tafsir 1 semester 2 KONSEP MANUSIA DALAM AL QUR’AN MAKALAH

KONSEP MANUSIA DALAM AL QUR’AN
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ TAFSIR 1 ”
Dosen Pengampu :
Abdullah Afandi

Disusun oleh
Abdul Rozaq

(932100714)

Novita Khoiril Mala

(932121414)

Nuzulia Ulfy Nangimah

(932123514)

Shokib Isa Nurudin


(932129714)

Kelas

:A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2014 / 2015

1

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, nikmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “ KONSEP
MANUSIA DALAM AL QUR’AN ” dalam rangka memenuhi tugas membuat
makalah bidang studi TAFSIR 1
Dalam menyusun makalah ini, penyusun mendapat bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mangucapkan terima kasih kepada
pembimbing dan teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang menyertai untuk
itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi peningkatan
makalah yang kami buat selanjutnya.

Kediri , November 2014
Penulis

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI ii
BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan masalah

1

1.3 Tujuan

1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Peradaban Manusia 2
2.2 Perkembangan Teknplogi

3

2.3 Hubungan Timbal Balik Antara Sains dan Teknologi

2.4 Manfaat Teknologi Pada Kehidupan Manusia
2.5 Teknologi Masa Depan

16

2.6 Al Qur’an dan Teknologi

17

7

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

20


Q.S. al-Mukminun[23]:12-14
Tentang proses penciptaan dan akhir kehidupan manusia.
Q.S. al-Isra’[17]:70
Tentang konsep manusia dalam sebutan Bani Adam
Q.S. al-Kahfi[18]:110
Tentang konsep manusia dalam sebutan Basyar.
Q.S. al-Baqarah[2]:168
Tentang konsep manusia dalam sebutan an-Nas

2

5

Q.S.al-Tin[95]:4-6
Tentang konsep manusia dalam sebutan al-I nsan

3

PEMBAHASAN

KONSEP MANUSIA DALAM AL QUR’AN
Sudah sejak lama Al Qur’an telah menginformasikan bahwa manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki unsure fisik dan nonfisik. Secara
anatomis, pemahaman terhadap unsure fisik tak jauh berbeda dari konsep manusia
menurut ilmuan Barat, meskipun dalam pengertian khusus konsep Islam tentang
manusia lebih rinci.
Manusia menurut terminology Al Qur’an dapat dilihat dalam berbagai
sudut pandang. Manusia disebut al basyar berdasakkan pendekatan aspek
biologisnya. Dari sudut pandang ini manusia dilihat sebagai makhluk bioloogis
yang memiliki dorongan primer ( makan, minum, hubungan seksual) dan makhluk
generative (berketurunan). Sedangkan dilihat dari fungsi dan potensi yang dimiliki
manusia disebut al insane. Konsep al insane menggambarkan fungsi manusia
sebagai penyandang khalifah Tuhan yang dkaitkan dengan proses penciptaan dan
pertumbuhan serta perkembangannya (QS 2:30 dan QS 23:12-14). Selain itu,
konsep al Insan juga menunjukkan potensi yang dimiliki mannusia seperti
kemampuan untuk mengembangkan ilmu (QS 96:4-5). Disamping itu, konsep
inijuga menggambarkansejumlah sifat-sifat dan tanggung jawab manusia seperti
lupa, khilaf, tergesa-gesa, suka membantah, kikir, tidak bersyukur dan
sebgainya.Namun, kepadanya dibebankan amanah dan tanggung jawab untuk
berbuat baik (QS 29:8).

Kemudian manusia disebut al-Nas yang umumnya dilihat dari sudut
pandang hubungan sosial yang dilakukannya. Selain sebagai makhluk sosial,
manusia juga dibebankan tanggung jawab sosial, baik dalam bentuk lingkungan
sosial paling kecl (kelusarga) maupun yang lebih besar seperti masyarakat, etnik
maupun bangsa. Manusia pun disebut sebagai al Ins untuk menggambarkan aspek
spiritual yang dimilikinya.
Dalam bentuk pengertian umum, Al Qur’an menyebut manusia sebagai
Bani Adam. Konsep ini menggambarkan nilai-nilai universal yang ada pada diri

1

setiap manusia tanpa melihat latar belakang perbedaan jenis kelamin, ras dan suku
bangsa ataupun aliran kepercayaan masing-masing. Bani Adam menggmbarkan
tentang kesamaan dan persamaan manusia yang tampak lebih diteknakan pada
aspek fisik. Walaupun tidak sama persis dengan konsep Homo ( makhluk
manusia), namun dari sudut pandang ini pemahaman konsep Barat tentang asppek
fisik manusia dapat dikatakan mirip dengan konsep Bani Adam. Bedanya pada
nilai kemakhlukannya.
Pada konsep Barat, manusia dilihat dari aspek fisik berada dalam keadaaan
bebas nilai.sebaliknay, konsep Bani Adam memuat nilai kemakhlukan yang jelas,

yaitu sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hubungan makhluk – Khalik termuat dalam
konsep Bani Adam yang menggambarkan manusia dari aspek fisik. Karena itu,
secara fisik manusia terikat kepada nilai-nilai yang sejalan dengan hakikat
penciptaannya.
A. PROSES PENCIPTAAN DAN AKHIR KEHIDUPAN MANUSIA
Surat Al-Mu’minun ayat 12-16

)ٍ ‫ن‬
‫خل ل ن‬
‫ولل ل ل‬
‫د ٍ ل‬
‫ن ٍ ط‬
‫ة ٍ ط‬
‫سللل ل ن‬
‫ن ٍ ط‬
‫ساَ ل‬
‫ق ن‬
‫ن ٍ س‬
‫قلناَ ٍانل طن ن ل‬
‫م ن‬

‫م ن‬
‫طيِ ن‬
(۱۳)ٍ ‫ن‬
‫ه ٍن سط ن ل‬
‫ف ة‬
‫م ط‬
‫م ٍ ل‬
‫ة ٍطفيِ ٍقللرانر ٍ ل‬
‫جعلل نلناَ س‬
‫( ٍث س م‬۱۲
‫كيِ ن‬
ً،‫ة‬
‫خل ل ن‬
‫ة ٍع لل ل ل‬
‫قلناَ ٍالن نط ن ل‬
‫خل ل ن‬
‫ة ٍفل ل‬
‫م ٍ ل‬
‫ضغل ة‬
‫قلناَ ٍال نعلل لقل ل‬

‫ق ة‬
‫ف ل‬
‫م ن‬
‫ة ٍ س‬
‫ثس م‬
‫سونلناَ ٍال نعط ل‬
‫ع ل‬
‫م‬
‫خل ل ن‬
‫فل ل‬
‫ة ٍ ط‬
‫ضغل ل‬
‫م ن‬
‫ظاَ ل‬
‫ً ٍفلك ل ل‬،َ‫ما‬
‫ظاَ ة‬
‫قلناَ ٍال ن س‬
‫شأ ن‬
‫ك ٍالل سم‬
‫ً ٍفلت للباَلر ل‬،‫خلر‬

‫م ٍأ لن ن ل‬
‫ه‬
‫خل ن ة‬
َ‫نا‬
‫قاَ ٍآ ل ل‬
‫ه ٍ ل‬
‫ل‬
‫لل ن‬
‫س‬
‫ً ٍث س م‬،َ‫ما‬
‫ح ة‬
‫أل‬
‫ن‬
‫د ٍذ لل ط ل‬
‫ك‬
ِ‫قي‬
‫ل‬
َ‫خا‬
‫ل‬
‫ن ٍا‬
‫س‬
‫ح‬
‫ل‬
‫ط‬
‫ط‬
‫م ٍب لعن ل‬
‫ن‬
‫ل‬
‫م ٍإ طن مك س ن‬
‫(ث س م‬۱٤)‫ن‬
‫ل‬
‫س‬
)ٍ ‫ن‬
‫م ط‬
‫م ٍال ن ط‬
‫ة ٍ ٍت سب نعلسثو ل‬
‫ميِ يستو ل‬
‫م ٍي لون ل‬
‫قليِاَ ل‬
‫م ٍإ طن مك س ن‬
‫( ٍث س م‬١٥)ٍ ‫ن‬
‫لل ل‬
(۱٦
1. Terjemah surat Al-Mu’minun ayat 12-16:
12) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.

2

13) Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim)
14) Kemudian, air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
15) Kemudian setelah itu, sungguh kamu pasti mati.
16) Kemudian sungguh kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari
kiamat.
2. Penjelasan surat Al-Mu’minun ayat 12-16
Ayat di atas kurang lebih menyatakan: Dan sesungguhnya Kami
bersumpah bahwa Kami telah menciptakan manusia, yakni jenis manusia
yang kamu saksikan, bermula dari suatu saripati yang berasal dari tanah.
Kemudian kami menjadikannya yakni saripati itu nutfah yang disimpan dalam
tempat yang kokoh, yakni rahim ibu. Kemudian Kami ciptakan yakni jadikan
nutfah itu ‘alaqah, lalu kami ciptakan yakni jadikan ‘alaqah itu mudhghah
yang merupakan sesuatu yang kecil sekerat daging, lalu Kami ciptakan yakni
jadikan mudhghah itu tulang belulang, lalu Kami bugkus tulang belulang itu
dengan daging. Kemudian Kami mewujudkannya yakni tulang yang
terbungkus daging itu menjadi (setelah Kami meniupkan ruh ciptaan Kami
kepadanya) makhluk lain daripada yang lain yang sepenuhnya berbeda dengan
unsur-unsur kejadiannya yang tersebut di atas bahkan berbeda dengan
makhluk-makhluk lain.
Maka maha banyak lagi mantap keberkahan yang tercurah dari Allah,
Pencipta Yang Terbaik.1Kemudian, sesugguhnya kamu wahai anak cucu Adam
sekalian sesudah itu, yakni sesudah memulai proses tersebut dan ketika kamu
berada di pentas bumi ini dan melalui lagi proses dari bayi, anak kecil, remaja,
1 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera
Hati,2002), 165-166.

3

dewasa, tua dan pikun, benar-benar kamu akan mati baik pada masa pikun
maupum sebelumnya. Kemudian setelah kamu mati dan dikuburkan,
sesungguhnya kamu sekalian pada hari kiamat nanti akan dibangkitkan dari
kubur kamu untuk dimintai pertanggungjawaban, lalu masing-masing Kami
beri balasan dan ganjaran.
3. Tafsir surat Al-Mu’minun ayat 12-16

‫ن‬
‫خل ل ن‬
‫ولل ل ل‬
‫د ٍ ل‬
‫ة ٍ ط‬
‫سللل ل ن‬
‫ن ٍ ط‬
‫ساَ ل‬
‫ق ن‬
‫ن ٍ س‬
‫قلناَ ٍانل طن ن ل‬
‫م ن‬
‫م ن‬
(۱۲)ٍ ‫ن‬
‫ط‬
‫طيِ ن‬

Allah ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan

manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah”. Di sini Allah ta’ala
memberitahukan awal penciptaan manusia itu dari saripati tanah. Manusia itu
adalah Adam a.s. Allah menciptakannya dari tanah liat yang berasal dari lumpur
hitam. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Musa, dari Nabi saw, beliau
bersabda, “Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil-Nya
dari seluruh bumi. Maka manusia pun tampil sesuai dengan kondisi tanah yang
menjadi asal mereka. Maka diantara mereka ada yang berkulit merah, putih,
hitam, dan (percampuran) antara warna itu, yang buruk, baik, dan
(percampuran) antara itu.” (HR Ahmad)
Hadits ini pun diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi melalui
berbagai jalur dari Auf

al-Arabi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan

dan shahih. Dan juga di katakan dalam Al-Qur’an surat as-Sajdah ayat 7 “Yang
memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah”.2
Ada segolongan ahli tafsir menyatakan, bahwa yang dimaksud manusia
di sini ialah keturunan Adam termasuk kita sekalian, yang berasal dari air mani.
Jika diadakan penyelidikan yang seksama, maka air mani itupun berasal dari
tanah setelah melalui beberapa proses perkembangan. Makanan yang merupakan
hasil bumi, yang akan dimakan oleh manusia, alat pencernaan berubah menjadi
2 Muhammad Nasib, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:Gema Insani
Press,1999), 411.

4

cairan yang bercampur dengan darah yang akan disalurkan ke seluruh anggota
tubuh yang akhirnya menjadi saripati dari tanah yang berbentuk air mani.

3

Nah,saripati dari tanah disini berasal dari makanan manusia, baik tumbuhan
maupun hewan yang bersumber dari tanah.4
Berbeda-beda pendapat para ahli tafsir tentang siapa yang dimaksud alinsan/manusia pada ayat 12 di atas. Adapun yang dapat menjadi penguat pendapat
bahwa yang dimaksud manusia itu adalah keturunan Adam yakni dari kata (

‫ ٍ)س ل‬salla yang berarti mengambil,
‫سللل لةن‬
‫ ) س‬sulalah terambil dari kata ( ‫ل‬

mencabut. Makna kata ini mengandung sedikit, sehingga kata sulalah berarti mengambil
sedikit dari tanah dan yang diambil itu adalah saripatinya. 5

(۱۳)ٍ ‫ن‬
‫ه ٍن سط ن ل‬
‫ف ة‬
‫م ط‬
‫م ٍ ل‬
‫ة ٍطفيِ ٍقللرانر ٍ ل‬
‫جعلل نلناَ س‬
‫ثس م‬
‫كيِ ن‬

Allah ta’ala berfirman, “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani

(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)”. Maksudnya, kemudian Kami
tempatkan saripati air mani itu dalam tulang rusuk sang suami yang dalam
bersetubuh akan ditumpahkan/ditempatkan ke dalam rahim istrinya, yaitu suatu
tempat penyimpanan yang kokoh bagi janin sampai saat kelahirannya.6

ً،‫ة‬
‫خل ل ن‬
‫ة ٍع لل ل ل‬
‫قلناَ ٍالن نط ن ل‬
‫خل ل ن‬
‫ة ٍفل ل‬
‫م ٍ ل‬
‫ضغل ة‬
‫قلناَ ٍال نعلل لقل ل‬
‫ق ة‬
‫ف ل‬
‫م ن‬
‫ة ٍ س‬
‫ثس م‬
‫سونلناَ ٍال نعط ل‬
‫ع ل‬
‫م‬
‫خل ل ن‬
‫فل ل‬
‫ة ٍ ط‬
‫ضغل ل‬
‫م ن‬
‫ظاَ ل‬
‫ً ٍفلك ل ل‬،َ‫ما‬
‫ظاَ ة‬
‫قلناَ ٍال ن س‬
‫شأ ن‬
‫ك ٍالل سم‬
‫ً ٍفلت للباَلر ل‬،‫خلر‬
‫م ٍأ لن ن ل‬
‫ه‬
‫خل ن ة‬
َ‫نا‬
‫قاَ ٍآ ل ل‬
‫ه ٍ ل‬
‫ل‬
‫لل ن‬
‫س‬
‫ً ٍث س م‬،َ‫ما‬
‫ح ة‬
‫أل‬
‫ن‬
(۱٤)‫ن‬
ِ‫قي‬
‫ل‬
َ‫خا‬
‫ل‬
‫ن ٍا‬
‫س‬
‫ح‬
‫ل‬
‫ط‬
‫ط‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ل‬
‫س‬
Allah ta’ala berfirman, “Kemudian, air mani itu kami jadikan segumpal

darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain.
Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain.
3Tim Tashih Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya jilid VI, (Semarang:PT. Citra
Effhar,1993), 499.
4 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:Lentera
Hati, 2002),166.
5 Ibid, 166.
6 Tim Tashih Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya jilid VI, (Semarang:PT. Citra
Effhar,1993), 500.

5

Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”. Maksudnya, air mani itu
menjadi segumpal darah merah yang berbentuk ‘alaqah yang lonjong. “Lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging” yaitu sebentuk daging yang
kira-kira sebesar satu suapan, dasar dari makna satu suapan yaitu berasal dari kata
(

‫ة‬
‫ضغل ل‬
‫م ن‬
‫) س‬

mudhghah yang terambul dari kata (

‫ضغل‬
‫م ن‬
‫) س‬

mudhgha yang

berarti mengunyah. Mudhghah adalah sesuatu yang kadarnya kecil sehingga dapat
dikunyah yaitu seukuran satu suapan.7 Daging ini tidak berbentuk dan berpola.
“Dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang”, yakni Kami
membentuknya menjadi bentuk yang memiliki kepala, dua tangan, dan dua kaki
dengan tulang, saraf, dan urat-uratnya. “Lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging”, yakni Kami menjadikan daging itu sebagai pembungkus,
penguat, dan pengokoh tulang. “Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain”, yakni Kami tiupkan kepadanya ruh sehingga ia bergerak dan
menjadi makhluk lain yang memiliki pendengaran, penglihatan, penciuman,
gerakan, dan dinamika. “Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik” ,yakni tatkala Allah menuturkan kekuasaan dan kelembutan-Nya dalam
menciptakan setetes mani ini dari satu kondisi ke kondisi lain dan dari satu bentuk
ke bentuk lain sehingga terciptalah sosok manusia yang lengkap dan sempurna
posturnya.8

‫د ٍذ لل ط ل‬
(١٥)ٍ ‫ن‬
‫ميِ يستو ل‬
‫م ٍب لعن ل‬
‫ك ٍل ل ل‬
‫م ٍإ طن مك س ن‬
‫ثس م‬

Allah ta’ala berfirman, “Kemudian setelah itu, sungguh kamu pasti
mati”, yakni, setelah kamu mengalami pertumbuhan pertama dari ketiadaan ini,

kamu akan berakhir dengan kematian”.9 Maksudnya setelah kejadian pertama
dari sebelumnya tidak ada atau sesudah penciptaanmu yang pertama dan kamu
hidup dalam jangka waktu yang Kami tetapkan, Kamu sekalian pasti juga akan
menemui ajalmu yang telah ditentukan.10
7 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera
Hati,2002), 166.
8 Muhammad Nasib, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:Gema Insani
Press,1999), 411-412.
9 Ibid, 412.

6

(۱٦)ٍ ‫ن‬
‫م ط‬
‫م ٍال ن ط‬
‫ة ٍ ٍت سب نعلسثو ل‬
‫م ٍي لون ل‬
‫قليِاَ ل‬
‫م ٍإ طن مك س ن‬
‫ثس م‬

Allah ta’ala berfirman, “Kemudian sungguh kamu akan dibangkitkan
(dari kuburmu) pada hari kiamat”, yaitu pada hari berbangkit dan saat ruh menuju
jasad. Maka, seluruh makhluk pun dihisab dan setiap orang dibalas sesuai dengan
amalnya. Jika amalnya baik, dibalas dengan kebaikan dan jika amalnya buruk,
dibalas dengan keburukan.11
4. Pelajaran yang dapat diambil dari surat Al-Mu’minun ayat 12-16

1. Penjelasan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah ta’ala, ilmu, dan
kebijaksanaan-Nya.
2. Penjelasan tentang penciptaan manusia dan tingkatan-tingkatan yang
dilaluinya.
3. Penjelasantentang tempat kembali manusia setelah diciptakan.
4. Penetapan sebuah akidah (keyakinan) tentang adanya hari kebangkitan
dan hari pembalasan yang diingkari oleh orang-orang atheis dan
orang-orang musyrik.
B. KONSEP MANUSIA DALAM SEBUTAN BANI ADAM.
AL ISRA’ : 70.

ٍ ٍ ٍ ٍ 
ٍ
ٍ

ٍ
ٍ

ٍ
ٍ

12
ٍ ٍ ٍ ٍ  ٍ 
Artinya

: “ Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak

(Bani) Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], kami beri
10 Tim Tashih Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya jilid VI, (Semarang:PT. Citra
Effhar,1993), 501.
11 Muhammad Nasib, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:Gema Insani
Press,1999),412.
12 Aplikasi Qur’an In Word

7

mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.”
Maksudnya : Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutanpengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.
Allah

SWT

mengunggulkan

keturunan

Adam

daripada

seluruh

makhluknya dan Allah juga mengangkat derajat semua keturunan Adam di atas
semua makhluk yang ada di alam ini. Allah SWT. Dalam firman-Nya ini
mengingatkan umat manusia akan nikmat dan karunia yang khusus yang telah
diberikan kelebihan di atas makhluk yang lain. Bentuknya lebih bagus dan lebih
dan lebih sempurna daripada bentuk makhluk yang lain.13
Allah telah memuliakan keturunan adam dibandingkan dengan makhluk
yang lain dengan diberi akal pikiran. Selain itu bentuk dari kemuliaan yang lain
dari manusia adalah bahwa ia bebas bertanggung jawab atas dirinya sendiri, dan
akan menanggung akibat dari hasil amalnya. Ini merupakan karakter utama
manusia menjadi manusia, dimana ia bebas memilih arah hidupnya dan ia sendiri
yang akan bertanggung jawab atas pilihannya.
Manusia dikaruniai pendengaran, penglihatan, dan hati yang berfungsi
untuk memahami, meneliti, dan membedakan segala sesuatu antara yang
mudharat dan bermanfaat soal duniawi ataupun soal ukhrawi. Selain itu, allah
juga telah mengaruniai manusia berupa hewan – hewan di daratan yang dapat
dijadikan tunggangan, bahtera – bahtera yang besar maupun yang kecil sebagai
transportasi dan mencari nafkah. Allah juga memberikan rezeki berupa makanan
baik dari daging maupun sayuran, minuman, serta manusia juga dapat menutupi
tubuh dan auratnya dengan pakaian yang berasal dari bahan yang dikaruniai oleh
Allah.
Manusia adalah makhluk yang paling mulia sebelum dia menjadi kafir.
Sebab, jika dia sudah menjadi kafir maka kedudukannya paling rendah dari
makhluk Allah yang lain.14

13 Tafsir Ibn Katsier jilid 5.( Surabaya.pt.Bina Ilmu ).73.
14 Al Qarni,’Aidh.At Atafsir Al Muyassar.( Jakarta. Qisthi Press.2007.0510.

8

Menurut Thabathaba’i dalam Samsul Nizar : penggunaan kata bani Adam
menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini setidaknya ada tiga
aspek yang dikaji, yaitu: Pertama, anjuran untuk berbudaya sesuai dengan
ketentuan Allah, di antaranya adalah dengan berpakaian guna manutup auratnya.
Kedua, mengingatkan pada keturunan Adam agar jangan terjerumus pada bujuk
rayu setan yang mengajak kepada keingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang
ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkanNya. Kesemuanya itu
adalah merupakan anjuran sekaligus peringatan Allah dalam rangka memuliakan
keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang lain.15
C. KONSEP MANUSIA DALAM SEBUTAN AL-BASYAR
Term basyar sering dimaknai dimensi jasmaniah manusia, antara lain
dikemukakan oleh Ali Shari`ati dan beberapa buku yang mengupas tentang
manusia perspektif Al-Quran. Makna ini tidak sama sekali salah, tapi tidak
mampu mengungkap makna yang dimaksud.
Term basyar diungkapkan 37 kali dalam Al-Quran. Term ini ditujukan
kepada manusia dengan ciri sifat-sifat biologis, seperti berjalan, makan-minum,
berbicara, hubungan suami-istri, dan lain-lain. Ayat-ayat Al-Quran yang menyebut
term ini menujukkan bahwa yang dimaksud al-basyar memang manusia dalam
konteks fisik dan biologis. Dari segi basyariyah -nya Nabi dan Rasul sama dengan
manusia pada umumnya. Dalam konteks inilah Iblis dan orang-orang kafir melihat
Nabi dan Rasul dari sudut pandang basyariyah ini (yang tentunya bisa dinilai
lebih rendah secara duniawi (misalnya: dari suku atau bangsa yang dipandang
rendah, budak, miskin, sakit-sakitan, masih anak kecil, dan predikat lainnya yang
dipandang rendah atau bawah secara duniawi).16

15 Abd Wahid Thahir, http:// sulsel.kemenag.go.id/file/file/.../rtmn1362081548.doc
16 Munawar Rahmat, Manusia Menurut Al Qur’an, Jurnal Pendidikan Agama Islam. Ta’lim vol.
10 no. 2 2012, 109

9

Al Kahfi ayat 110

‫شر ٍمث نل سك سم ٍيوحىى ٍإل ل ل‬
‫ل ٍإنمآ ٍأ ل‬
‫ن‬
‫ل‬
‫م‬
‫ب‬
ٍ َ‫ا‬
‫ن‬
‫ط‬
‫ل‬
‫ل‬
‫س‬
‫ل‬
‫مآ ٍإ طل لـ ـهسك س ن‬
‫ى ٍأن م ل‬
‫ن‬
‫قس ن ط م ل‬
‫ن‬
‫ر‬
‫ى ط م‬
‫من ٍ ل‬
‫مــ ن‬
‫ل‬
‫جــونا ٍل ط ل‬
‫ه ٍوـل ط‬
‫قــآلء ٍلرب يــ ط‬
‫ن ٍي لنر س‬
‫كاَ ل‬
‫ح ر‬
‫ه ٍفلل نيِ لعن ل‬
‫د ٍفل ل‬
‫إ طل لـ ـ ر‬
‫ك ٍبعطباَدة ٍرب ل‬
‫حاَ ٍول ل‬
‫م ة‬
‫ل ٍي س ن‬
‫دا‬
‫شرط ن ط ل ل ط ل ي ط‬
‫ح ة‬
‫ه ٍأ ل‬
‫صـ ـل ط ة‬
‫عل ل‬
‫ل ٍ ل‬
“Katakanlah (Muhammad) : Sesungguhnya aku ini hanya seorang

manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia
mempersekutukan

seorang

pun

dalam

beribadah

kepada

Tuhannya".

(QS.18:110) 17
Thabrani meriwayatkan dari Amr bin Qais al-kuhfi bahwa sesungguhnya
dia mendengar Muawiyyah bin Sufyan berkata, “Inilah ayat terakhir surat Alkahfi.”
1. Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala berfirman kepada muhammad saw., “katakanlah”, kepada
kaum musyrik yang mendustakan kerasulanmu, “sesungguhnya aku ini hanya
seorang manusia seperti kamu.” Barang siapa yang menyangka aku pendusta,
maka tampilkanlah perkara yang seperti aku bawa. Sesungguhnya aku tidak
mengerti perkara ghaib yang aku ceritakan kepadamu berkenaan dengan masa
lalu, yaitu kisah Ash-habul Kahfi dan cerita Zulkarnain seperti yang kamu
tanyakan, seandainya Allah tidak memberitahukan kepada ku. Jadi, aku hanya
dapat menggambarkan kepadamu ”bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang maha Esa”, tiada sekutu bagiNya. “barangsiapa yang mengharap
perjumpaan dengan tuhannya” yakni dengan pahala dan balasan yang baik,”maka
hendaklah dia mengerjkan amal shaleh”, yaitu amal yang sesesuai dengan syariat
Allah,”dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada
17 Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim – Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Hidakarya Agung,
2004), 436.

10

Tuhannya”, yaitu amal yang di tujukan bagi zat Allah yang maha Esa yang tiada
sekutu bagi-Nya. Inilah dua sendi dari amal yang makbul. Yaitu, amal tersebut
harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan syariat Rasulullah saw.,
2. Tafsir Jalalain

‫)قس ن‬
‫مآ ٍأ لن لناَ ٍب ل ل‬
(‫شرر‬
‫ل ٍإ طن م ل‬

Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanyalah

seorang anak Adam.

‫)مث نل سك سم ٍيوحىى ٍإل لــى ٍأ ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫س‬
(‫د‬
‫ــ‬
‫ـ‬
‫ـ‬
‫ل‬
‫إ‬
ٍ ‫م‬
‫ك‬
‫ه‬
‫ــ‬
‫ـ‬
‫ـ‬
‫ل‬
‫إ‬
ٍ ‫ــآ‬
‫م‬
‫ن‬
‫ه ٍوـل ط‬
‫م‬
‫ط‬
‫حــ ر‬
‫ن س ن ل ى ط م ل ط س ن ط ر‬
Seperti kalian, yang
diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan
Yang Esa. Huruf Anna di sini Maktufah artinya tidak berfungsi Karen adanya
huruf Ma, sedangkan huruf Ma berkedudukan sebagai Masdar (Adjective) nya.
Maksudnya yang diwahyukan kepadakau mengenai ke-Esaan Tuhan.

‫من ٍ ل‬
(‫جوا ن‬
‫ن ٍي لنر س‬
‫كاَ ل‬
‫ )فل ل‬Barang siapa berciata-cita.
(‫ه‬
‫ )ل ط ل‬Berjumpa dengan Tuhannya setelah dibangkitkan dan
‫قآلء ٍ لرب ي ط‬
menerima pembalasan.

‫شر ط ن‬
‫حاَ ٍول ل‬
‫م ة‬
‫م ن‬
‫ل ٍي س ن‬
(‫ه‬
‫ة ٍلريبــ ط‬
‫ك ٍب طعطلباَد ل ط‬
‫صـ ـل ط ة‬
‫ل ٍع ل ل‬
‫)فلل نيِ لعن ل‬
‫ل ٍ ل‬
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan sewaktu ia beribadah kepada-Nya, seumpamanya ia hanya
ingin pamer.

‫ل‬
(‫دا‬
‫ح ة‬
‫ )أ ل‬Dengan seorang pun.

18

3. Hadist tentang riya’
Sesungguhnya nabi Muhammad adalah manusia, sama dengan kita. Hanya
saja kelebihannya adalah Allah mewahyukan kepadanya Al Qur’an, yang
didalamnya tertera bahwasannya Allah hanya satu saja.Barang siapa yang
hendak bertemu dengan Tuhan (mendapat karunia-Nya), Hendaklah ia beramal
saleh dan sekali-kali jangan mempersekutukan dengan yang lain. Jika ia
sembahyang, puasa, bersedekah dan sebagainya, hendaklah semata-mata

18 Danni Nursalim dkk., AL QUR’AN CORDOBA –THE AMAZING : 30 Tuntunan Al Qur’an
untuk Hidup Anda, ( Bandung : Cordoba, 2012) 304-305.

11

karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang dan menjadikan namanya
terkenal.19
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abdul Wahid bin Ziyad bahwa
Ubadah

bertanya

kepada

Syaddad

bin Aus

r.a.

tatkala

dilihatnya

menangis,”mengapa engkau menangis,wahai syaddad?” “Sesuatu yang
pernah kudengar dari Rasalullah saw. Yang menyebabkan aku menangis,”
jawab syaddad, dan selanjutnya berkata, “aku mendengar Rasalullah
saw.bersabda”:

‫مطتيِ ٍالث ينر ل‬
‫ا لت ل ل‬
‫و ٍة ل‬
‫خو م س‬
‫ف ٍع لللى ٍا س م‬
‫ك ٍلوالث مهن ل‬
َ‫ت ٍليا‬
‫ ٍال ن ل‬
‫فيِ ن ل‬
‫خ ط‬
‫ً ٍقسل ن س‬،‫ة‬
‫د ٍ ل‬
‫مت س ل‬
‫ه ٍا لت سث نرط ل‬
‫ك؟َ ٍلقاَ ل‬
‫سو ن ل‬
ً،‫م‬
‫ن ٍب لعن ط‬
‫ك ٍ ط‬
‫ل ٍالل ط‬
‫لر س‬
‫ل ٍن لعل ن‬
‫ك ٍا س م‬
‫م ن‬
‫ن‬
‫د ٍون ل‬
‫م ٍلل ٍي لعنب س س‬
‫ماَا طن مهس ن‬
‫ ٍا ل ل‬
‫ساَ ٍول ل‬
‫ن‬
‫ح ل‬
‫مةرا ٍوللل ل‬
‫م ل‬
‫ل ٍقل ل‬
‫ثل ن‬
‫جةراوللل ٍولث لةناَ ٍلولك ط ن‬
َ‫صا‬
‫ة ٍال ن ل‬
‫فيِ ن س‬
‫م ٍلوالث مهنول س‬
‫خ ط‬
‫ح ٍا ل ل‬
‫صب ط ل‬
‫ة ٍا ل ن‬
‫حد سهس ن‬
‫ماَل طهط ن‬
‫ب طاَ لع ن ل‬
‫م ٍ ل‬
‫ن ٍي ن ن‬
‫ه ٍفليِ لت نسر ٍ س‬
‫و ٍ ر‬
‫وات ط ط‬
‫ة ٍ ي‬
‫ئط ة‬
‫ك ٍ ل‬
‫ر ٍ س‬
‫صىَون‬
‫ن ٍث لهل ل‬
‫م ن‬
‫ض ٍث لهن ل‬
‫ماَ ٍفلت لعن ط‬
‫ه‬
‫م س‬
‫ ل‬.
Artinya: “Aku khawatiir bahwa umatku ditimpa syirik dan syahwat yang
terselubung” Bertanya Syaddad kepada beliau, “Apakah umatmu,ya
Rasalullah,bisa dihinggapi perbuatan syirik sesudahmu?” “Ya,” sabda beliau,
“mereka tidak akan menyembah matahari,bulan,batu dan atau arca , akan
tetapi mereka berriya’ (ingin dilihat orang) dengan amal-amalnya,atau
memperturutkan hawa nafsu(syahwa yang terselebung) sehingga seorang di
antara mereka yang pada waktu paginya berpusa,kemudian timbulah syahwat
yang terselebung itu dalam dirinya lalu dihentikan puasanya”. (HR. Ahmad)
Dari Mahmud bin Labid radliyallahu anhu bahwasanya Rosulullah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
19 Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim – Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Hidakarya Agung,
2004), 436.

12

‫شر س ل‬
‫صغلسر‬
‫ماَ ٍأ ل ل‬
‫ن ٍأ ل ن‬
‫خاَ س‬
‫خو ل ل‬
‫إط م‬
‫ف ٍع لل ليِ نك س ن‬
‫ف ٍ ل‬
‫ك ٍا نل ن‬
‫م ٍال ي ن‬
‫شر س ل‬
‫سو ن ل‬
َ‫ه ٍ؟‬
‫ل ٍالل ط‬
‫صغلسر ٍلياَ ٍلر س‬
‫ ٍلو ٍ ل‬:‫وا‬
‫ك ٍا نل ن‬
‫ماَ ٍال ي ن‬
‫لقاَل س ن‬
‫قو ن س‬
‫لقاَ ل‬
‫ه ٍعز ٍو ٍجل ٍإ ط ل‬
َ‫جلزى‬
‫ ٍاليرلياَسء ٍي ل س‬:‫ل‬
‫ذا ٍ ل‬
‫ل ٍالل س‬
‫الناَس ٍبأ ل‬
‫م‬
‫ل‬
‫ن‬
‫م‬
‫ي‬
‫ذ‬
‫ل‬
‫ى ٍا‬
‫إل‬
ٍ ‫وا‬
‫ب‬
‫ه‬
‫ذ‬
‫م ٍا‬
‫ه‬
‫ل‬
َ‫ا‬
‫عم‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ط‬
‫ن ٍك سن نت نس‬
‫ط‬
‫ط ن‬
‫م ل ط‬
‫ن ل‬
‫س ن ط ل‬
‫دنليِاَ ٍلفاَن نظ سسرنوا ٍهل ن‬
‫ن‬
‫جد سون ل‬
‫ى ٍال ن‬
‫ت سلراؤ سون ل‬
‫ل ٍت ل ط‬
‫ن ٍف ط‬
‫جلزاةء‬
‫ط‬
‫م ٍ ل‬
‫عن ند لهس ن‬
“Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan dari apa yang kucemaskan atas
kalian adalah perbuatan syirik kecil. Mereka bertanya, “Wahai Rosulullah,
apakah syirik kecil itu?”. Beliau menjawab, “Riya, Allah Azza wa Jalla
berfirman ketika manusia telah dibalas sesuai dengan amal-amal mereka,
‘pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu kalian berbuat riya (bagi
mereka) di dunia. Perhatikan apakah ada balasan di sisi mereka”. [HR
Ahmad: V/ 428, 429. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih]20
D. KONSEP MANUSIA DALAM SEBUTAN AN- NAAS.
AL BAQARAH : 168.

ٍ ٍ ٍ ٍ 
ٍ
ٍ
ٍ

ٍ ٍ ٍ 
21
ٍ ٍ ٍ ٍ 
Artinya

: “ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik

dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Seperti penegasan dalam ayat – ayat Al Qur’an bahwa Allah adalah Tuhan
Yang Satu dan Dialah yang menciptakan alam semesta ini. Kemudia pada ayat ini
Allah menjelaskan bahwa Allah adalah pemberi rizki kepada manusia dan
20 Tafsir Ibnu Katsir Jilid V Terj. Salim Bahreisi dan Said Bahreisi (Surabaya: PT Bina Ilmu,
t.tp), 190-193.
21 Aplikasi Qur’an In Word.

13

makhluk yang lain. Allah juga telah membolehkan manusia memakan makanan
yang telah diberikan Allah di bumi ini, yang halal dan baik, serta meninggalkan
yang haram. Allah telah menciptakan apa – apa yang ada di bumi bagi manusia.22
Menunjukkan fungsi manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri. Manusia harus menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya.
Dari awal terciptanya, seorang manusia berawal dari sepasang laki-laki dan
wanita. Ini menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan saling
membantu.
1. Tafsir At-Tabari
Dalam ayat ini seolah-olah Allah berfirman ;”hai manusia, makanlah dari
apa yang Aku halalkan bagi kalian berupa makanan menurut yang disampaikan
Rosul-Ku, Muhammad SAW. Lalu Aku memberikan jaminan makanan yang baik
bagi kalian. Adapun makanan-makanan yang kalian haramkan atas diri kalian
berupa makanan-makanan laut, minuman-minuman segar, dan selain itu yang Aku
tidak mengharamkannya atas kalian, maka sungguh kalian telah mengikuti jalan
setan yang menggiring kalian ke pada kebinasaan. Janganlah kalian menuruti dan
mengikutinya karena jelas-jelas setan adalh musuh kalian. Sungguh tampak jelas
bukti permusuhan setan terhadap kalian, yaitu ketika tidak mau sujud kepada
bapak kalian (ADAM), bahkan telah menipunya hingga mengakibatkan keluar
dari surga”. Allah SWT mengingatkan, “Wahai manusia, sekali-kali kalian
janganlah menerima nasihat setan, disamping setan itu musuh kalian.
Tinggalkanlah seluruh ajakannya, tetaplah dalam ketaatan kepada-Ku, yaitu taat
terhadap apa yang Aku perintahkjan serta taat menjauhi apa yang Aku cegah. Ikuti
apa yang Aku halalkan dan jauhi apa yang Aku haramkan.
Kata-kata “halaalan” Memberi atri halal secara mutlak. Adapun kata-kata
Tayyiban, berarti bersih, suci tidak najis, dan tidak pula diharamkan.23

22 Quthib,Sayyid.Tafsir fi Zhilalil Qur’a. jilid 10.( Jakarta.Gema Insani Press.2000.)184.
23 Danni Nursalim dkk., AL QUR’AN CORDOBA –THE AMAZING : 30 Tuntunan Al Qur’an
untuk Hidup Anda, ( Bandung : Cordoba, 2012), 25-26

14

E. KONSEP MANUSIA DALAM SEBUTAN AL – INSAN
QS At Tiin [ 95 ] ayat 4 - 6 :

ٍ ٍ ٍ 
ٍ ٍ ٍ ٍ 
ٍ
ٍ
ٍ

ٍ

ٍ ٍ 
24
ٍ ٍ ٍ ٍ 
4. Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya .
5. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka),
6. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka
bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya25.
5.1 Konsep Al Insan dalam Al Qur’an
Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis dan
tampak. Dalam al Qur’an kata insan seringkali dihadapkan dengan kata jin / jan.
Jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia adalah makhluk
yang nyata dan tampak.
Dengan demikian, kata insan, digunakan al Qur’an untuk menunjuk kepada
manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia berbeda dengan
makhluk lain dalam hal fisik, mental dan kecerdasan.26

24 Aplkasi Qur’an In Word v.1.1
25 Wahbah Zuhaili, dkk., Al-Mausu’atul Qur’aniyyatul Muyassarah, terj. Tim Kuwais, (Jakarta :
Gema Insani, 2007), 598.
26 Munawar Rahmat, Manusia Menurut Al Qur’an, Jurnal Pendidikan Agama Islam. Ta’lim vol.
10 no. 2 2012, 111-112.

15

5.2 Tafsir
5.2.1 Tafsir Al Aisar
Allah telah bersumpah dengan beberapa nama pada ayat 1-3. Sedangkan
isi dari sumpah-Nya tersebut termaktub dalam Surat At Tiin ayat 4-6, yakni
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh;
maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya “. Pernyatan tersebut
mengandung tanda-tanda kekuatan, ilmu dan rahmat-Nya, yang menjadikan
kita harus beriman kepada Allah dan mengesakan-Nya, serta beriman dengan
hari perjumpaaan dengan-Nya.
Pada ayat ke 4, menjelaskan bahwa Sang Pencipta makhluk hidup Maha
Kuasa

terhadap

mereka

untuk

menyelaraskan

dan

mempercantik

penampilannya. Hal ini merupakan bukti akan pengetahuan dan kemampuan
sang Pencipta, yaitu Allah SWT yang mengharuskan kita beriman kepada-Nya
dan hari perjumpaan dengan-Nya. Allah Maha Kuasa untuk menciptakan
manusia pada hari ini dan hari sebelumnya, serta menciptakan sekehendak-Nya
dan kapanpun waktuhnya serta tidak ada yang mengingkarinya selain orang
dungu dan bodoh.
Pada ayat ke 5, ada dua tafsir yang berbeda pada tafsir Al Aisar ini. Yakni
yang pertama menyatakan bahwa tempat yang serendah-rendahnya adalah
menjadi pikun sehingga seorang dewasa kembali menjadi seperti anak, karena
kehilangan pikirannya dan kekeuatannya. Sedangkan tafsir yang satunya
menunjukkan tempat serendah-rendahnya adalah neraka.
Sedangkan pada ayat ke 6, merupakan pengecualian dari ayat ke 5, yakni
bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Dan mengandung
tafsir juga bahwa pahala yang didapat tidak akan putus walaupun mereka
menjadi tua, pikun dan lemah. Di dalam hadits yang shahih bahwa Nabi SAW
bersabda, “ Apabila seorang hamba bepergian atau sedang sakit, maka Allah

16

Ta’ala akan menuliskan pahala untuknya seperti ketiak ia tidak bepergian dan
sedang sehat.” Ibnu Umar r.a. berkata, “ Sungguh beruntung orang yang
umurnya panjang dan amalannya baik.”27
5.2.2 Tafsir Kemenag RI
Setelah bersumpah dengan buah-buahan yang bermanfaat atau tempattempat mulia tersebut (pada ayat 1-3), Allah menegaskan bahwa Dia telah
menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis yang baik. Dari segi fisik
misalnya, hanya manusisa yang berdiri tegak sehingga otaknya bebas berfikir
yang menghasilkan ilmu dan tangannya bebas bergerak untuk merealisasikan
ilmunya itu, sehingga melahirkan teknologi. Bentuk manusia adalah yang
paling indahdari semua makhluk-Nya. Dan dari segi psikis, hanaya manusia
yang memiliki perasaan yang sempurna, bahkan hanya manusia yang
beragama.
Penegasan Allah bahwa Dia telah menciptakan manusia dengan kondisi
fisik dan psikis terbaik, itu mengandung pengertian bahwa kita harus dapat
menjaga, memelihara dan menumbuhkembangkan fisik dan psikis manusia.
Fisik manusia dipelihara dan ditumbuhkembangkan dengan memberinya gizi
yang cukup dan menjaga kesehatannya. Sedangkan psikis diberi agama dan
pendidikan yang baik. Dan apabila fisik dan psikis manusia dapat dipelihara dn
ditumbuhkembangkan, maka manusia dapat member kemanfaaatan yang besar
kepada alam ini, sehingga ia akan menjadi makhluk termulia.28
5.2.3 Tafsir Ibnu Katsier
Sebagai seorang makhluk, manusia terdiri atas jasmani dan rohani. Bila
makanan jasmani sudah terpenuhi, maka jangan lupa makanan rohani lebih
penting, bahkan lebih utama. Karena kepentingan jasmani dalam hidup hanya
sementara, sedangkan kepentingan rohani untuk kehidupan yang kekal abadi.
27 Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Aisar At-Tafaasir li Al-kalaami Al-Aliyyi Al-Kabir, terj.
Fityan Amaliy dan Edi Suwanto, ( Jakarta : Darus Sunah Press, 2012 ), 971-973.
28 DEPAG RI, AL QUR’AN DAN TAFSIRNYA ( Edisi yang Disempurnakan ), ( Jakarta :
Departemen Agama RI, 2010 ), 713.

17

Maka dari itu, Allah mengingatkan bahwa Allah telah menbciptakan manusia
dalam kejadian yang seindah-indahnya, cantik, tampan dan gagah perkasa,
tetapi kemudian terjerumus dalam lembah kenistaan yang serendah-rendahnya.
Kecuali orang yang tetap beriman, patuh dan taaat dan Islam serta menyerah
kepada Allah maka merekalah yang akan tetap mulia bahkan mendapat tempat
kesusukan disisi Allah dengan segala pahala dan kesenangan, kepuasan, nikmat
yang tak terbatas.29
Pada ayt ke 6, sebagian mufassir menafsirkan tempat serendah-rendahnya
yakni dengan membuat hidup sampai usia pikun. Kalau memang demikian
yang dimaksud, maka menjadi tidak pantas bila dilanjutkan dengan
pengecualian bagi orang yang beriman dan beramal saleh, karena usia pikun
kadang-kadang juga dialami oleh orang yang beriman pula. Oleh karena itu,
yang

dimaksud

dengan

“tempat

serendah-rendahnya”,

yakni

neraka.

Sebagaimana firman Allah SWT, pada surat al Ashr ayat 1-330 :

ٍ ٍ ٍ ٍ 
ٍ
ٍ
ٍ

ٍ ٍ 
ٍ

ٍ ٍ 
1. Demi masa.

2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. 31
5.2.4 Tafsirul Wajiz
Pada ayat 4 dan 5 menjelaskan bahwa manusia telah diciptakan oleh Allah
dalam bentuk yahng sebaik-baiknya. Dan dijelaskan pula, bahwa orang yang
29 Tarjamah Mukhtashoru Tafsiiri Ibnu Katsir, terj. Salim Bahreisy dan Said Bahreisy,
( Surabaya : PT Bina Ilmu, t.tp), 398
30 Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Tafsiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4,
terj. Syihabuddin, ( Jakarta : Gema Insani Press, 2000) 1008-1009.
31 Aplkasi Qur’an In Word v.1.1

18

kafir akan Dia kembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya, yakni nereaka.
Mengenai Asbab an-Nuzul ayat ini, Ibnu jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
“Ayat ini turun pada orang-orang yang kembali melakukan hal-hal yang hina
dan keji”.
Sedangkan pada ayat ke 6, menjelaskan pengecualian dari ayat 5, yakni
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rosul serta mengerjakan apa-apa
yang diperintahkan-Nya, maka mereka akan mendapat pahala ukhrawi yang
tidak akan putus.32
5.2.5 Tafsir Al Azhim
Dalam surat at tin ayat 4 ini, mengandung sumpah, yaitu bahwa Allah
SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik, perawakan
yang paling sempurna, serta bentuk-bentuk tubuh yang paling sempurna.
Sedangkan dalam ayat ke 5, tempat yang serendah-rendahnya dimaknai
sebagai neraka. Pendapat ini dikatakan oleh Mujahid, Abu Al-Aliah, Al Hasan,
Ibnu Zaid dan lain sebagainya. Kemudian setelah kebaikan dan kesempurnaan
ini maka tempat kembali mereka adalah neraka jika tidak taat kepada Allah
SWT dan tidak mengikuti para Rosul Allah. Maka dari itu, Allah berfirman
pada ayat ke 6, yakni “ kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh “.
Sebagian Imam menafsirkan tempat serendah-rendahnya, dengan tafsiran
seburuk-buruknya kehidupan. Pendapat ini diriwayatkan oleh Ibnu abbas dan
Ikrimah. Hingga Ikrimah berkata, “Barang siapa yang mengumpulkan
(melaksanakan) Al Qur’an, maka ia tidak akan dikembalikan kepada seburukburuknya kehidupan.” Sedangkan Ibnu Jarir berpendapat dalam Jami’ul
Bayan :12/638, seandainya maksud dari ayat ini adalah benar, maka tidak benar
dan tidak tepat adanya pengecualiam orang-orang yang beriman. Maka maksud
dari ayat ini adalah neraka. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al
Ashr ayat 1-3, bahwa “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar
berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
32 Wahbah Zuhaili, dkk., Al-Mausu’atul Qur’aniyyatul Muyassarah, Op. Cit.

19

amal shaleh”. dan bagi orang yang beriman serta beramal shaleh, maka mereka
akan mendapat pahala yang tidak terputus-putus.33

33 Al Hafidz ‘Imaduddin Abu A dan Fida’ Ismai’il Ibn Katsir, Tafsir Juz ‘Amma min Tafsir Al
Qur’an Al Azhim, terj. Farizal Tirmizi, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2004), 267-270.

20