INVENTARISASI TANAMAN OBAT DI KABUPATEN JAYAPURA PROPINSI PAPUA (Inventory of Medicinal Plants in Jayapura, Papua)

  

INVENTARISASI TANAMAN OBAT DI KABUPATEN JAYAPURA PROPINSI PAPUA

(Inventory of Medicinal Plants in Jayapura, Papua)

Yuli Widiyastuti dan Tri Widayat

  Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Jl Lawu Tawangmangu, Karanganyar Jawa Tengah

  E-mail: ywidiyasis@gmail.com

  

ABSTRAK

Inventarisasi tanaman obat di kabupaten Jayapura dilaksanakan guna memperoleh basis data tentang tanaman

obat yang umum digunakan oleh pengobat tradisional (Battra) di kabupaten tersebut. Kondisi ekologi dan

geografi yang khas daerah tersebut menjadi dasar pemilihan lokasi penelitian. Dalam penelitian ini digunakan

metode survei eksploratif dengan didukung pendekatan pengumpulan data secara partisipatif atau penilaian

etnobotani partisipatif (participatory ethnobotanical appraisal, PEA). Berdasarkan survei yang dilakukan

ditemukan tiga orang Battra yang melakukan praktek pengobatan di kabupaten Jayapura. Dalam prakteknya

para Battra menggunakan tanaman obat untuk mengobati pasiennya dimana tanaman tersebut mereka

peroleh dari membeli hasil budidaya, mengambil di pekarangan atau mencarinya di hutan. Sebanyak 69 spesies

tanaman obat dari 42 familia berhasil diinventarisasi. Terinventarisasi pula 79 ramuan obat tradisional untuk

mengatasi 64 indikasi penyakit. Hampir semua jenis tanaman obat yang digunakan merupakan tanaman obat

yang dikenal secara umum oleh masyarakat dan tidak ada yang memiliki status terkikis.

  Kata kunci: inventarisasi, tanaman obat, Jayapura

ABSTRACT

  

Inventory of medicinal plants in Jayapura district has been carried out to obtain a database of medicinal plants

used by traditional healers (battra). Specific ecological and geographical conditions of the areae were the basis

of the selection for study. This study used an exploratory survey method supported by participatory approach for

data collection or ethnobotany participatory assesment (participatory ethnobotanical appraisal, PEA). Based

on the survey, there were found three battra who have practiced as traditional healer in Jayapura district. The

battra used medicinal plants to treat their patients. The medicinal plants used as medicine were collected from

a market, self cultured or from the around yard or forest area. A total of 69 species of medicinal plants from

42 families succesfully inventoried. There were 79 traditional medicine recorded which were used to heal 64

  Volume 6, No. 2, Desember 2013

  Volume 6, No. 2, Desember 2013

  INVENTARISASI TANAMAN OBAT DI KABUPATEN JAYAPURA PROPINSI PAPUA Inventory of Medicinal Plants in Jayapura, Papua common ailments. All of the medicinal plants used were common plants that are well recognized by the Jayapura people and the most of them were still easily found in that area.

  Keywords: inventory, medicinal plant, Jayapura PENDAHULUAN

  Indonesia selain dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka ragam spesies flora dan fauna, dikenal juga sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman suku bangsa. Setiap wilayah memiliki berbagai etnis dengan tradisi dan budaya yang beraneka ragam. Setiap etnis dengan kekhasan budaya dan tradisi menyimpan kearifan lokal dalam mengelola lingkungannya sehingga bisa mempertahankan kelangsungan kehidupannya. Kearifan lokal tersebut memungkinkan mereka mampu bertahan hidup dalam menghadapi proses seleksi alam yang terus berlangsung. Masyarakat lokal sejak jaman dahulu telah berhasil mengembangkan pengetahuan bagaimana mempertahankan diri dalam menghadapi iklim, bencana alam dan penyakit.

  Kearifan dalam memanfaatkan seraya melestarikan keanekaragaman tumbuhan sudah lama diterapkan oleh masyarkat tradisional di Indonesia. Berkaitan dengan kekayaan jenis tanaman obat di Indonesia jika dipadukan dengan kebinekaan suku-suku bangsa yang mendiami kepulauan nusantara maka akan timbul berbagai sistem pengobatan berbasis tanaman obat. Pengetahuan pemanfaatan tanaman obat ini bergantung pada tipe ekosistem, adat, tata cara, perilaku, pola hidup dan tingkat kebudayaan suku-suku tersebut (Waluyo, 1993 dalam Hendra, 2002). Selanjutnya setiap suku bangsa yang mendiami wilayah-wilayah tertentu dalam satu daerah tentunya akan berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan dan tingkat budaya masyarakatnya. Kearifan lokal ini walaupun bersifat tradisional namun tetap merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya, karena merupakan sumber bagi pengembangan ide-ide alternatif di masa kini (Adimihardja, 1996) dan menjadi landasan kuat bagi teknologi masa depan (Rifai dan Walujo, 1992). Namun juga banyak kekayaan pengetahuan lokal tersebut masih tersembunyi dan belum terinventarisasi dengan baik untuk bisa dilestarikan dan kemungkinan dikembangkan di masa datang.

  Kearifan lokal dalam pemanfaatan tanaman obat baik untuk memelihara dan mengatasi masalah kesehatan perlu diinventarisasi dan dilakukan kajian lebih lanjut agar dapat dilestarikan dan dikembangkan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan itu maka dilakukan kegiatan inventarisasi pemanfaatan tanaman obat di Kabupaten Jayapura Propinsi Papua sebagai langkah awal untuk menyediakan basis data tanaman obat yang digunakan oleh pengobat tradisional maupun masyarakat sebagai bahan untuk kajian lebih lanjut dalam rangka pengembangan pemanfaatannya.

  Propinsi Irian Jaya sesuai dengan UU No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus diganti menjadi Propinsi Papua. Propinsi ini beribukota di Jayapura dan secara administratif terdiri dari sembilan Pemerintahan Kabupaten, dua Volume 6, No. 2, Desember 2013 Yuli Widiyastuti dan Tri Widayat

  Pemerintahan Kota dan tiga Pemerintahan Kabupaten Administratif. Jumlah kecamatan di Papua adalah 173 kecamatan yang mencakup 2.172 desa dan 91 kelurahan. Propinsi ini merupakan propinsi yang memiliki wilayah terluas, sekitar 21,9 dari seluruh wilayah Indonesia. Namun jika dilihat dari jumlah penduduk, wilayah ini merupakan propinsi dengan jumlah penduduk terkecil. Mereka terdiri dari puluhan suku bangsa yang kebanyakan masih tinggal di wilayah pedalaman dan tidak sedikit yang masih hidup seperti di jaman kuno dengan berburu dan menjadi petani tradisional.

  Dengan latar belakang keadaan geografi dan ekologi yang dimiliki propinsi Papua maka dilakukan inventarisasi pemanfaatan tanaman obat di kabupaten Jayapura yang masih merupakan wilayah paling dekat dengan ibukota propinsi Papua. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat Papua yang sudah tinggal di daerah terbuka dalam mengatasi masalah kesehatan dengan tanaman obat. Diharapkan dengan kegiatan ini akan diperoleh gambaran pemanfaatan tanaman obat oleh masyarakat di propinsi Papua.

  Secara umum tujuan dari kegiatan ini adalah inventarisasi tanaman obat dan menggali potensi sumber daya hayati tumbuhan obat di kabupaten Jayapura. Tujuan tersebut akan dapat dicapai dengan kegiatan yang berupa penggalian pengetahuan tradisional masyarakat (kearifan lokal) dalam menggunakan tanaman untuk kesehatan dan penentuan jenis-jenis tanaman obat di kabupaten Jayapura sebagai dasar untuk menyusun basis data tanaman obat.

  METODE PENELITIAN Bahan

  Questioner Medical Ethnobotany (Etobotani Medis), kertas herbarium, etnanol, polybag, silica gel, bahan kontak.

  Alat

  GPS (Global Positioning System), kamera digital, gunting tanman, sekop, sabit, pres herbarium dan alat tulis.

  Cara Kerja

  Penelitian menggunakan metode survei eksploratif mencakup: inventarisasi jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh pengobat tradisional dan masyarakat di kabupaten Jayapura meliputi nama lokal tumbuhan, nama ilmiah dan kegunaannya sebagai bahan obat (Friedberg, 1990). Dilakukan pula observasi di lingkungan masyarakat yaitu mempelajari keberadaannya.

  Metode ini didukung oleh pendekatan dan teknik pengumpulan informasi yang bersifat partisipatif atau penilaian etnobotani partisipatif (partisipatory ethnobotanical appraisal, PEA). Pendekatan ini meliputi: wawancara semi terukur dan terjadwal untuk inventarisasi pengetahuan lokal, dan observasi partisipatif dan transect-walks sistematis (Martin, 1995).

  Cara penelitian: disiapkan kuesioner yang telah disusun berdasarkan data primer dan sekunder yang akan diambil dari responden. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang meliputi data pribadi responden, data pengobatan dan tanaman obat serta keadaan wilayah responden. Selanjutnya dilakukan pemilihan daerah penelitian. Daerah penelitian ditetapkan terstrata yaitu daerah kecamatan

  Volume 6, No. 2, Desember 2013

  INVENTARISASI TANAMAN OBAT DI KABUPATEN JAYAPURA PROPINSI PAPUA Inventory of Medicinal Plants in Jayapura, Papua

  yang dekat kabupaten dan daerah kecamatan yang letaknya jauh dari ibukota kabupaten. Untuk responden ditetapkan berdasarkan data sekunder yang ada di Dinas Kesehatan atau Puskesmas setempat. Setelah wilayah ditetapkan maka dilakukan wawancara (survei etnobotani medis). Wawancara dilaksanakan secara tatap muka dengan responden dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam kusioner. Pengajuan pertanyaan dilakukan dengan pendekatan personal untuk memperoleh data yang akurat. Setiap jawaban diusahakan untuk dicatat secara lengkap dan selanjutnya didukung dengan hasil rekaman untuk melengkapi bagian-bagian yang tidak tercatat. Dalam wawancara juga dilaksanakan observasi mengenai keadaan lingkungan responden sebagai data pendukung. Selain mengambil data etnobotani medis, dilaksanakan juga pengambilan spesimen. Pengambilan spesimen tanaman obat yang digunakan untuk praktek didasarkan pada hasil pendataan ke responden. Spesimen diambil untuk dibuat herbarium, bahan pembibitan untuk adaptasi dan bahan analisa kandungan golongan kimia, sehingga bagian-bagian tanaman yang dikumpulkan didasarkan pada tujuan penggunaannya. Tanaman yang diambil untuk spesimen herbarium langsung dibuat herbariumnya di lapangan dengan menggunakan pres herbarium. Sedangkan untuk bahan pembibitan dibuat dalam bentuk stek atau diambil dalam bentuk bibit. Untuk analisa kandungan kimia diambil bagian tanaman yang digunakan dalam jumlah masing-masing lebih kurang satu kilogram segar. Spesimen yang diperoleh dilakukan uji kandungan golongan kimia di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat menggunakan metode Acta Manila (1985). Ketika melakukan kegiatan pengambilan spesimen dilakukan pula observasi ekologi. Pengamatan ekologi tanaman meliputi daerah asal tanaman, jenis tanah dan tipe iklim setempat.

  A. Kondisi Lokasi Penelitian

  Kabupaten Jayapura adalah salah satu Daerah Tingkat II di propinsi Papua dengan ibukota di Jayapura. Luas wilayah kabupaten Jayapura adalah 155.382 km 2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2000 sebanyak 17.424 jiwa, jadi rata-rata kepadatannya sebesar 8,9 jiwa per km 2 . Selain daratan kabupaten ini juga memiliki wilayah rawa yang cukup besar yaitu seluas 146.575 ha yang tersebar di beberapa wilayah.

  Secara geografis kabupaten Jayapura terletak di koordinat 1 28’17,26’’ sampai 3 58’0,8’’ LS dan 137 34’10,6’’ sampai 141 0’8,22’’ BT. Batas administrasi kabupaten Jayapura adalah: sebelah utara berbatasan dengan Samudera Pasifik, sebelah selatan dengan kabupaten Jayawijaya, sebelah timur berbatasan dengan Papua Nugini dan kota Jayapura, serta sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Yawa dan Pania. Terbagi menjadi 24 Distrik (setingkat kecamatan), 261 desa dan 7 kelurahan dengan distrik terkecil yaitu Sentani dan Sentani Timur.

  Iklim di wilayah kabupaten Jaya pura adalah tropis dengan temoeratur rata-rata 25-

  30 C, di daerah pantai suhu rata-rata 26 C dan Volume 6, No. 2, Desember 2013 Yuli Widiyastuti dan Tri Widayat

  di daerah pedalaman temperatur bervariasi tergantung dari ketinggian tempatnya. Perbedaan musim kering dan musim hujan hampir tidak ada karena pengaruh angin, dengan curah hujan berkisar antara 1500-6000 mm/tahun, jumlah hari hujan rata-rata 159-229 hari, curah hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara sedangkan terendah di pedalaman.

  Topografi kabupaten Jayapura terdiri dari perbukitan dan pegunungan antara lain pegunungan Cyclop (dekat pantai barat Jayapura) pegunungan Bougenville (dekat pantai yang berbatasan dengan PNG), pegunungan Banggo dan lainnya dengan ketinggian antara 800 m sampai 1.000 m dpl. Di samping itu kabupaten Jayapura juga memiliki beberapa daratan aluvial yang merupakan daerah subur, antara lain terdapat di daerah Nimbora/pantai timur, Sarmi, Tor Atas, dan pantai barat. Jenis tanah yang terdapat di kabupaten Jayapura antara lain latosol, hydrosol yaitu tanah yang mengandung rawang-gley humus yang mengandung banyak kalsium dan fosfat, kapur tanah (renzine soil), regosol (abu berpasir) dan andosol yang terdapat di pegunungan.

  Daerah kabupaten Jayapura sudah cukup banyak yang terbuka dan hanya sedikit wilayah yang masih tertinggal umumnya yang berlokasi di pedalaman. Mata pencaharian penduduk Jayapura sudah bervariasi karena banyaknya akses keluar daerah yang diakibatkan adanya bandara internasional Sentani. Namun mata pencaharian utama sebagian penduduk adalah dari sektor pertanian, baik petani penggarap, buruh tani maupun petani murni (memiliki sawah atau ladang). Sebagian penduduk bekerja sebagai nelayan atau buruh.

  B. Data Pengobat Tradisional

  Hasil observasi data sekunder di Dinas Kesehatan kabupaten Jayapura ternyata tidak terdapat data pengobat tradisional di Jayapura.

  Sehingga dilakukan observasi lapangan melalui pengumpulan data ke kelurahan atau desa dan juga dari informasi tokoh masyarakat. Selanjutnya data pengobat tradisional (battra) yang berhasil ditemui dan disurvei dapat dilihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Data Pengobat Tradisional yang Disurvei di Kabupaten Jayapura. No Nama Umur (tahun) Suku Alamat

  1 Bernard Banundi

  50 Moi Maribu, Sentani

  2 Jun Suebu

  55 Sentani Hinekombe, Sentani Tengah

  3 Rolle

  26 Sentani Hinekombe, Sentani Tengah

  Dari Tabel 1 diketahui bahwa pengobat tradisional yang disurvei semua adalah laki- laki, dan ini juga diperkuat oleh informasi dari masyarakat bahwa hanya laki-laki yang diijinkan untuk belajar mengenai ilmu pengobatan. Mengingat daerah yang disurvei dibatasi di wilayah pinggiran maka sangat sulit untuk menemukan Battra. Keadaan ini juga dimungkinkan akibat waktu survei yang sangat terbatas juga data sekunder tentang pengobat tradisional tidak ditemukan di Dinas Kesehatan. Sehingga peneliti harus mencari sendiri dengan melakukan wawancara ke masyarakat langsung yang memakan banyak waktu.

  Volume 6, No. 2, Desember 2013

  INVENTARISASI TANAMAN OBAT DI KABUPATEN JAYAPURA PROPINSI PAPUA Inventory of Medicinal Plants in Jayapura, Papua

  Rata-rata masyarakat di daerah pinggiran Jayapura masih hidup secara tradisional dan tentunya kedudukan pengobat tradisional masih sangat penting bagi mereka terutama untuk mengatasi permasalahan kesehatan sehari-hari.

  Jarak antara wilayah pinggiran yang mereka tempati dengan pusat kesehatan masyarakat baik Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu masih cukup jauh. Dimana sebagian besar desa- desa yang disurvei belum memiliki poliklinik desa (Polindes), sehingga dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat banyak yang pergi ke battra terdekat.

  Battra yang disurvei semua memperoleh ilmu pengetahuan dari belajar ke nenek moyang mereka. Namun, salah satu battra adalah seorang mantri lulus dari akademi keperawatan dan masih berstatus sebagai mahasiswa di fakultas Kesehatan Masyarakat. Dari rata-rata 30 orang pasien yang datang kepadanya setiap hari, 75% diantaranya memilih pengobatan menggunakan obat tradisional. Salah satu battra yang lainnya adalah bekas mantri kesehatan yaitu lulus dari sekolah perawat. Sebagai seorang mantri maka mereka melaksanakan pengobatan secara formal dan obat tradisional diberikan sebagai komplemen dari obat konvensional yang diberikan kepada pasien.

  Ketiga battra sudah menanam sebagian jenis tanaman obat yang biasa digunakan di lingkungan pekarangannya. Hal ini disebutkan sebagai usaha untuk mempermudah dalam menyiapkan bahan ramuan kepada pasien. Namun beberapa jenis tanaman obat masih harus diambil langsung dari hutan. Tanaman obat yang langsung dari hutan dinyatakan sebagai tanaman-tanaman yang sulit untuk dibudidayakan misalnya habitusnya pohon besar, atau tanaman yang menurut mereka terlalu berbahaya jika ditanam di pekarangan atau di kebun karena sangat beracun.

  Menurut informasi dari battra masih banyak masyarakat di Jayapura yang tinggal di pedalaman menggunakan tanaman obat untuk mengatasi masalah kesehatan. Selain karena keterbatasan sarana pelayanan kesehatan formal, mereka percaya bahwa warisan leluhur berupa pengetahuan dalam teknik pengobatan dengan memanfaatkan apa yang disediakan alam harus dilestarikan dan dipegang teguh untuk kemudian diturunkan ke generasi berikutnya.

  Dari pengamatan lapangan di kabupaten Jayapura tumbuh berbagai jenis pepohonan hutan antara lain palangium, betanggur dan calorium. Disamping itu berbagai hewan khas Papua juga masih sering dijumpai yaitu burung cendrawasih, burung mambruk, kakaktua, babi dan masing-masing ada yang ditemukan liar dan sebagian sudah ditangkarkan oleh penduduk.

  Dengan berbagai jenis lingkungan hidup dan bentang daratan yang luas, maka terdapat berbagai jenis tanaman yang dapat dijumpai. Keanekaragaman flora yang ada dan kelangkaan Dipterocarpaceae ternyata tidak menguntungkan bagi pengusaha kayu. Pohon cemara Casuarina

  equisetifolia, C. papuana dan C. nodiflora

  diusahakan baik untuk meningkatkan kesuburan tanaman maupun sebagai penghasil kayu di daerah berlereng dan di tepi jalan. Jenis pandan yang berakar tunjang tinggi juga umum sekali dan tersebar luas di semua tipe hutan, beberapa buahnya diproduksi menjadi obat tradisional Volume 6, No. 2, Desember 2013 Yuli Widiyastuti dan Tri Widayat

  yang sangat terkenal yaitu buah merah.

  14 Selu, ningrum Derris elliptica Akar Luka menahun, borok

  24 Bawang bom-bom Allium cepa Umbi Mencegah bisul

  23 Kacang walang Vigna sinensis Daun Menghentikan ASI

  Daun Membersihkan rahim

  22 Turi

  21 Mayana Coleus artopurpureus Herba Gangguan pencernaan, sakit mata

  20 Tusya isum Orthosipon stamineus Herba Kencing batu, batu ginjal

  Batang Maag, berak darah

  19 Min Saccarum officinarum

  18 Keya Andropogon nardus Batang Patah tulang, keseleo

  17 Belakang babiji Phyllantus niruri Herba Sakit setelah melahirkan

  Getah Tetes mata

  16 Kintrang Euphorbia hirta

  15 Sotsot kit Jathropa sp. Getah Menghilangkan lendir tebal di lidah

  13 Kim kiklet, sibu-sibu Alsophyla glauca Buah Luka menahun

  Sampai saat ini penggalian tentang jenis- jenis tanaman obat yang ada di kabupaten Jayapura masih sangat terbatas. Padahal potensi kekayaan jenis-jenis floranya baik yang sudah terdomestikasi maupun yang masih tersimpang di hutan-hutan sangat besar. Disamping masyarakat di kabupaten ini masih memegang teguh tradisi dalam sistem pengobatan dan untuk menjaga kesehatan. Data jenis-jenis tanaman obat yang digunakan oleh battra hasil survei etnobotani medis di kabupaten Jayapura disajikan pada Tabel 2.

  12 Keneng Bryonopsis laciniosa Daun M e n g h e n t i k a n pendarahan

  11 Didep pupoli Kalanchoe pinnata Daun Demam

  10 Bukai, ubi jalar Ipomea batatas Getah M e n g h e n t i k a n pendarahan

  9 Yewut naden, ubi jalar Ipomea sp. Daun Kencing batu

  8 Fefaya Carica papaya Daun Malaria, mengusir lalat

  7 Baluwasi Cassia alata Daun Kudis

  6 Ifong, kayu susu Alstonia scholaruis Kulit batang TBC, malaria

  5 Kamboja Plumeria acuminata Getah Sakit gigi

  4 Bunga bom-bom Catharanthus roseus Bunga Batuk, TBC

  3 Banu-banu, fele-fele Crinum asiticum Batang Sakit setelah melahirkan

  2 Wafe Mangifera indica Kulit buah Diare/mencret

  

1 Wafung pala disepa Eupatorium triplinerve Daun Sakit pinggang,

punggung, sakit kepala

  Tabel 2. Data Tanaman Obat yang Digunakan Oleh Pengobat Tradisional di Kabupaten Jayapura No Nama Tanaman Nama Botani Bagian yang Digunakan Khasiat

Sesbania grandiflora

  Volume 6, No. 2, Desember 2013

  46 Songkali Kaempferia galanga Rimpang Sakit tenggorokan, masuk angin, bengkak

  41 Samo Pometia pinnata Kulit buah, tangkai daun M e n c r e t , mengeringkan tali pusar

  42 Wase wamco Solanum sp. Herba Malaria, pegal linu

  43 Sekei Laportea decumana Daun Pegal-pegal

  44 Klanjang Clerodendron squamatum Daun Bisul

  45 Mitek ip Zingiber officinale

  Rimpang Sakit tenggorokan, batuk

  47 Yanggu Curcuma domestica

  Buah Luka iris

  Rimpang Sengatan serangga, gatal-gatal

  48 Langkuas Alpinia galanga Rimpang Panu

  49 Sambung nyawa Graptophylluum pictum Daun Paru-paru

  50 Kamai

  G. pictum var. Lurido sanguineum Daun Sakit lambung

  51 Masohi Massoia aromatica

  40 Nunggu Evodia suaveolens Daun Menghilangkan bau badan

  39 Semlase kisik, lemon Citrus hystrix

  INVENTARISASI TANAMAN OBAT DI KABUPATEN JAYAPURA PROPINSI PAPUA Inventory of Medicinal Plants in Jayapura, Papua

  31 Mania lewangga Averrhoa bilimbi Buah, daun, bunga, buah Anti jerawat, h i p e r t e n s i , g o n d o n g a n / m u m , batuk, sakit gigi

  25 Benalu Loranthus sp. Akar Sakit tulang belakang, hipertensi

  26 Tangan yangga Arcangelisia flava Akar Pegal-pegal

  27 Tusya wafung Mimosa pudica Daun Asma, sesak nafas

  28 Andu temci Musa paradisiaca Batang Mencegah bisul

  29 Cengke Eugenia aromatica Daun Menyegarkan badan

  30 Malefon Phalaenopsis sp. Buah, daun Luka lama, kudis

  32 Kim bu, kim don bu Cocos nucifera Air buah Anti racun, anti alergi

  38 Puru, lomong cui, semlase lemong Citrus aurantifolia Buah Sakit tenggorokan, sesak nafas, batuk

  33 Dawut naggom Areca cathecu Buah, biji Menghilangkan lendir di bagian atas lidah, menguatkan gigi, anti kuman

  34 Semia, kumuk Metroxylon sagu Sagu basah Cacar air

  35 Bam Piper betle

  Daun Batuk rejan

  

36 Nusa indah Mussaenda sp. Daun Perut bengkak,

rematik, diuretik, nafsu makan, masuk angin, pegal

  37 Watu Morinda citrifolia Daun Luka, bengkak, buah zakar bengkak

  Kulit kayu Tolak bala Yuli Widiyastuti dan Tri Widayat

  

52 Sirih Piper betle Buah, daun Anti infeksi, luka baru,

kutu air

  53 Gedi Quassia amara Daun Bisul, ambeien

  54 Terong hutan Daun Batu ginjal Solanum sp.

  55 Kay raja Endospermum moluccanum Akar M e n j a r a n g k a n kelahiran

  56 Gendarusa Justicia gendarussa Akar, daun Kontrasepsi pria

  

57 Cermai Phylantus acidus Buah, akar, daun Perut mual, asma,

kanker

  58 Kayu besi Instia plurijuga Kulit batang Sesak dada

  

59 Akar pinggang Urena lobata Akar Ginjal, maag, rematik,

diabetes, sesak nafas, hipertensi, sakit tulang

  60 Tali kuning Arcangelisia flava Batang Sakit kuning

  61 Hitenggang Ficus sp. Buah, daun Pembersih mulut

  62 Rumput kembar Biophytum sp. Herba M e n y u b u r k a n kandungan

  63 Sirih hutan Piper sp. Daun Luka

  64 Nenemo Laportea sp. Daun Patah tulang

  65 Jarak Ricinnus communis Daun Kudis

  66 Sereh Daun Kudis

  Andropogon citratus

  67 Binahong Anredera cordifolia Daun Stroke

  68 Katapang Terminalia catappa Kulit kayu Menurunkan gula darah

  69 Tali putri Cassytha filiformis Herba Pendarahan

  Dari Tabel 2 dapat diketahui sebanyak 69 diperdagangkan sebagai bahan rempah-rempah spesies tanaman obat yang digunakan oleh tiga atau bumbu. orang battra. Semua jenis tanaman obat yang Semua battra sudah melakukan upaya digunakan oleh battra dan yang terinventarisasi budidaya tanaman obat di pekarangannya semua telah berhasil diidentifikasi. Hal ini meskipun jenisnya masih sangat terbatas. Hal ini karena sebagain besar tanaman yang digunakan dikarenakan mereka setiap saat harus mampu adalah tanaman yang secara umum sudah banyak menyediakan bahan ramuan jika kedatangan diketahui masyarakat dan mudah ditemukan di pasien. Jika di sekitar tempat tinggal battra sekitar kediaman battra. Meskipun demikian, sudah cukup banyak tersedia tanamannya maka menurut informasi dari battra sebagian besar Batta tidak lagi membudidayakan, seperti sirih tanaman obat yang digunakan umumnya dan pinang. Kedua jenis tanaman obat ini sangat masih harus dikumpulkan dari tanaman liar. populer di masyarakat Jayapura sebab keduanya Tanaman obat yang sudah dibudidayakan seperti digunakan sebagai bahan “makan sirih”. empon-empon biasanya bahannya dibeli oleh Banyak tanaman obat yang digunakan battra di pasar karena memang sudah umum oleh battra dalam pelayanan kepada masyarakat

  Volume 6, No. 2, Desember 2013

  Volume 6, No. 2, Desember 2013

  INVENTARISASI TANAMAN OBAT DI KABUPATEN JAYAPURA PROPINSI PAPUA Inventory of Medicinal Plants in Jayapura, Papua

  diramu dalam bentuk segar, sehingga mereka tidak melakukan kegiatan pengeringan (pasca panen). Beberapa jenis tanaman obat yang digunakan dalam bentuk kering umumnya mereka simpan di dalam kantong plastik. Namun sangat disayangkan mereka tidak melakukan pencatatan tangga penyimpanan.

  Ada satu jenis tanaman ”berbahaya” yaitu daun gatal yang oleh battra digunakan dalam pengobatan dan sudah berlangsung sejak dahulu kala. Tentunya hal ini perlu memperoleh pengawasan dalam rangka perlindungan masyarakat dari kerugian akibat cara pengobatan yang salah. Beberapa orang yang sensitif akan mengalami luka serius jika terkena sengatan duri daun gatal, sehingga dalam praktek pengobatan dengan menggunakan daun ini perlu dilakukan secara selektif dan hati-hati.

  Semua jenis tanaman obat yang dogunakan oleh battra juga dapat ditemukan di pulau-pulau lain di Indonesia, bahkan beberapa jenis sudah sangat umum dikenal oleh masyarakat seperti empon-empon. Namun untuk jenis tanaman yang sama kemungkinan digunakan pada pengobatan penyakit yang sama sekali berbeda. Pola penyakit masyarakat yang umumnya datang ke battra sebagian adalah penyakit kulit dan infeksi serta masih jarang yang mengalami penyakit gangguan metabolisme atau degeneratif.

  Sesuai informasi yang dapat ditelusuri dari berbagai literatur berupa laporan hasil penelitian tentabng tanaman obat di Jayapura, sebenarnya masih banyak jenis-jensi tanaman obat yang belum berhasil diinventarisasi pada penelitian ini.. Hal tersebut dikarenakan katerbatasan waktu pelaksanaan kegiatan sehingga cakupan area penelitian hanya terbatas. Secara faktual masih banyak battra yan berpraktek di tengah masyarakat yang belum berhasil diwawancarai. Untuk itu sebenarnya kegiatan ini harus terus dilakukan dengan memilih daerah-daerah lain yang belum disurvei mengingat kekayaan flora khususnya tanaman obat di propinsi Papua ini sangat besar.

  KESIMPULAN

  Keberadaan Battra di kabupaten Jayapura propinsi Papua masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan secara umum. Dari kegiatan ini juga terinventarisasi sebanyak 69 spesies tanaman obat yang digunakan oleh 3 orang Battra dari 42 familia. Terinventarisasi pula 79 ramuan obat tradisional untuk mengatasi 64 indikasi penyakit. Hampir semua jenis tanaman obat yang digunakan merupakan tanaman obat yang secara umum sudah dikenal oleh masyarakat luas, dan tidak ada yang memiliki status terkikis.

  DAFTAR PUSTAKA

  Adimihardja K. 1996. Sistem Pengetahuan Lokal dan Pengembangan Masyarakat Desa.

  Seminar Jepang-Indonesia di Kogashima. UPT INRIK UNPAD. Makalah Tidak Diterbitkam. Bandung.

  Banundi, B. 2003. Ramuan Obat Tradisional suku Moi, Desa Maribu, Distrik Sentani.

  Tulisan Pribadi Tidak Dipublikasi. Friedberg, C. 1990. Le savoir botanique des Bunaq,

  percevoir et classer dans le Haut Lamaknen (Timor, Indonesie). Paris: Editions du

  Muséum, Botanique, Série B. Yuli Widiyastuti dan Tri Widayat

  Hendra, M. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan Buah- Buahan dan Sayuran Liar Oleh Suku Dayak Kenyah, Kalimantan Timur (Makalah Pengantar Falsafah Sains). Institut Pertanian Bogor.

  Martin, G.J., 1995. Ethnobotany: A ‘People and Plants’ Conservation Manual. Chapman and Hall, London.

  Rifai MA. dan Waluyo EB. 1992. Etnobotani dan Pengembangan Tetumbuhan Pewarna Indonesia : Ulasan suatu Pengamatan di Madura. Prosiding Seminar dan Lokakarya

  Nasional Etnobotani. Departemen

  Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan. Indonesia:Bogor.

  Volume 6, No. 2, Desember 2013