KONSEP ISTIQOMAH DALAM MENUNTUT ILMU (STUDI TERHADAP AL-QUR’AN SURAT FUSHSHILAT AYAT 30)

  KONSEP

ISTIQOMAH DALAM MENUNTUT ILMU (STUDI

  TERHADAP AL- QUR’AN SURAT FUSHSHILAT AYAT 30)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Kharis Abdurrohaman Hadi

111-13-204

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

َو ,ٍعِساَش ٍسْهَا َلُك ًًِْدُي ُّد ِجْلَا ِقَلْغُه ٍباَت َّلُك ُحَحْفَي ُّد ِجْلا

  

“Kesungguhan mendekatkan segala perkara yang jauh, dan kesungguhan dapat

membuka segala pintu yang terkunci” (Imam As-Syafi‟i)

  

PERSEMBAHAN

  Alhamdulillah dengan izin Allah swt skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk:

  1. Ayah dan Ibuku tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, selalu sabar dalam mendidik dari kecil sampai sekarang, dan doa restunya yang tidak pernah putus, serta nasihat-nasihatnya.

2. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan semangat dan nasihat- nasihat dalam meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat.

  3. Seluruh sahabatku yang telah memberikan goresan warna di setiap langkahku, serta terima kasih atas motivasi dan kebersamaan kita selama ini karena kalian telah mengajarkanku bagaimana menjadi teman yang sesungguhnya dan menghargai indahnya persahabatan.

  4. Teman-teman PAI angkatan 2013 senasib dan seperjuangan yang telah memberikan kenangan-kenangan indah dalam kebersamaan kita selama ini.

  5. Teman-teman PPL SMP N 5 Salatiga dan KKN 2017 yang telah mengajarkanku bagaimana menjalin kebersamaan dengan penuh tanggung jawab.

  KATA PENGANTAR

  Assalamu‟alaikum Wr. Wb

  Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah swt.

  Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah saw, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar skripsi ini benar-benar dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat.

  Dengan selesainya skripsi ini, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku ketua IAIN Salatiga.

  2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Bapak Suwardi, M.Pd.

  3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

  4. Dosen pembimbing Ibu Urifatun Anis, M.Pd.I. atas bimbingan, arahan dan motivasi yang telah diberikan.

  5. Bapak Supardi, Dr. S.Ag. M.A. selaku pembimbing akademik.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

  

ABSTRAK

  Hadi, Kharis Abdurrohman. 2018. Konsep Istiqomah Dalam Menuntut Ilmu (Studi

Terhadap Q.S. Fushshilat 30) . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Jurusan Pendidikan Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis. M.Pd.I. Kata kunci: Konsep, Istiqomah, Menuntut Ilmu

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep istiqomah dalam menuntut ilmu yang terdapat pada Q.S. Fushshilat Ayat 30. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana deskripsi dan munasabah Q.S. Fushshilat ayat 30. 2) Bagaimana konsep istiqomah dalam menuntut ilmu menurut Q.S. Fushshilat ayat 30. 3) Adakah relevansi antara istiqomah dalam Q.S. Fushshilat ayat 30 dengan konsep istiqomah dalam menuntut ilmu.

  Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), yaitu studi kepustakaan yang mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Sumber data yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan metode tahlili, yaitu metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat AL-

  Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksud-maksudnya secara terperinci sesuai urutan ayat dan surat, mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat.

  Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: a) Deskripsi dan munasabah Q.S. Fushshilat ayat 30 mengenai seseorang yang telah bersaksi bahwa Allah swt adalah Tuhannya kemudian berlaku istiqomah maka Allah swt janjikan kepada hamba tersebut kebaikan dunia dan akhirat. Munasabah dengan surat sebelum dan sesudahnya adalah: surat Ghafir dan surat Asy-Syura. Surat Ghafir mejelaskan tentang peringatan kepada orang-orang musyrik Makkah yang mengingkari Muhammad saw. Dalam surat Asy-Syura menjelaskan tentang kebenaran Al-

  Qur‟an sebagai wahyu Allah swt yang disampaikan kepada Muhammad saw. Konsep istiqomah menurut Q.S. Fushshilat ayat 30 berdiri di hadapan Allah swt secara hakiki dan memenuhi janji, dibutuhkan ketekunan, melakukan segala amalan karena Allah, beserta Allah, dan berdasarkan perintah Allah. Mengoptimalisasikan amalan. b) Relevansi antara istiqomah dalam Q.S.

  Fushshilat ayat 30 dengan konsep istiqomah dalam menuntut ilmu, yaitu: Pentingnya istiqomah dalam menuntut ilmu, agar seseorang bisa menggapai akhir yang bahagia/khusnul khatimah. Itulah salah satu ganjaran yang bisa didapat ketika seseorang berlaku istiqomah dalam hidupnya. Dalam Q.S. Fushshilat ayat 30 penulis bisa simpulkan bahwa ada dua tujuan yang bisa didapat dalam mengamalkan istiqomah. Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:

  “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih”,

  kemudian pada kalimat setelahnya dan gembirakanlah mereka dengan jannah

  

yang telah dijanjikan . Dua tujuan dari istiqomah dalam menuntut ilmu iyalah:

  agar merasa tenang dan yakin, serta agar mendapatkan khusnul khatimah/akhir yang baik.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN BERLOGO .................................................................................... i HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iv MOTTO .............................................................................................................. v PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii ABSTRAK .......................................................................................................... ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1 B.

  Rumusan Masalah ........................................................................................ 6 C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 6 D.

  Metode ......................................................................................................... 7 E. Penegasan Istilah .......................................................................................... 11 F. Sistimatika Penulisan ................................................................................... 13

  

BAB II DESKRIPSI Q.S. FUSHSHILAT AYAT 30 .................................... 15

A. Deskripsi Q.S. Fushshilat Ayat 30 ............................................................... 15 B. Makna Mufradat ........................................................................................... 15 C. Kandungan Q.S. Fushshilat Ayat 30 ............................................................ 19 BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH Q.S. FUSHSHILAT AYAT 30 ............................................................................................................ 29 A. Asbabun Nuzul ............................................................................................. 29 B. Munasabah ................................................................................................... 30 1. Pengertian Munasabah ............................................................................ 30 2. Munasabah Surat Fushshilat dengan surat sebelum dan

  sesudahnya .............................................................................................. 30

  3. Munasabah Surat Fushshilat ayat 30 dengan ayat sebelum dan sesudahnya ........................................................................................ 36

  BAB IV RELEVANSI ISTIQOMAH DALAM Q.S. FUSHSHILAT AYAT 30 DENGAN KONSEP ISTIQOMAH DALAM MENUNTUT

ILMU .................................................................................................................. 38

A. Analisis Konsep Istiqomah dalam Q.S. Fushshilat ...................................... 38 B. Konsep Istiqomah ........................................................................................ 40 a. Pengertian Istiqomah ............................................................................... 40 b. Karakteristik Pribadi yang Istiqomah ...................................................... 42 c. Faktor Munculnya Istiqomah .................................................................. 44 d. Dampak Positif Istiqomah ....................................................................... 44 e. Pentingnya Istiqomah .............................................................................. 45 f. Pengertian Belajar ................................................................................... 47 g. Faktor Pendukung Istiqomah dalam Menuntut Ilmu ............................... 47 C. Relevansi Istiqomah dalam Qur‟an Fushshilat ayat 30 dengan Konsep Istiqomah dalam Menuntut Ilmu .................................................................. 52

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 57

A. Kesimpulan .................................................................................................. 57 B. Saran ............................................................................................................ 58 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernahkah Anda melihat patung yang termasyhur dari Auguste Rodin: seorang manusia yang sedang tekun berpikir? Dialah lambang

  kemanusiaan kita, Homo Sapien, makhluk yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi, dari pertanyaan yang menyangkut sarapan pagi hingga persoalan surga dan neraka di akhir nanti, berpikir itulah yang mencirikan hakekat manusia.

  Berpikir pada dasarnya merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Gerak pemikiran ini dalam kegiatannya mempergunakan lambang yang merupakan lambang abstraksi dari obyek yang sedang kita pikirkan. Bahasa adalah salah satu dari lambang tersebut di mana obyek-obyek kehidupan yang kongkrit dinyatakan dengan kata-kata. Dapat dibayangkan betapa sukarnya proses berpikir tersebut tanpa adanya lambang-lambang yang mengabstraksikan berbagai gejala kehidupan. Matematika yang merupakan serangkaian lambang yang pada hakekatnya mempunyai fungsi yang sama dengan bahasa. Sejak seorang bayi mulai bisa berkata-kata, orang tuanya mulai mengajarkan bahasa, dan setelah anak itu cukup usia maka mulailah anak itu diajarkan berhitung. Yang pertama merupakan bahasa verbal dan yang kedua merupakan bahasa yang mempergunakan angka. Mempergunakan kedua bahasa itulah dia mulai berkomunikasi dengan lingkungannya.

  Setelah anak itu berumur eman atau tujuh tahun maka dia pun memasuki sekolah untuk mempelajari bahasa tertulis. Di sana anak itu mulai diperkenalkan kepada proses kegiatan berpikir secara formal; suatu kegiatan yang untuk selanjutnya takkan pernah berhenti sampai akhir hayat.

  Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, secara jelas memberi gambaran belum memadainya kualitas sumberdaya manusia Indonesia untuk menjadikan segala kekuatan potensialnya menjadi sesuatu yang secara nyata bermanfaat bagi bagi bangsa Indonesia. Terkait hal ini, kata kunci bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah pendidikan. Artinya, kemajuan setiap bangsa yang ditandai oleh baiknya kualitas sumberdaya manusia, sangatlah tergantung kepada kemauan atau niat serta arah kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan dan juga respons masyarakat terhadap niat pemerintah tersebut.

  Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat (Ali, 2008:180). Merujuk pada pengertian pendidikan di atas bahwa setiap manusia berhak untuk mengembangkan potensi dan pendidikan orang lain agar dapat menyalurkan bakat dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, juga memiliki kemandirian dalam bersikap dan bertindak sehingga anak tersebut mempunyai rasa tanggung jawab atas dirinya sendiri.

  Langeveld (196:18) mendefinisikan pendidikan sebagai setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak dalam suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

  Sedangkan menurut Marimba (1989:19) pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbantuknya kepribadian yang utama.

  Pendidikan Islam diartikan pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani dan rohani, serta menumbuhkan hubungan yang harmonis setiap individu dengan Allah SWT, manusia lain, dan alam semesta (Daulay, 2004:153).

  Pendidikan Islam sebagai alat untu proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas, dan fungsinya di dunia ini baik sebagai abdi maupun sebagai khalifah-Nya di bum. Agar selalu takwa dalam memelihara hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya (Ali, 2008:181).

  Arifin (2014:22) mengemukakan pendidikan Islam juga berorientasi untuk mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta pengembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perembangannya.

  Agama Islam sebagai suatu konsep kehidupan yang mempunyai landasan yang khas dan spesifik dibanding dengan agama lainnya. Karena komponen utama agama Islam yaitu akidah, syar i‟ah dan akhlak yang kemudian dikembangkan oleh manusia dengan akal piiran mereka yang didorong dengan ilmu pengetahuan. Selain itu, Islam adalah agama yang memandang pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting.

  Pembelajaran pada saat ini lebih memberi peluang bagi munculnya kreativitas peserta didik dibandingkan sebagaimana yang telah terjadi pada masa lalu yang memberi penjelasan adanya pusat orientasi kepada pengajarnya. Pengajar pada saat ini lebih sebagai fasilitator bagi proses transformasi ilmu pengetahuan.yang dikehendaki sesuai dengan spesifikasi keilmuannya. Dengan demikian, maka keberhasilan suatu proses belajar lebih terletak pada hasrat peserta didik dalam mengelola niat memperoleh ilmu pengetahuan. Pengelolaan niat belajar dan memelihara tindakan yang diorientasikan kepada perolehan ilmu pengetahuan sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar.

  Di era globalisasi saat ini memudahkan manusia dalam banyak hal seperti komunikasi, penerimaan dan pemberian informasi, jarak dan waktu bukan lagi sebuah halangan. Dalam hal ini setiap orang tidak terkecuali bisa mengakses informasi apapun, dimanapun, dan kapanpun, itu artinya seorang anak yang sedang berada dalam masa pubertas ketika sedang berselancar di dunia maya dia bisa melakukan semua yang telah disebutkan di atas tanpa sepengetahuan lingkungan sekitarnya, dalam hal ini dia bebas melakukan apapun dengan internet yang dia miliki baik itu positif atau negatif. Bimbingan orang tua sangat dibutuhkan pada momen ini, pertanyaannya adalah, apakah mampu orang tua mendampingi seorang anak 24 jam per hari untuk memastikan anaknya menggunakan internet dengan bijak dan benar?. Berangkat dari sinilah keresahan penulis yang menjadi dasar dari terbentuknya skripsi ini.

  Terkait dengan proses pembelajaran yang intensif, Islam sudah lama menerapkan metode tersebut yaitu dengan nama Istiqomah. Secara garis besar, konsep ini merekomendasikan suatu proses belajar yang bertumpu pada komitmen dalam membangun kepribadian sesuai doktrin Islam. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, wajarlah bila penerapan istiqomah sangatlah urgen jika sekolah modern di Indonesia ingin membangun kualitas sumber daya manusianya. Kesesuaian kulturistik keIslaman tentu akan menyumbang percepatan bagi terwujudnya kualitas manusia Indonesia yang memadai bagi kepentingan menjadikan segala potensi bangsa yang ada untuk memperkuat daya saing global. Alasan inilah yang akhirnya menuntun peneliti memilih topik penelitian terkait syarat perolehan gelar kesarjanaan dengan judul

  “KONSEP ISTIQOMAH DALAM MENUNTUT ILMU (STUDI TERHADAP AL- QUR‟AN SURAT FUSHSHILAT AYAT 30)”.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1.

  Bagaimana konsep istiqomah menurut Q.S. Fushshilat ayat 30? 2. Bagaimana relevansi antara istiqomah dalam Q.S. Fushshilat ayat 30 dengan konsep istiqomah dalam menuntut ilmu?

  C. Tujuan dan Manfaat

  Dari pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan dan manfaat adalah sebagai berikut :

  1. Tujuan a.

  Untuk mangetahui konsep istiqomah menurut Q.S. Fushshilat ayat 30.

  b.

  Untuk mengetahui relevansi antara istiqomah dalam Q.S.

  Fushshilat ayat 30 dengan konsep istiqomah dalam menuntut ilmu

  2. Manfaat a.

  Bagi peneliti, meningkatkan wawasan yang lebih komprehensif terhadap konsep istiqomah dalam menuntut ilmu menurut Q.S.

  Fushshilat ayat 30 dari berbagai sudut pandang para ulama. b.

  Bagi subjek dan praktisi pendidikan, dapat diaplikasikan dalam sikap dan perilaku yang islami di dalam kehidupan nyata.

  c.

  Bagi masyarakat, sebagai i‟tibar bagi manusia agar tetap berpegang teguh pada ajaran agama Islam yaitu Al- Qur‟an.

D. Metode

  Usaha untuk memperoleh data ataupun informasi yang diperlukan dalam penulisan ini, disusun sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

  Menurut Catherine Marshal kualitatif riset didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia (Jonathan Sarwono, 2006: 193) Jadi, dalam penelitian ini menggali lebih dalam konsep istiqomah dalam menuntut ilmu menurut Q.S. Fushshilat ayat 30 dari berbagai kitab tafsir yang merupakan interpretasi dari para mufasir dalam memahami maksud, isi dan kandungan yang ada pada surat Fushshilat ayat 30 sehingga akan dapat mempermudah dalam dalam kajian ini. Selanjutnya untuk memberi penjelasan atau menafsiran terhadap ayat tersebut, melalui metode studi pustaka (library rasearch), maka langkah yang ditempuh adalah dengan cara membaca, memahami serta menelaah buku-buku, baik berupa kitab-kitab tafsir maupun sumber-sumber lain yang berkenaan dengan permasalahan yang ada, kemudian dianalisa.

2. Pendekatan

  Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis. Tafsir analitis adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran secara analitis. Dalam metode tafsir tahlily, penafsir mengikuti urutan ayat sebagaimana yang telah tersusun dalam mushaf Utsmani. Pengkajian metode ini menguraikan kosa kata dan lafaz, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, menjelaskan inti sari dari ayat serta mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya. Untuk itu semua, metode ini merujuk kepada sebab-sebab turunnya ayat, hadits-hadits Rasulullah, riwayat dari para sahabat dan tabi‟in (Al-Munawwar, 1994 36).

  Langkah-langkah tafsir analitis atau tafsir tahlily yaitu sebagai berikut: a.

  Menyebutkan sejumlah ayat pada awal pembahasan. Pada setiap pembahasan mencantumkan satu, dua atau tiga ayat untuk maksud tertentu, yaitu memberikan keterangan global bagi surat dan menjelaskan maksudnnya yang mendasar.

  b.

  Menjelaskan arti kata-kata yang sulit.

  c.

  Memberikan garis besar maksud beberapa ayat. d.

  Menjelaskan konteks ayat.

  e.

  Menerangkan sebab-sebab turun ayat.

  f.

  Memperhatikan keterangan-keterangan yang bersumber dari Nabi, sahabat dan tabi‟in.

  g.

  Memahami disiplin ilmu tertentu (al-Aridh, 1992:3).

3. Sumber Data

  Dalam penelitian literatur ini, penulis mengacu beberapa sumber yang sesuai dengan topik yang bersangkutan, yakni dibagi menjadi dua bentuk sumber yaitu: a.

  Sumber Primer Sumber primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi (Ruslan, 2010: 29). Dalam hal ini peneliti mengacu sumber premiernya antara lain Al-

  Qur‟an dan buku tafsir yang berkaitan dengan Istiqomah dalam menuntut ilmu, yaitu:

  a) Tafsir Al-Misbah

  b) Tafsir Maraghi

  c) Tafsir An-Nur

  d) Tafsir Nurul Qur‟an b.

  Sumber Sekunder Yaitu sumber yang mendukung dan melengkapi sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penulisan skripsi ini adalah buku tentang pendidikan yang berkaitan dengan Istiqomah, diantaranya: buku yang berjudul “Ta‟lim Wa Muta‟allim” karya Azzarnuji, “Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an” karya Syaikh Manna‟ Al-Qaththan.

  3. Teknik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data pada penelitian ini, digunakan metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2010: 274)

  Objek penelitian ini adalah pentingnya istiqomah dalam menuntut ilmu yang terkandung dalam Q.S. Fushshilat ayat 30.

  4. Metode Analisis Analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif. Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu analisis seperti ini disebut juga analisis isi (content analysis) (Suryabrata, 1995: 85). Disini peneliti menggunakan metode

  content analysis dalam menguraikan makna yang terkandung

  dalam redaksi Al- Qur‟an, setelah itu dari hasil interpretasi tersebut dilakukan analisa secara mendalam guna menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh penulis.

E. Penegasan Istilah

  Agar tehindar dari kata-kata yang kabur dan tidak runtut serta menghindari timbulnya salah penafsiran atau misinterpretation serta pengertian yang melebar dalam menafsirkan isi dan juga substansi dari karya ilmiah (penelitian). Maka diperlukan penegasan istilah dalam judul tersebut yang menjelaskan pengertian masing - masing kata yang mendukung dalam judul penelitian ini, yakni sebagai berikut.

  1. Konsep Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep juga dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (Bahri, 2008: 30).

  Bisa disimpulkan bahwa konsep adalah sejumlah teori yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri yang sama.

  2. Istiqomah Kata istiqomah terambil dari kata qama yang pada mulanya berarti lurus/tidak mencong. Kata ini kemudian dipahami dalam arti konsisten dan setia melaksanakan apa yang

  diucapkannya . (M. Quraish Shihab, 2003: 51) Istiqomah berarti ia melaksanakan kebaikan secara

  konsisten, dimana saja dan kapan saja ia berbuat baik (Maimun, 2010: 89).

  Jadi orang yang memiliki perilaku istiqomah itu selalu berbuat suatu kebaikan dimana pun ia berada, tanpa memilih tempat dan sasaran dari kebaikannya.

3. Ilmu

  Ilmu berasal dari bahasa Arab :

  „alima, ya‟lamu, „ilman,

  dan

  wazan fa‟ila, yaf‟alu (Mahmud Yunus, 2009: 277) yang

  artinya mengerti, memahami dengan benar. Dalam bahasa Inggris berarti science, bahasa Latin berarti scintia (pengetahuan) dan scire (mengetahui). Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan science (sains). Sains hanya dibatasi pada bidang-bidang empirisme –positiviesme sedangkan ilmu melampuinya dengan nonempirisme seperti matematika dan metafisika. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunya ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya (Jujun, 2001: 4).

  Jadi dapat disimpulkan, ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklarifikasi, tersistem, terukur, dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris.

F. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halamn pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

  Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I, Berisi mengenai latar belakang penelitian, rumusan dan tujuan penelitian, dan juga manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan yang digunakan dalam membuat penelitian agar lebih terstruktur dan sistematis.

  BAB II, merupakan deskripsi Q.S. Fushshilat ayat 30 yang berisi pemaparan hasil penelitian yang berupa telaah terhadap Q.S. Fushshilat ayat 30 yang meliputi : deskripsi Q.S. Fushshilat ayat 30 yang disertai arti mufradat dan isi kandungan ayat tersebut.

  BAB III, merupakan tafsir Q.S. Fushshilat ayat 30. Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang tema penelitian munasabah serta asbabun nuzul Q.S. Fushshilat ayat 30.

  BAB IV, relevansi istiqomah dalam Q.S. fushshilat ayat 30 dengan konsep

  istiqomah dalam menuntut ilmu. Pada bab ini peneliti akan menfokuskan pada inti pembahasan istiqomah dan relevansi istiqomah dalam Q.S.

  Fushshilat ayat 30 dengan konsep istiqomah dalam menuntut ilmu.

  BAB V, Adalah bab yang memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting dan daftar pustaka.

BAB II DESKRIPSI Q.S. FUSHSHILAT AYAT 30 A. Deskripsi Q.S. Fushshilat Ayat 30 Q.S. Fushshilat ayat 30 berbunyi sebagai berikut:

  

          

        

  30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

B. Makna Mufradat

  Setelah penulis menyajikan redaksi ayat surat Fushshilat yang menjadi obyek kajian penulis, maka selanjutnya penulis menyajikan kosa kata yang terdapat dalam surat tersebut sebagai berikut:

  ّالل اٌَُت َز ا ْىُلاَق

  maksud dari penggalan ayat tersebut ialah sesungguhnya barang siapa yang telah bersaksi bahwa Allah SWT adalah Tuhannya, mengakui dengan segala aspek-aspek ketuhananNya, dan mengakui keesaanNya, kemudian mereka tetap istiqomah dalam hal itu dan jangan sampai berpaling, dan termasuk dalam hal tersebut adalah semua ibadah, kepercayaan, dan kebaikan. (Al-Maraghi, 1946:127) mereka berkata seperti itu dengan memberitahukan tentang keimanan mereka karena sesungguhnya Allah SWT adalah tuhan mereka yang tiada sesembahan yang patut disembah selain Allah SWT.(Al-Jazairi, 1994:575) bersaksi dan mentauhidkan Allah SWT dan senantiasa tidak berbuat syirik kepadaNya. (Al-asqori, 1994:479)

  ْىُهاَقَحْسا َّنُث

  dalam ayat ini ketika suatu umat telah mengucapkan syahadat kepada Allah SWT dan tetap istiqomah dalam hal tersebut. (Al-Maraghi, 1946:128)

  و نلههسهو هه يزاج ًههي يزاهه ثلاو ًهزادههلاو دههيوح يههت دههثدو دههوحأ ههجس خأو

اهَي َ اهَق ي هُج َز َّىألا ًهفقَّلا ّالل دهثد يهت ىايفهس يهد ىاهّثح يهتا و هجاه يهتا و ًئاسٌلا

َّنهُث َّّاهِت ُثهٌَْهْ ْلهُق لا اهق ,َ,َدهَْْت ياَدهَحَأ ُ ٌَْد ُ َأْسَأ لا م َ ْس لإا ًِي ٍسْهَأِت ًًِ ْسُه ّالل َلُس َز

حيحص يسح يرهسحلا ا َق )نَقَحسا

  Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abdu bin Hamid, Ad-Darimi, Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, Ibnu Hibban dari Sufyan bin Abdullah As- Saqofi ( Seseorang telah bertanya kepada Rasulullah “wahai Rasulullah beritahukan kepadaku suatu amalan dalam Islam yang tidak akan kutanyakan kepada selain engkau wahai Rasulullah”, Rasulullah kemudian bersabda: “katakanlah aku beriman kepada Allah SWT dan istiqomahlah”) Tirmidzi menjelaskan bahwa hadist ini derajatnya adalah hasan shahih. (Al-Maraghi, 1946:128)

  Istiqomah di atas tauhid, dan menfokuskan diri kepada Allah SWT saja, dan istiqomah di atas perintah dan syariat Allah SWT, dan berbuatlah dengan ketaatan kepadaNya, dan menjauhi segala kemaksiatan sampai ajal menjemput. (Al-asqori, 1994:479)

  Istiqomah : lembut dalam ketaatan kepada Alloh SWT ketika berfikir, berucap, dan berbuat. (Al-Maraghi, 1946:128) Mereka tetap di jalan Allah SWT dan tidak mengganti sesembahan mereka dan tidak berpaling dari Allah SWT, tidak meninggalkan ibadah kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. (Al-Jazairi, 1994:575)

  ةَكِئ َ َولا نِهيَلَد ْ َّصٌََحَج

  Allah SWT akan mengirimkan kabar gembira kepada hambaNya yang senantiasa istiqomah dalam syahadatnya melalui malaikatNya berupa kemanfaatan, menjaga atau melindungi dari hal-hal yang merugikan dan mengangkat kesedihan dari hati mereka, atau Allah SWT telah lapangkan dada mereka untuk menghadapi semua kenyataan baik dari perkara- perkara dunia maupun agama, dan melindungi dari perasaan takut dan sedih dengan memberi ilham kepada mereka yang selalu istiqomah.

  Allah SWT akan memberi kabar gembira bagi hambaNya yang istiqomah, yang mana kabar tersebut telah mereka nanti-nantikan. (Al- asqori, 1994:480)

  Waqi‟ berkata: “kabar gembira diberikan di tiga waktu, yaitu ketika ruh dicabut dari jasad seorang hamba, ketika di dalam kubur, dan ketika dibangkitkan kembali dari kubur”. (Al-Maraghi, 1946:128)

  Yaitu ketika maut menghampiri dan ketika dibangkitkan dari kubur. (Al-Jazairi, 1994:575)

  أ ا ْىًُ َصْحَج َلا َو ا ْىُي اَ َج َلا

  Adalah bagi orang-orang yang istiqomah dalam kebaikan dan perintah Allah SWT tidak perlu takut terhadap balasan apa yang akan mereka terima di akhirat kelak dan tidak perlu bersedih terhadap apa yang akan mereka tinggalkan di dunia seperti harta dan keturunan.

  (Al-Maraghi, 1946:128) Atha‟ berkata: “janganlah kalian takut terhadap permintaan dan doa yang kalian panjatkan karena sesungguhnya Allah SWT telah kabulkan, dan janganlah kalian bersedih terhadap dosa-dosa masa lalu karena sesungguhnya telah dimaafkan. (Al-Maraghi, 1946:128)

  Agar mereka tidak takut karena Allah SWT telah menerima mereka, arena itu adalah ridho dan kasihNya. Allah memberi petunjuk agar mereka tidak bersedih terhadap dosa yang telah lalu. (Al-Jazairi, 1994:575)

  Janganlah kalian takut terhadap balasan yang akan kalian terima di akhirat kelak dan janganlah kalian bersedih terhadap perkara dunia yang akan kalian tinggalkan seperti keluarga, keturunan, dan harta. (Al-asqori, 1994:480)

  ىوُدَدىُج ْنُحٌُْك ًِحَّلٌا ِة ٌََّجْلٌاِت اوُسِشْتَأ َو

  Yaitu kabar gembira terhadap orang yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala hal yang dilarangNya, berupa surga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT melalui lisan Rasulullah ketika di dunia, sesungguhnya tujuan/jalan yang dituju oleh orang-orang yang istiqomah dalam beribadah kepada Allah SWT adalah surga, kalian akan kekal didalamnya. (Al-Maraghi, 1946:128)

C. Kandungan Q.S. Fushshilat ayat 30 1.

  Kandungan Q.S. Fushshilat ayat 30 Secara Umum Surah Fushshilat terdiri dari 54 ayat dan termasuk kelompok surah-surah Makkiyyah, diturunkan sesudah Surah Gafir.

  Dinamai

  ”Fushshilat” karena ada hubungannya dengan

  perkataan “Fushshilat” yang terdapat pada permulaan surah ini. Maksudnya adalah ayat-ayat yang diperinci dengan jelas tentang hukum-hukum, keimanan, janji dan ancaman, budi pekerti, kisah, dan sebagainya.

  Dinamai juga dengan

  “Haa Miim as-Sajdah” karena surah ini

  dimulai dengan “Haa Miim” dan dalam surah ini terdapat ayat Sajdah.

  Isi pokok ajarannya ialah: Keimanan: Al-Quran dan sikap orang-orang musyrik terhadapnya; kejadian-kejadian langit dan bumi dan apa yang ada pada keduanya membuktikan adanya Allah. Semua yang terjadi dalam alam semesta tidak lepas dari pengetahuan Allah.

  Lain-lain: hikmah penciptaan gunung-gunung; anggota tubuh tiap-tiap orang menjadi saksi terhadap dirinya pada hari Kiamat, azab yang ditimpakan kepada kaum „Ad dan Samud; permohonan orang- orang kafir agar dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal-amal saleh; berita gembira dari malaikat kepada orang-orang yang beriman; anjuran menghadapi orang-orang kafir secara baik-baik; ancaman terhadap orang-orang yang mengingkari keesaan Allah, sifat-sifat Al- Quran Al-Karim; manusia dan wataknya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2009:586).

2. Kandungan Q.S. Fushshilat ayat 30

  Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan isi dari kandungan ayat yang dikaji, yaitu pada surah Fushshilat ayat 30 menurut tiga pendapat mufassir, yakni pandangan dari tafsi Nurul Qur‟an, Al-Misbah, dan tafsir An-Nur, yakni sebagai berikut: a.

  Tafsir Nurul Qur‟an Dalam ayat ini dijelaskan bahwa istiqomah memperkuat keimanan orang-orang mukmin yang bernasib buruk karena istiqomah memang harus menjadi penyerta keimanan. Sebaliknya, orang-orang kafir bersikeras pada kesesatan keyakinannya. Karunia termulia yang diberikan oleh para malaikat kepada orang-orang beriman adalah ketenangan dan kedamaian (imani, 2013:427).

  Setelah dalam ayat terdahulu dilukiskan tentang azab dan nasib malang yang menimpa orang-orang kafir akibat perbuatan jahat mereka, ayat ini menguraikan keutamaan orang- orang beriman yang takwa kepada Tuhan, yaitu orang-orang beriman mengatakan bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Allah dan Dia-lah Yang Maha Memelihara dan Mengurus (Imani, 2013:427-428).

  Orang-orang beriman itu istiqomah dalam keimanan dan kewajibannya. Para malaikat menyambut kesyahidan mereka dan pada Hari Pembalasan membuat mereka merasa aman dan percaya diri, tanpa rasa takut atau sedih. Sementara itu orang-orang kafir ketakutan menyaksikan pemandangan yang mahadahsyat pada hari itu. Tuhan yang mahakuasa telah berjanji kepada orang-orang beriman yang takwa bahwa mereka akan aman dan para malaikat menyampaikan berita gembira tentang surga yang dijanjikan bagi mereka (Imani, 2013:428).

  Ungkapan ayat ini meliputi segala kebaikan dan keutamaan orang beriman; pertama, cinta kepada tuhan dan keteguhan iman kepada-Nya. Kedua, mempraktikkan keimanan tersebut dalam segala aspek kehidupan mereka. Banyak orang menyatakan cinta kepada Tuhan tetapi tidak memiliki keistikamahan disebabkan kerentanan dan kelemahan akhlak mereka. Dalam menghadapi gangguan hawa nafsu, mereka begitu saja meninggalkan keimanannya dan berpaling pada kemusyrikan. Apabila mereka mendapati kepentingan mereka ternyata dalam bahaya karena keimanan tersebut, mereka pun segera meninggalkan imannya yang lemah dan rentan (Imani, 2013:428).

  Dalam salah satu khotbah Nahj al-Balaghah, Imam Ali bin Abi Thalib as memberikan penafsiran yang jelas tentang ayat tersebut, “Kalian mengatakan bahwa Tuhanmu adalah Allah. Maka, istikamahlah dalam ucapan kalian dan istikamahlah dalam melaksanakan perintah-Nya, menempuh jalan-Nya dan memuji-Nya, karena Dia memang layak dipuji. Jangan melanggar-Nya atau melebih-lebihkan agama-Nya ataupun mengingkari seruan para nabi-

  Nya” (Imani, 2013:428). Menurut sebuah hadis dari Rasulullah saw, setelah membaca ayat tersebut, Rasulullah saw bersabda, “Sebagian mengatakan ucapan demikian, namun kebanyakan dari mereka tidak beriman. Yang jelas, orang yang mengatakan ucapan tersebut dan teguh dalam mengamalkan hingga akhir hayatnya akan dianggap sebagai salah seorang di antara mereka yang teguh keimanannya” (Imani, 2013:429).

  Diriwayatkan dari Imam Ali Ridha as, tentang penafsira n keteguhan, “istikamah adalah petunjuk Tuhan yang ada bagimu.” Penafsiran ini tidak berarti bahwa konteks umum dari ayat tersebut semata-mata merujuk pada petunjuk Tuhan, melainkan juga bermaksud menunjukkan bahwa pengakuan terhadap petunjuk para Imam maksum juga akan menjamin keteguhan iman dalam ketauhidan dan amal saleh sesuai keimanan Islam yang suci (Imani, 2013:429).

  Ringkasannya, bisa dikatakan bahwa nilai manusia itu terletak dalam keistikamahan imannya dan perbuatan amal saleh, sebagaimana tertulis dalam ayat ini,

  “Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka.”

  Diriwayatkan bahwa ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah saw, “Beri aku petunjuk yang apabila aku melaksanakannya maka aku termasuk orang yang selamat dunia dan akhirat.” Rasulullah saw menjawab, “katakan bahwa Tuhanku adalah Allah dan istikamahlah dalam ucapanmu.” Orang itu bertanya lebih lanjut, “apa yang paling berbahaya sehingga aku harus istikamah?” Rasulullah saw menyentuh lidah beliau dan berkata, “Ini!” (Imani, 2013:429).

  b.

  Tafsir AL-Misbah Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan adanya teman-teman bagi para pendurhaka yang menjerumuskan ke neraka, ayat di atas menguraikan lawan mereka yaitu orang- orang yang beriman dan konsisten melaksanakan petunjuk imannya. Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang

  percaya dan mengatakan dengan lidahnya bahwa: “Tuhan kami hanya lah Allah” mengatakannya sebagai cerminan kepercayaan

  mereka tentang kekuasaan dan kemahaesaan Allah kemudian memohon atau bersungguh-sungguh beristiqomah

  mereka

  meneguhkan pendirian mereka dengan melaksanakan tuntunan- Nya, maka buat mereka bukan teman-teman buruk yang memperindah keburukan yang menemani mereka sebagaimana halnya para pendurhaka, tetapi akan turun kepada mereka yakni akan dikunjungi dari saat ke saat serta secara bertahap hingga menjelang ajal mereka oleh malaikat-malaikat untuk meneguhkan hati mereka sambil berkata:

  “janganlah kamu

takut menghadapi masa depan dan janganlah kamu bersedih

  atas apa yang telah berlalu; dan bergembiralah dengan perolehan surga yang telah dijanjikan Allah melalui rasul-Nya

  kepada kamu” (Shihab, 2003:409).

  Kalimat ( ) Rabbuna Allah mengandung

  الله اٌَُّت َز

  pengkhususan, sehingga ia diterjemahkan tuhan kami hanyalah Pengkhususan itu lahir dari bentuk

  

Allah. ma‟rifah/definit pada

kedua kata di atas (Shihab, 2003:410).

  Kata ( ) tsumma mengisyaratkan kelangsungan serta

  َّنُث

  kemantapan istiqamah tersebut dalam waktu yang berkepanjangan. Bukannya berarti bahwa istiqmah tersebut baru terjadi setelah berlangsungnya waktu yang lama dari ucapan mereka. Bisa juga kata tsumma mengisyaratkan tinggi dan pentingnya istiqamah dibandingkan dengan sekedar ucapan

  

Rabbuna Allah . Karena kalau itu hanya berbentuk ucapan yang

  diyakini, maka istiqamah adalah buah ucapan tersebut sehingga secara otomatis istiqomah mengandung ucapan, keyakinan dan amalan sekaligus (Shihab, 2003:410).

  Kata ( ) istaqamu terambil dari kata ( ) qama

  اىُهاَق َحْسِإ َماَق

  yang pada mulanya berarti lurus / tidak mencong. Kata ini dipahami dalam arti konsisen dan setia melaksanakan apa yang diucapkan. Sufyan ats-Tsaqafi bermohon kepada Nabi Muhammad saw. Untuk diberi jawaban yang menyeluruh tentang Islam sehingga dia tidak perlu lagi bertanya kepada orang lain. Beliau menjawab dengan singkat: (

  َّنُث َّّاِت ُثٌَْهْ ْلُق

  ) “Qul Amantu billah, tsumma istaqim/ Ucapkanlah aku

  نَقَحسا

beriman kepada Allah lalu konsistenlah” (HR. Muslim). Ucapan

  itu menandai tulusnya hati dan lurusnya keyakinan, sedang istiqamah/konsistensi menunjukan benar dan baiknya amal (Shihab, 2003:410).

  Huruf ( ) sin dan ( )

  ta‟ pada kalimat istaqomu ض ت

  dipahami oleh banyak ulama dalam arti kesungguhan. Al- Biqa‟i memahaminya dalam arti permohonan