan surveillance
individu dalam menggunakan jejaring sosial Facebook secara parsial terhadap
tingkat penghindaran iklan jenis tagging pada mahasiswa di Kota Malang.
3. Tidak ada pengaruh yang signifikan dari pemenuhan kebutuhan
diversion/entertainment individu dalam menggunakan jejaring sosial
Facebook secara parsial terhadap tingkat penghindaran iklan jenis tagging
pada mahasiswa di Kota Malang.
4. Tidak ada pengaruh yang signifikan dari pemenuhan kebutuhan personal
identity individu dalam menggunakan jejaring sosial Facebook secara parsial
terhadap tingkat penghindaran iklan jenis tagging pada mahasiswa di Kota
Malang.
5. Tidak ada pengaruh yang signifikan dari pemenuhan kebutuhan social
relationship individu dalam menggunakan jejaring sosial Facebook secara
parsial terhadap tingkat penghindaran iklan jenis tagging pada mahasiswa di
Kota Malang.
6. Tidak ada perbedaan pada dimensi surveillance, personal identity, social
relationship, dan penghindaran iklan tagging ditinjau berdasarkan jenis
kelamin dan asal universitas. Perbedaan hanya terjadi pada salah satu dimensi
gratifikasi dalam menggunakan jejaring sosial Facebook yaitu
diversion/entertainment.
7. Berdasarkan frekuensi penggunaan Facebook, terlihat ada perbedaan pada
dimensi surveillance, diversion/entertainment, personal identity, social
relationship, dan penghindaran iklan tagging.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti dapat
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Saran Metodologis
a. Penelitian selanjutnya yang menggunakan variabel pemenuhan
kebutuhan dalam menggunakan jejaring sosial Facebook hendaknya
melakukan uji validitas dengan analisis faktor terlebih dahulu, sehingga
aitem yang terbentuk tepat dengan fungsi ukrunya.
b. Penelitian selanjutnya yang menggunakan variabel penghindaran iklan
tagging hendaknya mencari literatur yang lebih luas. Variabel ini

14

tergolong masih baru dan belum memiliki teori kuat yang mendasarinya.
Sehingga literaturnya harus lebih diperkaya.
c. Penelitian selanjutnya baik yang menggunakan variabel pemenuhan
kebutuhan dalam menggunakan jejaring sosial Facebook maupun
penghindaran iklan tagging hendaknya menggunakan metode kualitatif
agar dapat memberikan informasi yang lebih mendalam. Metode
kualitatif dianggap mampu mengungkap suatu permasalahan secara lebih
mendalam.
d. Penelitian selanjutnya yang menggunakan variabel penghindaran iklan
tagging hendaknya mempertimbangkan aspek frekuensi dan intensitas
dalam penggunaan Facebook, sebab berdasarkan hasil penelitian ini,
frekuensi memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
penghindaran iklan tagging.
e. Penelitian selanjutnya yang menggunakan variabel penghindaran iklan
tagging dapat mempertimbangkan dimensi diversion/entertainment
sebagai variabel dependen, sebab berdasarkan hasil uji beda dan uji
korelasi, dimensi ini menunjukkan perbedaan dan hubungan yang
signifikan.
f. Penelitian selanjutnya yang menggunakan variabel penghindaran iklan
tagging hendaknya memperhatikan aspek media yang digunakan dalam
mengakses Facebook, sebab media yang berbeda akan memunculkan
sikap yang berbeda pula terhadap pemberitahuan iklan tagging.
g. Penelitian selanjutnya menggunakan variabel pemenuhan kebutuhan
dalam menggunakan jejaring sosial Facebook dan penghindaran iklan
tagging masih dapat menggunakan skala ini. Hal ini dapat
dipertimbangkan mengingat reliabilitasnya yang tergolong sangat tinggi.
Akan tetapi, peneliti selanjutnya diharapkan tetap melakukan ujicoba
untuk menghindari adanya perbedaan karakter subjek penelitian.
2. Saran Praktis
a.
Bagi pengguna Facebook yang kurang menyukai adanya iklan tagging
ini sebaiknya melakukan setting privacy yang lebih ketat sehingga
tagging yang akan dikenakan padanya akan diminta konfirmasi terlebih
dahulu dari pihak Facebook.
b.
Bagi pengguna Facebook yang tidak merasa terganggu dengan adanya
iklan tagging dan menjadikan iklan ini sebagai salah satu referensi dalam
mencari sesuatu, maka sebaiknya lakukan pencarian informasi yang lebih
mendalam terlebih dahulu terkait dengan pembuat iklan dan produk yang
ditawarkan sehingga tidak akan memunculkan pengalaman negatif.
c.
Bagi pembuat iklan tagging sebaiknya melakukan pencarian informasi
yang lebih mendalam terhadap orang yang akan dikenakan tagging atau
pemilihan target yang tepat, sebab tidak semua orang akan merespon
positif iklan tersebut.

15

KETERBATASAN PENELITIAN
Penjabaran keterbatasan penelitian diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Berikut adalah beberapa keterbatasan
dan kekurangan yang dilakukan peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini:
a. Penelitian ini hanya menggunakan uji validitas secara kualitatif, sehingga ada
ada kemungkinan skala yang digunakan dalam penelitian ini masih belum
valid secara kuantitatif.
b. Penelitian ini tidak menggunakan dasar teori terbaru, yaitu teori uses and
gratification 2.0. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan peneliti yang
tidak mengetahui adanya teori ini sebelumnya.
c. Penelitian ini tidak mempertimbangkan aspek frekuensi dan intensitas secara
lebih mendalam, padahal berdasarkan hasil analisis tambahan frekuensi
menggunakan Facebook cukup memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap penghindaran iklan tagging.
d. Penelitian ini tidak mengontrol media yang digunakan oleh sampel dalam
mengakses Facebook karena media yang berbeda dapat memunculkan
perilaku yang berbeda pula terhadap penghindaran iklan tagging.
DAFTAR PUSTAKA
Andrimadian. (2013, Januari 14). Facebook Ads untuk Digital MarketingPengenalan.
Diambil
kembali
dari
Inkvibe:
http://inkvibe.com/2013/01/facebook-ads-untuk-digital-marketing/
Azwar, S. (2011). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Back, M. D., Stopfer, J. M., Vazire, S., Gaddis, S., Schmukle, S. C., Egloff, B.,
Gosling. S.D. (2010). Facebook Profiles Reflect Actual Personality, Not
Self-Idealization. Psychological Science XX(X), 1–3
Cho, C., Cheon, H. J. (2004). Why do People Avoid Advertising on the Internet.
Journal of Advertising 33(4), 89-97
Effendy, O. U. (2007). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti
Erlangga, S. (2012). Cara Memanfaatkan Facebook untuk Media Bisnis Online.
Diambil
kembali
dari
Jasa
Pembuatan
Website:
http://suryaerlangga.com/memanfaatkan-facebook-untuk-media-bisnisonline.html
Handoko, T. H., Indiarti, N., Almahendra, R. (2012). Manajemen dalam Berbagai
Perspektif. Jakarta: Erlangga

16

Hernawati, L. (2006). Meningkatkan Kemampuan Mengelola Pikiran pada
Mahasiswa. Psikodimensia5 (1), 77-96
Juditha, C. (2011). Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook
terhadap Perilaku Remaja di Kota Makassar. Jurnal Penelitian IPTEKKOM 13 (1), 1-23
Katz, E., Blumler, J. G., Gurevitch, M. (1974). Use and Gratification Research.
The Public Opinion Quarterly 37 (4), 509-523
Kelly, L., Kerr, G., Drennan, J. (2010). Avoidance of Advertising in Social
Networking Sites: The Teenage Perspective. Journal Of Interactive
Advertising 10 (2), 16‐27
Krauter, S. G. (2010). Web 2.0 Social Networks: The Role of Trust. Journal of
Business Ethics (90), 505-522
Lukmana, L. (2010). Marketing Gratis dengan Facebook. Jakarta: Penerbit Andi
Masyitoh, W. A. (2013). Penggunaan Blackberry sebagai sarana akses informasi
di kalangan Mahasiswa (Studi Deskriptif mengenai Pengunaan
Blackberry sebagai sarana akses informasi di kalangan Mahasiswa FISIP
Universitas Airlangga Surabaya). Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Airlangga
McLachlan, B. A. (2008). The Impact of Advertising on Employee Attitudes
Within the Vehicle and Asset Finance Division of a South Africa Bank.
Short Disertation in Faculti of Management University of Johannesburg
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Palantupen, O. (2012). Pengaruh Iklan terhadap Keputusan Pembelian Produk
Shampoo (Studi Kasus pada Masyarakat Tanah Baru Depok). Jurnal
Universitas Gunadarma
SIFO Research International. (2008). Advertising Avoidance: The Quiet
Consumer Revolt. Stockholm: Research International Sweden AB
Socialbakers. (2013). Facebook Statistics by Country. Diambil kembali dari
Socialbakers: http://www.socialbakers.com/facebook-statistics/
Soenhadji., Susiloatmadja. (2007). Pemanfaatan Internet oleh Mahasiswa sebagai
Media Pencarian dan Penelusuran Informasi. Jurnal Ekonomi Bisnis
3(12), 189-198
Speck, P. S. dan Elliot, M. T. (1997). Predictors of Advertising Avoidance in Print
and Broadcast Media. Journal of Advertising 26 (3), 61-76

17

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: Alvabeta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi
West, R., Turner, L. H., (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan
Aplikasi Edisi 3 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika
Yunus, A. (2012). Cerdas Berinternet itu Sebuah Pilihan. Diambil kembali dari
KOMUNITAS ICI: http://internetcerdasindonesia.org/ cerdas-berinternetitu-sebuah-pilihan/
Yusuf, O. (2012). Pengguna Internet Indonesi Bisa Tembus 82 Juta. Diambil
kembali
dari
KOMPAS.com:
http://tekno.kompas.com/
read/2012/12/13/10103065/2013.Pengguna.Internet.Indonesia.Bisa.Temb
us.82.Juta