ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR F
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR
FEMUR KANAN
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1.
2.
3.
4.
Ainun Ulfa
Aisyah Meilianawati
Lailul Muna
Mei Randa Putri Pamungkas
[20161240]
[20161241]
[20161257]
[20161259]
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
KENDAL
2017/2018
PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian
: 20 September 2017
Jam pengkajian
: 16:50 WIB
Diagnosa medis
: Fraktur Femur Dextra
A. Biodata
1.
2.
Identitas pasien
Nama
: Tn. D
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Pendidikan
: SMA
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
: Patebon, Kendal
Pekerjaan
:-
Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Tn. J
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Patebon, Kendal
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung pasien
B. Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan utama: Sulit bergerak karena fraktur
2.
Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dirinya jatuh pada
tanggal 18 Agustus 2017 karena dirinya terserempet mobil dan kaki
pasien tertimpa motor. Setelah itu pasien dilarikan ke rumah sakit (UGD)
dan langsung digips dan setelah dilakukan rontgen, dokter mengatakan
pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra.
Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada area
frakturnya tanggal 19 Agustus 2017, dan jenis operasinya tertutup (closesurgery). Di rumah sakit, pasien mendapat perawatan luka post-op.
Pasien rawat inap selama tiga hari dan pulang tanggal 22 Agustus, pasien
mengatakan setelah pulang dari rawat inap di rumah sakit tanggal 30
Agustus 2017, pasien sangat sulit bergerak, pasien hanya bisa tiduran dan
duduk karena balutan luka jahitan bekas operasi pada femur kanannya
belum dibuka. Pada tanggal 6 September 2017 setelah balutan luka
jahitannya dibuka, pasien lebih bisa bergerak namun tetap sulit, karena
kakinya belum bisa menapak dan harus menggunakan alat bantu krug.
Pasien mengatakan dia hanya bergerak menggunakan krug di saat
mendesak saja, seperti BAB dan mandi. Pasien juga mengeluh nyeri saat
kakinya ditekuk atau diregangkan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, pasien juga
tidak pernah menderita penyakit hepatitis, TBC, dan lain-lain. Pasien
tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4.
Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit genetic, menular atau
alergi.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Laki-laki meninggal
: Perempuan
: Keturunan
: Pasien
: Suami-Istri
: Tinggal serumah
5. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit: Lantai
rumah licin, terkhusus lantai kamar mandi, pencahayaan terang, ventilasi
rumahnya sudah bagus. Kamar mandi rumah pasien tidak terdapat
pegangan.
C. Pola Kesehatan Fungsional Gordon
1.
Pola Persepsi dan Management Kesehatan
a. Pasien peduli dan sadar akan kesehatan dirinya sendiri dan segera
pergi memeriksakan dirinya ke dokter jika merasakan gejala-gejala
sakit.
b. Pasien sadar akan sakit yang dideritanya saat ini, pasien cukup
mengetahui tentang penyakitnya, bahwa dia menjelaskan apa itu
fraktur, dan etiologinya.
c. Pasien melakukan pemeriksaan terhadap kondisi frakturnya secara
berkala dan melakukan perawatan luka post operasi dengan perawat
home-care di rumahnya secara berkala. Asupan makanan pasien juga
adekuat untuk kesembuhan lukanya.
d. Bila pasien merasakan nyeri pada daerah post operasi frakturnya,
pasien meluruskan kakinya dan tidak banyak bergerak, pasien ke
puskesmas terdekat apabila mendapati dirinya sakit.
e. Pasien tidak meminum obat-obatan/jamu, tidak meminum alkohol
dan tidak merokok. Pasien sebelum sakit rutin berolahraga namun
saat sakit pasien tidak pernah berolahraga karena kondisinya.
f. Pasien tidak memiliki asuransi kesehatan.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Pengkajian nutrisi ABCD
A (Antropometri) : TB: 170 cm BB: 60 kg, BB Ideal: 70kg, IMT:
20,7
B (Biokimia)
:-
C (Clinical)
: Turgor kulit elastis, konjungtiva tidak anemis,
rambut sehat dan kuat, mukosa lembab.
D (Diit)
: Diet TKTP, frekuensi tiga kali sehari, tiap
makan habis satu porsi, tidak ada sensasi mual dan muntah,
nafsu makan baik.
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SESUDAH SAKIT
Frekuensi
3 kali sehari
3 kali sehari
Jenis
Nasi,
lauk,
sayur, Nasi, lauk, sayur,
buah, teh manis, dan buah,
teh
manis,
air putih
dan air putih
Porsi
1 porsi habis
1 porsi habis
Pola minum
10 gelas/hari, the, air 10 gelas/hari, the,
putih, susu
air putih, susu
Berat badan
60kg
60kg
Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
b. Keadaan sakit saat ini tidak mempengaruhi pola makan dan minum
pasien
c. Pasien menyukai makanan yang agak asin dan pedas, tidak ada
pantangan makanan dan tidak memiliki alergi.
d. Pasien tidak mengkonsumsi vitamin atau obat penambah nafsu
makan, tidak merasakan mual dan muntah maupun anoreksia, dan
tidak ada penurunan berat badan yang berarti.
e. Pola minum pasien seperti biasa, pasien minum ±10 gelas per hari
(air, susu, teh)
f. Pasien tidak terpasang infus
3. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Alvi
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
Frekuensi
1x/hari pagi
1x/hari pagi
Konsistensi
Lunak berbentuk
Lunak berbentuk
Bau
Khas
Khas
Warna
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Pasien BAB sekali dalam sehari biasanya pada saat pagi, konsistensi
lunak berbentuk dengan bau khas dan warna kuning kecoklatan,
pasien agak susah dalam BAB karena kesulitan menekuk kakinya saat
BAB.
b. Eliminasi Urin
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
Frekuensi
6-8x/hari
6-8x/hari
Pancaran
Kuat
Kuat
Jumlah
±
250
cc
sekali ±
250
cc
(BAK)
(BAK)
Bau
Amoniak
Amoniak
Warna
Kuning Pucat
Kuning Pucat
Perasaan
setelah Puas
sekali
Puas
BAK
Total produksi urine
± 1.500-2.000 cc/hari
±
1.500-2.000
cc/hari
Dalam memenuhi kebutuhan BAK nya, pasien akan BAK jika sudah
terasa sangat mendesak dikarenakan pergerakannya yang terbatas dan
susah, namun warna, bau dan jumlahnya normal (warna kuning pucat,
bau khas amoniak, jumlah ±1000-2000 cc/hari). Pasien tidak
mengalami nyeri saat BAK maupun kesulitan posisi saat BAK.
4. Pola Aktivitas dan Kemandirian
Aktivitas
Dibantu Mandiri
Keterangan
Selama
seminggu
setelah
rawat inap dari RS, mandi
masih disibin oleh keluarga.
Mandi
√
-
Saat
pengkajian,
pasien
sudah dapat mandi sendiri di
kamar mandi dengan alat
bantu krug.
Berpakaian
-
√
Pergi ke toilet
√
-
Pasien
dapat
berpakaian
sendiri
Pasien pergi ke toilet dengan
dibantu
alat
krug
atau
dipapah oleh keluarga
Pasien
Berpindah/berjalan
√
-
berjalan
menggunakan
alat
bantu
dan
BAK
jalan krug
Pasien
Mengontrol BAB
√
dan BAK
ketergantungan
mandiri dengan alat bantu
jalan krug
Makan minum
Tingkat
-
BAB
-
√
Pasien dapat mandiri dalam
makan minum
E
Keterangan Penilaian :
A : Mandiri untuk 6 fungsi
E : Mandiri untuk 2 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi
F : Mandiri untuk 1 fungsi
C : Mandiri untuk 4 fungsi
G : Tergantung untuk 6 fungsi
D : Mandiri untuk 3 fungsi
a. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
b. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
c. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
d. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
e. Klien tampak lambat saat bergerak
f. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
5. Pola Istirahat Tidur
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
Jumlah jam tidur siang
-
-
Jumlah jam tidur
6-7jam
6-7jam
Pengantar tidur
Tidak ada
Tidak ada
Gangguan tidur
Tidak ada
Tidak ada
Perasaan waktu
Lega
Lega
malam
bangun
Saat dikaji, klien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit, klien tidak
memiliki masalah berarti saat tidur. Klien tidak mengalami perubahan
pola tidur. Namun saat dirawat di rumah sakit, klien mengatakan sering
terganggu tidurnya karena nyeri post-op yang dirasakan. Saat dikaji, klien
tiap harinya tidur selama 6-7 jam, klien tidak terbiasa tidur siang. Klien
tidak mengalami gangguan tidur dan klien merasa nyaman saat bangun.
6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
a. Klien tidak mengalami keluhan yang berarti yang berkenaan dengan
kemampuan sensasi, baik penglihatan, pendengaran, penghidu,
pengecap, dan sensasi perabaan.
b. Klien tidak memakai alat bantu seperti kacamata atau alat bantu
dengar.
c. Klien dapat mengingat, berbicara, dan memahami pesan yang diterima
dengan baik, dan dapat mengambil keputusan yang bersifat sederhana.
d. Klien mengeluh nyeri dengan persepsi sebagai berikut :
P (Paliatif)
: Ketika digerakkan (ditekuk/diregangkan)
Q (Quality)
: Ditusuk-tusuk
R (Regio)
: Femur kanan
S (Skala/Severity): 3 (ringan)
T (Time)
: Hilang-timbul
7. Persepsi Diri dan Konsep Diri
a. Klien merasa sakit yang dideritanya sebagai sebuah ujian dalam
hidupnya dan klien berharap setelah menjalani perawatan klien dapat
segera pulih dan menjalani aktivitas seperti biasanya.
b. Perasaan klien saat dikaji yaitu pasien merasa kurang nyaman dengan
kondisinya, karena klien tidak dapat bergerak secara bebas dan nyeri
yang dirasakannya.
c. Konsep diri klien :
1) Klien merasa kondisi sakitnya saat ini membuat dirinya kurang
percaya diri, dan malu untuk menampakkan diri didepan umum.
2) Klien tidak memiliki masalah dengan identitas dirinya sebelum dan
sesudah kondisi sakitnya.
3) Selama kondisi sakitnya, klien tidak mengalami perubahan peran.
4) Harapan klien saat dikaji yaitu klien ingin segera kakinya bisa
normal kembali dan dapat berjalan seperti sedia kala.
5) Saat dikaji, klien mengaku merasa tidak nyaman dan malu dengan
kondisinya karena menggunakan alat bantu jalan. Klien tidak
percaya diri untuk menunjukkan dirinya keluar rumahnya.
8. Pola Hubungan dengan Orang Lain
a. Klien mampu
berkomunikasi dengan relevan,
jelas, mampu
mengekspresikan dan mampu mengerti orang lain
b. Klien paling dekat dengan orang tuanya dan orang tuanya adalah
orang yang paling berpengaruh bagi klien.
c. Bila memiliki masalah, klien selalu meminta bantuan kepada ibu atau
ayahnya.
d. Klien tidak memiliki kesulitan hubungan dalam keluarga.
9. Pola Reproduksi dan Seksual
Klien belum menikah, klien sudah disunat, klien mengerti tentang kondisi
dan fungsi seksualnya.
10. Pola Mekanisme Koping
a. Dalam mengambil keputusan, klien selalu meminta pendapat kepada
orang tuanya atau dengan cara musyawarah dalam keluarga.
b. Bila menghadapi suatu masalah, klien selalu bercerita dengan orang
tuanya atau dengan teman terdekatnya.
c. Upaya klien dalam mengatasi masalahnya yaitu klien berusaha untuk
mencapai kesembuhannya dengan melakukan checking secara rutin
dan tidak menentang apa yang diinstruksikan dokter atau perawat.
11. Pola Nilai Kepercayaan / Keyakinan
a. Menurut klien, sumber kekuatan baginya adalah Allah Swt. Dan
keluarganya.
b. Selama kondisi sakitnya, klien melaksanakan ibadah dengan cara
duduk karena keterbatasan geraknya.
c. Tidak ada keyakinan / kebudayaan yang dianut pasien yang
berhubungan dengan kesehatan.
d. Klien yakin dengan pengobatan yang dijalaninya dan tidak ada
pertentangan dengan nilai/kebudayaan yang dianut
D. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan/keadaan umum : Tampak lemah / compos mentis
2. Tanda-Tanda Vital
:
a. Tekanan Darah
: 130/100 mmHg
b. Nadi
: 90 x/menit (teratur dan kuat)
c. Pernapasan
: 18 x/menit (teratur dan kuat)
d. Suhu
: 38 ⁰C
3. Pengukuran antropometri
: TB : 170 cm BB : 60 kg BB ideal : 70kg
IMT : 20,7
4. Kepala
: Bentuk bulat simetris, tidak ada luka
a. Rambut
: Hitam, agak ikal, tebal, agak kotor
b. Mata
: Mampu melihat jelas pada jarak normal
(6m), ukuran pupil kecil dan keduanya bereaksi terhadap cahaya
(kanan dan kiri), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak
memakai alat bantu penglihatan dan tidak ada sekret pada mata.
c. Hidung
: Bersih, tidak ada sputum deviasi, tidak ada
sekret, tidak ada epistaksis, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping
hidung, dan tidak menggunakan oksigen
d. Telinga
: Mampu mendengar dengan jelas pada jarak
yang normal, tidak ada nyeri, tidak ada sekret telinga, tidak ada
pembengkakan, tidak menggunakan alat bantu
e. Mulut
: Selaput mukosa lembab dan berwarna
merah muda, bersih, gigi utuh, agak kuning, dan bersih, gusi tidak
bengkak, tidak ada bau mulut, bibir lembab dan berwarna merah
kehitaman
f. Leher dan Tenggorokan : Posisi trakea simetris, tidak ada benjolan
pada leher, tidak ada alat yang terpasang, tidak ada nyeri waktu
menelan, tidak ada pembesaran tonsil, vena jugularis tidak menonjol,
tidak ada obstruksi jalan nafas
g. Ekspresi wajah: Tidak menunjukkan ekspresi wajah nyeri, tetapi saat
kakinya ditekuk/diregangkan, ekspresi wajah pasien tampak meringis/
mengernyit menahan nyeri.
5. Dada dan Thorak
: Bentuk simetris, pergerakan simetris dan
sama kanan-kiri, tidak ada luka, dan tidak menggunakan otot bantu
pernapasan
a. Paru-Paru
1) Inspeksi
: Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada
luka, tidak ada jejas, nafas teratur
2) Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
taktil fremitus kanan dan kiri simetris
3) Perkusi
: Bunyi sonor
4) Auskultasi
: Tidak ada suara nafas tambahan, suara
vesikuler
b. Jantung
1) Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada
memar
2) Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan, ictus cordis teraba di SIC ke-5, midclavicula sinistra
3) Perkusi
: Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding
jantung
4) Auskultasi
: Suara irama jantung teratur, terdengar S1 &
S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan.
c. Abdomen
1) Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ada asites
2) Auskultasi
: Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
3) Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak teraba massa
4) Perkusi
: Terdengar bunyi timpani
6. Genital
: Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda
infeksi, tidak terpasang kateter dan tidak ada hemoroid
7. Ekstremitas
a. Inspeksi Kuku
b. Capillary Refill
c. Kemampuan berfungsi
ekstremitas
Kanan (Tangan)
5
: Warna merah muda pucat, bersih, utuh
: Cepat (< 2 detik)
: (mobilitas dan keamanan) untuk semua
Kiri (Tangan)
5
Kanan (Kaki)
2
Kiri (Kaki)
5
1) Pada tangan kanan dan kiri, kekuatan otot klien berada pada skala
5, gerakan normal penuh, menentang gravitasi, dengan penahanan
penuh, dibuktikan dengan klien mampu menggenggam dengan erat
dan mengangkat kedua tangannya keatas.
2) Kekuatan otot pada kaki kanan pasien berada pada skala 2, gerakan
otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan, terbukti dengan
klien tidak mampu menggerakkan kaki kanannya secara mandiri
dan harus disokong dengan alat bantu jalan (krug). Klien
mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya
8. Kulit
: Kulit bersih, warna sawo matang, lembab,
turgor elastis, tidak ada edema. Terdapat luka bekas jahitan sepanjang ±20
cm di femur kanan superior, luka sudah mulai kering, tidak ada tanda
infeksi, balutan luka sudah dibuka.
E. Data Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Hasil rontgen)
Hasil rontgen di daerah femur dextra ap-lat menunjukkan tampak fraktur
kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra dengan aposisi dan aligment
kurang baik, tak tampak lusensi soft tisue, tampak soft tisue swelling
2. Diit yang diperoleh : TKTP, tiga kali sehari satu porsi
ANALISA DATA
A. Pengelompokan Data
1. Data Subyektif
a. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada
area frakturnya
b. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
c. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
d. Klien mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya
e. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
f. Klien mengatakan takut jatuh karena jalannya yang tidak seimbang
2. Data Obyektif
a. pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra
b. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
c. Klien tampak lambat saat bergerak
d. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
e. Klien tampak tidak nyaman dengan keadaannya
f. Klien tidak seimbang saat berjalan dan tampak kesulitan
TGL/JAM
Data Fokus
Masalah
Etiologi
20-09-2017
DS:
Hambatan
Gangguan
16.50 WIB
a. Klien mengatakan
Mobilitas Fisik
muskuloskeletal
sulit bergerak
karena fraktur pada
femur kanannya
b. Klien mengatakan
tidak bisa
beraktivitas normal
seperti biasanya
karena fraktur
tersebut
c. Klien mengatakan
belum bisa
menapakkan telapak
kaki kanannya
d. Klien mengatakan
kesulitan berpindah
dari berdiri ke
duduk
DO:
a. pasien menderita
fraktur kominutif
pada 1/3 distal os.
Femur dextra
b. Klien tampak
kesulitan saat
bergerak atau
berpindah
c. Klien tampak
lambat saat
bergerak
d. Klien tampak
kesulitan
membolak-balik
20-09-2017
posisi
DS: Klien mengatakan
16.50 WIB
takut jatuh karena
Resiko Jatuh
Penggunaan alat
bantu (krug)
jalannya yang tidak
seimbang
DO: Klien tidak
seimbang saat berjalan
dan tampak kesulitan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal dibuktikan dengan klien kesulitan bergerak (00085)
Diagnosa 2 : Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu (krug)
(00155)
PERENCANAAN KEPERAWATAN
A. Prioritas Diagnosa
Diagnosa Keperawatan
Prioritas
Rasional
Masalah tersebut yang
paling
mengganggu
klien dan menghambat
Hambatan
fisik
mobilitas
penyembuhan klien, jika
berhubungan
tidak teratasi maka klien
dengan
gangguan
muskuloskeletal ditandai
Prioritas Sedang
akan
terganggu
pergerakan
dan
dengan klien kesulitan
aktivitasnya,
bergerak
tersebut
masalah
jika
tidak
teratasi maka masalah
lain
juga
tidak
bisa
teratasi
Resiko
Resiko jatuh
jatuh
teratasi
berhubungan dengan
penggunaan alat bantu
Prioritas Rendah
(krug)
akan
dengan
sendirinya jika masalah
dengan prioritas sedang
(hambatan
mobilitas
fisik) teratasi
B. Rencana Tindakan Keperawatan
Dx. Kep.
Tujuan &
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Hambatan
Setelah
Kaji kemampuan Sebagai data dasar
mobilitas
dilakukan
pasien
fisik
tindakan
mobilisasi
berhubunga
keperawatan
dalam untuk melakukan
intervensi
selanjutnya
Paraf
Muna
selama 3 x 1
pertemuan,
Bantu klien untuk Memudahkan
diharapkan
menggunakan
hambatan
tongkat
saat mobilisasi
mobilitas fisik berjalan
klien
dapat cegah
teratasi,
pasien dalam
dan
terhadap
cedera
dengan kriteria
n
dengan
hasil :
Ajarkan
pasien Menambah
a. Klien
tentang
teknik pengetahuan pasien
mampu
ambulasi
gangguan
meningkat
muskuloske
dalam
letal
aktivitas
Ajarkan
ditandai
fisik
bagaimana
dengan
b. Klien
dan pasien dapat
kooperatif
pasien Agar menambah
pengetahuan pasien
merubah
klien
mampu
dan
kesulitan
berjalan
bantuan
bergerak
dengan
diperlukan
posisi dan pasien dapat
berikan kooperatif
jika
langkah
yang
efektif
dengan alat
bantu
c. Klien
mampu
bergerak
dengan
Resiko
mudah
Setelah
Identifikasi
jatuh
dilakukan
perilaku
Mengetahui
dan seberapa besar
Muna
tindakan
faktor
yang resiko pasien akan
keperawatan
mempengaruhi
selama 3 x 1
risiko jatuh
pertemuan,
Menghindari atau
diharapkan
Identifikasi
meminimalisir
klien tidak
karakteristik
faktor lingkungan
beresiko jatuh,
lingkungan yang yang dapat
dengan kriteria
dapat
meningkatkan
hasil :
meningkatkan
potensi pasien jatuh
a. Perilaku
potensi
penecgaha
untuk
jatuh
Menurunkan resiko
n jatuh:
berhubunga
n
dengan
penggunaan
alat
(krug)
bantu
mengalami jatuh
jatuh klien
tindakan
Sarankan
individu
perubahan dalam
atau
gaya
pemberi
pasien
berjalan Menambah
pengetahuan
asuhan
anggota keluarga
untuk
Didik
anggota pasien dan anggota
meminimal
keluarga tentang keluarga pasien
kan faktor
faktor risiko yang dapat kooperatif
resiko yang berkontribusi
dapat
terhadap
memicu
dan
jatuh di
mereka
lingkungan
menurunkan
individu
resiko tersebut
b. Tidak ada
kejadian
jatuh
jatuh
bagaimana
dapat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.
Dx.
Tgl./Jam
Tindakan
Respon Pasien
Paraf
Kep.
S: Pasien mengatakan
otot
kaki
belum
kanannya
kuat
menopang
untuk
Mei
berat
badan, berjalan masih
27-09-17
1
16.00
WIB
kesulitan,
masih
kesulitan
berpindah
Mengkaji kemampuan
dari duduk ke berdiri
pasien dalam mobilisasi
maupun sebaliknya
O:
Pasien
tampak
masih kesulitan dalam
bergerak dan berjalan,
pasien membutuhkan
tenaga
lebih
untuk
menggerakkan
kaki
kanannya
2
27-09-17
Mengidentifikasi
16.10
perilaku
WIB
yang
dan
S: Pasien mengatakan
faktor sering hampir jatuh
mempengaruhi saat
risiko jatuh
dirinya
latihan
berjalan, dan pasien
menggunakan dinding
sebagai pegangannya
selain dari alat bantu
jalannya
O: Saat latihan, pasien
tampak
tidak
Mei
seimbang saat berdiri
dan berpotensi untuk
jatuh
S: Pasien mengatakan
sering hampir jatuh
saat dirinya berjalan
menggunakan
27-09-17
2
16.20
WIB
Mengidentifikasi
bantu
karakteristik
rumah
alat
karena
lantai
yang
agak
lingkungan yang dapat licin, terkhusus
meningkatkan potensi kamar mandi
O:
untuk jatuh
Lantai
Mei
di
rumah
pasien tampak licin
dan berpotensi untuk
meningkatkan
resiko
jatuh pasien
S: Pasien mengatakan
paham
28-09-17
1
16.30
WIB
dan
mengetahui
setelah
diajarkan
materi
pasien tersebut
tentang teknik ambulasi O:
Pasien
Meli
Mengajarkan
dapat
mendemonstrasikan
apa
yang
telah
diajarkan
1
28-09-17
Mengajarkan
16.45
bagaimana
WIB
posisi
dan
pasien S: Pasien mangatakan
merubah paham
berikan terhadap
bantuan jika diperlukan
dan
tahu
apa
yang
disampaikan
O:
Pasien
dapat
Meli
mengikuti apa yang
diajarkan
S: Pasien mengatakan
dirinya dirumah sudah
mencoba
Meli
menggunakan tongkat
28-09-17
1
17.00
WIB
(krug)
Membantu klien untuk pembantu
menggunakan tongkat untuk berjalan
Pasien
saat berjalan dan cegah O:
menggunakan
terhadap cedera
bantu
jalan,
belum
dapat
alat
tetapi
mengetahui
cara menggunakannya
dengan benar
S: Pasien mengatakan
akan mengikuti apa
29-09-17
2
16.30
WIB
yang telah disarankan
Ulfa
Menyarankan
O: Gaya berjalan
perubahan dalam gaya pasien masih tampak
berjalan pasien
sama
seperti
sebelumnya,
belum
ada perubahan
1
29-09-17
16.35
Membantu klien untuk S: Pasien mengatakan
menggunakan
tongkat sudah bisa berjalan
saat berjalan dan cegah menggunakan
terhadap cedera
alat
bantu dengan mudah
dan
tidak
sesulit
kemarin
O:
Pasien
tampak
berjalan menggunakan
Ulfa
alat
bantu
dengan
langkah yang sudah
tidak
tertatih-tatih,
namun belum efektif
S: Anggota keluarga
dan
anggota mengetahui
keluarga tentang faktor paham terhadap apa
risiko
yang yang disampaikan
Mendidik
29-09-17
2
Ulfa
berkontribusi terhadap O: Ekspresi muka
keluarga
jatuh dan bagaimana anggota
16.45
WIB
mereka
menurunkan
dapat pasien tampak paham
tidak
resiko dan
menunjukkan
tersebut
kebingungan
EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan &
Keperawatan
Kriteria Hasil
Hambatan
Setelah
mobilitas fisik
dilakukan
16.30
masih kesulitan untuk
berhubungan
tindakan
WIB
bergerak dan berjalan,
dengan
keperawatan
masih sulit berpindah
gangguan
selama 3 x 1
posisi
muskuloskelet
pertemuan
O: Pasien tampak masih
al ditandai
jam,
kesulitan untuk
dengan klien
diharapkan
bergerak, menggunakan
kesulitan
hambatan
tenaga lebih untuk
bergerak
mobilitas fisik
menggerakkan kaki
klien
kanannya
teratasi,
Tgl./Jam
Catatan
Perkembangan
Paraf
27-09-17 S: Pasien mengatakan
dapat
A: Masalah hambatan
Mei
dengan kriteria
mobilitas fisik belum
hasil :
teratasi
a. Klien
P: Lanjutkan intervensi:
mampu
a. Ajarkan pasien
meningkat
tentang
dalam
ambulasi
aktivitas
teknik
b. Ajarkan pasien
fisik
bagaimana
b. Klien
merubah posisi
mampu
dan
berjalan
bantuan
dengan
diperlukan
langkah
c. Bantu
berikan
jika
klien
yang
untuk
efektif
menggunakan
dengan alat
tongkat
saat
bantu
berjalan
dan
c. Klien
mampu
bergerak
dengan
mudah
cegah terhadap
cedera
28-09-17 S: Pasien mengatakan
17.15
sudah mulai paham
WIB
teknik ambulasi yang
diajarkan dan mulai
bisa berpindah posisi
dengan mudah, namun
masih kesulitan untuk
berjalan
O: Pasien tampak lebih
kooperatif dengan apa
yang diajarkan, yaitu
teknik ambulasi dan
Meli
merubah posisi. Pasien
juga sudah mulai bisa
berjalan menggunakan
alat bantu dengan
benar, namun jalannya
masih tertatih-tatih.
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
29-09-17 S: Pasien mengatakan
17.00
sudah latihan berjalan
WIB
keliling ruangan
didalam rumah dan
berjalannya sudah tidak
sesulit kemarin
O: Pasien tampak
berjalan dan bergerak
dengan lebih mudah,
sudah tidak terlalu
menggunakan
tenaganya untuk
menggerakkan kaki
kanannya, namun
belum bisa berjalan
dengan langkah yang
Ulfa
efektif
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik sebagian
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Resiko jatuh
Setelah
27-09-17 S: Pasien mengatakan
berhubungan
dilakukan
16.30
sering hampir jatuh saat
dengan
tindakan
WIB
latihan karena lantai
penggunaan
keperawatan
rumahnya yang licin,
alat bantu
selama 3 x 1
terkhusus lantai kamar
(krug)
pertemuan,
mandi
diharapkan
O: Pasien tampak tidak
klien tidak
seimbang saat berjalan
beresiko jatuh,
dan berpotensi untuk
dengan kriteria
jatuh jika tidak
hasil :
menggunakan alat
c. Perilaku
bantu saat berjalan
penecgaha
A: Masalah resiko jatuh
n jatuh:
belum teratasi
tindakan
P: Lanjutkan intervensi:
individu
a. Sarankan
atau
perubahan
pemberi
dalam gaya
asuhan
berjalan pasien
untuk
b. Didik anggota
meminimal
keluarga tentang
kan faktor
faktor risiko
Mei
resiko yang
yang
dapat
berkontribusi
memicu
terhadap jatuh
jatuh di
dan bagaimana
lingkungan
mereka dapat
individu
menurunkan
d. Tidak ada
kejadian
jatuh
resiko tersebut
28-09-17 S: Pasien mengatakan
17.15
selama sakit ini belum
WIB
pernah terjatuh tapi
sering mengalami
resiko jatuh (hampir
jatuh), pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan dan saat
di kamar mandi
O: Pasien masih belum
seimbang gaya
berjalannya, dan
tampak akan jatuh,
namun pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan
A: Masalah resiko jatuh
sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
a. Sarankan
perubahan
dalam gaya
berjalan pasien
Meli
b. Didik anggota
keluarga tentang
faktor risiko
yang
berkontribusi
terhadap jatuh
dan bagaimana
mereka dapat
menurunkan
resiko tersebut
29-09-17 S: Pasien mengatakan
17.00
sudah mengetahui dan
WIB
paham perilaku/faktor
dan kondisi lingkungan
yang dapat
meningkatkan potensi
untuk jatuh, sudah tidak
pernah merasa hampir
jatuh, dan keluarga
pasien sudah kooperatif
untuk meminimalisir
faktor resiko jatuh
pasien
O: Pasien dan keluarga
pasien sudah tampak
kooperatif, dan gaya
berjalan pasien sudah
seimbang, pasien sudah
sepenuhnya berhati-hati
dalam berjalan demi
Ulfa
keselamatannya
A: Masalah resiko jatuh
teratasi
P: Hentikan intervensi
DOKUMENTASI
FEMUR KANAN
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1.
2.
3.
4.
Ainun Ulfa
Aisyah Meilianawati
Lailul Muna
Mei Randa Putri Pamungkas
[20161240]
[20161241]
[20161257]
[20161259]
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
KENDAL
2017/2018
PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian
: 20 September 2017
Jam pengkajian
: 16:50 WIB
Diagnosa medis
: Fraktur Femur Dextra
A. Biodata
1.
2.
Identitas pasien
Nama
: Tn. D
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Pendidikan
: SMA
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
: Patebon, Kendal
Pekerjaan
:-
Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Tn. J
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Patebon, Kendal
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung pasien
B. Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan utama: Sulit bergerak karena fraktur
2.
Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dirinya jatuh pada
tanggal 18 Agustus 2017 karena dirinya terserempet mobil dan kaki
pasien tertimpa motor. Setelah itu pasien dilarikan ke rumah sakit (UGD)
dan langsung digips dan setelah dilakukan rontgen, dokter mengatakan
pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra.
Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada area
frakturnya tanggal 19 Agustus 2017, dan jenis operasinya tertutup (closesurgery). Di rumah sakit, pasien mendapat perawatan luka post-op.
Pasien rawat inap selama tiga hari dan pulang tanggal 22 Agustus, pasien
mengatakan setelah pulang dari rawat inap di rumah sakit tanggal 30
Agustus 2017, pasien sangat sulit bergerak, pasien hanya bisa tiduran dan
duduk karena balutan luka jahitan bekas operasi pada femur kanannya
belum dibuka. Pada tanggal 6 September 2017 setelah balutan luka
jahitannya dibuka, pasien lebih bisa bergerak namun tetap sulit, karena
kakinya belum bisa menapak dan harus menggunakan alat bantu krug.
Pasien mengatakan dia hanya bergerak menggunakan krug di saat
mendesak saja, seperti BAB dan mandi. Pasien juga mengeluh nyeri saat
kakinya ditekuk atau diregangkan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, pasien juga
tidak pernah menderita penyakit hepatitis, TBC, dan lain-lain. Pasien
tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4.
Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit genetic, menular atau
alergi.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Laki-laki meninggal
: Perempuan
: Keturunan
: Pasien
: Suami-Istri
: Tinggal serumah
5. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit: Lantai
rumah licin, terkhusus lantai kamar mandi, pencahayaan terang, ventilasi
rumahnya sudah bagus. Kamar mandi rumah pasien tidak terdapat
pegangan.
C. Pola Kesehatan Fungsional Gordon
1.
Pola Persepsi dan Management Kesehatan
a. Pasien peduli dan sadar akan kesehatan dirinya sendiri dan segera
pergi memeriksakan dirinya ke dokter jika merasakan gejala-gejala
sakit.
b. Pasien sadar akan sakit yang dideritanya saat ini, pasien cukup
mengetahui tentang penyakitnya, bahwa dia menjelaskan apa itu
fraktur, dan etiologinya.
c. Pasien melakukan pemeriksaan terhadap kondisi frakturnya secara
berkala dan melakukan perawatan luka post operasi dengan perawat
home-care di rumahnya secara berkala. Asupan makanan pasien juga
adekuat untuk kesembuhan lukanya.
d. Bila pasien merasakan nyeri pada daerah post operasi frakturnya,
pasien meluruskan kakinya dan tidak banyak bergerak, pasien ke
puskesmas terdekat apabila mendapati dirinya sakit.
e. Pasien tidak meminum obat-obatan/jamu, tidak meminum alkohol
dan tidak merokok. Pasien sebelum sakit rutin berolahraga namun
saat sakit pasien tidak pernah berolahraga karena kondisinya.
f. Pasien tidak memiliki asuransi kesehatan.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Pengkajian nutrisi ABCD
A (Antropometri) : TB: 170 cm BB: 60 kg, BB Ideal: 70kg, IMT:
20,7
B (Biokimia)
:-
C (Clinical)
: Turgor kulit elastis, konjungtiva tidak anemis,
rambut sehat dan kuat, mukosa lembab.
D (Diit)
: Diet TKTP, frekuensi tiga kali sehari, tiap
makan habis satu porsi, tidak ada sensasi mual dan muntah,
nafsu makan baik.
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SESUDAH SAKIT
Frekuensi
3 kali sehari
3 kali sehari
Jenis
Nasi,
lauk,
sayur, Nasi, lauk, sayur,
buah, teh manis, dan buah,
teh
manis,
air putih
dan air putih
Porsi
1 porsi habis
1 porsi habis
Pola minum
10 gelas/hari, the, air 10 gelas/hari, the,
putih, susu
air putih, susu
Berat badan
60kg
60kg
Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
b. Keadaan sakit saat ini tidak mempengaruhi pola makan dan minum
pasien
c. Pasien menyukai makanan yang agak asin dan pedas, tidak ada
pantangan makanan dan tidak memiliki alergi.
d. Pasien tidak mengkonsumsi vitamin atau obat penambah nafsu
makan, tidak merasakan mual dan muntah maupun anoreksia, dan
tidak ada penurunan berat badan yang berarti.
e. Pola minum pasien seperti biasa, pasien minum ±10 gelas per hari
(air, susu, teh)
f. Pasien tidak terpasang infus
3. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Alvi
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
Frekuensi
1x/hari pagi
1x/hari pagi
Konsistensi
Lunak berbentuk
Lunak berbentuk
Bau
Khas
Khas
Warna
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Pasien BAB sekali dalam sehari biasanya pada saat pagi, konsistensi
lunak berbentuk dengan bau khas dan warna kuning kecoklatan,
pasien agak susah dalam BAB karena kesulitan menekuk kakinya saat
BAB.
b. Eliminasi Urin
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
Frekuensi
6-8x/hari
6-8x/hari
Pancaran
Kuat
Kuat
Jumlah
±
250
cc
sekali ±
250
cc
(BAK)
(BAK)
Bau
Amoniak
Amoniak
Warna
Kuning Pucat
Kuning Pucat
Perasaan
setelah Puas
sekali
Puas
BAK
Total produksi urine
± 1.500-2.000 cc/hari
±
1.500-2.000
cc/hari
Dalam memenuhi kebutuhan BAK nya, pasien akan BAK jika sudah
terasa sangat mendesak dikarenakan pergerakannya yang terbatas dan
susah, namun warna, bau dan jumlahnya normal (warna kuning pucat,
bau khas amoniak, jumlah ±1000-2000 cc/hari). Pasien tidak
mengalami nyeri saat BAK maupun kesulitan posisi saat BAK.
4. Pola Aktivitas dan Kemandirian
Aktivitas
Dibantu Mandiri
Keterangan
Selama
seminggu
setelah
rawat inap dari RS, mandi
masih disibin oleh keluarga.
Mandi
√
-
Saat
pengkajian,
pasien
sudah dapat mandi sendiri di
kamar mandi dengan alat
bantu krug.
Berpakaian
-
√
Pergi ke toilet
√
-
Pasien
dapat
berpakaian
sendiri
Pasien pergi ke toilet dengan
dibantu
alat
krug
atau
dipapah oleh keluarga
Pasien
Berpindah/berjalan
√
-
berjalan
menggunakan
alat
bantu
dan
BAK
jalan krug
Pasien
Mengontrol BAB
√
dan BAK
ketergantungan
mandiri dengan alat bantu
jalan krug
Makan minum
Tingkat
-
BAB
-
√
Pasien dapat mandiri dalam
makan minum
E
Keterangan Penilaian :
A : Mandiri untuk 6 fungsi
E : Mandiri untuk 2 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi
F : Mandiri untuk 1 fungsi
C : Mandiri untuk 4 fungsi
G : Tergantung untuk 6 fungsi
D : Mandiri untuk 3 fungsi
a. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
b. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
c. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
d. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
e. Klien tampak lambat saat bergerak
f. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
5. Pola Istirahat Tidur
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SAAT SAKIT
Jumlah jam tidur siang
-
-
Jumlah jam tidur
6-7jam
6-7jam
Pengantar tidur
Tidak ada
Tidak ada
Gangguan tidur
Tidak ada
Tidak ada
Perasaan waktu
Lega
Lega
malam
bangun
Saat dikaji, klien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit, klien tidak
memiliki masalah berarti saat tidur. Klien tidak mengalami perubahan
pola tidur. Namun saat dirawat di rumah sakit, klien mengatakan sering
terganggu tidurnya karena nyeri post-op yang dirasakan. Saat dikaji, klien
tiap harinya tidur selama 6-7 jam, klien tidak terbiasa tidur siang. Klien
tidak mengalami gangguan tidur dan klien merasa nyaman saat bangun.
6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
a. Klien tidak mengalami keluhan yang berarti yang berkenaan dengan
kemampuan sensasi, baik penglihatan, pendengaran, penghidu,
pengecap, dan sensasi perabaan.
b. Klien tidak memakai alat bantu seperti kacamata atau alat bantu
dengar.
c. Klien dapat mengingat, berbicara, dan memahami pesan yang diterima
dengan baik, dan dapat mengambil keputusan yang bersifat sederhana.
d. Klien mengeluh nyeri dengan persepsi sebagai berikut :
P (Paliatif)
: Ketika digerakkan (ditekuk/diregangkan)
Q (Quality)
: Ditusuk-tusuk
R (Regio)
: Femur kanan
S (Skala/Severity): 3 (ringan)
T (Time)
: Hilang-timbul
7. Persepsi Diri dan Konsep Diri
a. Klien merasa sakit yang dideritanya sebagai sebuah ujian dalam
hidupnya dan klien berharap setelah menjalani perawatan klien dapat
segera pulih dan menjalani aktivitas seperti biasanya.
b. Perasaan klien saat dikaji yaitu pasien merasa kurang nyaman dengan
kondisinya, karena klien tidak dapat bergerak secara bebas dan nyeri
yang dirasakannya.
c. Konsep diri klien :
1) Klien merasa kondisi sakitnya saat ini membuat dirinya kurang
percaya diri, dan malu untuk menampakkan diri didepan umum.
2) Klien tidak memiliki masalah dengan identitas dirinya sebelum dan
sesudah kondisi sakitnya.
3) Selama kondisi sakitnya, klien tidak mengalami perubahan peran.
4) Harapan klien saat dikaji yaitu klien ingin segera kakinya bisa
normal kembali dan dapat berjalan seperti sedia kala.
5) Saat dikaji, klien mengaku merasa tidak nyaman dan malu dengan
kondisinya karena menggunakan alat bantu jalan. Klien tidak
percaya diri untuk menunjukkan dirinya keluar rumahnya.
8. Pola Hubungan dengan Orang Lain
a. Klien mampu
berkomunikasi dengan relevan,
jelas, mampu
mengekspresikan dan mampu mengerti orang lain
b. Klien paling dekat dengan orang tuanya dan orang tuanya adalah
orang yang paling berpengaruh bagi klien.
c. Bila memiliki masalah, klien selalu meminta bantuan kepada ibu atau
ayahnya.
d. Klien tidak memiliki kesulitan hubungan dalam keluarga.
9. Pola Reproduksi dan Seksual
Klien belum menikah, klien sudah disunat, klien mengerti tentang kondisi
dan fungsi seksualnya.
10. Pola Mekanisme Koping
a. Dalam mengambil keputusan, klien selalu meminta pendapat kepada
orang tuanya atau dengan cara musyawarah dalam keluarga.
b. Bila menghadapi suatu masalah, klien selalu bercerita dengan orang
tuanya atau dengan teman terdekatnya.
c. Upaya klien dalam mengatasi masalahnya yaitu klien berusaha untuk
mencapai kesembuhannya dengan melakukan checking secara rutin
dan tidak menentang apa yang diinstruksikan dokter atau perawat.
11. Pola Nilai Kepercayaan / Keyakinan
a. Menurut klien, sumber kekuatan baginya adalah Allah Swt. Dan
keluarganya.
b. Selama kondisi sakitnya, klien melaksanakan ibadah dengan cara
duduk karena keterbatasan geraknya.
c. Tidak ada keyakinan / kebudayaan yang dianut pasien yang
berhubungan dengan kesehatan.
d. Klien yakin dengan pengobatan yang dijalaninya dan tidak ada
pertentangan dengan nilai/kebudayaan yang dianut
D. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan/keadaan umum : Tampak lemah / compos mentis
2. Tanda-Tanda Vital
:
a. Tekanan Darah
: 130/100 mmHg
b. Nadi
: 90 x/menit (teratur dan kuat)
c. Pernapasan
: 18 x/menit (teratur dan kuat)
d. Suhu
: 38 ⁰C
3. Pengukuran antropometri
: TB : 170 cm BB : 60 kg BB ideal : 70kg
IMT : 20,7
4. Kepala
: Bentuk bulat simetris, tidak ada luka
a. Rambut
: Hitam, agak ikal, tebal, agak kotor
b. Mata
: Mampu melihat jelas pada jarak normal
(6m), ukuran pupil kecil dan keduanya bereaksi terhadap cahaya
(kanan dan kiri), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak
memakai alat bantu penglihatan dan tidak ada sekret pada mata.
c. Hidung
: Bersih, tidak ada sputum deviasi, tidak ada
sekret, tidak ada epistaksis, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping
hidung, dan tidak menggunakan oksigen
d. Telinga
: Mampu mendengar dengan jelas pada jarak
yang normal, tidak ada nyeri, tidak ada sekret telinga, tidak ada
pembengkakan, tidak menggunakan alat bantu
e. Mulut
: Selaput mukosa lembab dan berwarna
merah muda, bersih, gigi utuh, agak kuning, dan bersih, gusi tidak
bengkak, tidak ada bau mulut, bibir lembab dan berwarna merah
kehitaman
f. Leher dan Tenggorokan : Posisi trakea simetris, tidak ada benjolan
pada leher, tidak ada alat yang terpasang, tidak ada nyeri waktu
menelan, tidak ada pembesaran tonsil, vena jugularis tidak menonjol,
tidak ada obstruksi jalan nafas
g. Ekspresi wajah: Tidak menunjukkan ekspresi wajah nyeri, tetapi saat
kakinya ditekuk/diregangkan, ekspresi wajah pasien tampak meringis/
mengernyit menahan nyeri.
5. Dada dan Thorak
: Bentuk simetris, pergerakan simetris dan
sama kanan-kiri, tidak ada luka, dan tidak menggunakan otot bantu
pernapasan
a. Paru-Paru
1) Inspeksi
: Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada
luka, tidak ada jejas, nafas teratur
2) Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
taktil fremitus kanan dan kiri simetris
3) Perkusi
: Bunyi sonor
4) Auskultasi
: Tidak ada suara nafas tambahan, suara
vesikuler
b. Jantung
1) Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada
memar
2) Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan, ictus cordis teraba di SIC ke-5, midclavicula sinistra
3) Perkusi
: Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding
jantung
4) Auskultasi
: Suara irama jantung teratur, terdengar S1 &
S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan.
c. Abdomen
1) Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ada asites
2) Auskultasi
: Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
3) Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak teraba massa
4) Perkusi
: Terdengar bunyi timpani
6. Genital
: Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda
infeksi, tidak terpasang kateter dan tidak ada hemoroid
7. Ekstremitas
a. Inspeksi Kuku
b. Capillary Refill
c. Kemampuan berfungsi
ekstremitas
Kanan (Tangan)
5
: Warna merah muda pucat, bersih, utuh
: Cepat (< 2 detik)
: (mobilitas dan keamanan) untuk semua
Kiri (Tangan)
5
Kanan (Kaki)
2
Kiri (Kaki)
5
1) Pada tangan kanan dan kiri, kekuatan otot klien berada pada skala
5, gerakan normal penuh, menentang gravitasi, dengan penahanan
penuh, dibuktikan dengan klien mampu menggenggam dengan erat
dan mengangkat kedua tangannya keatas.
2) Kekuatan otot pada kaki kanan pasien berada pada skala 2, gerakan
otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan, terbukti dengan
klien tidak mampu menggerakkan kaki kanannya secara mandiri
dan harus disokong dengan alat bantu jalan (krug). Klien
mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya
8. Kulit
: Kulit bersih, warna sawo matang, lembab,
turgor elastis, tidak ada edema. Terdapat luka bekas jahitan sepanjang ±20
cm di femur kanan superior, luka sudah mulai kering, tidak ada tanda
infeksi, balutan luka sudah dibuka.
E. Data Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Hasil rontgen)
Hasil rontgen di daerah femur dextra ap-lat menunjukkan tampak fraktur
kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra dengan aposisi dan aligment
kurang baik, tak tampak lusensi soft tisue, tampak soft tisue swelling
2. Diit yang diperoleh : TKTP, tiga kali sehari satu porsi
ANALISA DATA
A. Pengelompokan Data
1. Data Subyektif
a. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada
area frakturnya
b. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
c. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
d. Klien mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya
e. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
f. Klien mengatakan takut jatuh karena jalannya yang tidak seimbang
2. Data Obyektif
a. pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra
b. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
c. Klien tampak lambat saat bergerak
d. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
e. Klien tampak tidak nyaman dengan keadaannya
f. Klien tidak seimbang saat berjalan dan tampak kesulitan
TGL/JAM
Data Fokus
Masalah
Etiologi
20-09-2017
DS:
Hambatan
Gangguan
16.50 WIB
a. Klien mengatakan
Mobilitas Fisik
muskuloskeletal
sulit bergerak
karena fraktur pada
femur kanannya
b. Klien mengatakan
tidak bisa
beraktivitas normal
seperti biasanya
karena fraktur
tersebut
c. Klien mengatakan
belum bisa
menapakkan telapak
kaki kanannya
d. Klien mengatakan
kesulitan berpindah
dari berdiri ke
duduk
DO:
a. pasien menderita
fraktur kominutif
pada 1/3 distal os.
Femur dextra
b. Klien tampak
kesulitan saat
bergerak atau
berpindah
c. Klien tampak
lambat saat
bergerak
d. Klien tampak
kesulitan
membolak-balik
20-09-2017
posisi
DS: Klien mengatakan
16.50 WIB
takut jatuh karena
Resiko Jatuh
Penggunaan alat
bantu (krug)
jalannya yang tidak
seimbang
DO: Klien tidak
seimbang saat berjalan
dan tampak kesulitan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal dibuktikan dengan klien kesulitan bergerak (00085)
Diagnosa 2 : Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu (krug)
(00155)
PERENCANAAN KEPERAWATAN
A. Prioritas Diagnosa
Diagnosa Keperawatan
Prioritas
Rasional
Masalah tersebut yang
paling
mengganggu
klien dan menghambat
Hambatan
fisik
mobilitas
penyembuhan klien, jika
berhubungan
tidak teratasi maka klien
dengan
gangguan
muskuloskeletal ditandai
Prioritas Sedang
akan
terganggu
pergerakan
dan
dengan klien kesulitan
aktivitasnya,
bergerak
tersebut
masalah
jika
tidak
teratasi maka masalah
lain
juga
tidak
bisa
teratasi
Resiko
Resiko jatuh
jatuh
teratasi
berhubungan dengan
penggunaan alat bantu
Prioritas Rendah
(krug)
akan
dengan
sendirinya jika masalah
dengan prioritas sedang
(hambatan
mobilitas
fisik) teratasi
B. Rencana Tindakan Keperawatan
Dx. Kep.
Tujuan &
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Hambatan
Setelah
Kaji kemampuan Sebagai data dasar
mobilitas
dilakukan
pasien
fisik
tindakan
mobilisasi
berhubunga
keperawatan
dalam untuk melakukan
intervensi
selanjutnya
Paraf
Muna
selama 3 x 1
pertemuan,
Bantu klien untuk Memudahkan
diharapkan
menggunakan
hambatan
tongkat
saat mobilisasi
mobilitas fisik berjalan
klien
dapat cegah
teratasi,
pasien dalam
dan
terhadap
cedera
dengan kriteria
n
dengan
hasil :
Ajarkan
pasien Menambah
a. Klien
tentang
teknik pengetahuan pasien
mampu
ambulasi
gangguan
meningkat
muskuloske
dalam
letal
aktivitas
Ajarkan
ditandai
fisik
bagaimana
dengan
b. Klien
dan pasien dapat
kooperatif
pasien Agar menambah
pengetahuan pasien
merubah
klien
mampu
dan
kesulitan
berjalan
bantuan
bergerak
dengan
diperlukan
posisi dan pasien dapat
berikan kooperatif
jika
langkah
yang
efektif
dengan alat
bantu
c. Klien
mampu
bergerak
dengan
Resiko
mudah
Setelah
Identifikasi
jatuh
dilakukan
perilaku
Mengetahui
dan seberapa besar
Muna
tindakan
faktor
yang resiko pasien akan
keperawatan
mempengaruhi
selama 3 x 1
risiko jatuh
pertemuan,
Menghindari atau
diharapkan
Identifikasi
meminimalisir
klien tidak
karakteristik
faktor lingkungan
beresiko jatuh,
lingkungan yang yang dapat
dengan kriteria
dapat
meningkatkan
hasil :
meningkatkan
potensi pasien jatuh
a. Perilaku
potensi
penecgaha
untuk
jatuh
Menurunkan resiko
n jatuh:
berhubunga
n
dengan
penggunaan
alat
(krug)
bantu
mengalami jatuh
jatuh klien
tindakan
Sarankan
individu
perubahan dalam
atau
gaya
pemberi
pasien
berjalan Menambah
pengetahuan
asuhan
anggota keluarga
untuk
Didik
anggota pasien dan anggota
meminimal
keluarga tentang keluarga pasien
kan faktor
faktor risiko yang dapat kooperatif
resiko yang berkontribusi
dapat
terhadap
memicu
dan
jatuh di
mereka
lingkungan
menurunkan
individu
resiko tersebut
b. Tidak ada
kejadian
jatuh
jatuh
bagaimana
dapat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.
Dx.
Tgl./Jam
Tindakan
Respon Pasien
Paraf
Kep.
S: Pasien mengatakan
otot
kaki
belum
kanannya
kuat
menopang
untuk
Mei
berat
badan, berjalan masih
27-09-17
1
16.00
WIB
kesulitan,
masih
kesulitan
berpindah
Mengkaji kemampuan
dari duduk ke berdiri
pasien dalam mobilisasi
maupun sebaliknya
O:
Pasien
tampak
masih kesulitan dalam
bergerak dan berjalan,
pasien membutuhkan
tenaga
lebih
untuk
menggerakkan
kaki
kanannya
2
27-09-17
Mengidentifikasi
16.10
perilaku
WIB
yang
dan
S: Pasien mengatakan
faktor sering hampir jatuh
mempengaruhi saat
risiko jatuh
dirinya
latihan
berjalan, dan pasien
menggunakan dinding
sebagai pegangannya
selain dari alat bantu
jalannya
O: Saat latihan, pasien
tampak
tidak
Mei
seimbang saat berdiri
dan berpotensi untuk
jatuh
S: Pasien mengatakan
sering hampir jatuh
saat dirinya berjalan
menggunakan
27-09-17
2
16.20
WIB
Mengidentifikasi
bantu
karakteristik
rumah
alat
karena
lantai
yang
agak
lingkungan yang dapat licin, terkhusus
meningkatkan potensi kamar mandi
O:
untuk jatuh
Lantai
Mei
di
rumah
pasien tampak licin
dan berpotensi untuk
meningkatkan
resiko
jatuh pasien
S: Pasien mengatakan
paham
28-09-17
1
16.30
WIB
dan
mengetahui
setelah
diajarkan
materi
pasien tersebut
tentang teknik ambulasi O:
Pasien
Meli
Mengajarkan
dapat
mendemonstrasikan
apa
yang
telah
diajarkan
1
28-09-17
Mengajarkan
16.45
bagaimana
WIB
posisi
dan
pasien S: Pasien mangatakan
merubah paham
berikan terhadap
bantuan jika diperlukan
dan
tahu
apa
yang
disampaikan
O:
Pasien
dapat
Meli
mengikuti apa yang
diajarkan
S: Pasien mengatakan
dirinya dirumah sudah
mencoba
Meli
menggunakan tongkat
28-09-17
1
17.00
WIB
(krug)
Membantu klien untuk pembantu
menggunakan tongkat untuk berjalan
Pasien
saat berjalan dan cegah O:
menggunakan
terhadap cedera
bantu
jalan,
belum
dapat
alat
tetapi
mengetahui
cara menggunakannya
dengan benar
S: Pasien mengatakan
akan mengikuti apa
29-09-17
2
16.30
WIB
yang telah disarankan
Ulfa
Menyarankan
O: Gaya berjalan
perubahan dalam gaya pasien masih tampak
berjalan pasien
sama
seperti
sebelumnya,
belum
ada perubahan
1
29-09-17
16.35
Membantu klien untuk S: Pasien mengatakan
menggunakan
tongkat sudah bisa berjalan
saat berjalan dan cegah menggunakan
terhadap cedera
alat
bantu dengan mudah
dan
tidak
sesulit
kemarin
O:
Pasien
tampak
berjalan menggunakan
Ulfa
alat
bantu
dengan
langkah yang sudah
tidak
tertatih-tatih,
namun belum efektif
S: Anggota keluarga
dan
anggota mengetahui
keluarga tentang faktor paham terhadap apa
risiko
yang yang disampaikan
Mendidik
29-09-17
2
Ulfa
berkontribusi terhadap O: Ekspresi muka
keluarga
jatuh dan bagaimana anggota
16.45
WIB
mereka
menurunkan
dapat pasien tampak paham
tidak
resiko dan
menunjukkan
tersebut
kebingungan
EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan &
Keperawatan
Kriteria Hasil
Hambatan
Setelah
mobilitas fisik
dilakukan
16.30
masih kesulitan untuk
berhubungan
tindakan
WIB
bergerak dan berjalan,
dengan
keperawatan
masih sulit berpindah
gangguan
selama 3 x 1
posisi
muskuloskelet
pertemuan
O: Pasien tampak masih
al ditandai
jam,
kesulitan untuk
dengan klien
diharapkan
bergerak, menggunakan
kesulitan
hambatan
tenaga lebih untuk
bergerak
mobilitas fisik
menggerakkan kaki
klien
kanannya
teratasi,
Tgl./Jam
Catatan
Perkembangan
Paraf
27-09-17 S: Pasien mengatakan
dapat
A: Masalah hambatan
Mei
dengan kriteria
mobilitas fisik belum
hasil :
teratasi
a. Klien
P: Lanjutkan intervensi:
mampu
a. Ajarkan pasien
meningkat
tentang
dalam
ambulasi
aktivitas
teknik
b. Ajarkan pasien
fisik
bagaimana
b. Klien
merubah posisi
mampu
dan
berjalan
bantuan
dengan
diperlukan
langkah
c. Bantu
berikan
jika
klien
yang
untuk
efektif
menggunakan
dengan alat
tongkat
saat
bantu
berjalan
dan
c. Klien
mampu
bergerak
dengan
mudah
cegah terhadap
cedera
28-09-17 S: Pasien mengatakan
17.15
sudah mulai paham
WIB
teknik ambulasi yang
diajarkan dan mulai
bisa berpindah posisi
dengan mudah, namun
masih kesulitan untuk
berjalan
O: Pasien tampak lebih
kooperatif dengan apa
yang diajarkan, yaitu
teknik ambulasi dan
Meli
merubah posisi. Pasien
juga sudah mulai bisa
berjalan menggunakan
alat bantu dengan
benar, namun jalannya
masih tertatih-tatih.
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
29-09-17 S: Pasien mengatakan
17.00
sudah latihan berjalan
WIB
keliling ruangan
didalam rumah dan
berjalannya sudah tidak
sesulit kemarin
O: Pasien tampak
berjalan dan bergerak
dengan lebih mudah,
sudah tidak terlalu
menggunakan
tenaganya untuk
menggerakkan kaki
kanannya, namun
belum bisa berjalan
dengan langkah yang
Ulfa
efektif
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik sebagian
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Resiko jatuh
Setelah
27-09-17 S: Pasien mengatakan
berhubungan
dilakukan
16.30
sering hampir jatuh saat
dengan
tindakan
WIB
latihan karena lantai
penggunaan
keperawatan
rumahnya yang licin,
alat bantu
selama 3 x 1
terkhusus lantai kamar
(krug)
pertemuan,
mandi
diharapkan
O: Pasien tampak tidak
klien tidak
seimbang saat berjalan
beresiko jatuh,
dan berpotensi untuk
dengan kriteria
jatuh jika tidak
hasil :
menggunakan alat
c. Perilaku
bantu saat berjalan
penecgaha
A: Masalah resiko jatuh
n jatuh:
belum teratasi
tindakan
P: Lanjutkan intervensi:
individu
a. Sarankan
atau
perubahan
pemberi
dalam gaya
asuhan
berjalan pasien
untuk
b. Didik anggota
meminimal
keluarga tentang
kan faktor
faktor risiko
Mei
resiko yang
yang
dapat
berkontribusi
memicu
terhadap jatuh
jatuh di
dan bagaimana
lingkungan
mereka dapat
individu
menurunkan
d. Tidak ada
kejadian
jatuh
resiko tersebut
28-09-17 S: Pasien mengatakan
17.15
selama sakit ini belum
WIB
pernah terjatuh tapi
sering mengalami
resiko jatuh (hampir
jatuh), pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan dan saat
di kamar mandi
O: Pasien masih belum
seimbang gaya
berjalannya, dan
tampak akan jatuh,
namun pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan
A: Masalah resiko jatuh
sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
a. Sarankan
perubahan
dalam gaya
berjalan pasien
Meli
b. Didik anggota
keluarga tentang
faktor risiko
yang
berkontribusi
terhadap jatuh
dan bagaimana
mereka dapat
menurunkan
resiko tersebut
29-09-17 S: Pasien mengatakan
17.00
sudah mengetahui dan
WIB
paham perilaku/faktor
dan kondisi lingkungan
yang dapat
meningkatkan potensi
untuk jatuh, sudah tidak
pernah merasa hampir
jatuh, dan keluarga
pasien sudah kooperatif
untuk meminimalisir
faktor resiko jatuh
pasien
O: Pasien dan keluarga
pasien sudah tampak
kooperatif, dan gaya
berjalan pasien sudah
seimbang, pasien sudah
sepenuhnya berhati-hati
dalam berjalan demi
Ulfa
keselamatannya
A: Masalah resiko jatuh
teratasi
P: Hentikan intervensi
DOKUMENTASI