Jilid-15 Depernas 24-Bab-126

BAB 126. KEADAAN SEKARANG
§ 1584. Sistim Distribusi
Sistim distribusi jang sedjak beberapa tahun telah berdjalan itu,
sebenarnja didasarkan atas prinsip 2 ekonomi liberal, Sebab tjorak distribusi itu masih "liberalistis", maka dengan sendirinja tjara melaksanakan
distribusi itu djuga bersifat komersiil, sehingga mudah sekali dapat
menimbulkan spekulasi dan manipulasi dilapangan perdagangan dengan
segala akibatnja seperti jang telah terdjadi pada masa sekarang ini.
A l a t 2 distribusi jang ada sekarang ialah badan 2 jang dibentuk oleh
Departemen Perdagangan jang bertugas menguasai, mengkoordinasi, dan
mengawasi bahan2 sandang-pangan.
a. Badan2 Pemerintah tersebut ialah
1. Direktorat Perdagangan Dalam Negeri.
2. Direktorat Perdagangan Luar Negeri.
3. Djawatan Harga.
4. Kantor Perkembangan dan Pemeliharaan Produksi Perindustrian
(K.P. 4).
5. Djawatan Koperasi.
6. Djawatan Pusat Pembelian Pemerintah (Djappp).
7. Kantor Rentjana Impor.
8. Badan Urusan Dagang.
9. Panitia Impor Barang2 Impor Penting.

10. Panitia Penjaluran Barang2 Impor Penting.
11. Dewan Perniagaan dan Perusahaan.
12. Lembaga Penjaluran Perdagangan.
13. P.T. Juda Bhakti.
14. P.T. Indevitra.
15. P.T. Satya Negara.
16. P.T. Triangle.
17. P.T. Usindo.
18. P.T. C.T.C.
19. Semua Kordinator.
20. J.B.P.
21. S.P.M.I.
b. Disamping itu djuga melalui badan Swasta seperti D.P.P., M.P.P., P.0
D. Besar dan P.U.D. pedagang perantara serta pengetjer.
c. Alat 2 pengangkutan darat, laut dan udara:
Kelemahan 2 jang masih terdapat dalam alat 2 distribusi tersebut
adalah antara lain:
1. Kekurangan tenaga ahli/terlatih.
2. Alam pikiran dari petugas 2 masih ada jang liberalistis,
3. Petugas 2 Negara masih ada jang menjeleweng.

3290

§ 1585. Penjelenggaraan dan Organisasi Distribusi
a. Distribusi sekarang ini masih bersifat kommersiil.
Penjelenggaraannja tidak dilakukan oleh Pemerintah, tetapi oleh
para pedagang jang lazimnja disebut afnemers, Alokasi beras dan gula
jang akan disalurkan kepada rakjat untuk distribusi, djatahnja ditetapkan
oleh Pemerintah, dalam soal ini : Djawatan Perdagangan Dalam Negeri
dengan diawasi oleh Finec.; melalui NIVAS untuk pembagian gula,
sedang untuk pembagian beras djatahnja ditetapkan oleh J.U.B.M./
J,B.P.P. (Jajasan Urusan Bahan Makanan dan Jajasan Bahan Pembelian
Padi).
b. Tjara2nja pengambilan gula, per-tama 2: para afnemers harus
membajar uang muka, maka sesuai dengan djatah jang telah ditetapkan
oleh Pemerintah pada afnemers jang bersangkutan. Pembajaran uang
gula pada Bank-bank atas petundjuk NIVAS (Organisasi pabrik 2 ).
Sesudah afnemers dapat kwitansi pembajaran dari bank jang bersangkutan, dengan kwitansi tersebut para afnemers dapat mengambil D.O.
(Delivery Order) dari NIVAS.
Dengan D.O. tersebut para afnemers dapat mengambil gulanja di
Veem atau di-pabrik 2 gula, sesuai dengan penetapan jang tertjantum

dalam D.O. NIVAS.
Penjelenggaraannja dilakukan oleh para afnemers sebagai pedagang
pertama, sebagian besar para afnemers gula itu adalah para . pedagang
Swasta Nasional. Penjelenggaraan Pengambilan gula dari pembajaran
pada Bank sampai mendapatkan D.O. dari NIVAS sudah memakan,
waktu 2 ~ 3 hari, belum waktu jang akan dipergunakan untuk mengambil gulanja di Veem atau di-pabrik2 jang selandjutnja akan disalurkan
melalui para grosir sebagai pedagang kedua. Para grosir berkewadjiban
menjalurkan pembagian gula itu kepada warung2/toko 2 pengetjer dalam
daerah Swatantra Tingkat II/Kotapradja/Kabupaten sampai kekampung-kampung, desa 2 , dan warung 2 /toko 2 pengetjer harus melajani para
konsumen pembeli dikampung 2 /desa 2 masing 2 .
Begitu djuga pembagian beras dan minjak kelapa hampir sama tjara/
Sistim dan penjelenggaraannja, jang berbeda hanja penentuan Delivery
Ordernja. Kalau pada pembagian gula jang menentukan Delivery Order
(D.O.) oleh NIVAS, dengan diawasi serta penetapan alokasinja ditentukan oleh Inspeksi Djawatan Perekonomian Umum dan Finec, maka pada
pembagian beras jang menentukan D.O.-nja jalah J.U.B.M./B.P.P.,
sedang mengenai pembagian minjak kelapa oleh Pemerintah Swatantra
II, Kota Pradja atau Kabupaten dengan pabrik 2 minjak-kelapa di masing 2
daerah. Pendjualan minjak tanah ditentukan oleh Stanvac dan Shell
B.P.M. sebagai perusahaan minjak, melalui para pedagang bangsa asing,
sebagai agen 2 besar dari perusahaan minjak, jang akan menjalurkan

minjaknja melalui agen 2 ketjil jang sebagian besar djuga bangsa asing
selaku grosirnja jang selandjutnja menjalurkannja terus kepada warung 2 /
toko 2 pengetjer distribusi, tetapi se-mata 2 adalah perdagangan setjara
bebas kepada para pembelinja. Artinja pembeli diperbolehkan membeli
3291

gula, beras dan minjak sesuai dengan kekuatannja berdasarkan penghidupan rakjat jang minimal, artinja tidak membeli untuk diperdagangkan,
tetapi untuk kebutuhan sendiri sehari-hari.
c. Tjara2 penjelenggaraannja adalah sbb : seorang afnemer gula mendapat
djatah sebesar 150 ton setiap bulan, Gula sebanjak 150 ton itu harus diambil
dan dibagi setiap 15 hari sekali mulai tanggal : 1 s/d 15 sebanjak 75 ton, sisanja
mulai tanggal 16 sampai achir bulan sebanjak 75 ton. Seterusnja gula itu
dibagikan kepada grosirnja masing 2, Bila afnemer didaerah pembagian jang
telah ditentukan oleh Pemerintah mempunjai 3 grosir, maka setiap grosir
mendapatkan bagian djatahnja menurut luasnja daerah, ada kalanja setiap
grosir mendapat bagian 25 ton sebulan ada pula jang mendapat bagian 40 ton
sebulan bila daerah-nja agak besar,
d. Bagi kita jang terpenting ialah, apa sebabnja alat 2 distribusi itu tidak
menjebarkan pembagian barang 2 itu. Pertama, organisasi distri-businja belum
teratur,

sehingga
penjaluran
barang 2
distribusi
itu
tidak
ada alat kontrolenja. Kedua, disebabkan oleh tidak adanja kontrole jang agak teliti
dan tjermat, maka baik pedagang pertama ialah afnemers maupun pedagang kedua
ialah grosir, tjara mendjualnja sangat bebas sekali, lagi pula sifatnja distribusi
masih komersiil. Ketiga, tidak adanja kontrole jang setjara sistim kartu dan
ketentuan
harus
melaporkan
pendjualan barang2 distribusinja.
Maka para pedagang, baik afnemers maupun grosir, jang tidak
dikontrole penjaluran barang 2nja, dapat berbuat sesukanja sendiri.
e. Atjapkali para pedagang jang dapat tugas untuk menjalurkan bahan 2
makanan bagi kebutuhan rakjat banjak itu mengadakan spekulasi dan manipulasi
barang2 distribusi, Pembagian barang 2 bahan makanan jang seharusnja langsung
disalurkan kepada penduduk/rakjat melalui saluran 2 banjak jang telah ditentukan.

Pada kenjataannja barang 2 distri-busi itu sebelum sampai kepada rakjat banjak
sudah lenjap dalam per-djalanannja, sehingga timbul kesan se-olah 2 pembagian
barang2 distribusi tidak merata dan tidak adil. Pedagang 2 perantara jang sering 2
berbuat manipulasi itu terutama pedagang 2 Bangsa Asing. Mereka dapat tugas
untuk membagikan barang 2 distribusi kepada warung 2 pengetjer sebanjak 30 ton,
jang terbagi 20 ton sedang jang 10 ton lainnja terus didjual bebas tanpa kontrole
lagi.
Bila setiap pedagang dapat mendjual barang 2 distribusi setjara
bebas, maka lambat-laun barang 2 distribusi itu terutama gula dan beras
akan mengalir keluar negeri terutama ke Singapura, karena barang 2 itu
tidak dikontrole setjara tjermat dan teliti baik dalam lalulintas darat
maupun laut. Lagi pula Pemerintah masih belum dapat melenjapkan
dispariteit, kesuatu perbandingan koers Straits dollar dengan rupiah
masih tinggi.
f. Kesulitan jang paling achir ialah soal sukarnja pengangkutan
bahan2 jang meliputi distribusi sandang-pangan, dimana pengangkutan
kendaraan bermotor, truck dan sebagainja masih dikuasai/dimiliki oleh.
Bangsa Asing, sedang D.K.A. kurang sekali menjediakan gerbong 2
kereta api untuk pengangkutan distribusi sandang-pangan,


3292

§ 1586. Situasi persediaan 8 matjam barang per-1959
a. B e r a s
Menurut laporan Bank Indonesia. produksi beras dalam tahun 1958
berdjumlah 681.484 ton, dengan perbandingan djumlah penduduk tahun
1958 jang menurut perkiraan mentjapai angka 88.400.000 djiwa. Itu berarti bahwa untuk setiap djiwa tersedia 89.8 KG beras dalam setiap
tahunnja, tidak termasuk djumlah konsumsi bahan 2 jang equivalent beras.
Untuk tahun 1959. produksi beras adalah sekitar 8.2 djuta ton
ditambah dengan impor 800.000 ton setahunnja Djadi djumlah kwantum
produksi dan impor mendjadi sekitar 9.000 000 ton,
Apabila memperhatikan kenaikan rata 2 2% dalam setahunnja maka
hingga tahun 1959 djumlah penduduk mentjapai 90.000.000. Maka setjara
teoritis persediaan beras dalam tahun 1959 ini telah dapat mengkonsumir
sedikitnja 100 KG per djiwa dalam setahunnja,
Pada angka tersebut ditambahkan hasil produksi palawidja ialah :
djagung 2.7 djuta ton equivalent beras. Karena itu persediaan produksi
tersebut merupakan tambahan 80 KG per djiwa akan bahan 2 konsumsi
rakjat dalam bentuk bahan2 palawidja equivalent beras.
Menurut Pemerintah berdasarkan annka 2 tahun 1959 ini maka

konsumsi rakjat per djiwa per tahunnja akan bahan makanan pokok
mendjadi sekitar 180 KG. jakni lebih kurang 100 KG beras ditambah
80 KG equivalent beras Apabila didasarkan atas pemakaian carbohydrat
sebanjak 160 KG tiap djiwa per tahunnja maka djumlah hasil dari bahan
makanan seperti angka 2 tersebut diatas setjara teoritis pula dapat dikatakan telah mentjukupi.
Akan tetapi beberapa kenjataan tentang naik turunnja harga beras
dan kurangnja persediaan beras sehingga harga 2 nada masa tertentu
mentjapai angka jang tinggi terutama di-daerah 2 minus di-kota 2 diluar
Djawa keadaan ini membuktikan bahwa ketjuali kurang lantjarnja distribusi djuga kenjataan persediaan kwantum rill akan bahan makanan beras
masih kurang mentjukupi.
Andaikata hasil 2 produksi beras seperti djumlah tersebut diatas
dapat tersedia merata sepandjang tahunnja sedans pengangkutan dari
daerah surplus kedaerah minus tidak mengalami kesukaran sudah pasti
keadaan persediaan beras sekarang ini tidak dapat dikatakan memuaskan. karena dari angka tsb. belum merupakan beras dibawah keinginan
Rakjat.
Dan jang lebih mendapat perhatian jaitu bahwa untuk 100 KG beras
seperti jang djuga diambil sebagai pedoman tersebut maka pada waktu
sekarang 10% dari persediaan tersebut masih harus diimpor dari luar
negeri. Teranglah bahwa kita belum mentjapai selfsupporting dalam hal
kebutuhan beras ini.

Untuk 800.000 ton beras Pemerintah harus mengeluarkan kurang
lebih $ 1000.000.000 (US dollar) plus subsidi dalam rupiah sebesar l.k.
3293

Rp. 1,2 miljar karena harga betas jang didatangkan dari luar negeri adalah
lebih tinggi daripada harga J.U.B.M.
b. Gula.
Produksi gula adalah 840.000 ton, sedang konsumsi adalah sekitar
700.000 ton (termasuk untuk stock sebesar 50.000 ton), dan sisanja
diekspor.
Untuk angka konsumsi per djiwa per hari 35 gr. (selandjutnja
tentang situasi persediaan riil lihat lampiran tentang gula).
c. Garam.
Produksi garam adalah 300.000 ton setahun. Konsumsi berkisar
antara 225.000 — 250.000 ton setiap tahun dalam angka tersebut sudah
terhitung pemakaian garam untuk industri. Konsumsi garam per djiwa
per bulan ditetapkan 250 gram. (Lihat lampiran).
d. Tekstil kasar.
Apabila diambil angka rata2 untuk memenuhi kebutuhan per djiwa
pertahunnia 10 meter. maka diperlukan mengimpor tekstil ready sebaniak 500

a 600 djuta meter setahunnia sedang kekurangan akan bahan tersebut harus ditutup oleh hasil produksi dalam negeri sebaniak 200 sampai
300 djuta meter tiap tahun jang bahan2 kapas dan benanq tenunnia
untuk lebih dari 90% harus datang dari Luar Negeri Berdasarkan perhitungan koers lama US $ = Rp. 1140. impor tekstil sebanjak tersebut
diatas memerlukan 1.25 miliar rupiah. Dan dalam koers baru jang berarti
harus mendjadi 4 kali sama dengan Rp. 5.000.000.000. Sedanq produksi
dalam negeri berasal dari pengerdjaan benanq tenun jang djuga diimpor
menelan ongkos kurang lebih 1 miljar rupiah.
Pada dewasa ini impor "gerede tekstil" + benanq tenun + kapas
ditambah denqan "finished goods" dalam negeri hanja dapat mentjukupi
5 sampai 6 meter per djiwa per tahun.
e. Terigu.
Kwantum terigu jang harus diimpor adalah 120.000 ton, dan ini
sudah dianggap tjukup untuk memenuhi kebutuhan,
f. Minjak kelapa.
Produksi berasal dari kopra adalah 720.000 ton setahunnja, sedang
konsumsi dalam negeri adalah 420.000 ton: (tentang situasi persediaan
dan produksi kopra selandjutnja lihatlah lampiran). Sisa dari kebutuhan dalam negeri diekspor sedang kebutuhan akan minjak kelapa per
tahun per djiwa adalah 5 KG menurut tjatatan F.A.O.
g. Minjak tanah.
Minjak tanah produksinja adalah 16 djuta ton setahunnja, sedang

dalam negeri mengkonsumir sebesar 3 djuta ton djadi kira 2 20% dari

3294

djumlah produksi. Konsumsi ini tiap tahun bertambah dengan 10%;
djadi menurut perhitungan termijn kwantum kerosin jang sekarang berdjumlah 1,2 djuta KG, ton seharusnja ditambah dengan 10%. Tetapi kini
ternjata konsumsi tahun ini masih sama seperti tahun jang lampau bulan
Djuli 1958. Inilah sebabnja achir² ini Rakjat sering mengalami kesulitan²
dalam mendapatkan minjak tanah.
h. Ikan asin.
Atas dasar angka2 1957 impor ikan asin berdjumlah kurang lebih
28.000 ton setahun, jang berarti kira2 70 djuta rupiah.
Persediaan produksi animale proteinen (jang berasal dari daging,
ikan, telur dan lain²) ditambah dengan impor berdjumlah seluruhnja
315.000 ton. Ini berarti bahwa tersedia 10.1 gr animale protein per djiwa
setiap hari, sedang angka tersebut seharusnja 15.6 gr; dengan demikian
produksi animale proteinen, termasuk ikan asin masih kurang. Lagi pula
kenjataan adalah bahwa rata2 tiap orang hanja memakan 4 gr, protein
hewani per hari, Bagaimanapun untuk memenuhi keperluan 15 gr. Protein hewani sehari per kapita atas dasar tahun 1957, masih diperlukan
150.000 ton proten jalah kira² sama dengan 500.000 ton ikan atau daging,.
Djadi dilihat diatas dari sudut konsumsi, maka kebutuhan bahan²
pokok tersebut diatas pada umumnja dapat dipenuhi oleh produksi dalam
negeri + impor, ketjuali tekstil jang agak kurang.
Berhubung dengan besarnja kwantum impor, dari beras, tekstil dan
ikan (asin) maka produksi dalam negeri dari bahan² pokok tersebut
perlu sekali distimulir (Slogan B.T.I.),
Perintjian alokasi lihat lampiran VI.

3295

§ 1587, Masalah beras
a. Persediaan beras distribusi dalam tahun 1960, ini
diperkirakan sbb. :
beras impor
sebanjak ..............................840.000 ton
beras dari hasil pembelian padi oleh
Pemerintah ..........................460.000 ton
Djumlah ...............................1.300.000 ton
Beras
impor
penjaluran
dan
alokasi
serta
pengawasannja dilakukan oleh JUBM, sedangkan beras
dari pembelian Rakjat, dipusatkan dipropinsi 2 berada
dibawah pengawasan langsung para Gubernur.
Dalam tahun '60 ini djumlah alokasi diperkirakan
sama seperti tahun 1959 j.l. jaitu 1.134.000 ton.
dan untuk ijzeren stock 116.000 ton.
Adapun menurut perintjian dari alokasi 1959 pada
pokoknja ditetap-kan pembagian sektor2 sbb.:
bulanan
tahuna
n
a. Angkatan Perang +
1 X 12.18 = 146.160
b, Polisi Mobrig

1 X 5.429= 65.147
c. Pegawai Negeri „
1 X 31.04 = 372.494
d. Buruh tambang „
1 X 1.891= 22.692
2

e. Buruh Perkebunan
1 X 14.31 = 171.749
2
2

Djumlah ................................................. 778.242 ton
f. Injeksi umum masa
panen
g. Injeksi umum masa
patjeklik
Djumlah besar

5 X 119.895 „
23.979
7 X 290.479 „
41.497
1.188.616
ton
Menurut keputusan Dewan Bahan Makanan djatah
beras untuk Ang-katan Perang dan keluarganja,
Pegawai Negeri dsb.nja ditetapkan sbb. :
1. Anggauta A. P. kepala keluarga .......18 Kg. sebulan.
1. Anggauta A. P. kepala keluarga .............18
Kg.
sebulan.
istri ...........................................................7,5 „
,,
anak tiap anak menurut daftar gadjih .....6

,,
2. Polisi, kepala keluarga ............................15 „
istri ...........................................................7,5 „
anak ..........................................................6


,,
,,
,,

3. Pegawai negeri dan pegawai daerah autonoom (tak
termasuk buruh harian dan pegawai tak tetap), serta

keluarga mereka jang tinggal di-kota2 besar Djakarta,
Semarang, Bogor, Bandung, Jogjakarta, Surabaja,
Medan,
Padang,
Palembang,
Pontianak,
Bandjarmasin, Makasar, Me-nado dan Ambon.
3296

Kepala keluarga ..............................................................7,5 Kg. sebulan:
istri ..................................................................................7,5 „
,,
anak ................................................................................6

,,
4. Pegawai negeri dan pegawai daerah autonoom (tak termasuk buruh
harian dan pegawai tak tetap) dikota 2 lainnja didaerah 2 sebagai antjer 2 sekitar :
Kepala keluarga ......................:.......................................6 Kg. sebulan.
isteri ...................................................................................6 „
,,
anak ...................................................................................5 „
,,
b. Pembelian Padi Rakjat 1959/1960 dilakukan oleh B.P.P. jang dibentuk oleh Kementerian Pertanian dibawah Dewan Bahan Makanan.
1. Menurut B.D.M., Badan Pembelian Padi ini didaerah 2 Swatantra
Tingkat II diketuai oleh Gubernur, di Swatantra Tingkat II diketuai
oleh Kepala Daerah Swatantra Tingkat II anqgauta 2nja diantaranja
Djawatan Pertanian, dan Wakil 2 Organisasi Tani.
2.

Sistim pembelian Padi, dilaksanakan berlain-lainan, jaitu misalnja
de-ngan Cash-payment dan dengan Advance-payment.
Cash-payment ini ada djuga didaerah jang melakukan dengan melalui
tengkulak dan pada mereka diberi premi 3%.
Advance-payment dilaksanakan langsung kepada panitia desa, pada
prakteknja kepada petani diberikan sebagai pindjaman dan tanaman
sebagai borgnja,

3. Djumlah dalam tahun pembelian 1959/1960 crediet disediakan untuk
pembelian adalah sebesar Rp. 1.800.000.000 dengan djumlah 900.000
ton pada.
Dari crediet tersebut jang bisa direalisir adalah :
Rp. 856.371.850.68, dan padi jang diperoleh sebanjak 515.275
ton padi, ini berarti hanja 57,25% dari djatah dapat dipenuhi.
4. Djelaslah bahwa dalam memenuhi djatah pembelian padi selalu tidak
dapat tertjapai 100%, dan Sistim perlu ditindjau kembali. Karena
hal jang belum dapat diterima dengan rela oleh rakjat jaitu bahwa pembelian seharga Rp. 175,— per kwintal padi belum dapat diimbangi dengan pembajaran berwudjud bahan 2 jg. diperlukan kaum petani seperti , kain tekstil, minjak, ikan, pupuk dan sebagainja jang diluar, harga
pasaran sudah tinggi.
5. Hal jang dianggap belum terpetjahnja jaitu bahwa pelaksanaan pembajaran dalam bentuk natura tak dapat dipenuhi karena kekurangan
tenaga jang harus mengurus ini.

3297

LAMPIRAN I                             PRODUKSI DAN KONSUMSI BAHAN­BAHAN POKOK DI INDONESIA.

Berat dalam 1000 Kg.
Berat pokok
dan tahun
1.
1955
1956
1957
1958
2. Gula Pasir
1955
1956
1957
1958
3. Garam
1955
1956
1957
1958
4. Ikan Asia
1955
1956
1957
1958
5.. Minjak Kelapa
1955
1956
1957
1958

Persediaa Produksi
n
rakjat
awal
1)
(J.U.B.M
506000. 7.046.6
88.000. 7.136.8
163.000. 6.163.2
108.000. 7375.62
3
210.495 181.79
220.559 181.98
218.718 152.83
238.527 174.11
5

381.278
109.937

80.467

326.582

3)
X
199.58
X
209.29
X
209.11
X
X
X
X

6. Minjak tanah
(Kerosin).
1955
1956
1957
1958

6)

7. Tekstil kasar
1955
1956
1957
1958

5)

Berat dalam 1 Kg

Produksi
industri Impor





670.509
603.743
675.620
600.448
46.127
347.189
234.603

Djumlah

Ekspor

127.78 7.680.44

778.95 8.003.80

563.43 7.889.68

681.48 8165.107

4.
54 1.062.84 199.54
3
16 1.006.29 174.77
92 1.047.26 142.86
1.695 1.014.78 87467
5

24 427.429
124.08 343.392

114.85 542.512

6.329 567.514






24.590
34.647
28.954

311.806
311825
294619





14

224.178
243.943
238.069

4)
550
555
415
236

Persediaa Persedia Pendudu Tersedia Kebutuh
an
k
untuk
n
untuk
Indonesi
tiap
an
achir
pemakaia
a
djiwa
untuk
(J.U.B.M
88.000 7.592.44 82.621
91,9
90.
163.000 7.840.80 84.432
92,9
90.
108.000 7.781.6 86.659
89,8
90.
88.400
90.
2)
220.559 642.746 82.621
7,8
8.
218.718 612.808 84.342
7,8
8.
238.527 665.870 86.659
7,7
8.
88.400
217.634 709.984
8,0
8
2)
109.937 317.492 82.621
3,8
80.467 262.925 84.432
3,1
326.582 215.930 86 699
2,5
88.400
328638 238.876
2,7
2)

1.418
2.255
2.027

7)

X

—-

X
X
X





8)
X
X
X
X






1.638.1
165 1.638.35 507.64
88
3 747.60
0
1.654.9
5.069 1:660.04
1.668.4
746 1.669.18 612.91
1.575.96
906 1476875 386.64
9
9
5.970 52.391
58.361

6.230 60513
66.743

6.519 57659
64.177

31.798


X
X
X
X

223.628
243.388
237.654

6)

X
X
X
X

2,7
2,9
2,7

82.621
84.432
86.659
88.400
2)

X
X

X
X
X
X

82.621
84.432
86.659
88.400
2)

1.130.71
3
912.447
1.056.2
1.190.22
6
58.361
66.743
64.177

1.92
1.92
1.92
1.92

82.621
84.432
86.659
88.400
2)

13,7
10,8
12,2
13,5

82.621
84.432
86.659
88.400
2)

0,7
0,8
0,7

13
13
13
13
9)

TJATATAN :
1) Produksi minus bibit.
dari sumber²
2) Angka2 sementara menurut perkiraan
3) Produksi ikan asin adalah : 1/2 x (75% produksi ikan laut segar
P.G.S.N.
ditambah 35% produksi ikan darat segar).
4) 50%o-Ekspor ikan segar ditambah 100% ekspor ikan asin.
5) Tidak sedia angka2.
6) Persediaan minjak tanah dipertambahkan sebesar 1/24 X (produksi tahunan)
7) Termasuk white spirit, minjak terpenting buatan, dan sebagainja.
8) Produksi dan impor kain tak dikelantang, kain dikelantang dan kain berwarna.
9) Djumlah ini meliputi pula tekstil-tekstil lain daripada tekstil kasar.

N.B.: Angka2 tertera diatas diperoleh
sebagai berikut :
B.P.S. Djawatan Pertambangan ;
Laporan Bank Indonesia 1957 - 1958.

1
1
1
1

Lampiran II

RENTJANA ALLOKASI BULANAN TAHUN 1959.
(Dinjatakan dalam satuan ton).

3299

Tjatatan : Belum termasuk allokasi jang telah disetudjui untuk I.K.K.I 400 ton sebulan.
*) Sumber : Bagian Pendjualan/ pengeluaran.

3300

§ 1588. Masalah gula
a. Dengan produksi tahun 1958 sedjumlah 736.000 ton gula perkebunan
+ 285.000 ton gula mangkok = 1021000 ton dan kebutuhan per kapita 30 gram sehari atau seluruhnja 950.000 ton gula dan untuk ekspor
100.000 ton, ternjata peredaran gula untuk keperluan rakjat masih
mengalami keseretan seperti terbukti dengan masih adanja pendjualan
gula dengan harga 200% sampai 600% dari harga resmi dipasar bebas.
Dengan tidak mempersoalkan faktor transpor, ekonomi dan moneter
jang mempengaruhi peredaran barang 2 konsumsi pokok, maka dapatlah
diambil sebagai antjar2 tingkat produksi dihubungkan dengan kebutuhan
path tahun 1940 sebagai keadaan dimana peredaran gula adalah lantjar
dan terbeli oleh rakjat. Pada tahun 1940 keadaannja adalah seperti
berikut :
Produksi
Ekspor
ton
ton
Gula perkebunan, 1,6 djuta 804.000

Sisa untuk dalam negeri
ton
796.000 ton

Kebutuhan dalam negeri adalah 774.000 ton dengan perhitungan per
kapita 30 gram sehari dan djumlah penduduk 70.4 djuta orang. Terdapat kelebihan gula kristal 3% dari kebutuhan dalam negeri: Apabila
ditambah dengan produksi gula mangkok dengan sendirinja kelebihan
itu mendjadi 30% apabila diambil sebagai antjer 2 produksi gula rakjat
200.000 ton.
Untuk mentjapai selfsupporting dalam pengertian peredaran gula lantjar sehingga harga bisa mendjadi kenjataan dipasar bebas dan tidak
mudah didjadikan bahan spekulasi, maka seharusnja ada persediaan
untuk konsumsi dalam negeri 130% dari kebutuhan. Djuga harus ada
kelebihan produksi gula perkebunan sedjumlah kurang lebih 300.000
ton untuk kemungkinan ekspor. Produksi ini harus bisa ditjapai dalam
tahun 1961/1962 dan tahun 1960 harus dapat disiapkan rentjana untuk
memenuhi djatah, seperti memetjahkan problim areal, tenaga teknis,
pengairan, pupuk dan lain2.
Produksi 130% daripada kebutuhan tahun 1961 ditambah keperluan
untuk ekspor 300.000 ton gula perkebunan berarti 1,3 djuta ton + 0,3
djuta ton = 1,6 djuta ton. Djikalau kapasitet produksi perkebunan
dan gula mangkok seperti tahun 1958 berarti harus ada tambahan
produksi 1,6 djuta ton — 1,021 djuta ton = 579.000 ton atau dibulatkan mendjadi 600.000 ton. _
Djikalau diambil perbandingan produksi gula perkebunan adalah 70%
dan gula rakjat adalah 30% maka harus kenaikan produksi gula perkebunan 420.000 ton dan gula mangkok 180.000 ton dibandingkan
dengan tingkat produksi tahun 1958.
Tetapi adalah lebih terdjamin apabila tambahan 600.000 ton dibebankan pada pabrik gula kristal.
Kenaikan produksi itu dapat ditambah dengan dua djalan ;
1. perluasan areal tanaman tebu;
2. intensifikasi dengan mempertinggi rendement tanaman per HA.
3301

Penambahan produksi gula perkebunan dengan 600.000 ton berarti
tambahan areal tanaman tebu dengan 60.000 HA apabila didasarkan
kepada rendement 1958 untuk 1 HA adalah 10,4 ton gula dengan
kapasitet 52 pabrik jang bekerdja seperti tahun 1958. Ini berarti, rata 2
tiap pabrik harus menambah areal dengan rata 2 1150 HA atau tambahan kurang lebih 110% dad kapasitet areal sekarang.
Dengan menempuh perluasan areal ini berarti harus dipetjahkan problim sewa tanah jang sekarang mendjadi sebab kesulitan dalam mendapatkan areal untuk pabrik gula.
Sewa tanah per HA ternjata lebih rendah daripada kalau tanah itu
ditanami padi, palawidja dll. dalam waktu jang lebih pendek daripada
masa penjewaan tanah. Produksi tahun 1961/1962 belum didasarkan
kepada pendirian pabrik baru.
Djalan intensifikasi harus ditempuh untuk meninggikan produksi.
Hal ini akan berarti pula pengurangan djumlah areal jang dibutuhkan
untuk menambah produksi. Tahun 1958 produksi gula pasir adalah
104 kwintal gula per HA, Harus dapat diadakan research dalam tahun
1960 untuk menemukan sebab 2 kemunduran rendement per HA tersebut sampai 40% dibandingkan dengan tahun 1940.
Dalam tahun 1961 rendement per HA harus dinaikkan sampai 150
kwintal per HA atau dinaikkan dengan ± 50% dari tahun 1958.
Atas dasar perhitungan rendement 1961 dinaikkan mendjadi 150 kwintal/HA akan berarti kenaikan produksi dengan 50% X 736.000 =
368.000 ton gula perkebunan, dengan djumlah pabrik dan areal seperti
tahun 1958. Tinggal kurang lebih 232.000 ton gula untuk areal
15466 HA, djadi untuk satu pabrik diperlukan perluasan areal ratarata ± 300 HA.
Kemunduran rendement 1958 dibandingkan dengan tahun 1940 itu
kemungkinan besar sekali karena fabricage, petundjuk teknis tanaman,
bibit, pengairan, pemeliharaan, pupuk dan lain 2.
Produksi gula mangkok atau gula rakjat harus dapat dipertahankan.
Kemungkinan mengembangkan perindustrian rakjat ini adalah besar,
dipergiat usaha membantu rakjat dengan alat2 penggilingan.
Hal ini telah dimulai di Djawa Timur dimana alat 2 itu dibikin di
Surakarta.
Hendaknja dalam tahun 1960 diselidiki kapasitet pembikinan alat 2
penggilingan itu dan produksi itu diperluas. Produksi gula mangkok
1961/1962 dianggap masih tetap seperti sekarang,
b. Produksi gula direntjanakan ditempat 2 dimana sudah ada pabrik gulanja itu di Djawa dan produksi gula rakjat di-tempat 2 terutama jang
belum ada pabrik gulanja jaitu diluar Djawa.
Pendirian pabrik gula diluar Djawa harus merupakan projek pabrik
gula modern jang baru sama sekali dan djangan hanja sekedar memindahkan pabrik gula jang sudah ada di Djawa.
Sebab tindakan ini adalah tidak ekonomis dan bisa menimbulkan kesulitan2 baru dalam perlengkapan, pengangkutan, memetjahkan tenaga
dan areal diluar Djawa. Hendaknja diadakan tindjauan ke Pabrik
Madukiamo untuk mengetahui biaja dan kapasitet produksinja sebagai
antjer2 untuk pendirian pabrik baru.

3302

c. Dalam menjelenggarakan perluasan produksi gula seperti jang direntjanakan diatas hendaknja Pemerintah Pusat (dalam hal ini Departemen
Pertanian) mengadakan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Swatantra Tingkat I dan II. Sebaiknja djatah produksi gula dapat diawasi
langsung oleh Pemerintah Daerah Swatantra Tingkat I dan II jang
bersangkutan.
d. Apabila kita ambil dasar 52 pabrik jang bekerdja maka diperlukan
tenaga2 ahli dan kedjurusan jang seimbang pula.
Dengan mengambil antjar 2 Pabrik Gula Tjepiring jang menurut Bank
Industri Negara merupakan pabrik jang sudah dipimpin dengan tenaga
bangsa Indonesia sendiri, maka untuk 52 pabrik jang ada sekarang
diperlukan tenaga2 seperti berikut :
Administratir
52 X 1 = 52 orang
Pemegang buku
52 X 1 = 52 ,,
Masinis
52 X 3 = 156 ,,
Chemiker
52 X 1 = 52 ,,
(Opseter tanaman
kepala) H.T.O.
52 X 2 = 104 ,,
Kepala fabricage
52 X 1 = 52 „
Sinder
52 X 11 = 572 „
Pengurus Transpor
52 X 4 = 208
Buruh tetap
tukang2 besi, batu, dll.
52 X 800 = 41.600 orang.
Dalam tahun 1961 harus dapat dipenuhi sekurang-kurangnja djumlah
tenaga ahli dan kedjuruan tersebut diatas untuk dapat mengatasi rentjana penambahan produksi.
e. Indonesia adalah anggota dari International Sugar Council atau Dewan
Gula Internasional, setelah dengan resmi menjerahkan dokumen ratifikasi perdjandjian gula internasional pada tanggal 21 Pebruari 1958.
Dalam Konvensi Gula jang telah diamandir, Indonesia mendapat djatah
ekspor sebanjak 350.000 ton untuk tahun 1958, tetapi hanja dapat
direalisasi sebanjak 87.000 ton.
Baik produksi maupun konsumsi gula sedunia dari tahun ke tahun
menundjukkan kenaikan angka2 1956/1957 dan 1957/1958 adalah seperti
berikut :

1956/1957

1957/1958
Produksi

Konsumsi

Produksi

Konsumsi

ton

ton

ton

ton

18,3 djuta
15,1 djuta
6,1 -djuta
2,3 djuta
1,4 djuta
43,4 djuta

14,6 djuta
18,1 djuta
6,8 djuta
2,36 djuta
0,71 djuta
42,7 djuta

Amerika Utara dan
17,7 djuta
Selatan
Eropah
14
djuta
Asia
6
djuta
Afrika
2,2 djuta
Australia
1,32 djuta
Djumlah sedunia 41,4 djuta

14,3 djuta
17,7 djuta
6,7 djuta
2,8 djuta
0,7 djuta
41,8 djuta

3303

Produksi terbesar gula didunia masih dipegang oleh Kuba dengan
tingkat produksi tahun 1967/1958 sebesar 5,7 djuta ton.
Dengan berpedoman kepada djatah produksi dan kebutuhan tahun
1961 maka seterusnja dalam tahun 1962 - 1963 - 1964 - 1965 harus diadakan perkembangan produksi sesuai dengan perkembangan djumlah
kenaikan penduduk setahun rata 1,7% maka perlulah ada tambahan
produksi setahun sedikitnja 2% dari tahun 2 sebelumnja. Pertambahan
itu ditempuh melalui perluasan areal, mendirikan pabrik 2 baru diluar Djawa,
usaha meninggikan rendement per HA.
§ 1589. Masalah minjak tanah
a. Produksi minjak tanah (kerosine) dalam tahun 1958 adalah lebih
rendah daripada tahun 1957 sedangkan kebutuhan tahun 1958 naik dengan
10% (sumber laporan Bank Indonesia 1958/1959). Situasi produksi kerosine dalam tahun2 sedjak 1955 adalah seperti berikut : (Sumber Biro Pusat
Statistik).
1955 — 1.638.000 ton
1956
1.655.000 ton
1957 — 1.668.000 ton
1958
1.575.000 ton
Pemakaian minjak lampu (kerosine) semendjak tahun 1955 hingga
dengan tahun 1958 adalah seperti berikut: (Sumber Djawatan Pertambangan).
1955 - 717.000 ton
1956 - 797.000 ton
1957 - 911.000 ton
1958 - 1.002.000 ton
Angka2 tersebut diatas menundjukkan bahwa produksi kerosine melebihi pemakaian kerosine didalam negeri selama ini. Sebagian dari hasil
kerosine diekspor keluar negeri. Tetapi hingga sekarang masih sering
terdjadi keseretan2 dalam peredaran minjak tanah untuk konsumsi rakjat
dimana harga etjeran pasar bebas berkisar 150% sampai 200% harga .resmi
Pemerintah.
Jang melajani konsumsi dalam negeri akan minjak tanah adalah Stanvac, BPM dan NIAM (Permindo), Permina, PTMRI djuga melajani
kebutuhan akan minjak tanah di-daerah; Mengenai tenaga jang tersedia
masih perlu dipetjahkan pendidikan tenaga ahli bangsa Indonesia dan
penggunaan tenaga2 ahli asing masih terdiri hanja dari ahli 2 Barat,
Sampai sekarang hasil devisen maskapai 2 minjak asing masih sepenuhnja dikuasai oleh modal asing berdasarkan "let alone agreement" atau
"special arrangements" jang pada achir tahun 1960 perdjandjian istimewa
3304

akan berachir. Hasil devisen itu djika didasarkan atas angka² ekspor

minjak tanah dan hasil minjak dari tahun 1955 sampai sekarang
misalnja, adalah seperti berikut :

1955 — Rp. 2.460 djuta
1956 — Rp. 2.560 djuta
1957 — Rp. 3.676 djuta
1958 — Rp. 3.218 djuta
Angka² tersebut masih berdasarkan kurs 1 $ = Rp. 11,4.
b. Mengingat imbangan antara produksi minjak tanah (kerosine)
dan pemakaian didalam negeri masih terdapat kelebihan jang besar maka
jang mendjadi problim besar adalah melantjarkan peredaran minjak tanah
tersebut sehingga tidak terdapat kenaikan harga dipasar bebas dan dapat
disesuaikan dengan harga resmi jang belum dinaikkan. Sebab sedjak Djanuari 1960 harga minjak tanah dinaikkan oleh Pemerintah.
Persediaan untuk memenuhi kebutuhan seharusnja tidak dikurangi
seperti jang terdjadi , tahun 1958. Djikalau diambil niveau persediaan
tahun 1958 dihubungkan dengan kebutuhan penduduk sebagai keadaan
normal maka pada waktu itu diperlukan perkapita 11,42 KG setahun maka
dalam tahun 1961 diperlukan persediaan sebesar 11,42 X 92,3 djuta
1.054.000 ton jang seluruhnja masih dipenuhi oleh produksi dalam
negeri.

3305

― 3306 ―

DJAWATAN PERDAGANGAN
DALAM NE6ERI

II. B a g . RESEARCH

RENTJANA DIALOKASI
"
TEKSTIL IMPOR"

-- 3307 —

REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN PERDAGANGAN
DJAWATAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI
Tanah-Abang Timur No. 87,

No. 23/B-III-0/BPDN/P.
Lampiran :
Perihal : Tindakan2 selandjutnja dalam penjempurnaan penjaluran barang2 dan pengawasannja.

Djakarta, 4 Djanuari 1960.
Kepada Jth.
1. Semua Inspeksi Perdagangan Dalam Negeri;
2. Djawatan Perekonomian
Daerah Istimewa Jogjakarta;
3. Kantor Perdagangan Dalam Negeri Djakarta Raya.

Untuk menetapkan pembitjaraan2 dalam rapat-kerdja dalam bulan
Desember jang lalu jang meliputi bidang2 pelaksanaan Peraturan Presiden
No. 10/1959 dan penjaluran barang teristimewa mendjelang Lebaran jang
akan datang maka sesudah dikeluarkan instruksi 2 pelaksanaan berdasarkan
ketentuan2 jang ditetapkan dalam Peraturan Bersama Menteri Muda Perdagangan dan Menteri Muda Transkopemada
No.

7852/M. Perd.
.
38/33/M.M./XII/59 Transkopemada

tanggal

12 Desember 1959 dan mengingat akan kenjataan, bahwa penjaluran
barang2 belum berdjalan lantjar sebagaimana direntjanakan oleh Pemerintah, dianggap perlu dalam sektor perlengkapan umum diambil tindakan 2
selandjutnja untuk menjempurnakan penjaluran barang 2 impor maupun
hasil produksi dalam Negeri jang merupakan barang 2 pokok untuk penghidupan rakjat.
Sesuai dengan politik Pemerintah dalam rangka mewudjudkan Ekonomi Terpimpin, maka berdasarkan prinsip 2 jang telah ditetapkan dalam
Surat Keputusan Menteri Muria Perdagangan No. 4713a/M tanggal 30
Djuli 1959 telah dan akan dikeluarkan peraturan 2 penjaluran barang 2
impor maupun hasil produksi didalam Negeri dimana ditetapkan arah/
tudjuan barang 2 tersebut melalui djalan jang sependek-pendeknja dengan
menghapuskan „schakel ” jang tidak perlu ke tempat 2 sebagai „schakel”
terachir dan jang merupakan toko 2 etjeran ditengah-tengah masjarakat.
3308

Dengan demikian sudah dapat dikuasai se-dikit 2nja diawasi semua
barang2 pokok dan barang2 lain impor maupun hasil produksi dalam Negeri,
jang dianggap perlu oleh Pemerintah dengan alat 2 penjalur dan alat2
pelengkap lainnja seperti Koordinator, P.T. 2 Negara, Agen Tunggal,
Badan2 Urusan bahan pokok dan Perserikatan Usaha Dagang barang 2
sedjenis.
Hubungan antara Djawatan kita dengan alat 2 pelengkap tersebut diatas
akan diatur dan didjelaskan dengan instruksi tersendiri dalam waktu jang
singkat.
Disamping usaha Pemerintah dengan sekuat tenaga dalam penertiban
disemua bidang serta usaha mempertinggi produksi, memperlantjar ekspor/
impor, mengatasi kesulitan pengangkutan, pada umumnja memperlantjar
arus barang, maka dalam rangka pelaksanaan tugas Djawatan kita
Disamping mengatur alokasi/dialokasi barang 2 jang se-baik2nja berdasarkan
indikasi harga, mengawasi penjaluran barang, masih perlu sesudah tersedia
dan teraturnja alat2 penjalur dan alat2 pelengkap sebagaimana diuraikan
diatas diambil tindakan 2 dalam mengordening Toko 2 Etjeran sebagai
schakel terachir dengan pembagian tugas dan tanggung-djawab kepadanja
dalam usaha menjempurnakan permintaan masjarakat dan memberikan
ketenangan psychologis pada rakjat dengan maksud pula mempermudah
pengawasan jang harus didjalankan oleh Djawatan kita.
Dalam hubungan ini bersama ini minta segera diberikan instruksi
kepada para Kepala Kantor Perdagangan Dalam Negeri dalam lingkungan
daerah kerdja Sdr, masing2 sebagai berikut:
I. Segera membuat berdasarkan pendaftaran jang telah tersedia
dan penjelidikan setempat suatu daftar-inpentarisasi dari petusahaan 2
etjeran setempat per ketjamatan dan per golongan barang jang diperintji :
1. Toko2 Kooperasi;
2. Toko2 Etjeran Nasional;
3. Toko2, Etjeran Asing;
masing2 diperintji dalam kwalifikasi, ketjil, sedang dan besar menurut
keadaan masing 2 daerah, satu dan lain dalam kerdja-sama jang baik dengan
instansi 2 setempat terutama instansi 2 Kooperasi serta Organisasi Swasta
dalam bentuk Organisasi 2 Perusahaan Sedjenis jang telah diakui oleh
Djawatan.
Golongan barang tersebut diatas ditetapkan terdiri atas :
A. Golongan barang2 sandang pangan :
jang meliputi toko2 etjeran jang bergerak dalam lapangan perdagangan
tekstil, klontong, makanan, minuman, minjak tanah dan barang 2 bulk lainnja.
N.B.
Dalam pemberian bimbingan .jang aktip hendaknja diusahakan
berdasarkan kemampuan dan keinginan dari jang bersangkutan terbentuknja toko2 jang bergerak dalam lapangan :
3309

a. Tekstil, klontong, makanan dan minuman (barang2 sandang-pangan
ringan);
b. Beras, gula, terigu, garam, ikan asin, minjak kelapa, minjak
tanah dan barang2 bulk lainnja (barang2 sandang pangan berat);
mengingat luasnja dan berdasarkan kenjataan bahwa sebahagian besar
dari toko2 Etjeran Nasional bergerak hanja dalam lapangan perdagangan tekstil, sedangkan sebahagian ketjil bekerdja dalam lapangan
perdagangan barang2 makanan dan minuman.
B. Golongan barang2 alat2 kendaraan bermotor:
jang meliputi toko2 etjeran bengkel jang bergerak dalam lapangan
perdagangan spare-parts, ban mobil dan alat2 lainnja.
C. Golongan barang2 alat technik :
jang meliputi toko2 etjeran bengkel jang bergerak dalam lapangan
perdagangan sepeda, radio, mesin djahit, ban sepeda, alat 2 listrik (rumah
tangga) alat2 sepeda dan alat2 lainnja.
D. Golongan barang2 pembangunan :
jang meliputi toko2 etjeran jang bergerak dalam lapangan perdagangan
semen, paku, kawat, skrup, tjat, kuntji dan lain 2 bahan2 pembangunan
(toko2 Besi),
E. Golongan barang2 optik :
jang meliputi toko2 etjeran jang bergerak dalam lapangan perdagangan
barang2 optik antara lain alat2 pemotret dan katja mata.
F. Golongan barang2 stationary dan buku :
jang meliputi toko2 etjeran jang bergerak dalam lapangan perdagangan
buku, kertas dan stationary.
G. Golongan barang jang tidak termasuk dalam golongan A sampai
dengan F :
jang meliputi toko2 etjeran jang bergerak dalam lapangan perdagangan
barang2 jang tidak termasuk golongan A sampai dengan F.
Penggolongan ini hendaknja dipakai sebagai pedoman dalam pembuatan daftar-inpentarisasi jang dimaksudkan diatas dan akan merupakan
bahan2 dalam menghadapi pembentukan Perserikatan Usaha dagang
barang2 sedjenis.
Berdasarkan pedoman tersebut diatas dan kenjataan setempat
dimana para pengusaha mendjalankan usahanja oleh para Kepala Kantor
Perdagangan Dalam Negeri ditetapkan dalam golongan mana tiap 2
pengusaha harus digolongkan,
II. Membagi daerah-kerdja Kantor Perdagangan Dalam Negeri
dalam beberapa rayon jang dapat merupakan ketjamatan — ini menurut
3310

keadaan didaerah ― dan untuk perlengkapan tiap 2 rayon itu menundjuk
beberapa toko etjeran tertentu menurut urutan prioritet:
a. Toko2 Kooperasi;
b. Toko2 Etjeran Nasional;
c. Toko2 Etjeran Asing;
dengan berpedoman pada sjarat 2 jang berlaku untuk pengakuan suatu
toko antara lain mengenai tempat, pengulaman, keahlian, modal dan
bonafiditeit agar jang bersangkutan dapat diharapkan mendjalankan tugasnja untuk mendjamin spreiding jang se-luas 2nja menurut opname-capaciteit dan djumlah penduduk.
Effiecien tentunja ditundjuk toko 2 jang berada didalam rayon itu tetapi
mengingat struktur tentunja djika tidak ada tjukup toko 2 didalam rayon
itu, harus ditundjuk toko 2 dari rayon lain untuk perlengkapan rayon jang
bersangkutan.
Toko2 etjeran jang telah ditundjuk diberi tugas dan tanggung-djawab
dalam hal perlengkapan dan stabilisasi harga untuk rayon jang bersangkutan.
Toko2 tersebut diatas jang ditundjuk tidak dinamakan „Toko sandang
pangan” akan tetapi tetap mempunjai nama jang lama dengan fungsi
menjalurkan barang2 sandang-pangan termasuk golongan A.
III. Dengan menundjuk pada surat edaran jang telah dikeluarkan
mengenai penjaluran barang dimana telah ditetapkan tjara pendjualan
kepada konsumen untuk Sektor Perlengkapan Umum. Maka untuk
keseragaman dalam tindakan 2 jang harus diambil oleh Toko 2 Etjeran
sebagai kewadjibannja dengan maksud memberi ketenangan psychologis
kepada masjarakat dengan ditetapkannja rayonnering, tugas dan kewadjiban sebagaimana diuraikan diatas dalam usaha menjempurnakan permintaan masjarakat, kepada para pengusaha toko jang ditundjuk diwadjibkan
untuk mendjual barang2 pokok atas penundjukan kartu-penduduk sebagai
bukti, bahwa si-pembeli adalah penduduk dari rayon jang harus diperlengkapi oleh pengusaha Toko jang bersangkutan.
IV. Untuk sementara mendjelang Lebaran jang akan datang, selama
kelantjaran arus barang2 tekstil belum dapat ditjapai menurut rentjana
Pemerintah, Disamping kewadjiban penundjukan kartu-penduduk dan
tjara2 pendjualan jang telah ditetapkan, chusus untuk barang tekstil jang
merupakan barang jang sangat penting mendjelang Lebaran ditetapkan
procedure pendjualan sebagai berikut:
Djumlah tekstil jang diterima dan jang harus didjual tiap 2 kali oleh
pengusaha Toko = 100% disalurkan sebagai berikut
1.

5% berupa kain putih atau kain blatju disediakan sebagai kain
kapan untuk didjual atas penundjukan surat-keterangan-kematian dari Pamong Pradja;
20% didjual kepada konsumen oleh Pengusaha Toko menurut tjara 2
pendjualan jang telah ditetapkan;
3311

75% didjual kepada golongan masjarakat jang sangat membutuhkannja dengan bantuan Pamong Pradja dengan tjara sebagai
berikut :
a. Djumlah 75% ini digunting mendjadi potongan a 1 ¾ m, 2 m,
2½ m, 3 m atau 6 m menurut djenis dan penggunaannja, misalnja
untuk kain tjita tersedia 1000 potongan a 3 meter (engkel) :
b. Untuk pendjualan 1000 potongan ini oleh Pengusaha Toko dibuat
1000 lembar bon-pendjualan sementara ;
c. 1000 lembar bon-pendjualan sementara ini diserahkan kepada
Sdr. Tjamat jang ditundjuk oleh Kepala Kantor Perdagangan
Dalam Negeri dalam 4 gelombang misalnja :
― 250 lembar diserahkan oleh Pengusaha Toko kepada Sdr.
Tjamat jang bersangkutan pada tanggal 2 Djanuari 1960
dengan kesempatan membeli dari tanggal 4 sampai dengan
8 Djanuari 1960;
― 250 lembar diserahkan pada tanggal 3 Djanuari 1960 dengan
kesempatan membeli dari tanggal 9 sampai dengan 13 Djanuari
1960;
― 250 lembar diserahkan pada tanggal 4 Djanuari 1960 dengan
kesempatan membeli dari tanggal 14 sampai dengan 18 Djanuari
1960;
― 250 lembar diserahkan pada tanggal 5 Djanuari 1960 dengan
kesempatan membeli dari tanggal 19 sampai dengan 23 Djanuari
1960;
d. Bon-pendjualan sementara harus menjebutkan nama dan alamat
Toko, djumlah meter dan djangka waktu kesempatan membeli;
e. Sdr. Tjamat dengan aparat 2nja jang dalam pergaulan se-hari 2
sangat erat hubungannja dengan rakjat dalam lingkungannja,
membagikan bon 2-pendjualan sementara kepada golongan
masjarakat jang menurut pertimbangannja membutuhkan sangat
akan djenis 2 tekstil jang tersedia dengan memberikan penerangan
se-luas2nja mengenai maksud dan tudjuan bon 2-pendjualan sementara tersebut;
f. Si-pembeli berdasarkan bon-pendjualan sementara dalam waktu
jang ditetapkan dapat memilih djenis dan membeli sedjumlah meter
tekstil jang tertjantum dalam bon-pendjualan sementara;
g. Bon-pendjualan sementara jang tidak dipergunakan dalam waktu
jang telah ditetapkan ― djangka waktu pembelian diliwati ― tidak
berlaku lagi dan Pengusaha Toko diperkenankan mendjual tekstil
jang bersangkutan menurut tjara ajat IV sub 2;
h. Dengan kerdja-sama dengan Pamong-Pradja dan Pengusaha Toko
para Kepala Kantor Perdagangan Dalam Negeri diwadjibkan
untuk berusaha dan mengawasi agar procedure pendjualan ini
dapat diperlantjar.
3312

Tindakan2 sementara tersebut diatas tergantung pada dan harus disesuaikan dengan keadaan setempat dengan tidak menjimpang dari prinsip
jang telah ditetapkan tidak diadakan sistim distribusi dimana tiap 2 Warga
Negara berhak akan sesuatu untuk mendjamin pendjualan jang teratur
kepada golongan rakjat jang membutuhkan sangat akan djenis tekstil
jang belum tjukup tersedia, tindakan 2 mana akan ditiadakan djika persediaan telah mentjukupi atau berdasarkan faktor 2 lain ketenangan dikalangan masjarakat sudah tertjapai. Proses ini dalam praktek berarti bahwa
djumlah 75% (ajat IV sub 3) akan turun sampai mendjadi 0% sedang
djumlah 20% (ajat IV sub 2) akan naik lambat laun mendjadi 95%.
Dengan tindakan2 ini diharapkan pandangan jang kurang baik dengan
berdirinja rakjat ber-deret 2 dan ber-djedjal2 dimuka toko2 serta terbuangnja
waktu jang berharga dapat dihindarkan.
V. Dengan telah diatur tjara pendjualan ditambah dengan procedure
tersebut diatas dalam sektor Perlengkapan Umum, hal mana berarti pendjualan
untuk Umum, maka ditegaskan, bahwa semua permintaan langsung dari
Djawatan/Instansi 2 manapun baik Sipil maupun Polisi/ Militer untuk
memperoleh/membeli bagian tekstil untuk pegawai 2 dalam lingkungan
Djawatan2/Instansi 2 tersebut, harus ditolak oleh karena berten-tangan dengan
ketentuan2 jang telah ditetapkan.
VI. Dalam usaha penjempurnaan permintaan dengan diadakan
rayonnering, penundjukan toko2 etjeran tertentu dengan memperhatikan djumlah
penduduk dan opname-capasiteit, maka segala sesuatu ini dengan sendiri akan
mempengaruhi penetapan prosentasi jang sifatnja flexible dalam surat 2edaran kami jang telah dikeluarkan mengenai sektor Perleng-kapan Umum,
hal mana harus disesuaikan dengan kenjataan setempat.
VII. Mendjelang Lebaran jang akan datang dimana tekstil mendapat
perhatian istimewa dari masjarakat harus diberikan penerangan se-luas 2nja
bahwa chusus untuk Lebaran tidak diadakan pembagian 2 untuk golongan2
tertentu akan tetapi Pemerintah berusaha mengadakan persediaan setju-kupnja
dengan dialokasi se-baik2nja, untuk mendjamin sepandjang tahun stabilisasi
harga, sehingga masjarakat dapat membeli pada waktu dibu-tuhkannja.
Perhatian istimewa dikerahkan menghadapi Lebaran dengan berusaha
menambah persediaan jang lazim dibutuhkan dalam bulan 2 biasa untuk
menghadapi kebutuhan jang senantiasa bertambah.
Berdasarkan rentjana Pemerintah mulai pada tanggal 15 Djanuari 1960
ber-angsur 2 akan dilantjarkan pendjualan tekstil impor ex tranche
II, III dan IV serta hasil produksi dalam Negeri untuk memenuhi kebutuhan masjarakat untuk Lebaran.
VIII. Harus ditjegah agar tidak terdjadi pungutan 2 dari Instansi manapun
dan penambahan ,,schakel" dalam schema-penjaluran jang seka-rang berlaku
dan jang telah disesuaikan dengan tjara pembentukan harga, oleh karena ini
akan mengakibatkan kenaikan harga.
Dengan ditetapkannja instruksi tersebut diatas sebagai penegasan
dari pembitjaraan 2 dalam rapat-kerdja Djawatan dalam bulan Desember
3313

jang lain kami minta segera Sdr. mengadakan pembitjaraan 2 dengan Sdr.
Gubernur/Peperda didaerah dan dengan bantuan Instansi 2 setempat
berdasarkan instruksi Sdr. Menteri Muda Perdagangan dan Sdr. Menteri
Inti Distribusi jang disampaikan pada Sdr, pada malam ramah-tamah pada
tanggal 16 Desember 1959 mengambil inisiatip setjara aktip dengan penuh
tanggung-djawab dalam melaksanakan peraturan 2 jang telah ditetapkan
dalam bidang sandang-pangan.
Kepala Djawatan Perdagangan Dalam
Negeri,
Tjap/ttd.
(J. Hatusupy).
cc : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
3314

Sdr. Menteri Pembangunan,
,,
,,
Produksi.
,,
,, Distribusi,
,,
,, Muda Perdagangan.


Muda Perindustrian Rakjat. 5a. Menteri Muda
Perperpu (30 exempt.).
Transkopemada.
Sekretaris Djenderal.
Biro Sekretaris Djenderal.
Pembantu Utama Departemen Perindustrian Rakjat.
Pembantu Utama Departemen Perindustrian Dasar/Pertambangan
Departemen Kehakiman (u.p. Sdr, Soenarjo).
Kedjaksaan Agung (20 exempt.).
Direktorat Pemerintahan Umum, Departemen Dalam Negeri dan
Otonomi Daerah.
Djawatan Kepolisian Negara Bagian Reserse Kriminil (20
exempt).
B.U.B.P. 10 exempt).
Bank Indonesia.
Bank Umum Negara (Buneg) (10 exempt.).
Direktorat Perdagangan Dalam Negeri.
Direktorat Perdagangan Luar Negeri.
Djawatan Harga (20 exempt.).
Kantor Perkembangan dan Pemeliharaan Produksi Perindustrian
(K.P. 4).
Djawatan Kooperasi (20 exempt.).
Djawatan Pusat Pembelian Pemerintah (Djapp.) (15 exempt.).
Kantor Rentjana Impor,
Biro Devisen Perdagangan.
Badan Urusan Dagang (10 exempt.). 26a. Bappit (10 exempt.).

27;
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.

Panitia Impor Barang² Impor Penting.
Panitia Penjaluran Barang² impor Penting.
Dewan Perniagaan dan Perusahaan (20 exempl.),
Lembaga Penjaluran Perdagangan (10 exempl.).
P.T. Juda Bhakti.
P.T. Indevitra.
P.T. Sava Negara.
P.T. Triangle.
P.T. Usindo.
P.T. C.T.C.
Semua Kordinator.
J.B.P.
S.P.M.I.

§ 1590. Perlengkapan barang
Dalam rangka mewudjudkan Ekonomi Terpimpin maka dalam bidang
perlengkapan barang2 telah dan akan ditetapkan peraturan 2 mengenai
Sistim impor, tjara penjaluran barang 2 impor dan hasil produksi dalam
Negeri jang sangat dibutuhkan untuk penghidupan Rakjat dan pembangunan.
Untuk beberapa barang telah dikeluarkan peraturan 2 penjaluran
berdasarkan prinsip²) jang telah diumumkan dalam statement Menteri
Muda Perdagangan No. P/110 tanggal 4 Agustus 1959 (terlampir) jang
berarti
a. Bahan2/barang2 pokok jang sangat penting untuk penghidupan rakjat
dikuasai penuh oleh Pemerintah;
b. Bahan2/barang2 lainnja diawasi sungguh 2;
c. Tjara penjaluran untuk maksud penggunaan jang tepat ditetapkan oleh.
Pemerintah;
d. Harga² diikat pada tingkat jang tertentu,
Sebagaimana diketahui, kebutuhan akan sesuatu barang dipenuhi
oleh produksi didalam Negeri dan impor dari Luar Negeri sebagai tambahan, didalam mana diusahakan dialokasi jang se-baik 2hja berdasarkan.
djumlah penduduk, pemakaian tiap² djiwa serta kekuatan menampung dari
masing2 daerah.
a. Barang2Impor.
Mulai dengan berlakunja tranche II/1959 ― tidak termasuk
impor untuk beras dari Pemerintah ― maka berdasarkan Rentjana
Impor Urgen barang 2 impor d