DISKRESI DALAM ADMINISTRASI NEGARA docx

PATOLOGI ADMINISTRASI NEGARA

OLEH :
NAMA : KOKO JUNIKO PRATAMA
NO. BP : 111O842007

ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2012
JUDUL :

Diskresi Sebagai Kebutuhan Bagi Pejabat Publik Dalam Penanggulangan Bencana

ABSTRAK
Kepulauan Mentawai terkena bencana alam gempa dan tsunami pada 25 Oktober
2010. Hal itu pun berdampak signifikan bagi masyarakat setempat. Banyak kerugian yang
dialami oleh masyarakat yang menjadi korban, baik kerugian material maupun kehilangan
anggota keluarga mereka. Untuk melakukan upaya penanggulangannya, dibutuhkan upaya
yang responsif dan tanggap dari aparatur terkait. Maka penggunaan diskresi sangatlah
diperlukan dalam penanggulangan bencana ini.

Pasca tsunami, berbagai permasalahan banyak ditemui. Salah satunya terkait
kepastian hukum relokasi untuk kawasan hunian tetap korban gempa dan tsunami. Dalam hal
ini, pejabat publik membutuhkan penggunaan diskresi agar masalah tersebut bisa teratasi
dengan segera. Dalam merealisasikannya para pejabat publik tentu menemui kendala, maka
kendala tersebut harus diiringi dengan upaya antisipasi dan perbaikan. Tentunya pembahasan
ini didasari dengan pemahaman tentang apa itu diskresi, serta asas-asas umum pemerintahan
yang baik.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bencana alam bukanlah sesuatu yang bisa diprediksi kedatangannya. Oleh karena
itu, dibutuhkan kesiapan yang bersifat spontan bagi siapa saja yang dilanda suatu
bencana. Berbicara tentang kesiapan dalam menghadapi bencana, selain kesiapan
masyarakat, kesiapan para pejabat publik merupakan sesuatu yang urgen. Dengan adanya
situasi darurat, para pejabat publik tidak memiliki waktu untuk menjalankan prosedur
normatif untuk mengatasinya. Maka dalam mengatasi situasi darurat tersebut pejabat
publik akan sangat membutuhkan apa yang disebut dengan diskresi.
2. Rumusan Masalah
a) Apa itu diskresi?
b) Seperti apa wujud diskresi yang diberdayakan oleh


pejabat publik dalam

penanggulangan bencana?
c) Bagaimana pejabat publik memberdayakan diskresi dalam penanggulangan
bencana?
d) Kendala apa yang ditemui oleh pejabat publik dalam konteks diskresi tersebut?
e) Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang ada?

PEMBAHASAN
Tsunami Mentawai yang terjadi pada 25 Oktober 2010 menyisakan permasalahan
yang cukup berlarut-larut. Permasalahan yang berlarut-larut tersebut menyangkut tentang
penanggulangan pasca bencana alam tsunami oleh pejabat publik terhadap korban bencana.
Permasalahannya adalah perihal pembangunan hunian tetap ratusan keluarga korban tsunami.
Lokasi yang akan dijadikan pemukiman tetap korban tsunami Mentawai

masih

terkendala dengan kepastian hukum lokasi tersebut. Agar permasalahan tersebut tidak
berlarut-larut, pihak otoritas yang dalam hal ini adalah Gubernur Sumatera Barat Irwan

Prayitno perlu menggunakan diskresi, sebagaimana yang disampaikan oleh

Dr.Kunia

Warman selaku pakar hukum Universitas Andalas.
Sebenarnya dalam situasi darurat (bencana alam) yang diperlukan adalah suatu upaya
penanggulangan yang cepat. Penanggulangan

yang cepat dimaksudkan sebagai upaya

penanganan segala urusan recovery maupun rekonstruksi yang tidak menempuh prosedur
yang panjang. Sehingga dalam situasi inilah pejabat publik perlu menggunakan diskresi
dalam penanganannya.
Diskresi merupakan kebebasan dalam mengambil keputusan sendiri dalam setiap
situasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI). Sedangkan Pakar hukum Administrasi
Negara UI, Prof. Benyamin Hossein mendefinikan “Diskresi, adalah kebebasan Pejabat
dalam mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri”. Dalam konteks ini, pejabat
yang memiliki kebebasan adalah Irwan Prayitno selaku Gubernur Sumatera Barat yang turut
disertai oleh perangkatnya. Beliau berhak berkeputusan melalui pertimbangan sendiri dalam
memperoleh kepastian hukum kawasan yang menjadi alokasi hunian tetap korban bencana

tsunami Mentawai. Pada faktanya, Irwan Prayitno telah berkeputusan melalui surat yang

dikirimkan kepada Presiden. Substansi dari surat tersebut yaitu permintaan dispensasi agar
pembuatan hunian tetap bagi korban tsunami dapat segera direalisasikan.
Pemberdayaan diskresi oleh

Gubernur Sumbar tersebut tampaknya telah

membuahkan hasil. Dengan kata lain diskresi yang digunakan telah berjalan. Tolak ukurnya
adalah dengan beredarnya kepastian hukum tertulis terkait kawasan yang akan dijadikan
hunian tetap tersebut. Hal itu tercantum dalam PP No.24/2010 tentang Pemanfaatan Kawasan
Hutan. Dalam PP itu disebutkan penggunaan kawasan hutan dapat dilakukan berdasarkan izin
pinjam pakai ditetapkan Menteri Kehutanan dalam jangka waktu tertentu, demikian dokumen
Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi pascatsunami Mentawai disusun Bappenas,
BNPB, Pemprov dan BPBD Sumbar, Pemkab dan BPBD Mentawai.
Akan tetapi, dua tahun setelah PP tersebut keluar, tepatnya pada tahun 2012
masyarakat Mentawai masih mempertanyakan hunian tetap yang akan mereka huni. Keluhankeluhan masyarakat korban tsunami manyebutkan proses pembangunan yang ada berjalan
lamban. Inilah yang menjadi kendala dalam konteks diskresi ini. Terdapat kecenderungan
malpraktek dalam operasional dari keputusan yang menjadi bagian dari diskresi. Terkadang
keputusan yang dihasilkan melalui penggunaan hak diskresi tidak turut disertai oleh

operasional yang layak atau optimal. Adakalanya

operasional dari kebijakan yang ada

menjadi lahan malpraktek oleh oknum-oknum tertentu.
Menurut DR.T.Gayus Lumbuun,SH., MH, Diskresi merupakan kebijakan dari pejabat
negara dari pusat sampai daerah yang intinya membolehkan pejabat publik melakukan sebuah
kebijakan yang melanggar dengan UU, dengan tiga syarat. Yakni, demi kepentingan umum,
masih dalam batas wilayah kewenangannya, dan tidak melanggar Azas-Azas Umum
Pemerintahan yang Baik. Kepentingan umum merupakan salah satu dari beberapa asas-asas
umum pemerintahan yang baik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Prof. Kuntjoro

Purbopranoto dengan menyebutkannya ke dalam asas penyelenggaraan kepentingan umum
(principle of public service).
Untuk melanggengkan realisasi pembuatan hunian tetap bagi korban bencana tsunami
tersebut, pihak terkait haruslah betul-betul komitmen terhadap asas-asas umum pemerintahan
yang baik. Di sisi lain, pihak-pihak otoritas harus terus melakukan pengkajian serta evaluasi
terhadap operasionalnya, apakah telah sesuai dengan asas-asas umum tersebut. Seperti yang
disampaikan Mendagri, definisi diskresi harus jelas, ada batas-batasnya, syarat-syarat
bagaimana diskresi itu dilakukan.


PENUTUP
Kesimpulan
Diskresi yang digunakan oleh pejabat publik haruslah dapat digunakan disaat yang
tepat (sesuai dengan

tuntutan) dan berdasarkan kepentingan umum. Setelah itu,

penyelelnggaraannya perlu memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik dan
evaluasi, guna mengantisipasi maupun mengatasi kendala yang dapat menimbulkan diskresi
negatif.

DAFTAR PUSTAKA

M. Hadjon, Philipus dkk. 2005. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.

Marbun. Mahfud MD,Moh. 2009. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara”. Yogyakarta:
Liberty.


Sumber Internet :
Akbar,

Rus.

“Pemerintah

Diminta

Bangun

Hunian

Tetap

Korban

Tsunami”.

http://news.okezone.com/read/2012/06/12/340/646107/pemerintah-diminta-bangun-huniantetap-korban-tsunami (24 April 2013).


Antara.

“Pemukiman

Korban

Tsunami

Mentawai

akan

Direlokasi

ke

Hutan”.http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/11/03/17/170413pemukiman-korban-tsunami-mentawai-akan-direlokasi-ke-hutan (24 April 2013).

Rasyid


HF,

Fachrul.

“Diskresi

news=nberita&id=2615 (24 April 2013).

Dibayangi

Sanksi”http://padangekspres.co.id/?

Akbar,

Rus.

“Korban

tsunami


Mentawai

pertanyakan

hunian

tetap”.

http://jakarta.okezone.com/read/2012/06/12/447/645981/korban-tsunami-mentawaipertanyakan-hunian-tetap (24 April 2013).

KBBI. http://www.artikata.com/arti-325403-diskresi.html (24April 2013).

“Fenomena Diskresi VS Korupsi”. http://aparaturnegara.bappenas.go.id/new/berita-235fenomena-diskresi-vs-korupsi.html (23 April 2013).

Purnama

Putra,

Erik.


“Mendagri:

Pemerintah

Butuh

Hak

Diskresi”.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/01/20/mgwu8r-mendagri-pemerintahbutuh-hak-diskresi (24 April 2013).

“Pemerintah

Atur

Hak

Diskresi

Kepala

Daerah”.

http://nasional.kompas.com/read/2013/01/23/18225711/Pemerintah.Atur.Hak.Diskresi.Kepala
.Daerah (23 April 2013).