TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TANGGUNG JAWAB IKUT SERTA MENANGGUNG KERUGIAN AKIBAT KESALAHAN KERJA (Studi Kasus Toko Lancar Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
TINJAUAN HUKUM ISLAM
TERHADAP TANGGUNG JAWAB IKUT SERTA
MENANGGUNG KERUGIAN AKIBAT KESALAHAN KERJA
(Studi Kasus Toko Lancar Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh :
UMI NURBAITI
NIM. 21413029
FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
MOTTO
“Sesungguhnya kesulitan itu selalu disertai dengan kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.”
(QS Al-Insyiroh : 6-8)
“Gantungkan cita – citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang - b intang”
(Ir. Soekarno)
“Apapun mimpi yang kita meliki, berjanjilah bahwa kita akan melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya”
(Anonim)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan mendoakan aku serta menyayangiku, terima kasih atas semua pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.
2. Kedua kakak
- – kakaku yang telah memberikan dukungan moril maupun materil.
3. Bapak Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat selesai dengan maksiaml sesuia dengan yang diharapkan.
4. Sahabat
- – sahabat seperjuanganku Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2013 yang selalu memberikan warna dalam menempuh pemndidikan di IAIN Salatiga.
Kata Pengantar
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
- – Nya penulisan sekripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yag di harapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh
- – Nya, sehingga penulis dapat menyusun penulisan sekripsi ini.
Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi, kekasih, spirit
- – perubahan Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan.
Penulisan Sekripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H), Fakultas Syari’ah, Jurusan Hukum Ekonomi Syar i’ah yang berjudul : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung Jawab Ikut Serta Menanggung Kerugian Akibat Kesalahan Kerja (Studi Kasusu di Toko Lancar Kota Salatiga)”. Penulis mengakui bahwa dalam menyususn penulisan sekripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai
- – pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata
- – kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr . Siti Zumrotun, M. A, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, M. H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah IAIN Salatiga.
4. Bapak Prof. Dr. H Muh Zuhri, M. A. Selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan dengan penulisan sekripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan.
5. Ibu Luthfiana Zahriani, M. H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan sekripsi, sehingga penulisan sekripsi ini bisa saya selesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi Fakultas Syari’ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu memeberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini tanpa halangan apapun.
7. Sahabat
- – sahabatku selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga Yuliana Indah S, Rokhana Pujiastuti, Dwi Mayawati, Ratna Dwi Astuti yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
- – temanku Adit, Zizzah, Sely, Mba Piah yang tidak banyak membantu lebih banyak merepotkan, tetapi selalu memberikan warna dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi.
9. Teman
- – teman KKN dusun Buburan yang telah memberikan rasa kekeluargaan kepada penulis.
10. Teman
- – teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2013 di IAIN Salatiga yang telah banyak memberikan cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.
11. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun memberikan kontribusi hebat dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balsan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amiin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan sekripsi ini maaih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisisnya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan sekripsi ini, sehingga mudah dipahami.
Akhirnya penulis berharap semoga sekripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, September 2017 Penulis.
ABSTRAK
Nurbaiti, Umi. 2017. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung Jawab Ikut Serta Menanggung kerugian Akibat Kesalahan Kerja (Studi Kasus di Toko Lancar Kota Salatiga). Sekripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof . Dr. H. Muh. Zuhri, M.A.
Kata Kunci: Hukum Islam, Menanggung Kerugian, Kesalahan Kerja.
Tanggung jawab pekerja sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan usaha yang dijalankan, termasuk dalam hal ikut menanggung kerugian akibat kesalahan kerja. Seorang pekerja harus bertanggung jawab secara penuh terhadap pekerjaan yang telah diamanahkan kepadanya. Tanggung jawab pekerja akibat kesalahan kerja membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tanggung jawab pekerja akibat kesalahan kerja, dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pekerja yang turut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tanggung jawab pekerja terhadap kesalahan kerja dan tinjauan hukum islam terhadap pekerja yang turut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan metode pengumpulan data, observasi, wawancara, dan studi pustaka. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan normatif sosiologis dengan cara meneliti bahan
- – bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder, sedangkan penelitian hukum sosiologis/ empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa tanggung jawab pekerja terhadap ikut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja yang terjadi di Toko Lancar Kota Salatiga termasuk kerugian yang harus di tanggung oleh pekerja dengan cara pemotongan gaji. Karena dalam menjalan sebuah pekerjaan seorang pekerja harus amanah dalam menjalankan pekerjaannya. Namun dari segi perekrutan tenaga kerja seharusnya pekerja mendapatkan kontrak kerja atau perjanjian kerja yang memuat hak dan kewajiban pekerja dan dari segi pengupahan pekerja juga seharusnya mendapatkan upah sesuai dengan UMR Kota Salatiga. Dari sistem perekrutan dan penggajian di Toko Lancar tersebut belum sesuai dengan hukum Islam, karena dalam Islam sangat menjunjung tinggi nilai keadilan dan nilai kemanusian dalam menentukan upah sesuai dengan ketentuan Akadanya.
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................... ii
NOTA PEMBIMBING ............................................................................ iii
PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. v
MOTTO ................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Batasan Masalah............................................................................. 4 C. Rumusan Masalah ......................................................................... 5 D. Tujuan dan Kegunaan Penleitian ................................................... 5 E. Telaah Pustaka .............................................................................. 5 F. Metode Penelitian .......................................................................... 7 G. Sistematika Penulisan..................................................................... 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan umum tentang minimarket .............................................. 11 B. Tinjauan umum tentang pekerja ..................................................... 12 C. Hubungan Kerja ............................................................................. 13 BAB III HASIL PENELITIAN A. Deskripsi tempat penelitian ............................................................ 40 B. Tanggung jawab pekerja dalam hal terjadinya kerugian akibat
kesalahan kerja ............................................................................... 42
BAB IV TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP TANGGUNG JAWAB
IKUT SERTA MENANGGUNG KERUGIAN AKIABAT KESALAHAN KERJA (STUDI KASUS TOKO LANCAR SALATIGA) A. Tanggung jawab pekerja dalam menanggung kerugian akibatkesalahan kerja ............................................................................... 47
B. Tinjauan hukum islam terhadap tanggung jawab ikut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja................................ 51
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 57 B. Saran ............................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 60 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memerintahkan pemeluknya untuk bekerja dan berusaha di
- – seluruh penjuru bumi guna mencari anugerah Allah sehingga Islam benar benar menjadikan pekerjaan sebagai perimbangan hidup.
Pekerjaan adalah sarana untuk mencapai rezeki dan kelayakan hidup. Pekerjaan manusia adalah tugas rasio (akal) dan fisik., jika manusia tidak bekerja maka ia tidak bisa memenuhi tugas hidupnya. Manusia harus menggunakan akalnya untuk berpikir dan menjadikan pemikiran sebagai pedoman dalam kehidupan (Mursi, 1999: 33).
Seperti dalam firman Allah SWT surat Al-Jumuah ayat 10 yang berbunyi: Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak
- – banyak supaya kamu beruntung. (Q.S Al- Jumu’ah:10).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT sangat membenci umatnya yang malas bekerja untuk mencari rezeki dengan dalih karena sibuk beribadah dan menggantungkan diri kepada sedekah, padahal masih mampu berusaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya.
Pekerjaan merupakan sarana untuk memperoleh rezeki dan sumber penghidupan yang layak. Salah satu sumber usaha yang dilakukan untuk memperoleh rezeki yaitu dengan menjadi pekerja di minimarket.
Minimarket hampir dapat dijumpai di berbagai tempat. Mulai dari pedesaan sampai kota
- – kota besar yang menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari
- – hari masyarakat, seperti bahan makanan, minuman, dan berbagai barang lainnya. Selain minimarket juga dikenal pula supermarket dan hypermarket. Minimarket sebenarnya adalah semacam toko kelontong yang menjual bahan makanan dan minuman. Namun berbeda dengan toko kelontong, minimarket menerapkan sistem swalayan dimana pembeli mengambil sendiri dan membayarnya di kasir. Perbedaan minimarket, supermarket dan hypermarket adalah di format ukuran dan fasilitas yang di berikan. Contohnya: minimarket berukuran kecil (100 m2 s/d 999 m2), supermarket berukuran sedang (1.000 m2 s/d 4.999 m2), hypermarket berukuran besar (5.000 m2 ke atas) (wikipedia,
diakses pada tanggal
Di dalam sebuah minimarket terdapat karyawan, yang artinya adanya hubungan kerja yaitu antara karyawan dengan pengusaha. Pengusaha yang dimaksud adalah pemilik minimarket yang menyerahkan usahanya kepada pihak lain yaitu kepada karyawan / tenaga kerja demi kemajuan supermarket.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang
- – barang dan
- – instansi pemerintah terikat oleh undang – undang kepegawaiaan, sedangkan mereka yang bekerja pada perusahaan
- – perusahaan terikat atau dilindungi oleh un
- – undang perburuhan atau biasanya disebut dengan hukum perburuhan. Undang – undang atau hukum perburuhan berlaku di setiap perusahaan yang menampung atau memperkerjakaan para tenaga kerja (Kartasapoetra, 1994: 17).
Dalam suatu hubungan pekerjaan harus ada suatu perjanjian yaitu perjanjian kerja. Perjanjian dalam hukum Islam merupakan salah satu macam
ijarah , yaitu ijarah „amal (sewa menyewa tenaga manusia atau skill), dengan
demikian dalam pelaksanaan perjanjian kerja masing
- – masing mempunyai hak dan kewajiban.
Kebebasan membuat akad dalam Islam tidak mutlak, melainkan dibatasi. Dalam hukum islam, pembatasan itu dikaitkan dengan Q.S An- Nisa’
: 29
ْنَأ اىُلُكْأَت َل
ْهَع َنىُكَت ْمُكَىْيَب اَهُّيَأ اَيةَراَجِت ْمُكَلاَىْمَأ َهيِذَّلا
َّلِإ ِلِطاَبْلاِب اىُىَمآاىُلُتْقَت َناَك مُكَسُفْوَأ ا ميِحَر ََّاللّ َلَو ْمُكْىِم
ْمُكِب َّنِإ
ضاَزَت
Artinya: Hai orang
- – orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu (Q.S An- Nisa’ : 29).
Yang dimaksud dengan jalan batil adalah makan harta orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syariat dan tidak sah menurut hukum syariah, baik yang dilarang secara langsung di dalam nas maupun berdasarkan
ijtihad atas nas. Makan harta secara batil adalah bertentangan dengan
ketertiban umum dan kesusilaan. Hanya saja, ketertiban umum dan kesusilaan dalam hukum islam lebih luas cakupannya, karena mencakup larangan riba, gharar dan syarat penyerta akad yang fasid.
Konsep upah dalam kontrak ijarah, yaitu pemilikan jasa dari seorang
ajir
(orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta’jir (orang yang mengontrak tenaga). Ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu yang disertai dengan kompensasi. Kompensai atas imbalan tersebut berupa al
- – ujrah
(upah) (Al- jaziry, 2004: 76). Upah / gaji yang diberikan kepada pekerja harus jelas dan bisa diketahui. Namun pemotongan upah pekerja Minimarket sering terjadi. Sehingga ada ketidakjelasan besaran upah yang diterima oelah pekerja Minimarket setiap bulannya. Hal itu dikarenakan setiap di lakukan pembukuan bulanan terjadi minus antara catatan uang yang masuk dengan uang yang di terima. Kasir sebagai salah satu penanggung jawab karena ia yang menerima uang dari pembeli. Sehingga ia harus mengganti kerugian akibat kelalaiannya dalam melakukan pekerjaan. melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung Jawab Turut Serta Menanggung Kerugian Akibat Kesalahan Kerja (Studi Kasus di Lancar Salatiga)”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung Jawab Turut Serta Menanggung Kerugian Akibat Kesalahan Kerja (studi kasus di Lancar Salatiga).
C. Rumusan Masalah
Bardasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggung jawab karyawan akibat kesalahan kerja?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pekerja yang turut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui tanggung jawab karyawan terhadap kesalahan kerja.
b. Untuk mengetahui tinjauan hukum islam terhadap pekerja yang turut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja.
2. Kegunaan penelitian
a. Untuk memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan dan b. Untuk menambah ilmu pengetahuan terhadap para pembaca.
E. Telaah Pustaka
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang tanggung jawab turut serta menanggung akibat kesalahan kerja, anatar lain: Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Thoriq seorang mahasiswa fakultas syaria’ah Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “tinjauan Hukm I slam terhadap transaksi kontrak kerja di PT . Batik Danar Hadi Solo”. Dalam tulisannnya ia mengatakan bahwa dalam suatu hubungan pekerjaan harus menggunakan suatu perjanjian, yaitu perjanjian kerja. Perjanjian akan lancar terlaksana jika masing – masing pihak memenuhi kewajibannya. Dengan adanya perjanjian kerja diharapkan tidak terjadi kerugian.
Skripsi yang ditulis oleh Andang Prabowo seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “studi tentang tanggung jawab kasir terhadap kerugian akibat kelalaian di supermarket di wilayah Surakarta”. Dalam tulisannya ini ia menjelaskan bahwa tanggung jawab kasir pada supermarket sangat besar, karena memegang bagian keuangan sehingga apabila kasir melakukan kelalaian yang dapat merugikan maka pihak supermarket akan meminta pertanggung jawaban untuk memikul kerugian yang dilakukan.
Skripsi yang ditulis oleh Faisal Burhan seorang mahasiswa fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kontrak Kerja Karyawan di Toko Buku Toga Mas Margorejo Surabaya”. Dalam tulisannya ini ia menjelaskan bahwa dalam melakukan pekerjaan diperlukan ketentuan yang menerangkan antara hubungan pemilik usaha dan karyawan, maka dibutuhkan kontrak kerja. Kontrak kerja harus memenuhi syarat
- – syarat yang telah ditentukan yaitu mengenai subyek, obyek, atau isinya dan bentuk
- – bentuk kontrak. Hubungan kerja sebagai relasi dari kontrak kerja menunjukan kedudukan ma
- – masing pihak yang pada dasarnya akan
- – hak dan kewajiban pengusaha terhadap pembayaran upah.
Dengan demikian, berbagai keragaman penelitian yang terdahulu akan semkin memperjelas tentang tanggung jawab pekerja. Maka dari itu permasalahan yang diteliti oleh penulis adalah untuk mengetahui tentang tinjauan Hukum Islam terhadap tanggung jawab ikut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja di Toko Lancar Salatiga, selain itu Toko Lancar cukup banyak digemari masyarakat Kembangarum Salatiga dan sekitarnya karena dianggap memiliki barang
- – barang yang lengkap dan harga yang terjangkau.
F. Metode Penelitian
1. Janis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang lokasinya di Toko Lancar Kota Salatiga dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif atau gambaran mengenai fakta
- –fakta, sifat – 63). Sedangkan penelitian kualitatif adalah bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif , berupa kata
- – kata lisan atau dari orang – orang dan perilaku yang diamati (Moloeng, 2000: 3). Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif sosiologis, pendekatan normatif dilakukan dengan cara meneliti b
- – bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder yang disebut sebagai penemuan hukum perpustakaan, sedangkan metode
- – data diperoleh dari pekerja Minimarket.
2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada objek sebagai sumber informasi yang dicari (Nata, 2000: 39). Adapun sumber data primer adalah hasil wawancara dan observasi tentang tanggung jawab turut serta menaggung akibat kesalahan kerja dengan pekerja Toko Lancar.
b. Data sekunder data yang diperoleh secara tidak langsung dari subjek penelitinya, yaitu diambil dari undang
- – undang, buku – buku, artikel, dan sumber lainnya yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam sekripsi ini.
a. Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala
- – gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Subagyo, 1991: 231) dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung di Toko Lancar Kota Salatiga.
- – garis besar pertanyaan yang akan diajukan (Arikunto, 1997: 231) dalam hal ini penulis bertanya langsung kepada kasir dan pekerja Minimarket Lancar Salatiga.
c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal
- – hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 1997: 206). Dalam hal ini penulis memperoleh data dari buku
- – buku dan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
4. Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu data itu (Moeloeng, 2002: 178).
Berdasarkan pendapat moeloeng diatas, maka penulis melakukan perbandingan data yang telah diperoleh yaitu data
- – data sekunder hasil kajian pustaka akan dibandingan dengan data
- – data primer yang diperoleh dari observasi dan wawancara yang sesuai f
- – fakta ditemui
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan kemudahan dalam penyusunan laporan penelitian ini, maka penulisan sekripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II landasan teori yang terdiri dari tinjauan umum tentang Minimarket, tinjauan tentang hubungan kerja, hak dan kewajiban pekerja, tinjauan tentang perjanjian kerja, jenis perjanjian kerja. BAB III Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi tempat penelitian, tanggung jawab pekerja dalam hal terjadinya kerugian akibat kesalahan kerja.
BAB IV Tinjauan hukum islam terhadap keikutsertaan pekerja dalam menanggung kerugian akibat kesalahan kerja. kesimpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran yang berkaitan dengan hasil penelitian.
BAB II Landasan Teori A. Tinjauan umum tentang Minimarket Minimarket merupakan gabungan kata dari “mini” dan “market”. Mini
bararti kecil dan market berarti pasar. Jadi Minimarket adalah sebuah pasar kecil yang menjual barang
- – barang dan makanan. Minimarket hampir sama dengan Toko Kelontong atau yang menjual segala macam barang dan makanan, perbedaannya biasanya Minimarket menerapkan sistem kasir point
of sale untuk penjualannya, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah
Supermarket. Berbeda dengan Toko Kelontong, Minimarket menerapkan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari rak
- – rak Minimarket dan membayarnya di meja kasir. Sistem ini juga membantu agar pemebeli tidak berhutang. (Wikipedia,
diakses pada 2 Mei 2017, jam 20:10).
Perbedaan istilah antara minimarket, supermarket, dan hypermarket adalah di format ukurannya dan fasilitas yang diberikan. Contohnya: minimarket berukuran kecil 100 m2 s/d 999 m2), supermarket berukuran sedang (1.000 m2 s/d 4.999 m2), hypermarket brukura berukuran besar (5.000m2 keatas). (wikipedia diakses tanggal 2 Mei 2017, jam 20:30).
B. Tinjauan umum tentang pekerja
Dalam ajaran syari’at Islam secara umum manusia pada dasarnya adalah merupakan makhluk pekerja, sekaligus makhluk pembangun, (Salim, 1989: 149), sehingga bekerja dalam Islam merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap manusia.
Dalam islam seorang pekerja harus memiliki jiwa kepribadian yang baik, amanah, bersikap jujur dan bertanggung jawab disiplin dalam kerja dan seorang pekerja harus mempunyai keterampilan dalam kerja.
Adapun anjuran untuk bekerja dala islam terdapat dalam Q.S Al- Jumu’ah : 10
ِتَيِضُق اَذِإَف اًيرِثَك َوَّللا اوُرُكْذاَو ِوَّللا ِلْضَف ْنِم اوُغَ تْ باَو ِضْرَْلْا ِفِ اوُرِشَتْ ناَف ُة َلََّصلا َنوُحِلْفُ ت ْمُكَّلَعَل
Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
- – muka bumi, dan carilah karunnia Allah dan ingatlah Allah banyak banyak supaya kamu beruntung.
Pada zaman penjajahan Belanda yang dimaksud dengan buruh yaitu pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar, orang
- – orang ini disebut sebagai “Bule Collar”. Sedangkan yang melakukan pekerjaan di kantor pemerintah maupun swasta disebut sebagai karyawan / pegawai (white collar).
Setelah merdeka tidak ada lagi perbedaan buruh halus dan buruh kasar, semua orang yang bekerja di sektor swasta baik yang bekerja perorangan maupun badan hukum disebut buruh.(Husni. 2010: 43).
Istilah pekerja / buruh menurut pasal 1 ayat 4 undang
- – undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun.
C. Hubungan Kerja
1. Pengertian dan ruang lingkup Ijarah Perjanjian kerja dalam islam digolongkan kepada perjanjian sewa menyewa (ijarah) yaitu
ijarah „amal, sewa menyewa tenaga manusia untuk melakukan pekerjaan.
Dalam istilah hukum islam pihak yang melakukan pekerjaan disebut dengan ajir, (ajir ini terdiri dari ajir khas yaitu seseorang atau beberapa orang yang bekerja pada seseorang yang bekerja pada seseorang tertentu dan ajir musytarak yaitu orang
- – orang yang bekerja untuk kepentingan orang banyak). Sedangkan orang yang yang memperoleh manfaat dari pekerjaan (pemberi kerja) disebut
musta‟jir. (Pasaribu, 2004: 154).
Ajir adalah pihak yang harus melakukan pekerjaan atau
bersama antara pemberi pekerja (penyewa) dengan ajir sendiri. Dalam kaitan ini pihak ajir dalam mengerjakan pekerjaannya dapat berupa pekerjaan
- – pekerjaan yang bersifat fisik ataupun non fisik atau hal yang nampak. Jika terjadi hal
- – hal yang tidak sesuai dengan isi perjanjian baik yang datangnya dari pihak ajir maupun pihak pemberi pekerjaan (penyewa), maka hal itu dapat mengakibatkan timbul beberapa resiko
Al –ijarah bersal dari kata al-ajru yang berarti al iwadhu (ganti).
Dari sebab itu ats-tsawab (pahala) dinamai ajru (upah). Menurut pengertian syara’ al-ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. (Sabiq, 2004: 15).
Menurut etimologi ijarah adalah menjual manfaat. Demikian pula menuru t terminologi syara’. (Syafe’i, 2004: 121).
M Ali Hasan dalam bukunya yang berjudul Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (2003: 227) menjelaskan definisi Ijarah menurut para ulama, antara lain adalah sebagai berikut: a. Menurut Hanafiyah bahwa ijarah ialah akad untuk membolehkan disewa dengan imbalan.
b. Menurut Malikiyah bahwa ijarah ialah nama bagi akad
- – akad untuk pemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang dipindahkan.
c. Menurut Hanabilah bahwa ijarah adalah aqad atas suatu manfaat dibolehkan menurut syara dan diketahui besarnya manfaat tersebut yang diambil sedikit demi sedikit dalam waktu tertentu dengan adanya
„iwadah.
d.
Menurut syafi’iyah bahwa ijarah adalah suatu aqad atas suatu manfaat yang diketahui manfaat yang dibolehkan oleh syara’ dan merupakan tujuan transaksi tersebut, dapat diberikan dan dibolehkan menurut syara’ disertai sejumlah imbalan yang diketahui.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ijarah adalah menukar sesuatu dengan adanya imbalan, atau dengan kata lain upah mengupah atau sewa menyewa.
Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat 14 undang
- – undang No. 13 Tahun 2003, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja / bururh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
Pengupahan kepada tenaga kerja dapat diklasifikasikan kepada dua bentuk pembayaran yaitu gaji dan upah. Gaji dapat diartikan sebagai imbalan pembayaran kepada pekerja
- – pekerja tetap dan profesional manager dan akuntan. Pembayaran gaji tersebut pada umumnya dilakukan sebulan sekali. Sedangkan upah dimaksudkan sebagai pembayaran sebagai pembayaran kepada pekerja
- – pekerja kasar yang pekerjaannya selalu berpi
- – pindah, misalnya pekerja pertanian, tukang kayu, tukang batu dan buruh kasar. (Sukirno, 2000: 350).
- – Undang No. 13 Tahun 2003, upah adalah hak pekerja / buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagaimana imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
- – menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja / buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Upah adalah salah satu sarana yang digunakan oleh pekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya. Berdasarkan Undang
- – Undang No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa kesejahteraan pekerja / buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik didalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. (Wijayanti, 2009: 108).
Pemerintah memberikan perlindungan terhadap upah. Berdasarkan ketentuan pasal 88 Undang
- – Undang No. 13 Tahun 2003, yaitu setiap penghidupan yang layak begi kemanusiaan.
Upah dapat berupa dalam bentuk uang atau barang yang dapat dijadikan harga sesuai nilai uang.
Pada dasarnya setiap transaksi barang atau jasa dari satu pihak kepihak yang lain akan menimbulkan kompensasi. Dalam terminologi fiqih mu’amalah, kompensasi dalam transaksi antara barang dengan uang disebut dengan saman (harga), sedangkan uang dengan tenaga kerja manusia disebut dengan ujrah (upah). Seseorang yang bekerja pada dasarnya melakukan suatu transaksi jasa, baik jasa intelektual atau fisik, dengan yang. Bekerja dapat dilakukan untuk kegiatan sendiri atau kegiatan pihak lain. (Hendri, 2003: 224).
Menurut dewan penelitian pengupahan nasional upah adalah “suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bnetuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan undang
- – undang dan peraturan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemeberi dan pe nerima kerja”. (Ahmad, 2001: 9).
Selain upah, islam juga memberi perhatian terhadap hak
- – hak buruh / pekerja. Hak buruh / pekerja yang diakui dalam islam diantaranya, hak kemerdekaan yang meliputi kemerdekaan profesi, kemerdekaaan pembatasan jam kerja, hak mendapatkan perlindungan, hak berserikat, hak beristirahat (cuti) dan hak mendapatkan jaminan sosial. (Qorashi, 2007: 235).
2. Landasan Hukum Ijarah
a. Landasan Al
- – Qur’an 1) Q.S Az – Zukhruf : 32
ۚ ۚ َكِّبَر َتَْحَْر َنوُمِسْقَ ي ْمُىَأ اَيْ نُّدلا ِةاَيَْلْا ِفِ ْمُهَ تَشيِعَم ْمُهَ نْ يَ ب اَنْمَسَق ُنَْنَ ۚ
َكِّبَر ُتَْحَْرَو اِّيِرْخُس اًضْعَ ب ْمُهُضْعَ ب َذِخَّتَيِل ٍتاَجَرَد ٍضْعَ ب َقْوَ ف ْمُهَضْعَ ب اَنْعَ فَرَو َنوُعَمَْيَ اَِّمِ ٌرْ يَخ
Artinya: Mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat apakah mereka yang membagi
- – bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Lafadz ا ّيِزْخُس yang terdapat dalam ayat tersebut bermakna
“saling mempergunakan”. Menurut Ibnu Katsir, lafadz ini
diartikan dengan
“supaya kalian bisa saling mempergunakan satu sama lain dalam hal pekerjaan atau yang lain, karena diantara kalian saling membutuhkan satu sama lain ”. Artinya,
terkadang manusia membutuhkan sesuatu yang berada dalam kepemilikan orang lain, dengan demikian orang tersebut bisa mempergunakan sesuatu itu dengan cara melakukan transaksi , salah satunya dengan akad sewa menyewa / ijarah. (Djuwaini, 2008: 154). 2) Q.S Al
- – Baqarah : 233
ۚ ْمُتْيَ تآ اَم ْمُتْمَّلَس اَذِإ ْمُكْيَلَع َحاَنُج َلََف ْمُكَد َلَْوَأ اوُعِضْرَ تْسَت ْنَأ ُْتُْدَرَأ ْنِإَو ۚ ٌيرِصَب َنوُلَمْعَ ت اَِبِ َوَّللا َّنَأ اوُمَلْعاَو َوَّللا اوُقَّ تاَو
ِفوُرْعَمْلاِب Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain. Maka tidak ada bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut, bertakwalah kamu kepada allah dan ketahulilah bahwa Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Menurut Ibnu Katsir maksud dari ayat tersebut adalah jika kedua orang tua tersebut sepakat untuk menyusukan anaknya kepada orang lain, maka hal itu diperbolehkan, sepanjang mereka mau unutk menunaikan upah yang patut kepada orang tersebut.
Kita diperbolehkan menyewa jasa orang lain untuk menyusui anak kita, dengan syarat harus kita tunaikan pembayaran upahnya secara layak. Penafsiran tersebut jelas memeperbolehkan kita menyewa jasa orang lain yang tidak kita miliki (tidak mampu kita tunaikan), dan harus mmembayarnya dengan upah yang layak. Dari penafsiran tersebut menunjukan adanya jasa yang diberikan, dan adanya kewajiban melakukan pembayaran yang patut atas jasa yang diterima. (Djuwaini, 2008: 155). 3) Q.S Al
- – Thalaq : 6
ۚ ۚ َّنُىَروُجُأ َّنُىوُتآَف ْمُكَل َنْعَضْرَأ ْنِإَف
Artinya: jika mereka menyusukan (anak
- – anak) mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya.
Yang dimaksud upah dalam ayat tersebut adalah dihubungkan dengan perbuatan menyusui. Perbuatan menyusui tersebut disamakan dengan orang yang menyewa rumah yang ada sumurnya, maka penyewa bileh menggunakan air sumur tersebut karena termasuk rumah. (Al
- – Husaini, jilid II: 185). 4) Landasan Hadist .
ُوُقَرَع َّفَِيَ ْنَأ َلْبَ ق ُهَرْجَأ َرْ يِجَلْْا اوُطْعَأ
Artinya: Berilah upah kepada para pekerja sebelum
mengering keringatnya (HR Ibnu Majah)
Hadits riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Umar merupakan dalil lain diperbolehkannya akad Ijarah. Hadist ini memerintahkan kepada penyewa untuk memberikan upah orang yang disewa sebelum kering keringatnya. Hadist ini memberikan etika dalam melakukan akad ijarah, yakni memberikan pembayaran upah secepat mungkin. Relevansinya dengan akad ijarah pada massa sekarang yaitu adanya keharusan untuk melakukan pembayaran uang sewa sesuai dengan kesepakatan / batas waktu yang telah ditentukan. Jadi tidak boleh menunda pemberian upah dari jadwal atau tenggat waktu yang telah disepakati. (Djuwaini, 2008: 156).
ىَسوُم ِبَِأ ْنَع َةَدْرُ ب ِبَِأ ْنَع ٍدْيَرُ ب ْنَع َةَماَسُأ وُبَأ اَنَ ثَّدَح ِء َلََعْلا ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ثَّدَح ِدوُهَ يْلاَو َينِمِلْسُمْلا ُلَثَم َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِِّبَِّنلا ْنَعُهْ نَع ُوَّللا َيِضَر اَو ٍرْجَأ ىَلَع ِلْيَّللا َلَِإ اًمْوَ ي ًلََمَع ُوَل َنوُلَمْعَ ي اًمْوَ ق َرَجْأَتْسا ٍلُجَر ِلَثَمَك ىَراَصَّنل
َتْطَرَش يِذَّلا َكِرْجَأ َلَِإ اَنَل َةَجاَح َلَ اوُلاَقَ ف ِراَهَّ نلا ِفْصِن َلَِإ ُوَل اوُلِمَعَ ف ٍموُلْعَم
َلاَقَ ف ٌلِطاَب اَنْلِمَع اَمَو اَنَل ْمُكَرْجَأ اوُذُخَو ْمُكِلَمَع َةَّيِقَب اوُلِمْكَأ اوُلَعْفَ ت َلَ ْمَُلَاَمُكِمْوَ ي َةَّيِقَب َلَِمْكَأ اَمَُلَ َلاَقَ ف ْمُىَدْعَ ب ِنْيَيرِجَأ َرَجْأَتْساَو اوُكَرَ تَو اْوَ بَأَف ًلَِماَك
ِة َلََص ُينِح َناَك اَذِإ َّتََّح اوُلِمَعَ ف ِرْجَْلْا ْنِم ْمَُلَ ُتْطَرَش يِذَّلا اَمُكَلَو اَذَى
اَمَُلَ َلاَقَ ف ِويِف اَنَل َتْلَعَج يِذَّلا ُرْجَْلْا َكَلَو ٌلِطاَب اَنْلِمَع اَم َكَل َلَاَق ِرْصَعْلا
ْنَأ اًمْوَ ق َرَجْأَتْساَو اَيَ بَأَف ٌيرِسَي ٌءْيَش ِراَهَّ نلا ْنِم َيِقَب اَم اَمُكِلَمَع َةَّيِقَب َلَِمْكَأ
َمْعَ ي َرْجَأ اوُلَمْكَتْساَو ُسْمَّشلا ْتَباَغ َّتََّح ْمِهِمْوَ ي َةَّيِقَب اوُلِمَعَ ف ْمِهِمْوَ ي َةَّيِقَب ُوَل اوُل ِروُّنلا اَذَى ْنِم اوُلِبَق اَم ُلَثَمَو ْمُهُلَ ثَم َكِلَذَف اَمِهْيَلِك ِْينَقيِرَفْلا
Artinya: telah menceritakan kepada kami muhammad
bin Al‟ Alaa‟ telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa dari Nabi Bersada: “perumpamaan kaum muslimin dibandingkan orang
- – orang yahudi dan nasrani seperti sesorang yang memperkerjakan kaum yang bekerja untuknya pada suatu hari hingga malam dengan upah yang ditentukan. Maka diantara mereka ada yang melaksanakan pekerjaan hingga pertengahan siang lalu berkata: kami tidak memerlukan upah darimu sebagaimana yang kamu persyaratkan kepada kami (bekerja hingga malam) dan apa yang telah kami kerjakan biarlah tidak apa – apa”. Maka orang itu berkata:”selesaikanlah sisa pekerjaan, nanti baru kalian boleh mengambil upahnya dengan penuh”. Maka merka tidak mau dan tidak melanjutkan pekerjaan mereka. Kemudian dia mempekerjakan dua orang pekerja setelah mereka untuk menuntaskan sisa pekerjaan dan berkata kepada keduanya:”selesaikanlah sisa waktu hari kalian ini