ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID DI RUANG MAWA

ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID
DI RUANG MAWAR RSUD CIBABAT CIMAHI

Nama Kelompok :
Dara Lintang Umbaran

211114043

Eneng Susi Susanti

211114044

Novi Septianti Rosadi

211114046

Wulandari

211114047

Sani Adi Nugraha


211114048

Hesti lestari

211114060

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D-III
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDRAL
ACHMAD YANI
CIMAHI 2015-2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya serta memberikan perlindungandan kesehatan sehingga penulis dapat
menyusun makalah dengan judul ” Asuhan Keperawatan Typoid ”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini masih banyak
menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan penulis sendiri.
Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis berusaha

semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya, Amin.

Cimahi,1 Mei 2016

Asuhan Keperawatan Typhoid

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1


Latar Belakang............................................................................................................1

1.2.

Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3.

Tujuan........................................................................................................................1

1.4

Manfaat Penulisan.......................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
II.

KONSEP MEDIK............................................................................................................3

2.1 Definisi.............................................................................................................................3
2.2 Etiologi.............................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi.....................................................................................................................3
2.4 Manifestasi Klinis............................................................................................................4
2.5 Pathways..........................................................................................................................5
2.6 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................6
2.7 Focus Intervensi...............................................................................................................6
2.8 Komplikasi.....................................................................................................................10
2.9 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................11
2.10 Penatalaksanaan...........................................................................................................12

BAB III.....................................................................................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................13
3.1

Pengkajian...................................................................................................................13

BAB IV....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A.


Kesimpulan................................................................................................................15

B.

Saran.........................................................................................................................15

EVALUASI..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

Asuhan Keperawatan Typhoid

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang


Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika,
Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut
data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan
sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan
tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap
tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka
kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh
Salmonella Parathypii A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah,cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian
tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita
oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya
adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan
seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan
makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan
bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang
tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia

kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya
kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa
mengakibatkan kebocoran usus.
1.2.

Rumusan Masalah

Apa konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam thypoid ?
1.3.
a.

Tujuan

Tujuan umum :

Mahasiswa

dapat

mengetahui


dan

mencegah

terjadinya

Demam

Thypiod

serta

mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.
Asuhan Keperawatan Typhoid

1

2
b.


Tujuan khusus :

Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit Demam Thypoid

1.4

Manfaat Penulisan

a.

Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit Demam Thypoid

b.

Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam
Thypoid

Asuhan Keperawatan Typhoid


BAB II
PEMBAHASAN
II.

KONSEP MEDIK
2.1 Definisi
Tifus Abdominalis (demam tifoid enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang

besarnya tedapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (FKUI, 1985)
Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran
ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah.
(Markum, 1991).
2.2 Etiologi
Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif, bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurngnya 3 macam antigen yaitu
antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen
Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut.


2.3 Patofisiologi
Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama makanan dan
minuman, sabagian besar akan mati oleh asam lambung HCL dan sebagian ada yang lolos
(hidup), kemudian kuman masuk kedalam usus (plag payer) dan mengeluarkan endotoksin
sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan perdangan setempat, kemudian
kuman melalui pembuluh darah limfe akan menuju ke organ RES terutama pada organ hati
dan limfe.

Asuhan Keperawatan Typhoid

3

4
Di organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang tidak difagosif
akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah sehingga menyebar ke organ lain,
terutama usus halus sehingga menyebabkan peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi
nutrien dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada hipotalamus akan menekan
termoregulasi yang mengakibatkan demam remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh
akibatnya tubuh menjadi mudah lelah.
Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler menyebabkan roseola
pada kulit dan lidah hipermi. Pada hati dan limpa akan terjadi hepatospleno megali.
Konstipasi bisa terjadi menyebabkan komplikasi intestinal (perdarahan usus, perfarasi,
peritonitis) dan ekstra intestinal (pnemonia, meningitis, kolesistitis, neuropsikratrik).

2.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi
melalui makanan, sedangkan yang terlama 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodomal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersamangat kemudian menyusul gejala klinis sbb:
a. Demam
Berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak terlalu tinggi.
Selama minggu pertama duhu berangsur-angsur meningkat, biasanya turun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu ke-2 penderita terus
demam dan minggu ke-3 penderita demamnya berangsur-angsur normal.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor (coated
tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar. disertai
nyeri pada perabaan
Asuhan Keperawatan Typhoid

5
c. Gangguan kesadaran
Kesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai samnolen.
Disamping gejala-gejala tersebut ditemukan juga pada penungggungdan anggota
gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit.
2.5 Pathways

Makanan terkontaminasi salmonella
Mulut
HCL (lambung)

Hidup

Tidak hidup

usus terutama plag peyer
kuman mengeluarkan endotoksin
Bakteiema primer

Difogosit

Tak difogosit

mati

bakteriema sekunder

Pembuluh darah kapiler
Procesia
pada kulit

Tidak
hiperemi

Usus halus

Hipotalamus

Hepar

peradangan

menekan
termoreguler

hipotasplenom

Hipertermi

Endotoksin
merusak hepar

Malababsorbsi nutrien

Hiperperistaltik usus
cepat lelah
SGOT/SGPT
diare
bedrest

Asuhan Keperawatan Typhoid

konstipasi

reinterkasi usus
Komplikasi

intoleransi aktifitas

6

Intestinal
perdara
han usus
Revolu
si
Periton
itis

Ekstraintestinal
Pneumonia
Meningitis
kolesistitis
Neuropsikia
trik

2.6 Diagnosa Keperawatan
1.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi

2.

Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus

3.

Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap
diare

4.

Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder
terhadap infeksi akut

5.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d kesalahan interpretasi informasi,
kurang mengingat
2.7 Focus Intervensi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi:
a. Dorong tirah baring
Rasional:
Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan penurunan kalori dan
simpanan energi

Asuhan Keperawatan Typhoid

7
b. Anjurkan istirahat sebelum makan
Rasional:
Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan
c. Berikan kebersihan oral
Rasional :
Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan
d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan
Rasional:
Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan konduktif untuk makan
e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional:
Nutrisi yang adekuat akan membantu proses
f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi
Rasional:
Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal, sementara memberikan
nutrisi penting.
6.

Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Tujuan:
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
Intervensi:
a. Pantau suhu klien
Rasional:
Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses peningkatan infeksius akut
b. pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai dengan
indikasi

Rasional:
Asuhan Keperawatan Typhoid

8
Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah, mempertahankan suhu mendekati
normal
c. Berikan kompres mandi hangat
Rasional :
Dapat membantu mengurangi demam
d. Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional:
Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus
7.

Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap
diare
Tujuan:
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran mukosa, turgor kulit baik,
kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan dan kebutuhan urin normal
Intervensi:
a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat
Rasional:
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit penyakit usus
yang merupakan pedoman untuk penggantian cairan
b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan pengisian
kapiler
Rasional:
Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi
c. Kaji tanda vital
Rasional :
Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan

d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring
Asuhan Keperawatan Typhoid

9
Rasional:
Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk penurunan kehilangan cairan usus
e. Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral
Rasional:
Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan untuk mempertahankan
kehilangan
8.

Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder
terhadap infeksi akut
Tujuan:
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi:
a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
Rasional:
Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan
b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik
Rasional:
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan
c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi
Rasional :
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan aktifitas yang
menganggu periode istirahat
d. Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio)
Rasional:
Meningkatkan relaksasi dan hambatan energi

Asuhan Keperawatan Typhoid

10
9.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d kesalahan interpretasi informasi,
kurang mengingat
Tujuan:
Dapat menyatakan pemahaman proses penyakit
Intervensi:
a. berikan nformasi tentang cara mempertahankan pemasukan makanan yang
memuaskan dilingkungan yang jauh dari rumah
Rasional:
Membantu individu untuk mengatur berat badan
b. Tentukan persepsi tentang proses penyakit
Rasional:
Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu
c. Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan
gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung
Rasional :
Faktor pencetus/pemberat individu, sehingga kebutuhan pasien untuk waspada
terhadap makanan, cairan dan faktor pola hidup dapat mencetuskan gejala

2.8 Komplikasi
Dapat terjadi pada:
1. Usus halus, Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu:
a. Perdarahan usus bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan
tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila
berat dapat disertai perasaan nyari perut dengan tanda-tanda rejatan
b. Perforasi usus
Asuhan Keperawatan Typhoid

11
c. Peritonitis ditemukan gejala abdomen akut yaitu: nyeri perut yang hebat,
diding abdomen dan nyeri pada tekanan
2. Diluar anus, Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia)
yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu
bronkopneumonia
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan darah tepi
b. Pemeriksaan sumsum tulang
c. Biakan empedu untuk menemukan salmonella thyposa
d. Pemeriksaan widal digunakan untuk membuat diagnosis tifus abdominalis
yang pasti
e. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii
dan salmonella sero group D bakteri
f. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi
g. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya
leukopenia, etc
h. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan
leukosit
i. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai
akan bahaya perdarahan usus dan perforasi
j. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag
k. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin)
l. Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Thypoid
Asuhan Keperawatan Typhoid

12
m. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
n. SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
2.10 Penatalaksanaan
1.

Perawatan
a. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus
b.

Mobilisasi sesuai dengan kondisi

c. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah decubitus
2.

Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa
peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan
penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin
maupun mineralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari
makanan yang iritatif. Pada penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan
harus lebih di perhatikan

3.

Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang, dosis
50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia
Obat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
a. Ampisilin
b. Amoxicillin
Pengobatan/penatalaksaan pada penderita typus abdominalis adalah sebagai berikut:
a. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi
c. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu
d. Diet makanan harus mengandung cukup cairan dan tinggi protein
e. ObatKloramfeniko

Asuhan Keperawatan Typhoid

13

Asuhan Keperawatan Typhoid

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
1.

2.
a.

b.

c.
d.

e.
f.

3.
a.

b.

c.

d.

e.

f.

Pengkajian

Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. registrasi, status
perkawinan, agama, pekerjaan, TB, BB, dan tanggal masuk RS.
Riwayat Keperawatan
Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai somnolen, dan
gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan,
mulut bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia
dan muntah.
Riwayat penyakit sekarang.
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau terkontaminasi
dengan minuman.
Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
Riwayat kesehatan keluarga.
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam tifoid dan
menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya bersifat fatal.
Riwayat kesehatan lingkungan.
Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang berkembang dengan
kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan. Pengaruh cuaca terutama pada musim hujan sedangkan dari kepustakaan
barat dilaporkan terutama pada musim panas.
Pola-pola Fungsi Keperawatan
Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam
kesehatannya.
Pola nutrisi dan metabolism
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa
pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan
mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang
meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan
terjadi perubahan.
Pola persepsi dan pengetahuan

Asuhan Keperawatan Typhoid

13

14
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan
kemampuan dalam merawat diri.
g.
Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut
tidak enak, anorexia.
b.
Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva
anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan
ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
c.
Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri
tekan.
d.
Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping
hidung.
e.
Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat
akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
f.
Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g.
Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa
mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
h.
Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
i.
Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
j.
Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit
thypoid.

Asuhan Keperawatan Typhoid

BAB IV
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan
800/100.000 penduduk per tahun, tersebar dimana-mana, dan ditemukan hampir sepanjang
tahun.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak
besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan pengenalan
dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih
dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.
B.

Saran

Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran untuk
selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus higiene dan perlunya
penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid

EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi,
masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi
dilakukan yaituevaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan. Sedangkan, evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan
keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.

Asuhan Keperawatan Typhoid

15

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J (1997). Buku Saku Keperawatan. Edisi VI.EGC: Jakarta
Doengoes M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC : Jakarta
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. EGC : Jakarta
Staf Pengajar IKA (1995). Ilmu Kesehatan Anak. EGC : Jakarta
mansjoer. A (2000). Kapikta Selekta kedokteran. edisi IV. EGC: Jakarta
Sarwana (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. FKUI: Jakarta.

Asuhan Keperawatan Typhoid

16