Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Medan
LAMPIRAN I
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN
PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI MEDAN
I. KeteranganUmum
Padabagianini, Saudara/i
dimintauntukmenuliskanbeberapainformasimengenai data pribadi Saudara/i, 1. Umur : 30 - 40 tahun 51-56 tahun
41-50 tahun
2. JenisKelamin : Pria Wanita 3. Pendidikan Kepala Keluarga : Tidak Sekolah SD sederajat
SMP Sederajat SMA Sederajat 4. Pekerjaan : Berkerja Tidak Berkerja II. PetunjukPengisianKuesioner
Saudara/i diminta untukmemberikanpilihanterhadap pernyataan-pernyataan di bawah iniyaitudengancaramemberikantandachecklist ( ) padajawaban yang menurut Saudara/i anggap paling sesuaidengankenyataan yang adapada Saudara. Adapunpedoman yang akan Saudara/i gunakan adalah sebagai berikut:
a. SS : Sangat Setuju b. S : Setuju
c. KS : Kurang Setuju d. TS : Tidak Setuju
(2)
e. STS : Sangat Tidak Setuju A. Pekerjaan(X1)
No Pertanyaan
PilihanJawaban SS 5 S 4 KS 3 TS 2 STS 1 1
Menurut Saudara/i organisasi pekerjaan Saudara dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya
2
Menurut Saudara/i organisasi memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan dan cara kerjanya
3 Menurut Saudara/i cara pembayaran gaji sudah sesuai
4 Menurut Saudara/i standar kerja Saudara sudah sesuai
B. Pendidikan (X2)
No Pertanyaan
PilihanJawaban SS 5 S 4 KS 3 TS 2 STS 1 1 Saudara/i memiliki disiplin dalam belajar
2 Saudara/i memiliki keingintahuan tentang pendidikan anak
3 Saudara/i dapat mentoleransi anak yang tidak mendapatkan pendidikan
4 Saudara/i mendapat pengetahuan dari pengalaman diri sendiri
(3)
C. Pendapatan (X3)
No Pertanyaan
PilihanJawaban SS 5 S 4 KS 3 TS 2 STS 1 1 Menurut Saudara/i jumlah penghasilan yang
diterima seluruh keluarga dibawah UMR 2 Saudara/i tidak sanggup menyekolahkan
anak ke tingkat yang lebih tinggi.
3 Saudara/i tidak sanggup membayar biaya pengobatan di rumah sakit/puskesmas
4 Saudara/i hanya sanggup membeli daging satu kali dalam sebulan
D. Ketahanan Pangan (Y)
No Pertanyaan
PilihanJawaban SS 5 S 4 KS 3 TS 2 STS 1 1 Menurut Saudara/i ketersediaan pangan
tidak mencukupi untuk seluruh keluarga
2 Menurut Saudara/i ketersediaan yang Saudara/i miliki tidak stabil
3 Menurut Saudara/i tidak sanggup mendapatkan pangan yang lebih baik
4 Menurut Saudara/i kualitas pangan tidak penting
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Alfiasari. 2007. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin dan Peranan Modal Sosial. Thesis, Institut Pertanian Bogor.
Ariani, Mewa. 2011. Penguatan Ketahanan Pangan Daerah untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
BPS.2015. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Medan BPS.2015. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga.Medan
BPS.2015. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk.Medan BPS.2015.”Medan Dalam Angka”.Medan
Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Herdiana,Eka.2009. Analisis Jalur Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Skripsi, Institut Pertanian Bogor.
Julliana, Friska.2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan. Jurnal, Universitas Sumatera Utara.
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Susilowati, Heni. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Srandakan Bantul. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.
(5)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif yaitu mengolah data untuk menggambarkan tentang pengaruh pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pendidikan/keterampilan, umur kepala keluarga, dan pendapatan anggota keluargaterhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin. Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal merupakan penelitian yang mencari hubungan atau pengaruh sebab akibat yaitu pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
3.2 Definisi Operasional 3.2.1Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan dalam penelitian ini merupakan kondisi tersedianya akses pangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhan makan agar dapat beraktivitas dan hidup sehat. Indikator dalam ketahanan pangan ini menggunakan kecukupan/ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan, keterjangkauan terhadap pangan, dan kualitas pangan.
3.2.2 Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap hari manusia mempunyai kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang harus segera di penuhi dan
(6)
kebutuhan sekolah dan sebagainya, untuk memperoleh semua kebutuhan tersebut diperlukan uang. Untuk memperoleh uang, orang harus bekerja, bermacam- macam jenis pekerjaan yang di tekuni seseorang. Indikator dalam pekerjaan adalah organisasi, etika dan kode etik pekerjaan, sistem imbalan, standar untuk kerja.
3.2.3 Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan.
Indikator dalam pendidikan adalah disiplin, rasa ingin tahu, toleransi, dan kemandirian.
3.2.4 Pendapatan
Pendapatan rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan atau upah kerja yang diterima oleh semua anggota keluarga yang bekerja selama sebulan. Dalam pengolahan data, pendapatan rumah tangga ini dijadikan pendapatan per kapita yaitu dengan membagi pendapatan rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga. Penghasilan rumah tangga ini terdiri dari penghasilan dari pekerjaan pokok per bulan dan penghasilan dari pekerjaan
(7)
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Medan Belawan, Medan Tuntungan, Medan Amplas. Waktu penelitian dimulai dari bulan Mei sampai dengan selesai.
3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di Kota Medan, dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan terpilih 3 kecamatan yaitu kecamatan: 1)Medan Tuntungan 2) Medan Belawan 3) Medan Amplas. Rumah tangga miskin tersebut terdiri dari sektor buruh tani, petani, pedagang, buruh bangunan,jasa dan lainnya.
Indikator yang digunakan dalam menentukan rumah tangga miskin tersebut meliputi beberapa aspek antara lain :
a. Aspek Penentu
Aspek penentu terdiri dari aspek pangan, sandang dan papan. b. Aspek Penyebab
Aspek penyebab dilihat dari jumlah penghasilan yang diterima seluruh anggota keluarga
c. Aspek Pendukung
Aspek pendukung dilihat dari kesehatan, pendidikan, akses air bersih, akses listrik dan jumlah anggota dalam satu KK.
3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah sampling kuota. Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari mempunyai
(8)
ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2012: 124). Alasan penggunaan sampling kuota ini karena jumlah populasi yang ada sangat banyak sehingga perlu ditentukan jumlah sampel yang akan digunakan.
Oleh karena itu, jumlah sampel yang telah ditentukan dalam penelitian ini ada 100 kepala keluarga.
Tabel 2.1
Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan Di Kota Medan
Kecamatan Rumah Tangga
Medan Tuntungan 19.673
Medan Johor 29.687
Medan Amplas 27.498
Medan Denai 32.220
Medan Area 22.176
Medan Kota 17.523
Medan Maimun 9.395
Medan Polonia 12.475
Medan Baru 10.968
Medan Selayang 27.440
Medan Sunggal 26.897
Medan Halvetia 32.952
Medan Petisah 15.562
Medan Barat 16.864
Medan Timur 25.870
Medan Perjuangan 22.972
Medan Tembung 30.760
Medan Deli 40.054
Medan Labuhan 25.634
Medan Marelan 34.423
Medan Belawan 21.692
Jumlah 502.735
Sumber : Badan Pusat Statistk Kota Medan Jumlah Sampel (n)
=
��+���
= 68863/( 1+68863.0,01) = 99,85
(9)
Medan Tuntungan = 19.673/68863.100 = 28,56 (29 sampel) Medan Amplas =27.498/68863.100
= 39,93 (40 sampel) Medan Belawan =21.629/68863.100
= 31,40 (31 sampel) 3.5 Data dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelititan ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (objek penelitian). Data primer dapat diperoleh melalui : kuesioner, observasi, test. Peneliti melakukan wawancara langsung kepada responden. Hal ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam informasi yang diperlukan.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data atau mencari informasi. Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa cara, diantaranya:
3.6.1Kuesioner
Kuesioner merupakan metode penggumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden memberikan jawabannya (Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, 2010: 193). Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner dalam
(10)
penelitian ini digunakan untuk mengetahui jumlah anggota keluarga, pendapatan dan ketahanan pangan rumah tangga miskin
3.6.2Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengambilan data ketika peneliti langsung berdialog dengan responden untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan saat pengisian kuesioner maupun saat mencari data mengenai karakteristik penduduk dan wilayah tersebut.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis Regresi Linier Berganda adalah analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tergantung dengan skala interval (Umi, 2008). Dengan model persamaan sebagai berikut :
Persamaan I :
γ1= β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e 3.7.1 Metode Analisis Data
3.7.1.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.
Dengan langkah pengujian : a. H0 : b1 = 0
Artinya: Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
(11)
Artinya: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Kriteria pengambilan keputusan pada penelitian ini menggunakan α = 5% dan derajat kebebasan (n-k), kemudian dibandingkan dengan thitung.
Ho diterima: thitung < ttabel
(tidak ada pengaruh yang nyata antara X1, X2, X3, X4dan Y). Ha diterima: thitung > ttabel
(ada pengaruh yang nyata antara X1, X2X3, X4dan Y). 3.7.1.2 Uji signifikan Simultan (Uji F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas (X) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap varibel terikat (Y). Dengan langkah pengujian :
A.H0 : b1 = 0, artinya suatu variabel bebas bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.
B.Ha : b1 ≠ 0, artinya suatu variabel bebas merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.
Kriteria dalam pengambilan keputusan:
H0 diterima jika Fhitung< Ftabel pada α = 5% Ha diterima jika Fhitung> Ftabel pada α = 5%
Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 95% adalah H0 diterima jika Fhitung< Fα dan H0 ditolak jika Fhitung> Fα.
(12)
3.8 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable terikat. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol atau satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variable-variabel independen dalam menjelaskan variasi variable-variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti varibel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi varibel dependen (Kuncoro, 2003).
3.9 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Menurut Alfigari, model regresi yang diperoleh dari metode kuadratterkecil biasa (Ordinary Least Square OLS) merupakan metode regresi yangmenghasilkan estimator linier tidak bias (Best Linier UnbiasEstimator /BLUE).Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of Fitnya.Secara statistikkondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi,yang disebut penyimpangan asumsiklasik, sebagai berikut:
3.9.1 Multikoleniaritas
Multikoleniaritas, artinya antar variabel independen yang satu dengan independen yang lainnya dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna. Menurut Rahayu (2004), umumnya multikoleniaritas dapat diketahui dari nilai dari Variance InflationFactor (VIF) atau tolerance value. Batas tolerance value adalah 10. Apabila hasil analisis menunjukkan nilai VIF dibawah nilai 10 dan tolerance value diatas nilai 0,10 maka tidak terjadi multikoleniaritas sehingga
(13)
3.9.2 Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas, artinya varians semua variabel adalah konstan (sama). Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengamati ada tidaknyaperubahan varian residu dari satu sampel ke sampel yang lain. Deteksi adanya Heteroskedastisitas dengan melihat kurva Heteroskedastisitas atau diagram pencar (chart), dengan dasar pemikiran sebagai berikut :
1)Jika titik-titik terikat menyebar secara acak membentuk pola tertentu yang beraturan (bergelombang), melebar kemudian menyempit maka terjadi Heteroskedastisitas.
2)Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar baik di bawah atau di atas 0 ada sumbu Y maka hal ini tidak terjadi Heteroskedastisitas.
c.Normalitas, uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada data yang dipakai dalam penelitian terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pedoman pengambilan keputusan :
1)Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05. Distribusi adalah tidak normal. 2)Nilai signifikan atau probabilitas >0,05. Distribusi adalah normal.
(14)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data 4.1.1Profil Kota Medan
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di luar Pulau Jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter.
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Bersama kawasan metropolitannya (Kota Binjai dan
(15)
demikian Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatera dan keempat di Indonesia.
4.1.2 Deskripsi Data Responden
Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 RTM di Kota Medan. Berikut ini akan disajikan deskripsi data responden berdasarkan karakteristiknya sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentukuang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi.
Mata pencaharian penduduk di Kota Medan sangat beragam, baik disektor pertanian, pabrik, jasa dan sebagainya.
b. Berdasarkan Pendapatan per Kapita
Pendapatan merupakan sejumlah penghasilan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga dalam satu bulan Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga.Adapun pendapatan per kapita diperoleh dari jumlah pendapatan satu keluarga dibagi jumlah anggota keluarga tersebut..
(16)
Adapun profil 100 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Profil Responden
Profil Responden Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin : Pria Wanita
43 57
43 % 57 %
Total 100 100 %
Usia :
30 – 40 Tahun 41 – 50 Tahun 51 – 56 Tahun
25 45 30
25 % 45 % 30 %
Total 100 100 %
(17)
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.2.1 Uji Validitas
Tabel 4.2
Uji Validitas Instrument I
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 47,2900 22,269 ,053 ,606 ,647
P2 47,0600 21,835 ,160 ,438 ,624
P3 47,1500 23,361 -,027 ,356 ,650
P4 46,8600 20,526 ,429 ,463 ,585
PI1 47,1000 21,343 ,318 ,648 ,601
PI2 46,6700 21,435 ,270 ,544 ,607
PI3 47,1400 23,819 -,083 ,518 ,655
PI4 46,9000 19,808 ,468 ,518 ,575
PE1 46,5900 20,749 ,374 ,479 ,592
PE2 46,2300 19,068 ,506 ,445 ,564
PE3 47,0900 20,547 ,285 ,456 ,604
PE4 47,1400 22,202 ,158 ,322 ,622
KP1 46,8700 20,579 ,423 ,478 ,586
KP2 46,7900 20,774 ,334 ,484 ,597
KP3 46,8600 22,425 ,133 ,472 ,625
KP4 47,6100 21,998 ,188 ,361 ,618
Sumber : Data diolah oleh penulis (SPSS 22 2016)
Menurut Sugiyono (2012:172) hasil penelitian yang valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Suatu kuesioner dikatakan valid atau sah jika pernyataan
(18)
pada kuesioner mampu mengungkapkan apa yang seharusnya diukur. Asumsi yang digunakan dalam uji validitas adalah
a. jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir pernyataan tersebut valid, b. jika r hitungnegative atau r hitung< r tabel maka butir pernyataan tersebut tidak
valid.
Untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu pernyataan maka kolom yang dilihat adalah kolom Corrected Item Total Correlation. Kemudian nilai r hitung dibandingkan dengan r tabel. Pada nilai α = 0,05 dengan derajat bebas df-2, dimana df adalah sampel sebanyak 100 dikurangi dengan 2 = 98 pada nilai α = 0,05 maka diperoleh nilai r tabel = 0,1966.
Tabel 4.2 menunjukkan 7 butir pernyataan dari 16 pernyataan tidak valid karena r tabel untuk sampel 100 orang memiliki Corrected Item Total Correlation dibawah 0,1966. Berarti 7 butir pernyataan tersebut perlu diuji kembali atau dibuang.
Tabel 4.3
Uji Validitas Instrumen II
Sumber : Data diolah oleh penulis (SPSS 22 2016)
Inter-Item Covariance Matrix
P4 PI1 PI2 PI4 PE1 PE2 PE3 KP1 KP2 P4 ,502 ,194 ,266 ,229 ,096 ,134 ,030 ,080 ,052 PI1 ,194 ,454 ,216 ,234 -,005 ,069 -,051 ,022 ,033 PI2 ,266 ,216 ,529 ,162 ,101 ,049 -,081 -,002 -,117 PI4 ,229 ,234 ,162 ,640 ,116 ,219 ,172 ,069 ,165 PE1 ,096 -,005 ,101 ,116 ,535 ,202 ,283 ,202 ,101 PE2 ,134 ,069 ,049 ,219 ,202 ,788 ,273 ,284 ,154 PE3 ,030 -,051 -,081 ,172 ,283 ,273 ,848 ,293 ,253 KP1 ,080 ,022 -,002 ,069 ,202 ,284 ,293 ,497 ,226 KP2 ,052 ,033 -,117 ,165 ,101 ,154 ,253 ,226 ,616
(19)
Setelah 7 butir pernyataan variabel tersebut diubah ternyata variabel tersebut mempengaruhi variabel lainnya sehingga mengakibatkan pernyataan variabel lainnya tidak valid. Maka 7 butir pernyataan variabel tersebut diputuskan untuk dihapus. Jadi jumlah pernyataan pada variabel yang valid setelah 7 butir pernyataan dihapus adalah sebanyak 9 pernyataan.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2006 : 41), Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil.
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Untuk mengukur reliabilitas digunakan dengan uji statistik Cronbach Alpha. Pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas adalah jika cronbach alpha> 0,60. Adapun hasil pengujian reliabilitas terhadap seluruh variabel penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4
Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
,715 ,716 9
(20)
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa uji statistik Cronbach’s Alpha (α) adalah 0,715 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian telah reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha> 0,60.
4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Untuk mengetahui distribusi sebuah data normal atau tidak, dilakukan dengan 3 uji yaitu Pendekatan grafik (Histogram Uji Normalitas), P-P Plot Uji Normalitas, One-Sample Kolmogrov-Smirnov.
1. Pendekatan Grafik
Menurut Ghozali (2011:110) pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik ataudengan melihat histogram dari residualnya.
(21)
Gambar 4.1Histogram Uji Normalitas
Sumber : Data diolah oleh penulis (SPSS 22 2016)
Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa data variabel berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh gambar histogram yang mengikuti atau mendekati bentuk lonceng.
2. P-P Plot Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011:110): Grafik Normality Probabilty Plot juga digunakan untuk mendeteksi normalitas dengan ketentuan. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
(22)
Gambar 4.2P-P Plot Uji Normalitas
Sumber : Data diolah oleh penulis (SPSS 22 2016)
Berdasarkan gambar 4.2 menunjukkan bahwa data-data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Sehingga hal ini menunjukkan data variabel berdistribusi normal.
3. Pendekatan One-Sample Kolmogrov-Smirnov
Menurut Ghozali (2006:110), uji Kolmogorov-Smirnovdilakukan dengan membuat keputusan yaitu:
1) Data residual terdistribusi normal, apabila sig. 2-tailed > α = 0.05 2) Data residual tidak terdistribusi normal, apabila sig. 2-tailed < α = 0.05
(23)
Tabel 4.5
Uji Kolmogorv-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 1,53874392
Most Extreme Differences Absolute ,088
Positive ,043
Negative -,088
Test Statistic ,088
Asymp. Sig. (2-tailed) ,053c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Data diolah oleh penulis (SPSS 22 2016)
Berdasarkan Tabel 4.6 Menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,053 berada diatas nilai signifikan (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data-data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu jawaban atas pernyataan yang diberikan terhadap seluruh sampel, dimana variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki hasil data yang berdistribusi normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali(2006:91)uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas (independen).
(24)
Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas
Sumber : Data diolah oleh penulis (SPSS 22 2016)
Dari Tabel 4.7 terlihat bahwa semua data (variabel) menunjukkan VIF < 10 dan variables tolerence> 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel tidak terdapat Multikolinearitas. Menurut Ghozali(2006:91)uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas (independen). Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2006:105) deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6,576 1,511 4,353 ,000
P -,101 ,099 -,121 -1,018 ,311
PI ,040 ,164 ,029 ,242 ,810
PE ,479 ,087 ,563 5,515 ,000
(25)
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, adalah dengan cara grafik scatterplot.
Gambar 4.3
Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah oleh penulis (SPSS 22 2016)
Berdasarkan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
(26)
4.3.4 Pengujian Hipotesis 4.3.4.1 Uji Determinan (R2 )
Mencari nilaiR Square dengan menggunakan Tabel Model Summaryb sebagai hasil pengolahan data melalui SPSS versi 22.0 for windows.
Tabel 4.7
Koefisien Determinasi (R)
Sumber : Data diolah oleh penulis (SPSS 22 2016)
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,353 atau sebesar 35 %, ini berarti 35 % pengaruh variabel independen (pekerjaan, pendidikan, pendapatan) terhadap variabel dependen(ketahanan pangan).Sedangkan sisanya 65% dipengaruhi dan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuuk dalam model penelitian ini. Nilai R Square sebesar 0,373 atau 38 % menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel independen (pekerjaan, pendidikan, pendapatan) terhadap variabel dependen(ketahanan pangan )adalah sedang karena mendekati 50 %.
4.3.4.2 Uji Parsial (Uji-t)
Mencari nilai thitung dengan menggunakan TabelCoefficientsasebagai hasil pengolahan data melalui SPSS versi 22.0 for windows.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,611a ,373 ,353 1,56260
a. Predictors: (Constant), PE, P, PI
(27)
Tabel 4.8
Uji Regresi Linear Berganda (Uji-t)
Sumber : Data diolah oleh penulis (SPSS 22 2016)
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%, dengan derajat kebebasan df = n - (k-1). Sehingga diperoleh ttabel = 2,47.
Hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat dilihat pada Tabel 4.9 sehingga dapat disimpulkan :
1. Nilai t hitungpada variabel pekerjaan sebesar -1,018 < dari nilai t table1,66 dengan tingkat signifikansi 0,311 > 0,05. Maka HO ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel pekerjaan secara parsial tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ketahanan pangan.
2. Nilai thitung pada variabel pendidikan sebesar0,242 < dari t tabel 1,66 dengan tingkat signifikan 0,810> 0,05. Maka HO ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan secara parsial tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ketahanan pangan.
3. Nilai t hitung pada variabel pendapatan sebesar 5,515> t tabel 1,66 dan tingkat signifikan 0,000 < 0,05.Maka HO diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6,576 1,511 4,353 ,000
P -,101 ,099 -,121 -1,018 ,311
PI ,040 ,164 ,029 ,242 ,810
PE ,479 ,087 ,563 5,515 ,000
(28)
4.3.4.3 UjiSimultan (Uji F)
Mencari nilai Fhitung dengan menggunakan Tabel Anova sebagai hasil pengolahan data melalui SPSS versi 20.0 for windows.
Tabel 4.9 ANOVA
Sumber : Data diolah oleh penulis (SPSS 22 2016)
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-F dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%, dengan derajat kebebasan df = n – (k-1). Sehingga diperoleh Ftabel = 2,47.
Berdasarkan Tabel 4.10 diatas, dapat diketahui bahwa nilai Fhitung 19,017 >Ftabel2,47 pada α = 0,05 dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat diambil keputusan yaitu H0 diterima. Artinya, secara serempak atau simultan variabel bebas yaitu pekerjaan, pendidikan, pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu ketahanan pangan.
4.3.5 Analisis Linear Berganda
Analisis regresi linear yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 139,304 3 46,435 19,017 ,000b
Residual 234,406 96 2,442
Total 373,710 99
a. Dependent Variable: KP
(29)
antara variabel independen (pekerjaan, pendidikan, pendapatan) terhadap variabel dependen ( ketahanan pangan) pada kota Medan.
Berdasarkan hasil pengolahan data regresi maka diperoleh persamaan regresi linear berganda dengan rumus sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Ketahanan pangan = 4,353 – 1,018 pekerjaan + 0,242 pendidikan + 5,515+pendapatan+ e
a. Konstanta (a) = 4,535. Ini menunjukkan tingkat konstanta, dimana jika variabel pekerjaan, pendidikan, pendapatan = 0, maka ketahanan pangan menurun sebesar 4,535.
b. Koefisien (b1) = -1,018. Ini menunjukkan bahwa kenaikan pekerjaan sebesar 1,01 % akan diikuti oleh kenaikan ketahanan pangan sebesar 1 % dengan asumsi semua variabel independen lainnya bernilai nol.
c. Koefisien (b2) = 0,242. Ini menunjukkan bahwa kenaikan pendidkan sebesar 0,02 % akan diikuti oleh kenaikan ketahanan pangan sebesar 2 % dengan asumsi semua variabel independen lainnya bernilai nol.
d. Koefisien (b3) = 5,515. Ini menunjukkan bahwa kenaikan pekerjaan sebesar 551,5 % akan diikuti oleh kenaikan ketahanan pangan sebesar 55,1 % dengan asumsi semua variabel independen lainnya bernilai nol.
Variabel pekerjaa, pendidikan, pendapatan menunjukkan hubungan searah dan positif dengan ketahanan pangan , dimana setiap kenaikan variabel pekerjaan, pendidikan, pendapatan akan menyebabkan kenaikan nilai ketahanan pangan .
(30)
Faktor yang paling dominan mempengaruhi ketahanan pangan adalah pendapatan sebesar 5,515.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Hasil Analisis Pengujian Hipotesis
Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,353berarti35 %pengaruh variabel independen(pekerjaan, pendidikan, pendapatan ) terhadap variabel dependen (ketahanan pangan). Hasil ini menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap ketahanan pangan secara simultan yang menandakan pengaruh pekerjaan, pendidikan, pendapatan, terhadap ketahanan pangan. Nilai Adjusted R Squareyang belum mencapai 100 % menunjukkan bahwa masih ada variabel lain sebesar 0,65 yang tidak digunakan dalam penelitian ini yang mempunyai pengaruh terhadap ketahanan pangan.
Berdasarkan hasil uji F yang dilakukan, diketahui bahwa nilai F adalah sebesar 19,017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih dari 0,05. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu pekerjaan, pendidikan, pendapatan berpengaruh terhadap ketahanan pangan.
(31)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pengujian hipotesis maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Hasil pengujian data reliabilitas menunjukkan semua pernyataan dinyatakan reliabel karena nilai Cronbatch Alphasemua komponen variabel lebih besar dari 0,60.
2. Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. 3. Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa model regresi yang
digunakan terbebas dari gangguan multikolinearitas, heterokedastisitas.
4. Pekerjaan secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap ketahanan pangan pada kota Medan.
5. Pendidikan secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan ketahanan pangan pada kota Medan.
6. Pendapatan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan pada kota Medan.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan Hipotesis pertama diterima pada variabel X3 (Pendapatan).
7. Pekerjaan, pendidikan, pendapatan secara simultan (bersama-sama) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan pada kota Medan. Sehingga ditarik kesimpulan Hipotesis kedua diterima.
(32)
5.2Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian adalah:
1. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat mengubah variabel independen pekerjaan, pendidikan, pendapatan dengan variabel yang lain yang masih membahas tentang ketahanan pangan, agar dapat melihat hasil apakah variabel dependen ketahanan pangan t masih mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel lain.
2. Untuk peneliti selanjutnya diusahakan menggunakan metode observasi atau pengamatan langsung kepada objek atau metode eksperimen sebagai pengganti metode kuesioner.
3. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah kota Medan agar segera dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap warga medan yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya keluarga miskin.
(33)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketahanan Pangan
Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami.Pangan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Ketahanan Pangan Rumah Tangga sebagaimana hasil rumusan International Congres of Nutrition (ICN) yang diselenggarakan di Roma tahun 1992 mendefinisikan bahwa: “Ketahanan pangan rumah tangga (household food security) adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari”.
Keterbatasan sumberdaya alam menyebabkan kemampuan rumah tangga di daerah perkotaan untuk memenuhi kebutuhan pangannya sangat bergantung kepada kemampuan ekonomi rumah tangganya. Setiap orang berhak memperolah makanan yang layak dan sesuai dengan kebutuhannya. Besar rumahtangga mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga, karena semakin besar rumahtangga tersebut maka resiko terjadinya kerawanan pangan dalam suatu rumahtangga akan semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin banyak kebutuhan
(34)
yang harus dipenuhi oleh rumahtangga tersebut, baik kebutuhan pangan maupun kebutuhan non-pangan.
Kemiskinan yang dialami masyarakat akan memberikan dampak buruk salah satunya pada masalah pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan yang masih kurang. Diperkirakan rumah tangga yang mangalami kelaparan akan meningkat dengan berbagai sebab yang diakibatkan oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat, seperti krisis global yang berdampak pada berkurangnya lapangan pekerjaan akibat kurangnya modal atau bangkrutnya usaha kecil dan menengah sehingga menurunnya pendapatan dan meningkatnya angka pengangguran. Lebih lanjut keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan akhirnya dapat menyebabkan kerawanan pangan keluarga.
Dalam Undang-Undang No 18 tahun 2012 tentang pangan yang menyatakan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan UU RI No. 18 tahun 2012, yang mengadopsi definisi dari FAO, ada 4 faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan yaitu: kecukupan ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan, aksesibilitas terhadap pangan serta kualitas/keamanan pangan.
(35)
a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup. Hal ini mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman. Dalam artian bebas dari pencemaran biologis, kimia dan benda lain yang membahayakan kesehatan manusia.
c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, yaitu pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau yakni pangan yang mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.
Terdapat dua tipe ketidaktahanan pangan dalam rumahtangga yaitu kronis dan transitory. Ketidaktahanan pangan kronis sifatnya menetap, merupakan ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga dalam memperoleh pangan biasanya kondisi ini diakibatkan oleh kemiskinan.Ketidaktahanan pangan transitory adalah penurunan akses terhadap pangan yang sifatnya sementara, biasanya disebabkan oleh bencana alam yang berakibat pada ketidakstabilan harga pangan, produksi dan pendapatan (Setiawan dalam Kartika 2005).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan merupakan suatu kondisi tersedianya akses pangan bagi setiap masyarakat agar dapat melangsungkan kehidupannya. Ketika ketahanan pangan ini dapat terwujud
(36)
maka dapat terhindar dari kerawanan pangan. Di dalam UUD 1945 pasal 28H ayat 1 terkandung makna bahwa setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin.
Sejahtera secara lahir dapat diartikan sebagai kecukupan makanan dan minuman yang sudah terpenuhi. Dalam hal ini, pemerintah sudah berusaha mewujudkannya dengan memberikan beras untuk keluarga miskin (raskin). Pemberian beras tersebut diberikan langsung kepada masyarakat setiap bulannya. Pemerintah melakukan program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga miskin agar terciptanya kesejahteraan di keluarga. Pemberian raskin dilakukan sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga miskin.
2.1.1 Ketahanan pangan rumahtangga
Menurut Internasional Congres of Nutrition (ICN) di Roma tahun 1992, ketahanan pangan rumahtangga adalah kemampuan rumahtangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Definisi tersebut diperluas dengan menambahkan persyaratan “harus diterima oleh budaya setempat”, hal ini disampaikan dalam sidang Committee on World Food Security tahun 1995 (Adi 1998). Terdapat empat cara yang dapat dilakukan untuk mengukur ketahanan pangan rumahtangga yaitu berdasarkan asupan individual (melalui 8 recall 24 jam), household caloric acquisition, keragaman asupan harian, dan melalui food coping strategy (Hoddinott 1999).
(37)
Terdapat dua tipe ketidaktahanan pangan dalam rumahtangga yaitu kronis dan transitory. Ketidaktahanan pangan kronis sifatnya menetap, merupakan ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumahtangga dalam memperoleh pangan biasanya kondisi ini diakibatkan oleh kemiskinan. Ketidaktahanan pangan transitory adalah penurunan akses terhadap pangan yang sifatnya sementara, biasanya disebabkan oleh bencana alam yang berakibat pada ketidakstabilan harga pangan, produksi, dan pendapatan (Setiawan 2004 dalam Kartika 2005).
Selain konsumsi pangan, informasi mengenai status ekonomi, sosial dan demografi seperti pendapatan, pendidikan, struktur anggota keluarga, pengeluaran pangan dan sebagainya dapat digunakan sebagai indikator risiko terhadap ketidaktahanan pangan rumahtangga (Khomsan 2002b). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suandi (2007), ketahanan pangan rumahtangga sangat dipengaruhi oleh modal sosial yang ada di masyarakat yakni terkait dengan interaksi sosial yang dilakukan oleh anggota keluarga. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat intensitas anggota rumahtangga dalam berinteraksi sosial maka ketahanann rumahtangga semakin kuat. Hal ini karena modal sosial terkait dengan akses sosial pangan.
2.1.2 Pengukuran Ketahanan Pangan
Pengukuran ketahanan pangan secara kuantitatif menurut FAO (2003) dalam Tanziha (2005) dapat diukur melalui tingkat ketidakcukupan energi yang menunjukkan keparahan defisit energi yang ditunjukkan oleh defisit jumlah kalori pada seseorang individu dibawah energi yang dianjurkan (<70%). Berdasarkan
(38)
ukuran tersebut, akan dikatakan kelaparan apabila tingkat kecukupan energinya kurang dari 70% dan disertai dengan penurunan berat badan, dikatakan rawan pangan tingkat berat apabila tingkat kecukupan energinya kurang dari 70% dan tidak disertai penurunan berat badan, bila tingkat kecukupan energinya 70-80% maka dikatakan rawan pangan sedang, bila tingkat kecukupan energi 81 – 90% maka dikatakan rawan pangan ringan, dan bila tingkat kecukupan energi lebih dari 90% maka dikatakan tahan pangan.
2.2 Indikator Kemiskinan
Terdapat beberapa indikator kemiskinan yang biasa digunakan, yaitu indikator:
a. Kemiskinan relatif seseorang dikatakan berada dalam kelompok kemiskinan relatif, pertama jika pendapatannya berada di bawah pendapatan di sekitarnya, atau dalam kelompok masyarakat tersebut, ia berada di lapisan paling bawah. Kedua, Bisa jadi meskipun pendapatannya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, namun karena dibanding masyarakat di sekitarnya, pendapatannya dinilai rendah, ia termasuk miskin.
b. Kemiskinan absolut. Kemiskinan jenis ini dicirikan sebagai berikut: Pertama, dilihat dari kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan, pemukiman, pendidikan dan kesehatan). Kedua, Jika pendapatan seseorang di bawah pendapatan minimal untuk memenuhi kebutuhan pokok, maka ia disebut miskin. Indonesia menggunakan indikator kemiskinan jenis ini.
(39)
c. Kemiskinan kultural dikaitkan dengan budaya masyarakat yang “menerima” kemiskinan yang terjadi pada dirinya, bahkan tidak merespons usaha-usaha pihak lain yang membantunya keluar dari kemiskinan tersebut.
d. Kemiskinan struktural dimana kemiskinan yang disebabkan struktur dan sistem ekonomi yang timpang dan tidak berpihak pada si miskin, sehingga memunculkan masalah-masalah struktural ekonomi yang makin meminggirkan peranan orang miskin.
2.3 Pengukuran kelaparan
Kelaparan dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Smith (2003) mengemukakan metode dan ukuran untuk menilai kekurangan pangan pada tingkat rumahtangga maupun individu, melalui 4 jenis keadaan, yang dapat diukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Keadaan tersebut adalah: 1) ketidakcukupan energi rumahtangga, 2) tingkat ketidakcukupan energi, 3) keanekaragaman makanan (dietary diversity), dan 4) persen pengeluaran untuk makanan (% food expenditure). FAO (2002) memakai 4 jenis kondisi yang hampir sama untuk menilai kelaparan baik pada tingkat rumahtangga maupun individu yaitu; 1) Ketersediaan pangan (Dietary Energy Supply), 2) Konsumsi Energi, 3) Status Gizi Secara anthropometri dan 4) Persen pengeluaran untuk makanan (% Food Expenditure).
2.4Variabel-Variabel Ketahanan Pangan 2.4.1 Pekerjaan
Pekerjaan adalah mata pencaharian seseorang untuk mempertahankan
(40)
description is a list of the tasks, duties, and responsibilities that a particular job entails.” Yang berarti deskripsi pekerjaan adalah sebuah daftar tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang diperlukan oleh pekerjaan tertentu.
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Terdapat berbagai macam jenis pekerjaan yang ada di masyarakat. Misalnya guru, petani, buruh tani, pedagang dan masih banyak lainnya. Tujuan seseorang bekerja adalah mencari uang untuk mencukupi kebutuhan.
Berdasarkan uraian singkat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerjaan adalah mata pencaharian seseorang untuk menghasilkan pendapatan demi mencukupi kebutuhannya. Jenis pekerjaan juga bervariasi. Jenis pekerjaan yang bervariasi tersebut dapat menentukan besar kecilnya pendapatan. Dalam penelitian ini, status pekerjaan dibagi menjadi 2 yakni, bekerja dan tidak bekerja.
2.4.2 Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan
(41)
Hasil penelitian Megawangi (1994) membuktikan bahwa tingkat pendidikan suami berhubungan nyata dan positif terhadap kebiasaan merencanakan anggaran biaya. Dengan demikian, rumahtangga yang dikepalai oleh seseorang dengan tingkat pendidikan rendah cenderung lebih miskin dibandingkan dengan rumahtangga yang dikepalai oleh mereka yang berpendidikan tinggi.
Fungsi pendidikan menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
• Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
• Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
• Melestarikan kebudayaan.
• Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi. Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa. Tidak terkecuali, keadilan dalam memperoleh pendidikan harus diperjuangkan dan seharusnya pemerintah berada di garda terdepan untuk mewujudkannya. Penduduk miskin dalam konteks pendidikan sosial mempunyai kaitan terhadap upaya pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi, dan kepercayaan diri, maupun kemandirian. Pendidikan nonformal perlu mendapatkan prioritas utama dalam mengatasi kebodohan, keterbelakangan, dan ketertinggalan sosial
(42)
ekonominya. Pendidikan informal dalam rangka pendidikan sosial dengan sasaran orang miskin selaku kepala keluarga (individu) dan anggota masyarakat tidak lepas dari konsep learning society adult education experience yang berupa pendidikan luar sekolah, kursus keterampilan, penyuluhan, pendidikan dan latihan, penataran atau bimbingan.
2.4.3 Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian. Pendapatan ini dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Konsumsi akan barang juga sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan pendapatan yang diterima.Menurut Samuelson & Nordhaus (1992: 215) pendapatan adalah arus dari uang yang didapat selama suatu periode. Selain itu, pengertian pendapatan menurut Soediyono (1992: 99) adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat dalam waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi nasional. Faktor-faktor produksi meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan kewirausahaan (skill). Timbal balik dari faktor sumber daya alam adalah sewa. Dari faktor sumber daya manusia dapat menghasilkan upah. Dari faktor modal mendapatkan bunga dan dari skill dapat menghasilkan laba.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 293) pendapatan adalah hasil kerja (usaha). Sedangkan menurut BPS, pendapatan adalah seluruh penghasilan yang diterima baik sektor formal maupun non formal yang terhitung dalam jangka waktu tertentu.Keynes dalam Nopirin (1997: 80) menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi (C) terutama tergantung dari
(43)
pendapatan (Y), makin tinggi pendapatan makin tinggi konsumsi. Pengeluaran konsumsi merupakan fungsi (linier) terhadap pendapatan.
Adapun fungsi konsumsi tersebut adalah sebagai berikut: C = a + bY
Keterangan:
C = konsumsi a = konstanta
b = perubahan konsumsi per unit
Perubahan pendapatan (ΔC/ΔY) atau biasa disebut marginal propensity to consume (MPC) secara umum, pendapatan dapat diartikan sebagai sejumlah uang yang diterima sebagai balas jasa atas apa yang telah dikerjakan. Pendapatan setiap rumah tanggapun berbeda-beda tergantung jenis atau variasi pekerjaan. Variasi itu tidak hanya disebabkan oleh faktor potensi daerah, tetapi juga karakteristik rumah tangga. Secara umum ada dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Pendapatan dari sektor pertanian berasal dari usahatani/ternak dan buruh tani. Sedangkan dari sektor non pertanian berasal dari usaha non pertanian, professional dan pekerjaan lainnya di sektor non pertanian. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pendapatan rumah tangga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga yang bekerja dalam satu bulan. Pendapatan masing-masing anggota keluarga tersebut kemudian dijumlahkan menjadi satu.
(44)
2.5 Penelitian Terdahulu
1. Heni Susilowati (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga miskin di kecamatan Srandakan Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 variabel dari 6 variabel yang ditelaah berpengaruh dan signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tanggamiskin di Kecamatan Srandakan Bantul. Variabel tersebut adalah pendapatanrumah tangga, jumlah anggota keluarga, status perkawinan dan umur kepala rumah tangga.
2. Friska Juliana Simbolon(2011)Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan TuntunganDari hasil penelitian, diperoleh bahwa rumah tangga miskin yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga rawan pangan karena sebanyak 77,5 % sampel rumah tangga miskin memiliki besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan yang tinggi.
3. Eka Herdiana(2009) Analisis jalur faktor-faktor yang mempengaruhi pangan rumahtangga di Kabupaten Lebak , Provinsi Banten . Berdasarkan hasil analisis jalur, pengaruh langsung terbesar terhadap ketahanan pangan rumahtangga adalah pengeluaran rumahtangga (R-square = 0.065, p<0.05). Jalur yang paling berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumahtangga adalah jalur 9 yaitu dimulai dari ukuran rumahtangga-pengeluaran rumahtangga-ketahanan pangan rumahtangga.
(45)
2.6 Kerangka Konseptual
PEKERJAAN (X1)
PENDIDIKAN (X2)
KETAHANAN PANGAN
(Y)
PENDAPATAN RUMAH TANGGA
(46)
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada landasan teori, penelitian sebelumnya dan penjelasan di atas, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• H1 : Pekerjaan berpengaruh terhadap ketahanan pangan RTM di Medan
• H2 : Pendidikan berpengaruh terhadap ketahanan pangan RTM di Medan
• H3 : Pendapatan anggota keluarga berpengaruh terhadap ketahanan pangan RTM di Medan
• H4 : Pekerjaan, pendidikan, pendapatan anggota keluarga berpengaruh terhadap ketahanan pangan RTM di Medan
(47)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai masalah ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia sudah ada sejak dahulu, namun jenis dan karakternya selalu berubah. Permasalahan tersebut mencapai puncaknya pada saat terjadi Krisis Ekonomi yang diikuti oleh krisis-krisis lain. Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah salah satunya adalah mengenai ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan hak asasi manusia (HAM). Setiap orang berhak memperolah makanan yang layak dan sesuai dengan kebutuhannya. Berkembangnya tekhnologi akibat perkembangan zaman, tidak hanya memberikan dampak positif bagi dunia pangan, namun juga memiliki dampak negatif, yakni meningkatnya angka kemiskinan yang secara bersamaan menurunnya ketahanan pangan individu maupun keluarga. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahananpangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman kelaparan. Diperkirakan rumah tangga yang mangalami kelaparan akan meningkat dengan berbagai sebab yang diakibatkan oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat, seperti krisis global yang berdampak pada berkurangnya lapangan pekerjaan akibat kurangnya modal atau bangkrutnya usaha kecil dan menengah sehingga menurunnya pendapatan dan meningkatnya angka pengangguran. Lebih lanjut keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan akhirnya dapat menyebabkan kerawanan pangan keluarga. Berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1996, “Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
(48)
pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional”.
Ketahanan pangan menurut Food and Agriculture Organization (FAO), 2002 adalah kondisi tersedianya pangan yang memenuhi kebutuhan setiap orang baik dalam jumlah maupun mutu pada setiap saat untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Sedangkan menurut Gross (2000) dan Weingarter (2004) dalam Hanani (2012) ketahanan pangan terdiri dari empat subsistem atau aspek utama yaitu: ketersediaan (food availibility), akses pangan (food acces), penyerapan pangan (food utilization), stabilitas pangan (food stability), sedangkan status gizi (nutritional status) merupakanoutcome ketahanan pangan. Dimana stabilitas pangan dalam suatu masyarakat akan terbentuk apabila ketiga aspek ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan penyerapan pangan mampu terwujud dan terintegrasi dengan baik.
Jika kebutuhan konsumsi pangan tidak terpenuhi lagi maka akan menimbulkan kerawanan pangan (food insecurity). Keadaan ini pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi masyarakat.Fokus ketahanan pangan tidak hanya pada penyediaan pangan tingkat wilayah tetapi juga penyediaan dan konsumsi pangan tingkat daerah dan rumah tangga bahkan individu dalam memenuhi kebutuhan gizinya.
Rumahtangga sebagai unsur ketahanan pangan masyarakat adalah “sistem sosial” yang berinteraksi (adaptasi) dengan lingkungannya. Salah satu hasil
(49)
kenyataannya, interaksi itu tidak selalu menjamin keterpenuhannya. Ketahanan pangan merupakan basis utama dalam mewujudkan ketahanan ekonomi, ketahanan nasional yang berkelanjutan. Ketahanan pangan merupakan sinergi dan interaksi utama dari subsistem ketersediaa, distribusi dan konsumsi, dimana dalam mencapai ketahanan pangan dapat dilakukan alternatif pilihan apakah suasembada atau kecukupan. Dalam pencapaian suasembada perlu difokuskan pada terwujudnya ketahanan pangan. Dalam pengembangannya, teknologi pangan diharapkan mampu memfasilitasi program pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, serta dapat secara efektif mendukung kebijakan strategi ketahanan pangan. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yanglebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional. Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU No. 18/2012 tentang Pangan.
Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah "kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau sertatidak bertentangan dengan agama,
(50)
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan".UU Pangan bukan hanya berbicara tentang ketahanan pangan, namun juga memperjelas dan memperkuat pencapaian ketahanan pangan dengan mewujudkan kedaulatan pangan (food soveregnity) dengan kemandirian pangan (food resilience) serta keamanan pangan (food safety). "Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal".
Ketika bahan pangan sudah didapatkan, maka berbagai faktor mempengaruhi jumlah dan kualitas pangan yang dijangkau oleh anggota keluarga. Bahan pangan yang dimakan harus aman dan memenuhi kebutuhan fisiologis suatu individu. Keamanan pangan mempengaruhi pemanfaatan pangan dan dapat dipengaruhi oleh cara penyiapan, pemrosesan, dan kemampuan memasak di suatu komunitas atau rumahtangga. Akses kepada fasilitas kesehatan juga mempengaruhi pemanfaatan pangan karena kesehatan suatu individu mempengaruhi bagaimana suatu makanan dicerna. Misal keberadaan parasit di dalam usus dapat mengurangi kemampuan tubuh mendapatkan nutrisi tertentu sehingga mengurangi kualitas pemanfaatan pangan oleh individu.
Kualitas sanitasi juga mempengaruhi keberadaan dan persebaran penyakit yang dapat mempengaruhi pemanfaatan pangan sehingga edukasi mengenai nutrisi dan penyiapan bahan pangan dapat mempengaruhi kualitas pemanfaatan pangan.
(51)
Stabilitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam mendapatkan bahan pangan sepanjang waktu tertentu. Kerawanan pangan dapat berlangsung secara transisi,musiman, ataupun kronis (permanen). Pada ketahanan pangan transisi, pangan kemungkinan tidak tersedia pada suatu periode waktu tertentu. Bencana alam dan kekeringan mampu menyebabkan kegagalan panen dan mempengaruhi ketersediaan pangan pada tingkat produksi. Konflik sipil juga dapat mempengaruhi akses kepada bahan pangan. Ketidakstabilan di pasar menyebabkan peningkatan harga pangan sehingga juga menyebabkan kerawanan pangan. Faktor lain misalnya hilangnya tenaga kerja atau produktivitas yang disebabkan oleh wabah penyakit. Musim tanam mempengaruhi stabilitas secara musiman karena bahan pangan hanya ada pada musim tertentu saja. Kerawanan pangan permanen atau kronis bersifat jangka panjang dan persisten.
Kota Medan merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk miskin yang tinggi. Pada tahun 2009, jumlah keluarga miskin di Kota Medanberjumlah 393.147 KK. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2009,jumlah penduduk Kota Medan adalah 2.121.053 orang, yang terdiri atas 1.049.457laki-laki dan 1.071.596 perempuan.
Setiap rumah tangga memiliki cara berbeda dalam memenuhi kebutuhan pangannya. Untuk itulah penting dilakukan pengkajian mengenai strategi apa saja yang diterapkan oleh masyarakat kota Medan untuk mempertahankan diri di tengah kondisi di beberapa daerah kota Medan yang termasuk daerah rawan pangan dan gizi.
(52)
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar variabel-variabel yang digunakan oleh penulis dapat mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga miskin di Kota Medan. Hal tersebut di atas, yang menjadi dasar ketertarikan penulis mengadakan penelitian dengan objek rumah tangga miskin yang dalam kenyataanya mempunyai pendapatan yang jumlahnya berbeda-beda.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Medan.”
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas dapat diketahui bahwa ketahanan pangan merupakan hak asasi manusia (HAM). Setiap orang berhak memperolah makanan yang layak dan sesuai dengan kebutuhannya. Berkembangnya teknologi akibat perkembangan zaman, tidak hanya memberikan dampak positif bagi dunia pangan, namun juga memiliki dampak negatif, yakni meningkatnya angka kemiskinan yang secara bersamaan menurunnya ketahanan pangan individu maupun keluarga.
1. Bagaimana pengaruh pekerjaan terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin di Medan ?
2. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin di Medan ?
(53)
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap ketahanan pangan rumahtangga miskin di Medan.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin di Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan anggota keluarga terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin di Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu :
1. Bagi Peneliti sendiri, penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam bidang ketahanan pangan
2. Bagi peniliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan danreferensi guna penyempurnaan hasil penelitian yang sudah ada.
3. Bagi mahasiswa FakultasEkonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dapat dijadikan sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan.
(54)
Abstrak
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Medan
Ketahanan pangan merupakan kondisi dimana manusia bisa mencukupi kebutuhan pangannya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pekerjaan, Pendidikan, dan Pendapatan berpengaruh terhadap Ketahanan Pangan di Medan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif . Metode kuantitatif dilakukan dengan mengolah data dari jawaban kuesioner yang dibagikan kepada rumah tangga miskin di kota Medan. Kuesioner merupakan respon tertulis diberikan sebagai tanggapan atas pernyataan tertulis yang diajukan oleh peneliti, penulis menggunakan data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau obyek penelitian.
Adapun hasil dari penelitian saya adalah bahwa secara parsial variabel pekerjaan dan pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan, sementara pendapatan berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan. Secara simultan (bersama-sama) pekerjaan, pendidikan dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan pada kota Medan. Sehingga ditarik kesimpulan Hipotesis kedua diterima.
(55)
Abstract
Factors Influencing Food Security of Poor Households in Medan
Food security is a condition where people can feed themselves. Therefore, this study aims to determine whether the Employment, Education and income effect on food security in Medan.
In this study, the authors use quantitative methods. Quantitative method performed by processing data from responses to questionnaires distributed to poor households in the city of Medan. The questionnaire is a written response given in response to a written statement submitted by the researcher, the author uses primary data is the source of research data obtained directly from the source or object of research.
The results of my research is that in partial employment and education had no significant effect on food security, while incomes significant effect on food security. Simultaneously (together) occupation, education and income positive and significant impact on food security in the city of Medan. So that the conclusions drawn second hypothesis is accepted.
(56)
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI MEDAN
OLEH:
SHERLY EMENDA FEBRIANA SITEPU 120501202
`
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(57)
Abstrak
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Medan
Ketahanan pangan merupakan kondisi dimana manusia bisa mencukupi kebutuhan pangannya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pekerjaan, Pendidikan, dan Pendapatan berpengaruh terhadap Ketahanan Pangan di Medan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif . Metode kuantitatif dilakukan dengan mengolah data dari jawaban kuesioner yang dibagikan kepada rumah tangga miskin di kota Medan. Kuesioner merupakan respon tertulis diberikan sebagai tanggapan atas pernyataan tertulis yang diajukan oleh peneliti, penulis menggunakan data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau obyek penelitian.
Adapun hasil dari penelitian saya adalah bahwa secara parsial variabel pekerjaan dan pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan, sementara pendapatan berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan. Secara simultan (bersama-sama) pekerjaan, pendidikan dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan pada kota Medan. Sehingga ditarik kesimpulan Hipotesis kedua diterima.
(58)
Abstract
Factors Influencing Food Security of Poor Households in Medan
Food security is a condition where people can feed themselves. Therefore, this study aims to determine whether the Employment, Education and income effect on food security in Medan.
In this study, the authors use quantitative methods. Quantitative method performed by processing data from responses to questionnaires distributed to poor households in the city of Medan. The questionnaire is a written response given in response to a written statement submitted by the researcher, the author uses primary data is the source of research data obtained directly from the source or object of research.
The results of my research is that in partial employment and education had no significant effect on food security, while incomes significant effect on food security. Simultaneously (together) occupation, education and income positive and significant impact on food security in the city of Medan. So that the conclusions drawn second hypothesis is accepted.
(59)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Medan.”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi padaDepartemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini teristimewa dipersembahkan kepada orangtua penulis Bapak Makmur Jaya Sitepu dan Ibu Engkelengi Br Ginting atas semangat dan dukungan baik berupa dukungan moril maupun material serta abang dan kakak saya Ellia Roni Sitepu, Ella Louis Sitepu, dan Esra Yakin Sitepu yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.
Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. RamliSE, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
(60)
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, Msoc, Sc, PhD selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, MEc selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktumya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Walad Altsani HR, SE, M.Ec selaku Dosen Pembanding II yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. 7. Masyarakat Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Tuntungan,
Kecamatan Medan Amplas khususnya kepada responden yang memberikan waktu dan informasi kepada penulis, serta semua pihak yang terkait dalam setiap penulisan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis
(61)
berharap skripsi ini dapat memberi kontribusi yang bermanfaat bagi para pembaca dan bidang akademik.
Medan, Agustus 2016 Penulis,
NIM. 1205012O2
Sherly Emenda Febriana Sitepu
(62)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Ketahanan Pangan ... 8
2.1.1 ketahanan pangan Rumah Tangga ... 11
2.1.2 pengukuran ketahanan pangan ... 12
2.2 Indikator kemiskinan ... 13
2.3 Pengukuran kelaparan ... 14
2.4 Variabel-variabel ketahanan pangan... 15
2.4.1 Pekerjaan... 15
2.4.2 Pendidikan ... 15
2.4.3 Pendapatan ... 17
2.5 Penelitian terdahulu ... 19
2.6 Kerangka Konseptual... 20
2.7 Hipotesis penelitian ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Jenis Penelitian ... 22
3.2 Definisi Operasional ... 22
3.2.1 Ketahanan Pangan ... 22
3.2.2 Pekerjaan ... 22
3.2.3 Pendidikan... 23
3.2.4 Pendapatan ... 23
3.3 Tempat dan waktu penelitian ... 24
3.4 Populasi dan sampel penelitian ... 24
3.4.1 Populasi ... 24
3.4.2 Teknik pengambilan sampel ... 25
3.5 Data dan jenis data ... 27
(63)
3.6.1 Kuesioner ... 27
3.6.2 Wawancara ... 28
3.7 Teknik analisis data ... 28
3.7.1 Metode Analisis Data ... 28
3.7.1.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 28
3.7.1.2 Uji Signifikan Simultan (Uji f) ... 28
3.8 Koefisien Determinasi (R) ... 30
3.9 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 30
3.9.1 Multikoleniaritas ... 30
3.9.2 Heteroskedastisitas ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32
4.1 Deskripsi data ... 32
4.1.1 Profil Kota Medan... 32
4.1.2 Deskripsi data responden ... 33
4.2 Uji validitas dan reliabilitas ... 34
4.2.1 Uji validitas ... 34
4.2.2 Uji reliabilitas... 37
4.3 Uji asumsi klasik... 37
4.3.1 Uji normalitas... 37
4.3.2 Uji multikolinearitas ... 41
4.3.3 Uji heteroskedastisitas ... 43
4.3.4 Pengujian hipotesis ... 44
4.3.4.1 Uji determinan (R2 ) ... 44
4.3.4.2 Uji parsial (Uji-t) ... 44
4.3.4.3 Uji Simultan (Uji F) ... 45
4.3.5 Analisis linear berganda ... 45
4.4 Pembahasan hasil penelitian ... 46
4.4.1 Hasil analisis pengujian hipotesis ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
5.1 Kesimpulan ... 47
5.2 Saran ... 49
(64)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan Di Kota Medan ... 26
Tabel 4.1 Profil Responden ... 33
Tabel 4.2 Uji Validitas Instrument I ... 34
Tabel 4.3 Uji Validitas Instrument II ... 36
Tabel 4.4Uji Reliabilitas Variabel Penelitian... 37
Tabel 4.5Uji Kolmogorv-Smirnov ... 40
Tabel 4.6Uji Multikolinearitas ... 41
Tabel 4.7Koefisien Determinasi (R) ... 44
Tabel 4.8Uji Regresi Linear Berganda (Uji-t) ... 45
(65)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 38 Gambar 4.2 P-P Plot Uji Normalitas ... 39 Gambar 4.3 Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas ... 43
(1)
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, Msoc, Sc, PhD selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, MEc selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktumya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Walad Altsani HR, SE, M.Ec selaku Dosen Pembanding II yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. 7. Masyarakat Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Tuntungan,
Kecamatan Medan Amplas khususnya kepada responden yang memberikan waktu dan informasi kepada penulis, serta semua pihak yang terkait dalam setiap penulisan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis
(2)
berharap skripsi ini dapat memberi kontribusi yang bermanfaat bagi para pembaca dan bidang akademik.
Medan, Agustus 2016 Penulis,
NIM. 1205012O2
Sherly Emenda Febriana Sitepu
(3)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Ketahanan Pangan ... 8
2.1.1 ketahanan pangan Rumah Tangga ... 11
2.1.2 pengukuran ketahanan pangan ... 12
2.2 Indikator kemiskinan ... 13
2.3 Pengukuran kelaparan ... 14
2.4 Variabel-variabel ketahanan pangan... 15
2.4.1 Pekerjaan... 15
2.4.2 Pendidikan ... 15
2.4.3 Pendapatan ... 17
2.5 Penelitian terdahulu ... 19
2.6 Kerangka Konseptual... 20
2.7 Hipotesis penelitian ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Jenis Penelitian ... 22
3.2 Definisi Operasional ... 22
3.2.1 Ketahanan Pangan ... 22
3.2.2 Pekerjaan ... 22
3.2.3 Pendidikan... 23
3.2.4 Pendapatan ... 23
3.3 Tempat dan waktu penelitian ... 24
3.4 Populasi dan sampel penelitian ... 24
3.4.1 Populasi ... 24
3.4.2 Teknik pengambilan sampel ... 25
3.5 Data dan jenis data ... 27
(4)
3.6.1 Kuesioner ... 27
3.6.2 Wawancara ... 28
3.7 Teknik analisis data ... 28
3.7.1 Metode Analisis Data ... 28
3.7.1.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 28
3.7.1.2 Uji Signifikan Simultan (Uji f) ... 28
3.8 Koefisien Determinasi (R) ... 30
3.9 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 30
3.9.1 Multikoleniaritas ... 30
3.9.2 Heteroskedastisitas ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32
4.1 Deskripsi data ... 32
4.1.1 Profil Kota Medan... 32
4.1.2 Deskripsi data responden ... 33
4.2 Uji validitas dan reliabilitas ... 34
4.2.1 Uji validitas ... 34
4.2.2 Uji reliabilitas... 37
4.3 Uji asumsi klasik... 37
4.3.1 Uji normalitas... 37
4.3.2 Uji multikolinearitas ... 41
4.3.3 Uji heteroskedastisitas ... 43
4.3.4 Pengujian hipotesis ... 44
4.3.4.1 Uji determinan (R2 ) ... 44
4.3.4.2 Uji parsial (Uji-t) ... 44
4.3.4.3 Uji Simultan (Uji F) ... 45
4.3.5 Analisis linear berganda ... 45
4.4 Pembahasan hasil penelitian ... 46
4.4.1 Hasil analisis pengujian hipotesis ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
5.1 Kesimpulan ... 47
5.2 Saran ... 49
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan Di Kota Medan ... 26
Tabel 4.1 Profil Responden ... 33
Tabel 4.2 Uji Validitas Instrument I ... 34
Tabel 4.3 Uji Validitas Instrument II ... 36
Tabel 4.4Uji Reliabilitas Variabel Penelitian... 37
Tabel 4.5Uji Kolmogorv-Smirnov ... 40
Tabel 4.6Uji Multikolinearitas ... 41
Tabel 4.7Koefisien Determinasi (R) ... 44
Tabel 4.8Uji Regresi Linear Berganda (Uji-t) ... 45
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 38 Gambar 4.2 P-P Plot Uji Normalitas ... 39 Gambar 4.3 Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas ... 43