Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Belimbing (Averrhoa carambola L.) di Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Namoriam Kecamatan Pancur Batu)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belimbing merupakan varietas unggulan Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten
Deli Serdang, Sumut. Yang menjadi daerah sentra produksi belimbing di Sumatera
Utara adalah desa Namoriam, dimana 80% penduduknya melakukan usahatani
belimbing. Salah satu faktor utama yang membuat banyak petani melakukan usahatani
tanaman belimbing adalah karena selain cara budidaya yang mudah, buah belimbing
juga memiliki potensi keuntungan yang menggiurkan. Terlebih lagi, tanaman belimbing
sangat cocok diusahakan di daerah tersebut. Dengan peningkatan kualitas produksi,
diharapkan mampu bersaing dengan banyaknya buah impor di pasaran.
Kualitas belimbing dapat dilihat dari bentuk luarnya yang segar, berisi dan tanpa
bintik-bintik hitam atau luka akibat pengemasan ataupun bekas gigitan lalat buah.
Karena itu, mulai dari awal, yakni saat buah sudah sebesar ibu jari, sampai siap dipanen,
buah tetap dibungkus dengan plastik sehingga lalat tidak dapat menggigit dagingnya
dan bertelur di dalamnya.
Belimbing mempunyai kandungan vitamin A dan C yang cukup tinggi dan dapat
menurunkan tekanan darah. Buah ini memiliki pasar yang tidak kalah dengan buah
lainnya. Jika Berastagi memiliki kekhasan dengan produksi jeruk dan sayur mayurnya,

maka Deli Serdang dengan Pancur Batu sebagai kecamatan sentra produksi belimbing
yang dapat dibanggakan karena produksinya yang tinggi.
Manfaat utama tanaman belimbing dapat digunakan sebagai makanan buah
segar maupun makanan buah olahan ataupun obat tadisional. Manfaat lainnya sebagai

Universitas Sumatera Utara

stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain dapat menyerap gas-gas beracun
buangan kendaraan bermotor, menyaring debu, meredam getaran suara, & memelihara
lingkungan dari pencemaran karena berbagai kegiatan manusia dan lain-lain.
Memang kebutuhan terhadap buah-buahan makin naik saja sekarang ini.
Pertambahan jumlah peduduk, peningkatan taraf penghasilan, kesadaran masyarakat
akan gizi, serta perkembangan sektor industri

dan pariwisata berdampak positif

terhadap peningkatan kebutuhan buah-buahan. Baik itu dalam jumlah, mutu maupun
ragamnya (Rahardi, 1993).
Untuk dapat memperoleh produksi yang bagus maka diperlukan perawatan yang
sebenarnya sederhana, tetapi akan sangat membantu tanaman tersebut agar dapat

berproduksi dengan baik jika dilakukan dengan rutin. Sehingga dengan jumlah hasil
panen yang tinggi serta kualitas buah yang bagus, maka dapat diperoleh
keuntungan.Namun, ada beberapa hal yang sangat berpengaruh terhadap produksi buah
belimbing yaitu iklim. Jika musim hujan terutama saat angin kencang, banyak buah
yang belum waktunya siap petik rontok, sehingga buah akan terbuang.
Produksi belimbing adalah banyaknya hasil panen buah belimbing yang
diperoleh dari setiap pokok tanaman belimbing. Produktivitas belimbing meliputi
produktivitas tanaman dan produktivitas lahan. Produktivitas tanaman adalah total hasil
yang diperoleh tanaman dalam satu kali proses produksi. Sedangkan produktivitas lahan
adalah total hasil yang diperoleh dalam satuan luas lahan seperti hektar (ha) dalam satu
kali proses produksi.
Karena pengaruh iklim, hama dan penyakit tanaman, maka para petani tidak
dapat meramalkan berapa jumlah produksi yang diperoleh, apa yang dapat mereka

Universitas Sumatera Utara

lakukan adalah bagaimana mengalokasi sumber daya yang terbatas yang mereka punya
seperti tanah, tenaga kerja, modal dan sebagainya (Soekartawi dkk, 2011).
Tabel 1. Banyaknya Produksi Rata-Rata Buah-Buahan Menurut Jenisnya di
Pancur Batu Tahun 2012

Jenis buah-buahan
Luas Panen
Alvokat / Alvokat
11.109
Mangga / Mangoes
65.997
Rambutan / Harry Fruit
94.803
Duku Langsat / Lansium
162.550
Domesticum
Jeruk Siam / Sweet
19.667
Orange
Durian / Durians
8.739
Jambu Biji / Psidium
328.745
Guajava
Jambu Air / Malaccencis

45.328
Sawo / Zapot
15.553
Pisang / Banana
4.172.336
Manggis / Mango Steen
117.293
Nangka / Jack Fruit
36.887
Sirsak / Sour Fruit
24.898
Belimbing / Star Fruit
96.735
Sukun
2.961
Sumber : Deli Serdang Dalam Angka 2013

Produksi
8.826
28.008

44.514

Rata-rata
0,61
0,42
0.47

83.948

0,52

5.635

0.29

104.180

1,22

95.723


0,29

14.005
5.939
422.488
48.201
15.403
3.318
43.173
822

0,31
0,38
0,10
0,41
0,42
0,13
0,45
0,28


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah produksi belimbing pada tahun
2013 di Kecamatan Pancur Batu yaitu 43.173 kuintal dengan luas panen 96.735 pohon.
Dalam kegiatan usahatani belimbing, luas tanam dapat mempengaruhi jumlah
produksi belimbing. Karena semakin besar luas tanam, maka akan semakin banyak
hasil yang diperoleh dari tanaman belimbing tersebut.
Usahatani belimbing cukup mudah dilakukan, namun dalam usahatani belimbing
sangat diperlukan adanya sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan, plastik dan tenaga
kerja. Kegiatan pemeliharaan seperti pemupukan, penyemprotan dan pembungkusan
harus rutin dilakukan oleh petani. Hal ini disebabkan oleh sifat tanaman belimbing yang

Universitas Sumatera Utara

sensitif, artinya tanaman akan memberikan hasil yang baik apabila dirawat secara rutin.
Semakin intensif dilakukan pemeliharaan, maka hasil tanaman akan semakin baik.
Namun, semakin intensif kegiatan pemeliharaan dilakukan, maka biaya produksi
yang harus dikeluarkan oleh petani akan semakin besar. Sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi jumlah pendapatan bersih petani.
Tabel 2. Perkembangan Harga Buah Belimbing Berdasarkan Musim
Tahun 2014

Musim
Harga (Rp/Kg)
Kemarau
15.000 s/d 16.000
Hujan
3.000 s/d 3.500
Buah
1.000 s/d 2.000
Sumber : Pra survey Desa Namoriam Kec. Pancur Batu
Kab.Deli Serdang
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa harga buah belimbing berfluktuasi,
tergantung pada musim. Pada musim kemarau, harga buah belimbing dapat mencapai
Rp.15.000/kg s/d Rp.16.000/kg. Hal ini dikarenakan pada musim kemarau jumlah
produksibelimbing sangat sedikit sehingga harga nya pun meningkat. Sedangkan pada
musim hujan, harga buah belimbing mencapai Rp.3.000 s/d Rp.3.500. Pada musim buah
harga buah belimbing sangat murah yaitu Rp.1.000 s/d Rp.2.000, hal ini dikarenakan
banyaknya buah yang panen bersamaan dengan panen buah belimbing, seperti buah
rambutan, mangga, jambu dan lainnya. Sehingga menyebabkan harga buah belimbing
sangat rendah. Pada tingkat harga Rp.3.000/kg sebenarnya petani sudah diuntungkan
karena dengan harga tersebut, seluruh biaya produksi yang dikeluarkan sudah dapat

ditutupi serta masih diperoleh keuntungan. Keuntungan ini disebut juga pendapatan
petani setelah dikurangi biaya produksi.
Buah belimbing merupakan buah yang potensial, selain untuk dibudidayakan,
ternyata buah belimbing juga memiliki nilai tambah yaitu dapat diolah menjadi jus

Universitas Sumatera Utara

segar ataupun sirup. Di Desa Namoriam Kecamatan Pancur Batu terdapat sebuah
koperasi yang telah mengolah buah belimbing menjadi jus dan sirup.Banyak petani
yang ikut serta sebagai anggota dalam koperasi ini, dimana bukan hanya buah
belimbing yang diolah, namun ada juga beberapa buah lainnya yaitu buah jambu merah
(guava), jambu air dan lainnya. Dalam koperasi tersebut sudah ada sekitar 28 kk yang
ikut serta.
Namun tidak semua petani mau bergabung dalam koperasi ini karena pemikiran
yang belum berkembang. Kebanyakan petani berpikir bahwa mereka bertanam buah
belimbing lalu kemudian menjual hasil panennya kepasar. Belum lagi pada saat angin
kencang atau musim hujan, buah belimbing akan rontok sebelum waktu panen dan buah
yang jatuh akan dibuang begitu saja. Padahal jika pemikiran petani maju, buah yang
yang rontok dan masih bagus dapat dimanfaatkan sehingga memiliki nilai tambah,
misalnya saja diolah menjadi jus segar ataupun sirup.

Saat ini hanya ada satu koperasi di desa tersebut yang mengolah buah belimbing
dan buah lainnya sehingga dapat memberikan nilai tambah. Namun pemasarannya
masih daerah lokal saja, belum dapat menembus pasar luar.Hal ini dikarenakan mereka
belum dapat memenuhi permintaan pasar dalam jumlah yang besar.
Jus

belimbing

dikemas

dalam

kotak

dan

dijual

dengan


harga

Rp.5.000/kotak.Sedangkan sirup belimbing dikemas dalam botol dan dijual dengan
harga Rp.32.000/botol.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dianalisa bagaimana poduktivitas
belimbing, faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan
usahatani belimbing serta bagaimana hubungan biaya produksi, penerimaan dan
pendapatan bersih pada usahatani belimbing di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana produktivitas belimbing di daerah penelitian ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat produksi usahatani belimbing di
daerah penelitian ?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan usahatani belimbing di
daerah penelitian ?
4. Bagaimana hubungan biaya produksi, penerimaan dan pendapatan bersih pada
usahatani belimbing di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui produktivitas belimbing di daerah penelitian.
2. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan
pendapatan usahatani belimbing di daerah penelitian.
3. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
belimbing di daerah penelitian
4. Untuk menganalisis hubungan biaya produksi, penerimaan dan pendapatan
usahatani belimbing di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi petani untuk mengetahui sampai sejauh mana
perkembangan usahatani belimbing.

Universitas Sumatera Utara

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam
mengambil kebijaksanaan khususnya dalam bidang analisis usahatani belimbing.
3. Sebagai bahan untuk melengkapi skripsi bagi mahasiswa yang merupakan salah
satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian USU Medan.

Universitas Sumatera Utara