BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Inkuiri terhadap Peningkatan Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang biasa disingkat dengan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. IPS merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terdapat berbagai bidang ilmu yang diajarkan secara terpadu. Dalam (Sapriya, 2009: 194) dijelaskan bahwa,
Untuk jenjang SD/MI, pengorganisasian materi mata pelajaran
IPS menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristuk usia, tingkat perkembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya.
Dari penjelasan tersebut dapat diidentifikasi bahwa dalam jenjang SD/MI mata
pelajaran IPS yang memuat berbagai bidang ilmu diajarkan secara terpadu dan disajikan sesuai dengan kehidupan nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi IPS dikemukakan oleh Widarto, Tri dan Suwarso, (2007: 1) yaitu IPS merupakan program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Dari pengertian tersebut maka dapat ditelaah bahwa dalam pendidikan IPS terdapat penggabungan antara disiplin ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan. Sedangkan Buchari, A (2010: 143) menjelaskan bahwa IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Dengan demikian maka IPS diharapkan mampu mendidik siswa untuk dapat berinteraksi serta bermasyarakat dengan baik.
Definisi IPS juga dikemukakan oleh NCSS (National Council for the
Social Studies is the integrated study of social sciences and
humanities to promote civic competence. Within the school
program, social studies provides coordinated, systematic study
drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology,
economics, geography, history, law, philosophy, religion, and
sociology, as well as appropriate content from humanities,
mathematics, and natural sciencesDefinisi IPS oleh NCSS tersebut apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: IPS adalah studi sosial yang didalamnya terintegrasi ilmu- ilmu sosial dan humaniora untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan. Dalam program sekolah, IPS dikembangkan dengan sistematis berdasarkan pada disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, agama, dan sosiologi, serta disiplin ilmu lain seperti humaniora, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Jadi IPS merupakan ilmu pengetahuan yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang dipadukan sehingga menjadi suatu bidang ilmu pengetahuan.
Dari berbagai pengertian tentang IPS yang telah disampaikan para pakar, maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora serta masalah-masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD
Suatu ilmu pengetahuan yang diajarkan tentunya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai, demikian juga dengan pembelajaran IPS juga memiliki berbagai berbagai tujuan yang akan dicapai. Dalam Lampiran Permendiknas No.24 tentang Standar Isi (2006: 417) disampaikan bahwa tujuan pembelajaran mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Tujuan yang disampaikan oleh BNSP dapat dijabarkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengajarkan kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam berbagai disiplin ilmu seperti geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi serta diharapkan dapat menjadi warga negara yang memiliki kemampuan dalam hidup bermasyarakat, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, memiliki komitmen terhadap nilai sosial, dan mampu bekerja sama serta berkompetisi dalam dunia lokal, nasional, dan global.
Pembelajaran IPS diharapkan dapat memberi bekal kepada peserta didik untuk dapat menghadapi kehidupan di masa mendatang, karena Indonesia akan menghadapi pasar global. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Lampiran Permendiknas No.22 tentang Standar Isi, 2006: 417).
Dalam Lampiran Permendiknas No.22 tentang Standar Isi, (2006: 417) juga disajikan ruang lingkup dalam pembelajaran IPS. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3. Sistem Sosial dan Budaya 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. Di bawah ini pada tabel 2.1 akan dijelaskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang diajarkan pada kelas 4 Semester II, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar2.
2.1 Mengenal sumber daya Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan alam, kegiatan dengan sumber daya alam dan potensi lain di ekonomi, dan kemajuan daerahnya teknologi di lingkungan
2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam kabupaten/kota dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat provinsi
2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
Sumber: Sapriya, (2009: 198)
2.1.2 Pendekatan Inkuiri dan Pembelajaran Langsung pada Pembelajaran
IPS 1) Pendekatan Inkuiri
Salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
IPS adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat berpikir kritis. Dalam pendekatan pembelajaran inkuiri guru hanya berperan sebagai fasilitator mengarahkan siswa agar aktif dan kreatif dalam pembelajaran, sehingga siswa mampu merumuskan masalah hingga menarik kesimpulan pada suatu materi pelajaran. Menurut Hamruni (2012: 88) pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang secara kritis dan analitis, melalui proses berpikir tersebut siswa diharapkan dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dimunculkan dalam pembelajaran.
Proses untuk menemukan jawaban yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran inkuiri dapat dilakukan melalui kerja kelompok. Hal ini disampaikan oleh Kourilsky (1978: 68) dalam Hamalik, Oemar (2001: 220), yang menjelaskan bahwa pengajaran inkuiri adalah suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa yang terdiri dari sekelompok siswa yang bertugas untuk mencari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural di dalam kelompok. Sekelompok siswa yang terlibat dalam pembelajaran inkuiri harus mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru melalui prosedur yang sudah ditetapkan, sehingga dalam proses mencari jawaban sekelompok siswa tersebut tidak boleh asal menentukan jawaban semaunya sendiri. Sedangkan Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana (2009: 77) memiliki pendapat yang lain tentang pembelajaran inkuiri yaitu merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil dari proses berfikir secara sistematis, logis dan kritis yang dilakukan siswa dalam mencari dan menemukan jawaban, sehingga melalui pembelajaran inkuiri siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya.
Dari beberapa pengertian pendekatan pembelajaran inkuiri yang disampaikan oleh para pakar, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan rangakaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan melalui proses berpikir ilmiah yang logis, kritis, dan sistematis.
Pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk dapat mengembangkan potensi dirinya, siswa bebas bereksplorasi melalui pemikirannya yang dituangkan dalam langkah kerja ilmiah. Berdasarkan kadar inkuirinya, menurut Hidayati, dkk (2010: 6-4) pembelajaran inkuiri dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Free inquiry yaitu siswa memiliki kebebasan penuh dalam menetapkan tujuan, isi, dan cara belajar. Fungsi guru hanya mengawasi pelaksanaannya.
2) Modified free inquiry yaitu siswa tidak lagi bebas sepenuhnya, karena dalam beberapa hal siswa mendapatkan pengarahan dan pengawasan guru.
3) Guided inquiry yaitu kebebasan siswa semakin berkurang, dengan kata lain peran guru semakin besar.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri dapat memilih salah satu cara pelaksanaan pembelajaran inkuiri tersebut, tetapi dalam pemilihan hendaknya disesuaikan dengan kondisi kelas yang sedang dihadapi.
Diantara berbagai pendekatan pembelajaran tentunya memiliki ciri khas sendiri-sendiri yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran yang lain, demikian juga dengan pendekatan inkuiri memiliki ciri tersendiri. Adapun menurut (Hamruni, 2012: 89) ciri utama pendekatan pembelajaran inkuiri yaitu:
Pertama, pendekatan inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa
secara maksimal untuk mencari dan menemukan.Artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Pendekatan pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, tapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.Ketiga, tujuan penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendekatan inkuiri terdapat beberapa prinsip yang yang menjadi acuan dalam melaksanakan proses merupakan pendekatan yang menekankan kepada intelektual siswa.Perkembangan mental (intektual) menurut Piaget, dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu dan equilibration. Keempat
maturation, physical experience, social experience,
hal tersebut yang menjadi prinsip-prinsip dalam pendekatan pembelajaran inkuiri, oleh (Hamruni, 2012: 91) prinsip-prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan
anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik yang meliputi pertumbuhan tubuh,
pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem syaraf. Physical
experience, adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap
benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Social experience, adalah
aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain.Equilibration, adalah proses
penyesuaian antra pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru
yang ditemukannya.Dengan adanya prinsip-prinsip dalam pendekatan pembelajaran inkuiri, maka guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis pendekatan inkuiri harus berdasarkan prinsip-prinsip tersebut.
Sintaks Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Dalam suatu pendekatan pembelajaran tentunya terdapat langkah- langkah atau sintaks pelaksanaannya, berikut akan dijabarkan sintaks pelaksanaan pembelajaran inkuiri. Menurut Bruce Joyce dan Marssha Weil dalam Hidayati, dkk (2010: 6-10), ada 5 tahap pelaksanaan inkuiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya teori, yaitu: 1)
Tahap pertama, guru memberikan permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri kepada siswa. Tahap pertama ini guru menjelaskan tujuan dan proses pelaksanaan pembelajaran inkuiri, selanjutnya guru bisa memberikan pertanyaan kepada siswa dengan jawaban ya atau tidak (yes and
no questoins) yang bertujuan agar siswa dapat berpikir lebih teliti. Tahap
awal untuk membawa siswa ke dalam pemikiran inkuiri dapat dilakukan dengan memberikan permasalahan, ide, pemikiran atau gagasan yang sederhana.
2) Tahap kedua, adalah verifikasi yaitu siswa mengumpulkan data atau informasi tentang masalah yang dimunculkan dalam tahap pertama. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru dengan jawaban ya atau tidak.
3) Tahap ketiga, adalah tahap eksperimen, pada tahap ini siswa dapat mengajukan faktor atau unsur baru ke dalam permasalahan untuk melihat apakah unsur tersebut berpengaruh terhadap permasalahan yang dimunculkan. Selanjutnya guru dapat memfasilitasi siswa untuk menyusun dan menguji hipotesis.
4) Tahap keempat, guru dapat memfasilitasi siswa untuk mengorganisir data yang didapat, selanjutnya siswa dapat menyusun deskripsi atau penjelasan dari temuan yang mereka dapat dari proses yang telah dilakukan sehingga diperoleh kesimpulan.
5) Tahap kelima, siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri. Pada tahap ini merupakan tahap refleksi dimana siswa boleh mengevaluasi terhadap masalah yang dimunculkan oleh guru, sehingga guru dapat menganalisis proses inkuiri yang telah dilaksanakan dan mengembangkan proses inkuiri agar lebih efektif.
Sintaks pembelajaran inkuiri yang berbeda disampaikan oleh Hamruni, (2012: 95) yaitu sebagai berikut: 1)
Orientasi, adalah langkah awal untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini, guru mengkondisikan siswa dengan melakukan tanya jawab tentang permasalahan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Selanjutnya guru dapat menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dari siswa, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa. 2)
Merumuskan Masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki dan menantang siswa untuk di dalam masalah tersebut pasti ada jawabannya dan siswa didorong untuk menemukan sendiri jawaban tersebut. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa agar siswa termotivasi untuk menemukan jawabannya. Guru dapat memfasilitasi siswa untuk menemukan permasalahan yang mengandung teka- teki dan hendaknya konsep-konsep yang terkandung dalam masalah tersebut merupakan konsep yang sudah diketahui siswa. 3)
Mengajukan Hipotesis, hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji, sebagai jawaban sementara maka hipotesis perlu diuji kebenarannya. Pada tahap ini siswa dapat mengembangkan pemikirannya untuk dapat menentukan apakah hipotesis yang diajukan dapat memberikan jawaban atas masalah yang diajukan. 4)
Mengumpulkan Data, merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam tahap ini siswa dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dengan masalah yang dimunculkan. Informasi dapat diperoleh dari narasumber, buku, internet atau sumber lain yang relevan. 5)
Menguji Hipotesis, merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya untuk menentukan jawaban berdasarkan data yang atau informasi yang diperoleh. 6)
Merumuskan Kesimpulan, merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Guru dapat memfasilitasi siswa agar kesimpulan yang dirumuskan siswa tidak salah, dalam hal ini guru dapat menunjukkan informasi yang relevan agar siswa dapat merumuskan kesimpulan yang tepat.
Filsuf pendidikan Amerika terkenal, John Dewey, dalam Sapriya (2009: 81) menyarankan langkah-langkah pembelajaran inkuiri dalam buku klasiknya
How We Think yang diterbitkan tahun 1910 sebagai berikut:
1) Menggambarkan indikator-indikator masalah atau situasi, pada tahap ini guru dapat menyajikan masalah yang sesuai dengan situasi atau konsep yang telah diketahui oleh siswa.
2) Memberikan kemungkinan jawaban atau penjelasan, kemungkinan jawaban biasa dikenal dengan istilah hipotesis. Siswa diarahkan untuk menyusun hipotesis terhadap pokok permasalahan yang disajikan.
3) Mengumpulkan bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran jawaban atau penjelasan, dalam tahap ini dikenal dengan tahap mengumpulkan data. Siswa mengumpulkan data atau informasi yang relevan terhadap pokok permasalahan, data tersebut harus dicari dari sumber yang dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan kebenarannya.
4) Menguji kebenaran jawaban sesuai dengan bukti-bukti yang terkempul, pada tahap ini siswa menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan berdasarkan data dan informasi yang telah didapat dari tahap sebelumnya.
5) Merumuskan kesimpulan yang didukung oleh bukti yang terbaik, dari hasil menguji hipotesis maka didapat jawaban atas permasalahan yang kemudian digunakan untuk merumuskan kesimpulan.
Sintaks pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan sebagai sintaks pembelajaran inkuiri yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Siswa menerima masalah dari guru dan melakukan tanya jawab seputar masalah yang diberikan.
2) Merumuskan masalah, dalam tahap ini guru memfasilitasi siswa untuk merumuskan masalah.
3) Mengajukan hipotesis, siswa menyusun jawaban sementara terhadap masalah yang dimunculkan pada tahap awal.
4) Mengumpulkan data, siswa mencari data dan informasi yang relevan terhadap pokok permasalahan.
5) Menguji hipotesis, siswa melakukan verifikasi terhadap hipotesis yang diajukan dengan data yang telah dikumpulkan untuk menentukan jawaban yang tepat.
6) Merumuskan kesimpulan, siswa mendeskripsikan hasil temuan yang diperoleh dari tahap demi tahap yang telah dilakukan.
7) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran, siswa mengevaluasi terhadap masalah yang dimunculkan oleh guru, sehingga guru dapat meganalisis dan mengembangkan proses inkuiri yang dilaksanakan dan siswa dapat melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa.
2) Pembelajaran Langsung
Menciptakan suasana pembelajaran aktif di dalam kelas salah satu yaitu dapat dilakukan melalui pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung sering disebut juga dengan Direct Instruction. Menurut Silbernam dalam Amri Shofan dan Iif Khoiru A (2010: 39) pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada materi yang akan diajarkan. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan materi apapun. Dengan demikian pembelajaran langsung sangat fleksibel untuk digunakan dalam berbagai mata pelajaran.
Definisi lain menurut Amri, Shofan dan Iif Khoiru A (2010: 42), pembelajaran langsung merupakan salah satu pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Dari definisi tersebut diketahui bahwa pembelajaran langsung mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang berbagai prosedur, proses, atau tahapan suatu materi pembelajaran, sedangkan pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan tentang berbagai konsep dalam berbagai materi pembelajaran. Sehingga melalui pembelajaran langsung diharapkan siswa dapat mengetahui berbagai konsep dan prosedur suatu materi
Pembelajaran langsung memiliki lima fase penting, hal ini dikemukakan oleh Amri, Shofan dan Iif Khoiru A (2010: 43), yaitu sebagai berikut: 1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
Fase pertama ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa tahu mengapa mereka harus mempelajari materi tersebut, sehingga siswa dengan jelas dapat mengerti keseluruhan tahap pembelajaran. Selanjutnya guru mempersiapkan siswa agar perhatian siswa terpusat pada materi pembelajaran. 2) Mendemonstrasikan pengetahuan atau ketrampilan.
Pada fase ini guru guru menyampaikan informasi dan mendemonstrasikan materi kepada siswa dengan jelas. Dalam hal ini guru harus benar-benar menguasai materi serta melakukan pengecekan terhadap pemahaman siswa apakah informasi yang disampaikan guru sudah jelas atau belum. 3) Menyediakan latihan terbimbing.
Fase ketiga ini merupakan tahap yang penting dalam pembelajaran langsung, dalam latihan terbimbing diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran. 4) Menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balik.
Fase ini dilakukan untuk memberikan umpan balik kepada siswa terhadap latihan terbimbing yang telah dilaksanakan. 5) Memberikan kesempatan latihan mandiri.
Kesempatan latihan mandiri yang diberikan dalam pembelajaran langsung biasanya adalah pekerjaan rumah.
Langkah kegiatan pembelajaran langsung yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa. 2) Guru mendemonstrasikan pengetahuan kepada siswa. 3) Guru memberikan latihan terbimbing. 4) Guru menganalisis pemahaman siswa dan memberikan umpan balik. 5) Guru memberikan kesimpulan pembelajaran.
2.1.3 Motivasi Belajar IPS
Seorang pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab yaitu mendidik siswanya agar menjadi seseorang baik dalam budi pekerti, pandai dalam berbagai macam mata pelajaran, serta berguna bagi nusa dan bangsa. Salah satu komponen utama dari tugas tersebut yaitu mengajarkan berbagai materi pelajaran, seorang pendidik tentu tidak mudah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tersebut. Untuk mencapai hal tersebut tentunya tidak mudah dan pasti banyak kendala yang dialami, salah satunya yaitu kendala dari dalam diri siswa sendiri yaitu motivasi untuk belajar. Motivasi untuk belajar IPS setiap siswa tentu bervariasi, ada yang tinggi, ada yang sedang, bahkan ada yang rendah. Untuk itu, para pendidik khususnya guru memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPS.
Seorang guru yang ingin meningkatkan motivasi belajar siswanya terhadap suatu mata pelajaran tertentu, tentu harus memahami pengertian dari motivasi itu sendiri. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 80) motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dorongan mental yang dimiliki siswa berpengaruh besar terhadap perilaku belajar siswa. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989; Siagian 1989; Schein 1991; Biggs & Tefler; 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 80). Sorang siswa yang termotivasi untuk belajar, maka sikap dan perilaku siswa tersebut akan cenderung terarah dan tergerak untuk belajar dengan tekun.
Seorang siswa akan termotivasi untuk belajar karena siswa tersebut memiliki tujuan tertentu. Hal ini diungkapkan oleh Mc. Donald dalam A.M, Sardiman (2014: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Jadi motivasi muncul berawal dari ketertarikan terhadap suatu hal kelas 6 SD memiliki motivasi yang tinggi untuk dalam kegiatan belajar karena siswa tersebut memiliki tujuan agar lulus dalam ujian nasional.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (A.M, Sardiman, 2014: 75). Jadi seorang siswa yang sedang melakukan aktifitas belajar dibutuhkan dorongan dan kemauan untuk melakukan aktifitas belajar tersebut demi tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.
Dari beberapa pengertian tentang motivasi, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan memberi arahan kepada seseorang dalam melakukan sesuatu, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Dalam melakukan kegiatan belajar, apabila siswa tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki apakah siswa tersebut sedang sakit, sedang ada masalah, atau memang tidak suka dengan pelajaran itu sendiri. Hal ini perlu diselidiki apakah sebab yang menimbulkan kedaan demikian pada siswa. Jika sudah diketahui sebab yang pasti, maka guru dapat melakukan tindak lanjut dengan memberikan motivasi kepada siswa tersebut agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.
Indikator motivasi yang diberikan kepada siswa atau komponen- komponen penting yang terdapat dalam motivasi itu sendiri, menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 80) ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Sebagai contoh seorang siswa merasa bahwa hasil belajarnya rendah, pada siswa tersebut memiliki berbagai buku atau sumber belajar yang sangat lengkap, sehingga siswa tersebut memiliki kebutuhan untuk mengubah cara belajarnya agar hasil belajarnya meningkat. Komponen yang kedua yaitu dorongan, menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 81) dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Sebagi contoh seorang siswa kelas 6 SD memiliki harapan untuk diterima di SMP favorit di kotanya, sedangkan siswa tersebut memiliki hasil belajar yang cukup rendah pada mata pelajaran tertentu, maka siswa tersebut akan terdorong untuk mengikuti les pada bimbingan belajar agar dapat masuk pada sekolah yang diharapkan. Selanjutnya yaitu tujuan, tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini adalah perilaku belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 81). Seorang siswa kelas 6 SD yang mengikuti bimbingan belajar tadi dapat masuk pada SMP yang diharapkan sehingga tujuan belajarnya tercapai.
Unsur-unsur penting yang terkandung dalam motivasi juga diungkapkan oleh Mc. Donald dalam A.M, Sardiman (2014: 74), yaitu sebagi berikut: 1)
Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Setiap siswa yang termotivasi untuk belajar IPS, maka siswa tersebut akan memiliki energi atau kekuatan lebih untuk mau mengikuti dan mempelajari pelajaran IPS. 2)
Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Sehingga seorang siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar IPS akan memiliki perasaan suka yang lebih terhadap pelajaran IPS. Dalam hal ini dapat dipengaruhi faktor eksternal dari dalam diri siswa seperti model atau pendekatan yang digunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran. 3)
Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. Sebagi contoh seorang siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar IPS karena siswa tersebut memiliki tujuan agar lulus ujian. Sedangkan menurut Hamalik, Oemar (2013: 159) ada dua komponen- komponen motivasi yaitu komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer
component). Komponen dalam merupakan perubahan diri seseorang, keadaan
tidak puas, dan ketegangan psikologis. Sebagai contoh seorang siswa yang yang tidak puas terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS, maka siswa tersebut akan merubah cara belajarnya serta meningkatkan motivasinya untuk belajar IPS. kelakuannya. Sebagi contoh seorang siswa mengikuti bimbingan belajar karena siswa tersebut memiliki tujuan ingin mendapatkan hasil ujian nasional yang baik. Jadi, komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai. Dari beberapa penjelasan menurut para pakar, maka dalam penelitian ini akan memakai unsur- unsur yang terkandung dalam motivasi menurut Mc. Donald karena unsur-unsur yang terkandung dalam motivasi menurut Mc. Donal lebih operasional sehingga lebih mudah dilaksanakan. Unsur-unsur tersebut yaitu: 1)
Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perubahan energi tersebut memberi dorongan dan kekuatan yang lebih kepada manusia untuk mau melakukan sesuatu, sehingga apabila seorang siswa termotivasi untuk belajar IPS maka dapat didentifikasi melalui indikator sebagai berikut:
1) Mau mengikuti pelajaran IPS. 2) Mau menyimak pelajaran IPS. 3)
Mau merumuskan masalah dalam pembelajaran IPS 4)
Mau mengajukan hipotesis dalam pembelajaran IPS 5)
Mau mengumpulkan data dalam pembelajaran IPS 6)
Mau menguji hipotesis dalam pembelajaran IPS 7)
Mau merumuskan kesimpulan dalam pembelajaran IPS 2)
Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling. Dengan adanya motivasi yang tumbuh dalam diri seseorang untuk melakukansuatu hal maka akan timbul rasa suka terhadap hal tersebut. Begitu juga seorang siswa yang termotivasi untuk belajar IPS, maka dapat diidentifikasi melalui indikator sebagai berikut:
1) Suka mata pelajaran IPS. 2) Suka mengerjakan tugas IPS. 3) Suka mempelajari materi IPS. 4) Suka membaca buku mata pelajaran IPS. 5) Suka mencatat hal penting dalam pelajaran IPS.
7) Suka merespon pertanyaan yang diberikan guru dalam pelajaran IPS. 3)
Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. Seorang siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar IPS karena siswa tersebut memiliki tujuan dalam belajar IPS. Tujuan belajar yang ingin dicapai siswa diwujudkan melalui:
1) Memiliki buku materi IPS untuk belajar. 2) Memiliki buku catatan yang rapi untuk memudahkan belajar IPS. 3) Belajar IPS penting untuk kehidupan sehari-hari. 4) Belajar IPS untuk mendapatkan tantangan baru dalam belajar. 5) Belajar IPS untuk memperoleh pengetahuan baru. 6) Belajar IPS untuk mendapat skor minimal 80 dalam ulangan. 7) Belajar IPS untuk meningkatkan semangat belajar. Motivasi dapat diukur yaitu dengan melakukan pengukuran yang menggunakan instrumen (alat ukur). Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentun angka dari suatu objek yang diukur, Pengukuran motivasi menggunakan instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran.
Skala pengukuran yang sering digunakan adalah: Skala Guttman Dalam Arikunto, Suharsimi, (2012: 196) dijelaskan bahwa,
Skala Guttman sama dengan yang disusun Borgadus, yaitu berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila responden setuju pernyataan nomor 2 , diasumsikan setuju nomor1. Selanjutnya juka responden setuju dengan pernyataan nomor 3 berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.
Skala Thurstone dalam Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012: 207) dijelaskan bahwa, Skala Thurstone dikembangkan oleh LL. Thurstone dari metode psikofisikal yang bertujuan untuk mengurutkan responden berdasarkan kriteria atau ciri tertentu. Skala Thurstone disusun dalam interval yang mendekati sama besar (equal appearing
interval). Hasil dari skala Thurstone adalah sejumlah pertanyaan
sekitar 20 buah, yang telah diketahui posisi pertanyaan yang berdasarkan penilaian juri/pakar. Skala Thurstone terdiri dari 7 kategori, yang paling banyak bernilai 7 dan yang paling kecil bernilai 1. Skala Likert dalam Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012: 207) dijelaskan bahwa,
Skala Likert dikembangkan oleh Rensis Likert, banyak digunakan dalam penelitian moral (sikap, pendapat, dan persepsi) seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert kompetensi yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Lisa Marsudiatmi pada tahun 2013 yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) terhadap Pemahaman Konsep IPA Materi Cahaya Ditinjau dari Motivasi Belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dan model pembelajaran Langsung (Direct Instruction) terhadap pemahaman konsep IPA materi cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus Anggrek Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri karena Fhit = 26.16 > Ftab = 4.08; (2) terdapat perbedaan pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan tingkat motivasi belajar rendah terhadap pemahaman konsep IPA materi cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus Anggrek Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri karena Fhit = 10.60 > Ftab = 4.08; (3) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA materi cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus Anggrek Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri karena Fhit = 0.02 < Ftab = 4.08. Dari hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA.
Kelebihan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan artinya pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing bermakna terhadap peningkatan motivasi. Kekurangan dari penelitian ini adalah analisis interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar menggunakan uji T, padahal interaksi merupakan korelasi atau hubungan yang teknik analisisnya menggunakan korelasi product moment. Dalam penelitian yang akan dilakukan tidak menganalisis interaksi antara pendekatan inkuiri dengan motivasi.
Penelitian kedua yaitu oleh Mertiana, I Ketut M. pada tahun 2011, yang berjudul Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPA di Kelas VI SD Santo Yoseph I Denpasar. Dari penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa 1) terdapat perbedaan secara signifikan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran langsung (F = 9,127 dan sig = 0,003; p < 0,05). (2) terdapat perbedaan hasil belajar pada mata
pelajaran IPA antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran langsung (F= 29,293 dan sig = 0,000; p < 0,05). dan (3) terdapat perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar secara simultan terhadap pelajaran IPA antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran langsung, (harga F hitung lebih kecil dari 0,05). Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa 1) motivasi belajar peserta didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran langsung. 2) hasil belajar IPA peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran langsung. 3) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi belajar dan hasil belajar IPA kelas VI SD Santo Yoseph I Denpasar.
Kelebihan dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan motivasi artinya pembelajaran inkuiri bermakna terhadap peningkatan motivasi. Sedangkan kekurangannya yaitu pada hasil penelitian terdapat perbedaan hasil belajar pada mata pelajaran IPA antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran langsung, sedangkan pada penelitian ini hanya akan mengukur perbedaan motivasi belajar siswa saja tidak dengan hasil belajar siswa.
Penelitian ketiga yaitu oleh Ni Luh Reny Ristiani yang dilakukan pada tahun 2014 berjudul pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis lingkungan terhadap minat dan hasil belajar IPA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan perbedaan minat dan hasil belajar IPA peserta didik yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis lingkungan dan yang mengikuti model pembelajaran kovensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan postest only control group design. Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus VIII Se-JAS (Jagapati Angantaka Sedang) Abiansemal Badung dengan jumlah populasi 175 peserta didik. Jumlah sampel yang diteliti adalah 48 orang,terdiri dari 24 orang kelompok eksperimen dan 24 orang kelompok kontrol.Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner minat belajar dan tes hasil belajar IPA. Metode analisis data digunakan analisis deskriptif dan analisis statistik multivariate MANOVA. Hasil penelitian menemukan bahwa (1) Terdapat perbedaan secara signifikan minat belajar antara peserta didik yang mengikuti model inkuiri terbimbing berbasis lingkungan dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional, (2) Terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar IPA antara peserta didik yang mengikuti model inkuiri terbimbing berbasis lingkungan dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran Konvensional, dan (3) Terdapat perbedaan signifikan minat belajar dan hasil belajar IPA secara simultan antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran Konvensional. Dengan demikian berarti bahwa pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis lingkungan dalam pembelajaran IPA menghasilkan minat belajar dan hasil belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran Konvensional.
Kelebihan dari penelitian ini adalah perbedaan minat belajar secara simultan terhadap siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri, artinya pembelajaran inkuiri bermakna terhadap peningkatan minat. Kekurangan dari penelitian ini adalah analisis interaksi antara model pembelajaran dan tingkat minat belajar menggunakan uji manova, padahal interaksi merupakan korelasi atau hubungan yang teknik analisisnya menggunakan korelasi product moment. Dalam penelitian yang akan dilakukan tidak menganalisis interaksi antara pendekatan inkuiri dengan motivasi. Berdasarkan perbedaan kesimpulan pada penelitian yang telah dilakukan peneliti tersebut maka akan dilakukan penelitian sejenis untuk menghasilkan temuan-temuan baru di bidang pendidikan yang dapat digunakan sebagi acuan dalam proses pembelajaran.
2.3 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini memilih judul pengaruh pendekatan inkuiri terhadap peningkatan motivasi belajar IPS siswa kelas 4 SD N Plumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2014/2015 karena hasil observasi yang dilakukan pada pada saat pembelajaran IPS di kelas tersebut nampak bahwa guru menyajikan pembelajaran secara langsung, artinya dalam pembelajaran tersebut siswa mendengarkan penjelasan langsung dari guru, selain itu siswa di dalam tersebut juga terlihat tidak tertarik mengikuti alur pembelajaran yang disampaikan guru. Siswa cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru, kebanyakan siswa di kelas tersebut berbicara sendiri dengan sebangkunya. Dari hasil observasi itu, maka muncul pemikiran untuk merubah situasi yang ada, yaitu dengan cara meningkatkan motivasi belajar siswa pada kelas tersebut.
Pemikiran itu direalisasikan melalui eksperimen yang akan dilakukan pada kelas tersebut. Hal pertama yang dilakukan adalah mengganti alur proses pembelajaran dari pembelajaran langsung dengan pembelajaran menggunakan menekankan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam proses penemuan suatu pengetahuan baru bagi siswa. Dengan demikian melalui proses penemuan tersebut, siswa diharapkan siswa akan memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi lagi terhadap sesuatu yang belum diketahui dalam pembelajaran. Proses penemuan dalam pembelajaran inkuiri melalui proses sebagai berikut:
a) Menerima masalah tentang perkembangan teknologi produksi beras.
b) Merumuskan masalah tentang perkembangan teknologi produksi beras.
c) Mengajukan hipotesis tentang perkembangan teknologi produksi beras.
d) Mengumpulkan data tentang perkembangan teknologi produksi beras.
e) Menguji hipotesis tentang perkembangan teknologi produksi beras.
f) Merumuskan kesimpulan tentang perkembangan teknologi produksi beras.
g) Melakukan refleksi pembelajaran perkembangan teknologi produksi beras.
Motivasi belajar siswa dalam kelas tersebut perlu ditingkatkan karena dengan motivasi belajar yang tinggi siswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang bermakna dalam proses pembelajaran. Indikator yang digunakan untuk mengukur besarnya motivasi tersebut adalah: 1)
Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perubahan energi tersebut memberi dorongan dan kekuatan yang lebih kepada manusia untuk mau melakukan sesuatu, sehingga apabila seorang siswa termotivasi untuk belajar IPS maka dapat didentifikasi melalui indikator sebagai berikut:
a) Mau mengikuti pelajaran IPS.
b) Mau menyimak pelajaran IPS.
c) Mau merumuskan masalah dalam pembelajaran IPS
d) Mau mengajukan hipotesis dalam pembelajaran IPS
e) Mau mengumpulkan data dalam pembelajaran IPS
f) Mau menguji hipotesis dalam pembelajaran IPS
g) Mau merumuskan kesimpulan dalam pembelajaran IPS
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling. Dengan adanya motivasi yang tumbuh dalam diri seseorang untuk melakukansuatu hal maka akan termotivasi untuk belajar IPS, maka dapat diidentifikasi melalui indikator sebagai berikut: a) Suka mata pelajaran IPS.
b) Suka mengerjakan tugas IPS.
c) Suka mempelajari materi IPS.
d) Suka membaca buku mata pelajaran IPS.
e) Suka mencatat hal penting dalam pelajaran IPS.
f) Suka cara mengajar guru kelas terhadap mata pelajaran IPS.
g) Suka bertanya terhadap sesuatu hal yang berkaitan dengan IPS. 3)
Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. Seorang siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar IPS karena siswa tersebut memiliki tujuan dalam belajar IPS. Tujuan belajar yang ingin dicapai siswa diwujudkan melalui: a) Memiliki buku materi IPS untuk dipelajari.
b) Memiliki buku catatan yang rapi untuk memudahkan belajar IPS.
c) Belajar IPS penting untuk kehidupan sehari-hari.
d) Belajar IPS untuk mendapatkan tantangan baru dalam belajar.
e) Belajar IPS untuk memperoleh pengetahuan baru.
f) Belajar IPS untuk mendapat skor minimal 80.
g) Belajar IPS untuk meningkatkan semangat belajar.