MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DIPONDOK PESANTREN AL-ITTIHAD DAN SMK AL-ITTIHAD BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DIPONDOK
PESANTREN AL-ITTIHAD DAN SMK AL-ITTIHAD
BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
Oleh
SITI AYAMIL CHOLIYAH
NIM. 12010150009
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar
Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
ABSTRAK
Judul Tesis: Model Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren al- Ittihad Bringin dan SMK al-Ittihad Bringin Kata Kunci: Model Pendidikan KarakterTesis ini bertujuan untuk mengetahui model pendidikan karakter di pondok pesantren al-Ittihad Bringin dan di SMK al-Ittihad Bringin serta mencari perbedaan dan persamaan model pendidikan karakter di pondok pesantren al- Ittihad Bringin dan SMK al-Ittihad Bringin. Jenis penelitian ini yaitu penelitian lapangan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis datanya yaitu menggunakan analisis Miles dan Hubberman yaitu dengan mereduksi data.
Hasil Penelitian model pendidikan karakter di pondok pesantren al-Ittihad Bringin bersifat hidden kurikulum. Sangat terlihat dari tujuan pembelajaran lebih dominan difokuskan pada karakter religius, berakhlak mulia, mandiri, bertanggung jawab. Model pendidikan karakter di SMK al-Ittihad Bringin bersifat hidden kurikulum. Sangat terlihat dari tujuan pembelajaran lebih dominan difokuskan pendidikan karakter SANTRI MAJU (Santun, terampil, mandiri, inovatif, jujur). Perbedaan model pendidikan karakter di pondok pesantren : 1.
Usia pengasuh sudah agak sepuh. 2. Standar kelulusan memahami al-Qu r’an, hadis, dan qiyas. 3. Rata rata ustad sudah menikah. 4.
Santri yang sangat tawadhu’ kepada kiai. 5. Santri tidak boleh membawa HP/ alat elektronik yang lain. 6. Kyai, ustad, santri tinggal satu lokasi. Perbedaan model pendidikan karakter di SMK al- Ittihad Bringin yaitu: 1. Usia kepala SMK belum dewasa.2. Standar kelulusan siswa memiliki kompetensi penilaian yang baik dan kompetensi sesuai visi dan misi sekolah. 3. Rata rata guru belum menikah, terpaut usia 3-5 tahun antara guru dan peserta didik. 4. Peserta didik boleh membawa HP/ alat elektronik yang lain.
5. Kepala SMK, guru, peserta didik tidak tinggal satu lokasi. Persamaan pola pendidikan karakter di pondok pesantren dan SMK al-Ittihad Bringin yaitu: 1. Berkecimpung dalam dunia pendidikan yang tujuannya agar peserta didik memiliki karakter yang baik. 2. Kekurangan sarana prasarana
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Tanpa adanya bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yanag mendukung baik secara moril dan materil dimungkinkan tesis ii tidak akan selesai. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan terimma kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku rektor IAIN Salatiga 2.
Bapak Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, selaku direktur pascasarjana.
3. Bapak Profesor Dr. H. Mansur, M.Ag selaku pembimbing tesis yang dengan sabar meluangkan waktu dan memberikan ilmunya kepada penulis.
4. Staf pegawai dan dosen program pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal kuliah hingga selesai tesis ini.
5. Pimpinan serta staf perpustakaan IAIN Salatiga yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan bahan-bahan referensi penyelesaian tesis ini.
6. Pengasuh, ustad, santri pondok pesantren al-Ittihad Bringin dan Kepala, guru, peserta didik, karyawan di SMK al-Ittihad Bringin yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengadaan penelitian.
7. Ayahanda, ibunda, suami, saudara-saudaraku tercinta yang telah dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Sahabat dan teman satu kelas PAI A pscasarjana IAIN Salatiga 2017 yang selalu memberikan dorongan kepada penulis.
9. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 A. Latar Belakang.............................................................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................................3 C. Signifikasi Penelitian...................................................................................4 D. Tinjauan Pustaka..........................................................................................5 E. Metode Penelitian.........................................................................................9 F. Sistematika Pembahasan............................................................................11 BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN DAN SMK AL
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
PRAKATA.............................................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
- –ITTIHAD BRINGIN.................................................................................................12 A.
Profil Yayasan al-Ittihad Bringin...............................................................12 B. Profil SMK al-Ittihad Bringin....................................................................15
BAB III MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN DAN SMK AL-ITTIHADBRINGIN......................................................16 A. Model Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin.........16
BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN DAN SMK AL- ITTIHAD BRINGIN ...................................................................27 A. Perbedaan Model Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Dan SMK al- Ittihad Bringin............................................................................................27 B. Persamaan Model Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Dan SMK al- Ittihad Bringin............................................................................................37 BAB V PENUTUP.................................................................................................38 A. Kesimpulan................................................................................................38 B. Saran...........................................................................................................40 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Gambar Lampiran 1. Daftar Wawancara Pengasuh Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin Lampiran 2. Daftar Wawancara Ustad Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin Lampiran 3. Daftar Wawancara Santri Pondok Pesantren al-Ittiihad Bringin Lampiran 4. Daftar Wawancara Kepala SMK al-Ittihad Bringin Lampiran 5. Daftar Wawancara Guru SMK al-Ittihad Bringin Lampiran 6. Daftar Wawancara Peserta Didik SMK al-Ittihad Bringin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yayasan al-Ittihad merupakan salah satu yayasan pendidikan formal dan informal yang ada dikecamatan Bringin kabupaten Semarang. Pondok pesantren al-Ittihad Bringin didirikan pada tahun 1893 masehi
oleh seorang alim ulama yang bernama K.H. Misbah. Prinsip dari pondok pesantren salah satunya yaitu mendidik santrinya agar seimbang antara
1
kehidupan dunia dan akhirat. Beberapa bulan yang lalu Mujib Rahmad, kunjungan ke pondok pesantren al-Ittihad Bringin kabupaten Semarang yang saya tangkap beliau mengatakan bahwa Presiden Jokowi saat ini membahas tentang pendidikan karakter. Sesungguhnya Jokowi saat ini telah mengkopy pendidikan yang ada pada pondok pesantren. Beliau juga mengatakan bahwa banyak orang besar lahir dari seorang santri yang nyantri di pondok pesantren al-Ittihad Bringin.
Era globalisasi saat ini pasti banyak orang tua menginginkan anaknya memiliki karakter yang baik. Yang dikutip oleh Thomas Lickona dalam bukunya
“PENDIDIKAN KARAKTER” mengatakan filosof Yunani
Aristoteles mendefinisikan karakter yang baik sebagai hidup dengan tingkah laku yang benar, tingkah laku benar dalam hal ini berhubungan
2
dengan diri sendiri. Aristoteles mengingatkan kita tentang sesuatu yang di zaman moderen ini cenderung kita lupakan: hidup dengan budi pekerti yang berarti menjalani kehidupan dengan berbudi baik untuk diri sendiri (misalnya kontrol diri dan tidak berlebihan) maupun untuk orang lain (seperti kedermawanan dan rasa simpati) dan kedua macam budi pekerti ini saling berhubungan. Kita harus bisa mengontrol diri, hasrah kita, nafsu kita agar bisa melakukan hal yang benar pada orang lain.
Maka tidak heran jika orang tua memilihkan sekolah/ tempat menimba ilmu ditempat yang terbaik. Dalam jurnal yang berjudul “Relationship Between Intructional Supervision And Professional Development” yang ditulis oleh Roelando H. Hofman:
Schools are the central place where children and youth access formal education. The fundamental purpose of a school is improvements of student learning. According to sergiovanni aand starrat (2007), when a school’s is intructional capasity improves teaching improves, leading to improvements in student performance. The role of the teacher in the process of promoting such improvement cannot be underestimated in order to attain the optimum level of improvement, teachers need to bee well educated and part of the learning comunity. Supervision of teachers is one of the function of education al institutions and offer opportunities for schoolsas a whole to improve teaching and learning and the 3 professional development teachers.
Dari keterangan di atas dapatdiketahui bahwa sekolah adalah tempat di mana anak anak dan peserta didik mendapatkan pendidikan 2 formal. Tujuan mendasar dari sekolah adalah peningkatan belajar siswa.
Untuk pemaparan yang menyeluruh dan mencerahkan mengenai pandangan-pandangan
Aristotle tentang karakter, Lihat Jody Palmour On Moral Charakter: A Practical Guide To
Aristotles Virtues And Vices, Washington D.C: The Archon Institute For Leadership Development,
1986, 1. 3 Roelando H. Hofman, “Relationship Beetween Instructional Supervision AndKetika kapasitas intruksional sekolah membaik, mengajar membaik, mengarah pada perbaikan performa siswa.
Menurut pengamatan penulis selama tiga tahun mengabdi di yayasan al-Ittihad bringin terlihat perbedaan karakter antara santri yang mondok dan peserta didik yang sekolah di SMK al-Ittihad Bringin. Karakter santri terlihat lebih santun dan hormat kepada ustad ataupun kiai. Akan tetapi karakter peserta didik yang di SMK nampak kurang sopan terhadap guru. Pada tahun 2015- 2016 di SMK al-Ittihad ada seorang laki laki yang menonjok kemata guru pramuka yang mengajar di SMK al- Ittihad hanya karena diingatkan untuk segera naik ke atas karena sebagai panitia. Pada kasus ini siswa laki laki yang menonjok guru tadi tidak diberi sanksi apapun. Tidak hanya kasus tersebut banyak sekali akhlak peserta didik yang salah namun tidak diberi sanksi apapun tapi kesannya kok malah dibela oleh kepala sekolah dengan alasan nanti kalo siswa kita keluarkan satu persatu akan habis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi bahwa karakter seseorang itu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.Asumsi peneliti kalau di pondok pesantren seorang santri faktor lebih dominan yang mempengaruhi yaitu kyai, ustad, sesama santri, karena seorang santri 24 jam tinggal dipondok pesantren. Peneliti berasumsi bahwa karakter peserta didik di SMK al-Ittihad Bringin faktor yang dominan adalah faktor internal peserta didik tersebut. Dari faktor tersebut peneliti hanya fokus peenelitian pada obyek penelitian:1. Model pendidikan karakter di pondok pesantren Bringin. 2. Model pendidikan karakter di SMK al-Ittihad Bringin. 3. Perbedaan pola pendidikan dipondok pesantren dan SMK al- Ittihad Bringin. Subyek penelitian adalah kiyai, kepala SMK, dokumen kurikulum pesantren, dokumen kurikulum SMK, santri, peserta didik.
Dari identifikasi masalah dan fokus masalah yang ada maka peneliti dapat merumuskan tiga masalah yaitu:
1. Bagaimana model pendidikan karakter dipondok pesantren al-Ittihad Bringin.
2. Bagaimana model pendidikan karakter di SMK al-Ittihad Bringin.
3. Apakah perbedaan dan persamaan model pendidikan karakter dipondok pesanntren al-Ittihad dan SMK al-Ittihad Bringin.
C. Signifikasi Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah keinginan- keinginan seorang peneliti atas hasil penelitian yang dilakukannya terutama terkait dengan variabel-
4
variabel yang diteliti. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: pola pendidikan karakter dipondok pesantren dan SMK al- Ittihad Bringin, perbedaan dan persamaan pendidikan karakter di pondok pesantren dan di SMK al-Ittihad Bringin.
2. Manfaat Penelitian a.
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang berguna bagi peningkatan keilmuan khususnya tentang model pendidikan karakter pada peserta didik.
b.
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber yang akurat untuk memberikan informasi dan rekomendasi bagi kyai, ustad, kepala sekolah, guru, orang tua, murid mengenai model pendidikan karakter.
D. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian milik Alex Agboola dan Kaun Chen Tsai berjudul “Bring Character Education Into Classroom”. Hasil penelitian dari Alex Agboola yaitu: 1. Membahas tentang pengertian pendidikan karakter. 2. Sejarah pendidikan karakter. 3. Isu/topik mengenai konteks pendidikan karakter.
5 Dalam penelitian Sue Winton yang berjudul “Character Education:
Implication For Critical Democracy”. Hasil penelitiannya kebijakan pendidikan karakter dari dewan sekolah Ontario Kanada dilihat dari perspektif demokrasi kritis. Pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja oleh sekolah untuk mengajarkan nilai kepada siswa. Analisis 5 Alex Agboola & Kaun Chen Tsai, “Bring Character Education Into Clasroom”,
dari 181 dokumen menujukkan bahwa kebijakan pendukung pendekatan tradisional. Pendidikan karakter dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai yang dianggap universal. Metode pengajaran yang disarankan termasuk intruksi langsung, permodelan, praktek dan melayani orang lain. “Saya berpendapat bahwa pendekatan tradisional kebijakan ini membatasi kesempatan bagi siswa untuk belajar nilai dari beragam perspektif, mempertimbangkan kompleksitasmoralitas dan pengambilan keputusan, dan mengembangkan disposisi terhadap berfikir kritis dan pandangan diri mereka sebagai aktor sosial. Saya menyimpulkan bahwa kebijakan ini dan pendekatan tradisional lain untuk pendidikan karakter harus ditinggalkan jika sekolah-sekolah umum untuk mencerminkan komitmen demokratis untuk kesetaraan, keragaman, partisipasi aktif dalam pengambilan
6 keputusan, kritis pikiran, keadilan sosial, dan kebaikan bersama.
Penelitian dari Abir Tannir & Anies Al-Haroub yang berjudul “Effect Of Character Education On The Self –Estem Of Intelectually Able And Less Able Eelementary Studens In Kuwait”. Hasil penelitiannya bahwa Tannir dan al-Haroub melakukan eksperimen yang diperlakukan program pendidikan karakter dan yang group kedua menjadi kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa intelektual baik yang menerima pendidikan karakter menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari siswa kelompok kontrol daripada siswa dengan intelektual rendah. Program pendidikan karakter telah memberi manfaat lebih siswa dengan
7 intelektual yang baik dibandingdengan intelektual rendah.
Dari ketiga penelitian tersebut sebagai peneliti memposisikan sebagai pelengkap, penyempurna dari penelitian terdahulu. Peneliti saat ini berpendapat bahwa peneliti terdahulu meneliti tentang pengertian pendidikan karakter. Peneliti berharap dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan karena dalam penelitian saat ini peneliti lebih fokus pada faktor yang mempengaruhi karakter seseorang.
2. Kerangka Teori a.
Model Pendidikan Karakter Menurut Q.S al-Ankabut ayat 45
45. bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
7 Abir Tannir & Anis al- Haroub, “ Effect of Character Education on The Self Esteem of Intelectually Able And Less Able Eleme ntary Students In Kuwait”, International Journal of
Dalam perspektif islam karakter atau akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan syariah (ibadah dan
8 muamalah) yang dilandasi oleh fondasi akidah yang kokoh.
b.
Model Pendidikan Karakter Menurut Thomas Lickona Filosof Yunani Aristoteles mendefinisikan karakter yang baik yang dikutip oleh Thomas Lickona sebagai hidup dengan tingkah laku yang benar, tingkah laku benar dalam hal berhubungan dengan orang lain dan berhubungan dengan diri sendiri. Karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui
kebaikan,menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan, kebiasaan
9 pikiran, kebiasaan hati, kebiasaan perbuatan.
c.
Model Pendidikan Karakter Menurut Been Rafany Karakter dimulai dari pola pikir yang kemudian diwujudkan dalam tindakan, yang bila dilakukan secara terus menerus akan menjadi suatu kebiasaan. Karakter yang baik tidak timbul dengan sendirinya. Untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan karakter yang baik harus kita lakukan adalah: 1). Membentuk pola pikir, tingkah laku dan kebiasaan pribadi agar berkarakter baik.
8 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2012, 64.
2). Kita harus berani menentukan pilihan untuk mau berubah, dimana pilihan itu benar-benar berasal dari dalam diri kita. Perlu diingat bahwa proses pembentukan ini berlangsung seumur hidup.
Dengan demikian karakter itu berakar dari kebiasaan. Hanya saja sekarang yang perlu ditanyakan pada diri setiap individu bukanlah bisa atau tidak bisa, tetapi mau atau tidak anda untuk berubah, mempertahankan, mengembangkan karakter yang ada pada diri anda
10 saat ini.
d.
Model Pendidikan Karakter Oleh Kemendikbud Program pendidikan disekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga, dengan dukungan pelibatan publik dan kerjasama antara sekolah dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional
11 Revolusi Mental (GNRM).
E. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian adalah kepala SMK, kiyai, ustad, guru, peserta didik, santri, dokumen kurikulum pondok pesantren dan SMK.
Teknik pengumpulan data dengan observasi, sumber tertulis, dokumentasi, trianggulasi. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data 10 Been Rafany, Super Personality Plus, Yogyakarta: Araska, 2013, 48. berupa foto kegiatan yang sedang berlangsung yang ada di SMK dan pondok pesantren al-Ittihad Bringin dan berbagai aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran, peran kepala sekolah dalam pembentukan karakter peserta didik, rutinitas santri setiap hari, serta peran kiayi serta ustad dalam pembentukan karakter santri.
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data tertulis berupa dokumen kurikulum, dokumen pembelajaran, dokumen kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pola pendidikan karakter yang ada di pondok pesantren dan SMK al-Ittihad Bringin.
Triangulasi data ada dua yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
12
dari sumber yang sama. Untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-
13 beda dengan teknik yang sama.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data dengan model Miles and Huberman. Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion
14 drawing/verication.
12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan: Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D , Bandung: Alfabeta, 2014, 330.
F. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini ada lima bab. Pada bab I pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikasi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan.
Bab II berisi profil pondok pesantren dan SMK al-Ittihad Bringin. Bab III berisi model pendidikan karakter pondok pesantren dan SMK al-Ittihad Bringin. Bab IV Menjelaskan perbedaan dan persamaan model pendidikan karakter di pondok pesantren dan SMK al-Ittihad Bringin. Bab V Terdiri dari simpulan, saran. BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN DAN SMK AL-ITTIHAD BRINGIN A. Profil Yayasan Al-Ittihad 1. Profil Pondok Pesantren al-Ittihad a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren al-Ittihad Pondok pesantren al-Ittihad didirikan pada tahun 1893 M/1310 H oleh seorang alim ulama yang bernama K. H. Misbah. Beliau merasa terpanggil dan punya tanggung jawab untukk nasrul ilmi waddin, karena beliau merupakan keturunan orang-orang yang memperhatikan syariat
Kabar tentang kealiman dan kewira’inya berasal dari popongan orang yang mewakafkan tanah untuk pondok. Pada tahun keempat sekembalinya beliau dari perantauannya di Ngawi beliau diminta mbh sinder untuk mengamankan daerah utara getas yakni wilayah ngrekesan yang terkenal sangat angker. Letaknya diantara aliran sungai yang bertemu dan menjorok. Daerah inilah yang disebut dengan poncol.
Berkat dan ijin allah SWT beliau dapat mengamankan daerah tersebut dari gangguan makhluk halus, sebagai imbalannya daerah tersebut menjadi milik beliau, namun bkan pekerjaan yang ringan untuk mengubah
15 hutan belantara menjadi pemukiman dan tempat bercocok tanam.
Dengan ketabahan, keuletan dan kesabaran juga bantuan dari yadi dan safran akhirnya beliau mampu menyelesaikan tugas berat itu. Setelah jadi pemukiman, selanjutnya daerah tersebut dijadikan sebagai basis dakwah beliau. Karena kearifan dan kealimannya, pengajian beliau banyak dikunjungi oleh masyarakat sekitar dan dari luar daerah. Maka sebagai solusinya dibuatlah masjid sebagai pusat pengajian beliau.
Setelah putra beliau Hasan Asy’ari yang dikenal dengan nama umar pulang dari pesantren, Umar turut membantu ayahnya santri yang kian bertambah banyak dan sebagai jalan keluarnya dibangunlah kamar yang berukuran 10 pecak. Dengan demikian makin ramailah poncol dengan penimba ilmu.
Kemudian saat K. H. Misbah pergi haji bersama putranya pada tahun 1332 H mendadak beliau sakit dan bertepatan tanggal 12 dzulhijjah 1332 H dikota Makkah beliau al-Mahfurlah simbah K. H. Misbah sowan kehadirat Allah SWT.
Sekembalinya K. H. Hasan Asy’ari dari Makkah beliau mulai menjalankan amanah yang dipercayakan oleh ayahnya yaitu untuk mengurus para santri dan meneruskan pengajian ayahnya.
Dengan kegigihan, kesabaran dan ketekunan beliau serta dorongan dari saudara saudaranya, akhirnya beliau mampu menjalankan amanah dar ayahnya untuk mengurus semua santri yang ada dipondok pesantren
16 poncol waktu itu.
Setelah al-Magfurlah simbah K. H. Hasan Asy-ari sowan kehadirat Allah SWT semua perjuangan beliau diteruskan oleh putranya yaitu K. H.
Achmad Asy’ari (Achmad Afifuddin) dan saudara-saudara beliau yaitu K. Marzuqi, K. Junaidi, K. Aba Yazid, K. Sajid, K. Tohir, K. H. Fadhil Asy’ari dan kemudian diteruskan oleh putra-putranya yaitu K. Chabib Achmad, K. H Makmun Achmad, K. H. Mustain Achmad serta kyai-kyai yang lain.
Dan sampai sekarang seluruh pengasuh pondok pesantren Al- Ittihad merupakan keturunan beliau Al-Maghfurlah simbah K. H. Misbah 16 yang menjadi cikal bakal desa poncol dan pondok pesantren al-Ittihad
Muhyiddin Khazin, Kalender Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin Tahun 2016, yaitu K. H. Sahli Bidayah, K. H. Nur Cholis Thohir dan K. H. Fathurrahman Thohir serta kyai kyai lain.
b. Unit Pendidikan Di Pondok Pesantren Al-Ittihad a.
Madrasah Ibtida’iyyah b. Madrasah Tsanawiyah c. Madrasah Aliyah d. SMK Al-Ittihad e. R.A. Al-Ittihad f. Paket C B.
Profil SMK al-Ittihad Bringin 1. Identitas Sekolah
Nama SMK al-Ittihad Bringin Alamat Sekolah Jl. KH. Misbah No 11 Poncol Popongan kecamatan Bringin
Program Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan Dan Holtikultura
Status Gedung Sekolah
Milik Sendiri 2.
Visi
Mewujudkan SMK sebagai pusat unggulan yang mampu menyiapkan dan mampu mengembangkan SDM yang berkualitas di bidang IMTAQ dan IPTEK 3.
Misi
Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kualitas baik akademik, moral, maupun sosial sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan SDM dibidang IMTAQ dan IPTEK dalam rangka ikut membangun manusia seutuhnya.
4. Tujuan
Mengembangkan potensi peserta didik menjadi warga yang beriman beramal, berakhlak mulia, berilmu, dan bertaqwa kepada Allah SWT,
17 bertanggung jawab serta berwawasan kebangsaan.
BAB III MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN DAN SMK AL-ITTIHAD BRINGIN Model Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Al-Ittihad Bringin A.
1. Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren l-Ittihad Bringin
Ketika peneliti bertanya kaitannya dengan pendidikan karakter yang menjadi standar di pondok pesantren al-Ittihad sebagaimana salah seorang informan menjelaskan bahwa:
Harus bisa menjadi teladan bagi masyarakat, bisa mengayomi masyarakat
menghargai yang muda sesuai tuntunan nabi muhammad SAW dan
18 mengutamakan akhlakul karimah .
Standar diatas dipertegas oleh penjelasan NC yang menuturkan bahwa standar kompetensi secara umum bagi santriwati lulusan podok pesantren al-Ittihad bringin adalah:
Memahami Qur’an, Hadis dan Qiyas untuk mewarisi ilmu-ilmu ulama
salafi sholihin dan ditekankan untuk mengamalkan yang sudah diajarkan di
19 pondok pesantren al-Ittihad Bringin dan mengikuti ahlussunah wal jamaah.Meskipun diberikan sebuah target standar lulusan diatas, akan tetapi
temuan dilapangan didapatkan bahwa pendidikan karakter dipondok pesantren
mayoritas santri sudah memiliki karakter yang baik, dan sebagian yang lain
belum, hal ini disampaikan oleh salah seorang informan yang juga sebagai ustad
dipondok pesantren al-Ittihad Bringin menuturkan bahwa pendidikan karakter itu
harus ditanamkan setiap hari, setiap saat dan setiap waktu kepada santri-santri.
20 Dari awal santri harus diajarkan mengenai iman, islam, ihsan, dan ihlas. Selaindari ustad seorang santri juga harus mau disiplin dan mau bertanggung jawab apa
21yang telah dilakukannya dan menghormati guru serta teman teman. Dalam
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut ustad berusaha menerangkan semua
pelajaran dengan kenyataan hidup yang terdapat nilai nilai kehidupan yang
22baik. Dalam pengembangan nilai nilai karakter kesepakatan lembaga melalui
18pemahaman kitab kuning seperti tafsir jalalain, kitab hadis bukhori muslim, kitab
19 Lampiran 1/Kiyai/NC pada hari selasa 17/1/2017 20 Lampiran 1/Kiyai/NC pada hari selasa 17/1/2017 Lampiran 1/Pengasuh /NC pada hari selasa, 17/1/2017
fiqih seperti fathul qorib, fathul muin dan lain lain. Selain melalui kegiatan
belajar mengajar tersebut pembinaan karakter santri terlihat melalui kegiatan
23
harian, mingguan, bulanan dan tahunan.2. Strategi Model Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren al- Ittihad Bringin
Dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter melalui berbagai macam kegiatan keagamaan diantaranya yaitu: ekstra kulikuler, kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan, kegiatan tahunan.
a. Ekstrakurikuler
1). Khitobah 2). Seni baca al-
Qur’an 3). Vocal group 4). Tahfid al-
Qur’an 5). Musyawarah kitab 6). Dzibaiyyah 7). Voli 8). Sepakbola
b. Rutinitas Kegiatan Santri
1). Kegiatan Harian
04. 30: Jama’ah subuh 05. 00: Sorogan kitab 07. 00: Masuk sekolah jam 1 09. 00: Jamaah sholat dhuha dan istirahat 09. 30: Masuk sekolah jam ke 2 11. 00: Pulang sekolah 13. 00: Jamaah dhuhur dilanjutkan ngaji bandongan 15. 30: Jamaah ashar dilanjutkan ngaji bandongan 18. 00: Jamaah magrib 18. 30: Sorogan al-
Qur’an + bandongan 20. 00: Jamaah isya 20. 30: Takror/musyawarah pelajaran 22. 00: Ngaji bandongan 22. 30: istirahat
2). Kegiatan Mingguan
Senin jam 18. 30 sampai jam 20. 00 : Qiroah Senin jam 20. 00 sampai jam 23. 00 : khitobah Rabu jam 20. 30 sampai jam 23. 00 : Musyawarah fathul qarib Kamis jam 16. 30 : Ziarah makam masyayih Kamis jam 18. 30 sampai jam 19. 30 : Mujahadah yasinan Kamis jam 20. 30 : Dzibaiyyah/albarjanji
: Lalaran kubro Jum’at jam 05. 00
: Ziarah masyayih Jum’at jam 06. 00
: Bersih-bersih bersama Jum’ at jam 07. 00
: Mujahadah yasin fadhilah Jum’at jam 13. 00 per komplek 3). Kegiatan Bulanan Syawir kubro/batsul masail, khitobah kubro, lomba baca kitab dan
24
pidato, mujahadah al- Qur’an, manaqib. 4). Kegiatan Tahunan (a). Pembacaan kitab hadis shohihaini (Bukhori Muslim) secara bergantian yang dimulai tanggal 1 bulan jumadhil akhir (b). Haul simbah K. H. Misbah wafurungihi pada hari rabu akhir pada bulan jumadil akhir (c). Khataman kilatan kitab hadis pada hari rabu akhir pada bulan jumadil akhir.
(d). Khataman al- Qur’an bilghoib dan binadhor 2 tahun sekali
25 (e). Ziarah aulia tiap 2 tahun sekali.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin
a. Faktor Pendukung Beberapa faktor pendukung proses pendidikan karakter sangat 24 terlihat, sebagaimana pemaparan NC faktor pendukung kaitannya dengan
Muhyiddin Khazin, Kalender Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin Tahun 2016, Yogyakar ta:L’U Grafika, 2015, 1. pendidikan karakter yaitu antara kyai, ustad, dan santri saling semangat
26
dalam memberi dan menerima dalam proses belajar mengajar. Faktor pendukung lainnya sebagaimana yang dipaparkan oleh NY kyai dan ustad
27
yang spesial dan istimewa. Informan yang lain yang bernama FR mengatakan faktor pendukung proses pendidikan karakter di ponpes al- Ittihad yaitu adanya faktor sosial dimana setiap hari saling sapa sehingga terkontrol perilaku dan akhlaknya dan mebuat terbiasa untuk berprilaku
28 baik.
b. FaktorPenghambat Kaitannya dengan faktor penghambat NC mengatakan santri sedikit malas untuk diarahkan, terkadang santri tidak memperhatikan apa
29
yang dikatakan oleh pengasuh pondok pesantren. Terjadi pemadaman listrik disampaikan NH merupakan salah satu penghambat dalam proses
30
internalisasi nilai-nilai pada santriwan santriwati. Selain itu faktor pribadi santri yang terkadang malas dan mengantuk jadi susah untuk
31
diajak berkembang bersama. Terkadang kecapean karena padatnya 26 jadwal sehingga terkadang malas dan ngantuk merupakan salah satu faktor 27 Lampiran 1/Pengasuh /NC pada hari selasa, 17/1/2017 28 Lampiran 2/Ustad/NY pada hari selasa 17/1/2017 29 Lampiran 3/Santri FR pada hari selasa 17/1/2017 Lampiran 1/Pengasuh/NC pada hari selasa, 17/1/2017
32
penghambat pada santri. Ternyata cuaca ekstrim juga menjadi salah satu faktor penghambat proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter dipondok pesantren melihat tempat belajar mengajar tidak satu atap dan
33 mayoritas santri tidak mempunyai payung.
B. Model PendidikanKarakter di SMK al-Ittihad Bringin.
1. Pendidikan Karakter di SMK al-Ittihad Bringin
Sebagaimana dalam visi lembaga ditegaskan oleh informan bahwa SMK al-Ittihad Bringin: Terwujudnya lembaga pendidikan yang mampu menyiapkan peserta didik yang siap bekerja, adapun misi dari SMK al- Ittihad Bringin yaitu: menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi semua warga sekolah, memberikan pelayanan pendidikan yang profesional dan optimal, mengembangkan unit produksi sekolah sebagai sarana belajar kewirausahaan yang nyata, meningkatkan jumlah pengguna jasa pelayanan sekolah dalam upaya ikut membantu mencapai tujuan pendidikan nasional, memanfaatkan dan melengkapi
34 sarana belajar secara maksimal.
Ketika peneliti bertanya kaitannya dengan pendidikan karakter yang menjadi standar di pondok pesantren al-Ittihad sebagaimana salah
32 Lampiran 3/Santri/FR pada hari selasa 17/1/2017
seorang informan menjelaskan bahwa: siswa memiliki kompetensi
35 penilaian yang baik dan kompetensi sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Standar diatas dipertegas oleh penjelasan KA yang menuturkan bahwa standar kompetensi secara umum bagi peserta didik di SMK al- Ittihad Bringin adalah: pendidikan yang berbasis karakter tertentu diajarkan kepada siswa, karakter kelulusan yang memiliki karakter santun, terampil, mandiri, inovatif serta jujur sesuai dengan visi misi dan moto
36 sekolah (SANTRI MAJU).
Meskipun diberikan sebuah target standar lulusan diatas, akan tetapi
temuan dilapangan didapatkan bahwa pendidikan karakter di SMK al-Ittihad
Bringin mayoritas peserta didik sudah memiliki karakter yang baik, dan sebagian
yang lain belum, hal ini disampaikan oleh salah seorang informan yang juga
sebagai guru di SMK al-Ittihad Bringin masih banyak siswa yang melanggar tata
37tertib sekolah. Langkah awal sekolah melakukan observasi dilingkugan dan
38menentukan karakter apa yang tepat diterapkan disekolah. Dalam
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut guru berusaha melatih peserta didik
39bersikap mandiri. Dalam pengembangan nilai nilai karakter melalui semua
pelajaran dan kegiatan disekolah kita selalu menerapkan pendidikan karakter
40 kepada peserta didik.2. 35 Strategi Model Pendidikan Karakter di SMK al-Ittihad Bringin 36 Lampiran 4/Kepala SMK/KA pada hari senin 16/1/2017 37 Lampiran 4/Kepala SMK/KA pada hari senin, 16/1/2017 38 Lampiran 5/Guru SMK/ ER pada hari senin, 16/1/2017 Lampiran 4/Kepala SMK/KA pada hari senin, 16/1/2017
Dalam proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter di SMK al-
Ittihad Bringin dapat dilihat jadwal pelajaran di SMK al-Ittihad Bringin dibawah
ini: 3.Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pendidikan Karakter di SMK al-Ittihad Bringin a. Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung proses pendidikan karakter sangat terlihat, sebagaimana pemaparan KA faktor pendukung kaitannya dengan
41
pendidikan karakter yaitu sebagian peserta didik tinggal diasrama. Faktor pendukung lainnya yaitu guru selalu memotivasi muridnya dalam setiap
42 kegiatan belajarnya. Faktor pendukung lainnya sebagaimana yang dipaparkan Informan yang lain yang bernama NM semangat guru yang tidak pernah kosong
43
serta kebaikan guru. Faktor pendukung lainnya yang disampaikan oleh ZNH sebagian siswa-siswi adalah santri yang dari pesantren sudah sedikit
44
banyak mengetahui tentang karakter. b.Faktor PenghambatKaitannya dengan faktor penghambat yang dikemukakan oleh KA
45
yaitu perbedaan baground dari siswa. Faktor penghambat yang dikemukakan HB yaitu kesadaran siswa untuk berkarakter baik dan
46
berperilaku baik belum begitu besar. Ketidaktertiban murid, sarana prasarana kurang memadai faktor penghambat tersebut dipaparkan oleh
47 NM. Faktor penghambat lain yang dipaparkan oleh SA yaitu peserta
didik terlalu sering main hp, peserta didik keluar masuk kelas tanpa seijin
48 guru.
Dari hasil penelitian di pondok pesantren dan SMK al-Ittihad Bringin ditemukan faktor pendukung yang harus dipertahankan agar kualitas tetap terjaga dan perlu ditingkatkan. Untuk faktor penghambat di pondok pesantren dan SMK al-Ittihad Bringin langkah awal diperbaiki dan diatasi agar faktor penghambat tidak berlarut larut.
43 44 Lampiran 6/ Peserta Didik/ NM pada hari senin 16/1/2017 45 Lampiran 6/ Peserta Didik/ZNH pada hari senin 16/1/2017 46 Lampiran 4/ Kepala SMK/ KA pada hari senin 16/1/2017 Lampiran 5/ Guru SMK/HB pada hari senin 16/1/2017
BAB IV
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN MODEL PENDIDIKANKARAKTER DI PONDOK PESANTREN AL- ITTIHAD DAN
SMK AL- ITTIHAD BRINGIN
A.Perbedaan Model Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren
al-Ittihad Bringin Dan SMK al-Ittihad Bringin1. Model Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin
Berdasarkan pemaparan data hasil penelitian pada bab muka, pada
bagian ini peneliti sampaikan sebuah desain yang terbangun di pondok pesantren al-Ittihad Bringin kaitannya terhadap model pendidikan karakter bagi santri al-Ittihad Bringin.
Dalam konteks membangun karakter calon generasi bangsa penyiapan lulusan santri yang berkarakter baik harus ada kerjasama yang baik antara kyai,ustad, dan santri. Sebab setiap lulusan dari pondok pesantren al-Ittihad dituntut harus bisa menjadi teladan bagi masyarakat dan mengayomi masyarakat tanpa membedakan yang kaya dan yang miskin, menghormati yang lebih tua dan menghargai yang muda. Oleh karena itu pembinaan karakter santri harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan selama santri tinggal dipondok pesantren al-Ittihad Bringin.
Dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi dilapangan didapatkan bahwa pendidikan karakter di pondok pesantren al-Ittihad Bringin bersifat hidden kurikulum, maksudnya pendidikan karakter tersebut inklud dalam seluruh mata pelajaran, kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan, ektra kurikuler, semua saling berkaitan.
Pendidikan karakter bagi santri ketika masih bersifat hiden kelemahannya akan selamanya tidak ada penekanan yang pasti, kontroliing sistem pun juga akan mengalami kesulitan apabila bangunannya semacam hiden itu tidak disusun dengan sistem yang
Berpedoman pada hasil observasi dokumentasi dan wawancara penulis terhadap beberapa informan khususnya pola pendidikan karakter di pondok pesantren al-Ittihad Bringin peneliti mendapatkan sebuuah model kaitannya dengan stratgi atau desain internalisasi pendidikan karakter dapat ditempuh melalui beberapa cara diantaranya: 1). Komitmen bersama antara kyai, ustad, dan santri.
2). Melalui kegiatan penunjang yang mampu memberikan sentuhan spritualitas dan pengembangan pendidikan karakter 3). Penegakan kedisiplinan terkait akhlakul karimah terhadap diri sendiri, ustad, kyai 4). Melalui penciptaan budaya religius dilingkungan pondok pesantren yang terbangun baik dalam setiap interaksi.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren al-Ittihad Bringin
a. Faktor Pendukung 1). Internal (a). Kyai dan Ustad
Pondok pesantren al-Ittihad Bringin memiliki seorang kyai dan ustad yang sangat berkualifikasi baik dalam segi kualitas dan kuantitas. Dari segi kualitasnya faktor pendukung dari seorang kyai yang memiliki ilmu seluas samudra. Selain itu banyak ustad yang sangat ramah dan perhatian terhadap santri.
(b). Kegiatan
Pondok pesantren al-Ittihad Bringin memiliki tujuan lulusan dari pondok pesantren al-Ittihad harus bisa menjadi teladan bagi masyarakat dan bisa mengayomi masyarakat tanpa membedakan
49
yang kaya dan yang miskin.Dari hasil observasi penulis bahwa kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan yang diharuskan kumpul bersama, setiap hari sosialisasi bersama antara yang kaya dan yang miskin tidak ada perbedaan karena keakraban yang terjalin dari kegiatan tersebut.
2). Eksternal (a) Santri
Dari hasil observasi lapangan penulis melihat keadaan santri sangat mendukung karena zaman globalisasi saat ini masih ada orang tua yang menitipkan anaknya dipondok pesantren.
(b). Budaya Lingkungan
Kaitannya dengan lingkungan salah satu informan mengatakan
50
bahwa sudah cukup kondusif dan sangat mendukung. Dari hasil observasi lapangan penulis melihat banyak bangunan gedung untuk tempat tinggal santri. Selain itu warga sekitar dilingkungan pondok pesantren tersebut masih satu keluarga sehingga dalam kerjasama mengawasi akhlak santri bisa kompak karena sudah terbentuk satu misi.