PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,SATISFACTION) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI 2KALIBAGOR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam

  rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Menurut Hanafiah dan Cucu (2010:41) model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style). Suprijono (2013:46) berpendapat bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Berdasarkan beberapa pendapat maka dapat disimpulkan pengertian model pembelajaran adalah pedoman perencanaan pembelajaran dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generative yang erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru

  (teaching style)

  Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai model belajar. Masing-masing model pembelajaran memiliki karakteristik yang membedakan dengan model yang lain. Ada 2 tipe model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipeARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment,

Satisfaction) dan model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran langsung.

  7

  a.

  

Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,

satisfaction)

1) Pengertian Model ARIAS

  Menurut Ahmadi, dkk (2011:69-71) model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS (Attention, Relevance, Confidence,

  Satisfaction) , dikembangkan oleh Keller dan Kopp sebagai jawaban

  pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan

  (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dua komponen tersebut

  oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan

  satisfaction dengan singkatan ARCS.

  Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur. Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan kompenen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambah komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.

  Modifikasi model pembelajaran ARCS menjadi model pembelajaran

  ARIAS, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima kompenen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi).

  Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi

  assurance dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance.

  Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan

  (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing

  komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran

  ARIAS.

2) Komponen-Komponen dalam Model Pembelajaraan ARIAS

  Menurut Ahmadi, dkk (2011:71-77) Komponen dalam model pembelajaran ARIAS ada lima komponen yaitu:

a) Assurance (percaya diri)

  Kompenen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri) yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Menurut Gagne dan Driscoll (Ahmadi, dkk, 2011: 72), seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap yakin seseorang, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut.

  Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan.

b) Relevance (relevan)

  Komponen kedua dalam model pembelajaran ARIAS adalah relevance (relevan) yaitu berhubugan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu jika apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah

  (1) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan akan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.

  (2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa depan dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.

  (3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa.

c) Interest (minat/perhatian siswa)

  Komponen ketiga dalam model pembelajaran ARIAS adalah interest, yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Keller (Ahmadi, dkk, 2011: 74) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat atau perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (Ahmadi, dkk, 2011: 74) menunjukan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkna tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat mereka.

  Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingin tahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil usaha siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain :

  (1) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain atau aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.

  (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.

  (3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang dan mengubah gaya mengajar. (4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (Ahmadi, dkk,

  2011: 75) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.

d) Assessment (penilaian)

  Assessment adalah komponen keempat dalam model pembelajaran ARIAS,

  yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberi keuntungan bagi guru dan murid. Bagi guru, evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa, untuk memonitoring kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk merekam apa yang telah siswa capai dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi. Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran.

  Beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberikan evaluasi antara lain adalah: (1) Mengadakan evaluasi dan memberikan umpan balik terhadap kinerja siswa. (2) Memberikan evaluasi yang objektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.

  (3) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.

  (4) Memberikan kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.

e) Satisfaction (kepuasan/rasa bangga)

  Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai.

  Satisfaction dalam teori belajar adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang

  telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.

  Menurut Keller (Ahmadi, dkk, 2011: 77) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik yaitu individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggan dan rasa puas ini juga dapat timbul dari pengaruh luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggan ekstrinsik. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Dengan demikian, memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil belajar seseorang.

  Jadi, model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model pembelajaran ARCS yang dikembangkan oleh Keller dan Kopp sebagai solusi merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran ARIAS terdiri dari 5 komponen yaitu

  Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction. Model

  pembelajaran ARIAS memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat meningkaatkan rasa percaya diri siswa dan dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran karenaa pembelajaran mengaitkan dengan peristiwa relevan dan menarik. Namun, tidak ada model pembelajaran yang sempurna, model pembelajaran ARIAS juga memiliki kekurangan yaitu perasaan bangga yang terlalu berlebihan pada diri siswa dapat membuat siswa cepat puas terhadap apa yang telah dicapai.

b. Model Pembelajaran Langsung

  Model pembelajaran yang digunakan di kelas kontrol adalah model pembelajaran langsung (Direct Instruktion). Menurut Trianto (2011:41) Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher

  center. Menurut Arendes (Trianto, 2011: 41) model pengajaran langsung

  adalah suatu pendekatan yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Menurut Suprijono (2013:46) pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class

  teaching.

  Suprijono (2013:47) Modelling adalah pendekatan-pendekatan utama dalam pembelajaran langsung. Modelling berarti mendemonstrasikan sesuatu prosedur kepada peserta didik. Modelling mengikuti urutan-urutan berikut: 1) Guru mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar.

  2) Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki peserta didik.

  3) Guru mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan cara yang jelas, terstruktur, dan berurutan disertai penjelasan mengenai apa yang dikerjakan setelah setiap langkah selesai dikerjakan. 4) Peserta didik perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian menirukannya.

  Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase. Suprijono (2013:50) fase-fase model pembelajaran langsung sebagai berikut:

Tabel 2.1. Fase-fase model pembelajaran langsung Fase-Fase Perilaku Guru

  Mempersiapkan kesempatan melanjutkan pelatihan lanjut, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari. Sumber : Suprijono (2013: 50)

  Menurut Reber (Suprijono, 2013: 3) belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.

  Jadi model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan guru sebagai pengajara dan pembelajaran sepenuhnya dikendalikan oleh guru (teacher center).

  dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan model pembelajaran langsung digunakan dikelas kontrol untuk membandingkan hasil belajar siswa.

  ARIAS

  Model pembelajaran ARIAS digunakan sebagai model pembelajaran di kelas eksperimen. Tujuannya untuk mengetahui apakah model pembelajaran

  Fase 5: Extended Practice Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan

  Fase 1: Establishing Set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

  Mengecek apakan peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

  Merencakan dan memberi pelatihan awal Fase 4: Feed back Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

  Fase 3: Guided Practice Membimbing pelatihan

  Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap

  Fase 2: Demonstrating Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

  Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar

2. Hasil Belajar

a) Pengertian Belajar

  Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (Trianto, 2011: 16) yang mendefinisikan belajar sebagai :

  Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Changes caused by development (such as growing taller) are not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that are present at brith (such as reflexes and respons the day of their brith (and some say earlier) that learning and development are inseparably linked.

  Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Slameto (2010: 3-5) memberikan ciri-ciri tentang perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar sebagai berikut :

  (1) Terjadinya secara sadar. (2) Bersifat kontinu dan fungsional. (3) Bersifat positif dan aktif. (4) Bukan bersifat sementara. (5) Bertujuan dan terarah.

  Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi secara sadar yang dilakukan sebagai proses agar seseorang mendapatkan pengetahuan sehingga akan terjadi perubahan tingkah laku kearah yang positif pada aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.

b) Hasil Belajar

  Menurut Purwanto(2013:49)Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidik.

  Menurut Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Jadi, hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi karena adanya pengalaman belajar. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

  (1) Ranah Kognitif

  Menurut Sudjana (2011:50-52) kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan penguasaan intelektual. Kategori pada dimensi proses kognitif tersaji pada tabel berikut:

  Tabel 2.2Enam Kategori pada Dimensi Proses Kognitif dan Proses-proses

  Kognitif Terkait

  

Ketegori Proses Proses Kognitif dan Contohnya

  1. MENGINGAT —Mengambil pengetahuan dari memori jangka pendek

  1.1. Mengenali (Mengenali tanggal terjadinya peristiwa- peristiwa penting dalam sejarah Indonesia)

  

1.2. Mengingat kembali (Mengingat kembali tanggal-tanggal peristiwa

penting dalam sejarah Indonesia)

  

Ketegori Proses Proses Kognitif dan Contohnya

  2. MEMAHAMI —Mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru

  2.1. Menafsirkan (Memparafrasekan ucapan dan dokumen penting)

  2.2. Mencontohkan (Menberi contoh tentang aliran-aliran seni lukis)

  2.3. Mengklasifikasikan (Mengklasifikasikan kelainan-kelainan mental yang telah diteliti atau dijelaskan)

  2.4. Merangkum (Menulis ringkasan pendek tentang peristiwa- peristiwa yang ditayangkan di televisi)

  2.5. Menyimpulkan (Dalam belajar bahasa asing, menyimpulkan tata bahasa berdasarkan contoh-contohnya)

  2.6. Membandingkan (Membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan keadaan sekarang)

  2.7. Menjelaskan (Menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa-peristiwa pada abad ke-18 di Indonesia

  3. MENGAPLIKASI —Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu

  3.1Mengeksekusi (Membagi satu bilangan dengan bilangan lain, kedua bilangan ini terdiri dari beberapa digit)

  3.2. Mengimplementasikan (Menggunakan hokum Newton kedua pada konteks yang tepat)

  4. MENGANALISIS —Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan

menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan antara hubungan antara

bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan

  4.1. Membedakan (Membedakan antara bilangan yang relevan dan bilangan yang tidak relevan dalam soal matematika cerita)

  4.2. Mengorganisasi (Menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu penjelasan historis)

  

Ketegori Proses Proses Kognitif dan Contohnya

  4.3. Mengatribusikan (Menunjukkan sudut pandang penulis suatu esai sesuai dengan pandangan politik si penulis)

5. MENGEVALUASI —Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar

  5.1. Memeriksa (Memeriksa apakah kesimpulan-kesimpulan seorang ilmuawan sesuai dengan data-data amatan atau tidak)

  5.2. Mengkritik (menetukan suatu metode terbaik dari dua metode untuk menyelesaikan suatu masalah)

  6. MENCIPTAKAN —Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal

  6.1. Merumuskan (Merumuskan hipotesis tentang sebab-sebab terjadinya suatu fenomena)

  6.2. Merencanakan (Merencanakan proposal penelitian tentang topik sejarah tertentu)

  6.3. Memproduksi (Membuat habitat untuk spesies tertentu demi

suatu tujuan)

  Sumber: Anderson & Krathwohl (2010: 44-45)

  Penelitian ini lebih difokuskan pada aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan yang secara lengkap tersaji dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.3. Hasil Belajar Aspek Kognitif Materi Jaring-Jaring Berbagai

  Bangun Ruang Sederhana

  No Indikator Aspek

  1 Menggambar jaring-jaring Pengetahuan berbagai bangun ruang sederhana

  2 Menjelaskan peran dan posisi Pemahaman dari masing-masing bangun datar pada jaring-jaring bangun ruang.

  3 Menentukan jaring-jaring Penerapan berbagai bangun ruang sederhana

  Sumber: Pedoman Kurikulum KTSP

  Jadi dapat disimpulakan bahwa hasil belajar ranah kognitif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan kecerdasan intelektual siswa dalam suatu disiplin ilmu. Ranah kognitif memiliki 6 tingkatan yang mana semakin tinggi tingkatan semakin kompleks. Pada penelitian ini aspek kognitif yang diamati adalah pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Ketiga tingkatan ini dipilih karena dianggap sesuai dengan ranah perkembangan kognitif siswa di kelas V sekolah dasar.

  (2) Ranah Afektif

  Menurut Sudjana (2011:29-30) ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Menurut Supratiknya (2012: 12) taksonomi ranah afektif yang paling luas dipakai adalah hasil rumusan Krathwohl, Bloom dan Masia. Taksonomi ini mengklasifikasikan emosi atau perasaan siswa terhadap aneka pengalaman belajar yang diperolehnya di dalam maupun di luar kelas, atau cara siswa menanggapi orang, benda atau situasi dengan menggunakan perasaannya. Emosi atau perasaan yang dimaksud meliputi siikap, minat, perhatian, kesadaran, nilai, apresiasi, antusiasme dan juga motivasi yang diasumsikan tersusun secara hirarki mulai dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks dan yang tercermin dalam aneka bentuk perilaku siswa. Secara ringkas taksonomi ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Masia adalah seperti disajikan dalam tabel 2.4

  Tabel 2.4Taksonomi ranah afektif Taraf Kemampuan Urian Mau menerima fenomena tertentu, yaitu mau menyadari, mau mendengarkan atau mau memberikan perhatian.

  Kata kunci: menunjukan, menjelaskan, mengikuti, mempersilahkan, memberikan pembenaran, mengusulkan, memilih, mempelajari.

  Kata kunci: menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menjelaskan, merumuskan, mengeneralisasikan, mengitegrasikan, memodifikasikan, mengorganisasikan, menyintesiskan.

  (Organization) Mau mengorganisasikan nilai-nilai mengikuti urutan prioritas tertentu.

  Mengorganisasikan nilai ke dalam skala prioritas (mengurutkan dari yang paling penting/bernilai sampai yang kuraang penting/kurang bernilai0 dengan cara membandingkan berbagai nilai yang berbeda, mengatasi konflik-konflik yang terjadi antar nilai-nilai yang berbeda tersebut, dan akhirnya mampu menciptakan suatu sistem nilai yang khas bagi dirinya.

  Mau mengorganisasikan nilai-nilai.

  Menunjukan kemampuan memecahkan aneka masalah. Mau mengusulkan suatu rencana perbaikan kehidupan bersama dan mengikutinya dengan penuh komitmen.

  Contoh: menunjukan keyakinan tentang keunggulan proses yang demikratis. Peka terhadap keragaman individu maupun budaya.

  (Valuing) Mau memberikan nilai pada sesuatu.

  (Reciving phenomena) Mau menyadari; menunjukan kemauan untuk mendengarkan.

  Mau memberikan nilai/mau memandang nilai, memulai dari sekedar menerima sesuatu sebagai bernilai sampai menunjukan komitmen yang lebih kompleks. Kemampuan ini didasari oleh internalisasi terhadap serangkaian nilai- nilai spesifik tertentu.

  Mau mengajukan pertanyaan dalam aneka gagasan, konsep, model yang baru didengar untuk lebih memahaminya.mengetahui aturan tentang kebersihan dan mau mematuhinya.

  Contoh: mau berpartisipasi dalam diskusi kelas.

  Kata kunci: mau menjawab, memberikan bantuan, mau mengikuti perintah, memberi salam, mau membantu, mau melakukan, memilih.

  Mau berperan aktif dalam kegiatan belajar; berpartisipasi.

  Contoh: mendengarkan guru atau teman dengan rasa hormat. Mau memberikan respon terhadap fenomena tertentu, meliputi mau berpartisipasi aktif, mau memberikan perhatian dan reaksi terhadap fenomena tertentu. Hasil belajar yang ditekankan: mau menjawab dan merasakan kepuasan dengan memberikan respon. (Responding to phenomena)

  Kata kunci: bertanya, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, menyebut nama, menunjuk, duduk, menjawab pertanyaan.

  Contoh: Menyadari pentingnnya menyeimbangkan antara kebebasan dan tanggung jawab. Mau bertanggung jawab atas tindakkannya. Menjelaskan fungsi perencanaan sistematis dalam pemecahan masalah. Mau menerima dan mengikuti aneka standar etika profesi. Mampu menyusun rencana masa depan selaras dengan kemampuan, minat dan keyakinan pribadi. Mampu mengatur waktu secara efektif

  Taraf Kemampuan Urian untuk memenuhi kebutuhan belajar dan bermain.

Mau menginternalisasikan Mau menunjukan perilaku yang dikendalikan

nilai-nilai (karakterisasi). oleh suatu sistem nilai.

memiliki suatu sistem nilai Kata kunci: bertindak, menunjukan,

yang dijadikan pedoman mempraktekkan, memodifikasikan,

berperilaku, sehingga perilaku mendengarkan, mengusulkan, mengajukan

menjadi konsisten, bisa pertanyaan, memverifikasikan, memberikan

diprediksikan dan yang layanan.

terpenting menjadi ciri atau Contoh: menunjukan kemandirian saat

karakteristik pribadi yang mengerjakan sesuatu secara mandiri. Mampu

bersangkutan (Internalizing bekerja sama dalam aktivitas kelompok.

  

Values) Menerapkan pendekatan sasaran (objective

approach ) dalam memecahkan masalah.

  Menunjukan komitmen terhadap etika dalam praktek sehari-hari. Mau mengubah pendapat dan perilaku menyesuaikan diri dengan bukti-bukti baru. Menghargai orang lain apa adanya, bukan berdasarkan penampilan mereka.

  Sumber: Lorin Anderson (Supratiknya, 2012: 13-14)

  Dalam proses pembelajaran, penilaian aspek afektif terintegrasi di dalam pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut Fakry Gaffar (Kesuma, D., dkk,

  2011:5), ―sebuah proses transformasi nilai-nilai dalam kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu

  ‖. Menurut Winton (Samani dan Hariyanto, 2012:43) pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya. Lickona (Samani dan Hariyanto, 2012: 44) mendefinisikan pengertian pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai etis.

  Dari pengertian di atas dapat didefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar yang dilakukan oleh guru secara sungguh-sungguh untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada siswa untuk dapat diterapkan dalam perilaku kehidupan siswa.

  Pendidikan karakter yang akan ditekankan pada penelitian ini adalah menanamkan rasa percaya diri pada siswa. Percaya diri (assurance) merupakan salah satu komponen yang ada dalam model pembelajaran ARIAS. Menurut Utsman (2005:31) kepercayaan diri berkaitan erat dengan perasaan bahagia yang dirasakan oleh anak, dan bahagia itu sendiri terletak pada perasaan aman dan tenang. Menurut Keller (Ahmadi, dkk,2001: 71) percaya diri yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah suatu perasaan yakin akan keberhasilan yang dapat dicapai yang akan menumbuhkan perasaan bahagia. Menurut Ahmadi, dkk (2011:72) beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah

  1. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri.

  2. Menggunakan patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku)

  3. Memberi tugas yang sukar tapi cukup realistis untuk diselesaikan/ sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar)

  4. Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.

  Dalam penelitian, aspek yang difokuskan secara lengkap tersaji dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.5. Hasil Belajar Aspek Afektif Materi Jaring-Jaring Berbagai

  Bangun Ruang Sederhana

  No Indikator Aspek Kegiatan

  1 Menyampaikan Siswa dapat

pendapatnya kepada menyampaikan

teman satu kelas baik pendapatnya berupa pertanyaan kepada teman satu maupun gagasan. kelas baik berupa Percaya Diri pertanyaan maupun gagasan.

  2 Mengerjakan sendiri Siswa dapat soal latihan yang mengerjakan diberikan oleh guru. sendiri soal latihan yang diberikan oleh guru.

  3 Mengerjakan soal Siswa dapat latihan di depan kelas mengerjakan soal tanpa membawa buku latihan di depan catatan. kelas tanpa membawa buku catatan.

  Jadi, hasil ranah afektif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan sikap siswa. Baik buruknya ranah afektif siswa ditunjukan dari bagaimana perilaku dan ucapan siswa tersebut dalam kesehariannya. Siswa yang memiliki sikap yang baik adalah yang berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku.

  Perilaku seseorang dapat digunakan sebagai cerminan karakter orang tersebut. Karakter yang diharapkan pada penelitian ini adalah karakter percaya diri.

  (3) Ranah Psikomotor

  Menurut Sudjana (2011:30-31) hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), Menurut Supratiknya (2012: 15) ranah psikomotor mencakup kemampuan menggunakan aneka ketrampilan motor, koordinasi dan gerak fisik. Pengembangan ketrampilan ini menuntut praktik atau latihan dan kemajuan atau keberhasilan dapat diukur dari meningkatnya kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur atau teknik dalam melakukan tugas atau aktivitas motor tertentu. Simpson (Supratiknya, 2012: 15) mengembangkan sebuah ranah psikomotor yang mencakup tujuh kategori kemampuan. Secara ringkas, taksonomi ranah psikomotor hasil karya Simpson adalah sebagai berikut

  Tabel 2.6Taksonomi ranah psikomotor Taraf Kemampuan Uraian Mampu mempersepsikan Mampu menggunakan tanda-taanda Mampu menggunakan petunjuk-isyarat sensoris untuk membimbing aktivitas sensoris untuk membimbing aktivitas fisik tertentu. motor, meliputi kepekaan menangkap Kata kunci: memilih, mendeskripsikan, stimulasi sensoris kemampuan memilih membedakan, mengidentifikasikan, petunjuk-isyarat sensoris dan mengisolasi, menghubungkan dan kemampuan menerjemahkannya ke menyeleksi. dalam tindakan. Contoh: mampu mendeteksi petunjuk- (Perception) isyarat komunikasi non-verbal, mampu memperkirakan arah jatuh dari bola yang dilempar dan selanjutnya menunjukan lokasi untuk menangkap bola itu, menyetel panas open untuk mengurangi temperature berdasarkan bau makanan yang sedang dipanggang.

  Memiliki kesiapan untuk bertindak Menunjukan kesiapan untuk bertindak.

  Kesiapan untuk bertindak meliputi Kata kunci: mulai, mempertontonkan, kesiapan mental, fisik dan emosi. menjelaskan, bereaksi, menyatakan, Ketiganya merupakan disposisi yang menunjukan. mendasari respon seseorang terhadap Contoh: tahu dan mampu melakukan berbagai situasi yang dihadapi (kadang- serangkaian langkah dalam proses kadang juga disebut mindset) menghasilkan produk tertentu, (Set) menunjukan hasrat untuk mempelajari sebuah proses baru.

  Taraf Kemampuan Uraian Catatan: sub-kemampuan psikomotorini memiliki kaitan erat dengan sub- kemampuan ‖Merespon fenomena‖dalam ranah afektif.

  Mampu melakukan respon kompleks secara lancar Mampu melakukan tindakan motor secara trampil yang melibatkan pola gerakan yang kompleks. Ketrampilan atau ketangkasan itu ditunjukkan dengan gerakan yang cepat, akurat dan sangat terkoordinasi yang dilakukan dengan energy atau upaya minimum. Kategori ini mencakup mengerjakan tugas tanpa ragu-ragu dan melakukan gerakan secara otomatis.

  (Adaptation) Mampu memodifikasi aneka ketrampilan motor disesuaikan dengan tuntutan situasi baru.

  Mampu beradaptasi Aneka ketrampilan sudah dikuasai dengan baik, sehingga siswa mampu memodifikasi pola gerakan agar sesuai dengan tuntutan situasi tertentu.

  Catatan: kata-kata kunci kategori ini sama seperti kategori ―mampu melakukan secara mekanik‖, namun dengan tambahan kata sifat yang menunjukan bahwa aktivitas atau gerakan tersebut dilakukan secara lebih cepat, lebih baik, lebih tepat.

  Contih: Mengetik komputer dengan cepat dan tepat. Menunjukan kepiawaian saat bermain piano.

  Kata kunci: merakit, membangun, mengkonstruksi, memperbaiki, memanipulasikan, mengukur, mengorganisasikan, membuat sketsa.

  (Complex Overt Response) Manunjukan tahap agak lanjut menguasai suatu ketrampilan kompleks.

  Contoh: mengetik komputer dengan lancar, memperbaiki kran yang bocor,

  Mampu melakukan respon tertentu dengan bimbingan guru.

  Kata kunci: merakit, membangun, mengonstruksi, memperbaiki, memanipulasikan, mengukur, mengorganisasikan, membuat sketsa.

  (Mechanism) Mampu melakukan suatu ketrampilan motor yang kompleks.

  Mampu melakukan respon secara mekanik Merupakan tahap piawai dalam mempelajari suatu ketrampilan kompleks. Hasil belajar sudah menyatu dengan kebiasaan, sehingga gerakan- gerakan dapat dilakukan dengan percaya diri dan lancar.

  Contoh: menulis huruf latin tegak bersambung seperti diberi contoh oleh guru di papan tulis, mengikuti petunjuk dalam rangka mengubah sebuah model pesawat. Mengikuti isyarat tangan instruktur saat belajar mengoprasikan forklift.

  Kata kunci: mencontoh, melacak, mengikuti, mereproduksi, menanggapi, mereaksi.

  (guided Response) Menunjukan tahap awal menguasai suatu ketrampilan kompleks, meliputi kemampuan mengikuti contoh atau mencontoh.

  Merupakan tahap awal dalam mempelajari suatu ketrampilan kompleks, mencakup kemampuan mencontoh atau coba-salah. Ketrampilan yang memadai akan dicapai lewat latihan.

  Kata kunci: beradaptasi, mengubah, menata kembali, mengorganisasi kembali, merevisi, menciptakan variasi.

  Taraf Kemampuan Uraian Contoh: mampu memberikan responyang efektif terhadap aneka pengalaman yang tidak diharapkan.

  Mampu memodifikasi pengajaran olah raga dan kesehatan agar lebih sesuai Mampu mengambil gerakan baru Mampu menciptakan pola gerakan baru.

  Mampu menciptakan aneka pola gerak Kata kunci: menata, membangun, baru sesuai dengan tuntutan suatu mengombinasi, mengarang (compose), situasi atau problem khusus tertentu. mengkonstruksi, menciptakan Hasil belajar yang ditekankan berupa mengarang, memulai (initiate), kreativitas yang dilandasi aneka mengawali (orginate), membuat. ketrampilan taraf tinggi. Contoh: merumuskan suatu teori baru tentang cara mencapai kebugaran.

  Mengembangkan program pelatihan kebugaran baru yang komprehensif. Menciptakan pola senam kesegaran jasmani baru.

  Sumber: Lorin Anderson (Supratiknya, 2012: 15-18)

  Penelitian ini yang berkenaan dengan aspek psikomotor yaitu keterampilan siswa dalam membuat dan menggunakan alat peraga lebih jelasnya dalam tabel 2.7. berikut ini:

Tabel 2.7. Hasil Belajar Aspek Psikomotor Materi Jaring-Jaring Berbagai Bangun Ruang Sederhana.

  Aspek Kegiatan No Indikator Psikomotor

  1 Membawa bahan alat Peserta didik

peraga sesuai dengan membawa bahan alat

Perception tugasnya peraga

  2 Mampu menggunakan Peserta didik mampu peralatan yang dibawa menggunakan Set dalam pembuatan alat peralatan dan

peraga membuat alat peraga

3 Mampu menggunakan Peserta didik mampu

  Guided

alat peraga menggunakan alat

  Response peraga Jadi, hasil belajar ranah psikomotor adalah hasil belajar yang kaitannya dengan gerak motorik siswa. Siswa yang memiliki psikomotor yang baik adalah siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Keaktif yang dimaksud adalah aktif dalam hal yang positif. Terdapat 6 tingkatan ranah kognitif, namun, pada penilitian ini hanya akan diteliti 2 tingkatan saja yaitu peniruan dan ketepatan.

c) Hasil Belajar Matematika

  Menurut Purwanto (2013:49)hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidik.

  Menurut Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Jadi, hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi karena adanya pengalaman belajar.

  Menurut Kline (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

  Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3) kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).

  Kata mathematike yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).

  Menurut James dan James (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya. Matematika terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris, dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.

  Berdasarkan beberapa pengertian matematika dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang logika, penalaran mengenai suatu bentuk, susunan, besaran, serta konsep-konsep yang memiliki objek abstrak yang bertujuan untuk membantu manusia dalam memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

  Jadi, hasil belajar matematika adalah perubahan perilaku yang terjadi karena adanya pengalaman belajar mempelajari tentang logika, penalaran mengenai suatu bentuk, susunan, besaran, serta konsep-konsep yang memiliki objek abstrak yang bertujuan untuk membantu manusia dalam memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

d) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Sudjana (2010:39-44) menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri peserta didik menyangkut kemampuan yang dimiliki, motivasi belajar, minat belajar dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, serta faktor fisik dan psikis. Selain faktor dari diri peserta didik, faktor dari luar peserta didik atau faktor lingkungan juga mempengaruhi hasil belajar.Kedua faktor tersebut berbanding lurus dengan hasil belajar. Semakin tinggi kemampuan peserta didik dan kualitas pembelajaran yang dilakukan, akan semakin tinggi pula hasil belajar peserta didik.

3. Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS Terhadap Hasil Belajar Matematika a. Matematika

  Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3) kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani

  

mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya

mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata

mathematike yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya,

  maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).

  Menurut James dan James (Suwangsih dan Tiurlina,2006: 4) matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya. Matematika terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris, dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.

  Menurut Kline(Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

  Berdasarkan beberapa pengertian matematika dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang logika, penalaran mengenai suatu bentuk, susunan, besaran, serta konsep-konsep yang memiliki objek abstrak yang bertujuan untuk membantu manusia dalam memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

  Siswa Sekolah Dasar (SD) umur berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Heruman, 2010:1) mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah- kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

  Siswa yang duduk di SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam belajar matematika yang sifatnya abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media atau alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya adalah abstrak.

  Dalam matematika, setiap konsep yang sifatnya abstrak yang dianggap baru oleh siswa SD dan baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan.

  Pengetahuan yang baru dipelajarinya ini mampu mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI TEORI KONSTRUKTIVISMEUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-1 MTS NEGERI TUNGKOB

0 10 1

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT AND SATISFACTION) TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI (Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rambipuji Jember)

0 3 17

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 55

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 2 KAMPUNG BARU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 13 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 2 KAMPUNG BARU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 29 147

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 27 82

PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 12 61

1 PENERAPAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DAN MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA DI SMA

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SOAL CERITA PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Muhamadiyah Maesan, Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajara

0 0 21