Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Berbagai masalah

ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia

sudah ada sejak dahulu, namun jenis dan karakternya selalu berubah.
Permasalahan tersebut mencapai puncaknya pada saat terjadi Krisis Ekonomi
yang diikuti oleh krisis-krisis lain. Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
pemerintah salah satunya adalah mengenai ketahanan pangan. Ketahanan pangan
merupakan hak asasi manusia (HAM). Setiap orang berhak memperolah makanan
yang layak dan sesuai dengan kebutuhannya. Berkembangnya tekhnologi akibat
perkembangan zaman, tidak hanya memberikan dampak positif bagi dunia
pangan, namun juga memiliki dampak negatif, yakni meningkatnya angka
kemiskinan yang secara bersamaan menurunnya ketahanan pangan individu
maupun keluarga. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahananpangan jika
penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman
kelaparan. Diperkirakan rumah tangga yang mangalami kelaparan akan meningkat
dengan berbagai sebab yang diakibatkan oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat,

seperti krisis global yang berdampak pada berkurangnya lapangan pekerjaan
akibat kurangnya modal atau bangkrutnya usaha kecil dan menengah sehingga
menurunnya pendapatan dan meningkatnya angka pengangguran. Lebih lanjut
keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan
akhirnya dapat menyebabkan kerawanan pangan keluarga. Berdasarkan UndangUndang No. 7 tahun 1996, “Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang

1
Universitas Sumatera Utara

pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan
nasional”.
Ketahanan pangan menurut Food and Agriculture Organization (FAO),
2002 adalah kondisi tersedianya pangan yang memenuhi kebutuhan setiap orang
baik dalam jumlah maupun mutu pada setiap saat untuk hidup sehat, aktif dan
produktif. Sedangkan menurut Gross (2000) dan Weingarter (2004) dalam Hanani
(2012) ketahanan pangan terdiri dari empat subsistem atau aspek utama yaitu:
ketersediaan (food availibility), akses pangan (food acces), penyerapan pangan
(food utilization), stabilitas pangan (food stability), sedangkan status gizi
(nutritional status) merupakanoutcome ketahanan pangan. Dimana stabilitas

pangan dalam suatu masyarakat akan terbentuk apabila ketiga aspek ketahanan
pangan yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan penyerapan pangan mampu
terwujud dan terintegrasi dengan baik.
Jika kebutuhan konsumsi pangan tidak terpenuhi lagi maka akan menimbulkan
kerawanan pangan (food insecurity). Keadaan ini pada akhirnya akan
mempengaruhi status gizi masyarakat.Fokus ketahanan pangan tidak hanya pada
penyediaan pangan tingkat wilayah tetapi juga penyediaan dan konsumsi pangan
tingkat daerah dan rumah tangga bahkan individu dalam memenuhi kebutuhan
gizinya.
Rumahtangga sebagai unsur ketahanan pangan masyarakat adalah “sistem
sosial” yang berinteraksi (adaptasi) dengan lingkungannya. Salah satu hasil
interaksinya ialah “terpenuhinya kebutuhan pangan rumahtangga”. Tetapi, dalam

2
Universitas Sumatera Utara

kenyataannya, interaksi itu tidak selalu menjamin keterpenuhannya. Ketahanan
pangan merupakan basis utama dalam mewujudkan ketahanan ekonomi,
ketahanan nasional yang berkelanjutan. Ketahanan pangan merupakan sinergi dan
interaksi utama dari subsistem ketersediaa, distribusi dan konsumsi, dimana dalam

mencapai ketahanan pangan dapat dilakukan alternatif

pilihan apakah

suasembada atau kecukupan. Dalam pencapaian suasembada perlu difokuskan
pada terwujudnya ketahanan pangan. Dalam pengembangannya, teknologi pangan
diharapkan mampu memfasilitasi program pasca panen dan pengolahan hasil
pertanian, serta dapat secara efektif mendukung kebijakan strategi ketahanan
pangan. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia,
sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma
(1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang
Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan
mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa.
Ketersediaan pangan yanglebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat
menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat
juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini
bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.
Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU No. 18/2012 tentang Pangan.
Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah "kondisi
terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin

dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau sertatidak bertentangan dengan agama,

3
Universitas Sumatera Utara

keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan".UU Pangan bukan hanya berbicara tentang ketahanan
pangan, namun juga memperjelas dan memperkuat pencapaian ketahanan pangan
dengan mewujudkan kedaulatan pangan (food soveregnity) dengan kemandirian
pangan (food resilience) serta keamanan pangan (food safety). "Kedaulatan
Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan
Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak
bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi
sumber daya lokal".
Ketika

bahan

pangan


sudah

didapatkan,

maka

berbagai

faktor

mempengaruhi jumlah dan kualitas pangan yang dijangkau oleh anggota keluarga.
Bahan pangan yang dimakan harus aman dan memenuhi kebutuhan fisiologis
suatu individu. Keamanan pangan mempengaruhi pemanfaatan pangan dan dapat
dipengaruhi oleh cara penyiapan, pemrosesan, dan kemampuan memasak di suatu
komunitas

atau

mempengaruhi


rumahtangga.
pemanfaatan

Akses

pangan

kepada
karena

fasilitas
kesehatan

kesehatan
suatu

juga

individu


mempengaruhi bagaimana suatu makanan dicerna. Misal keberadaan parasit di
dalam usus dapat mengurangi kemampuan tubuh mendapatkan nutrisi tertentu
sehingga mengurangi kualitas pemanfaatan pangan oleh individu.
Kualitas sanitasi juga mempengaruhi keberadaan dan persebaran penyakit yang
dapat mempengaruhi pemanfaatan pangan sehingga edukasi mengenai nutrisi dan
penyiapan bahan pangan dapat mempengaruhi kualitas pemanfaatan pangan.

4
Universitas Sumatera Utara

Stabilitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam
mendapatkan bahan pangan sepanjang waktu tertentu. Kerawanan pangan dapat
berlangsung secara transisi,musiman, ataupun kronis (permanen). Pada ketahanan
pangan transisi, pangan kemungkinan tidak tersedia pada suatu periode waktu
tertentu. Bencana alam dan kekeringan mampu menyebabkan kegagalan panen
dan mempengaruhi ketersediaan pangan pada tingkat produksi. Konflik sipil juga
dapat mempengaruhi akses kepada bahan pangan. Ketidakstabilan di pasar
menyebabkan peningkatan harga pangan sehingga juga menyebabkan kerawanan
pangan. Faktor lain misalnya hilangnya tenaga kerja atau produktivitas yang

disebabkan oleh wabah penyakit. Musim tanam mempengaruhi stabilitas secara
musiman karena bahan pangan hanya ada pada musim tertentu saja. Kerawanan
pangan permanen atau kronis bersifat jangka panjang dan persisten.
Kota Medan merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk
miskin yang tinggi. Pada tahun 2009, jumlah keluarga miskin di Kota
Medanberjumlah 393.147 KK. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk
2009,jumlah penduduk Kota Medan adalah 2.121.053 orang, yang terdiri atas
1.049.457laki-laki dan 1.071.596 perempuan.
Setiap rumah tangga memiliki cara berbeda dalam memenuhi kebutuhan
pangannya. Untuk itulah penting dilakukan pengkajian mengenai strategi apa saja
yang diterapkan oleh masyarakat kota Medan untuk mempertahankan diri di
tengah kondisi di beberapa daerah kota Medan yang termasuk daerah rawan
pangan dan gizi.

5
Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar
variabel-variabel yang digunakan oleh penulis dapat mempengaruhi ketahanan
pangan rumah tangga miskin di Kota Medan. Hal tersebut di atas, yang menjadi

dasar ketertarikan penulis mengadakan penelitian dengan objek rumah tangga
miskin yang dalam kenyataanya mempunyai pendapatan yang jumlahnya berbedabeda.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Miskin di Medan.”
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas dapat diketahui bahwa ketahanan
pangan merupakan hak asasi manusia (HAM). Setiap orang berhak memperolah
makanan yang layak dan sesuai dengan kebutuhannya. Berkembangnya teknologi
akibat perkembangan zaman, tidak hanya memberikan dampak positif bagi dunia
pangan, namun juga memiliki dampak negatif, yakni meningkatnya angka
kemiskinan yang secara bersamaan menurunnya ketahanan pangan individu
maupun keluarga.
1.

Bagaimana pengaruh pekerjaan terhadap ketahanan pangan rumah tangga
miskin di Medan ?

2.


Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga
miskin di Medan ?

3.

Bagaimana pengaruh pendapatan anggota keluarga terhadap ketahanan
pangan rumah tangga miskin di Medan ?

6
Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.

Untuk

mengetahui

pengaruh


pekerjaan

terhadap

ketahanan

pangan

rumahtangga miskin di Medan.
2.

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap ketahanan pangan rumah
tangga miskin di Medan.

3.

Untuk mengetahui pengaruh pendapatan anggota keluarga terhadap ketahanan
pangan rumah tangga miskin di Medan.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu :
1.

Bagi Peneliti sendiri, penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman khususnya dalam bidang ketahanan pangan

2.

Bagi peniliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan
danreferensi guna penyempurnaan hasil penelitian yang sudah ada.

3.

Bagi mahasiswa FakultasEkonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
dapat dijadikan sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan.

7
Universitas Sumatera Utara