PENINGKATAN KINERJA BIRO PERENCANAAN DAN

KARYA TULIS PRESTASI PERSEORANGAN
(KTP-2)

PENINGKATAN KINERJA BIRO PERENCANAAN DAN
ANGGARAN
KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT
MELALUI PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENGETAHUAN
DI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
DALAM UPAYA OPTIMALISASI KESEJAHTERAAN RAKYAT

DISUSUN OLEH:
NAMA
NDH
KELAS
INSTANSI

:
:
:
:


Dr. Ir. OSWAR MUADZIN MUNGKASA, MURP
43
B
KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK
INDONESIA

PROGRAM DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXX
JAKARTA MEI 2011

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PUSDIKLAT SPIMNAS BIDANG KEPEMIMPINAN
PROGRAM DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

PENGESAHAN
KARYA TULIS PRESTASI PERORANGAN (KTP-2)
JUDUL
PENINGKATAN KINERJA BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN
KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

MELALUI PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENGETAHUAN
DI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
DALAM UPAYA OPTIMALISASI KESEJAHTERAAN RAKYAT
DISUSUN OLEH:
NAMA
NDH
KELAS

:
:
:

OSWAR MUADZIN MUNGKASA
43
B
DISAJIKAN PADA:

HARI
: KAMIS
TANGGAL : 19 MEI 2011

DISAHKAN OLEH:
Kapus DIKLAT SPIMNAS Bidang Kepemimpinan

Drs. Makhdum Priyatno, MA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PROGRAM DIKLATPIM TINGKAT II ANGKATAN XXX
JAKARTA 2011

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PUSDIKLAT SPIMNAS BIDANG KEPEMIMPINAN
PROGRAM DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

PERSETUJUAN PENYAJIAN
KARYA TULIS PRESTASI PERSEORANGAN (KTP-2)
JUDUL
PENINGKATAN KINERJA BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN
KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT
MELALUI PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENGETAHUAN
DI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

DALAM UPAYA OPTIMALISASI KESEJAHTERAAN RAKYAT

DISUSUN OLEH:
NAMA
NDH
KELAS

:
:
:

OSWAR MUADZIN MUNGKASA
43
B

DISETUJUI OLEH:
Kapus DIKLAT SPIMNAS Bidang Kepemimpinan

Drs. Makhdum Priyatno, MA


LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PROGRAM DIKLATPIM TINGKAT II ANGKATAN XXX
JAKARTA 2011

kita mengetahui lebih banyak daripada yang bisa kita ceritakan
(Michael Polanyi, 1966)

The study of public policy is very complex topic,
and any attempt to force policy into any narrow
theoretical frame should be considered
with some skepticism
(Peters and Pierre, 2006)
Pengetahuan menuntun kita ke masa depan
dan masa depan menuntun kita
untuk mengambil tindakan
(August Comte)

The oldest profession is not prostitution but administration
(Kettl, 1996)


Every solution breeds new problems
(Harvey Brightman ,1980)

Para analisis kebijakan lebih sering gagal karena mereka memecahkan
masalah yang salah dibanding karena mereka menemukan solusi yang
salah
terhadap masalah yang benar (kesalahan tipe III)
(Russell L. Ackoff, 1974)

A great many developing nations are in economic crises today,
but not exactly because they are doing the wrong things.
Rather, they are doing the right things
for times they no longer live in
(Michael Fairbanks dan Stacey Lindsay dalam Plowing the Sea,
1997)

RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan

kajian


ini

adalah

mengembangkan

manajemen

pengetahuan sebagai pengungkit terhadap peningkatan kinerja Biro
Perencanaan dan Anggaran Ke-menterian Perumahan Rakyat. Untuk
itu,

terdapat

dua

sasaran

yang


ingin

dica-pai,

yaitu

(i)

terformulasikannya strateji pengembangan manajemen pengeta-huan
dalam

meningkatkan

kinerja

Biro

Perencanaan


dan

Anggaran

Kementerian Perumahan Rakyat; dan (ii) terformulasikannya rencana
tindak/aksi

pengem-bangan

manajemen

pengetahuan

dalam

meningkatkan kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian
Perumahan Rakyat;
Kondisi pembangunan perumahan di Indonesia masih belum
optimal terlihat dari masih besarnya backlog (kekurangan) rumah
layak huni yang mencapai jumlah 7,4 juta unit, yang setiap tahun

bertambah sebesar 300-400 ribu unit. Ditengarai salah satu faktor
penyebabnya

adalah

belum

mantapnya

kelemba-gaan

penyelenggaraan pembangunan perumahan, yang ditandai oleh masih
belum memadainya kualitas produk perencanaan yang dihasilkan oleh
Kemen-terian Perumahan Rakyat cq. Biro Perencanaan dan Anggaran,
sebagai unit yang diberi tanggungjawab untuk itu.
Selanjutnya kualitas produk perencanaan tersebut ditentukan oleh
kualitas proses perencanaan. Salah satu faktor yang menentukan
kualitas dari proses perencanaan adalah ketersediaan data dan
informasi. Berdasarkan pengalaman keseharian pelaksanaan tugas di
Biro


Perencanaan

dan

Anggaran,

dapat

disim-pulkan

bahwa

ketersediaan data dan informasi masih jauh dari memadai, yang
ditandai dari (i) tidak tersedianya standar, operasi dan prosedur
penyediaan data dan informasi; (ii) tidak tersedianya pangkalan data
yang

memadai;

(iii)

tidak

tersedianya

staf

yang

mempunyai

kompetensi pendataan; dan (iv) belum ber-kembangnya manajemen
pengetahuan.
Fokus pada pengembangan manajemen pengetahuan (dan tidak
berhenti hanya pada data dan informasi) sebagai sebuah isu didasari
pada pemahaman bahwa data dan informasi akan menjadi lebih
optimal dan mempunyai daya ungkit bagi peningkatan kualitas
perencanaan ketika data dan informasi dapat ditransformasikan
menjadi

sebuah

pengetahuan.

Hasil

transformasi

ini

kemudian

menjadikan data dan informasi tersebut menjadi sebuah kekuatan bagi
masing-masing

staf

Biro

Perencanaan

dan

Anggaran

dalam

keterlibatannya pada proses penyusunan produk perencanaan.
Bertitiktolak dari deskripsi masalah sebagaimana telah diuraikan
di

atas,

rumusan

manajemen
perencanaan

masalah

pengetahuan
yang

adalah

dapat

berujung

”bagaimana

meningkatkan

pada

pengembangan
kualitas

pening-katan

produk

kinerja

Biro

Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat”.
Pendekatan

yang

dipergunakan

adalah

pengembangan

perencanaan stra-tejik yang meliputi pengembangan visi, misi, tujuan,
sasaran dan strateji. Untuk itu, dalam kajian ini dipergunakan 2 (dua)
alat analisis yang merupakan alat ana-lisis linier, yaitu (i) SWOT
sebagai alat analisis

untuk menghasilkan tujuan stra-tegis; (ii)

Balanced Scorecard sebagai alat untuk menghasilkan strateji yang ditindaklanjuti dengan rencana tindak/aksi.
Visi dan misi Biro Perencanaan dan Anggaran (BPA) Kementerian
Perumah-an

Rakyat

adalah

“Terwujud

sistem

perencanaan

dan

penganggaran yang akun-tabel dan didukung data dan informasi yang
akurat”. Sementara misinya adalah (i) meningkatkan kualitas sistem
perencanaan yang berkesinambungan; (ii) me-ningkatkan kualitas
sistem penganggaran berbasis kinerja; (iii) meningkatkan ketersediaan
data dan informasi yang akurat.

Berdasar analisis menggunakan SWOT dihasilkan 2 (dua) tujuan
yaitu (a) mengembangkan manajemen pengetahuan melalui kemitraan
dengan ITB dalam rangka meningkatkan kualitas sistem perencanaan;
(b)

meningkatkan kualitas data dan informasi melalui kemitraan

dengan BPS. Pada akhirnya dengan mem-pertimbangkan kebutuhan
pengembangan manajemen pengetahuan, dipilih tuju-an (a).
Berdasar pada pilihan tujuan (a) tersebut di atas, sasaran
stratejik adalah (i) perspektif pelanggan yaitu tersedianya manajemen
pengetahuan, (ii) pers-pektif proses internal
manajemen

pengetahuan

(cetak

biru,

yaitu mengembangkan

peta

jalan,

dan

SOP),

menginisiasi dan mengembangkan jejaring data dan informasi, dan
mengembangkan sarana dan prasarana TIK berbasis manajemen
pengetahuan; (iii) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yaitu
melakukan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi, melakukan
pelatihan

dan

sosial-isasi

manajemen

pengetahuan,

melakukan

pelatihan pola kemitraan dan CSR, (iv) perspektif keuangan yaitu
menyediakan dana APBN, dan mencari dana hi-bah/kemitraan/CSR.
Untuk

mengukur

pencapaian

sasaran

stratejik

tersebut,

ditetapkan suatu tolok ukur kinerja, yang terdiri dari indikator kinerja
utama (IKU) dan target ki-nerja. Indikator kinerja utama adalah (i) dana
APBN

yang

terserap,

(ii)

terbitnya

Peraturan

Menteri

Negara

Perumahan Rakyat terkait pengembangan manajemen pengetahuan di
lingkup Kemenpera, (iii) tersedianya pangkalan data on-line ber-basis
manajemen pengetahuan, (iv) jumlah pelatihan, (v) terlaksananya
perte-muan koordinasi jejaring data dan informasi, (vi) dana APBN dan
dana hibah/ke-mitraan/CSR yang tersedia.
Sebagai kelanjutan dari penetapan sasaran stratejik dan tolok
ukurnya, be-berapa inisiatif stratejik yang akan dilaksanakan adalah (i)
pengembangan

sistem

pemantauan

pelaksanaan

manajemen

pengetahuan, (ii) peluncuran permenpera tentang pengembangan
manajemen

pengetahuan

di

lingkungan

Kemenpera,

(iii)

pengembangan sarana

dan

prasarana

TIK

berbasis

manajemen

pengetahuan; (iv) pembentukan jejaring data dan informasi, (v)
serangkaian pelatihan TIK, pe-latihan manajemen pengetahuan, dan
pelatihan

pola

kemitraan

dan

CSR;

(v)

penyusunan

proposal

pendanaan.
Beberapa rekomendasi terkait hasil kajian ini adalah
(i)

manajemen pengetahuan merupakan konsep yang relatif belum
banyak di-kenal di Indonesia termasuk juga di Kementerian
Perumahan Rakyat. Un-tuk itu, dibutuhkan bantuan teknis atau
kerjasama dengan pihak yang mempunyai pengalaman dan
kapabilitas mengembangkan manajemen pe-ngetahuan. Dalam
kaitan ini, kerjasama dengan perguruan tinggi menjadi salah satu
pilihan. Rintisan kerjasama dengan ITB (saat ini dalam proses)
dapat ditindaklanjuti dengan perguruan tinggi lainnya yang

berasal dari wi-layah yang berbeda;
(ii) pengetahuan berasal dari pengembangan data dan informasi,
sehingga ke-tersediaan data dan informasi yang akurat menjadi
suatu keniscayaan. Ter-kait hal ini, data dan informasi dapat
dikategorikan ke dalam dua kategori utama yaitu data statistik,
dan data teknis. Khusus ketersediaan data dan informasi statistik,
kemitraan dengan BPS Pusat maupun BPS daerah men-jadi suatu
keniscayaan. Pola kemitraan ini dapat berupa kerjasama antara
Kemenpera dengan BPS Pusat, maupun kerjasama pemda dengan
BPS daerah, ataupun kerjasama antara pemda dengan BPS
daerah yang difa-silitasi bersama oleh Kemenpera dan BPS Pusat.
Sementara kerjasama de-ngan mitra non pemerintah dapat
dilakukan melalui forum jejaring data dan informasi;
(iii) pengembangan manajemen pengetahuan pada organisasi publik,
berdasar catatan yang ada, belum pernah dilakukan di Indonesia,
kecuali pada or-ganisasi semi publik seperti BUMN (PLN), BUMD

(PDAM). Untuk itu, kunjungan atau studi banding ke institusi
tersebut layak dipertimbangkan;
(iv) pengembangan manajemen pengetahuan tidak terlepas dari
kendala

ko-mitmen

pimpinan

dan

karyawan.

Pada

kasus

Kemenpera, komitmen pim-pinan tinggi namun belum diketahui
sejauh mana komitmen dari karyawan. Untuk itu, kegiatan
advokasi dan sosialisasi menjadi suatu keniscayaan;
(v) komitmen pimpinan dan karyawan saja tidak akan memadai
untuk me-ngembangkan manajemen pengetahuan. Dibutuhkan
suatu panduan yang jelas. Walaupun pengembangan manajemen
pengetahuan

ini

dimaksudkan

sebagai

upaya

internal

BPA

Kemenpera tetapi pengembangan manajemen ini sebaiknya
berlaku untuk seluruh Kemenpera. Untuk itu dibutuhkan se-gera
suatu cetak biru, peta jalan, dan standar operasi dan prosedur
(SOP)

pengembangan

Keseluruhan

manajemen

pan-duan,

petunjuk

pengetahuan

Kemenpera.

dan

manajemen

konsep

pengetahuan sebaiknya terinter-nalisasi dalam rencana strategis
Kemenpera, sehingga rencana tindaknya dapat dialokasikan
anggarannya;
(vi) pengetahuan bersifat terbuka sehingga tidak dapat dibatasi
hanya di ling-kup kemenpera. Menjadi suatu ide yang baik jika
terdapat

suatu

jejaring

data

dan

informasi

(pengetahuan)

perumahan dan kawasan permukiman yang akan membantu
optimalisasi pemanfaatan pengetahuan yang ada. Jejaring ini
merupakan forum pemangku kepentingan perumahan yang terdiri
dari berbagai pihak baik pemerintah maupun non pemerintah.
Perlu

disadari

bahwa

keberadaan

data,

informasi,

dan

pengetahuan di luar Kemenpera bahkan mungkin jauh lebih
banyak dan kompleks yang kebe-radaannya dapat membantu
pemerintah

dalam

penyusunan

perumahan dan kawasan permukiman.

kebijakan

pembangunan

PENGANTAR
Pertama-tama saya ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang
Maha Esa, karena dengan perkenanNya Karya Tulis Prestasi Perorangan
(KTP-2) yang ber-judul ”Peningkatan Kinerja Biro Perencanaan dan
Anggaran Kementerian Peru-mahan Rakyat melalui Pengembangan
Manajemen

Pengetahuan

di

Bidang

Peru-mahan

dan

Kawasan

Permukiman dalam Upaya Optimalisasi Kesejahteraan Rak-yat” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Inspirasi tulisan ini berasal dari pengalaman keseharian penulis
selama bekerja di Biro Perencanaan dan Anggaran (BPA) Kementerian
Perumahan Rak-yat. Isu yang mengemuka selama ini adalah terkait
masih

belum

dihasilkan

oleh

memadainya
unit

BPA.

kualitas

produk

Ditengarai

perencanaan

terdapat

beberapa

yang
faktor

penyebab dari timbulnya isu ini, diantaranya kondisi sumber da-ya
manusia baik kuantitas maupun kualitas, belum tersedianya standar
operasi dan prosedur (SOP), serta ketersediaan data dan informasi.
Terkait

faktor

keter-sediaan

data

dan

informasi

ini,

kemudian

dipandang perlu mengembangkannya menjadi pengetahuan yang
dikelola melalui konsep manajemen pengetahuan yang memungkinkan
data, informasi dan pengetahuan lebih berdaya guna dalam proses
perencanaan. Untuk itu, hasil dari KTP-2 ini diharapkan dapat memberi
masukan bagi penanganan isu belum memadainya kualitas produk
perencanaan di BPA Kemenpera sehingga terwujud peningkatan kinerja
BPA Kemenpera.
KTP-2

merupakan

aktualisasi

dari

pembelajaran

Diklatpim

Tingkat II Ang-katan XXX Tahun 2011 dengan tema ”Akselerasi Sinergi

Instansi

Pemerintah

da-lam

Pembangunan

Berkeadilan”.

KTP-2

diharapkan dapat menjadi media imple-mentasi hasil pembelajaran
Diklatpim Tingkat II. Untuk itu, alat analisis yang dipergunakan
merupakan hasil pembelajaran selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak hal yang
perlu disempurnakan dalam KTP-2 ini. Walaupun demikian, penulis
menyampaikan terima kasih atas bantuan berbagai pihak sehingga
KTP-2 ini terselesaikan. Per-tama-tama ucapan terima kasih penulis
sampaikan pada Bapak Dargono Danoe Prawiro selaku Widyaiswara
Pembimbing

KTP-2

atas

bimbingan

dan

masukannya

terhadap

rancangan KTP-2 ini. Tidak terlupakan juga terima kasih atas bimbingan para Widyaswara dalam sesi Kajian Paradigma, Kajian Kebijakan
Publik, Kaji-an Manajemen Stratejik, dan Kertas Kerja Tematik (KKT),
yang pada intinya te-lah membantu meningkatkan pemahaman
penulis terhadap berbagai hal sehing-ga tulisan ini terwujud. Selain itu,
fasilitasi pihak penyelenggara, terlepas dari ke-kurangan yang ada,
tentunya patut diberi apresiasi pula pada kesempatan ini. Akhirnya,
terima kasih juga atas dorongan dan keleluasaan yang diberikan oleh
atasan dan keluarga penulis.
Jakarta, Mei 2011

Oswar Mungkasa

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PUSAT DIKLAT SPIMNAS BIDANG KEPEMIMPINAN

PAKTA INTEGRITAS
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa Karya Tulis Prestasi Perseorangan (KTP-2) saya
susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Diklatpim
Tingkat II yang seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan KTP-2 yang saya kutip
secara langsung atau tidak langsung dari hasil karya orang lain telah
saya tuliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah
dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian KTP-2 ini
bukan karya tulis sendiri, atau ada indikasi adanya plagiat di bagianbagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pakta integritas ini dibuat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
siapapun. Pakta integritas ini digunakan seperlunya.
Jakarta, 18 Mei 2011

Oswar Muadzin Mungkasa
NDH 43

DAFTAR ISTILAH
Visi

keadaan organisasi yang diinginkan untuk terwujud di
masa depan
Misi
alasan keberadaan suatu organisasi. Ketika misi
terlaksana maka suatu organisasi menjadi dihargai
keberaqdaannya
Nilai
prinsip yang menjadi dasar bertindak bagi semua orang
di dalam organisasi
Tujuan
pernyataan secara formal dan luas tentang apa yang
akan dicapai di masa depan
Sasaran
pernyataan yang lebih konkrit dan fokus tentang tujuan
yang hendak dicapai, dilengkapi dimensi waktu dan
target populasi.
Kriteria
pernyataan khusus tentang dimensi sasaran yang akan
digunakan untuk untuk mengevaluasi alternatif
kebijakan atau program.
Ukuran
kriteria definisi yang operasional dan tampak yang
seringkali berbentuk kuantitatif.
Kebijakan
keputusan
yang
dibuat
oleh
suatu
lembaga
pemerintahan atau organisasi dan bersifat mengikat
pada pihak yang terkait dengan lembaga tersebut
Publik
hal ihwal yang berkaitan dengan kepentingan orang
banyak
Kebijakan publik
keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga
peme-rintahan untuk mengatasi permasalahan tertentu,
untuk melakukan kegiatan tertentu atau untuk
mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan
kepentingan dan manfaat orang banyak.
Formulasi kebijakan
suatu kegiatan yang bertujuan merumuskan dan
menetapkan suatu kebijakan publik tertentu
Implementasi kebijakan
suatu kegiatan atau proses pelaksanaan atau
penerapan kebijakan publik yang telah ditetapkan
Evaluasi kinerja kebijakan
suatu kegiatan atau proses yang mencakup penilaian
suatu kebijakan publik yang telah berjalan dalam kurun
waktu tertentu, yang mencakup evaluasi pada kinerja

formulasi kebijakan, kinerja implementasi kebijakan,
kinerja manfaat yang dirasakan publik.
Revisi kebijakan publik
suatu kegiatan atau proses perbaikan suatu kebijakan
publik tertentu, baik karena kebutuhan publik, maupun
antisipasi kondisi di masa depan.
Strategi
kombinasi kegiatan yang dilaksanakan secara terpisah
sebagai upaya memenuhi kebutuhan pelanggan
Manajemen stratejik
seni dan ilmu dalam memformulasikan, melaksanakan,
dan mengevaluasi pengambilan keputusan dalam suatu
organisasi
yang
bersifat
lintas
fungsi
seperti
pemasaran,
keuangan,
produksi,
riset
dan
pengembangan, sistem informasi, dan sebagainya
untuk menunjang pencapaian tujuan organisasi.
Sasaran stratejik
sebuah pernyataan yang terpadu yang menjelaskan hal
yang harus dilakukan oleh organisasi dalam kerangka
pelaksanaan strategi
Peta stratejik sebuah grafik yang menggambarkan keterkaitan dari
seluruh sasaran obyektif, dalam bentuk hubungan
sebab akibat.
Inisiatif
kegiatan tertentu yang harus dilaksanakan dalam
rangka mendukung pencapaian sasaran stratejik.
Kekuatan
situasi dan kemampuan internal yang bersifat positip
yang me-mungkinkan organisasi memenuhi keuntungan
stratejik dalam mencapai visi dan misi
Kelemahan
situasi dan faktor-faktor dalam organisasi yang bersifat
negatif, yang menghambat organisasi mencapai atau
mampu melampaui pencapaian misi dan visi
Peluang
situasi dan faktor luar organisasi yang bersifat positip,
yang membantu organisasi mencapai atau mampu
melampaui pencapaian visi dan misi
Tantangan/ancaman
faktor luar organisasi yang bersifat negatif yang dapat
meng-akibatkan organisasi gagal mencapai visi dan
misinya.
Data
fakta tentang suatu kejadian
Informasi
data yang membuat sebuah pembedaan

Pengetahuan campuran dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual,
dan pandangan ahli yang memberikan kerangka bagi
evaluasi dan penyatuan pengalaman baru dan informasi
Manajemen pengetahuan
suatu
rangkaian
kegiatan
yang
digunakan
oleh organisasi atau
perusahaan
untuk
mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan
mendistribusikan
pengetahuan untuk
digunakan
kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam organisasi.

DAFTAR SINGKATAN
BSC
Balanced Scorecard
BPA
Biro Perencanaan dan Anggaran
BPS
Biro Pusat Statistik
FAA
Federal Aviation Administration
FKK
Faktor Kunci Keberhasilan
HAM
Hak Asasi Manusia
IKU
Indikator Kriteria Utama
ITB
Institut Teknologi Bandung
KAFE
Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal
KAFI
Kesimpulan Analisis Faktor Internal
Kemenpera Kementerian Perumahan Rakyat
LAKIP
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
MDGs
Millenium Development Goals
MenegPAN Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
MOU
Memorandum of Understanding
PKP
Perumahan dan Kawasan Permukiman
PLE
Pencermatan Lingkungan Eksternal
PLI
Pencermatan Lingkungan Internal
Renstra
Rencana Strategis
RPJMN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
SDM
Sumber Daya Manusia
SMART
Specific, Measurable, Agreed, Realistic, Time bound.
SO
Strengths Opportunities
SOP
Standar Operasi dan Prosedur
ST
Strengths Threats
SWOT
Strengths Weakneses Opportunities Threats
TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi
UU
Undang-Undang
UUD
Undang-Undang Dasar
WO
Weakneses Opportunities
WT
Weakneses Threats

DAFTAR ISI

Halaman
Ringkasan Eksekutif .............................................................................
i
Kata Pengantar ...................................................................................
vi
Pakta Integritas ...................................................................................
viii
Daftar Istilah .......................................................................................
ix
Daftar Singkatan ..................................................................................
xi
Daftar Isi ............................................................................................
xiii
Daftar Tabel ........................................................................................
xv
Daftar Gambar ....................................................................................
xvi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................
1
B. Deskripsi Masalah ............................................................
5
C. Rumusan Masalah ............................................................
6
D. Tujuan dan Sasaran Penulisan ..........................................
6
1. Tujuan .......................................................................
6
2. Sasaran .....................................................................
6
3. Indikator Hasil ...........................................................
6

BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kebijakan Publik ..............................................................
8
1. Pemahaman Umum ....................................................
8

2. Prinsip Penyusunan Kebijakan Publik ............................
9
3. Siklus Kebijakan Publik ................................................
9
4. Analisis Kebijakan Publik .............................................
11
B. Manajemen Stratejik ........................................................
14
1. Pemahaman Umum ....................................................
14
2. Tujuan dan Sasaran.....................................................
15
3. Aspek Penting ............................................................
15
4. Manajemen Stratejik pada Organisasi Publik .................
19
C. Manajemen Pengetahuan .................................................
20
1. Pemahaman Data, Informasi dan Pengetahuan .............
20
2. Jenis Pengetahuan .......................................................
22
3. Pentingnya Pengetahuan ..............................................
23
Halaman
4. Pemahaman Manajemen Pengetahuan .........................
23
5. Tahapan dan Kegiatan Manajemen Pengetahuan ..........
24
6. Strategi Mengelola Pengetahuan ..................................
26
7. Strategi Penerapan Manajemen Pengetahuan ..............
27
8. Langkah Stratejik Penerapan Manajemen Pengetahuan
28
9. Penerapan pada Organisasi Publik ..............................
30
BAB III

INSTRUMEN ANALISIS

A. Pemilihan Alat Analisis ....................................................
33
B. SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) ...
34
C. Balanced Scorecard (BSC)..............................................
36
1. Pengertian ...............................................................
36
2. Perkembangan BSC ..................................................
38
3. Tahapan ..................................................................38
4. BSC pada Ranah Publik .............................................
41
BAB IV

ANALISIS
A. Tahapan Analisis ...........................................................
43
B. Formulasi Strateji............................................................
45
1. Perumusan Visi, Misi dan Nilai-Nilai ............................
45
2. Pencermatan Lingkungan Stratejik .............................
47
3. Asumsi Strategis .......................................................
49
4. Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) ................................
52
5. Penetapan Tujuan .....................................................
54
C. Formulasi Implementasi Strateji.......................................
55
1. Sasaran Stratejik ......................................................
55
2. Tolok Ukur Kinerja ....................................................
56

BAB V

REKOMENDASI DAN RENCANA AKSI
A. Rekomendasi ................................................................
59
B. Rencana Aksi ................................................................
61

BAB VI

PENUTUP ..........................................................................
64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
66
LAMPIRAN
A. TOR KTP-2 ............................................................................ 69
B. Lembar Konsultasi KTP-2 ........................................................
77

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1

Evaluasi Kebijakan .......................................................

Tabel IV.1
46

Daftar Periksa Pernyataan Visi ......................................

Tabel IV.2
47

Daftar Periksa Pernyataan Misi ......................................

Tabel IV.3
48

Matriks Identifikasi Lingkungan Stratejik ........................

Tabel IV.4
50

Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFI) .....................

Tabel IV.5
51

Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal (KAFE) ..................

Tabel IV.6
52

Asumsi Stratejik (Analisis TOWS/KAFI vs KAFE) ............

Tabel IV.7
53

Urutan Asumsi Stratejik ...............................................

Tabel IV.8

Tujuan Stratejik .......................................................... 54

Tabel IV.9
58

Sasaran dan Indikator Kinerja Sasaran ........................

Tabel V.1

Rencana Aksi/Tindak .................................................. 61

14

Tabel V.2
62

Penyusunan Rencana Aksi Berdasarkan Kriteria SMART..

Tabel V.3
63

Jadwal Pelaksanaan Rencana Aksi ................................

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1Kuadran Kebijakan Publik ...................................................
8
Gambar 2.2Proses Kebijakan Secara Umum ..........................................
10
Gambar 2.3Proses Kebijakan Publik ......................................................
11
Gambar 2.4
Mode Konversi
Pengetahuan ............................................... 22
Gambar 3.1Empat Perspektif Balance Scorecard ....................................
37
Gambar 4.1Tahapan Analisis ...............................................................
44
Gambar 4.2Peta Strategi Biro Perencanaan dan
Anggaran ...................... 57

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Hunian yang

layak

merupakan

merupakan bagian dari hak asasi manusia

(HAM)

pemenuhannya diamanatkan dalam Amandemen
Dasar

1945

yang

Undang‐Undang

pasal 28 H ayat 1, dan ditegaskan dalam Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 40,
Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan

dan

Kawasan Permukiman (PKP) pasal 109. Sementara pada skala global,
penyediaan perumahan dan
prinsip layak dan
mitmen

permukiman

terjangkau

global

yang

memenuhi

bagi semua orang juga menjadi ko-

sebagaimana

dituangkan

dalam Agenda

Agenda,

Istanbul

Declaration

Habitat (The Habitat

on Human Settlements) dan

Tujuan

Pemba-ngunan

Milenium

(Millenium Development Goals/MDGs).
Selain sebagai hak asasi, perumahan

dan

permukiman

juga

terkait lang-sung dengan upaya peningkatan kualitas keluarga yang
pada akhirnya diha-rapkan mampu memberikan kontribusi dalam
pembangunan

komunitas

dan

memperkokoh

kehidupan

berbangsa dan bernegara.
Sebagai

konsekuensi

logis,

pemerintah

wajib

menghormati,

melin-dungi, menegakkan,
dan memajukan perumahan dengan menciptakan iklim yang kondusif
bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan

rendah

ini selaras dengan amanat

secara

berkelanjutan.

Tujuan

pembukaan UUD 1945

dan telah ditetapkan sebagai bagian dari sasaran

pemba-ngunan

nasional sebagaimana tercantum dalam visi Rencana Pembangunan
Jangka

Panjang

Tahun

2007

Nasional

tentang

2005‐2025

(Undang-Undang Nomor 17

Rencana Pembangunan

Jangka

Panjang

Nasional Tahun 2005‐ 2025).
Walaupun hunian merupakan hak asasi dan kebutuhan dasar
manusia, dan pembangunan perumahan telah menjadi bagian penting
dari target pem-bangunan di Indionesia sejak awal kemerdekaan,
namun hasilnya masih belum seperti yang diharapkan. Sampai saat ini,
masih terdapat sejumlah sekitar 7,4 juta rumah tangga yang belum
menempati

hunian

yang

layak.

Jumlah

ini

me-ningkat dari

sebelumnya yaitu sejumlah 5,8 juta unit pada tahun 2004 (RPJMN
2010-2014). Selain itu, masih terdapat sekitar 4,8 juta unit rumah yang
diperki-rakan menurun kualitasnya dan cenderung rusak. Sementara
itu, permukiman kumuh pun semakin meluas yang diperkirakan
telah mencapai 57.800 ha (Renstra Kemenpera 2010-2014). Secara
garis

besar,

kemudian

permasalahan

dapat

yang

dikelompokkan

ha-rus dihadapi

menjadi

tiga

tersebut

perma-salahan

pokok, yaitu: (i) keterbatasan penyediaan rumah; (ii) meningkatnya
jumlah rumah tangga yang menempati rumah tidak layak huni dan
tidak

di-dukung oleh prasarana,

umum

yang

memadai;

sarana

serta

lingkungan

(iii) permukiman

dan utilitas

kumuh

yang

semakin meluas.
Beragam

faktor

tersebut,

yang

menjadi

penyebab

yai-tu:

permasalahan

(i)

regulasi dan

kebijakan yang belum sepenuhnya mendukung
iklim yang
permukiman;

kondusif

dalam

(ii) keterbatasan

menengah‐bawah

terciptanya

pembangunan
akses

terha-dap lahan;

perumahan

masyarakat
(iii)

dan

berpenghasilan

lemahnya

kepastian

bermukim (secure tenure); (iv) Belum tersedia dana murah jangka
panjang

untuk

berpenghasilan

meningkatkan

akses

menengah‐bawah;

dan
(v)

daya
belum

beli masyarakat
efisiennya

pa-

sar primer dan belum berkembangnya pasar sekunder perumahan;
(vi)

be-lum mantapnya

kelembagaan

pembangunan

peru-mahan

optimalnya

pemanfaatan

penyelenggaraan

dan permukiman;
sumber

dan

(vii)

daya

belum

perumahan

dan permukiman.
Faktor

penyebab

terkait

belum

mantapnya

kelembagaan

diterjemahkan sebagai masih belum optimalnya kinerja kementerian
sehingga kualitas proses perencanaan yang meliputi penyusunan
rencana, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi masih belum optimal.
Hal ini ditengarai disebabkan oleh dukungan data dan informasi yang
masih belum memadai.
Dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, Kementerian Perumahan
Rakyat mempunyai tugas dan fungsi sebagaimana diatur dalam
Peraturan

Presiden

Tugas,

Fungsi,

Nomor

24

Tahun

Susunan

2010 tentang

Or-ganisasi

Kerja Kementerian Republik Indonesia,

Kedudukan,

dan

yaitu membantu

Tata
Presiden

Republik Indonesia dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi
pelaksanaan kebijakan di bidang perumahan rakyat. Kemudian terkait
dengan isu data dan informasi, didalam Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Nomor 21 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja

Kementerian

Peru-mahan

Rakyat

ditetapkan

bahwa

Biro

Perencanaan dan Anggaran yang diberi tanggungjawab melaksanakan
pengolahan data (pasal 9). Hal ini kemudian tercermin dalam visi Biro
Perencanaan

dan Anggaran

sebagai berikut

Tahun

2010-2014

yang dirumuskan

“Terwujudnya sistem perencanaan dan pengang-

garan Kementerian Perumahan Rakyat yang akuntabel dan didukung
data dan informasi yang akurat”
Namun demikian, keberadaan data dan informasi akan lebih
optimal jika kemudian dapat ditingkatkan menjadi pengetahuan. Ketika
data ditransformasi menjadi informasi, yang kemudian oleh masingmasing

individu

melalui

proses

internalisasi

berubah

menjadi

pengetahuan. Keberadaan pengetahuan ini yang kemudian perlu
dikelola. Upaya mengelola pengetahuan ini yang dikenal sebagai
manajemen pengetahuan. Tidak terdapat satu definisi yang disepakati
oleh para ahli terkait manajemen pengetahuan, namun Frappaolo
(2006)

meringkas

ber-bagai

konsep

dan

praktik

manajemen

pengetahuan dalam suatu pernyataan sebagai berikut knowledge
management

is

the

leveraging

collective

wisdom

to

increase

responsiveness and inovation (Manajemen pengetahuan adalah pengungkitan kearifan kolektif untuk meningkatkan daya tanggap dan
inovasi) (Kuswartojo, 2011).
Manajemen pengetahuan juga dikembangkan untuk sektor publik
atau

pe-nyelenggaraan

pemerintahan.

Adopsi

manajemen

pengetahuan dalam pemerin-tahan sipil dianggap lambat. Ada yang
berpendapat hal ini disebabkan karena pada umumnya pemerintah
tidak menyukai pengetahuan dan perubahan. Pen-dapat ini tentu saja
tidak sepenuhnya benar. Pengetahuan merupakan suatu
nirwujud yang

modal

dapat terus dikembangkan, yang tidak akan habis,

tidak akan hilang dicuri atau dialihkan. Pengetahuan akan
mendorong inovasi dan meningkatkan

dapat

efektifitas penyelenggaraan

pemerintahan.
Kesulitan

pemerintah

dalam

mengadopsi

manajemen

pengetahuan antara lain tidak terlalu mudah untuk mendeliniasi dan
mengisolasi

suatu

organisasi dengan

satuan

organ-isasi.

Pemerintah

merupakan

jejaring yang sangat luas, yang geraknya

dikerangkakan dalam suatu peraturan perundangan. Sehingga bagaimanapun

inovasi

dikembangkannya

dan

efektifivitas

ma-najemen

yang

menjadi

maksud

pengetahuan

suatu

organisasi

pemerintah, juga akan ditentukan oleh keterkaitannya dengan aneka
organisasi pemerintah yang lain.

Untuk menghindari hambatan oleh

adanya saling keterkaitan tersebut, diciptakanlah suatu aturan dan
kerangka kerja yang di satu sisi memang dapat mencegah kondisi

kaostik (ketidakteraturan) tetapi disisi lain sering menghambat inovasi
dan efektifitas gerak. Dinding penyekat berupa tugas pokok dan fungsi
sering

menjadi

penghalang

kreativitas

dan

efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan di manapun di dunia.
Pembahasan manajemen pengetahuan pada umumnya ditujukan
untuk kepentingan suatu organisasi usaha, tentara atau pemerintah.
Manajemen

pe-ngetahuan

ditempatkan

sebagai

instrumen organisasi untuk men-dorong
kreativitas, meningkatkan

elemen

dan

inovasi, meningkatkan

kapasitas dan efek-tifitas gerak, produk

dan aktivitas organisasi. Artinya manajemen memang ditu-jukan untuk
kepentingan internal organisasi. Walaupun sesungguhnya juga da-pat
ditemukan manajemen pengetahuan untuk tujuan yang lebih luas.
Memahami semua tantangan, kendala, peluang yang dihadapi
Kemente-rian Perumahan Rakyat dalam pelaksanaan tugas-tugas
pokoknya, ditengarai perlunya untuk fokus pada peningkatan kinerja
kelembagaan yang

berujung pa-da peningkatan kualitas proses

perencanaan. Proses perencanaan hanya dapat dioptimalkan ketika
data, dan informasi yang tersedia secara memadai. Terkait hal itu,
mengemuka isu pengembangan manajemen pengetahuan di Biro
Peren-canaan dan Anggaran Kemenpera. Manajemen pengetahuan
akan

menjadi

perencanaan

daya
yang

ungkit
bermuara

bagi

peningkatan

pada

kualitas

peningkatan

kinerja

proses
Biro

Perencanaan dan Anggaran Kemenpera.
B.

Deskripsi Masalah
Kondisi pembangunan perumahan di Indonesia masih belum

optimal terlihat dari masih besarnya backlog (kekurangan) rumah
layak huni yang mencapai jumlah 7,4 juta unit, yang setiap tahun
bertambah sebesar 300-400 ribu unit. Ditengarai salah satu faktor
penyebabnya

adalah

belum

mantapnya

kelemba-gaan

penyelenggaraan pembangunan perumahan, yang ditandai oleh masih

belum memadainya kualitas produk perencanaan yang dihasilkan oleh
Kemen-terian Perumahan Rakyat cq. Biro Perencanaan dan Anggaran,
sebagai lembaga yang diberi tanggungjawab untuk itu.
Selanjutnya kualitas produk perencanaan tersebut ditentukan oleh
kualitas proses perencanaan. Salah satu faktor yang menentukan
kualitas dari proses perencanaan adalah ketersediaan data dan
informasi. Berdasarkan pengalaman keseharian pelaksanaan tugas di
Biro

Perencanaan

dan

Anggaran,

dapat

disim-pulkan

bahwa

ketersediaan data dan informasi masih jauh dari memadai, yang
ditandai dari (i) tidak tersedianya standar, operasi dan prosedur
penyediaan data dan informasi; (ii) tidak tersedianya pangkalan data
yang memadai; (iii) belum memadainya kuantitas dan kualitas staf
yang

mempunyai

kompetensi

pendata-an;

dan

(iv)

belum

berkembangnya manajemen pengetahuan.
Fokus pada pengembangan manajemen pengetahuan (yang tidak
berhenti hanya pada data dan informasi) sebagai sebuah isu, didasari
pada pemahaman bahwa data dan informasi akan menjadi lebih
optimal dan mempunyai daya ung-kit bagi peningkatan kualitas
perencanaan ketika data dan informasi dapat di-transformasikan
menjadi

sebuah

pengetahuan.

Hasil

transformasi

ini

kemudian

menjadikan data dan informasi tersebut sebuah kekuatan bagi masingmasing staf Biro Perencanaan dan Anggaran dalam keterlibatannya
pada proses penyu-sunan produk perencanaan.
C.

Rumusan Masalah
Bertitiktolak dari deskripsi masalah sebagaimana telah diuraikan

di

atas,

rumusan

manajemen
perencanaan

masalah

pengetahuan
yang

adalah

dapat

berujung

”bagaimana

meningkatkan

pada

pengembangan
kualitas

pening-katan

produk

kinerja

Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat”.

Biro

D.

Tujuan dan Sasaran Penulisan

1.

Tujuan
Tujuan

penulisan

ini

adalah

pengembangan

manajemen

pengetahuan se-bagai pengungkit terhadap peningkatan kinerja Biro
Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat.
2.

Sasaran
Terdapat dua sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil kajian ini

dalam

meningkatkan

kinerja

Biro

Perencanaan

dan

Anggaran

Kementerian Perumahan Rakyat, yaitu:
a.

Terformulasikannya

strateji

pengembangan

manajemen

pengetahuan;
b.

Terformulasikannya

rencana

tindak/aksi

pengembangan

manajemen pe-ngetahuan;
3.

Indikator Hasil Yang Diharapkan
Beberapa indikator hasil yang diharapkan adalah:
a. Terlembagakannya manajemen pengetahuan yang mampu
mening-katkan kualitas produk perencanaan pada Biro
Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat;
b. Tersedianya

standar

operasional

dan

prosedur

(SOP)

penyelengga-raan manajemen pengetahuan
c. Tersedianya dan meningkatnya kompetensi sumber daya
manusia perencana perumahan dan kawasan permukiman
khususnya terkait manajemen pengetahuan;
d. Meningkatnya

kinerja

Biro

Perencanaan

Kementerian Perumahan Rakyat.

dan

Anggaran

BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kebijakan Publik
Pembahasan kebijakan publik akan terfokus pada pemahaman
umum, prinsip, siklus dan analisis kebijakan publik.
1. Pemahaman Umum
Thomas Birkland dalam An Introduction to the Policy Process
(2001) me-ngemukakan bahwa terdapat ketidaksepakatan tentang

definisi kebijakan publik. Namun demikian, Thomas R. Dye (1995)
mengajukan definisi seder-hana bahwa kebijakan publik diartikan
sebagai hal yang diputuskan pemerin-tah untuk dikerjakan dan hal
yang diputuskan pemerintah untuk tidak diker-jakan atau dibiarkan.
Sebagian pihak menyatakan kebijakan publik sebagai kebijakan
dalam bentuk peraturan perundangan dan peraturan tidak tertulis
namun disepakati yang disebut konvensi.
Nugroho

Sementara Riant

men-definisikan sebagai setiap keputusan yang dibuat

oleh negara, sebagai stra-tegi untuk merealisasikan tujuan dari
negara (Nugroho, 2011).
Gambar 2.1 Kuadran Kebijakan Publik
Lingkup isu/masalah

Organisasi masyarakat
Organisasi publik

Penanggungjawab pertama

Pribadi dan/atau
golongan

Masyarakat/bersama

KUADRAN I
Perekrutan pegawai
perusahaan

KUADRAN II
Gotong royong

KUADRAN III
Pengadilan kejahatan

KUADRAN IV
Kebijakan publik

Sumber: Nugroho, 2011.

Untuk melengkapi definisi di atas, terdapat ciri dari kebijakan
publik yaitu (i) kebijakan dibuat oleh organisasi publik, (ii)
mengatur kehidupan bersama, dan bukan mengatur kehidupan
pribadi; (iii) manfaat yang diperoleh masyarakat yang bukan
pengguna langsung produk yang dihasilkan jauh lebih banyak atau
lebih besar dari pengguna langsungnya.
2. Prinsip Penyusunan Kebijakan Publik

Prinsip penyusunan kebijakan publik sesuai yang tercantum
dalam PermenPAN Nomor: PER/04/M.PAN/4/2007 tanggal 16 April
2007 tentang Pedoman Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi
Kinerja dan Revisi Kebi-jakan Publik di Lingkungan Lembaga
Pemerintah Pusat dan Daerah adalah (i) benar dalam proses, yaitu
prosesnya harus transparan, dapat dipertang-gungjawabkan dan
melibatkan pihak terkait; (ii) benar secara isi, yaitu bah-wa isi
kebijakan (a) fokus pada isu kebijakan; (b) bukan merupakan kompromi politik atau ekonomi; (c) langsung pada masalah yang diatur;
(d) tidak saling bertentangan dengan kebijakan yang lebih tinggi
atau setara; (iii) benar secara politik-etik, yaitu menerapkan prinsip
kepemerintahan yang ba-ik; (iv) benar secara hukum, yaitu
merupakan kaidah hukum, memberikan aturan secara tegas dan
sanksinya;

(v) benar secara manajemen, yaitu isi kebijakan

sistematis, dapat dilaksanakan, dan dampaknya terukur; (vi) benar
secara bahasa, yaitu dipahami publik dalam satu makna, dan tidak
terdapat penyimpangan logika bahasa.
3. Siklus Kebijakan Publik
Secara sederhana, terdapat 4 (empat) tahapan utama dari siklus
kebi-jakan publik, yaitu (i) isu kebijakan, (ii) perumusan kebijakan;
(iii) imple-mentasi kebijakan; (iv) evaluasi kebijakan.
(i) Isu kebijakan. Penyebutan isu ketika suatu gejala/kondisi
bersifat strategis, yang menyangkut orang banyak, dan
berjangka panjang. Isu kebijakan terdiri dari 2 (dua) jenis
yaitu

masalah

dan

tujuan.

Ke-bijakan

publik

dapat

berorientasi masalah pada kehidupan publik, atau tujuan
yang hendak dicapai pada kehidupan publik.
(ii) Perumusan kebijakan. Keberadaan isu menggerakkan
pemerintah merumuskan kebijakan publik sebagai upaya
menyelesaikan masa-lah.

(iii) Pelaksanaan kebijakan publik. Kebijakan publik dilaksanakan
oleh

pe-merintah

maupun

masyarakat.
(iv) Evaluasi kebijakan.

Langkah

menilai

apa-kah

kebijakan

bersama-sama
evaluasi
telah

dengan

dilakukan

untuk

dirumuskan

dan

diimplementasikan dengan baik (Nugroho, 2011)

Evaluasi
kebijakan
Monitoring
kebijakan

isu
kebijakan

perumusan
kebijakan

Implementasi
kebijakan

kinerja
kebijakan

pelanjutan
kebijakan

revisi
kebijakan

isu
kebijakan
(baru)

penghentian
kebijakan

lingkungan
kebijakan

Sumber: Nugroho, 2011.

Gambar 2.2 Proses Kebijakan Secara Umum
Sementara

dalam

PermenPAN

Nomor:

PER/04/M.PAN/4/2007

Tanggal 16 April 2007, ditambahkan satu tahapan yaitu revisi
kebijakan,

yang

dimak-sudkan

sebagai

upaya

menyikapi

kedinamisan lingkungan kebijakan. Proses revisi ini merupakan
gabungan antara evaluasi dan formulasi kebijakan (Gam-bar 2.3)
1
isu
kebijakan

2
perumusan
kebijakan

3
Implementasi
kebijakan

4
Evaluasi
kinerja
kebijakan

5
Revisi
kebijakan

Gambar 2.3

Proses Kebijakan Publik

(PermenPAN Nomor: PER/04/M.PAN/4/2007 Tanggal 16 April 2007)

4. Analisis Kebijakan Publik
Analisis berasal dari bahasa Yunani yang berarti memecahmecah. Analisis kebijakan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum
perumusan kebijakan, atau merupakan proses inisiasi perumusan
kebijakan, dengan produk berupa rekomendasi kebijakan.
Analisis

kebijakan

berdasar

pendekatan

model

rasionalis

mempunyai ba-gian-bagian (i) mendefinisikan permasalahan, (ii)
menetapkan kriteria evalu-asi, (iii) mengidentifikasi alternatif
kebijakan, (iv) memaparkan alternatif-al-ternatif dan memilih salah
satu, dan (v) memantau dan mengevaluasi man-faat kebijakan.
Berdasarkan tahapan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis
kebijakan terdiri atas dua tahap utama yaitu analisis masalah dan
analisis

solusi.

Adapun

analisis

masalah

terdiri

dari

(i)

mendefinisikan masalah yang terdiri dari tahapan (a) menelusuri
masalah, (b) framing the problem, (c) memo-delkan masalah yaitu
identifikasi variabel kebijakan; (ii) memilih dan men-jelaskan tujuan
dan tantangan yang bersesuaian (relevan); (iii) memilih me-tode
pemilihan solusi. Sementara analisis solusi terdiri dari tahapan (i)
memi-lih kriteria evaluasi; (ii) mengidentifikasi alternatif kebijakan;
(iii) mengeva-luasi menggunakan kriteria evaluasi dan memilih
salah satu; (iv) mereko-mendasikan tindakan.
Edi Soeharto (2005) menetapkan masalah kebijakan berdasar 4
(empat) parameter yaitu (i) faktor penentu dalam mengatasi
masalah lain yang lebih luas dan dapat diukur; (ii) dampaknya pada
masyarakat; (iii) kecenderung-an, yaitu apakah masalah seiring

dengan kecenderungan global; (iv) sesuai dengan nilai dan harapan
masyarakat (Nugroho, 2011).
Menurut Patton dan Savicy, tidak ada formula baku dalam
membuat

kri-teria

evaluasi.

Namun

demikian,

disarankan

memerhatikan beberapa hal yaitu kriteria harus jelas, konsisten,
mengukur informasi penting, mengungkap ke-unikan, valid, akurat,
dapat diperoleh tanpa merugikan privasi dan kerahasi-aan, masuk
dalam anggaran biaya dan mampu mengungkap secara lengkap
(Nugroho, 2011).
Selanjutnya, kriteria alternatif yang baik menurut Patton dan
Savicky yang menggunakan kriteria Warren E. Walker adalah (i)
Biaya. Apakah ter-jangkau dan efektif?; (ii) stabilitas. Apakah tetap
berkesinambungan

meski-pun

menghadapi

guncangan

dalam

pelaksanaannya; (iii) reliabilitas. Bagai-mana kemungkinan dapat
dijalankan

pada

waktu

yang

ditetapkan?;

(iv)

ke-kokohan

(invulnerability). Akankah tetap dapat dijalankan ketika salah satu
bagian tidak berfungsi?; (v) fleksibilitas. Dapatkan melayani lebih
dari satu tu-juan?; (vi) keresikoan (riskiness). Apakah terdapat
resiko gagal yang besar?; (vii) dapat dikomunikasikan. Apakah
mudah dipahami bagi mereka yang tidak terlibat dalam proses?;
(viii) merit. Apakah dapat menyelesaikan masalah?; (ix) kesesuaian.
Apakah berkesesuaian dengan norma dan prosedur yang ada?; (x)
reversibility. Seberapa sulit kembali ke kondisi awal ketika terjadi
kegagalan?; (xi) kesederhanaan. Apakah mudah dilaksanakan?; (xii)
robust-ness. Pada tingkatan seperti apa alternatif berhasil di dalam
kondisi ling-kungan masa depan yang berbeda?.
Alternatif kebijakan yang ada perlu dievaluasi. Langkah ini
digunakan untuk memilih kebijakan yang akan diambil, yang
disebut

ex-ante

evaluation.

Patton

dan

Savicky

(1993)

memperkenalkan dua metode menentukan alter-natif kebijakan
yaitu peramalan dan evaluasi. Peramalan dilakukan melalui langkah

(i) ekstrapolasi, yaitu membuat proyeksi masa depan; (ii) memodelkan secara teoritis, yaitu peramalan dengan mempergunakan
teori terten-tu; (iii) intuitif, atau Dunn menyebutnya sebagai
retroductive, yaitu melalui interviu pakar.
Implementasi dipandang sebagai bagian dari proses kebijakan,
sehingga dipandang perlu melakukan analisis implementasi. Steiss
dan Danekee (1980) menyatakan bahwa analisis implementasi
dalam analisis kebijakan perlu fokus pada 2 (dua) hal yaitu (i)
tingkat kesepakatan diantara aktor pembuat kebi-jakan, pelaksana
kebijakan dan target kebijakan; (ii) besarnya perubahan dari
alternatif

kebijakan

yang

dipilih.

Soren

Winter

(1990)

mengidentifikasi 4 (empat) variabel kunci yang memengaruhi
keberhasilan implementasi, yaitu (i) proses pembentukan kebijakan;
(ii) perilaku organisasi pelaku implemen-tasi; (iii) perilaku birokrat di
tingkat bawah; (iv) tanggapan kelompok target kebijakan dan
perubahan dalam masyarakat. Selain itu, ditambahkan juga analisis
ketidakpastian dalam analisis

implementasi, berupa

informasi

tentang perubahan yang mungkin terjadi dan resiko kebijakan
(Nugroho, 2011).
Impementasi sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.
Kegagalan

implementasi

dianggap

juga

sebagai

kegagalan

kebijakan. Carol H. Weiss (1989) mengelompokkan kegagalan
kebijakan menjadi 2 (dua), yaitu (i) ke-gagalan program, yaitu
kebijakan tidak dapat diimplementasikan sesuai de-ngan desain; (iii)
kegagalan teori, yaitu kebijakan dapat diimplementasikan sesuai
desain tetapi tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Evalusi kebijakan dilaksanakan secara berkesinambungan, yang
dike-lompokkan menjadi 4 (empat) kegiatan yang berurutan yaitu
ex-ante, main-tenance, monitoring, dan ex-post. Selengkapnya
pada Tabel II.1.

Sementara Patton dan Savicky (1993) menambahkan kriteria
untuk men-jadi analis kebijakan yang unggul yaitu (i) fokus pada
kriteria utama dari ma-salah; (ii) pikirkan tipe kebijakan yang dapat
diambil; (iii) hindari pendekatan ’toolbox’ dalam menganalisis
kebijakan. Gunakan metode pendekatan seder-hana menggunakan
akal sehat; (iv) pahami ketidakpastian (uncerta-inty); (v) gunakan
angka; (vi) buat analisis secara transparan; (vii) cek kebenaran fakta; (viii) berikan analisis bukan keputusan; (ix) hasilkan tidak
sekedar kebi-jakan tetapi juga alat kebijakan; (x) tidak ada
kebenaran absolut atau analisis sempurna.
Tabel II.1 Evaluasi Kebijakan

Ex-ante policy analysis

Analisis ex-ante (sebelum pelaksanaan)
dari
masalah,
kriteria
keputusan,
alternatif,
pro-kontra,
hasil
yang
diperkirakan, langkah im-plementasi
dan evaluasi.

Policy maintenance

Analisis kebijakan atau program untuk
me-mastikan
diimplementasikan
sebagaimana
di-desain
dan
tidak
berubah diluar skenario

Policy monitoring

Catatan perubahan setelah kebijakan
atau program diimplementasikan

Ex-post policy
evaluation

Analisis
keberhasilan
pencapaian
sasaran dan keberlanjutan kebijakan,
modifikasi atau penghentian kebijakan

Sumber: Nugroho, 2011.

B. Manajemen Stratejik
Pembahasan manajemen stratejik akan fokus pada pemahaman
umum, tujuan dan sasaran, aspek penting, dan penerapan pada sektor
publik.
1.

Pemahaman Umum

Manajemen

stratejik

secara

sederhana

diartikan

sebagai

hubungan an-tara organisasi dengan lingkungannya baik internal
maupun

eksternal,

men-cakup

bagaimana

menghadapi

dan

menanggulangi perubahan lingkungan, serta mempengaruhi dan
mengendalikan lingkungan (LAN, 2011 (c)).
Manajemen
stratejik
merupakan
suatu

cara

untuk

mengendalikan orga-nisasi secara efektif dan efisien, sampai pada
garis terdepan sedemikian rupa sehingga tujuan dan sasaran
terca