PENELITIAN KOMUNIKASI DAN PENDEKATAN KUALITA

MODUL PERKULIAHAN

Judul
METHODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF

UNIVERSITAS : MERCU BUANA (KRANGGAN) TA 2014-2015
FAKULTAS : IKMU KOMUNIKASI
JURUSAN :
MATA KULIAH : METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF
KELAS : PKK
DOSEN : DRS HASYIM ALI IMRAN , MSi.

SAP
Fakultas
Fakultas Ilmu
Komunikasi

Program
Studi
Program
Studi Humas


Tatap
Muka
13

Kode MK

Disusun Oleh

85021

Nama : Drs. Hasyim Ali Imran,
MSi.

PERTEMUAN
KE :
1

2


3

MATERI AJAR

OUT PUT

OUTCOMES

Pengertian Penelitian Komunikasi
Pendekatan Kualitatif
-asumsi filosofis -- -free Will
-value – free value
-aphosteriori
-konseptualisasi
-penggunaan teori sebatas konsep2
teoritik

Mahasiswa memahami
Inti persoalan komunikasi
Kualitatif


Mahasiswa bisa membedakan
Penelitian
Komunikasi
Pendekatan Kualitatif dari
Penelitian
Komunikasi
Pendekatan Kuantitatif

Persimpangan dalam Penelitian
Pendekatan Kualitatif
1) Berbasis Field
2) Berbasis Teks

Mahasiswa memahami
Inti Persimpangan yang
menyebabkan dua basis dalam
penelitian pendekatan
kualitatif
Mahasiswa memahami dan

mengerti secara lebih
mendalam mengenai
Penelitian Pendekatan
Kualitatif
1) Berbasis Field
2) Berbasis Teks
Mahasiswa memahami dan
mengerti cara merumuskan
masalah penelitian dalam
penelitian kualitatif
Mahasiswa memahami
eksistensi teori yang relevan
dengan Paradigma Teori yang
relevan dengan penelitian
komunikasi pendekatan
kualitatif

Mahasiswa bisa membedakan
mana
penelitian

kualitatif
bersasis teks dan berbasis field.

Mahasiswa ter-refresh terkait
dengan materi kuliah yang
sudah diberikan
Bahan : Materi ajar K 1-7

Mahasiswa diharapkan mampu
menjawab soal-soal ujian mid
test.
Mahasiswa dapat Menguasai
materi yang ditanyakan dalam
UTS menurut materi K 1-7
Mahasiswa dapat memutuskan
dengan tepat untuk
mengadopsi suatu metode
analisis teks yg relevan dengan
subyek analisis teks dalam
penelitian komunikasi

kualitatif

Penelitian Pendekatan Kualitatif
(Pendalaman)
1) Berbasis Field
2) Berbasis Teks

4

Permasalahan dan merumuskan masalah
penelitian kualitatif

5

Paradigma Teori yang relevan dengan
penelitian pendekatan Kualitatif

6

Paradigma Penelitian yang relevan dengan

penelitian Pendekatan Kualitatif
Resume materi kuliah dan kisi-kisi soal
ujian UTS

7
8

9

10

UTS
Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks :
1) Semiotika :
Saussure,
Pierce,
Barthes
2) Semiotika Sosial :
Van Leuuween ;

MAK Halliday;
Marxis
3) Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough
Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Model Saussure dan Model Pierce

11

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Model Semiotika Sosial MAK Halliday

12

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Model Semiotika Sosial Van Leuuween


Mahasiswa memahami posisiposisi analisis teks dalam
penelitian komunikasi dengan
pendekatan kuialitatif.

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Saussure
Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Pierce
Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Semiotika Sosial
Van Leuuween

Mahasiswa dapat melakukan

penelitian komunikasi
berdasarkan pendekatan
kualitatif bersasis teks dan
berbasis field.
Mahasiswa dapat melakukan
perumusan penelitian
komunmikasi kualitatif
Mahasiswa dapat menerapkan
penggunaaan teori-teori yang
relevan dengan paradigma2
teori yang bersifat kualitatif

Mahasiswa dapat melakukan
analisis tesk dengan
berbasiskan model analisis teks
semiotika Model Saussure
Mahasiswa dapat melakukan
analisis tesk dengan
berbasiskan model analisis teks
semiotika Model Pierce

Mahasiswa dapat melakukan
analisis tesk dengan
berbasiskan model analisis teks
semiotika Sosial
Van Leuuween

Penelitian Komunikasi
Pendekatan Kualitatif Berbasis
Teks :
Aplikasi Model Analisis Teks
Marxis

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Analisis Teks

14

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis

15

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough

13

16

UAS

Mahasiswa dapat melakukan
analisis teks dengan
berbasiskan model analisis teks

Analisis Teks Marxis

Marxis

Bahan : Materi ajar : 9-12

Mahasiswa dapat melakukan
analisis
teks
dengan
berbasiskan model analisis teks
berbasis
Mahasiswa dapat melakukan
analisis teks dengan
berbasiskan model Critical
Discourse
Analysis : Norman
Fairclough
Mahasiswa dapat Menguasai
materi yang ditanyakan dalam
UAS menurut materi K 9-15

Designed by hasyim ali imran

Program
Studi
Program
Studi Humas

Fakultas
Fakultas Ilmu
Komunikasi

Tatap
Muka
13

Kode MK

Disusun Oleh

85021

Nama : Drs. Hasyim Ali Imran,
MSi.

Abstract

Kompetensi

Membahas tentang Penelitian
Komunikasi Pendekatan Kualitatif
Berbasis Teks : Aplikatif : Model
Analisis Teks Marxis

Diharapkan mahasiswa menjadi tahu
dan mengerti secara esensial
mengenai aplikasi Model Analisis
Teks Marxis

Pembahasan

PENELITIAN KOMUNIKASI PENDEKATAN KUALITATIF BERBASIS TEKS :
Aplikasi Model Analisis Teks Marxis
Marxis Analisis
Model Analisis Teks Marxis
Konsep analisis wacana Marx sebenarnya sangat sederhana hanya berkisar
antara konsep phrase dan content (Fairclogh 2010, 335, Critical Discours Analysis, The
critical study of language, Longman, England, London) di mana Marx lebih
mengutamakan atau menitik beratkan bahwa konten dari sebuah kalimat atau tanda
adalah sebuah pinjaman dari masa lalu. Atau dari banyak partikel kejadian, actor, dan
pengalaman sosial yang membentuk suatu bentuk sistem wacana–tanda, symbol—
tertentu. Secara fisikal model Marxis sendiri tampaknya memang belum ada. Tapi dari
penjelasan Fairclogh (2010, 335) sebelumnya, maka penjelasan itu dapat dijadikan
petunjuk untuk membangun model Marx tadi. Model Marx sendiri kira-kira
bangunannya dapat diwujudkan seperti tampak pada gambar di bawah ini;
Model Analisis Teks Marxis
Phrase
Content
Relation
(Petanda/Makna)
-symbol
-intertextual relation
-social relation
-production
Tujuan-Menemukan material -Menafsirkan konten berbasis Penemuannya dilakukan
teks/symbol seperti gambar, intertekstual dan konteks dari melalui interpretasi teks.
tulisan, warna yang terkait teks subyek penelitian.
dengan teks dari suatu obyek
analisis
dalam
masalah
penelitian (lihat contoh hasil
analisis dalam tabel)
Catatan :
Relation : -social relation; -production (Tujuan hanya sebatas untuk membongkar skema produksi saja) : Terkait konsep tersebut, maka
pertanyaan-pertanyaannya diantaranya adalah seperti : 1) Bagaimana relasi kekuasaan bermain/terbentuk dalam teks ? 2) Representasi
dominasi kapitalis melalui relasi kekuasaan dalam teksasi Isu Dahlan Iskan Pada Pemberitaan JPNN ? Untuk ini, maka berdasarkan subyek
teks analisis, penemuannya dilakukan melalui interpretasi teks. Tujuan analisis komponen social relation yaitu untuk menemukan relasi
sosial berupa relasi kapitalisme dengan bahasa, misalnya berupa bahwa kapitalis media secara deliberatif/sengaja menggunakan bahasa
dalam media untuk menjaga kekuasaannya, misalnya memunculkan kata-kata “Dahlan menang konvensi” dan lain-lain.
Catatan : Penelitian kualitatif pada dasarnya bukan pada scanning/pemindaian fenomena, tapi lebih kepada interpretasi terhadap fenomena
secara mendalam.
Heteroglosia/intertekstualitas : Kata yang bermakna beda berdasarkan masa-masa lalu , misalnya soal sorban sebagai simbol orang
muslim.

Guna kepentingan pengaplikasian model sebagaimana dimaksud, maka untuk
efektif dalam pelaksanaannya, langkah pertama yang kiranya harus disadari adalah
menyangkut eksistensi permasalahan yang diformulasikan dalam suatu kegiatan
penelitian yang berkenaan dengan analisis teks Marxis. Dalam hubungan ini maka
langkah pertamanya adalah mengenal rumusan ideal masalah penelitian dalam konteks
studi analisis teks Marxis. Pertanyaan penelitian yang biasa ditemui terkait Marxist
analysis teks ini misalnya adalah seperti :
1) Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dengan (phrase) bahasa media..? Dalam
kaitan phrase (bahasa media) dimaksud, misalnya adalah, “Bagaimana relasi
dominasi kapitalis media dalam representasi keunggulan Dahlan Iskan sebagai
pemenang konvensi pada berita JPNN?”
2) Ideology apa yang mendominasi pemberitaan tentang Dahlan di JPNN?
3) Bagaiman pertarungan kekuasaan dan ideology dalam pememberitaan ?
4) Bagaimana komodifikasi yang dilakukan media terhadap isu tertentu ?

Baiklah, dalam kaitan kepentingan penjelasan pada bagian ini, maka dalam
hubungan sejumlah contoh formulasi pertanyaan sebelumnya, maka penjelasannya akan
berbasiskan pada contoh rumusan pertanyaan penelitian nomor “1”, yaitu “Bagaimana
relasi dominasi kapitalis media dalam representasi keunggulan Dahlan Iskan sebagai
pemenang konvensi pada berita JPNN?” Untuk kepentingan analisis teks dimaksud,
maka sebagai contoh kasus teksnya diambil dari teks JPNN dalam genre berita yang
berjudul “Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang Konvensi”. (terlampir) (sumber : JPNN.com http://www.jpnn.com/ read/ 2013/ 10/20/ 196613).
Dengan mengacu pada model sebelumnya, maka selanjutnya di bawah ini
disajikan contoh penggunaaan analisis wacana ala Marx. Perlu dicatat bahwa analisis ini
sebenarnya adalah analisis sederhana dari Marx untuk menjelaskan hubungan bahasa dan
kapitalisme, di mana jelas bahwa bahasa diungkap untuk memberikan penjelasan tentang
relasi sosial antara kapitalisme dan abstraksi konsep buruh dan proletarian,
Tabel
Hasil Analisis Teks Berbasis Model Marx
Judul Berita :
Teks
: Berita, Judul “Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang
Konvensi”
Media
: JPNN.com http://www.jpnn.com/read/2013/10/20/196613
Tema Minor : Dahlan Iskan direpresentasikan sebagai Capres Partai Demokrat
yang didukung rakyat. (perumusannya selalu mengacu pada
rumusan masalah yang diajukan) dalam penelitian.
Phrase
1) Terlihat kalimat tentang
Dahlan sebagai subjek di mana
Dahlan Iskan adalah pemilik dari
jaringan media
Jawa Post,
penerbit berita ini. Sebagai
subyek yang dihiperboliskan, itu
terlihat dari penggunaan kata-kata
seperti “diunggulkan”
dan
“terkuat” sebagaimana disajikan
dalam paragraf 1, “Dahlan Iskan
lagi-lagi diunggulkan sebagai
yang
terkuat
memenangkan
Konvensi Calon Presiden dari
Partai
Demokrat
2014.”,
merupakan bentuk hiperbola dari
dukungan seolah-olah dukungan
politik itu mengarah pada dirinya
(Dahlan-pemilik media) . (p. 1)
2) Pengukuhan terhadap Dahlan
Iskan sebagai pemilik Jawa Post
dalam konvensi, juga terlihat
melalui judul berita yang dibuat.
Itu tercermin melalui penggunaan
kata-kata “lagi” dan “Diprediksi”

Temuan
Content
1) Bentuk hiperbola ini
merupakan suatu symbol
bahwa ada dukungan media
terhadap Dahlan ada bentuk
pembuatan makna bahwa
Dahlan didukung oleh banyak
orang.

2) Penggunaan kata-kata
“lagi” dan “Diprediksi” dalam
rentetan kalimat judul berita
juga mencer-minkan sikap
hiperbola awak media terhadap Dahlan Iskan se-bagai

Relasi
1) Arah positif pemberitaan terkait
dengan relasi Dahlan Iskan sebagai
pemilik Jawa Post di mana Jawa
Post adalah Koran yang dipakai
untuk publikasi ini.

2) Pemilik media ini (JPNN) adalah
Dahlan
Iskan.
Media
yang
digunakan untuk pe-mediasian
“konvensi” adalah JPNN. Jadi, dari
cara pemberitaan melalui temuan
penggunaan phrase “lagi” dan

dalam rentetan kalimat judul
berita “Lagi, Dahlan Iskan
Diprediksi Menang Konvensi”.
Ini tentu mencerminkan sikap
dukungan awak media terhadap
“bos” mereka dalam konvensi.

subyek pemilik media yang
nota bene menjadi “bos”
mere-ka. Sikap hiperbola ini
dengan sendirinya menyimbolkan
dukungan
media
berupa upaya memaknakan
sekuat
mungkin
bahwa
khalayak
luas
berikan
pendukungannya
terhadap
pemilik media (Dahlan Iskan).
3) “........Dahlan memperoleh 3) Bentuk hiperbola melalui
dukungan paling kuat; Dahlan pemakaian phrase “paling
Iskan
memeroleh
dukungan kuat” dan “terkuat publik”,
terkuat publik," (p.3)
dalam teksasi content berita
pada
paragraf
3,
juga
menyimbolkan pendukungan
awak media terhadap pemilik
media agar khalayak luas
berikan pendukungannya pula
pada pemilik media (Dahlan
Iskan).

4) “...... jika Susilo Bambang
Yudhoyono dan PD konsisten
dengan hasil survei, maka Dahlan
adalah salah satu tokoh kuat yang
dicalonkan sebagai presiden oleh
partai berlambang bintang mercy
ini.” (p.4)

3) Teksasi proposisi terkait
posisi Dahlan Iskan dalam
konvensi pada paragraf 4
dalam pemberitaan, menyimbolkan tendensi
bahwa
Dahlan Iskan sebagai pemilik
media tempat mereka mencari nafkah itu, memang
sebagai orang kuat dalam
konvensi yang harus mereka
dukung.

5) “....capres rill yang memenuhi
syarat Indeks Capres 2014 hanya
Megawati,
Aburizal
dan
pemenang Konvensi Capres PD.”
.(p.8)

5) Teksasi pada paragraf 8 ini
menyimbolkan bahwa Dahlan
Iskan sebagai salah satu dari
tiga capres rill yang memenuhi syarat Indeks Capres 2014.
Ini tersimbolisasikan melalui
penggunaan phrase “pemenang” Konvensi Capres PD
yang nota bene sebelumsebelumnya dalam konten
telah ditendensikan ke arah

“Diprediksi” pada kalimat judul
berita,
menyimbolkan
dan
mengesankan
makna
bahwa
memang ada relasi positif antara
media (awak media) dengan
pemilik media (Dahlan Iskan).

3) Relasi positif antara media
dengan pemiliknya itu tampak dari
atau terasa dari makna yang coba
dibentuk
atau dibangun media
dengan cara sekuat mungkin
melalui bentuk hiperbola dengan
pemakaian phrase “paling kuat”
dan “terkuat publik”, dalam teksasi
content berita pada paragraf 3.
Dengan
mana
ini
juga
menyimbolkan pendu-kungan awak
media terhadap pemilik me-dia
agar melalui pemberitaan mereka
khalayak luas juga berikan
dukungannya
terhadap pemilik
me-dia.
4) Relasi positif antara media
(awak media) dengan pemilik
media (Dahlan Iskan), terlihat dari
gaya bahasa hiperbola yang coba
ditampailkan wartawan dalam
teksasi berita pada p. 4. Upaya
wartawan/media membangun gaya
bahasa hiperbola itu tampak dari
teksasi mereka mengenai proposi
yang gunakan phrase “jika” dan
“maka” dalam content terkait posisi
Dahlan Iskan dalam even konvensi
PD.
5) Penekanan Subyek Dahlan Iskan
dalam teks yang melalaui teksasi
paragraf 8 dimetaforakan melalui
phrase “pemenang Konvensi
Capres PD” dalam konten media,
memperlihatkan relasi positip
antara awak media dengan Dahlan
Iskan sebagai pemilik JPNN.

itu.

Setelah analisis teks selesai dilakukan, maka yang perlu dilakukan selanjutnya
adalah melakukan interpretasi untuk menemukan tema-tema minor yang cenderung
menonjol dari setiap teks yang dijadikan subyek penelitian. Untuk kasus teks
sebagaimana dimaksud sebelumnya, maka tema minornya adalah : “Dahlan Iskan
direpresentasikan sebagai Capres kuat Partai Demokrat yang didukung rakyat.“
Penyajian deskripsi tema minor, diantaranya dapat disajikan di atas pojok kanan tabel
analisis teks. Biasanya deskripsi tema minor itu penyajiannya dimulai dengan kalimat
seperti, “Dahlan Iskan direpresentasikan sebagai ...... “. Itu kalau mengacu pada contoh
kasus teks yang dianalisis tadi dan sekaitan dengan relevansinya pada rumusan masalah
pokok penelitian. Rumusan masalah yang diacu tadi sendiri, tatanan sentennya berupa
“Bagaimana relasi dominasi kapitalis media dalam representasi keunggulan Dahlan Iskan
sebagai pemenang konvensi pada berita JPNN?” Dengan rumusan masalah dimaksud,
maka tema minor yang muncul dari hasil analisis teks sebelumnya, rumusannya antara
lain misalnya seperti, “Dahlan Iskan direpresentasikan sebagai Capres Partai Demokrat
yang didukung rakyat.” Sebagai sebuah temuan penelitian, maka rumusan tema minor ini
diletakkan pada bagian atas tabel hasil analisis teks. Langkah yang sama ini tetap
dilakukan terhadap teks-teks lain yang menjadi subyek analisis. Jadi, jika misalnya ada 8
teks, maka ada 8 tabel hasil analisis yang sama formatnya terkait aplikasi model analisis
teks Marx dalam penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif berbasis teks.
Menyepakati jumlah 8 tadi sebagai contoh penjelasan dalam bagian ini, selanjutnya
yang harus dilakukan adalah proses pengelompokan atau kategorisasi dari sejumlah tema
minor yang ditemukan. Karena jumlah teks yang dianilis itu berjumlah 8, maka jumlah
tema minornya sudah pasti ada delapan. Sebagai alat bantu, dalam pengelompokan tema
minor tadi sebaiknya itu disajikan ke dalam sebuah tabel. Tabel itu misalnya seperti
disajikan berikut ini,
Subyek Teks Analisis
1) Berita, Judul “Lagi, Dahlan Iskan
Di-prediksi Menang Konvensi” (JPNN.
com http: //www.jpnn.com/ read /2013/
10/20/ 196613

2)
3)
4)

Tema Minor
Hasil Analisis Teks
Dahlan Iskan direpresentasikan sebagai Capres kuat Partai Demokrat yang didukung
rakyat.

Kategorisasi Representasi
Positip
Negatip
Ada
relasi
positip antara
media (kelas
buruh) dengan
pemilik
media (kapitalis) dalam
mediasi realitas
Dahlan
Iskan terkait
konvensi PD.

5)
6)
7)
8)

Langkah berikut setelah selesai kategorisasi yaitu memaparkan hasil penelitian.
Hasil penelitian ini pemaparannya dalam format : Bagian pertama mendeskripsikan
temuan-temuan hasil analisis teks. Pendeskripsian dilakukan tetap berorientasi pada
upaya menjawab masalah penelitian. Masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana relasi
dominasi kapitalis media dalam representasi keunggulan Dahlan Iskan sebagai pemenang
konvensi pada berita JPNN?” Jadi, deskripsi tadi diorientasikan pada upaya menjawab
masalah tersebut berdasarkan temuan-temuan penelitian yang muncul dalam riset.
Karena itu, sub bab paparannya berjudul yang relevan dengan maslah pokok tadi. Sub
Judul itu misalnya, “Representasi Relasi Dominasi Kapitalis Media dalam mediasi JPNN
mengenai Dahlan Iskan Pemenang Konvensi PD”. Dalam proses paparan dimaksud,
itupun harus dilakukan dalam nuansa Marxis yang memiliki jargon-jargonnya sendiri.
Jargon-jargon Marxis dimaksud, misalnya seperti unconsius; marginalisasi; inklusi;
eksklusi/mengurangi/menghilangkan; kesadaran palsu; dominasi kelas; aleniasi;
reifikasi=pemberian nilai, negasi= mengurangi. Setelah fase ini selesai, maka fase
berikutnya adalah menyajikan analisis terhadap tema minor.
Penyajian analisis tema minor juga dilakukan pada sub bab tersendiri. Sub bab ini
titelnya kira-kira jadi seperti berikut ini : Dominasi Kapitalis Dalam Pemediasian
Dahlan Iskan Pemenang Konvensi PD; Alternatifnya : Dominasi Dalam Relasi Media
dan Kapitalis. Sub judul ini tergantung dari apa kira-kira interpretasi yang dapat ditarik
dari kategoriasi yang telah dibuat sebelumnya.
Dalam sub bab ini selanjutnya sajikan data, analisis dan interpetasi kita. Dalam
proses ini, pakai konsep-konsep teoritik yang terutama berasal dari paradiga teori kritis.
Penggunaan konsep teoritik dalam fase ini yaitu sebatas menjelaskan data menurut
konsep teoritik. Fungsi konsep teoritik di sini sebagai penjelas temuan data penelitian.
Singkatnya, apa kata teori terhadap data. Jadi, teori yang digunakan dalam tahap ini bisa
banyak dan itu tergantung pada dinamika analisis dan interpretasi kita terhadap data
penelitian. Hal yang demikian terjadi karena mengingat penelitiaan dengan pendekatan
kualitatif itu sifatnya tidak bebas konteks. Karena itu sifatnya jadi dinamis.

LAMPIRAN :

Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang Konvensi - JPNN.com
http://www.jpnn.com/read/2013/10/20/196613

JAKARTA - Dahlan Iskan lagi-lagi diunggulkan sebagai yang terkuat
memenangkan Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat 2014. Lingkaran Survei
Indonesia (LSI) merilis, jika pemilihan presiden di antara peserta konvensi dilakukan
hari ini maka Menteri Badan Usaha Milik Negara itu akan memenangi persaingan
dengan raihan 16,1 persen. (p.1)
Di bawah nama Dahlan ada Pramono Edhie Wibowo (5,3 persen) dan Marzuki
Alie (3,2 persen), Gita Wirjawan (2,2 persen). Sedangkan kandidat lainnya seperti
Irman Gusman, Anies Baswedan, Sarundajang, Hayono Isman, Endiartono Sutarto,
Dino Patti Djalal dan Ali Masykur Musa hanya meraih di bawah 2 persen. (p.2)
Dengan begitu, berdasar survey LSI di antara peserta konvensi, Dahlan
memperoleh dukungan paling kuat atau di atas 10 persen. "Maka sesuai hasil survei LSI
Oktober 2013 dari 11 nama yang ikut Konvensi Demokrat Dahlan Iskan memeroleh
dukungan terkuat publik," kata Peneliti LSI Adjie Alfaraby, Minggu (20/10), dalam
paparan hasil survei bertajuk "Indeks Capres Pemilu 2014 : Capres Rill Versus Capres
Wacana", di Jakarta. (p.3)
Ia mengungkapkan jika Susilo Bambang Yudhoyono dan PD konsisten dengan
hasil survei, maka Dahlan adalah salah satu tokoh kuat yang dicalonkan sebagai
presiden oleh partai berlambang bintang mercy ini. (p.4)
Survei LSI ini diadakan pada 12 September hingga 5 Oktober 2013 pada 33
provinsi di Indonesia dengan menggunakan 1200 responden. Metodenya adalah
multistage random sampling dengan margin error kurang lebih 2,9 persen. Survei
menggunakan kuisioner dengan wawancara tatap muka. Dalam survei ini, LSI
menggunakan indikator baru yang disebut Indeks Capres. Ada tiga variabel yang
mencakup Indeks Capres, yaitu dicalonkan oleh koalisi atau tiga partai terbesar atau
teratas dalam perolehan suara pemilu, pengurus struktural partai atau pemenang
konvensi dan dicalonkan secara resmi oleh partai. Karenanya, LSI menyatakan dari
survei terbaru Oktober 2013, tiga partai yang berpeluang masuk tiga besar adalah Partai
Golkar 20,4 persen, PDI Perjuangan 18,7 persen dan PD 9,8 persen. (p.5)
Menurut Adjie, di luar Golkar, PDIP, PD belum ada satupun partai perserta
pemilu 2014 yang elektabilitasnya di atas 10 persen. Dari sejumlah tracking survei LSI
sejak 2011, elektabilitas partai-partai tersebut masih di bawah 10 persen. "Jika terjadi
"tsunami politik" yang maha dahsyat, Golkar, PDIP, Demokrat tetap punya kans yang
lebih kuat untuk menjadi tiga partai perolehan suara terbanyak dengan elektabilitas di
atas 10 persen," ujar Adjie. Menurutnya pula, walau dilanda berbagai kasus korupsi
yang melibatkan petingginya, PD adalah partai penguasa yang masih banyak "amunisi"
untuk tetap bertahan di tiga besar. "Di antaranya adalah jika kinerja pemerintahan
dipersepsikan baik dan berbagai program populis yang dibuat menjelang pemilu 2014,"
kata Adjie. (p.6)
Nah, ia menambahkan, jika hasil survei partai politik di atas disimulasikan ke
dalam indeks capres 2014 yang dibuat LSI, maka akan hanya ada tiga nama capres riil.
Yakni Aburizal Bakrie (Partai Golkar dan koalisinya), Megawati Soekarnoputri (PDIP
dan koalisinya dan pemenang Konvensi Capres PD). Jika Dahlan Iskan menang
konvensi dan memeroleh tiket Capres PD, maka sesuai hasil survei LSI Oktober 2013
posisi elektabilitas masing-masing kandidat hanya ada dua yang elektabilitasnya di atas
25 persen. Yakni, Megawati 29,8 persen dan Aburizal 28,6 persen. Sedangkan Dahlan
Iskan memeroleh dukungan di bawah 10 persen yakni 9,2 persen. "Namun, masih

banyak mereka yang belum menyatakan memilih ketiga tokoh tersebut yaitu 32,4
persen,"ungkap Adjie. (p. 7)
Lebih jauh Adjie mengatakan berdasarkan survei Oktober 2014 capres rill yang
memenuhi syarat Indeks Capres 2014 hanya Megawati, Aburizal dan pemenang
Konvensi Capres PD. Menurut Adjie, nama Joko Widodo, Prabowo Subianto, Wiranto
dan lain-lain hanya menjadi capres wacana karena tidak memenuhi Indeks Capres
2014. Adjie menambahkan, Capres Rill 2014 dapat berubah jika Megawati menolak
mencalonkan diri sebagai Capres 2014 . "Dan Demokrat tak mendapatkan dukungan
partai lain untuk memenuhi syarat tiket Capres 2014 (yaitu) : 20 persen kursi atau 25
persen suara dalam pemilu legislatif 2014," ungkap Adjie. (boy/gil/jpnn) (p. 8)
Lagi, Dahlan Iskan Diprediksi Menang Konvensi -JPNN. comhttp://
www.jpnn.com/ read/2013/ 10/20/196613/Lagi,-Dahlan-Iskan-Dipre...
ooo