GAMBARAN ALBUMIN SERUM PADA PASIEN GAGAL
GAMBARAN ALBUMIN SERUM PADA PASIEN GAGAL
GINJAL
KRONIK YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
IMELDA
PEKERJA INDONESIA TAHUN 2017
SERUM ALBUMIN PROFILE OF CHRONIC KIDNEY
DISEASE PATIENTS IN IMELDA PEKERJA
INDONESIA
HOSPITAL IN 2017
Endang Suryanti Nababan1, Sartini2, Ida Fauziah3
Fakultas Biologi Universitas Medan Area, Indonesia
Email: eendang036@gmail.com
ABSTRAK
Albumin merupakan fraksi protein terbesar dalam tubuh
manusia. Jumlah albumin dalam tubuh ditentukan oleh masukan dari
sintesis hati yang kemudian difiltrasi di glomerulus dalam sejumlah
kecil direabsorbsi oleh tubulus. Penelitian dengan judul Gambaran
Albumin Serum Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang DiRawat di
Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2017, dimana penelitian
dilakukan dengan metode deskriptif cross sectional dengan
pemeriksaan dye binding.
Alat yang digunakakan yaitu A25
Biosystem dan sampel yang digunakan adalah serum penderita gagal
ginjal kronik sebayak 31 sampel. Setelah dilakukan pemeriksaan
pada 31 sampel diperoleh hasil 29% albumin serum normal, dan 71%
albumin serum menurun (hipoalbuminemia) dan tidak dijumpai
Kenaikan albumin (hiperalbuminemia) pada sampel pasien, penderita gagal ginjal kronik lebih banyak
dijumpai pada laki-laki dengan usia paling banyak >40 tahun.
Kata kunci: Albumin serum, gagal ginjal kronik
ABSTRACT
Albumin is the largest protein fraction in the human body.
The amount of albumin in the body is determined by the input of liver
synthesis which is then filtered in the glomerulus and a small amount
of it is reabsorbed by the tubule. The study was conducted using
descriptive cross sectional method with dye binding examination.
The tool used was A25 Biosysten and there were 31 examined
samples which were originated from chronic kidney disease patients.
The result showed that 29% of samples had a normal albumin level
normal and the rest 71% considered as hypoalbuminemia due low
concentration of albumin in blood serum. There was no albumin
increase (hyperalbuminemia) in each patients. Male patients were
more common than female with the most age >40 years old in the
study.
Keywords: Serum albumin, Chronic kidney disease.
PENDAHULUAN
Gagal
ginjal
kronik
adalah
kerusakan
fungsi
ginjal yang progresif yang
berakhir
pada
uremia
(Kelebihan
urea
dalam
darah). Gagal ginjal kronik
merupakan penurunan fungsi
ginjal yang menahun serta
cukup lanjut dimana keadaan
keseimbangan cairan dan
elektrolit
menyebabkan
uremia, selanjutnya, penyakit
gagal ginjal kronik tahap
akhir
merupakan
suatu
keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi
ginjal yang irreversible, pada
suatu
derajat
yang
memerlukan
pengganti
ginjal yang tetap berupa
dialisis
dan transpaltasi
ginjal (Silverthon,2013)
Pravelensi
penyakit gagal ginjal
kronik
yang
diperkirakan
tahun
2025 di Asia Tenggara,
Mediterania, dan Timur
Tengah
serta
Afrika
akan mencapai 380
juta orang. Indonesia
termasuk
negara
dengan
tingkat
penderita gagal ginjal
yang
cukup
tinggi.
Menurut hasil survei
yang dilakukan oleh
Perhimpunan Nefrol-gi
Indonesia
(Pernefri)
diperkirakan
ada
sekitar
12,5%
dari
populasi atau sebesar
25
juta
penduduk
mengalami penurunan
fungsi ginjal (Fransiska,
2011).
Kriteria penyakit
gagal
ginjal
kro-nik
adalah kerusakan ginjal
yang terjadi lebih dari
3
bulan
,berupa
kelainan struk-tur atau
fungsional , dengan
atau tanpa penurunan
laju
filtrasi
(LFG),
terdapat tanda kelainan
ginjal
termasuk
kelainan
dalam
komposisi urin maupun
darah
(Haryanto,
2012).
Berbagai
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
kecepatan
kerusakan
serta
penurunan
fungsi
ginjal
yang
dapat
bera-sal dari genetik,
perilaku,
lingkungan
maupun
proses
degeneratif.
Menurut
Australian Institute of
health
and
Welfare
faktor
resiko
gagal
ginjal
kronik
dibagi
menjadi empat yaitu:
(1) Faktor lingkung-an
sosial
ekonomi
,
lingkungan fisik dan
ketersediaan lembaga
pelayanan
masyarakat, (2) faktor resiko
biomedik,
meliputi
antara lain diabetes,
hipertensi, obesitas ,
infeksi
saluran
kencing, batu ginjal,
glome-rulonefritis,
infeksi
streptokokus
dan keracunan obat,
(3) faktor perilaku ,
antara lain merokok
atau
pengguna
tembakau,
kurang
pergerakan dan olah
raga,
meng-konsumsi
minuman
suplemen
berenergi, (4) faktor
predisposisi antara lain
jenis kelamin
dan
umur
(Hidayat dkk,
2008).
Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan di Rumah Sakit
Imelda
Pekerja
Indonesia
terhadap
pasien
gagal
ginjal
kronik
biasanya
adalah
pemeriksaan
dar-ah berupa ureum,
kreatinin
dan
LFG
(Laju
Filtrat
Glomerulus),
padahal
pada bebera-pa kasus
gagal
ginjal
kronik
ditemukan
kadar
albumin yang rendah
(hipoalbumi-nemia).
Pemeriksaan
kadar
albumin serum yang
rendah
berkolerasi
dengan
pening-katan
morbiditas
dan
mortalitas, karena itu
pemeriksaan
albumin
juga
penting
untuk
dilakukan
(Pearce,
2009).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian
dilakukan pada bulan
Maret 2017 sampai
April 2017 di Rumah
Sakit Imelda Pekerja
Indonesia Medan.
Alat dan Bahan
Alat
Alat
yang
digunakan
dalam
peneli-tian adalah baju
laboratorium,
sarung
tangan,
pengebat/tourniquet,
spuit 3 ml, kapas
alkohol,
centrifuge,
tabung darah, clinipet
500µ dan 1000µ, dan
alat A25 Biosystem.
Bahan
Bahan
yang
digunakan dalam penelitian adalah serum
pasien
gagal
ginjal
kronik, dan reagensia
bromcresol yellow.
Prosedur Kerja
Pengambilan Sampel
Prosedur
kerja
pertama
yang
dilakukan
adalah
mengambil
sampel
darah pasien. Setelah
darah
didapatkan
selanju-tnya
serum
dipisahkan
dengan
cara
tabung
dimasukkan
kedalam
centrifuge,
kemudian
diputar
dengan
kecepatan
3000 rpm
selama 15 menit, lalu
serum
diambil.
Hal
selanjutnya
yang
dilakukan
adalah
menghidupkan
alat
A25 Biosystem Prosedur pendataan pasien
dilakukan
sesuai
parameter
pemeriksaan
selanjutnya
tekan
tombol Start dan hasil
akan keluar berupa
kertas print.
Setelah
mendapatkan
hasil,
hal se-lanjutnya yang
dilakukan
adalah
menga-nalisa
data
dengan
menyajikan
dalam bentuk
tabel
dengan menggunakan
pers-entase
hasil
albumin
rendah
(hipoalbumi-nemia)
pada
sampel
yang
diperiksa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian
dilakukan pada albumin
serum pendeita gagal
ginjal kronik di Rumah
Sakit Imelda Pekerja
Indonesia
yaitu
31
orang
sampel
dari
populasi
penderita
gagal
ginjal
kronik
yang
dirawat
di
Rumah Sakit Imelda
Pekerja
Indonesia
secara
keseluruhan,
berdasarkan
jenis
kelamin, dan
usia
diperoleh
hasil
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pemeriksaan
albumin serum keseluruhan
Hasil
Jumlah
Persenta
Pasien
Albumin serum
normal
Albumin serum
rendah
(hipoalbuminemia)
Albumin serum
meningkat
(hiperalbuminemia)
Total
9
se
(%)
29%
22
71%
0
0%
31
100%
Setelah
dilakukan pemeriksaan
ter-hadap 31 sampel
albumin serum pada
penderita gagal ginjal
kronik diperoleh hasil
albumin serum normal
sebanyak 9 sampel
atau 29%, menurun
(hipoalbumi-nemia)
sebanyak 22 sampel
atau 71% dan tidak
ditemukan
hasil
meningkat
(hiperalbuminemia)
pada
sampel. Berdasarkan
tabel
diatas
diketahui
albumin
serum
normal
sebanyak 9 sampel
atau 29% dari seluruh
penderita gagal ginjal
kronik
yang
telah
diperiksa, Nilai normal
dari albumin adalah
3,5-5,0 g/dl (kee,2007).
Penderita gagal ginjal
kronik dengan hasil
normal biasanya telah
menjalani
terapi
hemodialisa
(cuci
darah).
Penderita
lainnya
dengan
albumin serum normal
merupakan
penderita
gagal
ginjal
kronik
dengan
derajat
stadium
awal
(O’
Callaghan, 2017)
Penderita
yang
mengalami
hipoalbuminemia sebanyak
22 sampel atau 71%
hipoalbuminemia
adalah
penurunan
kadar albumin dalam
darah sebagai akibat
peningkatan
pengeluaran
albumin
biasa-nya terjadi pada
gagal
ginjal
yang
disertai
proteinuria
menyebabkan
pergeseran ca-iran dari
ruang
intravaskular
keruang ekstravaskular.
Penurunan
kadar
albumin
(hipoalbuminemia)
juga
dapat
terjadi
pada penderita sirosis
hati, gagal hati akut,
luka bakar yang parah,
malnutrisi
berat,
preeclampsia dan lainlain (Kee, 2008)
Pada
penderita
dengan
hipoalbuminemia
dijumpai
dengan
berbagai
karak-teristik
spesifik
sesuai dengan penyakit
yang
mendasarinya
seperti ditemukannya
protein dalam urin, dan
adanya tanda edema
(bengkak pada bagian
tubuh).
Penanggulangan
hipoalbuinemia
salah
satunya adalah dengan
meningkatkan albumin
dalam tubuh melalui
beberapa pengobatan
oral maupun injeksi,
seperti
pemberian
suplemen oral tinggi
protein
(Supriyanta,
2012)
sil ini sesuai dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan
oleh
Singh
et
al.,
(2012) di Nepalgunji
Medical Collage Banke
Nepal
dengan
hasil
jumlah
persen-tase
laki-laki lebih banyak
yaitu
53,60%
dan
perempuan
46,40%
dan pada uji sta-tistik
yang dilakukan tidak
terdapat
hubu-ngan
bermakna antara jenis
kelamin dan penyakit
gagal ginjal kronik.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan
albumin serum berdasarkan
jenis kelamin
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan
albumin serum berdasarkan
usia
JK
Norma
l (%)
Hipoalb
uminem
ia(%)
Hiperalb
uminem
ia (%)
Lk
28%
72%
0%
Pr
31%
69%
0%
Keterangan JK: Jenis Kelamin
Lk: Laki-Laki
Pr: Perempuan
Dari tabel diatas
dapat dilihat bah-wa
hasil albumin serum
menurun
(hipoalbuminemia)
yang
terjadi pada sampel
laki-laki lebih besar
persentasenya daripada
hipoalbuminemia
pada perempuan. Ha-
Usia
Nor
mal
(%)
Hiperalbu
minemia
(%)
Tot
al
(%)
0%
Hipoal
bumin
emia
(%)
0%
40
Thn
0%
0%
42%
58%
0%
100
%
17%
83%
0%
100
%
Pada
tabel
hasil
pemeriksaan
diatas
diketahui
hipoalbuminemia
lebih banyak terjadi pada
usia >40 tahun deng-an
persentase 83%, diikutii usia
20-40 tahun sebanyak 58%.
Hal yang mendasari hasil
tersebut diketahui adanya
peningka-tan kejadian gagal
ginjal kronik seiring dengan
bertambahnya
usia.
Pertambahan usia
akan
mempengaruhi
anatomi,
fisio-logi dan sitology pada
ginjal, setelah usia 30 tahun
ginjal
akan
mengalami
atrofi dan ketebalan korteks
ginjal akan berkurang sekitar
20%
setiap
dekade.
Perubahan lain yang akan
terjadi
seiring
dengan
bertam-bahnya usia berupa
penebalan
membran sel
glomerulus,
ekspansi
mesangium glom-erular dan
terjadiya
deposit
protein
mat-riks
ekstraseluler
sehingga
menyebabkan
glomerulosklerosis (Tjyekan,
2012).
Seiring
bertambahnya
usia
ginjal
banyak
mengalami perubahan
struktural
dan
fungsional
termasuk
penurunan
massa
ginjal, korteks ginjal
dan jumlah glomeruli,
serta
peningkatan
sklerosis
glomerulus.
kombinasi
dari
glomerulopenia
fungsional
dan
glomerulosklerosis
struk-tural
menyebabkan
pengurangan progresif
laju filtrasi glomerulus
(LFG)
dengan
bertambah
usia
(Kurniawan,
2014).
Menu-runnya
kadar
albumin serum pada
usia tua
dikaitkan
dengan
menurunnya
sintesis albumin, dan
hal ini diduga karena
gangguan
asupan
makanan yang sering
terjadi
pada
orang
tua, selain itu pada
orang tua sering terjadi
kondisi inflamasi yang
menyebabkan
peningkatan
aktivitas
sitokim dan menekan
sintesa
albumin
(Taufiq, 2009).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil
yang diperoleh dari
penelitian
albumin
serum
pada
bulan
MaretApril
2017
terhadap 31 sampel
penderita gagal ginjal
kronik dengan metode
pemeriksaan
dye
binding meng-gunakan
alat A25 biosystem di
Rumah Sakit Imelda
Pekerja Indonesia maka
diperoleh
hasil 29%
albumin serum normal,
dan
71%
albumin
serum
menurun
(hipoalbuminemia) dan
tidak dijumpai kenaikan
albumin
(hiperalbuminemia)
pada sampel pasien.
Hipoalbuminemia pada
penderita gagal ginjal
kronik lebih banyak
dijumpai
pada
lakilaki, dan hipoalbuminemia
cenderung
terjadi pada usia >40
tahun.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan
terimakasih
penulis
sampaikan kepada ibu
Dra. Sartini,M.Sc dan
ibu Ida Fauziah, S.Si,
M.Si
selaku dosen
pembimbing yang telah
memberikan masukan
yang berguna dalam
penelitian ini. Penulis
juga
mengucapkan
terimakasih
kepada
Rumah Sakit Imelda
Pekerja
Indonesia
khususnya
semua
anggota laboratorium
patologi klinik yang
telah
banyak
membantu
penulis
dalam
penelitian
hingga selesai, dan
buat seluruh temanteman
dan
civitas
akademik
Universitas
Medan Area Fakultas
Biologi.
DAFTAR PUSTAKA
Fransisca, Kristiana. 2011.
Waspadalah 24
Penyebab Ginjal Rusak.
Jakarta: PT Gramedia
Hidayati,
dkk.
2008.
Hubungan Hipertensi,
Merokok, Dan Minuman
Suplemen
Energi
Dengan
Minuman
Suplemen
Energi
Dengan
Kejadian
Penyakit Ginjal Kronik
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah, YogyaKarta
Kee,Joyce.2008. Pemeriksaan
Laboratorium
dan
Diagnostik.
Jakarta : EGC
Kurniawan, Wawan. 2014.
Hipoalbuminem
ia Pada Pasien Usia
Lanjut
Dengan
Diagnosa
Pneumonia
Komunitas: Pravelensi
dan
Pengaruhnya
Terhadap
Kesintasan.
Departemen
Ilmu
Penyakit Dalam FKUI
RSPCN
Pearce,
Evelyn.
2009.
Anatomi dan Fisiologi
Untuk
Paramedis.
Jakarta: PT Gramedia Utama
Singh,P.,
Khan,S.,
Siddiqui,A.H. 2012.
and
Hypoalbuminemia:
A
Hospital Based Study.
Departement
of
Biochemistry Nepalgunj
Medical
Collage
Chispani Banke Nepal
Taufik, Allan. 2009. Status
Albumin Pada
Penderita GGK Dengan
Terapi
Hemodialisa.
Universitas Indonesia
Tjyekan , Supriadi. 2012.
Pravelensi dan
Faktor Resiko Penyakit
Gagal Ginjal Kronik di
RSUP Dr. Mohammad
Hosein
Palembang
Tahun 2012. Bagian
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat
Fakultas
Kedokteran Universitas
Sriwijaya
GINJAL
KRONIK YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
IMELDA
PEKERJA INDONESIA TAHUN 2017
SERUM ALBUMIN PROFILE OF CHRONIC KIDNEY
DISEASE PATIENTS IN IMELDA PEKERJA
INDONESIA
HOSPITAL IN 2017
Endang Suryanti Nababan1, Sartini2, Ida Fauziah3
Fakultas Biologi Universitas Medan Area, Indonesia
Email: eendang036@gmail.com
ABSTRAK
Albumin merupakan fraksi protein terbesar dalam tubuh
manusia. Jumlah albumin dalam tubuh ditentukan oleh masukan dari
sintesis hati yang kemudian difiltrasi di glomerulus dalam sejumlah
kecil direabsorbsi oleh tubulus. Penelitian dengan judul Gambaran
Albumin Serum Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang DiRawat di
Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2017, dimana penelitian
dilakukan dengan metode deskriptif cross sectional dengan
pemeriksaan dye binding.
Alat yang digunakakan yaitu A25
Biosystem dan sampel yang digunakan adalah serum penderita gagal
ginjal kronik sebayak 31 sampel. Setelah dilakukan pemeriksaan
pada 31 sampel diperoleh hasil 29% albumin serum normal, dan 71%
albumin serum menurun (hipoalbuminemia) dan tidak dijumpai
Kenaikan albumin (hiperalbuminemia) pada sampel pasien, penderita gagal ginjal kronik lebih banyak
dijumpai pada laki-laki dengan usia paling banyak >40 tahun.
Kata kunci: Albumin serum, gagal ginjal kronik
ABSTRACT
Albumin is the largest protein fraction in the human body.
The amount of albumin in the body is determined by the input of liver
synthesis which is then filtered in the glomerulus and a small amount
of it is reabsorbed by the tubule. The study was conducted using
descriptive cross sectional method with dye binding examination.
The tool used was A25 Biosysten and there were 31 examined
samples which were originated from chronic kidney disease patients.
The result showed that 29% of samples had a normal albumin level
normal and the rest 71% considered as hypoalbuminemia due low
concentration of albumin in blood serum. There was no albumin
increase (hyperalbuminemia) in each patients. Male patients were
more common than female with the most age >40 years old in the
study.
Keywords: Serum albumin, Chronic kidney disease.
PENDAHULUAN
Gagal
ginjal
kronik
adalah
kerusakan
fungsi
ginjal yang progresif yang
berakhir
pada
uremia
(Kelebihan
urea
dalam
darah). Gagal ginjal kronik
merupakan penurunan fungsi
ginjal yang menahun serta
cukup lanjut dimana keadaan
keseimbangan cairan dan
elektrolit
menyebabkan
uremia, selanjutnya, penyakit
gagal ginjal kronik tahap
akhir
merupakan
suatu
keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi
ginjal yang irreversible, pada
suatu
derajat
yang
memerlukan
pengganti
ginjal yang tetap berupa
dialisis
dan transpaltasi
ginjal (Silverthon,2013)
Pravelensi
penyakit gagal ginjal
kronik
yang
diperkirakan
tahun
2025 di Asia Tenggara,
Mediterania, dan Timur
Tengah
serta
Afrika
akan mencapai 380
juta orang. Indonesia
termasuk
negara
dengan
tingkat
penderita gagal ginjal
yang
cukup
tinggi.
Menurut hasil survei
yang dilakukan oleh
Perhimpunan Nefrol-gi
Indonesia
(Pernefri)
diperkirakan
ada
sekitar
12,5%
dari
populasi atau sebesar
25
juta
penduduk
mengalami penurunan
fungsi ginjal (Fransiska,
2011).
Kriteria penyakit
gagal
ginjal
kro-nik
adalah kerusakan ginjal
yang terjadi lebih dari
3
bulan
,berupa
kelainan struk-tur atau
fungsional , dengan
atau tanpa penurunan
laju
filtrasi
(LFG),
terdapat tanda kelainan
ginjal
termasuk
kelainan
dalam
komposisi urin maupun
darah
(Haryanto,
2012).
Berbagai
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
kecepatan
kerusakan
serta
penurunan
fungsi
ginjal
yang
dapat
bera-sal dari genetik,
perilaku,
lingkungan
maupun
proses
degeneratif.
Menurut
Australian Institute of
health
and
Welfare
faktor
resiko
gagal
ginjal
kronik
dibagi
menjadi empat yaitu:
(1) Faktor lingkung-an
sosial
ekonomi
,
lingkungan fisik dan
ketersediaan lembaga
pelayanan
masyarakat, (2) faktor resiko
biomedik,
meliputi
antara lain diabetes,
hipertensi, obesitas ,
infeksi
saluran
kencing, batu ginjal,
glome-rulonefritis,
infeksi
streptokokus
dan keracunan obat,
(3) faktor perilaku ,
antara lain merokok
atau
pengguna
tembakau,
kurang
pergerakan dan olah
raga,
meng-konsumsi
minuman
suplemen
berenergi, (4) faktor
predisposisi antara lain
jenis kelamin
dan
umur
(Hidayat dkk,
2008).
Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan di Rumah Sakit
Imelda
Pekerja
Indonesia
terhadap
pasien
gagal
ginjal
kronik
biasanya
adalah
pemeriksaan
dar-ah berupa ureum,
kreatinin
dan
LFG
(Laju
Filtrat
Glomerulus),
padahal
pada bebera-pa kasus
gagal
ginjal
kronik
ditemukan
kadar
albumin yang rendah
(hipoalbumi-nemia).
Pemeriksaan
kadar
albumin serum yang
rendah
berkolerasi
dengan
pening-katan
morbiditas
dan
mortalitas, karena itu
pemeriksaan
albumin
juga
penting
untuk
dilakukan
(Pearce,
2009).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian
dilakukan pada bulan
Maret 2017 sampai
April 2017 di Rumah
Sakit Imelda Pekerja
Indonesia Medan.
Alat dan Bahan
Alat
Alat
yang
digunakan
dalam
peneli-tian adalah baju
laboratorium,
sarung
tangan,
pengebat/tourniquet,
spuit 3 ml, kapas
alkohol,
centrifuge,
tabung darah, clinipet
500µ dan 1000µ, dan
alat A25 Biosystem.
Bahan
Bahan
yang
digunakan dalam penelitian adalah serum
pasien
gagal
ginjal
kronik, dan reagensia
bromcresol yellow.
Prosedur Kerja
Pengambilan Sampel
Prosedur
kerja
pertama
yang
dilakukan
adalah
mengambil
sampel
darah pasien. Setelah
darah
didapatkan
selanju-tnya
serum
dipisahkan
dengan
cara
tabung
dimasukkan
kedalam
centrifuge,
kemudian
diputar
dengan
kecepatan
3000 rpm
selama 15 menit, lalu
serum
diambil.
Hal
selanjutnya
yang
dilakukan
adalah
menghidupkan
alat
A25 Biosystem Prosedur pendataan pasien
dilakukan
sesuai
parameter
pemeriksaan
selanjutnya
tekan
tombol Start dan hasil
akan keluar berupa
kertas print.
Setelah
mendapatkan
hasil,
hal se-lanjutnya yang
dilakukan
adalah
menga-nalisa
data
dengan
menyajikan
dalam bentuk
tabel
dengan menggunakan
pers-entase
hasil
albumin
rendah
(hipoalbumi-nemia)
pada
sampel
yang
diperiksa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian
dilakukan pada albumin
serum pendeita gagal
ginjal kronik di Rumah
Sakit Imelda Pekerja
Indonesia
yaitu
31
orang
sampel
dari
populasi
penderita
gagal
ginjal
kronik
yang
dirawat
di
Rumah Sakit Imelda
Pekerja
Indonesia
secara
keseluruhan,
berdasarkan
jenis
kelamin, dan
usia
diperoleh
hasil
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pemeriksaan
albumin serum keseluruhan
Hasil
Jumlah
Persenta
Pasien
Albumin serum
normal
Albumin serum
rendah
(hipoalbuminemia)
Albumin serum
meningkat
(hiperalbuminemia)
Total
9
se
(%)
29%
22
71%
0
0%
31
100%
Setelah
dilakukan pemeriksaan
ter-hadap 31 sampel
albumin serum pada
penderita gagal ginjal
kronik diperoleh hasil
albumin serum normal
sebanyak 9 sampel
atau 29%, menurun
(hipoalbumi-nemia)
sebanyak 22 sampel
atau 71% dan tidak
ditemukan
hasil
meningkat
(hiperalbuminemia)
pada
sampel. Berdasarkan
tabel
diatas
diketahui
albumin
serum
normal
sebanyak 9 sampel
atau 29% dari seluruh
penderita gagal ginjal
kronik
yang
telah
diperiksa, Nilai normal
dari albumin adalah
3,5-5,0 g/dl (kee,2007).
Penderita gagal ginjal
kronik dengan hasil
normal biasanya telah
menjalani
terapi
hemodialisa
(cuci
darah).
Penderita
lainnya
dengan
albumin serum normal
merupakan
penderita
gagal
ginjal
kronik
dengan
derajat
stadium
awal
(O’
Callaghan, 2017)
Penderita
yang
mengalami
hipoalbuminemia sebanyak
22 sampel atau 71%
hipoalbuminemia
adalah
penurunan
kadar albumin dalam
darah sebagai akibat
peningkatan
pengeluaran
albumin
biasa-nya terjadi pada
gagal
ginjal
yang
disertai
proteinuria
menyebabkan
pergeseran ca-iran dari
ruang
intravaskular
keruang ekstravaskular.
Penurunan
kadar
albumin
(hipoalbuminemia)
juga
dapat
terjadi
pada penderita sirosis
hati, gagal hati akut,
luka bakar yang parah,
malnutrisi
berat,
preeclampsia dan lainlain (Kee, 2008)
Pada
penderita
dengan
hipoalbuminemia
dijumpai
dengan
berbagai
karak-teristik
spesifik
sesuai dengan penyakit
yang
mendasarinya
seperti ditemukannya
protein dalam urin, dan
adanya tanda edema
(bengkak pada bagian
tubuh).
Penanggulangan
hipoalbuinemia
salah
satunya adalah dengan
meningkatkan albumin
dalam tubuh melalui
beberapa pengobatan
oral maupun injeksi,
seperti
pemberian
suplemen oral tinggi
protein
(Supriyanta,
2012)
sil ini sesuai dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan
oleh
Singh
et
al.,
(2012) di Nepalgunji
Medical Collage Banke
Nepal
dengan
hasil
jumlah
persen-tase
laki-laki lebih banyak
yaitu
53,60%
dan
perempuan
46,40%
dan pada uji sta-tistik
yang dilakukan tidak
terdapat
hubu-ngan
bermakna antara jenis
kelamin dan penyakit
gagal ginjal kronik.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan
albumin serum berdasarkan
jenis kelamin
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan
albumin serum berdasarkan
usia
JK
Norma
l (%)
Hipoalb
uminem
ia(%)
Hiperalb
uminem
ia (%)
Lk
28%
72%
0%
Pr
31%
69%
0%
Keterangan JK: Jenis Kelamin
Lk: Laki-Laki
Pr: Perempuan
Dari tabel diatas
dapat dilihat bah-wa
hasil albumin serum
menurun
(hipoalbuminemia)
yang
terjadi pada sampel
laki-laki lebih besar
persentasenya daripada
hipoalbuminemia
pada perempuan. Ha-
Usia
Nor
mal
(%)
Hiperalbu
minemia
(%)
Tot
al
(%)
0%
Hipoal
bumin
emia
(%)
0%
40
Thn
0%
0%
42%
58%
0%
100
%
17%
83%
0%
100
%
Pada
tabel
hasil
pemeriksaan
diatas
diketahui
hipoalbuminemia
lebih banyak terjadi pada
usia >40 tahun deng-an
persentase 83%, diikutii usia
20-40 tahun sebanyak 58%.
Hal yang mendasari hasil
tersebut diketahui adanya
peningka-tan kejadian gagal
ginjal kronik seiring dengan
bertambahnya
usia.
Pertambahan usia
akan
mempengaruhi
anatomi,
fisio-logi dan sitology pada
ginjal, setelah usia 30 tahun
ginjal
akan
mengalami
atrofi dan ketebalan korteks
ginjal akan berkurang sekitar
20%
setiap
dekade.
Perubahan lain yang akan
terjadi
seiring
dengan
bertam-bahnya usia berupa
penebalan
membran sel
glomerulus,
ekspansi
mesangium glom-erular dan
terjadiya
deposit
protein
mat-riks
ekstraseluler
sehingga
menyebabkan
glomerulosklerosis (Tjyekan,
2012).
Seiring
bertambahnya
usia
ginjal
banyak
mengalami perubahan
struktural
dan
fungsional
termasuk
penurunan
massa
ginjal, korteks ginjal
dan jumlah glomeruli,
serta
peningkatan
sklerosis
glomerulus.
kombinasi
dari
glomerulopenia
fungsional
dan
glomerulosklerosis
struk-tural
menyebabkan
pengurangan progresif
laju filtrasi glomerulus
(LFG)
dengan
bertambah
usia
(Kurniawan,
2014).
Menu-runnya
kadar
albumin serum pada
usia tua
dikaitkan
dengan
menurunnya
sintesis albumin, dan
hal ini diduga karena
gangguan
asupan
makanan yang sering
terjadi
pada
orang
tua, selain itu pada
orang tua sering terjadi
kondisi inflamasi yang
menyebabkan
peningkatan
aktivitas
sitokim dan menekan
sintesa
albumin
(Taufiq, 2009).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil
yang diperoleh dari
penelitian
albumin
serum
pada
bulan
MaretApril
2017
terhadap 31 sampel
penderita gagal ginjal
kronik dengan metode
pemeriksaan
dye
binding meng-gunakan
alat A25 biosystem di
Rumah Sakit Imelda
Pekerja Indonesia maka
diperoleh
hasil 29%
albumin serum normal,
dan
71%
albumin
serum
menurun
(hipoalbuminemia) dan
tidak dijumpai kenaikan
albumin
(hiperalbuminemia)
pada sampel pasien.
Hipoalbuminemia pada
penderita gagal ginjal
kronik lebih banyak
dijumpai
pada
lakilaki, dan hipoalbuminemia
cenderung
terjadi pada usia >40
tahun.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan
terimakasih
penulis
sampaikan kepada ibu
Dra. Sartini,M.Sc dan
ibu Ida Fauziah, S.Si,
M.Si
selaku dosen
pembimbing yang telah
memberikan masukan
yang berguna dalam
penelitian ini. Penulis
juga
mengucapkan
terimakasih
kepada
Rumah Sakit Imelda
Pekerja
Indonesia
khususnya
semua
anggota laboratorium
patologi klinik yang
telah
banyak
membantu
penulis
dalam
penelitian
hingga selesai, dan
buat seluruh temanteman
dan
civitas
akademik
Universitas
Medan Area Fakultas
Biologi.
DAFTAR PUSTAKA
Fransisca, Kristiana. 2011.
Waspadalah 24
Penyebab Ginjal Rusak.
Jakarta: PT Gramedia
Hidayati,
dkk.
2008.
Hubungan Hipertensi,
Merokok, Dan Minuman
Suplemen
Energi
Dengan
Minuman
Suplemen
Energi
Dengan
Kejadian
Penyakit Ginjal Kronik
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah, YogyaKarta
Kee,Joyce.2008. Pemeriksaan
Laboratorium
dan
Diagnostik.
Jakarta : EGC
Kurniawan, Wawan. 2014.
Hipoalbuminem
ia Pada Pasien Usia
Lanjut
Dengan
Diagnosa
Pneumonia
Komunitas: Pravelensi
dan
Pengaruhnya
Terhadap
Kesintasan.
Departemen
Ilmu
Penyakit Dalam FKUI
RSPCN
Pearce,
Evelyn.
2009.
Anatomi dan Fisiologi
Untuk
Paramedis.
Jakarta: PT Gramedia Utama
Singh,P.,
Khan,S.,
Siddiqui,A.H. 2012.
and
Hypoalbuminemia:
A
Hospital Based Study.
Departement
of
Biochemistry Nepalgunj
Medical
Collage
Chispani Banke Nepal
Taufik, Allan. 2009. Status
Albumin Pada
Penderita GGK Dengan
Terapi
Hemodialisa.
Universitas Indonesia
Tjyekan , Supriadi. 2012.
Pravelensi dan
Faktor Resiko Penyakit
Gagal Ginjal Kronik di
RSUP Dr. Mohammad
Hosein
Palembang
Tahun 2012. Bagian
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat
Fakultas
Kedokteran Universitas
Sriwijaya