PERHITUNGAN DALAM ANALISA MODEL. docx

PERHITUNGAN DALAM ANALISA MODEL
1.

Bentuk palatum
Diukur berdasarkan indeks korkhous, dengan rumus :
Tinggi palatum
x 100%
Jarak intermolar pont

Dengan nilai ideal 42%, jika lebih dari 42% maka dianggap palatum tinggi, dan
sebaliknya.
2.

Diskrepansi
Diskrepansi adalah selisih tempat yang tersedia dengan tempat yang dibutuhkan.

Pengukuran diskrepansi dibutuhkan untuk menentukan rencana perawatan perlu
pencabutan gigi atau tidak. Dalam mengukur diskrepansi, yang harus diketahui
jumlahnya adalah :
a) Available space
Pada fase gigi sulung, pergantian, dan permanen, cara pengukurannya sama,

yaitu dengan menggunakan salah satu dari 2 teknik :
 Pengukuran lengkung gigi dengan brass wire sepanjang mesial Molar
pertama kanan, sampai molar pertama kiri (dari Premolar dua kanan
sampai premolar dua kiri), sesuai ketentuan :
1) Rahang atas, wire melewati fissure premolar hingga ke insisal
insisivus, dilanjutkan hingga fissure premolar sisi selanjutnya.
2) Rahang Bawah, wire melewati cusp bukal premolar hingga ke insisal
insisivus, dilanjutkan hingga cusp bukal premolar sisi selanjutnya.
 Pengukuran panjang lengkung gigi dengan membagi segmen gigi
menjadi 4 yaitu :
1) Mesial M1 kiri - Mesial C kiri
2) Mesial C kiri - Mesial I1 kiri
3) Mesial I1 kanan - Distal C kanan
4) Distal C kanan - Mesial M1 kanan
b) Required Space
 Gigi Sulung
Mengukur lebar mesiodistal masing - masing gigi, tanpa menggunakan
foto radiografi.

 Gigi Pergantian

Terdapat 4 cara mengukur required space yaitu :
1) Metode Huckaba
Menghitung lebar masing - masing gigi permanen yang sudah erupsi, dan
lebar benih gigi permanen melalui bantuan foto radiografi, dengan
rumus :
X1 (ukuran gigi sulung pada model) Y1 (ukuran benih gigi sesungguhn ya)

X2 (ukuran gigi sulung pada foto)
Y2 (ukuran benih gigi pada foto)

2) Rumus
Mengukur lebar mesiodistal masing - masing insisiv bawah, lalu
dijumlah, dan hasilnya dimasukkan ke dalam rumus :
X = jumlah lebar mesiodistal insisiv RB
Y = jumlah lebar mesiodistal kaninus, premolar 1, dan premolar 2, dalam
satu regio
YRahang Atas

= 0,48426 X + 11,7181


YRahang Bawah

= 0,46003 X + 10,9117

3) Perkiraam tabel proporsional menurut Sitepu, atau Moyers (1998)
4) Tanaka dan Johnson (1974)
Rumus ini hampir sama dengan cara nomor 2
 Gigi Permanen
Mengukur lebar mesiodistal masing - masing gigi tiap rahang (dari
premolar dua kanan hingga premolar 2 kiri), kemudian dijumlahkan. Jumlah
lebar normal keempat insisif adalah berkisar 28 - 36 mm.
Jika jumlah required space lebih besar dari available space, maka
diperlukan adanya pencabutan gigi, sesuai panduan profitt et al. (2007)
yaitu :
 Kekurangan tempat kurang dari 4mm, tidak memerlukan pencabutan
 Kekurangan tempat antara 5 - 9 mm, bisa jadi membutuhkan pencabutan
maupun tidak, tergantung kasus pasien.
 Kekurangan tempat lebih dari 10 mm harus dilakukan pencabutan
3.


Ukuran Gigi
a) Analisa Bolton

Mengukur lebar mesiodistal masing - masing gigi dari M1 kanan hingga M1
kiri, lalu dibandingkan dengan tabel standar
b) Analisa Howes
Mengukur lebar mesiodistal masing - masing gigi dari M1 kanan hingga M1
kiri menggunakan jangka sorong. Perbedaan dengan analisis bolton adalah
analisis ini tidak menggunakan perbandingan dengan tabel.
c) Analisa Pont
Mengukur lebar mesiodistal keempat mahkota insisivus rahang atas
d) Analisa Diagnosis Setup