Tradisi Lisan Cenggok-Cenggok Pada Upacara Adat Perkawinan Melayu Panai Labuhanbatu-Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tradisi lisan merupakan suatu kekayaan kultural masyarakat. Sebagai
produk kultural, tradisi lisan memiliki berbagai hal menyangkut hidup dan
kehidupan komunitas pemiliknya (Pudentia, 2008). Di dalamnya terdapat berbagai
bentuk berupa cerita, mitos, dan dongeng, sampai kepada aspek kearifan lokal
(local wisdom), sistem nilai, pengetahuan tradisional (local knowledge), sejarah,
hukum, pengobatan, sistem kepercayaan, religi, hasil seni, dan upacara adat.
Sebagai produk budaya manusia yang hidup, tradisi dapat berubah dan
berkembang, mengalami transformasi seiring dengan dinamika sosial masyarakat.
Perubahan ini terjadi diakibatkan oleh beberapa hal di antaranya para penutur
dan komunitas tradisi lisan semakin berkurang, proses pewarisan secara alamiah
tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dan perubahan kebudayaan berjalan
dengan cepat. Dihadapkan pada kenyataan ini, satu-satunya yang penting dalam
upaya menjaga tradisi lisan sebagai sumber pengetahuan pada masa sekarang
dan masa yang akan datang, adalah mengubah sistem pewarisannya

yaitu

membuat perlindungan, preservasi, dan revitalisasi.

Adanya perubahan dan kemajuan zaman di era informasi ini ditandai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang secara langsung
mempengaruhi kebudayaan. Dengan kata lain adanya hubungan erat antara tradisi

1
Universitas Sumatera Utara

dan kebudayaan tergambar di dalam identitas atau ciri masyarakat tradisi tersebut.
Termasuk di dalam kebudayaan Melayu.
Sikap hidup berbudaya Melayu digambarkan oleh bahasanya. Bahasa
Melayu digunakan masyarakat sebagai pencerminan sikap hidup. Masyarakat
Melayu secara solidaritas sosial menggunakan bahasa Melayu dalam pergaulan
sosial dan sekaligus sebagai identitas mereka. Di sini terlihat hubungan timbal balik
antara bahasa dan kebudayaan dalam berbagai bentuk kegiatan apakah dalam
dimensi wujud maupun dimensi isi kebudayaan. Pada suatu pihak bahasa berfungsi
sebagai sarana dalam pergaulan sosial dan pada pihak lain berfungsi sebagai
pengungkap atau melambangkan sistem budaya yang tercermin dalam konsep
budaya mereka yang terdapat dalam ungkapan Melayu Yang kurik kundi yang
merah saga; Yang baik budi yang indah bahasa . Budaya Melayu merupakan


kebudayaan logogenik, yang menggunakan bahasa sebagai komunikasi utama,
termasuk dalam pertunjukan tradisi.1 Dari sudut pandang budaya, bahasa Melayu
1

Yang dimaksud logogenik adalah satu pertunjukan budaya etnik atau dunia, yang ciri khas

utamanya adalah menggunakan dan menumpukan teks yang dikomunikasikan secara verbal.
Biasanya menggunakan salah satu atau perpaduan unsur-unsur ritme, melodi, atau harmoni. Dalam
kebudayaan logogenik ini, unsur sastra dan folklor mendapat peranan penting. Namun agak berbeda
dengan bahasa sehari-hari, teks dipertunjukan melalui lagu, bukan bahasa sehari-hari. Dengan
demikian nyanyian jenis ini selalu menggunakan bahasa yang digayakan dan mengandung
unsur-unsur perlambangan. Ada kalanya bersifat rahasia seperti pada mantera. Seterusnya, jika
sebuah budaya pertunjukan mengutamakan aspek melodi atau ritme saja, bukan menekankan
kepada teks, maka pertunjukan seperti ini dapat dikategorikan sebagai budaya pertunjukan
melogenik.

Pertunjukan seperti ini, lebih menumpukan pada aspek komunikasi bukan lisan

terutama menggunakan dimensi waktu dan ruang. Untuk mengkaji makna yang diungkapkan
melalui ritme, melodi, atau bunyi-bunyian lainnya, diperlukan pemahaman dan penafsiran dengan

cara menyelidikinya, terutama apa yang ingin dikomunikasikan pencipta pertunjukan budaya yang
bisa ditelusuri melalui pikiran mereka (lihat Malm, 1977).

2
Universitas Sumatera Utara

terkait dan memiliki hubungan timbal balik dengan hampir keseluruhan unsur
kebudayaan Melayu lainnya, bahasa merupakan perwujudan pengutaraan dan peran
sebagai sarana ekspresi nilai-nilai sosial budaya, sikap maupun pandangan hidup.2
Tradisi Melayu dalam pergaulan sosial sangat mementingkan sikap sopan
santun, pengendalian diri, dan tidak mau menyakiti orang lain. 3 Demikian pula
sikap masyarakat Melayu yang berada di kawasan budaya Panai Labuhanbatu,
yang kaya akan tradisi lisan yang dimilikinya . Salah satunya adalah tradisi lisan
cenggok-cenggok. Tradisi ini tumbuh dan berkembang pada masyarakat melayu

Panai yang ada di Labuhanbatu. Etnis melayu Panai sebagian besar mendiami
daerah pesisir

sungai Barumun, yakni daerah Labuhan Bilik yang saat ini


merupakan salah satu kecamatan yang ada di Labuhanbatu. Labuhan Bilik
merupakan tempat kelahiran tradisi lisan cenggok-cenggok. Secara historis di
Labuhan Bilik pernah terdapat kerajaan melayu yakni kerajaan Bilah, yang berdiri
2

Di dalam kajian kebudayaan, pada dasarnya wujud budaya itu bisa berupa gagasan, aktivitas, dan

benda-benda (artefak). Gagasan berkait erat dengan konsep yang melatarbelakangi budaya dan
bentuknya lebih abstrak dibandingkan dengan aktivitas maupun artefak. Sementara aktivitas
diwujudkan dalam bentuk sikap, perilaku, dan pergaulan sosial. Wujud aktivitas inilah yang dapat
dilihat oleh orang lain. Sementara benda-benda yang dihasilkan oleh kebudayaan tertentu
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas dan gagasan. Di dalam kebudayaan
Melayu contoh gagasan kebudayaannya adalah adat bersedikan syarak dan syarak bersendikan
kitabullah. Contoh aktivitas kebudayaan adalah berpantun di dalam acara-acara adat, demikian pula
upacara jamu laut, khitanan, mandi Syafar, perkawinan, kematian, upacara gebuk, dan lain-lainnya.
Contoh artefak adalah rumah adat Melayu, perahu Melayu, ornamen Melayu, dan lain-lainnya.
3

Dalam hidup dan pergaulan sikap seperti ini menjadi pedoman dan norma yang disampaikan


melalui syair dan pantun, melalui kebiasaan dan kegemaran ini disampaikan isi hati, tunjuk ajar,
petuah, dan amanah bahkan sindiran, peringatan, dan kritik. Kebiasaan dan kegemaran ini amatlah
sesui dengan kehidupan orang Melayu karena isi dan sasarannya dapat merupakan kasih sayang,
ungkapan, adat-istiadat, dan kebiasaan maupun pesan-pesan moral (Effendy, 2004).

3
Universitas Sumatera Utara

pada tahun 1623 dengan raja pertamanya yaitu Sutan Tahir Indera Alam. Pada saat
itu cenggok-cenggok merupakan tari hiburan untuk menjamu para tamu yang
datang ke kerajaan Bilah. Tradisi lisan cenggok-cenggok merupakan salah satu
jenis kesenian kerajaan yang kemudian berkembang di luar lingkungan kerajaan
dan

menjadi salah satu jenis kesenian rakyat sampai saat ini. Pertunjukan

cenggok-cenggok pada perkembangannya disajikan pada acara-acara di lingkungan

pemerintahan, pesta pernikahan, syukuran, sunat rasul, dan


akikah

yang

fungsinya tetap sebagai hiburan buat para tamu undangan dari si pemilik hajatan.
Cenggok-cenggok adalah sebuah judul lagu yang dilantunkan untuk

mengiringi

tarian. Penamaan kata cenggok-cenggok tidak memiliki arti tapi

hanya merupakan sebuah syair lagu penyambung lirik (Rishan, 2013).
Tradisi lisan pada upacara adat perkawinan Melayu Panai
pada masyarakat Melayu di Labuhanbatu ini
Bilik dinamakan masyarakat sebagai
penyajian tradisi lisan

berasal

yang terdapat


dari Kualuh dan Labuhan

tradisi lisan cenggok-cenggok. Bentuk

cenggok-cenggok umumnya dilakukan oleh dua belas

orang pemain yang terdiri dari, dua orang penabuh gendang, dua orang pemain
pencak silat,

dua orang yang saling berbalas pantun, seorang pemain biola,

seorang pemain bangsi (seruling) dan empat orang sebagai penari. Pertunjukan
tradisi lisan cenggok-cenggok biasanya diawali oleh sambutan dari ketua grup
kesenian tersebut dan dilanjutkan dengan lagu-lagu melayu yang berirama cepat
yang menarik orang untuk berjoget Setelah lagu-lagu dinyanyikan diselingi

4
Universitas Sumatera Utara


dengan berbalas pantun dan yang terakhir
cenggok-cenggok.

adalah penampilan tarian

Gerakan tarian ini merupakan perpaduan seni tari dan pencak

silat dengan pola lantai sederhana yang biasanya berbentuk segi empat dan garis
lurus. Musik yang digunakan untuk mengiringi tarian yakni alat musik etnis
melayu pada umumnya yang terdiri dari gendang pak pung, rebana, biola, san
seruling. Tarian ini biasanya dilaksanakan pada malam hari dan dipentaskan di
panggung atau pelataran rumah.
Tradisi lisan ini merupakan salah satu kebudayaan masyarakat Melayu
Panai yang

dulunya tersebar luas di dalam masyarakat pendukungnya di

Labuhanbatu. Namun dalam perkembangannya saat ini

tradisi lisan


cenggok-cenggok ini sudah jarang ditampilkan, dan telah terjadi kemunduran

konsepsi pengetahuan tentang tradisi cenggok-cenggok yang dipakai secara lisan
tersebut. Saat ini banyak generasi muda yang enggan mewarisinya dan bahkan
kurang mengetahuinya lagi.
Sanggar-sanggar kesenian cenggok-cenggok yang dulunya banyak tersebar di
beberapa wilayah Labuhan Batu tinggal beberapa yang masih ada. Hal ini
dikarenakan masyarakat kurang berminat lagi untuk menampilkan pertunjukan ini
saat upacara adat sejak 15 tahun terakhir ini, karena telah tergantikan seni modern ,
sehingga sanggar-sanggar kesenian yang ada tidak dapat mempertahankan
keberadaannya . Dan juga kurang berminatnya generasi muda mewarisi tradisi lisan
cenggok-cenggok yang merupakan bentuk seni tutur yang perlu dipertahankan,

5
Universitas Sumatera Utara

karena tradisi cenggok-cenggok merupakan refleksi dan proyeksi dari kehidupan
masyarakat pemiliknya.4
Pada penelitian ini, data tradisi lisan baik dalam bentuk pantun atau syair

merupakan seperangkat ujaran yang telah melekat di mulut penutur Melayu Panai,
di mana keindahan bahasa dan kebijakan mereka dalam bertutur kata dilandasi
kesopan-santunan berbahasa yang merupakan ciri-ciri yang transparan. Pada
upacara adat, mereka mengungkapkan secara lisan pesan-pesan moralisme
bersasaran keteladanan dan pengajaran.
Tradisi lisan pada upacara adat perkawinan Melayu Panai

merupakan

salah satu dari warisan budaya tak benda (Intangible Cultural Heritage ) bagi
masyarakat Melayu yang kaya makna dan nilai tersebut tentunya

perlu

dikembangkan dan direvitalisasi ditengah realitas pada masyarakat di mana para
penutur dan komunitas tradisi lisan yang semakin berkurang. Tradisi lisan sebagai
kekuatan kultural merupakan sumber pembentukan peradaban dalam berbagai
aspek kehidupan, sebagai tradisi lisan baik yang berupa pantun,

peribahasa,


tamsil, pameo, ibarat dan ungkapan mengandung berbagai hal yang menyangkut
4

Dalam menggunakan bahasa pantun, syair, dan pribahasa menyatu dengan perilaku kehidupan

masyarakat Melayu Panai. Situasi seperti ini merupakan pula karakteristik bahasa Melayu pada
umumnya. Kebiasaan warga masyarakat Melayu dengan menggunakan pantun, pepatah-petitih,
ungkapan, maupun bentuk bahasa halus atau bahasa seni lainnya menyebabkan diperlukannya
pemahaman tersendiri atau secara khusus mengenai kata atau kata-kata yang diujarkan. Keadaan ini
disebabkan terdapatnya kesatuan antara kebudayaan dan kehidupan bermasyarakat Melayu. Pada
penelitian ini, data tradisi lisan baik dalam bentuk pantun atau syair merupakan seperangkat ujaran
yang telah melekat di mulut penutur Melayu Panai, di mana keindahan bahasa dan kebijakan mereka
dalam bertutur kata dilandasi kesopan-santunan berbahasa yang merupakan ciri-ciri yang
transparan.

6
Universitas Sumatera Utara

hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya. Karena, tradisi lisan merupakan
ingatan

kolektif masyarakat pemiliknya, tentang kebudayaannya, sistem

religinya, dan lain sebaginya. Seperti kearifan lokal (local wisdom), sistem nilai,
pengetahuan tradisional (local knowledge), sejarah, hukum adat, pengobatan,
sistem kepercayaan dan religi. Tradisi lisan dapat dilihat sebagai suatu bentuk
kebudayaan yang diciptakan kembali (invented culture ) untuk dimanfaatkan,
dikembangkan dan direvitalisasi atau sebagai suatu bentuk kebudayaan yang
karena suatu alasan tertentu perlu dijaga dari kepunahannya.
Tradisi lisan masyarakat Melayu Labuhanbatu yang turut menyertai
pertunjukan cenggok-cenggok saat ini antara lain bordah5, sinandong 6, tari inai7,
tari pilandok, 8 di mana biasanya digelar pada acara penyambutan tamu, acara
perkawinan, akikah, dan sunatan, yang lebih dari 15 tahun terakhir ini sudah sangat
jarang sekali ditemukan di dalam komunitas masyarakat Labuhanbatu Sumatera
Utara.
Keadaan ini tentunya

harus mendapat perhatian karena pertunjukan

tradisi lisan ini menggambarkan kearifan lokal melalui seni budaya lisan yang

5

Zikir Bordah merupakan ritual keagamaan dengan membacakan zikir Al-Barzanji yang kemudian

dipadukan dengan seni berupa alat musik.
6

Sinandong Bilah merupakan nyanyian asli dari Labuhanbatu dimana penyampaian syair atau

pantun yang digubah dengan menggunakan irama sendu atau mendayu dengan diiringi gesekan
biola.
7

Tari inai adalah jenis tari tunggal Melayu sebagai bagian dari prosesi pemberian tanda kepada

pengantin wanita.
8

Tari pilandok jenis tarian asli dari Labuhanbatu.

7
Universitas Sumatera Utara

melibatkan upacara-upacara istiadat.9 Di mana kegiatan pertunjukan tradisi lisan
menggambarkan nilai-nilai positif didalam membina hubungan kebersamaan dalam
sebuah masyarakat, kegotong-royongan dalam membantu, dan menyenangkan
warga masyarakat yang mempunyai hajatan. Pantun disampaikan secara
interaksional saat acara berbalas pantun di mana isi pantun tersebut mengandung
nilai-nilai sikap dan pembinaan hidup yang berisi petuah dan nasehat sebagai media
pengajaran dan pendidikan. Penyampaian tradisi lisan yang mengandung nilai
–nilai filosofis dengan kemasan kesenian yang riang dan bahasa yang halus tentu
lebih mengena bagi generasi muda dan diperlukan adanya upaya untuk terus
dilestarikan, karena sangat disayangkan apabila tradisi lisan ini akhirnya tidak
dikenal lagi oleh kaum muda Melayu Panai.
Selanjutnya, perlu diupayakan pelestarian tradisi lisan cenggok-cenggok
yang apabila benar-benar punah akan semakin terlihat nilai-nilai luhur yang
meredup dan kehilangan makna. Tradisi ini masih dilakukan tapi dalam
pertunjukannya sudah tidak lengkap lagi ditampilkan, tergantung dari orang yang
mempunyai hajatan. Saat ini jarang tari inai, tari pilandok, dan tarian
9

Dalam masyarakat Melayu Sumatera Timur, upacara-upacara adat ini, dalam konteks adat secara

universal termasuk kedalam stratifikasi adat istiadat dari empat bidang adat yang mengatur
masyarakat Melayu dalam kehidupan dunia akhirat. Empat stratifikasi adat itu adalah: (a) adat yang
sebenar adat, yang merupakan hukum alam yang diciptakan Allah, misalnya adat api membakar,

adat matahari terbit dari timur. (b) adat yang diadatkan, yang merupakan system kepemerintahan
dalam konteks menjaga keutuhan (turai) sosial. (c) adat yang teradat, yaitu kebiasaan-kebiasaan
yang mula-mula menjadi bagian dari adat, tetapi karena telah menjadi kebiasaan, maka kemudian
dijadikan adat. Intinya adalah budaya itu bisa berubah sesuai dengan tuntutan zaman. (d) adat
istiadat yang selalu diartikan sebagai upacara-upacara, seperti : pernikahan, khitanan, jamu laut,

mandi syafar, tepung tawar, melepas lancing, jamu padi, tari gebuk, melenggang perut, dan lain-lain.

8
Universitas Sumatera Utara

cenggok-cenggok ditampilkan utuh secara keseluruhannya . Kenyataannya,

pertunjukan tradisi lisan cenggok- cenggok

di Labuhanbatu

khususnya di

Labuhan Bilik pada masa sekarang ini dalam penyajiannya terdapat adanya
modifikasi baik penambahan maupun pengurangan pada bentuk pementasannya,
Untuk dapat bertahan tradisi ini mengadopsi kesenian musik modern, dengan
menghadirkan organ tunggal dan pelantang suara (sound system). Pada pementasan
tradisi lisan cenggok-cenggok juga dikombinasikan dengan seni pertunjukan lain
yang khas di Labuhanbatu seperti bordah, dan tari endeng-endeng 10 , bahkan
lagu-lagu dangdut populer. Hal ini dikarenakan lebih sesuai dengan selera dan
minat

masyarakat,

disamping

alasan efisiensi waktu dan biaya. Saat

ini

masyarakat Labuhanbatu sangat jarang menampilkan hiburan tradisi lisan
cenggok-cenggok saat upacara-upacara adat, salah satu dikarenakan pemainnya

juga sangat minim dan hanya tinggal segelintir dikarenakan kemajuan teknologi
dan informasi serta proses regenerasi yang belum maksimal.
Dengan adanya kenyataan tersebut di atas, diperlukan berbagai upaya untuk
menyelamatkan tradisi lisan cenggok-cenggok yang telah tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat Melayu Panai karena apabila tradisi lisan ini punah patut

10

Tari endeng-endeng merupan tari tradisi yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan yang cukup

dikenal di daerah Labuhanbatu . Endeng ni endeng amang, situkkoni dondong…Aha ma dikonang,
sibayo na lomlom!Sada di tamba sada, inda dibotoho…Molo inda boru ni raja, inda giot ho!

9
Universitas Sumatera Utara

disesalkan karena tradisi lisan mempunyai berbagai nilai yang bermanfaat, oleh
karena itu perlu adanya upaya pelestarian tradisi lisan.11
Melalui tradisi lisan pengungkapan

aspek budaya yang tidak ternilai

harganya dapat dilakukan. Tradisi lisan berisi nilai auntentik12 yang memberikan
identifikasi masyarakatnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bascom (1955),
bahwa penelitian tradisi lisan banyak dilakukan terutama melalui pendekatan
historiografi

13

guna memahami kebudayaan suku-suku bangsa di dunia.

Hakikatnya tradisi lisan memiliki kaitan dengan kehidupan manusia.

Dalam

upaya pewarisan pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) seperti
yang tertera dalam Buku Pedoman Kajian Tradisi Lisan Dikti (2009:2)
mengemukakan pentingnya melakukan pengembangan penelitian tradisi lisan
melalui perguruan tinggi sesuai dengan pernyataan berikut.
“Perguruan tinggi mempunyai peran penting menyiapkan program konkret
mengubah media pewarisan tradisi lisan tanpa meninggalkan hakikat tradisi lisan
itu sendiri, yang tidak dapat dipisahkan dalam komunitasnya. Dalam kaitan ini
penting juga memperhatikan upaya pengembangan potensi, penyusunan
langkah-langkah perlindungan termasuk perlindungan atas Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI), pengembangan dan pemanfaatan tradisi lisan sebagai
kekuatan kultural yang kreatif”.

11

Nilai yang dimaksud adalah (1) kearifan lokal yang dapat digunakan sebagai sarana pendidikan

(Sobary, 1999:5-12), (2) nilai estetik, agama, nilai sosial (Teeuw, 1984:304), dan (3) nilai seni
yang bercirikan individual, lokal, dan universal (Foley, 1986).
12

autentik berkenaan dengan kebenaran atau hal-hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan

masyarakat.
13

Historiografi adalah ilmu yang mempelajari praktik ilmu sejarah. Hal ini dapat diwujudkan dalam

berbagai bentuk, termasuk mempelajari metodologi sejarah dan perkembangan sejarah sebagai
suatu disiplin akademik. Istilah ini dapat pula merujuk pada bagian tertentu dari tulisan sejarah.

10
Universitas Sumatera Utara

Upaya pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Tinggi ini tentunya perlu
mendapat perhatian pemerintah daerah Sumatera Utara khususnya pemerintah
daerah Labuhanbatu agar melestarikan tradisi lisan cenggok-cenggok. Penelitian
tradisi

bertujuan untuk melakukan revitalisasi agar generasi muda Melayu

Labuhanbatu mengenal, ikut melestarikan, dan mencintai kekayaan budaya lokal
mereka karena tradisi lisan merupakan milik bersama.
Menurut Takari, dkk. (2015:10) dalam kebudayaan Melayu upacara adat
dilakukan dalam suasana tradisi lisan di mana upacara adat itu berlangsung melalui
kelisanan atau bentuk-bentuk verbal.14 Dalam budaya masyarakat Melayu Pesisir
Timur Sumatera Utara, khususnya pada upacara perkawinan pada bagian-bagian
upacara dan waktu tertentu, dimeriahkan dengan jenis seni pertunjukan untuk
melengkapi rangkaian upacara antara lain seni bela diri silat, tarian, ronggeng,
marhaban, dan lain sebagainya
Kajian tradisi

lisan selama ini, lebih banyak menelaah masalah fungsi

dan struktur.15 Penelaahan tradisi lisan dari aspek pementasan atau performansi
14

Dalam tradisi lisan ini, enkulturasi budaya dalam wawasan keilmuannya dan aspek-aspek lainnya

ditumpukan pada kemampuan menyerap, mengingat, menerapkan dan mengembangkannya.
Kenyataannya enkulturasi secara lisan ini menyebabkan sangat beragamnya adat perkawinan
Melayu baik ditinjau dari sisi wilayah maupun budaya, kemampuan tokoh-tokoh adat dalam
menerjemahkan konsep budaya dalam wawasan keilmuannya dan aspek-aspek lainnya. Demikian
pula keberadaan juru telangkai (dari pihak keluarga laki-laki maupun perempuan calon mempelai),
memiliki variasi kata-kata, kalimat, pantun, pepatah, yang sangat variatif.
15

sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Vladimir Propp ahli sastra Rusia yang menggunakan

konsep 31 fungsi dalam menganalisis tradisi lisan, dan pada penelitiannya berikutnya
menganalisisnya dari aspek stuktur dalam teori yang dikembangkannya sebagaimana yang ditulis
dalam bukunya Morphology of the Folktale (1975).

11
Universitas Sumatera Utara

hampir dilupakan dan ini akan berdampak pada hilangnya berbagai pengetahuan
lokal yang ada dalam proses pementasan itu sendiri. Sebagaimana, yang dikatakan
oleh Fine (1984:58) bahwa penelitian tradisi lisan seharusnya diarahkan kepada
pementasan atau performansi tradisi lisan, karena dalam performansi tersebut
sekurang-kurangnya menyajikan proses komunikasi sosial antara pelantun dengan
pendengar

yang

memiliki

banyak

karakteristik

sesuai

dengan

kondisi

masyarakatnya.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, diperlukan upaya-upaya guna
menyelamatkan tradisi cenggok-cenggok yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat Melayu Panai. Karena dikhawatirkan hilangnya tradisi lisan
cenggok-cenggok merupakan hilangnya rumah-rumah kecil kebudayaan yang ada

dalam masyarakat Melayu Panai, hal ini dikarenakan cenggok-cenggok merupakan
ruang ingatan kolektif masyarakat Melayu Panai tentang kebudayaan mereka,
sejarah, sistem religi, kekerabatan, sistem norma, dan berbagai ingatan mereka
tentang tata cara kehidupan.
Telah banyak tulisan mengenai tradisi lisan masyarakat Melayu tetapi
belum ada

penelitian yang mengkaji tradisi lisan cenggok-cenggok pada

masyarakat Melayu Panai melalui aspek kelisanan terutama performansinya.
Penelitian ini merupakan bentuk kepedulian terhadap tradisi lisan cenggok-cenggok
sehingga melalui kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

12
Universitas Sumatera Utara

penyelamatan tradisi lisan cenggok-cenggok dan kebudayaan Melayu pada
umumnya. Penelitian ini menggunakan kajian tradisi lisan dengan pendekatan
etnografi. Ada beberapa hal penting yang diuraikan dalam latar belakang ini yang
mendasari masalah dalam kajian ini, yakni : (1) tradisi lisan masyarakat Melayu
Panai, (2) teori tradisi lisan, (3) etnografi, kearifan lokal, dan (5) revitalisasi.
1.2 Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan pengamatan terhadap bahan penelitian ini dapat
diidentifikasi enam masalah. Lima masalah yang diidentifikasi dalam tradisi lisan
ini adalah sebagai berikut:
1) Tradisi lisan cenggok-cenggok sebagai representasi budaya masyarakat
kehilangan identitasnya bahkan para pendukung tradisi budaya lokal ini
sudah langka ditemukan akibat modernisasi dalam perkembangan seni
budaya yang berubah seiring dengan perkembangan masyarakat saat ini.
2) Akibat perubahan dalam menghadirkan

acara

hiburan

yang

mengutamakan modernisasi dalam pelaksanaannya sesuai dengan pola pikir
masyarakat untuk mengutamakan kepraktisan dan kemudahan dalam
pengelolaan ruang dan waktu yang semakin meninggalkan tradisi lokal
masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu.
3) Sikap masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu yang saat ini sebagian besar
lebih memilih seni pertunjukan modern dan kurang berminat mempelajari
budaya lokal yang berdampak pada semakin menipisnya jumlah

13
Universitas Sumatera Utara

seniman-seniman tradisi lisan dalam kehidupan masyarakat Melayu Panai
Labuhanbatu.
4) Upaya yang berkaitan dengan pengembangan potensi, penyusunan
langkah-langkah perlindungan termasuk perlindungan atas Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI), pengembangan dan pemanfaatan tradisi lisan sebagai
kekuatan kultural yang kreatif yang masih mengalami hambatan dan
kendala dalam pelaksanaannya.
5) Belum adanya penelitian tradisi lisan masyarakat Melayu Panai sebagai
kajian empiris yang mendalam dengan menggunakan analisis kajian tradisi
lisan yang diarahkan pada performansi tradisi lisan, dan kajian etnografi
dalam konteks ilmu budaya.
1.3 Batasan Masalah
Semua masalah yang terdapat dalam penelitian ini dideskripsikan, dianalis,
dan direpresentasikan dengan realitas budaya pada masyarakat Melayu Panai
Labuhanbatu

saat ini. Selanjutnya masalah ini kemudian dikaitkan dengan

kenyataan sejarah dan kondisi masa kini yang terdapat pada tradisi lisan
masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu.
Berkaitan dengan adanya realitas budaya lokal dan historis dalam tradisi
cenggok-cenggok yang dijadikan sumber data, penelitian ini diidentifikasi, dan

dianalisis melalui kajian tradisi lisan dengan pendekatan etnografis, melalui
kajian etnografis pengetahuan masyarakat setempat tentang budayanya dapat

14
Universitas Sumatera Utara

diketahui dan bagaimana upaya revitalisasi kepada generasi muda demi
keberlangsungan tradisi ini dapat diungkap.
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas banyak
permasalahan yang dapat dikaji dalam tradisi lisan masyarakat Melayu, maka
penelitian ini hanya dibatasi dalam ruang lingkup tradisi lisan cenggok-cenggok
pada masyarakat Melayu Labuhanbatu Sumatera Utara. Penulis mencoba
merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah performansi tradisi lisan cenggok-cenggok pada upacara
adat perkawinan masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu?
2. Bagaimanakah bentuk teks, koteks,

dan konteks tradisi lisan

cenggok-cenggok pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai

Labuhanbatu?
3. Nilai-nilai

kearifan lokal apakah yang terdapat pada tradisi lisan

cenggok-cenggok pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai

Labuhanbatu ?
4. Bagaimanakah model revitalisasi tradisi lisan cenggok-cenggok pada
upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu ?

15
Universitas Sumatera Utara

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1

Tujuan Umum
Sesuai dengan masalah yang diteliti, secara umum penelitian ini

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tentang kekhasan budaya daerah di
Indonesia dalam upaya memperkaya khazanah budaya nasional. Selain itu, secara
umum penelitian ini juga bertujuan untuk memahami keberagaman budaya etnik
dan

sub-etnik

nusantara,

sebagai

upaya

untuk

menyelamatkan

dan

mengembangkan tradisi lisan upacara adat perkawinan Melayu Panai.
Mengetahui kondisi dan tantangan perkembangannya, baik yang berhubungan
dengan sikap generasi mudanya maupun dari luar dalam kerangka kebudayaan di
Indonesia. Hal ini disebabkan tradisi lisan upacara adat perkawinan Melayu Panai
merupakan ingatan kolektif masyarakat pendukungnya yang sekaligus kekayaan
budaya bangsa yang tidak ternilai harganya.
1.5.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana
cenggok-cenggok

performansi dalam tradisi lisan

upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai

Labuhanbatu.
2. Menjelaskan

bentuk teks, ko-teks,

dan konteks tradisi lisan

cenggok-cenggok pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai

Labuhanbatu.

16
Universitas Sumatera Utara

3. Untuk memahami nilai-nilai kearifan yang terdapat dalam tradisi lisan
cenggok-cenggok pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai
Labuhanbatu.
4. Untuk menemukan model revitalisasi tradisi lisan cenggok-cenggok pada
upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu.
1.6

Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang sekaligus akan diperoleh dalam penelitian ini yaitu

manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.6.1 Manfaat teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat :
1) Mengembangkan analisis penelitian bidang tradisi lisan melalui tradisi lisan
pada upacara adat perkawinan Melayu Panai Labuhanbatu dan diharapkan
menjadi referensi dalam penelitian lanjutan.
2) Mengembangankan dan memberdayakan

kearifan lokal sebagai kekuatan

kultural dalam konteks tradisi lisan masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu.
3) Menumbuhkan minat dan

apresiasi terhadap permasalahan budaya secara

kajian tradisi lisan khusus tradisi lisan yang terdapat pada masyarakat Melayu
Panai Labuhanbatu.
4) Menemukan model revitalisasi performansi tradisi lisan Melayu Panai
Labuhanbatu dalam konteks saat ini.

17
Universitas Sumatera Utara

1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat dicapai dari hasil penelitian ini antara lain, adalah:
1) Sebagai salah satu sumber rujukan bagi pemerintah kabupaten Labuhanbatu
dalam menyusun materi mata pelajaran muatan lokal dan pendidikan
karakter bangsa berbasis kearifan budaya lokal etnik Melayu Panai untuk
diajarkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah
yang ada di wilayah Labuhanbatu dalam upaya merancang pembangunan
masyarakat berbasis budaya lokal.
2) Sebagai informasi yang lebih mendalam dan bermanfaat dalam
mengembangkan tradisi lisan dalam budaya Melayu Panai. Bentuk tradisi
lisan dapat mengurai dan mensarikan bentuk , makna , fungsi dan nilai yang
terdapat dalam tradisi lisan upacara adat perkawinan Melayu Panai yang
berhubungan dengan kearifan lokal sebagai bagian dari tradisi yang akan
direvitalisasi, guna membangun paradigma bagi masyarakat agar
memahami tradisi lisan sebagai suatu kekuatan untuk mewujudkan kegiatan
sosial budaya dalam suatu komunitas.
3) Sebagai salah satu upaya penyelamatan dan pemeliharaan tradisi upacara
adat perkawinan Melayu Panai sebagai lambang identitas internal atau
pemarkah jati diri dan lambang identitas eksternal atau fitur pembeda
etnik Melayu Panai, dari ancaman kepunahan sebagai dampak modernisasi
dan globalisasi.

18
Universitas Sumatera Utara

4) Sebagai sumber rujukan bagi peneliti lain yang ingin merancang model
revitalisasi tradisi lisan masyarakat Melayu Panai yang mensinergikan nilai
lama dan nilai baru agar dapat berterima bagi masyarakat etnik Melayu
Panai baik dari kalangan generasi tua maupun generasi muda.

19
Universitas Sumatera Utara