BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Supervisi Klinis Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Mengelola Pembelajaran di SD Kanisius Temanggung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Supervisi Klinis

  (Purwanto, 2004:76)menjelaskan bahwa supervisi adalah bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personil sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, serta bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya.

  Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A.Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki olehnya.

  Senada dengan hal tersebut John J Bolla menyatakan supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajaran guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran(John Bolla dalam Mukhtar dan Iskandar, 2009:60).

  Purwanto juga menjelaskan Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai berikut:

  

Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan

pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus

yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan,

dan analisis intelektual yang intensif terhadap

penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan

untuk mengadakan modifikasi yang rasional.

  Cogan dalam Wiles dan Lovell (1993:68) yang dikutip oleh Wahyudi (2009:17) mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah sbb:

  

Supervisi klinis dirancang untuk meningkatkan

performance guru kelas. Dimana diperlukan data dari

Kepala Sekolah mengenai kejadian di kelas. Analisis

dari peristiwa di kelas dan hubungan antara guru dan

supervisor merupakan program, prosedur, dan

strategi yang dirancang untuk meningkatkan

pembelajaran siswa dengan cara meningkatkan perilaku guru kelas.

  (Clinical Supervision may there fore by

  

define as the rational and practice designed to improve

the teachers classroom performance. Its takes its

principal data from the events of the classroom. The

analysis of these data and the relation ships between

teacher and supervision from the basis of the program,

procedures, and strategies designed to the improve the

student learning by improving teachers classroom

behavior)

  Menurut Richard Weller dalam (Jerry H.Makawimbang, 2013:26) menyatakan bahwa supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui sarana siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis yang intelektual dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, di dalam mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.

  Sahertian (2008:37) menyatakan bahwa supervisi klinis merupakan pembelajaran aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati, serta dikembangkan lebih menghendaki cara kesejawatan daripada cara otoriter.

  Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.

  Permendiknas Nomor 13 tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah, menegaskan 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadian, kewirausahaan, manajerial, supervisi dan sosial. Salah satu kompetensi kepala sekolah yang sangat penting yang berkaitan dengan mutu pembelajaran adalah supervisi klinis.

  Tiga hal yang penting dalam supervisi klinis adalah: 1.

  Tahap pertemuan awal, yaitu dilakukan sebelum melaksanakan observasi kelas yang disebut juga sebagai pra observasi klinis merupakan kesepakatan kontrak kerja antara supervisor dan guru.

  2. Tahap observasi mengajar, adalah tahap observasi pengajaran secara sistematis dan obyektif. Observasi ditujukan pada guru dalam bertindak dan kegiatan-kegiatan kelas sebagai hasil tindakan guru. Waktu dan tempat observasi mengajar sesuai dengan kesepakatan bersama antara supervisor dan guru pada waktu pertemuan awal.

  3. Tahap pertemuan balikan, adalah tahap setelah melaksanakan observasi pengajaran, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil observasi. Tujuan utama pertemuan balikan adalah menindak lanjuti apa saja yang dilihat oleh supervisor, sebagai observer, terhdap proses belajar mengajar.

2.1.1 Ciri-ciri supervisi klinis 1.

  Pembimbingan yang diberikan oleh supervisor kepada guru/calon guru besifat bantuan, bukan perintah atau instruksi.

  2. Jenis ketrampilan yang akan disupervisi oleh supevisor diusulksn oleh guru, dengan terlebih dahulu diadakan kesepakatan.

  3. Pelaksanaan dilakukan secara terisolasi agar mudah dikontrol dan diobservasi.

  4. Instrumen disepakati bersama antara supervisor dan guru.

  5. Umpan balik kegiatan mengajar guru diberikan dengan segera dan obyektif.

  6. Sungguhpun supervisor telah menganalisa dan menginterprestasikan data yang direkam oleh instrumen observasi, tapi guru terlebih dahulu dimnta menganalisis penampilannya.

  7. Supervisor lebih banyak mendengarkan dan bertanya daripada memerintahkan/ mengarahkan.

  2.1.2 Prinsip-prinsip Supervisi Klinis

  Acheson dan Gall dalam (Makawimbang, 2013:32) mengemukakan 3 prinsip dalam supervisi klinis, yaitu: (a) Terpusat pada guru, (b) Hubungan guru dengan supervisor lebih interaktif, (c) Demokratik ketimbang otoritatif.

  a)

Prinsip terpusat pada guru ini menekankan pada

prakarsa dan tanggungjawab dalam meningkatkan /

mengembangkan ketrampilan mengajar dan

menganalisis serta mencari cara-cara meningkatkan

ketrampilan mengajar disesuaikan dengan

kebutuhan guru yang bersangkutan.

  b)

Prinsip ini menekankan antara supervisor dan guru

pada hakekatnya sederajat dan saling membantu

dalam meningkatkan kemampuan dan sikap

profesionalnya.

  c) Prinsip ini menekankan kedua belah pihak harus

  

bersifat terbuka, artinya masing-masing pihak,

supervisor dan guru berhak mengemukakan

pendapat secara bebas, namun kedua pihak

berkewajiban mengkaji dan mempertimbangkan

pendapat pihak lain untuk mencapai kesepakatan.

  2.1.3 Tujuan Supervisi Klinis

  Dalam Sahertian (2008:37) menyatakan bahwa tujuan supervisi klinis adalah membantu memodifikas pola-pola pengajaran yang tidak atau kurang efektif untuk meningkatkan pengajaran guru di kelas. Tujuan ini dirinci lagi kedalam tujuan yang lebih spesifik, sebagai berikut: a)

Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap

guru, mengenai pengajaran yang dilaksanakannya.

  b) dan membantu memecahakan Mendiagnosis masalah-masalah pemgajaran.

  c)

Membantu guru mengembangkan ketrampilannya

menggunakan strategi pengajaran.

  d)

Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi

jabatan dan keputusan lainnya.

  e)

Membantu guru mengembangkan satu sikap positif

terhadap pengembangan profesional yang

berkesinambungan.

2.1.4 Fungsi Kepala Sekolah

  Fungsi kepala sekolah mempunyai wewenang guna mengelola sumber daya yang ada dan bertanggungjawab dalam meningkatkan proses dan hasil pendidikan di sekolah. (Thoha, 2006:9) menyatakan bahwa manajemen merupakan jenis pemikiran yang klinis dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang dibatasi oleh tatakrama birokrasi dapat berperan sebagai manufer, sehingga fungsi-fungsi seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian merupakan fungsi pokok yang tidak terpisahkan dalam setiap pembahasan mengenai manajemen. Dengan kuasa dan wewenang tersebut, seorang kepala sekolah berfungsi sebagai: (1)Edukasi,(2) Manager, (3) Administrator, (4)Supervisi, (5)Leader, (6)Inovator, (7) Motivator di sekolah yang dipimpinnya.

  1. Sebagai edukasi adalah kemampuan kepala

sekolah dalam membimbing guru, membimbing

karyawan, membimbing siswa, membimbing staf,

mengikuti perkembangan IPTEK, memberi contoh

mengajar yang baik.

  2. Sebagai manager adalah kemampuan menyusun

program, menyusun organisasi / personalia,

menggerakan staf, guru dan karyawan,

mengoptimalkan sumber daya sekolah. 3. administrator adalah kemampuan Sebagai

mengelola administrasi KBM dan BK, mengelola

administrasi kesiswaan, mengelola administrasi

ketenagaan, mengelola administrasi keuangan,

mengelola administrasi sarana / prasarana,

mengelola administrasi persuratan.

  4. Sebagai supervisor adalah kemampuan menyusun

program supervisi, melaksanakan program

supervisor, menggunakan hasil supervisi.

  5. Sebagai leader / pemimpin adalah memiliki

kepribadian yang kuat, memahami kondisi anak

buah dengan baik, memiliki visi dan memahami

misi sekolah, memiliki kemampuan mengambil

keputusan, memiliki kemampuan berkomunikasi.

  6. Sebagai inovator adalah kemampuan mencari/

menentukan gagasan baru untuk pembaharuan

sekolah, kemampuan melakukan pembaharuan di

sekolah.

  7. Sebagai motivator adalah kemampuan mengatur

lingkungan kerja (fisik), mengatur suasana kerja

(non fisik), kemampuan menerapkan prinsip

penghargaan dan hukuman.

2.1.5 Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

  Konsep kepala sekolah sebagai supervisor menunjukkan adanya perbaikan pengajaran pada sekolah yang dipimpinnya, perbaikan ini tampak setelah dilakukan sentuhan supervisor berupa bantuan mengatasi guru dalam mengajar. Menurut Faturrahman dan Suryana (2011:30) menyatakan ”Kepala sekolah memahami program dan strategi pengajaran. Sehingga mampu memberi bantuan kepada guru yang mengalami kesulitan menyusun program dan strategi pengajarannya.

  ” Hasil penelitian Lipham (1981) berkaitan dengan kinerja kepala sekolah menyatakan: When the value of individuals within the school are reasonably uniform, the values are translated into meaningfull organizational goals, and there is a commitment to achieveing the goals, the succesfull school result. (Jika nilai individu - indvidu yang ada di sekolah adalah seragam, dan nilai tersebut dimanifestasikan pada tujuan

  • – tujuan sekolah yang bermakna, dan terdapat suatu tanggung jawab dalam mencapai tujuan tersebut yang memberi dampak terhadap keberhasilan sekolah).

  Kepala sekolah dalam kedudukannya sebagai supervisor berkewajiban membina para guru agar menjadi pendidik dan pengajar yang baik. Bagi guru yang sudah baik agar dapat mempertahankan kuali- tasnya, dan bagi guru yang belum baik dapat dikembangkan menjadi lebih baik. Hal-hal yang perlu dikembangkan oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah (Pidarta, 2009):

  

(1) kepribadian guru; (2) peningkatan profesi se-cara

kontinu; (3) proses pembelajaran; (4) pengua-saan

materi pelajaran; (5) keragaman kemampuan guru;

(6) keragaman daerah; (7) kemampuan guru dalam

bekerja sama dengan masyarakat.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah yang memiliki kemampuan yang cukup dapat mengatasi prosedur pengembangan kurikulum yang merespon perubahan

  • – perubahan yang terjadi. Perubahan itu harus direspon dalam tujuan pembelajaran dan tujuan sekolah, isi materi pembelajaran, metode dan pendekatan dalam pengajaran, evaluasi program pengajaran dan kegiatan kinerja yang berkaitan dengan layanan belajar untuk mengatasi semua permasalahan.

2.1.6 Ketrampilan Teknikal Kepala Sekolah

  Dalam memberikan pembinaan kepada guru, kepala sekolah haus memiliki kemampuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawab. Jika tidak maka akan mengurangi kredibilitas Kepala Sekolah di mata para guru. Itulah sebabnya Soebagio (2005:203) mengemukakan bahwa kepala sekolah sudah seharusnya memiliki ketrampilan teknikal yaitu pengetahuan dan kemahiran dalam kegiatan yang menyangkut metode, proses, dan prosedur guna mengajarkan kepada bawahan. Ketrampilan tersebut merupakan ketrampilan khusus, sehingga kepala sekolah dituntut mampu menggunakan alat

  • – alat prosedur dan teknik yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Ketrampilan teknikal diperlukan agar ia mampu mengawasi dan menilai pekerjaan sesuai dengan keahlian yang digelutinya. Contohnya pemimpin pendidikan perlu menguasai cara-cara menyusun renstra, membuat silabus, memahami PBM, menguasai tehnik penilaian, dan sebagainya.

2.2 Kinerja Guru

2.2.1 Kinerja Guru Kinerja guru berasal dari kata kinerja dan guru.

  Kinerja dalam sehari- hari sering diartikan “ Sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Kinerja dapat dipergunakan untuk menunjukkan kemampuan sesuatu organisasi atau manajemen yang berkaitan dengan hasil atau prestasi yang dihasilkan” (Sukari 1999:49).

  Menurut Mangkunegara (2006:67) “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

  Kinerja guru akan baik jika guru memiliki kompetensi dasar yakni:(1)Menguasai landasan kependidikan, (2) Menguasai bahan pelajaran, (3)Menyusun program pengajaran, (4)Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar, (5)Kemampuan mengelola kelas, (6)Kemampuan interaksi belajar mengajar, (7)Menilai hasil belajar siswa, (8)Kemampuan mengenal dan menterjemahkan kurikulum, (9)Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, (10)Memahami prinsip- prinsip dan hasil pengajaran.

  Kesimpulannya bahwa kinerja sumber daya manusia adalah prestasi kerja atau hasil kerja (out put) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.3 Kompetensi Guru

  Gordon dalam Mulyasa (2007:38-39) menjelaskan aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut : a.

  

Pengetahuan (knowledge): yaitu kesadaran dalam

bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui

cara melakukanidentifikasi kebutuhan belajar, dan

bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta

didik sesuai dengan kebutuhannya.

  b. (understanding): yaitu kedalaman Pemahaman

kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu.

Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan

pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik

tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar

  

dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan

efisien.

  c.

  

Kemampuan (skill): adalah sesuatu yang dimiliki oleh

individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang

dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru

dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana

untukmemberikan kemudahan belajar pada peserta

didik.

  d.

  

Nilai(value): adalah suatu standar yang telah diyakini

dan secara psikhologis telah menyatu dalam diri

seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam

pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis,

dan lain-lainnya).

  e.

  

Sikap(attitude): yaitu (senang tidak senang, suka tidak

suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang

datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis

ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji, dan

sebagainya.

  Dari beberapa kompetensi guru di atas, dapat disimpulkan bahwa guru harus mempunyai kompetensi berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat untuk mendidik anak dengan sebaik- baiknya, hal ini agar peserta didik dapat menyerap ilmu atau informasi dengan baik.

  Wina Sanjaya (2006:18) mengkategorikan ke dalam tiga kompetensi yaitu: kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial kemasyarakatan. Kompetensi pribadi adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

2.3.1 Peran dan tugas guru

  Peranan guru adalah untuk menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta hubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya, Wrightman(1977:23).

  Moh Uzer Usman(1988:8) menggambarkan secara singkat tugas seorang guru. Peran guru dalam proses belajar mengajar, yang dikemukakan oleh Adams & Decey, yang dikutip oleh Muh.Uzer (1999:9) sebagai berikut :

  a) Guru sebagai demonstrator.

  

Guru hendaknya senantiasa mengembangkan dalam

arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ini ilmu

yang dimilikinya, karena sangat menentukan hasil

belajar yang dicapai siswa.

  b) Guru sebagai pengelola kelas.

  

Hendaknya guru mampu mengelola kelas sebagai

lingkungan belajar serta merupakan aspek dari

lingkungan sekolah yang perlu diorganisir.

Lingkungan eksternal dan internal ini perlu diatur

dan diawasi agar kegiatan belajar terarah pada tujuan

  • – tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar

    lingkungan itu turutmenentukan sejauh mana

    lingkungan tersebut menjadi lingkungan beljar yang

    baik, dengan ciri bersifat menantang dan merangsang

    siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan

    kepuasan dalam mencapai tujuan.

  c) Guru sebagai mediator dan fasilitator.

  

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan sebagai alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, mampu memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik. Guru sebagai fasilitator, hendaknya mampu mengusahakan sumber

  • – sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar.

  d) Guru sebagai evaluator.

  Tujuan dari penilaian itu adalah untuk mengetahui penguasan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan dan keefektifan metode pengajaran untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Informasi dari hasil evaluasi merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar, yang akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar selanjutnya sehingga memperoleh hasil pendidikan yang optimal.

  e) Peran guru sebagai pengadministrasian.

  Seorang guru harus berperan sebagai :

  a) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan

  • – kegiatan pendidikan. Dalam hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan
  • – kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya.

  b) Wakil masyarakat, yang berarti dalam sekolah guru sebagai anggota suatu masyarakat, guru harus mencerminkan suasana dan kemampuan masyarakat dalam arti yang baik.

  c) Orang yang ahli dalam mata pelajaran, guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.

  d) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.

  e) Pelaksana administrasi pendidikan. Disamping sebagai pengajar, gurupun bertanggung jawab akan jalannya pendidikan dan harus dapat

melaksanakan kegiatan administrasi.

  f) Pemimpin generasi muda dalam mempersiapkan diri untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.

  g) Penerjemah kepada masyarakat. Artinya, guru berperan untuk menyampaikan segala e) Pencari keamanan, guru menjadi tempat berlindung bagi siswa

  perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah pendidikan.

  f)

Peran guru sebagai pribadi (self oriented), seorang

guru harus berperan sebagai berikut :

  a) Petugas sosial, yaitu seseorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat.

  b) Pelajar dan ilmuan, yang senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

  c) Orang tua, dengan mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Karena sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua sesudah keluarga.

  d) Pencari teladan, guru menjadi ukuran bagi norma

– norma tingkah laku.

  • – siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.

  7. Peran guru secara psikologis, yaitu dapat dipandang sebagai berikut :

a) Ahli psikologi pendidikan.

  Guru harus melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip

  • – prinsip psikologi.

  b) Seniman dalam hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu dengan menggunakan tehnik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.

  c) Pembentukan kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.

  d) Catalyic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan, sering pula peranan ini sebagai inovator (pembaru).

  e) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggungjawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.

  Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari beberapa peran guru tersebut, apabila dijalankan dengan penuh tanggungjawab dan komitmen, maka akan dapat memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

  Mulyasa (2007:54) mengatakan bahwa tugas guru yang paling utama adalah “to facilitate of learning“

  (memberi kemudahan belajar), bukan hanya menceramahi, atau mengajar, apalagi menghajar peserta didik. Uzer (1995:6-7) membagi tugas guru ke dalam tiga tugas: (a) profesi, meliputi : mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai

  • – nilai hidup, mengajar yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi, melatih yaitu mengembangkan ketrampilan dan penerapannya. (b) kemanusiaan, meliputi, sebagai orang tua bagi siswanya, menarik simpati dan perhatian siswa dari semua lapisan masyarakat, memotivasi siswa dan mentransformasikan diri kepada siswa, (c) kemasyarakatan, meliputi: mendidik dan mengajar untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila, mencerdaskan bangsa indonesia.

  Bila kita cermati tugas

  • – tugas di atas, guru selain memberi kemudahan belajar, juga memberi arti yang begitu besar bagi dirinya sendiri, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Tanggung jawab guru dapat dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus yaitu :

  a) Tanggung jawab moral : bahwa setiap guru harus mampu menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam pergaulan hidup sehari

  • – hari.

  b) Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah : guru harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu mengembangkan kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar.

  c) jawab dalam bidang Tanggung kemasyarakatan : guru harus ikut serta mensukseskan pembangunan, yang harus kompeten dalam membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat.

  d) Tanggung jawab dalam bidang keilmuan : guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang menjad spesifikasinya, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.

  Dengan memperhatikan peran, tugas, dan tanggung jawab guru yang begitu komplek, apabila dapat dilaksanakan dengan baik, maka prises belajar mengajar akan tercapai sesuai dengan tujuan pendiidkan yang diharapkan.

2.4 Penelitian yang relevan

  1) Implementasi Pendekatan Klinis Dalam

  Supervisi Pendidikan, Dan Tindak Lanjut Yang Seharusnya Dilakukan oleh Anantyas Kusuma Dewi dkk (2012) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi klinis akan terjadi hubungan kolegial antara pengawas dan guru terjalin dengan baik. Tanpa prasyarat tersebut guru akan segan untuk meminta pengawas untuk melakukan supervisi klinis terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran. 2)

  Pelaksanaan Supervisi Klinis Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Sambas oleh Liling Chui Mi (2013) Hasil penelitian menunjukkan Kinerja Guru SMA Negeri 2 Sambas meningkat dengan semua guru memiliki RPP, ada yang buatan sendiri, mengadopsi dari kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). 3) Supervisi Klinis dan

  Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Untuk Peningkatan Kinerja Guru (Studi Empiris di SMPN 33 Kota Semarang) (2012) menyimpulkan bahwa supervisi berpengaruh positif terhadap variabel kinerja guru, temuan ini dapat diartikan kinerja guru akan meningkat seiring dengan meningkatnya kegiatan supervisi. 4)

  Yeni Adoelu (2010) menyatakan “Penilaian

  Peran Pengawas Kepala untuk Quality Assurance di Sekolah Menengah di Ondo

  State, Nigeria”. Peran kepala sekolah dalam pengawasan tugas guru pada pelaksanaan pembelajaran. Kepala sekolah memberikan pengawasan atau supervisi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian kepala sekolah memberikan perhatian penuh pada guru untuk meningkatkan pembelajaran. 5)

  Stronge (2002) mengungkapkan bahwa dalam No Child Left Behind, penilaian guru dan evaluasi guru yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan dan kesuksesan sekolah.

2.5 Kerangka Pikir Penelitian

  Mengacu pada kondisi riil di SD Kanisius Temanggung, kenyataan sebagian guru belum memenuhi kompetensi sebagai guru. Misalnya dalam menyusun RPP, penggunaan RPP dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan alat peraga / sarana prasarana, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran belm terlaksana secara maksimal

  Melihat kenyataan tersebut, masih jauh harapan yang diinginkan sekolah, sehingga Kepala Sekolah bersama dengan guru ingin bersinergi menciptakan kondisi pembelajaran di kelas secara maksimal. Dengan supervisi klinis dan usaha

  • – usaha yang dilakukan untuk guru, diharapkan akan tercipta kinerja guru yang optimal, berdedikasi dan kreatif. Langkah yang dilakukan Kepala sekolah untuk tercapainya harapan
tersebut dengan melakukan supervisi klinis untuk meningkatkan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran, serta membangun komitmen guru untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya.

  Kerangka berpikir diatas dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut :

  

BAGAN SUPERVISI KLINIS

Sumber: (Makawimbang,2013:39)

  TAHAP PERTEMUAN AWAL

1.Menganalisis rencana pelajaran.

  2.Menetapkan bersama aspek-aspek yang akan diobservasi dalam mengajar

  TAHAP OBSERVASI MENGAJAR

  1.Mencatat peristiwa selama pengajaran

  2.Catatan harus obyektif dan selektif

TAHAP PERTEMUAN BALIKAN 1.

  Menganalisis hasil observasi bersama guru 2. Menganalisis perilaku mengajar 3. Bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu perkembangan ketrampilan mengajar berikutnya

2.6 Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir hipotesis penelitian dari tesis yang berjudul Pelaksanaan Supervisi Klinis Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Mengelola Pembelajaran Di SD Kanisius Temanggung adalah akan terjadi peningkatan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di SD Kanisius Temanggung.

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar tentang Pemahaman Penjumlahan dan Pengurangan Menggunakan Model Treasure Hunt Berbantuan Media Gambar

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar tentang Pemahaman Penjumlahan dan Pengurangan Menggunakan Model Treasure Hunt Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 2

0 0 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar tentang Pemahaman Penjumlahan dan Pengurangan Menggunakan Model Treasure Hunt Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 2

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar tentang Pemahaman Penjumlahan dan Pengurangan Menggunakan Model Treasure Hunt Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 2

0 2 132

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Sarana dan Prasarana dalam Pencapaian Target Akreditasi Sekolah pada Gugus Mina Kencana UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

0 0 10

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Sarana dan Prasarana dalam Pencapaian Target Akreditasi Sekolah pada Gugus Mina Kencana UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

0 0 38

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Sarana dan Prasarana dalam Pencapaian Target Akreditasi Sekolah pada Gugus Mina Kencana UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

0 0 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Sarana dan Prasarana dalam Pencapaian Target Akreditasi Sekolah pada Gugus Mina Kencana UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semara

0 0 51

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Sarana dan Prasarana dalam Pencapaian Target Akreditasi Sekolah pada Gugus Mina Kencana UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Sarana dan Prasarana dalam Pencapaian Target Akreditasi Sekolah pada Gugus Mina Kencana UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

0 0 28