PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM STIMULASI, DETEKSI, DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK 1–3 TAHUN MELALUI PEMBELAJARAN MODUL DI RW-05 KELURAHAN KUJANGSARI KECAMATAN BANDUNG KIDUL Susy Hermaningsih1 , Iryanti2 Jurusan Keperawatan Bandung Poltekkes Kemenkes

  

PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM STIMULASI, DETEKSI, DAN INTERVENSI

DINI TUMBUH KEMBANG ANAK 1

  • –3 TAHUN MELALUI PEMBELAJARAN MODUL

  

DI RW-05 KELURAHAN KUJANGSARI KECAMATAN BANDUNG KIDUL

1 2 Susy Hermaningsih , Iryanti

Jurusan Keperawatan Bandung Poltekkes Kemenkes Bandung

ABSTRAK

  Keluarga harus mengenali ciri-ciri serta prinsip tumbuh kembang 1-3 tahun, agar keluarga mudah dalam memberikan stimulasi tumbuh kembang sesuai dengan yang dibutuhkan anak 1-3 tahun untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Melalui deteksi dini, penyimpangan tumbuh kembang toddler dapat diketahui secara dini, sehingga keluarga dapat melakukan intervensi dini, yang hasilnya akan jauh lebih baik dibandingkan intervensi yang dilakukan kemudian. Indikator keberhasilan kegiatan program SDIDTK adalah cakupan SDIDTK balita mencapai 90% pada tahun 2010, namun demikian sampai saat ini program SDIDTK belum berjalan optimal karena berbagai kendala. Jenis penelitian yang dilakukan quasi eksperiment dengan pre test-post test one group design. Berdasarkan perhitungan jumlah sampel diperlukan 35 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple

  

random sampling . Pre test dilakukan dengan cara memberikan angket dan observasi terkait

pengetahuan, keterampilan, dan sikap keluarga dalam upaya SDIDTK pada anak umur 1-3 tahun.

Post test dilakukan dengan cara memberikan angket dan observasi yang sama setelah diberikan

  perlakuan (pembelajaran melalui modul), pengukuran pengetahuan, keterampilan. Hasil Uji statistik untuk mengetahui nilai perbedaan Selisih Rerata pengetahuan, sikap, dan keterampilan Ibu-Ibu Dalam SDIDTK Anak 1- 3 tahun Sebelum Dan Setelah Pemelajaran Modul dengan menggunakan ”T- test Dependent”, menunjukkan p sebesar ,000 (p > 0.05), dengan demikian ada perbedaan signifikan, artinya Hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan sikap positif dari ibu-ibu di RW-05 Kelurahan Kujangsari

  • – Kecamatan Bandung Kidul untuk mau meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam melakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anaknya. Kata kunci: Pemberdayaan keluarga, stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang, anak umur 1-3 tahun, pembelajaran modul.

EMPOWERMENT OF FAMILY IN THE EARLY STIMULATION, DETECTION AND

  

INTERVENTION OF THE DEVELOPMENT OF 1-3 YEAR OLD CHILDREN THROUGH

MODULE LEARNING IN RW-05 KUJANGSARI SUB-DISTRICT - BANDUNG KIDUL

DISTRICT

  1

  2 Susy Hermaningsih , Iryanti

Nursing Program of Bandung Polytechnic for Health of the Ministry of Health

ABSTRACT

  

Families must recognize the traits and principles of growth and development 1-3 years, so the family

is in stimulating growth and development in accordance with the child needs 1-3 years to achieve

optimal growth and development. Through early detection, toddler developmental aberrations are

detected in time, so that the family can intervene early, the result will be much better than later

intervention. Indicator of the success of the program activities Early Stimulation, Detection And

Intervention Of The Development is coverage toddlers up to 90 % in 2010, however to date the

program has not run optimally Early Stimulation, Detection And Intervention Of The Development

due to various constraints. Type of quasi experimental study conducted with pre-test - post-test one

group design. Based on a total sample of 35 people is required. Samples were taken using simple

random sampling technique. Pre-test is done by giving questionnaires and observations related

knowledge, skills, and attitudes in an attempt Early Stimulation, Detection And Intervention Of The

Development family in children aged 1-3 years. Post test is done by giving the same questionnaire

and observation after given treatment ( learning through modules ), the measurement of knowledge,

skills. Statistical test results to determine the mean value of the Difference knowledge, attitudes, and

skills Mothers In Child 1-3 years Early Stimulation, Detection And Intervention Of The Development

Before And After Learning Module by using the "Dependent T-test", indicating p equal to 0,000 ( P>

0.05 ), thus there is a significant difference, meaning hypothesis is accepted. This shows the positive

attitude of the mothers in the RW - 05 Sub Kujangsari - District of Bandung Kidul to want to improve

the knowledge, attitudes and skills in measuring the growth and development of their children.

  

Keywords: Family empowerment, stimulation, detection, early intervention growth, children aged 1-

3 years, learning modules.

  

PEMBELAJARAN MELALUI MODUL TERHADAP PEMBERDAYAAN KELUARGA

DALAM STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI

  

DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

DI RW 05 KELURAHAN KUJANGSARI

KECAMATAN BANDUNG KIDUL

LATAR BELAKANG

  Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sjak anak masih dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai liam tahun pertama kehidupannya ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sisoal. (Kem.Kes RI, 2011). Kualitas generasi penerus tergantung kualitas tumbuh kembang anak terutama batita (0-3tahun), upaya tersebut ditujukan untuk mencapai pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian secara optimal (Colson and Dworkin, 1997). Pada 3 tahun pertama kehidupan merupakan periode kritis dan plastisitas yang tinggi dalam proses tumbuh kembang, maka sering disebut sebagai ”masa keemasan” (golden period), atau kesempatan emas untuk meningkatkan kemampuan potensi anak setinggi-tingginya dimasa datang, ”jendela kesempatan” (window

  of opportunity),

  dan ”masa kritis” (critical

  period). Masa ini berlangsung sangat pendek

  serta tidak dapat diulang lagi, sehingga setiap penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari (Kem.Kes, 2011). Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran bagian tubuh, sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurna kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Potter & Perry, 2005). Posisi anak dalam keluarga serta stimulasi yang diterima anak berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak (Djitowiyono & Kristiyanasari, 2010). Menurut WHO, sekitar 5 -10 persen dari populasi anak mengalami gangguan perkembangan, namun deteksi dini dan diagnosanya masih sering mengalami keterlambatan. (2012, http:// www.rsalislam.

  com/manfaat-buah-jeruk/ , diakses 11 Maret 2013).

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh tiga orang dokter di daerah Bandung, yang membandingkan perkembangan anak balita di daerah pedesaan dan perkotaan, menunjukkan bahwa di daerah pedesaan pola keterlambatan perkembangan secara urutan dari yang paling banyak adalah aspek vokalisasi/pengertian bicara (66%), persepsi (38%), motorik halus (35%), motorik kasar (35%) dan social (1%). Sedangkan di daerah perkotaan adalah vokalisasi/ pengertian bahasa (58%), motorik halus (38%), persepsi (36%), motorik kasar (26%) dan sosial (12%) (Pediatri, Sari, 2003). Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervnsi dini penyimpangan tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lemvaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, Pendidikan dan social) akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. (Kem.Kes, 2011). Pemantauan tumbuh kembang anak harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Pemantauan tumbuh kembang sedini mungkin dapat dilakukan oleh keluarga, oleh karena itu pengetahuan tentang SDIDTK perlu dimiliki oleh keluarga. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak, selain sebagai pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, secara psikologis juga sebagai stimulator bagi pengembangan kemampuan anak (Yusuf, 2000). Peran aktif keluarga terhadap pertumbuhan dan perkembangan sangat diperlukan terutama saat mereka masih berada pada usia 1-3 tahun (Suherman, 2000). Keluarga salah satunya adalah ibu, merupakan tokoh sentral dalam tumbuh kembang anak umur 1-3 tahun. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga sehingga ibu perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti dan terampil dalam melaksanakan pengasuhan anak sehingga dapat bersikap positif dalam membimbing tumbuh kembang anak secara baik dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Hal ini sangat mungkin dilaksanakan apabila keluarga khususnya ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang arti penting tumbuh kembang anak umur 1-3 tahun (Soendjajo, 2003). Hasil penelitian Ratna dkk di Puskesmas Seyegan pada tahun 2012 menunjukkan bahwa modul berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu balita dalam pemberian makanan sumber vitamin A (p- value = 0,000) (Ratna, Donsu, Surantono, 2012). Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang sangat penting dilakukan namun tindakan penting tersebut belum banyak dikembangkan di masyarakat. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di

  RW-05-Kelurahan Kujangsari-Kecamatan Bandung Kidul, terdapat anak umur 1-3 tahun sebanyak 60 persen dari total populasi, tetapi peneliti mendapatkan bahwa ibu-ibu yang memiliki anak umur 1-3 tahun dan rutin membawa anaknya ke posyandu belum tahu dan belum pernah mengukur berat badan, tinggi badan ataupun lingkar kepala sendiri, dan belum pernah melakukan stimulasi, deteksi, apalagi intervensi dini tumbuh kembang, ibu-ibu membiarkan tumbuh kembang anak-anaknya berjalan dengan sendirinya, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang anak-anak tersebut perlu mendapat perhatian serius. Berdasarkan hal tersebut di atas penelitian ini dirasakan sangat penting dilakukan untuk memotivasi keluarga di masyarakat, khususnya di RW-05-Kelurahan Kujangsasri- Kecamatan Bandung Kidul agar bisa melakukan SDIDTK pada anak 1-3 tahun sebagai upaya prioritas untuk mempersiapkan anak-anak menjadi anak yang cerdas, ceria, tangguh, dan berbudi luhur.

  Tujuan Penelitian 1.

  Mengidentifikasi rerata nilai pemberdayaan keluarga dalam SDIDTK anak usia 1-3 tahun di RW 05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul sebelum dilakukan pembelajaran melalui modul.

  2. Mengidentifikasi rerata pemberdayaan keluarga dalam SDIDTK anak usia 1-3 tahun di RW 05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul sesudah dilakukan pembelajaran melalui modul

  3. Mengidentifikasi pengaruh pembelajaran melalui modul terhadap pemberdayaan keluarga dalam SDIDTK anak usia 1-3 tahun di RW 05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul.

KERANGKA TEORI

  Anak yang sehat, cerdas, sukses, dan berakhlak mulia merupakan dambaan setiap orang tua. Menurut Santoso (2013) salah satu upaya untuk mendapatkan anak berkualitas adalah dengan melakukan upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan secara komprehensif melalui kegiatan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). SDIDTK merupakan tindakan skrining atau deteksi secara dini (terutama sebelum anak berumur 3 tahun) atas adanya penyimpangan serta intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang. Menurut Soetjiningsih (1998) dan Tanuwijaya (2003), pertumbuhan berkaitan dengan perubahan ukuran dan jumlah sel. Sedangkan perkembangan menurut KemKes (2011), adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Setelah lahir terutama 3 tahun pertama kehidupan, terjadi pertumbuhan serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini sangat mempengaruhi kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa ini, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari (KemKes, 2011)

  Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun, agar anak tumbuh kembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu dan ayah, yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian, dengan memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut: 1) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang, 2) Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya, 3) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak, 4) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman, 5) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak, 6) Gunakan alat permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak, 7) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan, 8) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya (Srirhy, 2012). KemKes, (2011) Perkembangan kemampuan dasar anak berkorelasi dengan pertumbuhan. Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan, oleh karena itu stimulasi yang diberikan pada anak untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan dapat diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan kelompok umurnya. Deteksi tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan pra sekolah. Lebih dini penyimpangan ditemukan maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan atau intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu atau keluarga. Menurut KemKes (2011) ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang meliputi: 1) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan untuk mengetahui status gizi kurang atau buruk dan mikro atau makrosefali 2) Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar 3) Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Notoatmodjo, 2003 dalam Wijayanti dan Purwandari (2006) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh melalui pembelajaran modul, karena pada dasarnya, pembelajaran dengan sistem modul memberikan kesempatan kepada peserta untuk belajar secara mandiri sesuai dengan percepatan belajar masing-masing, karena modul merupakan salah satu bentuk pelajaran tertulis yang bertujuan mempermudah proses belajar. (Sungkono,

  2013) Keunggulan menggunakan modul antara lain : merupakan variasi dalam belajar, meningkatkan motivasi, membantu proses belajar yang bersifat mandiri, mendorong untuk meninjau kembali apa yang telah dibahas. Modul sebagai alat atau sarana pembelajaran berisi materi, metode, batasan- batasan, sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam pembelajaran sistem modul ini, maka akan diperoleh keuntungan sebagai berikut: 1) keutuhan dan ketuntasan; 2) kesinambungan proses pembelajaran; 3) efesiensi penggunaan sumber daya pendidikan. Untuk itu perlu adanya penyusunan bahan ajar atau modul sesuai dengan kompetensi yang diharapkan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Sebagai alat atau sarana pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran mandiri, maka untuk SDIDTK pada anak dengan umur 1-3 tahun dapat dibuat modul khusus yang berisi pengertian tumbuh kembang, ciri-ciri perkembangan, fase tumbuh kembang, aspek tumbuh kembang yang dipantau, dan cara menilai perkembangan anak umur 1-3 tahun dengan menggunakan KPSP sesuai dengan Buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, tahun 2011

  KERANGKA KONSEP Variabel independen Variabel dependen Pembelajaran melalui modul Pemberdayaan keluarga dalam stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbang anak 1-3 tahun

  • –Kecamatan Bandung Kidul yang berjumlah 73 keluarga. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan consencutive sampling, yaitu dengan cara semua subjek yang memenuhi kriteria dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut, ibu: 1) Memiliki anak usia 1- 3 tahun, 2) pendidikannya non kesehatan, 3) Bisa membaca dan menulis, 4) Sehat secara fisik dan mental, 5) Hanya punya 1 anak usia 1-3 tahun.

  (kepustakaan) (Z

  Data keterampilan untuk pertumbuhan (TB + BB + LK / 3 = nilai pertumbuhan). Data perkembangan menggunakan KPSP (motorik kasar + motorik halus + bahasa + sosial / 4 = nilai perkembangan). Nilai keterampilan = Nilai Pertumbuhan + Nilai Perkembangan : 2, dengan nilai maksimal 100 semua dilakukan dengan benar. Analisis data dibuat untuk mengetahui rerata pemberdayaan keluarga yang diambil dari hasil rerata pengetahuan, sikap dan keterampilan sebelum dan sesudah pemelajaran modul dengan menggunakan nilai mean jika kurva normal. Untuk mengetahui peningkatan pemberdayaan keluarga dalam SDIDTK pada anak umur 1-3 tahun melalui pembelajaran modul digunakan uji statistik T

  Data pengetahuan berjumlah 30 soal, untuk jawaban yang benar skore 1, jawaban yang salah skore 0, dijumlah : 3 x 100, dengan maksimal nilai 100 bila betul semua. Data sikap berjumlah 30 pernyataan, menggunakan skala likert dengan total skore 150 : 150 x 100, dengan nilai maksimal 100 bila responden menyatakan sangat setuju untuk semua pernyataan. Data keterampilan diambil dari hasil penglihatan peneliti dan ibu-ibu kader BKB. Skore dihitung dari jumlah “ya” dibagi total item setiap keterampilan dikali 100 %.

  Analisa Data

  = 34,11 (dibulatkan 35 orang)

  1 - X 2 = 2

  n = X

  2

  (1,64 + 1,28)4

  2

  )S

  β

  α

  1 - X 2 ) = 2, simpang baku (S) = 4

  = 1,28, selisih minimal yang dianggap bermakna (X

  β

  = 1,64, kesalahan tipe II ditetapkan 10 persen, maka Z

  α

  Besar sampel penelitian menggunakan kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5 persen, hipotesis satu arah, sehingga Z

  3. Perhitungan Besar Sampel :

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak umur 1-3 tahun, di RW-05 Kelurahan Kujangsari

  2. Populasi dan sampel

  memberikan angket dan observasi terkait SDIDTK. Post test dilakukan dengan memberikan angket dan observasi yang sama setelah diberikan modul dalam waktu 4 minggu.

  Experimental dengan pre test - post test one group design . Pre test dilakukan dengan cara

  Penelitian ini adalah penelitian Quasy

  METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain

  • Z

  test dependent .

HASIL PENELITIAN 1.

  Data Univariat 1)

  Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Sebelum Diberikan Modul

  Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Sebelum Diberikan Modul ini merupakan gabungan dari rerata pengetahuan, sikap, dan ketrampilan ibu-ibu.

  • –3 tahun dalam penelitian ini, adalah kemampuan ibu dalam melakukan SDIDTK, yaitu (1) pengukuran pertumbuhan anak meliputi cara mengukur BB, mengukur TB, dan mengukur lingkar kepala, (2) cara mengukur kemampuan perkembangan anak meliputi kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Ibu harus melakukan pengukuran tersebut di rumah pada minggu-I dan minggu-IV penelitian. Tugas peneliti memperhatikan dan mengisi lembar checklist yang sudah disiapkan dengan skore-1 bila dilakukan, dan 0 bila tidak dilakukan. Skore maksimal 100 bila tindakannya dilakukan semua. Hasil pengukuran pemberdayaan keluarga sebelum diberikan modul dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini :

  Rerata pengetahuan ibu-ibu dalam SDIDTK anak 1-3 tahun dalam penelitian ini adalah pemahaman ibu-ibu tentang SDIDTK, mulai dari pengertian pertumbuhan dan perkembangan anak, ciri-ciri perkembangan, fase tumbuh kembang, aspek tumbuh kembang yang dipantau, dan cara menilai perkembangan anak umur 1-3 tahun. Pengetahuan ibu-ibu tentang SDIDTK ini diukur dengan cara test tertulis. Ibu-ibu harus menjawab lembar soal dengan pertanyaan benar/salah dengan skore maksimal 100 bila menjawab betul semua. Rerata Sikap ibu terhadap SDIDTK anak 1-3 tahun dalam penelitian ini yaitu, reaksi atau respon yang ditunjukan ibu-ibu terhadap pentingnya SDIDTK pada anak umur 1-3 tahun, dalam hal deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan. Ibu harus menjawab pernyataan yang ada dalam kuesioner skala sikap yang telah dibuat dengan jawaban mulai sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju dengan skoring 5 = sangat setuju, 4 = setuju, 3 = ragu-ragu, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Skore maksimal dari sikap yaitu 150 bila ibu-ibu menyatakan sangat setuju semua. Rerata Keterampilan ibu-ibu Dalam SDIDTK Anak 1

  Tabel-4.1 Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam

  SDIDTK Anak 1 –3 Tahun Sebelum Diberikan Modul Di RW-05,

  Kel.Kujangsari-Kec. Bandung Kidul N : 35

  Dengan melihat tabel di atas rata-rata nilai pemberdayaan keluarga 60,78 Dengan nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 66. Hal ini bisa diasumsikan bahwa keluarga khususnya ibu- ibu yang mempunyai anak umur 1-3 tahun di RW-05, Kelurahan Kujangsari-Kecamatan Bandung Kidul belum memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan dalam melakukan SDIDTK.

  Penguku ran Mean Maksi mum Mini mum Ra nge SD Pre-test 60,78

  66

  53 13 2,656

  2. Data Bivariat Pengaruh Pembelajaran Modul Terhadap Pemberdayaan Kelurga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Sebelum Dan Setelah Pembelajaran Modul Pengaruh Pembelajaran Modul Terhadap Pemberdayaan Kelurga dalam penelitian ini merupakan Perbedaan Selisih Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Sebelum Dengan Setelah Pembelajaran Modul. Hasil pengukuran dapat dilihat dalam tabel-4.3

  • –3 Tahun Setelah Diberikan Modul N = 35

  Pengukuran Mean SD SE P Value N Pre-test 60,78 2,656 ,449 ,000

  Pemberdayaan Keluarga dalam SDIDTK ini adalah kemampuan atau kesanggupan ibu-ibu dalam memberikan latihan atau

  

4.1

PEMBAHASAN

  ”T-test Dependent”, menunjukkan p sebesar ,000 (p > 0.05). dengan demikian ada perbedaan signifikan sebelum dan setelah pemelajaran modul, artinya Hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan adanya kemauan dari ibu-ibu di RW-05 Kelurahan Kujangsari

  N=35 Dari tabel diatas terlihat hasil Uji statistik untuk mengetahui nilai perbedaan rerata pemberdayaan keluarga dalam SDIDTK anak 1-3 tahun sebelum dan setelah pemelajaran modul dengan menggunakan

  SDIDTK Anak 1-3 Tahun Di RW-05 Kel.Kujangsari-Kec.Bandung Kidul

  Tabel-4.3 Selisih Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam

  Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata nilai pemberdayaan keluarga di RW-05, Kelurahan Kujangsari-Kecamatan Bandung Kidul yaitu : 65,01. Hal ini berarti adanya kenaikan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu-ibu dalam SDIDTK. Dengan nilai terendah 69 dan nilai tertinggi 60. Meskipun kenaikannya hanya mencapai 7%, dari hasil ini bisa diasumsikan bahwa keluarga khususnya ibu- ibu yang mempunyai anak umur 1-3 tahun punya keingintahuan yang tinggi dan mau membaca modulnya, berarti ibu-ibunya masih memiliki kemauan untuk melakukan SDIDTK.

  60 9 2,185

  69

  Penguku ran Mean Maksi mum Mini mum Ra nge SD Post-test 65,01

  SDIDTK Anak 1

  Tabel-4.2 Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam

  Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam SDIDTK Anak 1-3 Tahun Setelah Diberikan Modul ini cara pengolahan sama dengan sebelum diberikan modul, yaitu merupakan gabungan rerata pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu-ibu dalam SDIDTK setelah diberikan modul dengan menggunakan kuesioner yang sama saat pre-test. Hasil pengukuran dapat dilihat dalam tabel-4.2

  SDIDTK Anak 1-3 Tahun Setelah Diberikan Modul

  2) Rerata Pemberdayaan Keluarga Dalam

  65,01 35 Post-test 2,185 ,369 Selisih rerata 4,23 ,877 ,148

  • – Kecamatan Bandung Kidul untuk mau belajar memahami tentang SDIDTK.
rangsangan pada anak 1-3 tahun untuk mendapatkan kepandaian dalam motorik kasar, motorik halus, bahasa dan bicara, sosialisasi dan kemandirian sesuai dengan tahap umurnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu-ibu yang mau menjadi responden pada penelitian ini adalah 35 orang. Angka ini sesuai dengan batas minimal sampel penelitian yang ditetapkan yaitu 35 orang. Karakteristik ibu dalam penelitian ini umur ibu berada pada rentang 31-40 tahun, yaitu ibu 19 orang (54,29 %). Pada level pendidikan sebagian besar lulusan S1, yaitu 17 orang (48,57 %). Untuk pekerjaan ibu-ibu lebih memlih tidak bekerja, yaitu 27 orang (77 %). Ibu-ibu di RW-05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul belum pernah ada yang melakukan SDIDTK terhadap anak- anaknya, pedoman yang biasa dipakai ibu-ibu saat penimbangan di posyandu yaitu buku KIA bagi yang punya atau KMS. Buku Panduan SDIDTK (modul) yang dibuat dalam penelitian ini adalah tentang 1) cara menilai pertumbuhan anak, yaitu cara mengukur berat badan, cara mengukur tinggi badan, dan cara mengukur lingkar kepala. 2) cara mengetahui status pertumbuhan dengan melihat BB terhadap tinggi badan, 3) cara menilai perkembangan anak yang dinilai dari empat aspek, yaitu melihat kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, dan kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada anak umur 1-3 tahun sesuai dengan Pedoman SDIDTK yang dikeluarkan oleh Departeman Kesehatan, 2011. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan panduan SDIDTK berdampak secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu-ibu terhadap SDIDTK anak 1-3 tahun. Hal ini didukung oleh data status pertumbuhan yang menghasilkan dari 35 anak ada 21 anak (60%) yang normal dan 14 orang (40%) kurus, sedangkan untuk lingkar kepala 35 anak (100%) lingkar kepalanya pada garis hijau yang berarti semua anak mempunyai lingkar kapala normal. Hasil penilaian perkembangan anak dengan KPSP menunjukan bahwa dari 35 anak ada 11 orang (31,43%) perkembangannya sesuai dengan umurnya, sedangkan 24 anak (68,57%) hasil KPSP meragukan. Hasil yang meragukan didapat rata-rata dari motorik kasar, yaitu belum bisa naik tangga karena dilarang oleh ibunya dan belum punya sepeda roda tiga. Untuk motorik halus anak belum bisa mempertemukan 2 kubus atau menyusun kubus karena mereka belum dikenalkan dengan kubus-kubus, belum bisa mengambil kismis/biskuit/kacang, ada juga yang belum bisa membuat garis lurus. Dalam bicara dan bahasa beberapa anak belum dapat menyebut gambar-gambar. Beberapa anak ada yang belum bisa makan sendiri dengan rapih. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan

pemberdayaan keluarga sebelum dilatih dengan setelah dilatih dalam melakukan SDIDTK pada anak umur 1-3 tahun di RW-05, Kelurahan Kujangsari

  • – Kecamatan Bandung Kidul ini. Dengan selisih rerata yang cukup besar, yaitu 4,23 menunjukan bahwa umur dan pendidikan khususnya ibu sangat mempengaruhi pada kemauan ibu-ibu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Penelitian ini mendukung pernyataan Yusuf, 2000 bahwa keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak, selain sebagai pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, secara psikologis juga sebagai stimulator bagi pengembangan kemampuan anak. Penelitian ini juga mendukung pada pernyataan Suherman,2000 bahwa Peran aktif orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan sangat diperlukan terutama saat mereka masih berada pada usia 1-3 tahun dan pernyataan Soendjajo, 2003 bahwa Orang tua salah satunya adalah ibu, merupakan tokoh sentral dalam pertumbuhan dan tahap perkembangan toddler. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga sehingga ibu perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti dan terampil dalam melaksanakan pengasuhan anak sehingga dapat bersikap positif dalam membimbing tumbuh kembang anak secara baik dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak 1-3 tahun. Hal ini sangat mungkin dilaksanakan apabila orang tua khususnya ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang arti penting tumbuh kembang anak umur 1-3 tahun. hal ini dapat dibuktikan dari hasil test perkembangan dengan KPSP pada anak 1-3 tahun yang tidak dapat atau belum dapat naik tangga disebabkan ada pelarangan dari ibunya, pada anak-anak yang tidak dapat atau belum dapat menumpukan 2 kubus disebabkan ibunya tidak memfasilitasi keberadaan kubus tersebut. Hasil penelitian ini juga merujuk pada pernyataan Notoatmodjo, 2003 dalam Wijayanti dan Purwandari (2006), dikutip oleh Sungkono, 2013 yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh melalui pembelajaran modul, karena pada dasarnya, pembelajaran melalui modul adalah belajar secara individual atau mandiri. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil rerata pemberdayaan keluarga sebelum mereka dilatih penggunaan modul SDIDTK dengan setelah dilatih keinginan mereka sangat tinggi untuk mengetahui sejauhmana pertumbuhan dan perkembangan anak- anaknya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang akan lebih mudah untuk mempelajari sesuatu apabila belajar didasari pada apa yang telah diketahui sebelumnya karena pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi kelancaran proses belajar

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1.

  Rerata pemberdayaan keluarga dalam upaya SDIDTK anak usia 1-3 tahun di RW

  05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul, sebelum pembelajaran melalui modul rerata pemberdayaannya yaitu, 60,78.

  2. penelitian Kedokteran dan Kesehatan

  Rerata nilai pemberdayaan keluarga dalam edisi 3.Jakarta: Salemba Medika. upaya SDIDTK anak usia 1-3 tahun di RW

  Departemen Kesehatan. 2011. Pedoman

  05 Kelurahan Kujangsari Kecamatan

  Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan

  Bandung Kidul, sesudah pembelajaran

  Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan dasar.

  melalui modul rerata pemberdayaannya Jakarta: Departemen Kesehatan RI yaitu, 65,01.

  Depdiknas, 2003, Belajar Mengajar 3. Secara statistik pembelajaran melalui

  Sistem Modul , diakses 16 Juli 2007,

  modul dapat meningkatkan pemberdayaan Website URL keluarga dalam upaya Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Djitowiyono,S & Kristiyanasari,W. 2010.

  (SDIDTK) anak usia 1-3 tahun di RW 05

  Asuhan Keperawatan Neonatus dan

  Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung

  Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

  Kidul, dengan p-value < 0,05, yaitu ,000 Notoatmodjo, S., 2006, Ilmu Kesehatan , Rineka Cipta, Jakarta.

  Masyarakat SARAN

  Potter,P.A & Perry,A.G. 2005. Buku Ajar 1. Dilakukan kajian dan pengembangan yang

  Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4 volume 1.

  lebih komprehensif dalam tataran Jakarta: Buku Kedokteran EGC. pendidikan keperawatan khususnya di Ratna. W, Donsu J, Surantono. 2012. jurusan keperawatan bandung, tentang

  Pengaruh Modul Terhadap Peningkatan

  urgensi panduan SDIDTK untuk

  Pengetahuan dan Keterampilan Ibu Balita dalam Pemberian Makanan

  mendukung program integrasi SDIDTK di

  Sumber Vitamin A di Puskesmas provinsi Jawa barat. Seyegan. Jurnal Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Vol 5 No.1

  2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan model Srirhy. 2012. pelayanan kepada masyarakat, agar keluarga termotivasi untuk melakukan duh tanggal 22 September 2014. SDIDTK pada anak umur 1-3 tahun Santoso. 2013.

DAFTAR PUSTAKA

   unduh tanggal 22 September 2014 Colson,E.R and Dworkin P.H. 1997.

  Toddler Development. Pediatrics in Review. Vol.18. No. 8.

  Dahlan M.S.2010.Besar Sampel dan

  Cara Pengambilan Sampel dalam

  Soendjajo,R.P.2003.Menstimulasi Anak. Jakarta:EGC Suherman.2000. Perkembangan

  Anak. Jakarta:EGC

  Sulistyawati Ari, 2014. Deteksi Dini

  Tumbuh Kembang Anak, Jakarta,

  Salemba Medika Sungkono. 2013. Pengembangan dan

  Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses Pembelajaran. Diunduh tanggal

  29 Agustus 2013.

  Wijayanti R dan Purwandari H. 2006.

  Dampak Penggunaan Modul Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan KeluargaDalam Menstimulasi Tumbuh Kembang bayi.Jurnal Keperawatan Sudirman (The Soedirman Journal of Nursing).

  Vol

  1.No.2, Nopember, 2006 Yusuf,S. 2000. Psikologi Perkembangan

  Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja

  Rosdakarya

Dokumen yang terkait

View of FAKTOR RISIKO IBU PADA IBU BERSALIN DENGAN SECTIO CAESAREA DI RSUD CIANJUR TAHUN 2014

0 1 8

View of HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PELAKSANAANNYA DI POSYANDU BUNGA TANJUNG KELUHARAN TANJUNGSARI PURWAKARTA TAHUN 2015

0 0 10

View of PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KESEHATAN MENTAL TENAGA KESEHATAN INDONESIA DI JEPANG

0 0 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP UNMET NEED PADA WANITA USIA SUBUR DENGAN HIV POSITIF Sophia Prodi Kebidanan (D 3), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi email: sophia.maryanayahoo.com ABSTRAK - View of HUBUNGAN PENGETA

0 0 12

PENGARUH PEMBERIAN JUS JAMBU BIJI MERAH TERHADAP KADAR Hb PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DEFISEINSI BESI DI STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI Suharjiman¹, Iden Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Program Studi Ilmu Keperawatan (S.1

1 1 10

View of PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP STRES PADA LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY BANDUNG

0 5 17

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN OLAH RAGA DENGAN BERAT BADAN LEBIH PADA MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT STIKES ACHMAD YANI CIMAHI Agus Riyanto

0 0 18

Email: primanandafauziahanalis-ayani.ac.id ABSTRAK - View of ANALISIS DAN KARAKTERISTIK PROMOTER GEN ZIF23 UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENAPISAN ANTITUBERKULAR BARU

0 0 7

View of HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEBIASAAN BERMAIN GAME PADA REMAJA DI SMPN 3 CIMAHI

0 0 12

View of QUALITY OF LIVE MODERATE HEAD INJURY OF THE MIDLE POST OF NURSING IN INJURY MEDICAL SURGICAL NERVOUS SYSTEM Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG HOSPITAL

0 0 16