Jilid-15 Depernas 24-Bab-127

BAB 127.

BIDANG KOMUNIKASI
SEKTOR : PERHUBUNGAN DARAT
BAGIAN : DJALAN RAJA

§ 1601. Umum
Pemeliharaan, perbaikan dan pembuatan djalan 2 Negara dibiajai
oleh Departemen Pekerdjaan Umum dan Tenaga, akan tetapi pelaksanaannja dilakukan oleh Dinas Pekerdjaan Umum Daerah Tingkat I jang
organisatoris dan taktis berdiri dibawah Pemerintah Daerah Otonoom,
jang termaksud lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah.
Djalan2 Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II dibiajai oleh
Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dan pemeliharaannja
serta perbaikan dan pembuatannja diselenggarakan masing² oleh P.U.
Propinsi dan P.U. Kabupaten.
Sebagai suatu kenjataan jang tidak dapat dipungkiri, jang mempunjai
kepentingan terbesar akan baiknja keadaan djalan 2 raja ialah Menteri Inti
Distribusi dengan Menteri Perhubungan Daratnja jang diberi kompentensi
mengeluarkan idzin trajek untuk perusahaan² pengangkutan barang
(truck) dan orang (bus) dan mengawasi lalu-lintas darat. Akan tetapi

mengenai keseluruhannja, jakni seluruh persoalan djalan² raja Menteri
Pekerdjaan Umum dan Tenaga-lah jang penuh bertanggung-djawab
terhadap Presiden.
Djelaslah bahwa dengan adanja 3 instansi Pemerintah jang masing 2
mempunjai wewenang sendiri² dalam bidang „djalan raja” pelaksanaan
wewenang mana kadang 2 membawa akibat² jang bertentangan, terpeliharanja kepentingan2 djalan raja itu tidak dapat didjamin.
Djalan 2 raja jang ada di Indonesia di-bagi 2 dalam 6 kelas djalan, satu
dan lain ditetapkan berdasarkan kekuatan konstruksi perkerasan djalan.
Kelas² ini ialah kelas I, II, III, IIIa, IV dan V, jang masing 2 dapat
menahan tekanan roda kendaraan jang ditetapkan ber-turut 2 sebesar 7 ton,
5 ton, 3,5 ton 2,75 ton, 2 ton dan 1,5 ton berat sumbu (axle-load) dengan
sjarat djarak sumbu sebesar minimum 3 m. Klasifikasi djalan2 ini ditetapkan sebelum perang oleh Departemen van Verkeer en Waterstaat,
Afdeling Wegverkeer, dan hingga kini tetap berlaku (Peraturan Lalulintas Djalan Pasal 97):
Berhubung dengan perkembangan lain lintas barang dan perkembangan teknik kendaraan bermotor, maka sebenarnja klasifikasi ini tidak
sesuai lagi dengan djaman.
Bukan sadja djumlah kelas2 terlampau banjak, lagi pula dengan hanja
mengidzinkan maksimum 7 ton berat sumbu, lalu-lintas barang dengan
perantaraan kendaraan bermotor sangat terbatas.

3367


Dengan ini lahirlah konflik kepentingan antara
pemakai djalan dan instansi jang memelihara djalan,
karena
masing2
mempertahankan
kepen-tingankepentingan sendiri, jakni :
1. Pemakai djalan ingin mengeksploitir kendaraannja sebaik²nja dengan memuatinja sebanjak kekuatannja;
2. Instansi pemelihara djalan menghendaki tetap baiknja
djalan dan melarang muatan jang melampaui batas
maksimum tadi.
Pendirian instansi pemelihara djalan ini ada pada
tempatnja, karena hingga kini biaja jang disediakan oleh
Pemerintah guna pemeliharaan djalan 2 raja adalah sangat
rendah, pada umumnja praktis hanja tjukup untuk
membajar upah pekerdja 2 didjalan sadja. Dimana arti
„pemeliha-raan ’’ itu bukan hanja berkisar dalam hidang
„mempertahankan keadaan semula ” akan tetapi harus
meluas sampai perbaikan 2 ringan dan perlahan 2
menjesuaikan djalan dengan keperluan lalu-lintas, maka

satu 2nja
djalan
untuk
menghindarkan
senantiasa
merosotnja keadaan djalan dan untuk sedikit banjak
mengakui
kepentingan 2
pemakai2
djalan,
biaja
pemeliharaan harus disesuaikan dengan keperluan jang
tepat.
Oleh karena keadaan djalan² raja pada umumnja
sekarang telah sedemikian buruknja sehingga tidak
mungkin diperbaiki per-lahan, satu dan lain pula
berhubung dengan harus terdjaminnja se-baik 2nja
peredaran barang jang disalurkan melalui djalan raja,
maka perlu dalam djangka waktu jang agak pendek (6 -8 tahun) diselenggarakan „perbaikan berat ” agar dapat
mengedjar seluruhnja atau sebagian besar ketinggalan

kita dalam melajani keperluan lalu-lintas barang dan
orang.
Seperti diatas telah diuraikan djalan² di Indonesia
dibagi dalam 6 kelas. Dengan terlaksananja rentjana
semesta ini berarti bahwa praktis 50% dari djaring
djalan raja di Indonesia akan mendjadi kelas II dan III
jang dapat dibebani berat sumbu masing 2 5 ton dan 3,5
ton,
Ini ada sangat penting sebagai fase peralihan untuk
mengganti djumlah kelas djalan sesuai dengan keperluan
pemakai.
Pada umumnja adalah praktis apabila kita hanja
mengadakan 3 buah kelas djalan sadja, jakni :
1. Kelas I kuat untuk 10 ton, berat sumbu;
2. „
II „
Pembuatan djalan baru pada umumnja sangat mahal.
Djika dikehen-daki membuat djalan serentak kelas II,
maka biajanja akan meliputi 3 – 4 djuta rupiah se-km-nja.


Berhubung dengan itu, maka djalan „missing-links ”
jang diusulkan ini untuk sebagian, jakni jang terletak di
Indonesia bagian Timur akan dibuat sebagai djalan
kelas III jang akan memakan biaja sebesar ± Rp.
2.000.000,, se-km-nja.
Lain2 keperluan untuk pembangunan ini ialah berupa
2
alat besar dan bahan2 :
3368

1. Aspal sebanjak kira 2 425.000 ton jang sebagian
(± 50%) harus diimpor dari luar;
2. Mesin-gilas sebanjak kira 2 2.000 buah;
3. Truck sebanjak kira 2 4.000 buah;
4. Stone-crusher kira 2 400 buah.
Djumlah devisen jang diperlukan adalah seperti
berikut :
Dalam rentjana ini dengan sendirinja termasuk pula
perbaikan/pem-buatan djembatan2.
Pada umumnja dalam rentjana biaja djalan +

djembatan itu, untuk djembatan2nja dapat diambil
25% dan biaja seluruhnja (Rp. 25,7 miljar) atau
sebesar Rp.
6,4 miljar, ditambah Rp, 1 miljar untuk
djembatan2 besar = Rp. 7, 4 miljar.
Dari biaja djalan an sich diperlukan 15% rupiah
devisen guna impor alat2 besar (roadbuilding
equipment), aspal, alat2 ukur beserta lain alat2 ketjil
(seperti patjol, belentjong dsbnja), semen, bahan baku
luar negeri lain dll., jang berarti 15% dari Rp. 19,3
miljar atau Rp. 3;-- miljar. Dari biaja djembatan
diperlukan ± 40% devisen atau Rp. 3,- miljar. Djumlah
jang diperlukan untuk pembelian dari luar negeri
mendjadi Rp. 6,,--miljar = $ 75 djuta (apabila diambil
sebagai dasar perbandingan $ 1,-- Rp. 80,-termasuk harga lawan Rp. 45.--, PUIM ad 2550%. bea masuk dll.), dalam djumlah mana, telah
termasuk Rp. 956,25 djuta devisen untuk pembelian
alat² besar guna pembuatan djalan² baru.
Rentjana perbaikan djalan² dalam djangka waktu 8
tahun meliputi :
1. Rehabilitasi (perbaikan berat) djalan 2 pada

umumnja;
2. Penguatan/pengaspalan djalan 2 kerikil (jakni
djalan jang tidak beraspal) mendjadi djalan kelas
III;
3. Menaikkan kelas djalan Negara jang beraspal
mendjadi kelas II;
4. Membangun djalan 2 baru jang merupakan
„missing-links”.
Apabila rentjana ini dilaksanakan maka akan
tertjapai hasil2 sebagai berikut :
1. Dari djalan Negara jang beraspal sepandjang
3.300 km pada waktu ini 1.370 km ada dalam
keadaan baik dan berkelas II.
Sisanja sepandjang 1.930 km akan dimodernisir dan
didjadikan djalan kelas II pula, Sehingga pada achir
pelaksanaan rentjana ini akan terda-pat di Indonesia
3.300 km djalan kelas II jang berarti dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan berat sumbu 5 ton.
2. Djalan Negara jang tidak beraspal ada 4.750 km.
Djalan2 ini semua akan diperkuat dan diaspal

sehingga mendjadi djalan kelas III untuk berat
sumbu 3,5 ton.

3. Dari djalan Propinsi jang beraspal dan pandjang
6.300 km semuanja dianggap masih baik dan dapat
dimasukkan sebagai djalan kelas III.
4. Djalan Propinsi jang tidak beraspal ada 18.160 km.
Djalan ini semua akan diperkuat dan diaspal
sehingga mendjadi djalan kelas III; dalam Rentjana
fase I ini akan tertjapai 14.990 km.

3369

5. Dari djalan Kabupaten sepandjang 46,400 km praktis tidak ada jang
diaspal. Dianggap perlu hanja memperkuat dan mengaspal 7.100 km
djalan dan mendjadikannja djalan kelas III; dalam Rentjana fase I ini
akan ditjapai 5.400 km.
6. Lain daripada itu akan dibangun djalan baru (missing-links) sepandjang :
a).
70 km kelas I;

b).
2,268 km kelas II;
c).
375 km kelas III;
Dengan ini maka Indonesia akan mempunjai :
a).
70 km djalan kelas I;
b).
5568 km djalan kelas II;
c).
31815 km djalan kelas III;
d).
44170 km djalan jang kelasnja lebih rendah dari kelas III.
Apabila kita menghendaki kekuatan djalan jang lebih besar, berdasarkan keperluan lalu-lintas jang maka sebagaian Dari djalan 2 tersebut diatas
harus diperkuat lebih banjak, kira2 seperti berikut :
1.
5.568 km djalan kelas II semua didjadikan kelas I (untuk berat
sumbu 7 ton);
2.
40% dari 31.815 km djalan kelas II atau 12.715 km didjadikan

kelas I;
3.
60% dari 31,815 km djalan kelas III atau 19.100 km didjadikan
kelas II;
4.
5,170 km djalan dari 44,170 km djalan kelas III a, IV dan V
didjadikan kelas II;
5.
39.000 km djalan kelas III a, IV dan V didjadikan kelas III.
Dengan ini akan tertjapai adanja
(a). Djalan kelas I
sepandjang 70 + 5.568 + 11.715 = 18.353 km.
(b).

„ II

19.100 + 5.170 = 24.270 km.
(c).

,, III


39.000 km.
Biaja tambahan, (diatas Rp, 26,702 djuta jang diperlukan untuk rentjana
ini) adalah seperti berikut :
Untuk menaikkan djalan kelas II mendjadi djalan kelas I rata 2 (termasuk perkuatan perbaharuan djembatan 2nja) diperlukan Rp. 1 djuta per
km. Untuk menaikkan djalan kelas III mendjadi djalan kelas II pun rata 2
diperlukan Rp, 1 djuta per km, sedangkan apabila dari kelas III harus
dinaikkan kekelas I biaja perkuatannja (termasuk perbaharuan djembatan 2nja) memerlukan rata Rp. 2 djuta per km dengan tjatatan bahwa dalam
hal ini praktis tiada djembatan jang dapat diperkuat sadja, tetapi praktis
semua harus diperbaharui.
Untuk menaikkan djalan kelas III a, IV dan V mendjadi djalan
kelas III (termasuk djembatan 2 nja) memerlukan biaja sebesar antara
Rp, 400.000,-- dan Rp. 800,000, per km atau rata Rp. 600.000,— per
km, sedangkan untuk menaikkannja kekelas II diperlukan biaja rata 2

3370

Rp. 2.000.000,- per km. Ini berarti bahwa untuk mentjapai target kedua
ini diperlukan tambahan biaja diatas Rp. 26.702 djuta tersebut diatas
sebesar:
1).
2).
3).
4.)
5).

5.568 X Rp. 1
djuta
12.715 X Rp. 2
djuta
19.100 X Rp. 1
djuta
5.170 X Rp. 2
djuta
39.000 X Rp. 0,6 djuta
Djumlah :

=
=
=
=
=

Rp. 5.568,-- djuta.
Rp. 25.430,-- djuta.
Rp. 19.100,-- djuta,
Rp. 10.340,-- djuta.
Rp. 23.400,-- djuta.
Rp. 83.838,-- djuta.

Apabila kekuatan djalan harus disesuaikan dengan lalu-lintas modern, dan
diadakan hanja 3 kelas, masing² untuk berat sumbu :
1. Kelas I = 10 ton;
2. Kelas II = 7 ton;
3. Kelas III = 3,5 ton;
maka biaja perbuatan bukan lagi Rp. 83.838 djuta, melainkan seperti
dibawah ini :
1. 70 km kelas I lama mendjadi I baru memerlukan
70 X Rp. 1,5 djuta
2. 5.568 km kelas II lama mendjadi II baru memerlukan 5.568 X Rp. 2,5 djuta
3. 12.715 km kelas III lama mendjadi I baru memerlukan 5.568 x Rp.2,5 djuta
4. 19.100 km kelas III lama mendjadi II baru memerlukan 19.100 x Rp. 2,- djuta
5. 5.170 km kelas IV lama mendjadi III baru memerlukan 5.170 x Rp. 3,- djuta
6. 39.000 km kelas IV lama mendjadi III baru memerlukan 39.000 x Rp. 0,6 djuta
Djumlah :

Rp.

105,-- djuta

= Rp. 13920,--

,,

= Rp. 44503,--

,,

= Rp. 38200,--

,,

= Rp. 15510,--

,,

= Rp. 23400,-- ,,
=Rp. 135.638,-- djuta

Adalah suatu kenjataan bahwa kapasitet djalan raja sangat terpengaruh oleh adanja lalu-lintas lambat.
Pada umumnja lalu-lintas lambat menghambat kelantjaran lalu-lintas
sehingga memperketjil kapasitet djalan.
Untuk menghindarkan penghambatan kelantjaran lalu-lintas ini perlu
diadakan pemisahan antara lalu-lintas tjepat dan lalu-lintas lambat.
Pemisahan jang paling sempurna ialah apabila untuk kedua matjam
lalu-lintas ini diadakan djalur2 djalan tersendiri2 dan terpisah sempurna
satu dari jang lain sehingga lalu-lintas jang satu tidak dapat mengindjak
djalur lalu-lintas jang lain,
3371

Akan tetapi tjara ini adalah sangat mahal, karena
menghendaki lebar djalan (right of way) jang sangat berlebih2, dan disamping itu memerlukan pula djembatan
dan sebagainja tersendiri. Apalagi apabila dikehendaki
pula bahwa djalan untuk lalu-lintas lambat itu harus ada
dikedua belah djalan untuk lalu-lintas tjepat.
Seperti keadaan di Djawa Timur, djalur untuk lalulintas lambat hanja diadakan 2 disebelah djalan sadja. Biaja
pembuatannja memang lebih ringan akan tetapi tjara ini
sering mengatjaukan lalu-lintas tjepat, karena se-akan 2
lalu-lintas lambat tidak lagi menaati peraturan lalu-lintas
untuk djalan disebelah kiri.
Apabila djalur2 lalu-lintas ini dibuat disebelah djalur
lalu-lintas tjepat tanpa pemisahan sempurna, maka biaja
pembuatannja lebih ringan lagi akan tetapi tjara ini
menghendaki pemeliharaan djalur lalu-lintas lambat jang
sangat teliti, karena permukaan djalur ini se-tidak 2nja
harus sama sempur-nanja seperti djalur lain-lintas tjepat.
Djika tidak, maka lalu-lintas lambat dalam bentuk
sepeda
dan
betja
akan memakai djalur lalu-lintas tjepat dan akibatnja sama
sadja
seperti
tidak adanja djalur lalu-lintas lambat tersendiri.
Untuk dapat memelihara djalur lalu-lintas lambat ini
se-baik2nja
dan
se-mudah2nja, perlu diadakan peraturan bahwa gerobak 2
dan tjikar2 tidak memakai roda besi, akan tetapi roda
karet,
dan
sedapat
mungkin
roda
dengan ban angin,
Bagaimana djuga, mengadakan djalur tersendiri
untuk lalu-lintas lambat berarti menambah biaja
pembuatan djalan.
Karena biaja ini sekarang belum diketahui besarnja,
dan menaksirnja akan berarti hanja me-raba 2, maka
pelaksanaannja akan dimulai setelah dalam Rentjana
fase I ini diadakan penelitian dan penjelidikan jang
seksama. Untuk sementara tanpa membuat djalur 2
tersendiri, sebagai tindakan peralihan kapasitet djalan
dapat dipertinggi antara lain dengan ketentuan 2 seperti
berikut :
1. Membuat tempat 2 berhenti untuk lalu-lintas lokal jang
terletak diluar djalur djalan, sehingga kendaraan 2 jang
berhenti tidak mengganggu lalu-lintas;
2. Tepi djalan dipelihara lebih baik sehingga permukaan
djalan tetap rata, sehingga untuk sepeda dan betjak
tiada alasan untuk tidak djalan ditepi;
3. Mengharuskan tjikar dan gerobak memakai ban karet
atau ban angin. sehingga tidak lekas merusak tepi
djalan;

4. Mendidik pemakai djalan supaja dalam segala keadaan
memegang
teguh disiplin dan tata-tertib lalu-lintas.

3372

§ 1602. Pendjelasan projek demi projek
a. Djalan 2.
1: Pemeliharaan berat seluruh djalan 2.
Tersedia Rp. 1.450
djuta. meliputi :
a. pembelian 1200 buah mesin gilas.
b.
,,
4000 „ truck.
c.
,, 200 „ pemetjah batu,
d. pendidikan tenaga² pelaksana,
Disamping
memperbaiki.
memperkuat.
menaikkan kelas djalan dari sebagian djalan 2
jang ada. lain 2 djalan dengan sendirinja perlu
pula dipelihara sebaik-baiknja.
Untuk ini diperlukan banjak sekali alat 2 besar
dalam
bentuk
road-maintenance
equipment.
terutama mesin gilas, truck dan pemetjah batu.
Dengan memperhitungkan alat 2 besar jang telah
ada. jang sebagian diperoleh dari Pampasan
Perang Djepang untuk peker-djaan-pekerdjaan
jang sangat penting ini diperlukan djumlah 2
tersebut diatas.
Dengan adanja alat 2 besar tsb, maka bukan sadja
akan terdjamin pemeliharaan djalan 2 malahan
keadaan
djalan
berangsur-angsur
dapat
diperbaiki
sehingga
terdjamin
pula
kekuatandjalan 2 dan lebih lantjarnja lalulintas
dan dengan sendirinja lebih murahnja biaja
pengangkutan, Akan tetapi dengan alat 2 besarnja
sadja , belum dapat dilaksanakan pemeliharaan
ink apabila mesin 2 itu belum atau tidak
mempunjai pengemudi 2 jang tjakap.
Berhubung dengan itu, disamping pembelian 2
alat 2 besar tsb. diatas akan diusahakan serentak
pendidikan 2 pengemudi. jang guna kebaikan
pekerdjaan akan direkrutir dari orang² lulusan
sekolah 2 teknik S.T. Ditaksir bahwa kursus
pendidikan ini akan memakan waktu 6 bulan
Dengan mengadakan kursus ber-turut 2. maka
dalam waktu se-lambat 2nja 2 tahun akan terdidik
djumlah pengemudi jang diperlukan.
b. Djalan 2 Baru.
2. Antara Tjililitan (Djakarta) dan Bogor terus ke
Puntjak, sepan-djang k i r a ² 70 km. dengan biaja
Rp. 630.000.000,-- (djalan kelas I). Dengan
bantuan I.C.A. akan dibangun djalan raja untuk
lalu-lintas tjepat antara Tg. Priuk dan Tjililitan
(Djakarta Bypass). Djalan ini akan memotong
djalan jang menghubung djalan raja Djakarta —
Bogor dengan lapangan udara Tjililitan dan
daerah Bogor. Untuk sekaligus menghindari pula
"
bottleneck" dalam kota Bogor, maka djalan
termaksud harus dibuat sedemikian, sehingga

baru mempersatukan diri dengan djalan raja jang
ada sekarang, kira 2 didekat desa Tjiawi (Tenggara
Bogor).
3373

Untuk mereka jang menudju ke Bogor, akan diadakan djalan
sambungan jang tertentu,
Throughway ini akan direntjanakan sebagai motorway dengan
ketjepatan maksimum, misalnja 120 km./djam dan minimum 60
km./djam (ketjuali didaerah pegunungan) dan terlarang untuk
lalulintas perlahan seperti betjak, sepeda, grobak dsb.nja.
Sifat throughway melarang pula kendaraan berhenti (ketjuali
djika ada kerusakan), sehingga tidak memperbolehkan lalulintas
opelet/otolet dan bus lokal.
Berhubung dengan ini harus diadakan " limited acces " dan mengingat bahwa djalan tersebut harus dibuat untuk lalulintas terberat. maka biaja pembangunannja ditaksir akan memerlukan
Rp. 9.000 000.- per km, Dalam 3 tahun pertama akan diadakan
persiapan 2 terdiri dari:
a. pengukuran dan pembuatan projek;
b. pemesanan alat 2 besar (roadbuilding equipment):
c. pembebasan tanah jang diperlukan.
Pelaksanaan projek ini (untuk kira 2 45 km, djalan baru dan 25 km.
djalan jang ada jang akan disesuaikan dengan sjarat 2 lalulintas
modern) dapat diselesaikan dalam 5 tahun selandjutnja.
3. Antara Palembang Djambi Rengat -- Pakanbaru – Rantauprapat -- Tandjung Balai, sepandjang kira 2 1100 km. (tidak
termasuk bagian Rantauprapat -- Tandjung Balai. sepandjang
120 km. jang djalannja sudah ada perbaikannja termasuk sub (c)
termasuk djalan simpang kepelabuhan Dumai di Selat Rupat.
Biaja jang diperlukan Rp . 4.004 djuta (djalan kelas II).
Djalan jang dimaksud ini untuk sebagian besar sudah ada, akan
tetapi merupakan djalan kelas IV atau djalan Jeep. sebagian pula
terdiri dari djalan jang perkerasannja dibuat dari tjampuran tanah
dengan minjak bumi,
Lain dari pada itu banjak sungai 2 besar harus dilintasi. antaranja:
Batang Hari (Djambi), Batang Kuantan (Rengat), Sungai Siak
(Pakanbaru) dan Sungai Rokan.
Berhubung dengan keuntungan (adanja sebagian djalan) dan
kerugian (pelintasan sungai 2 besar) tsb. diatas, untuk pembangunan djalan ini diperlukan biaja tsb.
Dengan adanja djalan dapat dikatakan bahwa Pulau Sumatera
bagian Timur akan terbuka untuk perkembangan ekonomi, satu
dan lain akan sangat penting dipandang dari sudut usaha Sandang
Pangan.
Dalam 3 tahun pertama akan diadakan persiapan 2 terdiri dari :
a. pengukuran dan pembuatan projek;
b. pemesanan alat 2 besar (roadbuilding equipment).
3374

4.

5.

6.
7.

Pembebasan tanah didaerah ini tidak begitu penting karena sebagian besar akan melewati hutan belukar atau daerah rawa.
Dengan melaksanakan pembangunan serentak dalam 4 Daerah
Tingkat, I (Sumatera Selatan, Djambi, Riau dan Sumatera Utara),
penjelesaiannja dapat diharapkan dalam 5 tahun.
Antara Prapat -- Tarutung --- Padang Sidempuan — Bukittinggi,
sepandjang kira2 538 km, dengan biaja sebesar Rp. 1.616 djuta
(djalan kelas II).
Djalan ini telah ada, akan tetapi antara Tarutung dan Sipirok
merupakan djalan jang senantiasa mengalami gangguan alam
sehingga harus ditjarikan trase baru
Djuga bagian jang termasuk wilajah Sumatera Barat memerlukan
pembuatan djalan baru dibeberapa tempat.
Dengan diperbaikinja djalan hubungan antara Bukittinggi
dengan Medan akan sangat diperlantiar, Disamping berarti pembukaan daerah Sipirok untuk perkembangan ekonomi.
Karena djalan ini dahulu akan dibangun dengan bantuan I.C.A.
dan pekerdjaan persiapan dihentikan setelah pemberontakan
P.R.R.I., maka kini telah tersedia hasil 2 pengukuran dahulu.
Tinggal pembuatan projek dan pemesanan alat 2 besarnja jang
masih perlu dilakukan, Ini dapat diselesaikan dalam 2 tahun per tama. sehingga untuk penjelesaian seluruh pekerdjaan tersedia
6 tahun.
Antara Bukittinggi -- Pajakumbu -- Pakanbaru. sepandjang 220
km. dengan biaja Rp, 550.000.000— (djalan kelas II),
Djuga djalan ini sekarang sudah ada akan tetapi memerlukan perbaikan trase dan modernisasi.
Dengan adanja perhubungan jang sangat Baik antara Bukittinggi
dan Pakanbaru, berarti. bahwa hasil bumi Sumatera Barat jang
kini untuk ekspornja tergantung melulu pada pelabuhan Teluk
Bajur kelak akan dapat disalurkan pula ke Pakanbaru dan terus
keluar negeri.
Untuk pengukuran, pembuatan projek dan pemesanan alat 2 besar
serta pembebasan tanah. Akan diperlukan kira 2 3 tahun. sedangkan 5 tahun selandjutnja tjukup untuk melaksanakan pekerdjaan
seluruhnja.
Antara Poso -- Parigi
masing² sepandjang 2 kira2 150 km.
dengan biaja masing Rp. 525
Antara Tomini
Marissa
djuta (djalan kelas II).
Dua djalan ini adalah "missing links" dalam arti seluas-luasnja,
karena djustru dua bagian ini jang sampai sekarang merupakan
kekosongan jang tidak memungkinkan orang berkendaraan mobil
langsung dari Makassar ke Menado,
Dengan dibuatnja djalan 2 ini akan tertjapai hubungan darat langsung antara kedua Ibu Kota Daerah Tingkat I Makassar dan
Menado, hubungan mana sudah lama dikehendaki Daerah 2 jang
bersangkutan.
3375

Trase Paso -- Parigi sebagian telah diukur, akan
tetapi
kiranja
masih
memerlukan
banjak
perubahan, sehingga untuk :
a. pengukuran dan pembuatan projek;
b. pemesanan alat 2 besar . ;
perlu disediakan waktu kira 2 2½ tahun.
8. Antara Tomini — Tolitoli sepandjang 110 km
dengan biaja Rp. 385 djuta (djalan kelas II).
Maksud pembangunan djalan ini adalah untuk
mengeluarkan daerah 2 jang terpentjil dan terletak
di
Teluk
Tomini,
dari
isolasinja
dan
menghubungkannja dengan Tolitoli, salah sebuah
pelabuhan dipantai Laut Sulawesi,
Dengan tertjapainja perhubungan darat ini. maka
tidak perlu lagi pengangkutan hasil bumi daerah
Teluk Tomini harus melalui laut, mengitari
Minahassa untuk sampai dilaut Sulawesi dan
keluar daerah. Trase ini sampai sekarang sama
sekali tidak ada. Pengukuran dan pembuatan
projek akan memakan waktu kira 2 2 tahun,
9. Djalan 2 missing link di Pulau Sumbawa sepandjang
40 km.
10a. ,,
,,
,, ,, ,, Flores

40 km.
10b. ,,
,,
,, ,, ,, Sumba

120 km.
11.
,,
,,
,, ,, ,, Halmahera „
175 km.
masing 2 memerlukan biaja Rp. 80 djuta; Rp. 80
djuta; Rp, 240 djuta dan Rp, 350 djuta (djalan kelas
III).
Djalan 2 sangat penting terutama untuk membuka
daerah 2 terpen-tjil, sehingga hasil 2 buminja dapat
disalurkan kedaerah lain jang memerlukannja.
Karena pulau 2 tab, pada umumnja masih belum
mempunjai lalu-lintas darat jang agak banjak
dianggap tjukup membuat djalan kelas III untuk
sementara waktu. Kelak akan ditindjau kembali
setelah tampak kemadjuan jang diakibatkan oleh
adanja djalan 2 baru ini,
12.
Antara Takengon -- Blang
Kedjeren, sepandjang k i r a 2 220 km. Djalan ini
perlu diadakan untuk menghubungkan daerah Atjeh
Tengah dengan Kutaradja dan Medan, akan tetapi
belum men-tjapai keperluan jang mendesak.
Dalam Rentjana fase I akan diadakan persiapan 2
seperlunja jang dapat dibiajai dari dana 2 routine
biasa.
13. a) Antara Tajan -- Teluk Melano sepandjang kira
200 km, jang bermaksud mengadakan hubungan
darat langsung antara Pon-tianak (via Ngabang

Sosok -- Tajan) dengan Ketapang melalui Teluk
Melano.
b) Antara Siluas -- Balaikarangan -- Nangabadau -Putussibau sepandjang kira 2 565 km, jang
dimaksudkan
membuka
daerah
perbatasan
Kalimantan
Barat
dan
Sulawesi
dan
menghubungkan Putussibau melalui djalan
darat dengan Siluas Bengkajang -- Singkawang
dengan Pontianak.
3376

Djuga kedua djalan ini belum merupakan keperluan jang mendesak. sehingga dalam Rentjana fase I tjukup diadakan persiapan 2
jang dapat dibiajai dari dana 2 routine biasa.
14. Antara Sintang di Kalimantan Barat dan Ampah di Kalimantan
Tengah, sepandjang 650 km,
Djalan ini akan merupakan djalan sentral: jang dapat menghubungkan Pontianak (via Sintang Puruktjahu -- Muara Tewe
— Ampah) dengan Bandjarmasin,
Seperti halnja djalan2 sub 12 dan 13 djuga djalan ini belum
merupakan keperluan mendesak.
Dari djarak 650 km, hanja kira 2 10 km, jang masih belum
diukur. Pengukuran 10 km. ini dapat dilaksanakan dari biaja
routine biasa.
15. Antara Gorontalo Kotamobagu. sepandjang kira 2 160 km. jang
merupakan djalan kedua dan djalan selatan jang dapat menghubungkan Gorontalo dengan Menado.
Maksud djalan ini ialah membuka daerah sebelah selatan Bolaang
Mongondouw. Urgensinja belum meningkat sehingga pelaksanaannja dapat ditangguhkan sampai Rentjana fase II.
c. Modernisasi djalan2 aspal negara.
Diseluruh Indonesia. ketjuali di Daerah 2 Tingkat l Riau. Maluku,
Irian Barat, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, terdapat apa jang dinamakan Djalan Negara ,
Jang beraspal seluruhnja mempunjai pandjang 3300 km.
Dari 3300 km. ini jang 1370 telah dalam keadaan Baik dan termasuk
djalan kelas II. Jang 1930 km. akan diperbaiki dan didjadikan djalan
kelas II. sehingga pada achir Rentjana Ease I ini akan terdapat djalan
aspal Negara (kelas II) sepandjang 3300 km., djalan 2 mana dapat
dilalui kendaraan. jang mempunjai beban sumbu seberat.5 ton.
Seluruh usaha ini memerlukan biaja sebesar Rp. 1.693,25 djuta.
d. Perkuatan djalan kerikil Negara,
Dari djalan2 Negara jang ada diseluruh Indonesia (ketjuali Daerah
Tingkat I Riau, Maluku. Irian Barat, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur) ada 4750 km. jang tidak beraspal dan pada umum nja masuk kelas djalan lebih ringan dari kelas III.
Pada umumnja djalan2 ini hanja mempunjai perkerasan jang sangat
sederhana, sehingga dinamakan djalan kerikil,
Djalan ini akan diperkuat dan diaspal, sehingga akan mendjadi djalan
kelas III jang benar' dapat menahan lalulintas dengan beban sumbu
33 ton.
e. Perkuatan djalan kerikil Propinsi.
Djalan2 Propinsi atau Daerah Tingkat I diseluruh Indonesia meliputi :
6300 km. jang beraspal jang masih dalam keadaan Baik dan
masuk djalan kelas lebih ringan dari kelas III.
18160 km. jang tidak beraspal dan masuk djalan kelas lebih
ringan dari kelas III.
3377

Maksud usaha ini ialah untuk memperbaiki, memperkuat dan mengaspal 14990 km. mendjadi djalan aspal kelas III.
Dengan ini akan tertjapai djalan Propinsi kelas III jang beraspal
sepandjang 21.290 km.
Biaja jang diperlukan adalah Rp. 8.101,25 djuta.
f. Perkuatan djalan Daswati II (atas andjuran PNMHB).
Berapa pandjang sebenarnja dari dialan 2 Daswati II diseluruh Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena dibanjak Daerah 2 Tingkat
II orang belum dapat menetapkan mana jang dianggap djalan Daswati
II dan mana jang djalan desa. Kira 2 ada 46.400 km diseluruh Indonesia jang semua praktis terdiri dari apa jang dinamakan djalan
kerikil. Belum waktunja sekarang untuk menaikkan seluruh djalan
Daswati II ini ketingkat djalan kelas III, Berhubung dengan usaha 2
PNMHB, maka oleh Panitia ini diandjurkan untuk memperkuat 7100
km, satu dan lain terutama bertalian dengan pengangkutan beras
(padi). Karena pada umumnja kesanggupan pedjabat 2 Daerah
Tingkat II ini untuk melaksanakan perkuatan djalan 2 ini sangat terbatas, maka untuk Rentjana fase I ini hanja disediakan uang untuk
perbaikan 5400 km, jakni biaja sebesar Bp. 3.855 djuta,
g. Djembatan2 dan Kapal2 Ferry.
Pada umumnja, dalam tiap2 persoalan djalan raja hanja diutamakan
djalannja, sedang diembatan 2nja dianggap seperti pelengkapnja sadja.
Memang benar boleh dikatakan bahwa .,djembatan" itu tidak lain
daripada „djalan” jang dibuat daripada kaju, besi atau beton, akan
tetapi karena beberapa sifat fundamentilnja, sebenarnja djalan dan
djembatan tidak dapat disebut dalam sekali napas.
Pada umumnja, ketjuali oleh bentjana alam atau malapetaka. djalan
jang dipelihara haik 2 tidak dapat dirusak oleh lalulintas sedemikian
rupa sehingga tidak dapat dilalui sama sekali. Tiap kerusakan pada
dialan2 pada umumnja senantiasa dapat diperbaiki dalam waktu jang
tidak terlalu lama.
Lain halnja dengan djembatan. Sekali djembatan rusak karena muatan
terlampau berat, maka lalulintas untuk waktu jang lama akan terputus. Ini sebabnja antara lain, maka biasanja kekuatan djembatan
dibuat paling sedikit setingkat (sekelas) lebih kuat daripada djalannja. Lain sifat jang tidak sama antara djalan dan djembatan ialah
mengenai apa jang dinamakan „pembangunan setindak demi setindak”. Dimana pembangunan setjara ini dalam konstruksi djalan
sangat banjak dipergunakan, sebab memungkinkan perkuatan djalan
setindak demi setindak mengikuti perkembangan lalulintas, dalam
konstruksi djembatan kemungkinan 2nja sangat terbatas.
Benar tiap 2 djembatan kaju atau besi dapat diperkuat, akan tetapi ini
tidak dapat dikerdjakan terus menerus untuk meningkatkan kekuatan
djembatan. Djuga perlebaran djembatan hanja mungkin dalam batas 2
ketjil sadja, jakni sepandjang mengenai djembatan kaju dan besi
dalam bentuk „djembatan gelagar ”.
3378

Djembatan beton pada umumnja tidak, dapat diperkuat maupun
diperlebar, tanpa biaja jang sangat besar,
Oleh karena biaja pembangunan djembatan relatip mahal, maka
biasanja tiap 2 djembatan (ketjuali djembatan darurat) dibangun untuk
dipergunakan dalam waktu sangat pandjang, jakni sampai 50 tahun
atau lebih. Berhubung dengan itu, menaikan kekuatan djalan dengan
mendadak lebih dari satu tingkat akan mengakibatkan bahwa semua
djembatan (dan gorong 2) harus diperkuat pula dan dimana ini tidak
mungkin lagi berhubung dengan batas 2 teknik, harus diperbaharui:
Pembaharuan ini bukan sadja akan memakan biaja jang sangat besar,
akan tetapi djuga waktu pembangunannja tidak mudah dapat dipersingkat lebih 2 dengan perhitungan bahwa pada waktu ini di Indonesia
sangat kekurangan tenaga ahli teknik pada umumnja dan pemborong jang tjakap pada chususnja. Dengan sangat kasar dapat ditaksir
adanja sebuah djembatan dalam tiap 2 2 km. djalan dengan bentang
15 m, atau lebih. Ini berarti bahwa Indonesia dengan memperkuat
26.000 km. djalan rajanja jang mempunjai 13.000 djembatan. mungkin
perlu memperbaharui 50% atau 6.500 buah djembatannja supaja
setingkat dengan perkuatan djalan dan dapat menahan muatan jang
berat².
Dengan mengambil sebagai dasar : lebar djembatan 8 m, dan pandjang rata 2 20 m ini berarti bahwa perlu diperbaharui, 6.500
X 8 X 20 m = 1.040.000 m 2 atau dengan harga rata 2 Rp. 6.000,-per m2 ini berarti memerlukan biaja sebanjak Rp. 6.24 miljar (menurut perhitungan 25% dari biaja perbaikan djalan dan djembatan
sebesar Rp. 25,7 Millar, biaja ini adalah Rp. 6,4 miljar).
Disamping ini masih terdapat beberapa puluh perlintasan djalan
dengan sungai 2 besar jang sampai sekarang belum mempunjai djembatan atau jang djembatannja setelah rusak atau dirusak (dalam
perang), belum dibangun lagi.
Untuk dapat membangun djembatan 2 ini atau untuk mengadakan
pelajanan jang sempurna dengan kapal 2 ferry, diperlukan sedjumlah
Rp. 1.000.000.000 dalam Rentjana fase I ini.

3379

DAFTAR PANDJANG DJALAN SEDARI 1-1-1959. (SEMENTARA).

3380