ANALISIS PERAN INTERNASIONAL DALAM SENGK

ANALISIS PERAN INTERNASIONAL DALAM SENGKETA
SEMENANJUNG KOREA
Albert Renaldi Tambunan
renaldialbert@students.unnes.ac.id
Abstrak
Konflik di semenanjung Korea diawali hanya oleh dua negara yaitu Korea
Selatan dan Korea Utara. Akan tetapi pada kenyataannya banyak negara yang
ikut mempengaruhi dan terlibat di dalam konflik ini. Negara tersebut antara
lain Amerika Serikat dan sekutunya dengan Uni Soviet. Ada berbagai alasan
mengenai penyebab dari sering munculnya konflik di Semenanjung Korea.
Bagian utara Korea berbatasan dengan wilayah Cina (Manchuria sebagai
wilayah industri berat). Bagian timur laut Korea berbatasan dengan sebagian
wilayah Uni Soviet dan ada pelabuhan yang sangat penting bagi Uni Soviet
serta adanya pangkalan armada laut Uni Soviet di Asia Pasifik pada era abad
19. Bagian tenggara Korea merupakan wilayah perairan Jepang yang
notabenenya sejak era post-Perang Dunia 2 merupakan sekutu terdekat
Amerika Serikat di kawasan ini. Pada awalnya, wilayah Korea merupakan
bagian dari wilayah imperialisme Jepang pada era Perang Dunia 2, namun
dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu pada Agustus 1945, maka wilayah
Korea diambil alih oleh pihak Uni Soviet setelah Jepang kalah berperang
dengan Uni Soviet pada tanggal 8 Agustus 1945. Berdasarkan pada kebijakan

containment AS, maka pihak Washington dan Moscow mengadakan suatu
perundingan untuk membagi kekuasaan Korea secara garis 38 derajat lintang
utara sehingga ada pembatasan wilayah demi alasan politik yang membentuk
Korea bagian utara di bawah pengaruh Uni Soviet dan Korea bagian selatan
berada di bawah pengaruh Amerika Serikat.
Kata kunci : Konflik, Semenanjung Korea, Negara Lain
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik di semenanjung Korea dimulai sejak 25 Juni 1950 diawali hanya
oleh dua negara yaitu Korea Selatan dan Korea Utara. Akan tetapi pada
kenyataannya banyak negara yang ikut mempengaruhi dan terlibat di dalam
konflik ini. Negara tersebut antara lain Amerika Serikat dan sekutunya
dengan Uni Soviet. Alasan awal terjadinya konflik ini adalah perbedaan
ideologi serta isu perbatasan yang menjadi isu yang sangat sensitif antara
kedua wilayah ini, karena pembatas wilayah bukan dianggap sebagai
perbatasan antar negara.1
Bagian utara Korea berbatasan dengan wilayah Cina (Manchuria
sebagai wilayah industri berat). Bagian timur laut Korea berbatasan dengan
sebagian wilayah Uni Soviet dan ada pelabuhan yang sangat penting bagi
Uni Soviet serta adanya pangkalan armada laut Uni Soviet di Asia Pasifik

pada era abad 19. Bagian tenggara Korea merupakan wilayah perairan
Jepang yang notabenenya sejak era post-Perang Dunia 2 merupakan sekutu
1 Mochtar Lubis, Catatan Perang Korea, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2010, hlm. 14.

terdekat Amerika Serikat di kawasan ini. Pada awalnya, wilayah Korea
merupakan bagian dari wilayah imperialisme Jepang pada era Perang Dunia
2, namun dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu pada Agustus 1945,
maka wilayah Korea diambil alih oleh pihak Uni Soviet setelah Jepang kalah
berperang dengan Uni Soviet pada tanggal 8 Agustus 1945. Berdasarkan
pada kebijakan containment AS, maka pihak Washington dan Moscow
mengadakan suatu perundingan untuk membagi kekuasaan Korea secara
garis 38 derajat lintang utara sehingga ada pembatasan wilayah demi
alasan politik yang membentuk Korea bagian utara di bawah pengaruh Uni
Soviet dan Korea bagian selatan berada di bawah pengaruh Amerika
Serikat.2
Korea Utara di bawah pemimpin baru Kim Jong-un memang memulai
konflik dengan memprovokasi negara tetangga tersebut. Provokasi yang
dilakukan merupakan serangan artileri ke Korea Selatan yang pada akhirnya
membuat suasana di kawasan tersebut kembali tegang secara mendadak.
Pada tanggal 26 Maret 2010, yakni kapal perang Korea Selatan

Cheonan tenggelam. Korea Selatan lantas menaruh curiga pada Korea
Utara. Hubungan kedua negara memanas. Kemudian pada tanggal 24
November 2010, sekitar pukul 15.00 waktu Korea, Korea Utara tiba-tiba
menembakkan artileri ke arah Pulau Yeonpyeong, Korea Selatan. Tak lama
kemudian, saksi mata melihat bangunan-bangunan di pulau itu terkena
serangan bombardir.
Ketegangan semakin menjadi dikarenakan mereka meningkatkan
ancaman perang mereka, yakni dengan ancaman berupa senjata nuklir.
Ancaman nuklir itu ternyata tidak hanya ditujukan kepada Korea Selatan,
tetapi juga kepada sekutu negeri Ginseng itu, yaitu Amerika Serikat (AS).
Dalam beberapa pekan terakhir Korea Utara berulang kali mengeluarkan
peringatan dengan mengumumkan negara itu masuk kondisi perang dengan
Seoul dan memblokir akses ke kawasan industri Kaesong yang dikelola
bersama dengan Korea Selatan. Korea Utara bahkan telah mempersiapkan
uji coba nuklir keempat, setelah uji coba nuklir 12 Februari lalu
menyebabkan PBB memberikan sanksi lebih keras dan memicu tanggapan
bermusuhan dari Pyongyang.
B. Kronologi
Perang antar dua Korea pernah terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli
1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang

ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war)
antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat
Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea
Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika
Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain
mengirimkan tentara di bawah bendera PBB.
Sekutu Korea Utara, seperti Republik Rakyat Tiongkok, menyediakan
kekuatan militer, sementara Uni Soviet yang menyediakan penasihat perang
dan pilot pesawat, dan juga persenjataan, untuk pasukan Tiongkok dan
Korea Utara. Di Amerika Serikat konflik ini diistilahkan sebagai aksi polisional
di bawah bendera PBB daripada sebuah perang, dikarenakan untuk
menghilangkan keperluan kongres mengumumkan perang. 25 Juni 1950 artileri telah diluncurkan, tank-tank dan pasukan infanteri Tentara Korea
2 Ibid

Utara mulai menyerang Korea Selatan, sebuah kawasan di selatannya
berseberangan haluan secara politik, yang hanya dipisahkan garis imajiner
38˚. 4 Januari 1951 - Tentara Korea Utara yang dibantu Cina berhasil
menguasai Seoul. 27 Juli 1953 - Amerika Serikat, RRC, dan Korea Utara
menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan saat
itu, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji

menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Secara resmi, perang
ini belum berakhir sampai dengan saat ini.3
60 tahun kemudian, 26 Maret 2010 kapal perang Korea Selatan
Cheonan tenggelam. Korsel menaruh curiga pada Korut. Hubungan kedua
negara memanas. 24 November 2010 Korut melakukan serangan artileri ke
pulau Yeonpyeong yang menjadi markas militer Korsel, dengan melepaskan
200 artileri. Tidak lama kemudian, saksi mata melihat bangunan-bangunan
di pulau itu terkena serangan bombardir. Api kemudian langsung membara.
Saksi mata mengatakan 60-70 rumah di Yeonpyeong kebakaran akibat
serangan artileri. Sekitar 10 menit kemudian, Korsel langsung membalas
serangan artileri. Kedua pihak saling balas bombardir. Sementara saksi mata
mengatakan warga Yeonpyeong dievakuasi ke dalam bungker. Artileri Korut
pun melumpuhkan listrik di Pulau Yeonpyeong, dua warga dilaporkan
terluka. Asap mulai mengepul tinggi dari rumah-rumah warga. Pihak militer
Korsel menyatakan status siaga tinggi. Kebakaran semakin luas di Pulau
Yeonpyeong. Beberapa rumah runtuh setelah terbakar hebat. Jet tempur
Korsel langsung diterbangkan ke lokasi.
Pemerintah Korsel langsung menggelar rapat mendadak. Mereka
mengatakan akan mengambil tindakan tegas jika Korut melanjutkan
provokasi. Namun Presiden Korsel Lee Myung-bak menyerukan upaya untuk

meredam aksi saling tembak. Satu jam berlalu atau sekitar pukul 16.00
waktu Korea, pihak Korsel menyerukan penghentian aksi saling bombardir.
Warga Pulau Yeonpyeong mulai diungsikan ke luar pulau dengan perahu
nelayan. Perang bombardir berhenti. Militer Korsel mengumumkan satu
tentara tewas, 13 luka-luka termasuk 3 orang luka berat. Selang beberapa
bulan Ketegangan kembali terjadi antara militer Korea Selatan (Korsel) dan
Korea Utara (Korut) di Laut kuning, Rabu, 10 Agustus 2011. Pemicunya,
peluru artileri Korut jatuh di perairan dekat perbatasan kedua negara.
Menteri Pertahanan Korsel, Kim Min-seok, yang dikutip kantor berita
Associated Press,mengatakan Korut menembakkan tiga artileri ke arah
perbatasan utara Korsel di Laut Kuning. Tidak tinggal diam, militer Korsel
langsung membalasnya dengan jumlah tembakan yang sama. Semua
tembakan artileri tersebut jatuh di laut. Tidak dilaporkan adanya korban
terluka akibat insiden itu. Tembakan Korut jatuh di perairan dekat pulau
Yeonpyeong yang sempat menjadi sasaran tembak November tahun lalu,
menewaskan empat orang. Seorang pejabat Kementerian Pertahanan yang
tidak disebutkan namanya mengatakan tembakan terjadi secara tiba-tiba.
kala itu kedua belah pihak tidak ada yang tengah melakukan latihan perang.
Saat ini, militer Korsel tengah mencari motif yang melatarbelakangi
penyerangan tersebut.

Garis perbatasan sengketa kedua negara di Laut Kuning kerap menjadi
pemicu ketegangan sejak tahun 1999 yang menewaskan puluhan orang.
Korut mengatakan garis batas seharusnya lebih ke arah selatan. Namun,
pihak Seoul menolak dengan mengatakan jika menuruti Korut maka sektor
3 Frassminggi Kamasa, Perang Korea, Pustaka Narasi, Yogyakarta, 2014, hlm. 23.

perikanan di lima pulau Korsel terancam. Selain itu, jika dituruti, maka akses
ke pelabuhan Incheon menjadi tertutup.
Sejak perang 1950-1953, Korea Utara dan Korea Selatan tak pernah
mengalami perang terbuka dan total, hanya ada serangkaian perang
terbatas. Meskipun kedua negara memiliki dukungan negara besar seperti
Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia), tetap saja tak pernah terjadi perang
berskala dan intensitas besar maupun massif. Banyak pengamat yang
mengatakan bahwa perang kedua negara bersaudara ini adalah perang
Proxy, atau perang yang tak melibatkan kekuatan utama yaitu Amerika
Serikat dan Uni Soviet.4
C. Rumusan Masalah
Setelah mengemukakan permasalahan secara umum yang kemudian
akan dibahas dalam analisis ini melalui pemaparan pada bagian latar
belakang, saya membagi 3 rumusan permasalahan untuk dibahas mengenai

Konflik di Semenanjung Korea, sebagai berikut:
1. Apakah dampak perang bagi masyarakat Korea Selatan dan Korea
Utara ?
2. Mengapa Amerika melibatkan diri dalam dalam perang di Semenanjung
Korea ?
3. Upaya apa saja yang telah ditempuh oleh kedua negara dan dunia
internasional untuk menyelesaikan sengketa tersebut ?
PEMBAHASAN
1. Dampak Bagi Masyarakat Kedua Negara
a. Dampak Ekonomi kedua belah pihak (Utara dan Selatan) :
Perang antar kedua pihak ini mengakibatkan hancurnya infrastruktur dan
ekonomi negara. Pada tahun 1970 ekonomi kedua belah pihak sempat
seimbang, namun orientasi ekonomi Korea Utara lebih memprioritaskan
pada kepentingan militer dibanding dengan kebutuhan rakyatnya sendiri.
Korea Utara seringkali mengalami kekurangan makanan dan menyebabkan
tingginya tingkat kematian penduduk akibat kelaparan. Korea Utara
seringkali meminta bantuan dari luar negeri, tak terkecuali dari pihak Korea
Selatan. Berbeda halnya dengan Korea Selatan, mereka lebih menekankan
pertumbuhan ekonomi dengan liberalisasi pasar dan perdagangan, sehingga
perindustrian dan kemajuan ekonomi Korea Selatan maju dengan pesat dan

menjadi salah satu Macan Asia.
b. Dampak Politik :
Korea Selatan mengadopsi sistem politik yang demokratis, berbeda
dengan sistem politik di Korea Utara yang komunis-sentralistik. Dengan
sistem demokrasi, maka pihak militer meninggalkan perannya dari arena
politik, sedangkan pihak Korea Utara lebih menekankan nilai hierarki
struktur keluarga sebagai pemimpin berikutnya.
c. Dampak Militer dan Keamanan :
Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas sebelumnya, Korea Utara
lebih menekankan ekonomi dalam upayanya meningkatkan kapasitas militer
dan nuklirnya. Dengan adanya sikap dan pengaruh dari kepemilikan senjata
nuklir ini, maka secara tidak langsung menyebabkan instabilitas kawasan
Asia Pasifik, terlebih dengan beberapa percobaan peluncuran nuklir Korea
4 Mochtar Lubis, op.cit. hlm. 21

Utara yang menurut data intelijen mampu menjangkau sebagian wilayah
Amerika Serikat.
Korea Utara dan Korea Selatan tidak pernah menandatangani
perjanjian perdamaian secara resmi dan dengan demikian mereka secara
resmi masih berperang; hanya gencatan senjata yang telah dinyatakan.

Pemerintah Korea Selatan menjadi didominasi oleh militernya dan keadaan
yang relatif damai ini diselingi oleh pertempuran perbatasan dan beberapa
upaya pembunuhan. Korea Utara gagal dalam beberapa upaya pembunuhan
terhadap para pemimpin Korea Selatan, terutama pada tahun 1968, 1974
dan 1983; terowongan sering ditemukan di bawah Zona Demiliterisasi dan
perang hampir pecah karena terjadinya insiden pembunuhan kapak di
Panmunjeom pada 1976. Pada 1973, beberapa kontak tingkat tinggi yang
sangat rahasia mulai dilakukan melalui kantor-kantor Palang Merah, tetapi
berakhir setelah insiden Panmunjeom dengan sedikit kemajuan yang telah
dibuat. Pada akhir 1990-an, ketika Korea Selatan beralih ke demokrasi,
keberhasilan kebijakan Nordpolitik, dan kekuasaan di Korea Utara beralih
kepada Kim Jong-il putera Kim Il-sung, kedua-dua negara mulai terlibat
secara terbuka untuk kali pertama, kemudian Korea Selatan memberlakukan
‘Sunshine Policy’.5
2. Alasan Amerika Melibatkan Diri Dalam Perang Semenanjung Korea
Terlibatnya Amerika Serikat dalam konflik Korea dimungkinkan karena
politik luar negeri Amerika Serikat di era- Presiden Truman bersifat
intervensi, dan terlibat dalam konflik ideologi di Korea merupakan sebuah
keharusan bagi Amerika Serikat. Karena sejalan dengan kebijakan Amerika
Serikat untuk membendung pengaruh komunis di dunia, yang dikenal

dengan nama containment policy. Kebijakan ini pertama dikenal di dalam
pidato Presiden Truman tahun 1947, tentang membantu pemerintah Yunani
dalam memerangi Partai Komunis.
Selain karena politik luar negerinya, Amerika yang menjadi negara
“polisi dunia” melibatkan dirinya dalam konflik Korea dengan tujuan untuk
menjaga perdamaian. Para pejabat Amerika di PBB menyatakan bahwa
tindakan Korea Utara merupakan pelanggaran perdamaian. Dari situlah
kehadiran pasukan Amerika dalam konflik Korea, yaitu sebagai aksi polisi.6
Amerika terus berusaha untuk menjaga perdamaian dunia, dengan
beberapa usaha-usaha yang mereka tempuh, seperti diplomasi. Namun
Korea Utara menunjukan respon negatif, dengan melakukan provokasi
berupa uji coba rudal antar benua, yang membuat Korea Utara medapat
kecaman dari banyak negara, salah satunya Amerika.
Menurut informasi yang saya dapatkan dari majalah Gatra tanggal
terbit 4-10 Mei 2017 , nomor XXVII hal. 52-53 dengan judul “Semenanjung
Korea di Ambang Perang” mengatakan bahwa Pemerintah Amerika yang
dipimpin oleh Donald Trump sedang merencanakan serangkaian sanksi
ekonomi yang baru yang lebih berat terhadap Pyongyang. Namun, dia
menegaskan bahwa opsi militer merupakan opsi yang bisa dipilih setiap
saat. “Kami ingin memecahkan masalah secara diplomatis, tapi sangat
sulit,” katanya.7
5 Andi Purwono & As Zuhri. (2010). Peran Nuklir Korea Utara Sebagai
Instrumen Diplomasi Politik Internasional. Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional, 7, 1-18.
6 Pranoto Iskandar. (2011). Tindak Penyikasaan dan Hukum Internasional. Jurnal Pandecta, 6,2.
7 Gandhi Achmad, “Semenanjung Korea di Ambang Perang” Gatra, 10 Mei 2017, hlm. 52-53.

Presiden Donald Trump sebelumnya sempat melontarkan ancaman
untuk mengambil tindakan tegas terhadap rezim Kim Jong-un. Trump
menyebut ambisi nuklir Korea Utara adalah masalah yang harus ditangani.
Karena itu, ia akan menyerukan kepada AS untuk mengambil tindakan jika
Cina tidak berniat membantu. Terlebih, suasana bertambah tegang ketika
Trump mengirimkan armada angkatan lautnya. Armada yang dimaksud
adalah kapal induk USS Carl Vinson yang saat itu dalam perjalanan ke Laut
Pasifik untuk latihan militer dengan Australia. Namun, ditengah perjalanan,
kapal memutar haluan, melintasi Indonesia untuk menuju Semenanjung
Korea.8
Amerika Serikat memiliki peran kunci dalam usaha menciptakan
perdamaian di antara kedua negara sebangsa ini, namun negara besar lain
seperti Federasi Rusia menginginkan Amerika Serikat tidak bermain dibalik
layar yang mengakibatkan proses perdamaian di semenanjung Korea.
Mengingat sering kali dalam peran internasionalnya membuat Korea Utara
semakin sulit untuk diajak berdiplomasi.
Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki kepentingan juga
diharapkan dapat menahan diri, dan menghentika propaganda yang dapat
berpotensi memperkeruh diplomasi untuk terciptanya perdamaian. Untuk
menciptakan perdamaian Amerika Serikat juga terlibat dalam forum dialoge
yang dikenal dengan istilah six party tallk. Forum ini diharapkan dapat
menciptakan perdamaian abadi di smenanjung Korea, dan dengan
perdamaian tersebut dapat menciptakan kerjasam ekonomi yang baik di
kawasan Asia Timur. Juga dimungkinkan untuk terciptanya integrasi
perdagangan di Asia Timur.
3. Upaya Untuk Menyelesaikan Sengketa
Hukum internasional tidak berisi keharusan agar suatu negara memilih
prosedur penyelesaian tertentu. Hal ini juga ditegaskan oleh pasal 33
Piagam PBB yang meminta kepada negara-negara untuk menyelesaikan
secara damai sengketa-sengketa mereka sambil menyebutkan bermacammacam prosedur yang dapat dipilih oleh negara-negara yang bersengketa.
Sebenarnya kedua negara sudah berupaya menciptakan perdamaian
melalui upaya-upaya tertentu, salah satunya adalah upaya penyelesaian
secara politik (Non Yuridiksional). 9
Cara penyelesaian sengketa yang tradisional adalah perundingan
secara langsung (negotiation). Salah satunya adalah perundingan
diplomatik. Perundingan diplomatik biasanya diadakan dalam bentuk
pembicaraan-pembicaraan
langsung
antara
negara-negara
yang
bersengketa dalam pertemuan tertutup antara wakil-wakilnya. Perundingan
diplomatik juga dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Perundingan langsung antar negara
Perundingan-perundingan langsung ini biasanya dilakukan oleh
menteri-menteri luar negeri, duta-duta besar atau wakil-wakil yang
ditugaskan khusus untuk berunding dalam kerangka diplomasi ad hoc.
Korea Utara dan Korea selatan sebelumnya sudah melakukan
perundingan secara langsung melalui masing-masing menteri luar negeri
8 Ibid
9 Boer Mauna, Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2015, hlm. 194-205.

kedua negara, namun belum pernah mencapai suatu kesepakatan
perdamaian.10
b. Jasa-jasa baik dan mediasi
Prosedur-prosedur ini berasal dari kebiasaan yang kemudian
dikodifikasikan oleh konvensi Den Haag 18 Oktober 1907. konflik
semenanjung Korea ini menarik simpati dunia internasional untuk ikut
serta dalam menyelesaikannya, salah satunya adalah upaya perundingan
dengan PBB yang diikuti dengan 6 negara lain yang bersimpati untuk ikut
menyelesaikan konflik tersebut.11
c. Jasa-jasa baik dan mediasi sekjen PBB
Dalam pelaksanaan fungsinya, Sekretaris Jenderal PBB, apakah atau
prakarsa sendiri, permintaan dari Dewan Keamanan atau Majelis Umum
PBB ataupun dari negara-negara sering memberikan jasa-jasa baiknya
kepada pihak-pihak yang terlibat untuk menyelesaikan sengketa
mereka.12
Seperti yang termaktub di dalam pasal 33 Piagam PBB, dikatakan bahwa:
1. pihak-pihak yang tersangkut dalam sesuatu pertikaian yang jika
berlangsung terus menerus mungkin membahayakan pemeliharaan
perdamaian dan keamanan internasional, pertama-tama harus
mencari penyelesaian dengan jalan perundingan, penyelidikan,
dengan mediasi, konsiliasi, arbritasi, penyelesaian menurut hukum
melalui badan-badan atau pengaturan-pengaturan regional, atau
dengan cara damai lainnya yang dipilih mereka sendiri.
2. Bila dianggap perlu, Dewan Keamanan meminta kepada pihak-pihak
bersangkutan untuk menyelesaikan pertikaiannya dengan cara-cara
yang serupa itu13
Telah banyak upaya-upaya perdamaian yang telah ditempuh oleh
kedua negara tersebut, sampai dalam bentuk simpati dari beberapa
negara yang peduli konflik tersebut, dan tindakan Sekjen PBB yang turut
serta untuk menyelesaikan konflik tersebut, namun belum pernah
mencapai suatu kesepakatan untuk berdamai dari kedua negara
tersebut. Hingga saat ini konflik tersebut belum juga mereda, masingmasing negara sama-sama bersiaga apabila Perang Saudara Korea
kembali berkecamuk.
Untuk menciptakan perdamaian kedua negara, telah dilakukan upaya
penyelesaian konflik yang berbentuk perundingan dengan melibatkan
enam negara yang dikenal dengan istilah six party tallk. Enam negara
yang terlibat dalam pembicaraan solusi Korea ialah Amerika Serikat,
Federasi Rusia, Repbublik Rakyat Tiongkok, Jepang, Korea Utara, dan
Korea Selatan, dan dikenal dengan six party tallk. Forum ini diharapkan
dapat menciptakan perdamaian abadi di smenanjung Korea, dan dengan
perdamaian tersebut dapat menciptakan kerjasama ekonomi yang baik di
kawasan Asia Timur. Juga dimungkinkan untuk terciptanya integrasi
perdagangan di Asia Timur.
KESIMPULAN
10 Ibid.
11 Ibid
12 Wiwin Yulianingsih & Firdaus Sholihin, Hukum Organisasi Internasional, Andi, Yogyakarta,
2014, hlm. 104.
13 UN Charter (1945)

Konflik di Semenanjung Korea berawal dari perpecahan antara 2 negara
Korea yang merupakan dampak dari terjadinya persaingan ideologi pasca
Perang Dunia II dalam Perang Dingin, melalui sebuah perbedaan dan
terbentuknya kutub politik antara Uni Soviet yang berhaluan Komunis dengan
Amerika Serikat yang memiliki paham lebih liberalis dan terbuka.
Melihat perkembangan konflik, terlihat jelas bahwa konflik di
semenanjung Korea ini menjadi perhatian dunia internasional, baik terkait
dengan isu yang diangkat maupun nuklir maupun keterlibatan negara-negara
besar dalam konflik tersebut meski secara tidak langsung. Konflik antara Korea
Utara dan Selatan ini pada akhirnya mendorong negara-negara untuk ikut
mengambil sikap mengenai kondisi keamanan yang berkembang. Oleh sebab
itu, dapat dikatakan bahwa konflik di semenanjung Korea telah mempengaruhi
situasi keamanan internasional.
Amerika Serikat ikut melibatkan diri dalam konflik Korea merupakan
bentuk politik luar negeri, namun keterlibatan Amerika Serikat ini juga
dikarenakan aksi provokasi percobaan nuklir yang dilakukan Korea Utara itu
mengancam keselamatan dunia dan keamanan internasional. Sebagai polisi
dunia Amerika Serikat berusaha untuk mejaga perdamaian dunia. Maka dari itu
dalam konflik ini Amerika Serikat menunjukan kontribusi yang besar dan dapat
dilihat oleh seluruh negara, Amerika Serikat sangat ingin menyelesaikan konflik
tersebut. Amerika Serikat terus mengusahakan jalur diplomasi untuk
menyelesaikan masalah, namun Korea Utara menolak upaya diplomasi
tersebut. Pejabat Amerika Serikat di PBB telah sepakat untuk menghukum
Korea Utara yang dinilai mengancam keselamatan dunia. Dan Amerika Serikat
telah bersiap menyelesaikan melalui jalur militer bila Korea Utara berulah
kembali dengan aksi nuklirnya yang sangat membahayakan dunia.
Dalam upaya menyelesaikan konflik kedua belah pihak telah beberapa
kali mengadakan perundingan damai (diplomasi) namun tidak pernah
mencapai kesepakatan satu sama lain. Kedua belah pihak masih tetap kokoh
dengan prinsip mereka masing-masing, dan sebagai hasilnya negara Korea
Utara dan Korea Selatan sampai saat ini masih belum bisa berdamai satu sama
lain. Hal inilah yang membuat negara-negara lain ikut tergerak untuk
menyatukan kembali Korea, namun sampai saat ini usaha-usaha untuk mereunifikasi tersebut belum membuahkan hasil, usaha terakhir untuk
menyatukan Korea berasal dari desakan-desakan dari beberapa negara, seperti
Indonesia, China, dan beberapa negara lainnya.
Rusia yang sekarang memiliki politik luar negeri yang pragmatis dan
berorientasi kepada kerjasama ekonomi mengajak Amerika Serikat dan negaranegara Major Power untuk membicarakan solusi yang mungkin diambil untuk
mendamaikan kedua negara. Untuk menciptakan perdamaian Amerika Serikat
juga terlibat dalam forum dialoge yang dikenal dengan istilah six party tallk.
Enam negara yang terlibat dalam pembicaraan solusi Korea ialah Amerika
Serikat, Federasi Rusia, Repbublik Rakyat Tiongkok, Jepang, Korea Utara, dan
Korea Selatan, dan dikenal dengan six party tallk. Forum ini diharapkan dapat
menciptakan perdamaian abadi di semenanjung Korea, dan dengan
perdamaian tersebut dapat menciptakan kerjasama ekonomi yang baik di
kawasan Asia Timur. Juga dimungkinkan untuk terciptanya integrasi
perdagangan di Asia Timur.
Kemudian Sekjen PBB
telah mengambil tindakan, PBB sudah
menawarkan beberapa cara untuk menyelesaikan konflik tersebut, seperti yang
tertuang dalam pasal 33 Piagam PBB. Namun saran tersebut juga belum
membuahkan hasil. Konflik di Semenanjung Korea masih memanas. Dewan

keamanan PBB dikabarkan siap menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara
apabila melakukan kembali uji coba rudal tersebut yang dianggap sebagai
suatu provokasi yang membahayakan keselamatan masyarakat dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Gandhi. 2017. Semenanjung Korea di Ambang Perang. Gatra. XXVII
Iskandar, Pranoto. (2011). Tindak Penyiksaan dan Hukum Internasional. Jurnal
Pandecta, 6, 2.
Kamasa, Frassminggi. 2014. Perang Korea. Pustaka Narasi. Yogyakarta.
Lubis, Mochtar. 2010. Catatan Perang Korea. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Mauna, Boer. 2015. Hukum Internasional. Alumni. Bandung.
Purwono, Andi & As Zuhri. (2010). Peran Nuklir Korea Utara Sebagai Instrumen
Diplomasi
Politik Internasional. Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional, 7, 1-18.
United Nations Charter (1945)
Yulianingsih, Wiwin & Firdaus Sholihin. 2014. Hukum Organisasi Internasional.
Andi.
Yogyakarta.

Kasus
: Semenanjung Korea di Ambang
Perang
Nama Majalah
: Gatra.
Edisi
: XXVII
Tanggal dan Tahun Terbitan
: 4-10 Mei 2017.
Halaman
: 52-53.