Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin

(1)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

PEMBUATAN DAN UJI SEDIAAN

TABLET ANTALGIN

TUGAS AKHIR

Oleh :

SRI ULINA TARIGAN 052410040

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBUATAN DAN UJI SEDIAAN

TABLET ANTALGIN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh :

SRI ULINA TARIGAN 052410040

Medan, Mei 2008

Disetujui oleh : Dosen Pembimbing

Drs. Saiful Bahri M.S., Apt. NIP. 131 285 999

Disahkan Oleh : Dekan

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP. 131 283 716


(3)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Penulisan Tugas Akhir (TA) ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III Analis Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda Samson Tarigan dan Ibunda Susilawati Sipayung yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil sehingga Ananda dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis telah banyak menerima bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis dengan segenap hati menyampaikan penghargaan dengan rasa terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran hingga tugas akhir ini selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai koordinator program Diploma III Analis Farmasi.


(4)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dalam perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

5. Seluruh saudara-saudaraku yang tercinta, kakanda Lenni Ita Tarigan, Hendra Gunawan Tarigan dan adinda Roy Rejeki Tarigan. Sahabat – sahabatku Mega, Vici, Eka, dan Rica yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

6. Teman – teman seperjuangan, mahasiswa Analis Farmasi Universitas Sumatera Utara dan teman – teman kelompok PKL, Elfrida, Mira, Puput, Ristina, Tia, Fitri dan Ummu. Tetap semangat dan terus berjuang.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam Tugas Akhir ini. Dan penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, Amin.

Medan, Maret 2008

Penulis

( Sri Ulina Tarigan )


(5)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1. Tujuan ... 2

1.2.2. Manfaat... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Tablet ... 4

2.2. Analgetik Antipiretik ... 6

2.3. Antalgin ... 6

2.4. Pembuatan Tablet ... 7

2.4.1. Granulasi Basah ... 7

2.4.2. Granulasi Kering ... 11

2.4.3 Kompresi Langsung ... 12

2.5. Pemeriksaan dan Pengujian dalam Proses ... 12

2.6 Evaluasi Tablet ... 14

2.6.1 Uji Keseragaman Sedian ... 14

2.6.2 Penetapan Kadar ... 14


(6)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

2.6.4 Uji Kekerasan ... 15

2.6.5. Uji Waktu Hancur ... 16

2.6.6 Uji Keregasan ... 16

BAB III. METODOLOGI ... 18

3.1.Alat dan Bahan ... 18

3.1.1. Alat ... 18

3.1.2. Bahan ... 19

3.2. Prosedur ... 19

3.2.1 Uji Keseragaman Ukuran ... 19

3.2.2 Penetapan Kadar Zat Aktif ... 19

3.2.3 Uji Keseragaman Sediaan ... 19

3.2.4 Uji Kekerasan ... 20

3.2.5 Waktu Hancur ... 20

3.2.6 Uji Keregasan ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil ... 22

4.2 Pembahasan ... 23

4.2.1 Keseragaman Ukuran ... 23

4.2.2 Penetapan Kadar Zat Aktif ... 23

4.2.3 Keseragaman Sediaan ... 23

4.2.4 Kekerasan ... 24

4.2.5 Waktu Hancur ... 24


(7)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN


(8)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat adalah Zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi, terapi, diagnosa terhadap suatu keadaan penyakit pada manusia ataupun hewan. Namun zat aktif tersebut tidak dapat dipergunakan begitu saja sebagai obat, terlebih dahulu harus dibuat dalam bentuk sediaan. Oleh karena itu muncul sediaan pil, tablet, kapsul, sirup, supositoria, suspensi, salep dan lain – lain. (Admar, 2004)

Menurut Widodo (2004) ada empat macam bentuk obat :

a. Bentuk padat, terdiri dari : Serbuk, Tablet, Kapsul, Pil, Ovula, Basila

b. Bentuk semi padat, terdiri dari : Salep, Pasta, Krim, Gel, Lotion, Suppositoria c. Bentuk cairan, terdiri dari : Sirup, Injeksi, Infus, dan Obat Tetes

d. Bentuk Gas, terdiri dari : Aerosol

Obat juga dapat didefenisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.

Menurut Rahardja, K., dan Tan (2003), obat – obat yang digunakan saat terapi dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar, yaitu :

1. Obat farmakodinamik, yaitu obat yang bekerja dalam tubuh dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia tubuh, misalnya analgetik antipiretik, hormon, dan diuretika.


(9)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

2. Obat kemoterapetik, yaitu obat yang dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh, contohnya antibiotic

3. Obat diagnostik, yaitu obat yang dapat membantu mendiagnosa (pengenalan) penyakit, contohnya injeksi tuberkulin untuk mendiagnosa penyakit TBC

Antalgin termasuk kelompok obat farmakodinamik yang bekerja sebagai analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang saat ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Untuk mengetahui pembuatan obat sediaan tablet serta mengetahui mutu dari obat tersebut maka penulis tertarik untuk menganalisis cara pembuatan tablet secara teori dan uji – uji sediaan tablet mulai dari produk ruahan, produk antara, hingga obat jadi yang meliputi : diameter, bobot rata – rata, keragaman bobot, kekerasan, waktu hancur, keregasan, dan kadar zat berkhasiat.

1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan obat sediaan tablet serta uji – uji yang dilakukan terhadap sediaan mulai dari produk ruahan, produk antara, dan obat jadi apakah memenuhi syarat menurut Farmakope Indonesia edisi IV.


(10)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

1.2.2. Manfaat

Pengukuran bahan baku dan sediaan tablet antalgin diperlukan untuk melindungi masyarakat dari sediaan tablet antalgin yang tidak memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Yang Baik.


(11)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak dalam bentuk umumnya pipih, permukaannya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis obat, diramu dengan zat tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu digunakan zat pembasah, kemudian dikempa cetak. Granulasi dilakukan dengan cara kering atau basah tergantung dari sifat obatnya. (Admar, 2004)

Menurut Anief (1996), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengikat, zat pelicin, dan zat pembasah. Tablet digunakan baik untuk tujuan penggunaan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal misalnya :

1) Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi, penggunaan hormon secara lokal.

2) Lozenges, trochisci, digunakan untuk efek lokal di mulut dan tenggorokan, umumnya digunakan sebagai anti infeksi.

Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan masuk perut terdapat pula yang lain seperti :

1) Tablet Bukal, digunakan dengan cara dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa mulut masuk peredaran darah.


(12)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

2) Tablet Sublingual, digunakan dengan jalan dimasukkan dibawah lidah, biasanya berisi hormon steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah. 3) Tablet Implantasi, berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara

implantasi dalam kulit badan.

Menurut Admar (2004), jenis – jenis tablet terdiri dari : a. Tablet kempa (compressi)

b. Tablet kunyah (chewable tablet)

c. Tablet salut (coated tablet), terdiri dari :

 Tablet salut gula (sugar coated tablet)

 Tablet salut tekan (press coated tablet)

 Tablet salut film (film coated tablet)

 Tablet salut enterik (enteric coated tablet) d. Tablet berlapis

e. Tablet effervescent

f. Tablet bukal / sublingual

g. Tablet hisap (trochesci, lozenges, pastiles)

Bentuk – bentuk tablet antara lain : a. Bentuk bulat dan rata (bikonfek) b. Bentuk cembung (bikonkaf) c. Bentuk oval (bulat telur)

d. Bentuk triangle (segitiga), segi lima dan seterusnya e. Bentuk kapsul disebut kaplet.


(13)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

2.2. Analgetik antipiretik

Analgetik antipiretik adalah zat – zat yang mampu mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri sekaligus menurunkan panas tubuh. Nyeri adalah perasaan sensori yang tidak baik dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan yang pribadi dengan ambang toleransi yang berbeda – beda. Nyeri dianggap sebagai tanda adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan dan infeksi. Sedangkan demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri (Rahardja, K., dan Tan, 2003).

Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dihalangi dengan beberapa cara, yakni :

1. Menghalangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan menggunakan analgetik perifer.

2. Menghalangi penyaluran rangsangan di saraf – saraf sensori, misalnya dengan menggunakan anastetika lokal.

3. Melindungi pusat nyeri di sistem saraf pusat dengan analgetik sentral (narkotika) atau dengan anastetika umum (Rahardja, K., dan Tan, 2003).

2.3. Antalgin

Antalgin merupakan salah satu derivat pirazolon yang mempunyai efek analgetik – antipiretik. Antalgin memiliki rumus bangun sebagai berikut :


(14)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

N N

CH3

C6H5

N CH3

CH3

H2

C O3SNa

O

H2O

Ciri – ciri antalgin :

Rumus molekul : C13H16N3NaSO4. H2O

Nama kimia : natrium-2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4- metilaminometanasulonat

Berat molekul : 351,37 (Dirjen POM,1995)

Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan NSAID, atau Non – Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Umumnya, obat – obatan analgetik adalah golongan obat antiinflamasi (anti pembengkakan), dan beberapa jenis obat golongan ini memiliki pula sifat antipireitk (penurun panas), sehingga dikategorikan sebagai analgetik – antipiretik. Golongan analgetik – antipiretik adalah golongan analgetik ringan. Contoh obat yang berada digolongan ini adalah parasetamol. Tetapi Antalgin lebih banyak sifat analgetiknya (Munaf, 1994)

2.4. Pembuatan tablet

Menurut Ansel (1989), ada tiga metode pembuatan tablet kompresi yang berlaku yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering, dan cetak langsung.


(15)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

2.4.1. Granulasi basah

Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah – langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut :

a. Penimbangan dan pencampuran

Bahan aktif, pengisi, dan bahan penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan menggunakan mesin pencampur serbuk atau mikser.

Bahan pengisi yang digunakan antara lain : laktosa, kaolin, mannitol, amilum, gula bubuk dan kalium fosfat. Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti natrium amilumglikolat, senyawa selulosa separti karboksimetilselulosa, resin penukar kation dan bahan – bahan lain yang membesar atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet setelah masuk ke dalam cairan pencernaan.

b. Pembuatan granulasi basah

Agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper (wadah berbentuk seperti corong, yang menampung obat dan mengatur arusnya menuju mesin pembuat tablet) ke dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir ke dalam cetakan disebut granulasi. Hal ini dapat dilakukan secara baik dengan menambahkan cairan pengikat atau perekat ke dalam campuran


(16)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

serbuk, melewatkan adonan yang lembab melalui ayakan yang ukurannya seperti yang diinginkan, granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak lagi dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya mengurangi ukuran granul berikutnya.

Bahan pengikat yang digunakan antara lain : 10 – 20 % cairan berair yang dibuat dari tepung jagung, 25 – 50 % larutan glukosa, molase, macam – macam gom alam (seperti akasia), gelatin.

c. Penyaringan adonan lembab menjadi pelet atau granul

Pada umumnya granulasi basah ditekan melalui ayakan No. 6 atau 8. Hal ini yaitu fluidization disalurkan ke dalam fluid bed driers. Dibuat granul dengan menekankan pada alat yang dibuat berlubang – lubang. Setelah semua bahan berubah menjadi granul, kemudian ditebarkan diatas selembar kertas yang lebar dalam nampan yang dangkal dan dikeringkan.

d. Pengeringan granul

Kebanyakan granul dikeringkan dalam kabinet pengering dengan sistem sirkulasi udara dan pegendalian temperatur. Di antara metode terbaru untuk pengeringan sekarang ini yaitu fluidization disalurkan ke dalam fluid bed dryers.

Pada metode ini granul dikeringkan dalam keadaan tertutup dan diputar – putar sambil dialirkan udara yang hangat.

Granulasi dapat juga diselesaikan memakai peralatan granulasi dengan mesin, termasuk dengan lapisan yang dicairkan disemprotkan pada granulator. Pada proses ini campuran serbuk yang akan dibuat granul, diubah menjadi


(17)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

larutan atau suspensi dan disemprotkan, dikeringkan dalam fluidized bed untuk menghasilkan granul yang seragam dan mudah mengalir.

e. Penyaringan kering

Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang kecil dari pada yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli. Seberapa jauh ukuran granul dihaluskan, tergantung pada ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan diproduksi. Pengukuran granul diperlukan sehingga rongga cetakan untuk memproduksi tablet – tablet kecil dapat diisi penuh secara tepat oleh granul – granul tadi. Kekosongan atau rongga udara yang disisakan oleh granul besar dalam cetakan kecil, akan menimbulkan hasil tablet yang diproduksi tidak rata.

f. Penyaringan kering

Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang lebih kecil dari pada yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli. Seberapa jauh ukuran granul dihaluskan, tergantung pada ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan diproduksi. Pengukuran granul diperlukan sehingga rongga cetakan untuk memproduksi tablet – tablet kecil dapat diisi penuh secara tepat oleh granul – granul tadi. Kekosongan atau rongga udara yang diisikan oleh granul besar dalam cetakan kecil, akan menimbulkan hasil tablet yang diproduksi tidak rata.

g. Lubrikasi atau pelinciran

Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelincir kering ditambahkan kedalam granul. Sehingga setiap granul dilapisi oleh bahan pelincir, dapat juga


(18)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

dilapisi debu ketika granul menyebar melalui lubang kecil ayakan atau pencampuran dalam pengadukan serbuk. Diantara pelincir yang umum digunakan adalah talk, magnesium stearat dan kalsium stearat.

Manfaat pelincir dalam pembuatan tablet kompresi ada beberapa hal :

 Mempercepat aliran granul ke dalam rongga cetakan

 Mencegah melekatnya granul pada punch dan cetakan

 Selama pengeluaran tablet mengurangi pergesekan antara tablet dan dinding cetakan ketika tablet dilemparkan dari mesin

 Memberikan rupa yang bagus pada tablet yang sudah jadi. h. Pencetakan tablet

Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu atau beberapa obat dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut pencetak / penekan (press). Mesin pengempa tablet atau pencetak tablet dirancang dengan komponen – komponen dasar sebagai berikut :

1. Hopper untuk menahan / tempat menyimpan dan memasukkan granulat yang akan dikempa.

2. Die yang menentukan ukuran dan bentuk tablet

3. Punch untuk mengempa granulat yang terdapat didalam die

4. Jalur cam, untuk mengatur gerakan punch

5. Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakkan / memindahkan granul dari hopper ke dalam die.


(19)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

2.4.2. Granulasi Kering

Metode ini khususnya untuk bahan – bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaanya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan. Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan – pecahan ke dalam granul yang lebih kecil.

Setelah penimbangan dan pencampuran bahan dengan cara yang sama seperti pada metode granulasi basah serbuk di “slugged” atau dikompressi menjadi tablet yang lebar dan datar atau pellet dengan garis tengah kira – kira 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan, tidak menimbulkan serbuk berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang ayakan sesuai dengan yang diinginkan, pelincir ditambahkan sebagaimana biasanya dan tablet dibuat dengan dikempa.

2.4.3. Kompresi Langsung

Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodide, ammonium klorida dan metanamin memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat – sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering.

Dahulu jumlah bahan obat yang dapat dijadikan tablet tanpa melalui granulasi lebih dulu sangat sedikit. Pada waktu sekarang ini penggunaan pengencer yang


(20)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

dikeringkan dengan penyemprotan, meluas kepada formula – formula tablet tertentu dari pada dengan serbuk pengisi biasa, kualitas yang diinginkan untuk tablet dengan kompresi langsung dan sejumlah produk – produk lainnya sekarang banyak diproduksi dengan cara ini.

2.5. Pemeriksaan dan Pengujian dalam Proses

Pemeriksaan produk dalam proses meliputi pemeriksaan terhadap produk antara dan produk ruahan. Pada setiap tahap produksi dilakukan pemeriksaan dan pengujian untuk setiap nomor batch. Hal ini dilakukan untuk menjamin keseragam serta kemurnian sediaan tersebut.

Pemeriksaan yang dilakukan dalam tablet meliputi : A. Produk antara :

1. Granul kering a. Pemerian

b. Susut pengeringan (Loss On Drying) 2. Massa cetak tablet

a. Pemerian

b. Susut pengeringan (Loss On Drying) c. Kadar zat aktif

3. Awal pencetakan a. Pemerian b. Diameter c. Ketebalan


(21)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

e. Kekerasan f. Waktu hancur

g. Keregasan (friabilitas)

B. Produk ruahan a. Pemerian

b. Kadar zat berkhasiat c. Koefisien variasi d. Uji disolusi

2.6. Evaluasi tablet

Untuk menjamin agar mutu sediaan tablet sama, maka perlu dilakukan uji sediaan. Uji – uji yang dilakukan adalah sebagai berikut :

2.6.1. Uji keseragaman sediaan

Menurut Anief (1996), diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

Ukuran tablet berkaitan dengan volume granul yang diisikan pada cetakan, diameter cetakan dan tekanan, sehingga diperlukan keseragaman volume dan tekanan. Tablet dari jenis yang sama tetapi berbeda ukurannya tidak hanya mengkhawatirkan pasien tetapi juga menyebabkan permasalahan pengemasan. Diameter tablet biasanya diukur dengan dengan mikrometer jangka lengkung (Ansel, H.C., 1989)


(22)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

2.6.2 Penetapan kadar

Penetapan kadar antalgin dilakukan secara Iodimetri. Metode ini cukup akurat karena titik akhirnya jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan titer yang encer yaitu 0,001N. Iodimetri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksinya lebih rendah dari sistem larutan iodium. Iodimetri merupakan metode oksidimetri yang banyak digunakan karena perbandingan stoikiometri yang lebih sederhana.

Bila tidak terdapat zat pengganggu yang berwarna, sebenarnya larutan iodin masih dapat berfungsi sebagai indikator yang dengan iodin membentuk kompleks bewarna biru cerah.

Pada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan titer. Larutan dengan melarutkan iodine ke dalam larutan KI pekat. Larutan ini dibakukan dengan arsen (III) oksida. (Alamsyah, A., 1994)

2.6.3. Uji keseragaman sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragaman bobot atau keragaman kandungan untuk sediaan mengandung zat aktif dan sediaan mangandung dua atau lebih zat aktif.

Persyaratan keragaman bobot dapat diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika ada dalam jumlah lebih kecil, ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan.

Persyaratan keseragaman kandungan dapat diterapkan pada semua sediaan. Uji keseragaman kandungan diperlukan pada tablet bersalut. (Dirjen POM, 1995)


(23)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

2.6.4. Uji kekerasan

Komposisi, homogenitas campuran bahan – bahan (granul dan fines) yang akan di cetak, kecepatan aliran massa kedalam mesin cetak serta perubahan tekanan pencetakan mempengaruhi kekerasan tablet yang dihasilkan.

Tujuan uji kekerasan antara lain :

• Menjamin agar tablet tidak hancur mulai dari pengemasan, pengangkutan, penyimpanan dan sampai ketangan konsumen.

• Menjamin agar tablet hancur pada saat pemakaian. (Dirjen POM, 1995)

Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambah, maka kekerasan tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu, metode granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Persyaratan kekerasan tablet umumnya berkisar 4 - 8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan untuk menghasilkan tablet yang memuaskan. (Lachmann, 1994)

2.6.5. Uji waktu hancur

Uji waktu hancur dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing – masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode. Berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas diantara periode pelepasan tersebut. (Dirjen POM, 1995)


(24)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

Agar bahan obat dapat secara utuh diserap pada system pencernaan , maka tablet harus hancur dan melepaskan bahan obat ke cairan tubuh. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk menjadi partikel – partikel kecil. Tablet biasanya diformulasikan dengan bahan pengembang yang menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan lambung. Faktor yang mempengaruhi waktu hancur diantaranya : sifat fisis dan kimia granul, kekerasan dan prioritas. (Soekemi, A.R., 1987)

2.6.6. Uji keregasan

Kekerasan tablet bukanlah indikator yang mutlak dari kekuatan tablet. Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat Roche friabilator . Sebelum tablet dimasukkan ke dalam alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama 4 menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula – mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8 %. (Ansel, H.C., 1989)


(25)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

BAB III METODOLOGI

Alat dan bahan 3.1.1 Alat – alat

Alat – alat yang digunakan pada :

 Uji keseragaman sediaan

Alat : Digital analytical balance Merk : Sartorius

Tipe : AC 211S

 Uji kekerasan

Alat : Hardness tester Merk : Schleuniger Tipe : 6D

 Uji waktu hancur

Alat : Desintegration tester Merk : Hanson Ressearch Tipe : QC 21

 Uji keregasan

Alat : Friabilator Merk : J. Englsmann

Tipe : EU 44E 2 / 114 – WF

 Penetapan kadar Buret

Lumpang dan martir


(26)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

3.1.2. Bahan

- larutan iodine 0,1 N - CH3COOH

- Metanol

- Indikator amilum

3.2 Prosedur

3.2.1. Uji keseragaman ukuran Prosedur :

- Diameter dan ukuran tablet diukur dengan cara menjepitkan tablet pada alat mikrometer.

3.2.2. Penetapan kadar zat aktif Prosedur :

- Ditimbang dan serbukkan 20 tablet.

- Timbang sejumlah serbuk setara dengan 200 mg antalgin, kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer.

- Tambahkan 15 ml CH3OH dan 9 ml CH3COOH.

- Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan magnetic stirrer, kemudian diletakkan diatas motor

- Dititrasi dengan larutan I2 0,1 N

- Ditambahkan indikator saat mendekati titik akhir titrasi.

3.2.3. Uji keseragaman sediaan Prosedur :

- Hubungkan steaker alat dengan stop kontak - Hidupkan alat dengan menekan tombol (1/0)


(27)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

- Buka kaca penutup timbangan, timbang 20 tablet hingga bobot rata – ratanya. Lalu ditimbang tablet satu per satu. Penyimpangan bobot tiap tablet terhadap bobot rata – rata tidak boleh melebihi ketentuan yang ditetapkan pada masing – masing monografi (untuk tablet dengan bobot rata – rata lebih dari 300 mg, tidak lebih dari dua tablet yang menyimpang terhadap bobot rata – rata lebih besar dari 5% dan tidak satu tablet pun menyimpang terhadap bobot rata – rata lebih besar dari 10%).

3.2.4. Uji kekerasan Prosedur :

- Hubungkan steaker alat dengan stop kontak.

- Hidupkan alat dengan menekan switc power on pada bagian belakang alat.

- Letakkan tablet pada alat, kemudian tekan tombol start. Tunggu hingga tablet pecah.

- Dicatat angka yang tertera pada layer display, kemudian diulangi perlakuan terhadap 5 tablet lainnya.

3.2.5. Waktu hancur Prosedur :

- Ke dalam wadah pengemas diisi akuades hingga dapat hingga dapat merendam beaker glass (2/3 bagian dari tinggi wadah pengemas). Ditempatkan beaker glass dengan akuades sebanyak 1000 ml

- Hubungkan steaker alat dengan stop kontak.

- Tekan switch heater ke posisi on hingga lampu kuning menyala, biarkan beberapa menit hingga lampu kuning tidak menyala lagi yang menandakan suhu akuades di dalam wadah pemanas telah mencapai 36 – 380 C.

- Masukkan sample, masing – masing 1 tablet kedalam 1 set tabung silinder (isi 6 tablet). Diputar tutup tabung sedemikian sehingga dapat mencegah keluarnya tablet ke permukaan tabung pada waktu kedudukan tabung rendah.


(28)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

- Digantung tabung silinder pada tiang pengatur naik turunya kedudukan tabung.

- Tekan switch drive keposisi on hingga tabung silinder bergerak naik turun dan segera hidupkan stopwatch untuk menghitung waktu hancur tablet.

3.2.6. Uji keregasan Prosedur :

- timbang 20 tablet yang akan diuji keregasannya, catat beratnya (missal : a gram)

- Hubungkan steaker alat dengan stop kontak

- Masukkan tablet ke dalam wadah pemutar, kemudian alat dioperasikan selama 4 menit atau 100 kali putaran.

- Timbang kembali 20 tablet yang telah diputar, dicatat beratnya (misal : b gram)

- Dihitung persentase keregasan dengan cara sebagai berikut:

% Keregasan = a

b a


(29)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

No Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Syarat

A B

1 Pemerian (bentuk dan warna)

Tablet bulat datar, bervelled edge, berwarna putih, satu sisi logo KF sisi lain logo ANTALGIN dan ‘0,5’

Tablet bulat datar, bervelled edge, berwarna putih, satu sisi logo KF sisi lain logo

ANTALGIN dan ‘0,5’

Tablet bulat datar, bervelled edge, berwarna putih, satu sisi logo KF sisi lain logo ANTALGIN dan ‘0,5’

2 Diameter 13,05; 13,12; 13,04 13,07; 13,15; 13,02 13,00 – 13,20 mm 3 Bobot rata -

rata

599,6 mg 599,35 mg 590,40 – 602,60

mg 4 Keseragaman

bobot/sediaan

Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat

5 Simpangan baku relatif

2,82 % 1,96 % Maks. 3,00 %

6 Kekerasan 9,13 % 9,23 % 6,00 – 13,00 %

7 Waktu hancur 10 menit 10 menit Maks. 15 menit

8 Keregasan 0,24 % 0,28 % Maks. 0,80 %

9 Penentuan kadar zat aktif

96,6 % ( 483,00 mg/tablet )

97,64 % ( 488,2 mg/tablet )

95,00 – 105,00 % (475,00 – 525,00 mg/tablet )


(30)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

4.2. Pembahasan

Evaluasi tablet dilakukan terhadap dua batch tablet antalgin, yaitu nomor batch

018 040 ( A ) dan 018 041 ( B ). Kedua batch tersebut diuji dari segi : 4.2.1. Keseragaman ukuran, persyaratan diameter 13.00 – 13,20 mm.

Dari hasil yang diperoleh kedua batch memiliki perbedaan ukuran diameter. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tekanan yang diberikan saat pengempaan granul. Semakin besar tekanan yang diberikan semakin besar ukuran ( diameter ) yang dihasilkan. Namun, semua hasil pengukuran tersebut masih memenuhi persyaratan. 4.2.2. Penetapan kadar zat aktif

Kadar zat aktif masing – masing batch juga berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah granul yang diisikan ke dalam die, dan perbedaan berat serbuk yang ditimbang.

4.2.3. Keseragaman sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu metode berikut, yaitu keseragaman bobot dan keseragaman kandungan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari bobot suatu sediaan. Keseragaman zat aktif lain, jika ada dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan kandungan. Tablet antalgin yang dievaluasi mengandung zat aktif 500 mg dan lebih dari 50 % dari bobot suatu sediaan, sehingga keseragaman sediaannya dapat dilakukan dengan cara keseragaman bobot.

Persyaratan keseragaman bobot terletak antara 85,00 % - 115,00 % dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relative kurang dari atau sama dengan 6,0.


(31)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

Berdasarkan hasil yang diperoleh, kedua batch memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Keseragaman bobot tiap – tiap tablet berada antara 85,00 % - 115,00 % dan simpangan baku relatife lebih kecil dari 6,0.

4.2.4. Kekerasan, persyaratan kekerasan 6,00 – 13,00 kg

Kedua batch juga berbeda dari segi kekerasan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dan ukuran granul pada saat pencetakan tablet. Bila tekanan yang diberikan besar, kekerasan tablet akan meningkat. Sebaliknya bila tekanan yang diberikan kecil, tablet menjadi mudah pecah. Selain itu, granul – granul yang besar menghasilkan tablet yang kurang padat, tetapi granul yang lebih kecil menghasilkan tablet yang lebih padat sehingga menjadi lebih keras.

4.2.5. Waktu hancur

Dari percobaan yang dilakukan, kedua batch menjadi hancur dalam waktu 10 menit. Hal ini menunjukkan bahwa tablet tersebut memenuhi persyaratan ( maksimal 15 menit ). Kesamaan waktu hancur ini mungkin diakibatkan oleh jumlah pengembang yang sama.

4.2.6. Keregasan

Kedua batch yang dievaluasi berbeda dalam hal keregasan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kadar air dalam granul. Jika kadar air rendah akan menghasilkan tablet yang kurang kompak, sehingga menghasilkan tablet yang mudah retak. Selain itu, keregasan juga dipengaruhi oleh kekerasan tablet. Tetapi semua hasil pengukuran masih dalam batas yang dipersyaratkan.


(32)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Dalam pembuatan sediaan tablet antalgin dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan kompresi langsung. Akan tetapi metode granulasi basah yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sediaan tablet antalgin.

- Sediaan tablet antalgin 500 mg yang dievaluasi memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV, bila ditinjau dari segi : ukuran; kekerasan; keseragaman sediaan; waktu hancur; kerenyahan; dan kadar zat aktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tablet yang diperiksa memiliki mutu yang baik.

5.2. Saran


(33)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Admar, J., 2004, Perihal Obat dengan Berbagai Bentk Sediannya, Universitas Sumatera UtaraPress, Medan, Hal. 35.

Alamsyah, A., 1994, Analisa Kuantitaf Beberapa Senyawa Farmasi, Universitas Sumatera Utara Press, Medan, Hal. 23 – 25.

Anief, M., 1999, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Hal. 210 – 216.

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas Indonesia Press, Jakarta, Hal. 399 – 405.

Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmkope Indonesia, Edisi IV, Jakarta, Hal. 537- 538.

Lachmann, dkk., 1994, Teori dan Praktek Farmsi Industri, Edisi II, UI Press, Jakarta, Hal. 645- 689.

Munaf, Sjamsuir., 1994, Catatan Kuliah Farmakologi, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, Hal. 178.

Rahardja,K. dan Tyay, T.H., 2003, Obat – Obat Penting, Elex Media, Jakarta, Hal. 294 – 297.

Soekami, R.A., dkk., 1987, Tablet, PT. Mayang Kencana, Medan, Hal. 2 – 4, 39 - 50.


(34)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009


(1)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

No Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Syarat

A B

1 Pemerian (bentuk dan warna)

Tablet bulat datar, bervelled edge, berwarna putih, satu sisi logo KF sisi lain logo ANTALGIN dan ‘0,5’

Tablet bulat datar, bervelled edge, berwarna putih, satu sisi logo KF sisi lain logo

ANTALGIN dan ‘0,5’

Tablet bulat datar, bervelled edge, berwarna putih, satu sisi logo KF sisi lain logo ANTALGIN dan ‘0,5’

2 Diameter 13,05; 13,12; 13,04 13,07; 13,15; 13,02 13,00 – 13,20 mm 3 Bobot rata -

rata

599,6 mg 599,35 mg 590,40 – 602,60

mg 4 Keseragaman

bobot/sediaan

Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat

5 Simpangan baku relatif

2,82 % 1,96 % Maks. 3,00 %

6 Kekerasan 9,13 % 9,23 % 6,00 – 13,00 %

7 Waktu hancur 10 menit 10 menit Maks. 15 menit

8 Keregasan 0,24 % 0,28 % Maks. 0,80 %

9 Penentuan kadar zat aktif

96,6 % ( 483,00 mg/tablet )

97,64 % ( 488,2 mg/tablet )

95,00 – 105,00 % (475,00 – 525,00 mg/tablet )


(2)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

4.2. Pembahasan

Evaluasi tablet dilakukan terhadap dua batch tablet antalgin, yaitu nomor batch 018 040 ( A ) dan 018 041 ( B ). Kedua batch tersebut diuji dari segi :

4.2.1. Keseragaman ukuran, persyaratan diameter 13.00 – 13,20 mm.

Dari hasil yang diperoleh kedua batch memiliki perbedaan ukuran diameter. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tekanan yang diberikan saat pengempaan granul. Semakin besar tekanan yang diberikan semakin besar ukuran ( diameter ) yang dihasilkan. Namun, semua hasil pengukuran tersebut masih memenuhi persyaratan. 4.2.2. Penetapan kadar zat aktif

Kadar zat aktif masing – masing batch juga berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah granul yang diisikan ke dalam die, dan perbedaan berat serbuk yang ditimbang.

4.2.3. Keseragaman sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu metode berikut, yaitu keseragaman bobot dan keseragaman kandungan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari bobot suatu sediaan. Keseragaman zat aktif lain, jika ada dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan kandungan. Tablet antalgin yang dievaluasi mengandung zat aktif 500 mg dan lebih dari 50 % dari bobot suatu sediaan, sehingga keseragaman sediaannya dapat dilakukan dengan cara keseragaman bobot.

Persyaratan keseragaman bobot terletak antara 85,00 % - 115,00 % dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relative kurang dari atau sama dengan 6,0.


(3)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

Berdasarkan hasil yang diperoleh, kedua batch memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Keseragaman bobot tiap – tiap tablet berada antara 85,00 % - 115,00 % dan simpangan baku relatife lebih kecil dari 6,0.

4.2.4. Kekerasan, persyaratan kekerasan 6,00 – 13,00 kg

Kedua batch juga berbeda dari segi kekerasan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dan ukuran granul pada saat pencetakan tablet. Bila tekanan yang diberikan besar, kekerasan tablet akan meningkat. Sebaliknya bila tekanan yang diberikan kecil, tablet menjadi mudah pecah. Selain itu, granul – granul yang besar menghasilkan tablet yang kurang padat, tetapi granul yang lebih kecil menghasilkan tablet yang lebih padat sehingga menjadi lebih keras.

4.2.5. Waktu hancur

Dari percobaan yang dilakukan, kedua batch menjadi hancur dalam waktu 10 menit. Hal ini menunjukkan bahwa tablet tersebut memenuhi persyaratan ( maksimal 15 menit ). Kesamaan waktu hancur ini mungkin diakibatkan oleh jumlah pengembang yang sama.

4.2.6. Keregasan

Kedua batch yang dievaluasi berbeda dalam hal keregasan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kadar air dalam granul. Jika kadar air rendah akan menghasilkan tablet yang kurang kompak, sehingga menghasilkan tablet yang mudah retak. Selain itu, keregasan juga dipengaruhi oleh kekerasan tablet. Tetapi semua hasil pengukuran masih dalam batas yang dipersyaratkan.


(4)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Dalam pembuatan sediaan tablet antalgin dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan kompresi langsung. Akan tetapi metode granulasi basah yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sediaan tablet antalgin.

- Sediaan tablet antalgin 500 mg yang dievaluasi memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV, bila ditinjau dari segi : ukuran; kekerasan; keseragaman sediaan; waktu hancur; kerenyahan; dan kadar zat aktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tablet yang diperiksa memiliki mutu yang baik.

5.2. Saran


(5)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Admar, J., 2004, Perihal Obat dengan Berbagai Bentk Sediannya, Universitas Sumatera UtaraPress, Medan, Hal. 35.

Alamsyah, A., 1994, Analisa Kuantitaf Beberapa Senyawa Farmasi, Universitas Sumatera Utara Press, Medan, Hal. 23 – 25.

Anief, M., 1999, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Hal. 210 – 216.

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas Indonesia Press, Jakarta, Hal. 399 – 405.

Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmkope Indonesia,

Edisi IV, Jakarta, Hal. 537- 538.

Lachmann, dkk., 1994, Teori dan Praktek Farmsi Industri, Edisi II, UI Press, Jakarta, Hal. 645- 689.

Munaf, Sjamsuir., 1994, Catatan Kuliah Farmakologi, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, Hal. 178.

Rahardja,K. dan Tyay, T.H., 2003, Obat – Obat Penting, Elex Media, Jakarta, Hal. 294 – 297.

Soekami, R.A., dkk., 1987, Tablet, PT. Mayang Kencana, Medan, Hal. 2 – 4, 39 - 50.


(6)

Sri Ulina Tarigan :Pembuatan Dan Uji Sediaan Tablet Antalgin, 2008. USU Repository © 2009