PENYAKIT PADA TANAMAN KUBIS DAN KACANG T

PENYAKIT PADA TANAMAN KUBIS DAN KACANG TANAH
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan atau legum dari
famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang tanah yang ada di
Indonesia semula berasal dari benua Amerika. Masuk ke Indonesia pertama-tama diperkirakan
dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol, pada saat melakukan pelayarannya dari Mexico ke
Maluku setelah tabun 1597. Pada tahun 1863 HOLLE memasukkan Kacang Tanah dari Inggris
dan pada tahun 1864 SCHEFFER memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir. Kacang tanah
merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga
1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil. Tanaman Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk
makanan ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati, minyak dan lainlain. Begitu banyak manfaat kacang tanah tidak terlepas dengan adanya serangan hama dan
penyakit, salah satu penyakit yang merusak pertanaman kacang tanah adalah busuk batang yang
disebabkan oleh Sclerotium rolfsii. Cendawan ini menyebabkan busuk pada pangkala akar dan
sebelum terjadi pembusukan dan akhirnya mati, gejala lain yaitu berupa layu pada tanama.
Sentra penanaman/produksi Kacang tanah di Indonesia meliputi Propinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, D.l. Yogyakarta, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Selain kacang tanah, tanaman holtikutura yang juga penting yaitu kubis. Kubis atau kol
(Brassicea oleracea Linn) merupaka sayuran yang mendapat prioritas untuk ditingkatkan
produksinya. Salah satu kendala dalam usaha ini adalah adanya OPT baik hama maupun
penyakit. Salah satu penyakit yang menyerang adalah Soft rots yang disebabkan oleh Erwinia
carotovora yang tidak hanya menyerang tanaman yang masih berada dalam perkebunan tetapi
uga pada saat penyimpanan atau pemasaran. Selain itu bakteri ini berkembang sangan cepat.

2.2 Deskripsi Penyakit
2.2.1 Busuk Lunak (Soft Rots)
Busuk lunak (Soft Rot) adalah penyakit yang merugikan pada tanaman-tanaman sayur, termasuk
kubis-kubisan, baik di lapangan maupun dalam penyimpanan dan pengangkutan sebagai
penyakit pascpanen. Penyakit tersebar umum di seluruh dunia. Meskipun di Indonesia belum
pernah diteliti secara khusus, namun penyakit sering ditemukan di pertanaman maupun di pasarpasar (Machmud, 1984; Suhardi, 1988).
Busuk lunak merupakan penyakit yang penting di Malaysia, Thailand, dan Filiphina (Beningno

dan Quebral, 1977; Giatgong, 1980;Ho, 1985). Erwinia carotovora pernah menyebabkan masalah
serius di Eropa dalam produksi kentang, hal ini disebabkan penanaman, pemanenan,
penyimpanan dari buah kentang di bawah kondisi optimum. Tanaman dengan mudah terinfeksi
patogen. Kemajuan teknologi yang dicapai ilmuan pada akhir dekade ini untuk menekan
penyebaran patogen Erwinia carotovora melalui molekul signal pada patogen dikuatirkan akan
manciptakan galur yang resisten. Teknik perbanyakan secara tradisional tidak dapat digunakan
sebagai senjata yang ampuh karena kurangnya sifat resisten. Penelitian lebih lanjut masih
dikebangkan untuk menangani masalah ini.
Gejala:
Gejala yang umum pada tanaman kubis-kubisan adalah busuk basah, berwarna coklat atau
kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak
kebasahan. Bercak-bercak tersebut membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak

teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit tampak
kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak agak berbutir-butir halus. Disekitar
bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau hitam. Pada serangan lanjut daun
yang terinfeksi melunak berlendir dan mengeluarkan bau yang khas. Jaringan yang membusuk
pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringa tersebut
menjadi berbau khas yang mencolok hidung (Machmud, 1984). Bau tersebut merupakan gas
yang dikeluarkan dari hasil fermentasi karbohidrat kubis.
Gambar 1 kubis terserang E. carotovora
Oleh: Anggi
Penyebab :
Penyebab busuk lunak adalah Erwinia carotovora. Sel bakteri berbentuuk batang dengan ukuran
(1,5×2,0)x(0,6×0,9) micron, umunya membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak
mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela 2-3
peritrik. Bakteri ini bersifat gram negatif. Hidup bakteri ini soliter atau berkelompok dalam
pasangan atau rantai, termasuk jenis bakteri fakultatif anaerob. E. carotovora memproduksi
banyak enzim ekstraselluler seperti pektinase yang mendegradasi pektin yang berfunsi untuk
merekatkan dinding-dinding sel yang berdampingan, sellulase yang mendegradasi sellulase,
hemicellulases, arabanases, cyanoses dan protease.
Suhu yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri ini yaitu berkisar 27-30oC.


Gambar 2 Erwinia carotovora
http://www.ebi.ac.uk/2can/genomes/bacteria/Erwinia_carotovora.html
Fase kritis tanaman terhadap bakteri busuk lunak:
Infeksi bakteri lebih banyak dijumpai pada tempat penyimpanan atau pada waktu pengangkutan
(pascapanen) dari pada di lapangan. Bakteri busuk lunak merupakan parasit lemah yang
merupakan penetrasi pada inangnya hanya melalui luka misalnya pada bercak yang diinfeksi
oleh patogen lainnya, luka karena gigitan serangga, atau luka karena alat pertanian yang
digunakan untuk memanen kubis.
Daur hidup penyait:
Bakteri ini dapat menyerang berbagaimacam tanaman pertanian maupun hasilnya, khususnya
tanaman hortikultura seperti kentang, wortel dan lain sebagainya. E. carotovora dapat
mempertahankan diri dalam tanah dan sisa-sisa tanaman dilapang. Suhu yang optimal untuk
perkembangan bakteri yaitu 27oC. pada keadaan suhu rendah dan kelembaban yang rendah
bakteri akan terhambat pertumbuhannya.
Pada umunya infeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui luka-luka
karena gigitan serangga atu alat-alat pertanian yang tertempel dengan bakteri tersebut. Larva dan
imago lalat buah dapat menularkan bakteri karena serangga ini membuat luka dan mengandung
bakteri dalam tubuhnya.
Teknik pengendalian:
Untuk mengendalikan penyakit ini digunakan beberapa cara antara lain:

1. Melalukan sanitasi. Menjaga kebersihan kebun khususnya dari sisa-sisa tanaman sakit
sebelum penanaman.
2. Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan kelembaban yang terlalu
tinggi, terutama di musim hujan.
3. Pada waktu memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin menghindari terjadinya
luka yang tidak perlu, khususnya pada waktu hama menyerang.
4. Pengendalian pascapanen dilakukan dengan
a. Mencucui tanaman dengna air yang mengandung chlorine
b. Krop yang terserang sebelum disimpan daun-daun yang terinfeksi dibuang dan dimusnahkan.
c. Mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan

d. Menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, mempunyai ventilasi yang cukup, sejuk dan
difumigasinya sebelumnya
Daerah sebaran dan penyebaran:
Baktei busuk lunak mempunyai daerah sebaran yang luas hampir diseluruh dunia. Di indonesia
terjadi di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
dan Sulawesi Selatan.
2.2.2 Penyakit Busuk Batang
Peyakit busuk batang yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii adalah cendawan yang polifag
yaitu dapat menyerang bermacam-macam tanaman, antara lain kedelai, kacang tanah, tembakau,

cabai dan terong. Penyakit ini timbul pada keadaan lembab. Patogen ini merupakan cendawan
parasit fakultatif yang sebagian hidupnya sebagai saprofit.
Gejala:
Cendawan menyerang pada pangkal batang, bagian dari tanaman yang lunak, menimbulkan
bercak-bercak hitam. Tanaman yang terserang akan layu dan mati. Pada batang terdapat
miselium jamur berwarna putih seperti bulu dan pada serangan yang lebih lanjut terdapat
sklerotium yang juga berada di sekitar tanah dekat dengan pangkal batang.
Gambar 3 busuk batang pada kacang tanah
Oleh: Anggi
Gambar 4 busuk batang pada pangkal batang
www.google.com/image/Sclerotium-rolfsii
Gambar 5 hifa dan sklerotia S. rolfsii
www.google.com/image/Sclerotium-rolfsii
Penyebab :
Dalam sistem klasifikasi, S. rolfsii dimasukan dalam filum Deuteromycota, kelas Agonomycetes,
karena jamur ini tidak diketemukan spora seksual maupun aseksualnya atau disebut dengan
miselia sterilia (Alexopoulos dan Mims, 1979). Akan tetapi di daerah subtropis jamur dapat
membentuk basidiospora dan termasuk Corticium.
Daur hidup penyait:
Dalam lingkungan yang lembab, cendawan S. rolfsii membentuk miselium tipis, berwarna putih,

teratur seperti bulu pada pangkal batang dan permukaan tanah di sekitarnya. Pada tingkat
seksual, miselium biasanya membentuk sambungan apit.basidia berukuran 7-9 x4-5u, dengan 2-4

sterigma. Ukuran basidio spora sekitar 3,5-5×6-7. Pada miselium ini, kelak akan terbentuk
banyak butir-butir kecil, berbentuk bulat atau jorong dengan permukaan yang licin. Butiranbutiran kecil ini mula-mula berwarna putih, kemudian menjadi coklat muda sampai coklat tua.
Butiran ini dinamakan sklerotium. Sklerotium berperan sebagai alat bertahannya cendawan
karena memiliki sifat yang sangat tahan terhadap lingkungan yang tidak mendukung (Agrios).
Sclerotium mempertahankan hidup dengan membentuk sklerotia yang dapat melekat pada
pangkal batang tanaman yang terserang. Sklerotium kemudian jatuh ke tanah dan dapat bertahan
lama hingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya. Kein dan Webster
(1974)menemukan bahwa viabilitas (daya tahan hidup) sklerotia menurun setelah mengalami
penggenangan kurang lebih 4 bulan. Perkembangan penyakit terjadi pada suhu 25-350C
perkembangan yang maksimum terjadi pada suhu 30C. pangkal batang dan akar tanaman sakit
berwarna hitam, kadang-kadang terdapat miselium pada tanaman sakit. Sklerotium biasanya
melekat pada pangkal batang dan akar.
Teknik pengendalia:
Untuk mencegah meluasnya penyakit, tanaman yang sakit dicabut dan dibakar. Harus diusahakan
agar tanah yang mengandung miselium dan sklerotium tidak tersebar. Karena ini dapat
menyebabkan jamur atau cendawan baru berkembang. Perbaikan sanitasi agar daerah sekitar
tanaman tidak lembab yang mendukung pertumbuhan cendawan.

http://titinrahayu08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/penyakit-pada-tanaman-kubis-dan-kacangtanah/
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
MAKALAH BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH
MAKALAH PENYAKIT BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH
DI SUSUN
O
L
E
H

Nama :
Nim :
Prodi :agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul

BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH (Arachis hypogea)
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH
(Arachis hypogea)
Sehingga kita bisa mengetahui bahwa salah satu penyakit pada kacang tanah iyalah klorosis
Kami menyadari bahwa makah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan ini
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusun makalah dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.
Pekanbaru,2 november 2011

PENDAHULUAN
Sejarah Singkat
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan,
tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli
bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang
dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa
oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang

jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang

tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.
Jenis Tanaman
Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae atau tumbuh-tumbuhan

Divisi

: Spermatophyta atau tumbuhan berbiji

Sub Divisi

: Angiospermae atau berbiji tertutup

Klas

: Dicotyledoneae atau biji berkeping dua

Ordo


: Polipetales

Famili

: Leguminosae

Genus
 Spesies

: Arachis
:

Arachis hypogeae L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica Chod & Hassl.; Arachis
idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis
prostrata Benth.; Arachishelodes Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachis namby quarae
Hochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth.
Varietas

: Gajah, Macan, Rusa, Anoa, Tupai, dan lain-lain.


Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak
dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik
sebagai berikut:
a) Daya hasil tinggi.
b) Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.
c) Hasilnya stabil.
d) Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).
e) Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
 Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu:
a) Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).
b) Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).
c) Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietasvarietas yang ada.
Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang “Waspada” karena memang berbeda varietas.
 LATAR BELAKANG

Bercak daun merupakan salah satu penyakit utama pada kacang tanah (Arachis hypogea) yang
menurunkan hasil sampai 60%. Penyakit ini sering dijumpai di lapangan, tetapi pengendaliannya
jarang dilakukan. Efisiensi produksinya dapat ditingkatkan dengan merakit genotipe kacang
tanah yang tahan penyakit bercak daun
Kacang Tanah (Arachis hypogea L) merupakan sejenis spesies kacang-kacangan dari famili
Fabaceae yang berasal dari Amerika Selatan. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika.
Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan daundaun kecil.
Kacangnya pula tumbuh didalam tanah. Kacang tanah biasanya dimakan langsung tanpa diolah
dan juga disajikan dalam berbagai cara seperti direbus, digoreng, dibakar, dihancurkan dan
berbagai lagi tergantung selera seseorang itu mengolah makanan ini.
Kacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam
mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu
dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung. Memakan segenggam kacang tanah setiap hari
terutama pesakit kencing manis dapat membantu kekurangan zat.
Kacang tanah mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang
merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 0ns kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan
17 gram Omega 9.
Kacang tanah mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level
trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam
darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL
kolesterol.
Kajian-kajian menunjukkan kacang tanah dapat sebagai penurun tekanan darah tinggi dan juga
kandungan kolestrol dalam darah, berkesan untuk melegakan penyakit hemofilia atau
kecenderungan mudah berdarah, penyakit keputihan dan insomnia.
 TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit ini mulai tampak saat tanaman berumur tiga minggu. Penyakit ini hamper dijumpai di
seluruh pertanaman kacang tanah, hanya intensitas serangannya yang berbeda.

Penyebab penyakit bercak daun awal adalah jamur Cercospora arachidicola. Penyakit ini dapat
ditularkan melalui tanah.
Gejala awal berupa bercak bulat berwarna cokelat tua sampai hitam pada permukaan bawah daun
dan cokelat kemerahan sampai hitam pada permukaan atas daun. Pada daun terdapat hal
berwarna kuning jelas.
penyakit ini disebut bercak akhir karena gejalanya timbul pada saat mendekati akhir
pertumbuhan tanaman. Penyakit ini lebih berbahaya dibanding bercak daun awal. Suhu dan
kelembaban tinggi mendorong timbulnya peyakit. Jamurnya dapat bertahan pada sisa brangkasan
dan tanaman kacang tanah yang tumbuh setelah panen. Sejauh ini belum ditemukan inang bagi
jamur di luar jenis Arachis. Penye
Penelitian terdiri atas persilangan interspesifik; penapisan plasma nutfah; penentuan kriteria
seleksi tambahan untuk perakitan kultivar tahan penyakit bercak dan berdaya hasil tinggi, selain
karakter gejala penyakit visual; dan persilangan kultivar unggul dengan galur introduksi tahan
penyakit bercak daun serta penanganan zuriatnya.
Dua spesies liar tahan penyakit bercak daun, A. cardenasii dan A. chacoense, yang memiliki set
kromosom diploid telah diintroduksi pada persilangan interspesifik. Persilangan telah dilakukan
antara kultivar Gajah yang memiliki set kromosom tetraploid dan A. cardenasii secara
konvensional. Penanganan zuriat dilakukan mengikuti tahapan khusus guna mengatasi perbedaan
set kromosom antartetua. Benih dari tanaman triploid telah diperoleh, baik tanaman yang
diperlakukan dengan kolkisin untuk menggandakan set kromosom maupun tanaman yang tidak
diperlakukan dengan kolkisin. Benih ini bermanfaat untuk eksplorasi biologi dan sitogenetika
kacang tanah.
Penapisan plasma nutfah dilakukan di lapangan dan rumah plastik. Genotipe koleksi plasma
nutfah yang menonjol ketahanannya terhadap penyakit bercak daun, khususnya bercak daun
hitam, ialah galur harapan GH 532 dan GH 530 yang merupakan rakitan dalam negeri serta galur
ICG 10890 yang diintroduksi dari ICRISAT. Galur harapan GH 532 yang tingkat ketahanannya
tinggi juga memiliki sifat khas, warna daunnya hijau tua.
Penentuan kriteria seleksi tambahan dilakukan melalui penelitian ketahanan yang dihubungkan
dengan keparahan penyakit secara visual dan jumlah polong. Karakter stomata membuka sempit
dengan kerapatan yang tinggi mendukung tingkat ketahanan sekaligus daya hasil yang tinggi.
Kadar prazat fitoaleksin tinggi dan lapisan palisade tebal mendukung tingkat ketahanan yang

tinggi dan diduga tidak berkaitan dengan daya hasil rendah, demikian pula warna daun hijau.
Dari beberapa karakter tersebut, warna hijau tua ditetapkan sebagai kriteria seleksi tambahan
untuk diterapkan di lapangan.
Beberapa kultivar unggul telah disilangkan dengan galur introduksi tahan penyakit bercak daun.
Galur introduksi tahan penyakit bercak daun diperoleh dari NCU-AS (4 galur) dan ICRISATIndia (5 galur). Dari beberapa persilangan yang dilakukan, persilangan ‘Gajah’ x GP-NCWS4
merupakan satu-satunya yang zuriatnya dapat ditangani hingga generasi F7. Penanganan zuriat
yang ditempuh ialah tanam curah (bulk) untuk generasi F1, F2, dan F3, sedangkan generasi F4
mulai digalurkan. Pada generasi F5 dan F6 mulai diseleksi ketahanannya terhadap penyakit
bercak daun berdasarkan pada karakter warna daun hijau tua dan gejala penyakit visual, serta
seleksi daya hasil berdasarkan pada karakter jumlah polong per tanaman. Generasi F7 diuji daya
hasilnya terhadap 27 galur terseleksi di Kuningan dan Muara (Bogor) selama dua musim. Pada
penamanan musim pertama di Kuningan diperoleh 10 galur yang jumlah polongnya sama atau
lebih banyak daripada jumlah polong kultivar lokal sebagai pembanding (galur uji sebanyak 1619 polong per tanaman, kultivar lokal sebanyak 16 polong per tanaman), sedangkan di Muara
hanya dua galur yang jumlah polongnya lebih tinggi daripada kultivar lokal.
Kultivar Gajah menghasilkan polong jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kultivar lokal di
kedua lokasi. Dari semua galur yang diuji, tidak ada yang tingkat ketahanannya terhadap
penyakit bercak daun lebih baik daripada galur harapan GH 532 sebagai pembanding. Meskipun
demikian, hanya satu atau dua galur yang sama rentan seperti kultivar Gajah yang merupakan
pembanding rentan di tiap lokasi uji. Galur terseleksi tersebut dipandang perlu ditindaklanjuti
dengan uji daya hasil dan uji multi lokasi untuk kemudian dapat dilepas sebagai kultivar unggul
baru kacang tanah tahan penyakit bercak daun dan berdaya hasil tinggi.
 Mekanisme infeksi patogen
Penyakit bercak daun tersebar luas di tiap tempat kacang tanah ditanam. Dari kegiatan pemuliaan
untuk mendapatkan kacang tanah tahan penyakit bercak daun yang telah dilakukan selama
beberapa tahun, diketahui bahwa sifat tahan berasosiasi dengan daya hasil rendah dan umur
dalam (Norden et al., 1982). Oleh karena itu dalam pemuliaan untuk memperoleh genotipe
berdaya hasil tinggi, genotipe yang tahan terhadap penyakit bercak daun selalu akan tereleminir.

Akibatnya semua kultivar kacang tanah yang dibudidayakan secara luas rentan terhadap kedua
jenis patogen bercak daun (Porter et al., 1982).
Kusumo (1991) mendapatkan variabilitas ketahanan terhadap penyakit bercak daun pada
genotipe-genotipe kacang tanah berupa galur harapan dan kultivar lokal yang dipelajarinya.
Serangan patogen bercak daun yang berakibat defoliasi bahkan keringnya tajuk tanaman,
tercermin pada sangat bervariasinya bobot brangkasan basah antar genotipe yang diuji.
Persentase panjang batang utama bebas penyakit bercak daun merupakan peubah yang diajukan
untuk menilai secara kuantitatif tingkat ketahanan genotipe kacang tanah terhadap bercak daun.
Evaluasi tingkat ketahanan genotipe acak menggunakan karakter tersebut menunjukkan korelasi
genotipik dan fenotipik negatif nyata dengan daya hasil (Yudiwanti et al., 1998).
Selanjutnya Yudiwanti (2006) mengemukakan bahwa korelasi negatif tersebut adalah karena
peran antagonis stomata terhadap daya hasil dan terhadap tingkat ketahanan terhadap penyakit
bercak daun. Stomata yang membuka sempit dengan kerapatan rendah mendukung tingkat
ketahanan terhadap penyakit bercak daun karena dapat menurunkan peluang penetrasi patogen
melalui stomata, akan tetapi karakter yang sama mengurangi difusi karbondioksida ke dalam
daun sehingga kapasitas fotosintesis berkurang dan akibatnya daya hasilnya lebih rendah. Tiga
karakter utama sebagai kriteria seleksi untuk mengembangkan kultivar kacang tanah tahan
penyakit bercak daun dengan daya hasil yang tinggi adalah persen panjang batang utama yang
dedaunannya 'hijau' sebagai karakter tingkat ketahanan berdasarkan gejala visual, intensitas
warna hijau daun sebagai kriteria seleksi tak langsung untuk ketahanan terhadap penyakit bercak
daun, serta jumlah polong total sebagai karakter kriteria seleksi tak langsung untuk hasil dengan
peubah bobot biji. Karakter persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' prospektif
diterapkan sebagai peubah tingkat ketahanan visual di lapangan. Peubah ini praktis diterapkan di
lapangan dan obyektivitasnya mudah dijaga. Peubah ini juga memiliki nilai duga heritabilitas arti
luas yang tinggi, yaitu mencapai 80.77%, yang menunjukkan bahwa keragaman peubah tersebut
lebih dipengaruhi oleh faktor genetik(Yudiwanti et al., 2006).
Intensitas warna hijau sebagai kriteria seleksi praktis diterapkan di lapangan. Pengkelasan
intensitas warna hijau ke dalam 'biasa, agak hijau, hijau, dan lebih hijau', mudah diaplikasikan
dan perbedaan antar kelas tersebut cukup mudah diamati. Untuk menghindari subyektivitas
dalam menetapkan warna hijau daun, kadar klorofil total daun dapat digunakan sebagai peubah
pendamping. Penentuan kadar klorofil total relatif mudah dilakukan dan biayanya cukup murah.

Karakter ini juga memiliki nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi (72.98%; Yudiwanti et al.,
2006), oleh karena itu potensial digunakan sebagai kriteria seleksi. Peubah jumlah polong total
per tanaman memiliki nilai duga heritabilitas arti
luas di atas 60% berdasarkan percobaan tunggal. Kasno (1986) bahkan melaporkan nilai duga
heritabilitas arti luas 72% untuk jumlah polong total berdasarkan seri percobaan yang melibatkan
interaksi genotipe*musim*lokasi. Oleh karena itu peubah ini sangat baik digunakan sebagai
kriteria dalam menyeleksi daya hasil. Karakter ini berkorelasi positif sangat nyata dengan bobot
biji yang mencerminkan produktivitas tanaman (Kasno, 1986; Kusumo, 1996).
Evaluasi pendahuluan beberapa galur terpilih zuriat hasil persilangan kultivar
Gajah dengan galur GPNC WS4 yang tahan bercak daun memperlihatkan potensi daya
hasil yang baik, yaitu menghasilkan polong total rata-rata lebih dari 15 polong per
tanaman. Meskipun demikian beberapa nomor memperlihatkan masih memiliki ragam
dalam galur yang nyata untuk karakter tersebut, yang menunjukkan bahwa seleksi
dalam galur untuk meningkatkan kehomogenan masih perlu dilakukan. Galur-galur
yang telah homogen jumlah polong total per tanamannya perlu ditindaklanjuti dengan
perbanyakan benih untuk pengujian daya hasil lanjutan

 Pengendalian efektif (hayati)
Hingga saat ini, pengendalian paling efektif hanyalah dengan fungisida Topsin-M 70 WP
sebanyak dua kali (7 dan 9 minggu setelah tanam) dengan dosis 0,5 kg/ha/aplikasi. Selain itu,
Antracol 70 WP, Dithane M – 45, Nemispor 70 WP, dan Baycor 300 EC pun dapat digunakan.
Dosis digunakan sesuai petunjuk penggunaan pada kemasan. Cara tersebut dapat dikombinasikan
dengan menahan varietas tahan, tidak menanam secara berurutan (rotasi tanaman), dan
membakar sisa tanaman sakit.

Kesimpulan
Bahwa Penyebab penyakit bercak daun awal adalah jamur Cercospora arachidicola. Penyakit ini
dapat ditularkan melalui tanah. Penyakit ini sering dijumpai di lapangan, tetapi pengendaliannya

jarang dilakukan. Efisiensi produksinya dapat ditingkatkan dengan merakit genotipe kacang
tanah yang tahan penyakit bercak daun
Tiga karakter utama sebagai kriteria seleksi untuk mengembangkan kultivar
kacang tanah tahan penyakit bercak daun dengan daya hasil yang tinggi adalah persen
panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' sebagai karakter tingkat ketahanan
berdasarkan gejala visual, intensitas warna hijau daun sebagai kriteria seleksi tak
langsung untuk ketahanan terhadap penyakit bercak daun, serta jumlah polong total
sebagai karakter kriteria seleksi tak langsung untuk hasil dengan peubah bobot biji.
Karakter persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' prospektif
diterapkan sebagai peubah tingkat ketahanan visual di lapangan. Peubah ini praktis
diterapkan di lapangan dan obyektivitasnya mudah dijaga. Peubah ini juga memiliki
nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi, yaitu mencapai 80.77%, yang
menunjukkan bahwa keragaman peubah tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik
Semoga saja dari makalah ini kitabisa mulai belajar untuk mengembangkan pengetahuan dari
segala macam jenis penyakit yang menyerang dari tanaman kacang tanah maupun tanaman lain
yg dapat merugikan para petani kita

DAFTAR PUSTAKA
Bari, A., Sjarkani Musa., Endang Sjamsudin. 2006.
Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 91 hal
BPS. 2004. Statistik Indonesia 2004. Jakarta. 646 hal.
Gomez, K. A. and A. A. Gomez. 1995. Prosedur
Statistika untuk Penelitian Pertanian. Edisi II. E.
Sjamsudin dan J.S. Baharsjah ( penerjemah ).

Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.698 hal.
Semangun, Haryono. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 754 hal.
Yudiwanti., Basuki Wirawan., dan Desta Wirnas. 2006.
Korelasi antara kandungan klorofil, ketahanan
terhadap penyakit bercak daun dan daya hasil pada
kacang tanah. Prosiding Seminar Nasional
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman, 1-2 Agustus
2006. Hal 329-334
http://rinoyuhendra.blogspot.com/2011/11/makalah-bercak-daun-pada-kacang-tanah.html
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
MEKANISME PENYERANGAN PATOGEN PADA TUMBUHAN

Patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara guna memperoleh zat
makanan yang dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang. Untuk dapat masuk kedalam inang
patogen mampu mematahkan reaksi pertahanan tumbuhan inang.
Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan sekresi zat kimia yang akan berpengaruh
terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme
tumbuhan inang. Beberapa cara patogen untuk dapat masuk kedalam inang diantaranya dengan
cara mekanis dan cara kimia.
=====================================================================
=========

Cara Mekanis
Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara penetrasi langsung ke tumbuhan
inang. Dalam proses penetrasi ini seringkali dibantu oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk

melunakkan dinding sel.
Pada jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan penetrasi sebelumnya
diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang tersebut membesar dan
membentuk semacam gelembung pipih yang biasa disebut dengan appresorium yang akhirnya
dapat masuk ke dalam lapisan kutikula dan dinding sel.
Skema penetrasi patogen terhadap dinding sel tanaman

=====================================================================
============
Cara Kimia
Pengaruh patogen terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya karena proses biokimia akibat
dari senyawa kimia yang dikeluarkan patogen atau karena adanya senyawa kimia yang
diproduksi tumbuhan akibat adanya serangan patogen.
Substansi kimia yang dikeluarkan patogen diantaranya enzim, toksin, zat tumbuh dan
polisakarida. Dari keempat substansi kimia tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda
terhadap kerusakan inang. Misalnya saja, enzim sangat berperan terhadap timbulnya gejala

busuk basah, sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya bengkak akar atau batang.
Selain itu toksin berpengaruh terhadap terjadinya hawar.

Enzim
Secara umum, enzim dari patogen berperan dalam memecah struktur komponen sel inang,
merusak substansi makanan dalam sel dan merusak fungsi protoplas. Toksin berpengaruh
terhadap fungsi protoplas, merubah permeabilitas dan fungsi membran sel. Zat tumbuh
mempengaruhi fungsi hormonal sel dalam meningkatkan atau mengurangi kemampuan
membelah dan membesarnya sel. Sedang polisakarida hanya berperan pasif dalam penyakit
vaskuler yang berkaitan dengan translokasi air dalam inang dan ada kemungkinan polisakarida
bersifat toksik terhadap sel tumbuhan.
Enzim oleh sebagian besar jenis patogen dikeluarkan setelah kontak dengan tumbuhan inang.
Tempat terjadinya kontak antara patogen dengan permukaan tumbuhan adalah dinding sel
epidermis yang terdiri dari beberapa lapisan substansi kimia. Degradasi setiap lapisan tersebut
melibatkan satu atau beberapa enzim yang dikeluarkan patogen.

Contoh bagian tanaman yang telah rusak akibat adanya enzim dari patogen tanaman.

Toksin

Toksin merupakan substansi yang sangat beracun dan efektif pada konsentrasi yang sangat
rendah. Toksin dapat menyebabkan kerusakan pada sel inang dengan merubah permeabilitas
membran sel, inaktivasi atau menghambat kerja enzim sehingga dapat menghentikan reaksireaksi enzimatis. Toksin tertentu juga bertindak sebagai antimetabolit yang mengakibatkan
defisiensi faktor pertumbuhan esensial.
Toksin yang dikeluarkan oleh patogen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu patotoksin,
vivotoksin dan fitotoksin.

Patotoksin
Patotoksin ialah toksin yang sangat berperan dalam menentukan tingkat keparahan penyakit.
Berdasarkan luas kisaran inangnya patotoksin digolongkan menjadi dua, yaitu spesifik dan nonspesifik. Vivotoksin dan fitotoksin umumnya bersifat non-spesifik.
Vivotoksin
Vivotoksin ialah substansi kimia yang diproduksi oleh patogen dalam tumbuhan inang dan/atau
oleh inang itu sendiri yang ada kaitanya dengan terjadinya penyakit, tetapi toksin ini bukan agen
yang memulai terjadinya penyakit. Beberapa kriteria yang ditunjukkan oleh vivotoksin
diantaranya: dapat dipisahkan dari tumbuhan inang sakit, dapat dipurifikasi dan karakterisasi
kimia, menyebabkan dari sebagian gejala kerusakan pada tumbuhan sehat, dan dapat diproduksi
oleh organisme penyebab penyakit.

Fitotoksin
Fitotoksin adalah toksin yang diproduksi oleh parasit yang dapat menyebabkan sebagian kecil
atau tidak sama sekali gejala kerusakan pada tumbuhan inang oleh pathogen. Tidak ada
hubungan antara produksi toksin oleh patogen dengan patogenesitas penyebab penyakit.

Contoh gejala pada tanaman inang akibat toksin nonspesifik

Contoh gejala pada tanaman inang akibat toksin spesifik

Zat Tumbuh
Zat tumbuh yang terpenting yaitu auksin, giberellin dan sitokinin, selain itu etilen dan
penghambat tumbuh juga memegang peranan penting dalam kehidupan tumbuhan. Patogen
tumbuhan dapat memproduksi beberapa macam zat tumbuh atau zat penghambat yang sama
dengan yang diproduksi oleh tumbuhan, dapat memproduksi zat tumbuh lain atau zat
penghambat yang berbeda dengan yang ada dalam tumbuhan, atau dapat memproduksi substansi
yang merangsang atau menghambat produksi zat tumbuh atau zat penghambat oleh tumbuhan.
Patogen seringkali menyebabkan ketidak seimbangan sistem hormonal pada tumbuhan dan
mengakibatkan pertumbuhan yang abnormal sehingga pada tumbuhan yang terinfeksi oleh
patogen tersebut akan timbul gejala kerdil, pertumbuhan berlebihan, terlalu banyaknya akar-akar
cabang dan berubahnya bentuk batang.

Contoh gejala pembengkakan pada akar tanaman

Polisakarida

Beberapa pathogen mungkin dapat mengeluarkan substansi lender yang menyelubungi tubuh
pathogen tersebut untuk melindungi diri dari factor lingkungan luar yang tidak menguntungkan.
Peranan polisakarida pada penyakit tumbuhan hanya terbatas pada layu. Pada vaskuler,
polisakarida dalam jumlah yang cukup banyak akan terakumulasi pada xilem yang akan
menyumbat aliran air pada tanaman.
Sumber: G.N. Agrios. Plant Pathology.
A. Latief Abadi. Ilmu Penyakit Tumbuhan.
http://planthospital.blogspot.com/2011/08/mekanisme-penyerangan-patogen-pada.html
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
MACAM-MACAM PENYAKIT PADA JAGUNG

Penyakit Bulai (Downy Mildew)

Disebabkan oleh cendawan Sclerospora maydis. Penyakit bulai meyebabkan kerugian paling
besar dalam budidaya jagung. Akibat serangan penyakit bulai, tanaman tidak dapat tumbuh dan
berproduksi lagi. Penyakit bulai berbahaya pada tanaman jagung yang berumur

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25