METODOLOGI PENELITIAN BAB 2 DAN

METODOLOGI PENELITIAN
ANALISIS STRUKTUR, KONSENTRASI DAN EFISIENSI
PASAR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL DI
INDONESIA

Diajukan oleh :
Yands Bryand Alamanda
021.12.0006
Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi
Universitas Trisakti

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri tekstil dan produk tekstil sudah ada sejak lama di indonesia. Industri ini
bermula dari industri rumahan di tahun 1929 yang kemudian terus mengalami
pertumbuhan terutama di tahun 1970-an semenjak masuknya investasi dari jepang pada
sub-sektor industri hulu. Pada awal perkembangannya industri ini hanya memanfaatkan
alat tenun bukan mesin (ATBM) sebagai alat produksi kemudian dengan masuknya
teknologi pada industri ini, alat tersebut tergantikan dengan penggunaan alat tenun mesin

(ATM). Sejak saat itulah industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terus mengalami
perkembangan bahkan hingga sekarang ini.
Saat ini perkembangan industri TPT di indonesia merupakan satu dari sepuluh klaster
industri inti yang menjadi prioritas perkembangan dalam jangka panjang. Hal tersebut
tertuang pada peraturan Presiden No. 7 tahun 2005 mengenai rencana pembangunan
jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2004-2009. Perkembangan kesepuluh klaster
industri inti tersebut, secara komprehensif dan intergratif, akan didukung oleh industri
terkait (related industries) dan industri penunjang (supporting industries). Untuk industri
TPT sendiri, dengan adanya strategi berdasarkan RPJMN tersebut, diharapkan industri ini
akan tumbuh sebesar 6,65 persen per tahun serta dapat menyerap tambahan tenaga kerja
sebanyak 485.955 pekerja per tahunnya.
Wajar jika industri TPT menjadi salah satu prioritas perkembangan industri jangka
panjang, pasalnya selama ini industri TPT memainkan peran yang cukup besar terhadap
perekonomian nasional. Pada tahun 2006 industri ini memberikan kontribusi devisa
sebesar 3,8 persen terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) nasional dengan
nilai mencapai USD 10,68 miliar dan di tahun 2007 kontribusi tersebut menurun menjadi
sebesar 2,4 persen dengan nilai USD 10,31 miliar. Nilai tersebut merupakan
penyumbangan terbesar PDB yang berasal dari sektor non-migas. Besaran kontribusi
yang disumbangkan oleh industri TPT tersebut berasal dari net export, penjualan
domestik serta investasi pada industri ini.

tahun 2007 dari keseluruhan surplus perdagangan indonesia yang sebesar USD 39,92
miliar, sebesar 24,33 persennya merupakan sumbangan dari industri TPT.

Selain itu, daya serap industri ini terhadap tenaga kerja juga cukup besar, yakni
mencapai 1,84 juta orang pekerja. Jumlah tersebut merupakan 15 pesen dari share tenaga
kerja yang terserap di industri manufaktur, dimana industri manufaktur sendiri menyerap
12 persen dari keseluruhan tenaga kerja yang terserap di seluruh sektor perekonomian
yang mencakup 97,58 juta total pekerja.
Industri TPT merupakan industri berbasis ekspor yang sebagian besar hasil
industrinya untuk tujuan pasar luar negri. Pada tahun 2003 total ekspor Indonesia atas
tekstil dan produk tekstil adalah sebesar USD 7,051 miliar dan terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai USD 13,23 miliar pada tahun 2011 dengan
penyerapan tenaga kerja langsung dan tidak langsung sekitar 3 juta orang.
Berdasarkan data nilai tambah sub sektor industri di indonesia (tabel 1), disimpulkan
bahwa industri tekstil mampu menjadi sub sektor industri yang bisa menyumbangkan
nilai tambah yang tinggi, yaitu sebesar 24,628%. Walaupun masih di bawah sub sektor
makanan, minuman dan tembakau, tetapi peranannya cukup besar karena termasuk 5
penyumbang terbesar untuk pendapatan nasional.

2008


2009

2010

2011

2012

2013*

1 Makanan

Subsektor

116 763

129 058

156 994


192 190

222 838

224 526

2 Minuman

5 682

6 759

7 488

7 088

10 796

9 189


3 Pengolahan
Tembakau
4 Tekstil

55 859

61 181

62 422

67 169

91 946

85 388

30 051

33 262


39 623

47 444

47 838

44 410

5 Pakaian Jadi

24 249

29 090

31 124

32 071

44 002


24 141

TOTAL
1 117 796
48 408
435 275
242 628
184 677

Sumber : www.bps.go.id
Dari faktor – faktor diatas dapat disimpulkan bahwa peranan sektor tekstil cukup
besar terhadap perekonomian bangsa, yaitu peringkat keempat dalam menghasilkan nilai
tambah sub sektor industri nasional. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui struktur
dan konsentrasi pasar industri tekstil di Indonesia. Dengan mengetahui struktur dan
konsentrasi pasar maka pemerintah dapat memberlakukan kebijakan baru akan industri tektil
ini yang terus sehat dan produktif. Sedangkan bagi produsen industri tekstil, penelitian ini
dapat memberikan informasi tentang struktur dan konsentrasi pasar industri tekstil, sehingga
dapat memberikan kebijakan perusahaan dalam menghasilkan produk yang inovatif, laba, dan
terhadap tenaga kerja.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian – uraian diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana struktur dan konsentrasi pasar industri tekstil di indonesia yang diukur
dengan menggunakan metode CR4 dan IHH?
2. Seberapa besar tingkat efisiensi perusahaan industri tekstil di indonesia yang
diukur dengan menggunakan metode DEA?
3. Untuk mengetahui apakah perusahaan tekstil yang bisa menguasai pangsa pasar
bisa lebih efisien?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui struktur dan konsentrasi pasar industri tekstil di indonesia dengan
menggunakan metode CR4 dan IHH
2. Mengetahui tingkat efisiensi industri tekstil di indonesia dengan menggunakan
metode DEA
3. Mengetahui tingkat efisiensi perusahaan yang mempunyai rasio konsentrasi yang
tinggi
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi pemerintah, memberi masukan mengenai struktur, konsentrasi dan efisiensi
industri tekstil go publik nasional guna menentukan kebijakan industri tekstil
selanjutnya.
2. Bagi pelaku industri tekstil di indonesia, memberi masukan untuk menentukan
kebijakan perusahaan yang akan diambil selanjutnya.
3. Bagi pembaca, memberi informasi mengenai struktur, konsentrasi dan efisiensi
industri tekstil di indonesia.
4. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama kuliah,
khususnya ekonomi industri, dan sebagai salah satu prasyarat kelulusan mata
kuliah metodologi penelitian.

1.5 Sistematika Pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika pembahasan yang berupa uraian singkat mengenai bab –
bab dalam penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini membahas teori – teori dari para ahli dan sumber – sumber kepustakaan yang
berkaitan dengan ekonomi industri, struktur pasar, teori produksi, teori biaya
produksi, dan teori efisiensi yang akan digunakan sebagai dasar teori dalam penelitian

ini, disertai dengan hasil penelitian sebelumnya.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai rancangan penelitian, variabel – variabel penelitian,
dan metode analisis Concentration Ratio (CR4), Indeks Herfindal Hirchman (IHH)
dan Data Envelopment Analysis (DEA) yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV : ANALISIS PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi dan klasifikasi objek penelitian, sejarah, dan
perkembangan industri tekstil go publik, serta dipaparkan pembahasan dan analisis
mengenai hasil penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan pada bab
sebelumnya serta saran yang sesuai dengan hasil kesimpulan yang diambil.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teoritis
Berbagai teori yang dikemukakan di bawah merupakan dasar dalam perumusan
hipotesis dan landasan dalam melakukan analisis penelitian ini. Dalam landasan ini akan
dibahas mengenai industri tekstil di Indonesia.
2.1.1 Pengertian Industri

Pengertian industri terdiri dari pengertian dalam lingkup mikro dan makro. Secara
mikro, industri adalah kumpulan perusahaan – perusahaan yang memproduksi produk –
produk yang bersifat homogen atau barang – barang yang mempunyai sifat subtitusi sangat
erat. Sedangkan secara makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai
tambah. Pengertian industri menurut BPS (Biro Pusat Stratistik) adalah suatu unit atau
kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan
mengubah barang – barang secara mekanis atau kimia sehingga menjadi benda atau barang
dan produk – produk yang sifatnya lebih dekat kepada konsumen akhir. Sedangkan menurut
Undang Undang No. 4 Tahun 1984 mengenai perindustrian, disebutkan bahwa industri
adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, dan bahan
setengah jadi menjadi bahan yang tinggi penggunaannya.
Berdasarkan kegiatan ekonomi maka dapat dibagi tiga jenis industri, (Sicat, 1991) yaitu :
1. Industri primer, yaitu industri yang bertumpu pada sektor pertanian, kehutanan, dan
pertambangan, dimana kegiatan industri ini adalah kegiatan industri dasar dan
langsung memperoleh sumber dari alam, seperti kekayaan alam, seperti kekayaan
lahan, alam dan bahan tambang. Contoh produksi industri primer adalah hasil
pertanian, hasil hutan dan hasil tambang, seperti biji tembaga, besi, dsb.
2. Industri sekunder, yaitu industri yang mengacu pada kegiatan – kegiatan yang
mengolah lebih lanjut produk – produk primer. Hasil industri sekunder adalah barang
jadi atau barang setengah jadi, baik untuk dikonsumsi langsung maupun bahan baku
industri lain. Contoh produksi industri sekunder ini adalah industri ban, industri
kertas, dsb.

3. Industri tersier, yaitu industri berupa jasa yang melayani baik industri primer maupun
industri sekunder. Contoh industri tersier seperti pengangkutan, komunikasi, dsb.
Menurut departemen perindustrian, pengelompokan industri nasional indonesia
dikelompokan menjadi 3 kelompok (Hustanti, 2001) yaitu :
1. Industri hilir sering juga disebut sebagai aneka industri atau industri sedan. Industri
hilir adalah kelompok aneka industri yang yang meliputi aneka industri pengolahan
sumber daya hutan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas.
Kelompok ini memiliki misi yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau
pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang
digunakan adalah teknologi menengah dan maju.
2. Industri hulu meliputi kelompok industri mesin dan logam dan kelompok kimia dasar.
Yang termasuk dalam industri mesin dan logam dasar adalah industri mesin pertanian,
elektronik, kereta api, dll. Sedangkan yang termasuk industri kimia dasar antara lain
adalah industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk,
industri semen, dll. Teknologi tepat guna yang digunakan adalah teknologi maju dan
padat modal namun mendorong terciptanya lapangan baru secara besar sejajar dengan
tumbuhnya industri hilir.
3. Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman, tembakau) industri
sedang dan kulit (tekstil, pakaian jadi, serta bahan dari kulit), industri kimia dan bahan
bangunan (indutri pulpen dan kertas, percetakan, penerbitan, barang karet, alat ilmu
pengetahuan). Kelompok industri kecil mempunyai misi untuk melaksanakan
pemerataan. Teknologi yang digunakan adalah teknologi yang menengah dan
sederhana serta padat karya. Perkembangan industri saat ini dapat menambah
kesempatan kerja dan dapat meningkatkan daya tambah dengan manfaat pasar dalam
negri dan luar negri (ekspor).
Menurut jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan industri dibedakan menjadi empat
(BPS ICOR, 1992), yaitu :
1. Perusahaan atau industri besar jika memperkerjakan 100 orang atau lebih.
2. Perusahaan atau industri sedang jika memperkerjakan 20 sampai 99 orang.
3. Perusahaan atau industri kecil jika memperkerjakan kurang dari 5 orang sampai
19 orang

4. Industri rumah tangga jika memperkerjakan kurang dari 3 orang (termasuk tenaga
kerja yang dibayar).
2.1.2 Struktur Pasar – Perilaku – Kinerja
a. Struktur pasar
Pasar

didefinisikan

sebagai

satu

kelompok

penjual

dan

pembeli

yang

mempertuakarkan barang yang dapat disubtitusikan. (Jaya, 2001). Menurut Elzingga dan
Hogarty, secara konsep dasar dibatasi oleh daerah geografis, dan jenis barang. (Martin,
1988). Secara geografis, sebuah wilayah adalah suatu pasar jika dicirikan oleh adanya :
1. Sebuah permintaan yang luar biasa atas produk. Dalam penelitian ini, penulis
mengambil sektor tekstil sebagai objek penelitian. Permintaan produk tekstil sangat
besar, ini terlihat dari penjualan oleh beberapa perusahaan tekstil yang selama lima
tahun terakhir selalu meningkat.
2. Sebagai produk yang dikonsumsi di wilayah tersebut dihasilkan di dalam area yang
bersangsangkutan. Produk tekstil seperti tas atau dompet yang banyak dipakai oleh
konsumen atau masyarakat sebagai kebutuhan sekunder yang mana produk tekstil ini
berasal dari daerah yang bersangkutan.
3. Harga ditentukan atas dasar wilayah secara bervariasi sehingga antar wilayah adalah
pasar yang berbeda.

Ada beberapa bagian penting dalam struktur pasar :
1. Pangsa Pasar
Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri, dan besarnya berkisar antara 0
sampai 100% dari total penjual seluruh pasar. Menurut literature Neo-Klasik landasan
posisi pasar perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya. Pangsa pasar menjadi
pusat perhatian perusahaan dalam menilai kekuatan pasar. Pangsa pasar yang besar
biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar, sebaliknya pangsa pasar perusahaan
yang kecil berarti perusahaan tidak mampu bersaing dalam persaingan. Perusahaan
dengan pangsa pasar yang lebih baik akan menikmati keuntungan dari penjualan
produk dan harga kenaikan dari sahamnya. Peranan pangsa pasar adalah sebagai
sumber keuntungan bagi perusahaan.

2. Tingkat Konsentrasi
Konsentrasi industri digunakan untuk menentukan derajat struktur oligopoly yang
terjadi. Pada saat pasar industri lebih berkonsentrasi, secara relatif pasar industri
tersebut dapat menciptakan pendapatan yang lebih besar dan pertumbuhan yang lebih
cepat sehingga hubungan antara rasio konsentrasi dan pertumbuhan perusahaan
adalah positif. Sebaliknya jika rasio konsentrasi turun, pertumbuhan pendapatan
cenderung turun. Akan tetapi tidak berarti bahwa industri – industri yang
berkonsentrasi tinggi mempunyai pertumbuhan pendapatan yang tinggi.
Klasifikasi struktur oligopoly dalam tingkat yang lebih bervariasi tergantung
dari tingkat konsentrasi industri
1. Struktur oligopoly penuh, yaitu perusahaan terbesar menguasai 87% dari total
pasar atau delapan perusahaan menguasai 99% pasar industri.
2. Empat perusahaan menguasai 72% dari total pasar atau delapan perusahaan
memegang peranan 88% pasar industri.
3. Empat perusahaan terbesar menguasai 61% pasar atau delapan perusahaan
terbesar mempunyai bagian 77% pasar industri.
4. Empat perusahaan terbesar menguasai 38% pasar atau delapan perusahaan
terbesar mempunyai bagian 45% pasar industri.
5. Empat perusahaan terbesar menguasai 32% pangsa pasar dari penawaran suatu
barang industri.
Ketika permintaan pasar industri terbatas, kenaikan konsentrasi tidak atau
belum tentu meningkat pertumbuhan pendapatan. Akan tetapi bisa sebaliknya, justru
menurunkan pendapatan. Secara ekonomi setiap jenis industri mempunyai
karakteristik tersendiri karena kondisi disetiap pasar berbeda.
Menurut Jaya (2001) pada saat pasar industri relative lebih terkonsentrasi atau
terkonsentrasi tinggi, maka pasar atau industri tersebut dapat menciptakan pendapatan
yang lebih besar dibandingkan pada saat industry yang bersangkutan berkonsentrasi
relative lebih rendah. Dan industri yang bersangkutan dapat menciptakan
pertumbuhan pendapatan yang lebih besar pada saat terkonsentrasinya lebih tinggi.

b. Perilaku
Perilaku perusahaan dalam pasar merupakan cerminan dari bentuk dan struktur pasar
dimana perusahaan itu beroperasi. Artinya perilaku perusahaan di pasar adalah kebijaksanaan
perusahaan tentang produk atau jasa dan harga dari barang yang dijual tersebut sebagai akibat
dari struktur pasar yang dihadapinya termasuk di dalamnya adalah kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan produk dan harga yang dibuat oleh pesaing. Analisa mengenai perilaku
industri akan menarik apabila struktur pasarnya bukan persaingan sempurna. Dalam
persaingan sempurna suatu perusahaan dapat menjual produk berapapun yang diinginkan
pada harga pasar. Meskipun ada kemungkinan untuk melakukan kerjasama diantara
perusahaan tersebut, usaha ini akan gagal. Pengawasan sulit dilakukan dan perusahaanperusahaan lain akan segera masuk pasar, bahkan jika semua perusahaan kecil yang banyak
jumlahnya dalam industri yang kompetitif dapat bekerja sama dalam sebuah kartel pun,
perusahaan baru tetap bisa masuk ke dalam pasar. (Martin, 1988).
c. Kinerja
Struktur dan perilaku bisa menyebabkan munculnya kinerja tertentu. Beberapa aspek
yang termasuk dalam ukuran kinerja ini adalah tingkat keuntungan, efisiensi dan kemajuan
yang dapat diraih perusahaan dalam pasar industri. Kinerja (performance) suatu industri dapat
didefinisikan sebagai gambaran tentang seberapa jauh hasil ekonomis yang mampu diraih
industri tersebut. Kinerja dalam perekonomian secara menyeluruh adalah penilaian tentang
bagaimana suatu industri tersebut mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai antara lain
adalah perekonomian yang efisien, full employment serta perekonomian yang merata.
2.1.3

Pasar Oligopoli
Oligopoli adalah struktur pasar yang industrinya didominasi oleh sejumlah kecil

perusahaan yang saling bersaing. Setiap perusahaan memiliki kekuatan yang cukup besar
untuk mempengaruhi harga pasar. (Case & Fair, 2005)
Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari sekelompok kecil perusahaan. Biasanya
struktur dari industri dalam pasar oligopoli terdapat beberapa perusahaan raksasa yang
menguasai 70 sampai 80 persen dari seluruh produksi atau nilai penjualan. Beberapa
perusahaan yang menguasai pasar sangat mempengaruhi pasar satu sama lain, karena
keputusan dan tindakan oleh salah satu dari perusahaan sangat mempengaruhi perusahaan
lainnya. (Sadono Sukirno, 2000). Ciri-ciri pasar oligopoli sebagai berikut:

1. Perusahaan dalam pasar oligopoli menghasilkan produk yang homogen. Hal ini
banyak dijumpai dalam industri yang menghasilkan bahan mentah seperti industri
baja, alumunium dan industri bahan baku seperti industri semen dan bahan bangunan.
Disamping itu banyak pula pasar oligopoli yang terdiri dari perusahaan – perusahaan
yang menghasilkan barang yang berbeda antar produsen (different product). Barang
seperti ini pada umumnya adalah barang akhir seperti mobil, sepeda motor,
handphone, rokok dan lain sebagainya.
2. Keputusan mementukan harga ada kalanya lemah dan ada kalanya sangat tangguh.
Tanpa adanya kerjasama diantara perusahaan – perusahaan dalam pasar oligopoli
maka kekuasaan menentukan harga menjadi lebih terbatas. Apabila sebuah
perusahaan menurunkan harga, dalam waktu singkat perusahaan itu akan banyak
menarik pembeli. Perusahaan yang kehilangan pembeli akan melakukan tindakan
balasan dengan mengurangi harga yang lebih besar lagi sehingga akhirnya perusahaan
yang sebelumnnya menurunkan harga kehilangan pelanggan. Apabila perusahaan –
perusahaan dalam pasar oligopoli bekerjasama dalam menentukan harga, maka harga
dapat distabilkan pada tingkat yang dikehendaki. Dalam hal ini kekuasaan perusahaan
– perusahaan tersebut menentukan harga adalah sangat kuat yaitu sama seperti dalam
pasar monopoli.
3. Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi secara iklan. Kegiatan
promosi

yang

sangat

aktif

bertujuan

untuk

menarik

pembeli

baru

dan

mempertahankan pembeli lama. Perusahaan oligopoli yang menghasilkan barang
standar membuat pengeluaran untuk iklan yang lebih sedikit karena hal itu bertujuan
untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat Menurut jaya (2000) ada dua
tipe oligopoli yang mempengaruhi pangsa pasar industri yaitu :
a. Oligopoli ketat, yakni penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki
pangsa pasar 60-100%. Kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga
relative lebih mudah.
b. Oligopoli longgar, yakni penggabungan empat perusahaan terkemuka yang
memiliki 40% atau kurang dari pangsa pasar. Kesepakatan diantara mereka untuk
menetapkan harga sebenarnya tidak mungkin dan sulit dilakukan.

2.1.4

Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu struktur pasar atau

industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual ataupun pembeli
tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Ciri – ciri selengkapnya dari pasar persaingan sempurna adalah seperti yang diuraikan
dibawah ini :
1. Perusahaan adalah pengambil harga
2. Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk
3. Barang serupa
4. Terdapat banyak perusahaan di pasar
5. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar
2.1.5

Pasar monopoli
Suatu pasar monopoli atau industri persaingan tidak sempurna adalah perusahaan

individu yang mampu mengendalikan harga keluaran (output) mereka. Semua perusahaan di
dalam pasar monopoli sama-sama memiliki satu hal: mereka menerapkan kekuatan pasar,
kemampuan untuk menaikan harga tanpa kehilangan semua permintaan akan produk mereka.
(Case & Fair, 2005) Ciri-ciri dari pasar monopoli:
1. hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran
2. tidak ada barang subtitusi/pengganti yang mirip (close substitute)
3. produsen memiliki kekuatan menetukan harga
4. tidak ada pengusaha lain yang memasuki pasar tersebut karena ada hambatan berapa
keunggulan perusahaan.
2.1.6

Pasar Persaingan Monopolistik
Dalam dunia nyata, persaingan monopolistis paling banyak ditemui. Pada dasarnya
persaingan monopolistis adalah pasar yang berada diantara pasar persaingan
sempurna dan monopoli. Model pasar ini diperkenalkan pertama kali oleh
E.Chamberlin seorang ekonom Amerika Serikat pada tahun 1930. Kemudian pada
tahun yang sama Joan Robinson seorang ekonom wanita Inggris memperkenalkan
gagasannya tentang pasar persaingan tidak sempurna, model ini dikembangkan karena

ketidakpuasan para ahli ekonomi terhadap model – model pasar sebelumnya
(persaingan sempurna dan monopoli) yang dianggap kurang realistis dan lebih bersifat
teoritis (purnamaningrum, 2000)
Pasar Monopolistik memiliki ciri – ciri melekat, yaitu :
1. Terdapat banyak produsen atau penjual
2. Adanya diferensasi produk
3. Produsen dapat mempengaruhi harga
4. Produsen dapat keluar masuk pasar
5. Promosi penjualan harus aktif
2.1.7

Teori Efisiensi
Secara umum, efisiensi sering diartikan dengan biaya sekecil-kecilnya yang

diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang sebesar-besarnya. Menurut Walter Nicholson
(2004) efisiensi ekonomi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu situasi dimana sumbersumber dialokasikan secara optimal. Efisiensi ini sendiri memiliki tiga kegunaan. Pertama,
sebagai tolak ukur memperoleh efisiensi relatif untuk mempermudah perbandingan. Kedua,
apabila terdapat variasi tingkat efisiensi makadapat dilakukan penelitian untuk menjawab
faktor-faktor apa yang menentukan perbedaan tingkat efisiensi tersebut, sehingga dapat dicari
solusi yang tepat. Ketiga, informasi mengenai efisiensi memiliki implikasi kebijakan karena
manajer dapat menentukan kebijakan yang harus dilakukan perusahaan secara tepat.
Menurut Pareto & Koopmans (1950) sebuah organisasi atau perusahaan dikatakan
efisien bila menghasilkan lebih banyak output dengan sejumlah input yangsama atau dengan
menurunkan penggunaan input dapat dihasilkan output yang sama.Konsep dan pengertian
efisiensi diatas kemudian diperluasoleh Farel (1957), Kopp (1981), Koop & Diewart (1982)
yang mencoba meng-analisis bagaimana respon antara perencanaan produksi dengan nilai
input serta nilai output itu sendiri di pasar.Bisa jadi kita dapat menghasilkan output yang
sama dengan menggunakan inputyang sedikit, akan tetapi output yang kita hasilkan ternyata
lebih mahal harganya dipasar dibanding output yang sama dihasilkan oleh pesaing.

2.1.8

Teori Produksi
Produsen menggunakan berbagai kombinasi faktor oroduksi (input) dalamkegiatan

produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (output). Hubungan antarainput yang
digunakan dengan output yang dihasilkan dapat dinyatakan dalam fungsi produksi yang
secara umum dapat dituliskan sebagai berikut (Arsyad, 1999:104):
Q = f (K, L, R, T)
Dimana :
Q = jumlah produksi yang dihasilkan
K = jumlah modal (capital) yang digunakan
L = jumlah tenaga kerja (labor) yang digunakan
R = jumlah sumber daya alam (natural resources) yang digunakan
T = Teknologi (technology) yang digunakan

2.1.8.1 Teori Produksi Jangka Pendek
Terdapat dua input yang digunakan dalam proses produksi jangka pendek,yaitu input
tetap dan input variabel (Arsyad, 1999:106). Input tetap merupakan input yang jumlahnya
tetap dan tidak mengalami perubahan meskipun jumlah produksi berubah, sedangkan input
variabel merupakan input yang jumlahnya dapat berubahsesuai dengan perubahan jumlah
produksi. Dalam jangka pendek, faktor produksiyang dapat berubah adalah tenaga kerja,
sedangkan faktor produksi lainnya dianggap tetap. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
teori produksi dalam jangka pendek menggambarkan kaitan antara tingkat produksi (Q)
dengan jumlah tenaga kerja (L)yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat
produksi, sedangkan input laindianggap tetap. Teori ini dikenal dengan teori produksi satu
input variabel.
Sudarso (2009:94) dalam bukunya menjelaskan bahwa hubungan antara produksi
yang dihasilkan (Q) dengan penggunaan faktor produksi tenaga kerja (L)yang digunakan
selanjutnya dapat ditunjukkan melalui tiga sisi. Pertama, jumlahproduk yang dihasilkan
(Total Product of Labor) dan biasa disingkat TPL. Kedua,rata-rata produk yang dihasilkan

setiap pekerja (Average Product of Labor) dan biasa disingkat dengan APL. Ketiga,
tambahan hasil produksi yang disebabkan adanya tambahan tenaga kerja per unit orang
(Marginal Product of Labor) yang biasa disingkat MPL.

2.1.8.2 Hukum Pertambahan Hasil Yang Menurun (Law of Diminishing Return)
Hukum pertambahan hasil yang semakin menurun (law of diminishing return)
menjelaskan mengenai sifat pokok antara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan
sebagai input variabel. Hukum ini menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya (tenaga kerja) ditambah terus menerus sebanyak satu unit, pada awalnya
pertambahan produksi (MPL) akan semakin banyak, namun sesudah mencapai tingkat
tertentu tambahan produksi akan semakin berkurang dan pada akhirnya mencapai nilai
negatif. Dengan demikian pertambahan produksi digambarkan meningkat dengan tambahan
yang semakin kecil dan akhirnyamencapai tingkat maksimum, dan kemudian akan menurun.
Pada tahapan produksi kemudian dapat dibedakan menjadi tiga. Tahap pertama, dimana
produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat. Tahap kedua, dimana produksi
total mengalami pertambahan yang semakin lama semakin kecil. Tahap ketiga, dimana
produksi total semakin lama semakin berkurang.

2.1.8.3 Teori Produksi Jangka Panjang
Arsyad (1999:106) dalam bukunya menjelaskan bahwa semua input yang di gunakan
dalam jangka panjang merupakan input variabel dan tidak ada input tetap. Hal ini
dikarenakan pada kondisi jangka panjang semua input tetap dalam jangka pendek dapat
berubah sesuai dengan jumlah produksi. Dengan demikian dapat dikatakan, dari teori
produksi yang telah dipaparkan di atas, teori produksi jangka panjang menggambarkan kaitan
antara tingkat produksi (Q) dengan jumlah tenaga kerja (L), jumlah modal (K), jumlah
sumber daya alam (R), dan teknologi (T).
Analisa produksi dengan menggunakan kombinasi dua variabel input inikemudian
dapat dihubungkan melalui kurva isoquant dan isocost. Kurva isoquant adalah kurva yang
meng-gambarkan

titiktitik

kemungkinan

kombinasi

penggunaan

dua

input

yang

menghasilkan sejumlah output (produk) yang sama. Sedangkan kurvaisocost adalah suatu

garis yang menggambarkan titik-titik kemungkinan kombinasi penggunaan dua faktor
produksi (input) yang menggunakan ongkos yang sama (Sudarso, 2009:107).

2.1.9

Teori Biaya
Produsen yang rasional akan selalu berusaha melakukan kegiatan produksi secara

efisien. Efisien diartikan sebagai usaha menghasilkan suatu nilai output yangmaksimum
dengan sejumlah input tertentu atau dengan biaya minimum yang dapatmenghasilkan output
tertentu. Sehingga pengertian efisiensi sangat berkaitan denganmasalah biaya produksi. Yang
dimaksud dengan biaya dalam pengertian ekonomiadalah seluruh beban yang harus
ditanggung oleh produsen untuk menyediakanproduk baik barang maupun jasa agar siap
dikonsumsi oleh konsumen (Kurnawangsih, 2001).
Biaya produksi diklasifikasikan menjadi 2 yakni :
1. Biaya privat (internal), biaya yang ditanggung oleh individu atau perusahaan didalam
memproduksi barang atau jasa.
2. Biaya sosial (eksternal), biaya yang ditanggung oleh masyarakat secara keseluruhan,
misal biaya polusi sebagai akibat dari kegiatan produksi. Dengan menggunakan
peraturan pemerintah, biaya sosial ini dapat diubah menjadi biaya privat.
2.2

Penelitian Sebelumnya
Alufun Nai’mah melakukan penelitian tentang analisis kinerja industri tekstil
di indonesia dari tahun 2005 – 2009. Struktur pasar industri tekstil semakin bersifat
oligopoly ketat, hal itu dilihat daritingkat konsentrasi dan nilai MES yang tinggi.
Kinerjanya cenderung baik, hal itudilihat dari sebagian kelompok industri yang
memiliki PCM rata-rata yang rendah, yaitusebesar 30%. Kemungkinan yang masuk
akal terhadap kedua pernyataan di atas yaituterjadinya persaingan harga yang cukup
tinggi di antara perusahaan-perusahaan dalamindustri tekstil sehingga dengan struktur
pasar yang cenderung oligopoli, harga jualnyamasih cenderung rendah. Adapun
kinerja industri cenderung efisien secara alokatif.
Astrid Maria Ester dan Siskha Merlin (2010) dalam penelitiannya tentang
analisis efisiensi perusahaan tekstil go publik dengan menggunakan metode : Data
Envelopment Analysis/DEA tahun 2004 – 2008, dari hasil penilitiannya tersebut

dapat diketahui bahwa bahan baku tekstil diimpor dari negara lain. Hal tersebut
ditunjukkan oleh pelaku utama yang berjumlah tujuh perusahaan yang bermain dalam
pasar industri tektil yang go publik. Input yang paling dominan menyebabkan tidak
efisien adalah inventori atau persediaan. Minimnya keuntungan yang diperoleh petani
dengan menanam bahan baku tekstil seperti kapas, rayon, rami dan lain – lain
membuat para petani lebih memilih untuk menanam tanaman pangan. Sehingga
produksi bahan baku tekstil di dalam negeri hanya sedikit dan produsen tekstil
mengimpor sebagian besar bahan baku dari negara lain. Hal ini menyebabkan harga
bahan baku menjadi mahal
tingginya harga minyak bumi membuat harga bahan baku tekstil ikut naik.
Perusahaan-perusahaan dalam industri
1. tekstil ini diharapkan tidak terlalu tergantung pada bahan baku impor, karena akan
menyebabkan harga produk tekstil menjadi mahal. Bagi perusahaan yang belum
dapat
2. menggunakan input dan outputnya secara efisien, harus dapat memperbaiki
kinerja perusahaannya agar dapat mencapai tingkat efisiensi 100%. Pemerintah
melalui perusahaan – perusahaan
3. segera mengupayakan peningkatan kualitas SDM agar lebih kreatif dan inovatif
dalam menciptakan produk tekstil dan dapat bersaing dengan produk luar negeri
dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang terkait dengan penggunaan mesinmesin baru, pertukaran pekerja. Pemerintah bersama perusahaan perusahaan
4. tekstil ini secara terus menerus bekerja sama mengatasi berbagai permasalahan
pada industri tekstil seperti penyelundupan, pungutan liar, masalah sarana
transportasi dan masalah lainnya. Sehingga dapat bersaing dengan negara-negara.
2.3

Kerangka Pemikiran
Di dalam penelitian ini untuk mengukur struktur dan konsentrasi pasar, digunakan

tujuh perusahan tekstil di Indonesia, lalu empat dari dari tujuh perusahaan yang mempunyai
pangsa pasar dan rasio konsentrasi terbesar akan dihitung tingkat efisiensi nya dengan
menggunakan input seperti : Total asset, Hutang, Modal dan Tenaga Kerja. Lalu output
seperti : Net Sales dan Gross Profit.

Alasan digunakannya input dan output seperti : Total asset, Hutang, Modal dan
Tenaga Kerja, Net Sales dan Gross Profit dikarenakan input dan output tersebut dirasa paling
bisa mewakili perusahaan untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam satuan
moneter, dan input labor dalam mengetahui satuan jumlah orang (tenaga kerja).
Dari penjelasan diatas maka terbentuklah kerangka pemikiran seperti dibawah ini :

STRUKTUR
 Total Penjualan
 Pangsa Pasar

 Konsentrasi

KINERJA

EFISIENSI

INPUT

OUTPUT

Total Asset

Net Sales

Hutang

Gross Profit

Modal
Tenaga Kerja