UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTI

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA
PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIKOM) MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS VIII R6 SMP NEGERI 3
SAMPIT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Penelitian Tindakan Kelas

OLEH

:

NAMA

: EVA UTAMI

NPM

: 1387203002


JURUSAN

: PENDIDIKAN IPS

PROGAM STUDI : PENDIDIKAN EKONOMI

MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI
PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH SAMPIT
2015

1

ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA
PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIKOM) MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS VIII R6 SMP NEGERI 3
SAMPIT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
Penelitian ini berangkat dari latar belakang perlunya dilakukan

pembaharuan dalam peningkatan kreativitas mengajar guru dalam pengelolaan
proses pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIKOM) di SMP
sebagai respon semakin melemahnya kualitas belajar siswa. Dalam kegiatan
pembelajaran, materi pembelajaran tidak konstektual dan kinerja siswa rendah,
pada proses belajarnya. Untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi di PTK dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini dilakukan di
SMPN 3 Sampit dengan dua siklus. Pada siklus pertama sebagian siswa belum
terbiasa dengan kondisi belajar kooperatif tipe STAD sehingga dilakukan tindakan
dengan memberi penjelasan kepada siswa tentang prinsip–prinsip pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Dilain sisi guru sebagai kolaborator dalam PTK ini juga
belum maksimal dalam mengimplementasikan pemeblajaran kooperatif tipe
STAD. Dalam siklus kedua siswa dan guru sudah mulai memahami implementasi
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan menunjukkan hasil yang cukup
memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap guru dan siswa
mulai terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada
pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hal pelaksanaan, siklus
pertama dan kedua dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
teknologi informasi dan komunikasi pada kelas VIII R 6 SMPN 3 Sampit,

Kabupaten Kotawaringin Timur.
Kata kunci : hasil belajar, aktivitas siswa, dan pembelajaran kooperatif tipe STAD
( Student Teams Achievement Division )

2

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas
penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ( PTK ) dengan judul “Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi
Informasi Dan Komunikasi (TIKOM) Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Kelas VIII R6 SMP Negeri 3 Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur”.
Proposal penelitian tindakan kelas ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di STKIP
Muhammadiyah Sampit dengan dosen pengampun Ibu Dr. Fatimah Setiani, SH,
M.Pd.
Dalam penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak

membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian tindakan kelas
ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak selalu penulis harapkan.
Sampit,

Desember 2015

Penulis

3

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................
.........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................
........................................................................................................................ii
ABSTRAK .......................................................................................................
.......................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................

.......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
.....................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
.....................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
.....................................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................
9
A. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “Two Stay Two
Stray” dengan Pendekatan Kontektual Untuk Meningkatkan
Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMPN 4 Cempaga.
B. Hipotesis Tindakan........................................................................
...................................................................................................38
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN......................................................
39


4

A. Subjek Penelitian .........................................................................
..................................................................................................39
B. Deskripsi Persiklus ......................................................................
..................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum

TIKOM

disempurnakan

untuk


meningkatkan

mutu

pendidikan teknologi informasi dan komunikasi. Saat ini kesejahteraan
bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang
bersifat fisik ,tetapi bersumber pada modal perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Pengembangan kurikulum TIKOM merespons
secara positif berbagai perkembangan informasi. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan relevansi program pembelajaran TIKOM dengan keadaan dan
kebutuhan setempat. Kompetensi TIKOM menjamin pertumbuhan keimanan
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Penguasaan kecakapan

5

hidup, penguasaan prinsip–sosial, ekonomi, budaya dan kewarganegaraan
sehingga tumbuh generasi yang kuat dan berakhlak mulia.
Memperhatikan tujuan yang dikandung oleh mata pelajaran TIKOM
maka seharusnya pembelajaran disekolah merupakan suatu kegiatan yang
disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar

mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru,
murid, bahan ajar dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan
berlangsung.
Dari uraian diatas dapat asumsikan bahwa mata pelajaran TIKOM
mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini. Hal yang
menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran TIKOM adalah kurang
dikemasnya pembelajaran TIKOM dengan metode yang menarik, menantang,
dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan materi TIKOM apa
adanya, sehingga pembelajaran TIKOM cenderung membosankan dan kurang
menarik minat para siswa yang pada gilirannya prestasi belajar siswa kurang
memuaskan. Disisi lain juga ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam
pembelajaran TIKOM masih rendah. Setidaknya ada tiga indikator yang
menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki keberanian untuk
menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki
kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan ketiga, siswa belum
terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.

6


Pembelajaran mata pelajaran TIKOM sering dianggap suatu kegiatan
yang membosankan , kurang menantang, tidak bermakna serta kurang terkait
dengan kehidupan seharian. Akibatnya banyak kritikan yang ditujukan kepada
guru–guru yang mengajarkan TIKOM, antara lain rendahnya daya kreasi guru
dan siswa dalam pembelajaran, kurang dikuasainya materi TIKOM oleh
siswa, dan kurangnya variasi pembelajaran.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan
membuat pelajaran lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan anak.
Dikatakan demikian, karena (1) adanya keterlibatan siswa dalam menyusun
dan membuat perencanaan proses mengajar, (2) adanya keterlibatan
intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang
dimilikinya,

(3)

adanya

keikutsertaan

siswa


secara

kreatif

dalam

mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.
Agar pembelajaran TIKOM menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan, dapat dilakukan melalui berbagai cara yang
cukup efektif adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
dengan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Oleh karena itu,
perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui
penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran TIKOM.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tema ”Upaya
Meningkatan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran

7


Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIKOM) Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Kelas VIII SMP Negeri 3 Sampit Kabupaten
Kotawaringin Timur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah
yaitu ”Bagaimana Upaya Meningkatan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa
Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIKOM) Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas VIII SMP Negeri 3 Sampit
Kabupaten Kotawaringin Timur?”.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pelaksanaan penelitian ini yaitu
Upaya Meningkatan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran
Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIKOM) Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Kelas VIII SMP Negeri 3 Sampit Kabupaten
Kotawaringin Timur.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut
adalah :
1.

Bagi Mahasiswa/Mahasiswi, sebagai masukan tentang penggunaan
pendekatan

pembelajaran

kooperatif

dalam

upaya

mendukung

8

peningkatan kemampuan belajar siswa melalui kegiatan belajar secara
kelompok dalam pembelajaran TIKOM di sekolah menengah pertama.
2. Bagi peneliti, sebagai bahan referensi berkaitan dengan penggunaan
pendekatan pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
3.

Bagi guru sekolah menengah pertama, sebagai masukan pentingnya
penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan
kerjasama siswa dalam suasana kelompok dan kemampuan belajar siswa
di sekolah.

4.

Bagi siswa sekolah menengah pertama, sebagai masukan pentingnya
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat lebih
meningkatkan kemampuan belajarnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Upaya Meningkatan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Pada Mata
Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIKOM) Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas VIII SMP Negeri 3 Sampit
Kabupaten Kotawaringin Timur
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Devision)
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang
mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan belajar dengan
didukung oleh komponen lainnya, seperti kurikulum, dan fasilitas belajar

9

mengajar. Dalam proses tersebut, terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
dan mengembangkan metode atau pendekatan untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan.
Trianto (2009:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia
yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran
secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan
antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna
kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan secara sistematis yang diawali dengan persiapan
mengajar (prainstruksional), proses pembelajaran (instruksional) dan
diakhiri penilaian atau evaluasi. Kunci pokok pembelajaran ada pada guru
(pengajar), tetapi bukan berarti hanya guru yang aktif sedang murid pasif.
Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama
menjadi subjek pembelajaran agar proses pembelajaan dapat berlangsung
optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu pendekatan pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berorientasi
pada kegiatan kerjasama antara siswa dalam bentuk kelompok sehingga
siswa dapat belajar bersama dalam suasana kelompok.

10

Menurut Isjoni (2012:14) metode pembelajaran kooperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompokkelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk
memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai
pendapat teman dan saling memberikan pendapat. Menurut Wina Sanjaya
(2009: 242) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan sistem pengelompokkan kecil antara 4-6 orang secara heterogen
dari sisi kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, maupun suku.
Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan
guru di sekolah sesuai dengan tuntutan materi pelajaran yang
mengandung unsur kerjasama antara siswa dalam kelas dalam melakukan
kerja kelompok. Penekanan pendekatan ini adalah mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran melalui kerjasama antar siswa dalam suasana belajar
berkelompok.
Menurut Johnson & Johnson, 1994 dan Sutton, 1992 (dalam Trianto,
2009:60) terdapat lima unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif,
yaitu sebagai berikut :
a.

Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa

11

Dalam pembelajaran kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang
bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.
b.

Interaksi antara siswa yang semakin meningkat
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini
terjadi bila seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses
sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan 15
berlangsung secara alamiah karena kegagalan seorang dalam
kelompok mempengaruhi kesuksesannya kelompok. Interaksi yang
terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide
mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

c.

Tanggung jawab individual
Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa
tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang
membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak hanya dapat sekedar
“memboncang”

pada

hasil

kerja

teman

siswa

dan

teman

sekelompoknya.
d.

Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi
yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lainnya dalam kelompoknya.

e.

Proses kelompok
Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok.
Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan

12

bahwa mereka akanmencapai tujuan dengan baik dan membuat
hubungan kerja yang baik.
Salah satu tipe pembelajaran dalam pendekatan pembelajaran
kooperatif adalah tipe STAD. STAD atau Tim Siswa-Kelompok Prestasi
yaitu jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam STAD,
siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 3-6
orang, dan setiap kelompok harus heterogen. Guru menyajikan pelajaran
dan siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis
tentang materi itu dan mereka tidak boleh saling membantu mengerjakan
kuis.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil yang jumlah anggota setiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen. Diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok
(Trianto, 2009:68)
2.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD)
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams
Achievement

Division(STAD)Adapun

langkah-langkah

dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) antara lain:

13

a.

Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen
seperti menurut prestasi, jenis kelamin dan suku,

b.

Guru menyajikan pelajaran, dan

c.

Guru memberikan tugas kelompok untuk dikerjakan oleh anggotaanggota

kelompok.

Anggota

yang

sudah

mengerti,

dapat

menjelaskan pada anggota lainya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti (Trianto, 2009:70)
3.

Kelemahan dan Keunggulan Kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat
besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut
untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.

a. Kelemahan
Menurut Isjoni, (2012:62) kelemahan pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah antara lain sebagai berikut:
1)

Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvesional (yang hanya penyajian materi dari
guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan yang
relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang
menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja
kelompok dan tes individual. Sedangkan pembentuk kelompok

14

dan piñata ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan
sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian,
dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang
untuk pembentukan kelompok dan penata ruang kelas.
2)

Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru
dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator.

b. Kelebihan
Menurut Rusman (2011:204) kelebihan pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah antara lain sebagai berikut:
1)

Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab, yaitu belajar untuk
dirinya sendiri dan membantu sesame anggota kelompok untuk
belajar,

2)

Siswa saling membelajarkan sesame siswa lainnya atau
pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif
dari pada pembelajaran guru,

3)

Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompotisi yang
terjadi di kelas menjadi lebih hidup,

4)

Prestasi belajar dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh
semua anggota kelompok,

5)

Kuis yang terdapat pada langkah pembeleajaran membuat siswa
lebih termotivasi,

15

6)

Kuis tersebut meningkatkan tanggung jawab individu, karena
nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai khusus yang dikerjakan
secara individu,

7)

Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi
untuk aktif dalam pembelajaran, dan

8)

Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah
memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak
rendah supaya nilai kelompok baik

4.

Hasil Belajar TIKOM
a. Pengertian Hasil Belajar TIKOM
Belajar merupakan tugas pokok dari setiap siswa agar dapat
sukses di sekolah. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi
dalam diri setiap manusia sebagai hasil dari aktivitas tertentu.
Misalnya perubahan yang terjadi dari tidak tahu menjadi tahu, atau
dari tidak mengerti menjadi mengerti yang terjadi pada anak-anak
sekolah maupun bukan anak sekolah.
Wina Sanjaya (2009:57), menurutnya belajar adalah proses
perubahan tingkah laku. Namun demikian kita akan sulit melihat
bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri
seseorang, oleh karena perubahan tingkah laku berhubungan dengan
perubahan sistem syaraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan
diraba. Oleh sebab itu, terjadinya proses perubahan tingkah laku

16

merupakan suatu misteri, atau para ahli psikologi menamakannya
sebagai kotak hitam (black box).
Menurut Skinner yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (2006:9),
belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya
menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
1)

kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon
pelajar,

2)
3)

respon si pelajar, dan
konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi
tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respon si pembelajar yang
baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respon yang tidak baik
diberi teguran dan hukuman.
Berdasarkan pendapat di atas, belajar merupakan usaha

menguasai hal-hal yang baru atau peningkatan kemampuan seseorang
dalam memahami sesuatu sehingga ada perubahan yang mengarah
kepada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sebagai
dampak dari aktivitas belajar yang dilakukan, akan meningkatkan
kemampuan belajar siswa sehingga akan dapat memberikan hasil
belajar yang maksimal di sekolah sebagai pencerminan kemampuan
belajar siswa, yang lazim dikenal dengan istilah hasil atau prestasi
belajar.

17

Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat
dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan
adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di
antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau
sikapnya terhadap suatu objek.
Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar dapat diartikan sebagai
hasil yang dicapai siswa setelah melakukan aktivitas belajar. Hasil
belajar siswa merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur langsung
dengan menggunakan tes hasil belajar atau evaluasi belajar siswa, di
mana hasil belajar yang dimaksud dalam kajian ini adalah hasil belajar
pada pelajaran TIKOM.
5.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhi, baik dari diri maupun dari luar diri siswa.
Pengenalan terhadap faktor-faktor tersebut penting sekali artinya dalam
membantu siswa mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Di
samping itu, diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar,
akan dapat diidentifikasi faktor yang menyebabkan kegagalan bagi siswa
sehingga dapat dilakukan antisipasi atau penanganan secara dini agar
siswa tidak gagal dalam belajarnya atau mengalami kesulitan belajar.
Menurut Suryabrata (2010:233) factor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar yaitu factor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri, digolongkan menjadi faktor fisiologis

18

dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang
berasal dari luar diri pelajar, digolongkan menjadi faktor nonsosial dan
faktor sosial.
a.

Faktor fisiologis
Faktor-faktor

fisiologis

dibedakan

menjadi

dua

macam,

yaitu: tonus jasmani pada umumnya, dan keadaan fungsi-fungsi
fisiologis tertentu. (Suryabrata, 2010:235). Tonus jasmani memiliki
pengaruh yang cukup kuat terhadap proses belajar siswa. Keadaan
jasmani yang sehat dan segar akan mempermudah siswa dalam
menerima pelajaran dibandingkan keadaan jasmani yang kurang
sehat.

Sedangkan

fungsi-fungsi

fisiologis

tertentu

seperti

pancaindera juga memiliki pengaruh terhadap pehaman siswa dalam
menerima materi pelajaran. Suryabrata (2010:236) mengemukakan
bahwa

baiknya

berfungsinya

pancaindera

merupakan

syarat

dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam proses belajar,
pancaindera yang memiliki peran penting adalah mata dan telinga.
Melalui mata siswa dapat melihat berbagai hal baru yang
sebelumnya tidak ia ketahui dan dengan telinga siswa mampu
mendengarkan berbagai informasi yang dapat menjadi sumber
belajar.
b.

Faktor psikologi
Faktor psikologi atau kejiwaan dalam diri individu memiliki peranan
dalam mendorong siswa untuk menerima materi pembelajaran.

19

Frandsen (dalam Suryabrata, 2010:236) mengatakan bahwa hal yang
mendorong seseorang untuk belajar itu adalah:
1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas;
2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan
untuk selalu maju;
3) adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orangtua,
guru, dan teman-teman;
4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan
kompetisi;
5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran;
6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
c.

Faktor nonsosial
Beberapa faktor nonsosial yang dapat mempengaruhi proses belajar
menurut Suryabrata (2010:233) adalah keadaan udara, suhu udara,
cuaca, waktu (pagi, atau siang, atau malam), tempat (letaknya,
pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat
tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang
biasa kita sebut sebagai alat pelajaran). Keadaan-keadaan seperti
yang dikemukan diatas akan mempengaruhi suasana belajar siswa,
sehingga konsentrasi dalam memperhatikan materi dapat terganggu

20

yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti
yang diharapkan.
d.

Faktor social
Suryabrata (2010:234) menyatakan yang dimaksud dengan
faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (hubungan
manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu
dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.
Keberadaan atau kehadiran seseorang dapat mempengaruhi
konsentrasi siswa dalam proses belajar. Hubungan yang terjalin
diantara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru menunjukan
hubungan

sosial

yang

dapat

membantu

tercapainya

tujuan

pembelajaran. Namun keadaan sosial yang tidak baik, seperti
keributan yang terjadi di dalam kelas ketika proses belajar mengajar
berlangsung dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam memahami
dan menerima materi belajar yang disampaikan.
Faktor-faktor yang telah dikemukakan tersebut akan mempengaruhi
proses belajar yang dilakukan siswa yang akan berpengaruh pada hasil
belajar yang diperoleh siswa. Tinggi dan rendah nya hasil belajar yang
diperoleh siswa berkaitan dengan faktor yang mempengaruhinya.
Pada umumnya hasil belajar siswa yang rendah bisa diakibatkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: (1) semangat belajar siswa yang kurang, (2)
sarana belajar kurang, (3) penggunaan metode mengajar yang tidak
efektif, (4) guru kurang bersemangat dalam mengajar.

21

6.

Penggunaan Pembelajaran Kooperatif dalam Meningkatkan Hasil
Belajar siswa
Salah satu komponen pembelajaran yang sangat menentukan kualitas
proses pembelajaran TIKOM di sekolah menengah pertama adalah
pendekatan pembelajaran, di antaranya pembelajaran kooperatif. Oleh
karena itu, setiap guru dituntut untuk menggunakan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan materi pelajaran dengan
mempertimbangkan kemampuan guru dan siswa dalam mengikuti
pelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif.
Menegaskan pentingnya penggunaan pendekatan pembelajaran yang
tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, seperti dalam
pembelajaran TIKOM. Dalam mempelajari materi pelajaran TIKOM,
siswa dituntut untuk saling bekerjasama dalam mengerjakan soal-soal
praktikum atau bertukar pikiran atau pendapat tentang materi pelajaran
TIKOM. Hal ini mengisyaratkan guru harus dapat menggunakan
pendekatan pembelajaran seperti pembelajaran kooperatif agar dapat
secara

efektif

digunakan

dengan

harapan

dapat

meningkatkan

kemampuan belajar dan hasil belajar siswa.
Hal ini menunjukkan berarti dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang dapat berdampak positif terhadap peningkatan hasil
belajar siswa, guru harus memperhatikan penggunaan metode atau
pendekatan

pembelajaran

secara

efektif,

di

antaranya

model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

22

Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dimaksudkan agar
proses pembelajaran TIKOM dapat berlangsung lebih optimal, karena
melibatkan siswa dalam pembelajaran dalam bentuk kerjasama antara
siswa.
Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilakukan dengan harapan agar materi pelajaran TIKOM dapat diterima
secara optimal oleh siswa berupa terjadinya transfer pengetahuan dari
guru dan antara siswa dalam kelas tentang materi pelajaran yang
diajarkan guru mata pelajaran TIKOM. Penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran TIKOM akan memungkinkan
siswa bekerjasama mengerjakan soal praktikum atau mengkaji materi
pelajaran atau permasalahan tertentu, karena mata pelajaran TIKOM
merupakan mata pelajaran yang menekankan pada materi yang menuntut
siswa untuk saling bekerjasama, khususnya dalam membahas materi
pelajaran sehingga semua siswa dapat sama-sama aktif dan memiliki
kemampuan yang merata dalam pendalaman materi pelajaran TIKOM.
B. Hipotesis Tindakan
Dengan diterapkan model pembelajaran model kooperatif dengan tipe STAD
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran TIKOM.
Dengan diterapkan model pembelajaran model kooperatif dengan tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIKOM.

23

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini meliputi : lokasi penelitian, waktu penelitian,
mata pelajaran, kelas dan karakteristik siswa.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN 3 Sampit Kabupaten
Kotawaringin Timur untuk mata pelajaran TIKOM. Sebagai subyek dalam
penelitian ini adalah kelas VIII R6 tahun pelajaran 2015/2016 dengan

24

jumlah siswa sebanyak 30 orang, terdiri dari 17 siswa perempuan dan 13
siswa laki – laki.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan tahun ajaran baru 2015/2016
yaitu bulan September sampai dengan Desember 2015. Penentuan waktu
penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena PTK
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar
yang efektif di kelas
3. Mata Pelajaran Penelitian
PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat hasil peningkatan
hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran TIK
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Kelas
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
VIII R6 terdiri dari 30 siswa dengan komposisi perempuan 17 siswa dan
laki – laki 13 siswa.
5. Karakteristik Siswa
Dalam PTK tidak ada penentuan populasi dan sampel, adanya subjek
penelitian. Subjek PTK ini adalah siswa kelas VIII R6 SMP Negeri 3
Sampit pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Dalam tahun

25

pelajaran 2015/2016. Siswa kelas VIII R6 SMP Negeri 3 Sampit terdiri
dari 30 siswa. Komposisinya adalah L 13 dan P 17.
B. Deskripsi Persiklus
1. Siklus Pertama (satu pertemuan)
Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi.
a. Perencanaan (Planning)
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2) Membuat rencana pembelajaran kooperstif tipe STAD
3) Membuat lembar kerja siswa
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran

b. Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus pertama pelaksanaan belum sesuaii dengan
rencana. Hal ini disebabkan :
1) Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar
berkelompok
2) Sebagian

kelompok

belum

memahami

langkah–langkah

pembelajaran kooperatif tipe STAD secara utuh dan menyeluruh
Untuk mengatasi masalah diatas dilakukan upaya sebagai berikut :

26

a) Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa kondisi
dalam kelompok, kerja sama kelompok, keikutsertaan siswa
dalam kelompok
b) Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah –
langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan guru dan
kolaborasi dengan teman sejawat dapat disimpulkan :
1) Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
2) Siswa mulai ter biasa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3) Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
STAD memiliki langkah – langkah tertentu.
c. Observasi (Observation)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus pertama
dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1
Kelompok

Skor

Skor Ideal

peroleha
Mawar
Melati
Kamboja
Teratai
Bonssai

n
11
12
14
10
8

Presentase

Keterangan

(%)
16
16
16
16
16

69
75
88
63
50

Tertinggi
Terendah

1) Hasil observasi Siklus 1. Aktivitas Guru dalam PBM

27

Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada
siklus pertama masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau
61,36% sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena lebih
banyak berdiri didepan kelas dan kurang memberikan pengarahan
kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran secara kooperatif.
2) Hasil

evaluasi

siklus

1.

Penguasaan

siswa

terhadap

materi

pembelajaran.
Selain aktivitas guru dalm PBM, penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor
perolehan rata – rata hanya mencapai 62 atau 62%.
d. Refleksi (Reflecting)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama
adalah sebagai berikut :
1) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang
mengarah kepada pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam
PBM hanya mencapai 69%.
2) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Mereka merasa
senang dan antusias dalam belajar, hal ini bisa dilihat dari hasil
observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai
69%.
3) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata – rata 6,20.

28

4) masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dengan
waktu yang ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut
kurang serius dalam belajar. Masih ada kelompok yang kurang
mampu dalam mempresentasikan kegiatan.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua
dapat dibuat perencanaan sebagai berikut :
1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
2) Lebih

inntensuif

membimbing

kelompok

yang

mengalami

kesulitan.
3) memberi pengakuan atau penghargaan (reward)

2. Siklus Kedua (Dua Pertemuan)
Siklus kedua terdiri dari lima tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan,
observasi, pengumpulan data dan refleksi
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan pada siklus ketiga berdasarkan replaning siklus kedua
yaitu :
1) Memberikan motivasi kepada kelmpok agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3) memberi pengakuan atau penghargaan .

29

4) Membuat perangkat pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang lebih baik lagi.
b. Pelaksanaan (Acting)
1)

Suasana pembelajaran sudah lebih sudah mengarah pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tugas yang diberikan guru
pada kelompok dengan lembar kerja akademik mampu dikerjakan
dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan
saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah
diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota
kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti proses belajar
mengajar.

2) Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan
menanggapi suatu presentase dari kelompok lain.
3) Suasana pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan sudah
lebih tercipta.
c. Observasi (Observation)
Hasil observasi selama siklus kedua dapat dilihat seperti dibawah ini.
1)

Hasil Observasi aktivitas siswa dalam PBM pada siklus ketiga
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Perolehan skor aktivitas siswa dalam PBM siklus II

Kelompok

Skor

Skor Ideal

Perolehan
Mawar

14

Presentase

Keterangan

(%)
16

88

30

Melati
Kamboja
Teratai
Bonsai
Rerata

14
15
13
12

16
16
16
16
16

88
94
81
75
85

Tertinggi
Terendah

2) Hasil observasi siklus kedua aktivitas guru dalam PBM mendapat
rata- rata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini
berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan.
3)

Hasil evaluasi siklus kedua pengeuasaan siswa terhadap materi
pembelajaran memiliki nilai rerata 85 atau 85 % dari skor ideal
100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi
pembelajar Tergolong tinggi.

4) Hasil ulangan harian kedua (setelah menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD). Mengalami peningkatan yang cukup
berarti yakni 7,60 sedangkan sebelumnya 5,48.
d. Pengumpulan Data
Alat pengumpul data dalam PTK ini meliputi tes, observasi,
wawancara, dan diskusi sebagai berikut :
1) Tes : menggunakan butir soal untuk mengukur hasil belajar siswa
2) Observasi : menggunakan lembar observasi untuk mengukur
tingkat partisipasi siswa daalam proses PBM.
3) Wawancara

:

menggunakan

panduan

wawancara

untuk

mengetahui pendapat atau sikap siswa dan teman sejawat tentang
pembelajaran tipe STAD.
4) Diskusi : menggunakan lembar hasil pengamatan.
e. Refleksi ( Relecting )

31

Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus ketiga adalah
sebagai berikut :
1)

Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah kepembelajaran
kooperatif secara lebih baik. Siswa mampu membangun kerja
sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan
guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat
waktu

dalam

melaksanakannya.

Siwa

mulai

mampu

mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil
observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 62% pada
siklus pertama menjadi 85% pada siklus kedua.
2)

Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh
meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan
meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru intensif membimbing
siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat
dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat
dari 69% pada siklus pertama menjadi 91% pada siklus kedua.

3)

Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi
terhadap kemapuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hal ini
berdasarkan hasil evaluasi 6,20 pada siklus pertama meningkat
menjadi 8,50 pada siklus kedua.

4) Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 % (ulangan
harian I) sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

32

STAD dan 7,33 (ulangan harian II) setelah menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD.

DAFTAR PUSTAKA
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT Rajawali Pers
Wardani, IGAK, dkk. 2007. Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas: 1-6. Jakarta:
Universitas Terbuka
http://PTKPenelitiantindakankelasYeniAndrianiMERANCANGPENELITIANTINDAK
ANKELAS.htm (diakses pada tanggal 25 september 2015)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PembimbinganPTK.pdf

(diakses

pada

tanggal 25 september 2015)

33

34