PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS II MI HASYIM ASY'ARI MOJOKERTO.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA

MELALUI MODEL PEMBELAJARANWORD SQUARE

BERBANTUAN MEDIA GAMBAR

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS II MI HASYIM ASY’ARI MOJOKERTO

SKRIPSI Oleh:

NUR JAMILAH ROSYADI NIM. D77213087

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FEBRUARI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

ABSTRAK

Nur Jamilah Rosyadi, D77213087, 2017, Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Melalui Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto

Kata Kunci: Keterampilan Menulis Cerita, Model Pembelajaran Word Square berbantuan Media Gambar

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realita di lapangan yang menjelaskan bahwa kurang optimalnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kegiatan belajar, penggunaan serta keterlibatan media yang kurang maksimal, sehingga berdampak kepada keterampilan siswa-siswi dalam menulis, mayoritas siswa melakukan aktivitasnya sendiri saat pembelajaran sedang berlangsung. Berdasarkan dari dokumentasi nilai keterampilan menulis cerita siswa kelas II, diperoleh data sebanyak 43% dari jumlah 32 siswa yang nilainya mencapai KKM. Hal ini tidak sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan yakni 80%.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan dan peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model pembelajaran Word

Squareberbantuan media gambar pada mata pelajaran bahasa indonesia di kelas II

MI Hasyim Asy’ari Mojokerto? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan dan peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model pembelaran Word Square berbantuan media gambar pada mata pelajaran bahasa indonesia di Kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode PTK model Kurt Lewin dengan subjek penelitian 32 siswa dan tempat penelitian di MI Hasyim Asy’ari Mojokerto. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran yang meliputi 4 tahap; Planning, Acting, Observing, Reflecting . Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi guru dan siswa, product assesment dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubrik product assesment, dengan memperhatikan 4 kriteria keteramplan menulis cerita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Word

Square berbantuan media gambar dapat dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan

dengan perolehan observasi aktivitas guru dan siswa yang mengalami peningkatan, yakni dari observasi guru mendapat skor peningkatan dari 66,3 menjadi 87,5. Kemudian skor aktivitas siswa dari perolehan 59,5 menjadi 90,9. Selain itu peningkatan keterampilan menulis siswa juga dapat dikategorikan berhasil. Hal ini dibuktikan dari tahap pra siklus, siklus I maupun siklus II, yakni dari 63,75 (tidak baik) menjadi 69,3 (cukup) kemudian menjadi 85,34 (baik).


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN MOTTO... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

DAFTAR RUMUS... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Tindakan yang Dipilih... 12

F. Lingkup Penelitian... 14

G. Definisi Operasional... 15

H. Sistematika Pembahasan... 17

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menulis... 19

1. Pengertian Keterampilan Menulis... 19


(8)

xi

3. Teknik Menulis... 23

4. Manfaat Menulis... 25

5. Indikator Menulis Cerita... 26

B. Cerita... 27

1. Pengertian Cerita... 27

2. Unsur-Unsur Cerita... 28

C. Model PembelajaranWord Square... 31

1. Pengertian Model Pembelajaran... 31

2. Pengertian Word Square... 32

3. Langkah-Langkah PembelajaranWord Square... 34

4. Kelebihan dan Kekurangan Model PembelajaranWord Square... 35

D. Media Pembelajaran... 36

1. Pengertian Media Pembelajaran... 36

2. Macam-Macam Media Pembelajaran... 38

3. Media Gambar... 40

4. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar... 42

E. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia... 43

1. Pengertian Bahasa Indonesia... 43

2. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia... 45

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 47

B. Setting Penelitian... 50

C. Subyek Penelitian... 50

D. Variabel yang Diteliti... 51

E. Rencana Tindakan... 52

F. Sumber Data dan Teknik Pengumpulannya... 60


(9)

H. Indikator Kinerja... 67

I. Tim Peneliti Dan Tugasnya... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 69

1. Pra Siklus... 70

2. Siklus I... 73

3. Siklus II... 90

B. Hasil, Pembahasan dan Temuan... 107

1. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Kegiatan Mengajar... 107

2. Keterampilan Menulis Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II... 108

BAB V PENUTUP A. Simpulan... 114

B. Saran... 115

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal di masyarakat untuk saling berkomunikasi dan mengidentifikasi diri antar individu satu dengan individu yang lain. Selaras dalam kehidupan nyata, bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan sesamanya serta tidak lepas dari adanya sifat saling bergantung. Tidak sebatas alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai simbol dan wujud konkret dari penuangan gagasan dan perasaan yang dimiliki oleh individu, baik secara lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka.

Selain berkedudukan sebagai bahasa pemersatu bangsa, bahasa indonesia juga dibelajarkan dalam jenjang pendidikan. Mengingat fungsi dan kebutuhannya bagi masyarakat indonesia yang teramat penting. Mengait tentang ranah pendidikan yang memiliki kaitan dengan bahasa indonesia sebagai suatu obyek pelajaran, maka istilah belajar dan pembelajaran merupakan 2 unsur penting yang tidak dapat dipisahkan.

Belajar adalah tahapan perilaku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan.1 Sementara itu pembelajaran diungkapkan oleh Aunurrahman, sebagai suatu sistem yang

1

Nur Ghufron, dkk,Gaya Belajar Kajian Teoritik(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), Cet. Ke-1,4.


(11)

2

bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.2

Bahasa indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI), SMP, SMA, serta jenjang perguruan tinggi yang didalamnya mengkaji tentang keempat keterampilan berbahasa yakni keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Tidak hanya itu, pembahasaan tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, paragraf, gaya bahasa, kosakata, diskusi dan lain sebagainya.

Pendapat Cahyani dalam karya Mubarokah Khasanah menambahkan, bahwa:

“Selain sebagai mata pelajaran, bahasa indonesia juga berperan sebagai

pengantar dan penunjang keberhasilan dalam mempelajari mata

pelajaran yang lain.”3

Bahasa indonesia diarahkan untuk meningkatkan komunikasi siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, menumbuhkan apresiasi dan kecintaan peserta didik terhadap karya sastra indonesia. Membicarakan tujuan dari adanya bahasa indonesia dalam pembelajaran, dapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai

2

Aunurrahman,Belajar dan Pembelajaran(Bandung: Alfabeta, 2009) Cet ke-2 ,34. 3

Mubarokah Khasanah,Keefektifan Model Think Talk Write Dalam Pembelajaran Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V SDN Pesiringan Lor 1 Kota Tegal, Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Semarang: Digilib.unnes.ac.id, 2015) ,3.


(12)

3

dengan etika yang berlaku. 2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa indonesia. 3) Memahami dan menggunakan bahasa indonesia dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4) Menggunakan bahasa indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan 6) Menghargai serta mengembangkan sastra indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia indonesia.

Pada jenjang pendidikan dasar, bahasa indonesia sudah diajarkan kepada peserta didik. Dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6, pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tingkatan dan ketentuan perundang-undangan. Kelas 1 sampai kelas 3, materi yang diajarkan sudah berbeda, disesuaikan dengan intelegensi, pola pikir dan perkembangan siswa.

Pada kelas bawah, materi yang diajarkan hanya sebatas pengenalan dari segi gesture saja, pengenalan perbendaharaan kata, menyalin atau menulis ulang kata maupun kalimat yang diajarkan dengan teknik dikte dan pemahaman kata-kata sederhana. Sedangkan pada kelas atas, seiring dengan pola pikir siswa yang lebih berkembang, dinamis dan kompleks, maka pemahaman suatu objek sampai dengan perangkaian kalimat menjadi sebuah paragraf, menulis dan mengarang dengan teknik free writing hingga


(13)

4

mendengarkan cerita kritis dan menanggapinya merupakan bidang materi yang dikaji dan disajikan.4

Keterampilan menulis merupakan salah satu dari komponen yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa indonesia. Kendati, bahasa tulis hanya rekaman visual dalam bentuk simbol grafis, huruf dan tanda baca dari bahasa lisan serta bersifat sekunder,5 namun demikian bahasa tulis tetap sama pentingnya dengan bahasa lisan, mengingat berlangsungnya interaksi manusia sebagai makhluk sosial.

Keterampilan menulis merupakan sebuah kegiatan yang dapat menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu obyek, memilih hal-hal apa saja yang akan ditulis, serta menuliskannya sehingga pembaca akan mudah memahami dengan jelas.6Keterampilan menulis dimaksudkan agar seorang siswa dapat dengan baik, terampil dan cermat dalam menulis sebuah informasi yang didapatkan dari simbol grafik maupun bunyi.

Kegiatan menulis pada dasarnya bukan hanya untuk melahirkan sebuah pemikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Dalam pembelajaran Bahasa indonesia, pengalaman seseorang dapat diarahkan

4

Syamsu Yusuf L.N,Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), Cet. Ke-13,179-180.

5

Muhammad Rohmadi, dkk,Belajar Bahasa Indonesia(Surakarta: Cakrawala Media, 2015), 4.

6

Mega Fahrizah,Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V Di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun

Pelajaran2013/2014, Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (Jakarta: Repositoryuinjkt, 2014) , 2.


(14)

5

dan dibentuk menjadi berbagai tulisan yang indah. Seiring bahasa indonesia memiliki ruang lingkup bahasan yang luas. Diantaranya: Empat keterampilan berbahasa (keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis), prosa, tata bahasa dan segala hal yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, semantik, pragmatik dan semiotik.7Bidang-bidang tersebut masih dibagi lagi kedalam materi yang paling dasar, salah satunya ialah materi cerita.

Cerita merupakan tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi makna rentetan kejadian , sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut dan atau sebagai sarana hiburan dan penambahan pengetahuan.

Salah satu masalah yang dijumpai pada observasi di Madrasah Ibtidaiyah Hasyim Asy’ari Mojokerto kelas II pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah murid hanya sekedar mendengar, memperhatikan, mencatat kemudian mengerjakan soal latihan pada lembar kerja siswa yang tersedia, menirukan dari apa yang guru bacakan. Pada materi menulis dengan pendekatan kontekstual learning seperti menuliskan cerita dari kegiatan sehari-hari pada hari minggu, masih dijumpai banyak siswa yang menengok kepada teman sebangku, tidak mengerti apa yang dituliskan dan kurangnya atau belum

7

J.W.M Verhaar,Asas-asas Linguistik Umum(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010) Cet. Ke 7, 10.


(15)

6

optimalnya media gambar yang bila difungsikan dapat sebagai stimulus siswa dalam menulis.

Tidak hanya itu, kegiatan lain yang melibatkan keterampilan menulis ialah saat siswa diminta menuliskan cerita berdasarkan dari gambar yang telah dilihat, masih terdapat banyak siswa yang belum bisa merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf, atau kata menjadi sebuah kalimat.

Di sisi lain, Guru lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran sepenuhnya masih diambil alih oleh guru (Teacher Center),

keikut sertaan siswa dalam aktif berpartisipasi selama pembelajaran masih jarang terlaksana. Mayoritas siswa lebih aktif melakukan aktivitasnya sendiri, berbicara dengan temannya ketika di kelas dan saat pembelajaran bahasa indonesia sedang berlangsung.

Akibatnya aktivitas tersebut berakibat terhadap pemahaman hingga kemampuan menulis siswa yang masih belum maksimal. Dari 37 siswa yang ada di kelas II, dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis cerita sederhana sebesar 75 dan yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya berkisar rata-rata 40%.8

Oleh sebab itu, peneliti berusaha memperbaiki proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar.

Model pembelajaran ini dianggap relevan, menyenangkan dan dapat

8

Wawancara dengan Bu Ana, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 2, Pada tanggal 22 Oktober 2016.


(16)

7

menjadikan siswa mampu berfikir kritis, membuat siswa menggunakan otak kanan dan kirinya untuk memecahkan permasalahan, membangkitkan semangat belajar siswa dalam pembelajaran di kelas, serta menjadikan siswa lebih memahami hingga mampu menulis dengan terampil cerita sederhana dari sebuah gambar dengan modelword squaredan teknik cerita terbimbing.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.9 Sedangkan Word Square adalah

salah satu bagian dari model pembelajaran yang melibatkan suatu lembar kerja dimana peserta didik mencari susunan huruf yang masih acak dan tidak beraturan, kemudian dibentuk menjadi sebuah kata, sekaligus merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Media gambar adalah salah satu media yang sederhana, dan dapat memudahkan siswa dalam menulis cerita pada mata pelajaran bahasa indonesia. Melalui media gambar, segala ide atau gagasan yang dimiliki siswa dapat dituangkan dengan mudah karena pembelajaran yang dilakukan terkesan lebih bermakna.

9

Indrawati, Model-Model Pembelajaran, Implementasinya Dalam Pembelajaran Fisika (Jember: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Universitas Jember, 2011), 1.6.


(17)

8

Alasan dipilihnya model pembelajaran Word Square berbantuan media

gambar adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif, kreatif, mandiri, cermat serta terampil dalam menulis sebuah cerita sederhana dengan bantuan gambar. Selain itu, model pembelajaran ini juga menanamkan kepada siswa, bahwasanya menulis cerita atau karangan narasi tidak serumit yang dibayangkan, adanya media gambar, kisi-kisi paragraf rumpang menjadikan siswa lebih mudah dalam menulis cerita, terutama oleh anak kelas II SD/MI. Dengan adanya word square, menjadikan siswa lebih antusias dan

bersemangat dalam mengisi bagian paragraf rumpang sehingga menjadi cerita yang padu.

Berangkat dari penjelasan di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih jauh bagaimana penerapan model pembelajaran Word Square berbantuan

media gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita mata pelajaran bahasa indonesia pada kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto.

Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan tersebut, tidak cukup dengan sekedar jawaban yang tidak mempunyai alasan kuat, dalam upaya untuk mencari jawaban tersebut penulis perlu mengadakan penelitian lapangan yang berjudul: “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Melalui Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto.”


(18)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaranWord Squareberbantuan media

gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas II MI Hasyim Asy’ari Mojokerto? 2. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model

pembelajaran Word Square berbantuan media gambar pada mata pelajaran

bahasa Indonesia di kelas II MI HasyimAsy’ari Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan, adapun tujuan itu adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Word Squareberbantuan

media gambar dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelasII MI Hasyim Asy’ari Mojokerto.

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar pada mata pelajaran


(19)

10

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara umum adalah:

1. Peserta didik mampu meningkatkan keterampilan menulis cerita menggunakan model pembelajaranWord Squareberbantuan media gambar.

2. Ditemukannya model pembelajaran baru, tepat dan variatif.

3. Mampu meningkatkan pemahaman serta wawasan peneliti dalam membuat karya ilmiah.

Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan data di lapangan yang bermanfaat bagi:

1. Bagi Siswa

a. Siswa lebih terampil, jeli dan cermat dalam menulis, terutama menulis permulaan baik sebuah cerita maupun wacana yang terkait dengan kebahasaan.

b. Siswa menjadi lebih mudah dalam menerima serta memahami informasi yang diberikan oleh guru.

c. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses belajar mengajar.

d. Siswa lebih mudah dalam memahami sebuah cerita apabila cerita tersebut dibarengi dengan peraga maupun simbol visioner.


(20)

11

2. Bagi Guru

a. Sebagai tolak ukur pembelajaran yang sekarang dengan pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah guru mengetahui berbagai permasalahan yang telah terjadi di kelas, maka guru akan berusaha memecahkan permasalahan tersebut, sehingga akan tercipta pembelajaran yang efektif.

b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitian serta secara langsung dapat diterapkan di sekolah terutama saat KBM berlangsung.

3. Bagi Sekolah

Dapat memberikan kontribusi dan sumbangsi dalam segi mutu sumber daya manusia terutama tenaga pendidik dan peserta didik.

4. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan dan pengetahuan lebih banyak dalam bentuk karya ilmiah yang berupa tulisan serta landasan dalam mengajar di bidang kebahasaan terutama ranah bahasa indonesia.

b. Dapat dijadikan sebagai pengalaman, masukan, serta refleksi bagi peneliti sebagai bakal calon pendidik.

c. Menginovasi kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran yang berbeda.


(21)

12

E. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh peneliti pada siswa kelas II dalam menulis cerita yaitu, dengan meningkatkan keterampilan menulis cerita menggunakan model pembelajaran Word Square

berbantuan media gambar. Pada model pembelajaran Word Squarediharapkan

siswa mampu meningkatkan keterampilan menulis serta memudahkan mereka dalam memahami isi cerita. Maka peneliti mengajak siswa kelas II menulis cerita dengan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar,

dimana model pembelajaran ini memiliki langkah-langkah kegiatan yang menyenangkan, menarik serta membangkitkan antusias siswa dalam belajar.

Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang

memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban.10Tidak sebatas itu, aplikasi dari model pembelajaran ini dibantu dengan adanya media gambar.

Menurut Aqib, langkah-langkah model pembelajaran Word Square

adalah :

(1) Guru menyampaikan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) Guru membagikan lembaran soal berupa kotak kata,

10

Ni Pd. Mirah Kurniasari, “Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus V Kecamatan Tegallalang,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Volume 1 Nomor 192, Mimbar PGSD UNDIKSHA, Juni 2013, lembar ke-4.


(22)

13

(3) Siswa diminta menyelesaikan soal, kemudian mengarsir huruf dalam kotak kata sesuai dengan jawabannya secara horizontal maupun vertikal.11

(4) Siswa membacakan hasil pekerjaannya dan guru memberikan poin untuk setiap jawaban.

Sedangkan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar

memiliki langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Guru membagikan lembar kerja, berupa cerita dengan paragraf rumpang dilengkapi dengan gambar dan kotak kata sebagai jawabannya.

3) Guru melakukan arahan dengan meminta siswa mengaitkan antara gambar dan cerita dengan paragraf yang masih rumpang. Jawaban dari paragraf tersebut, dapat diisi dengan jawaban yang tersedia di kotak kata berupa

word square, sesuai dengan gambar.

4) Jawaban di kotak kata tersebut diarsir, kemudian dibubuhkan ke paragraf yang rumpang.

5) Siswa membacakan hasil pekerjaannya dan guru memberikan poin untuk setiap jawaban.

11

Sri Wina Noviana, “Efektivitas Model Pembelajaran Word Square dengan Bantuan Alat Peraga Pada Materi Geometri, “ Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 1 Nomor 1 EDU MAT, Oktober 2013, 90-95.


(23)

14

F. Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus dengan objek, sehingga hasil penelitiannya akurat, maka permasalahan di atas akan dibatasi pada hal – hal di bawah ini :

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas II MI Hasyim Asy’ari Ds. Petak Kec.Pacet Kab. Mojokerto Semester ganjil tahun ajaran 2016–2017. 2. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II

semester ganjil aspek menulis, materi permainan dengan menggunakan model pembelajaranWord Squareberbantuan media gambar.

3. Materi cerita yang dimuat dalam penelitian ini adalah cerita anak yang bersifat sederhana.

4. Standar Kompetensi

4) Menulis permulaan melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte. 5. Kompetensi Dasar

4.1 Melengkapi cerita sederhana dengan kata yang tepat. 6. Indikator Kompetensi

4.1.1 Menulis permulaan cerita sederhana dengan kata yang tepat sesuai dengan gambar yang tersedia.

4.1.2 Melengkapi cerita menggunakan kata yang sesuai sehingga menjadi cerita yang padu.


(24)

15

G. Definisi Operasional

Judul penelitian tindakan kelas yang penulis angkat berjudul: Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Melalui Model Pembelajaran Word

SquareBerbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di

Kelas 2 MI Hasyim Asy’ari. Untuk menghindari salah penafsiran dalam memahami masalah yang ada pada judul skripsi ini, maka berikut merupakan penjelasan secara rinci istilah istilah yang terdapat dalam judul:

1. Peningkatan

Peningkatan adalah aktivitas atau sebuah perlakuan yang dilakukan dengan sengaja dalam upaya mengubah motorik maupun kognitif seseorang dari keadaan yang kurang memuaskan menjadi keadaan yang lebih memuaskan.

2. Keterampilan Menulis

Keterampilan Menulis adalah salah satu bagian dari komponen berbahasa yang menghasilkan kegiatan penuangan ide, gagasan serta perasaan melalui simbol grafik, sehingga seseorang tersebut maupun orang lain mampu membaca dan memahami makna tulisan dengan baik.12 3. Cerita

Cerita merupakan tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya 12

Sri Rakhmawati, Keefektifan Penggunaan Media Gambar Peristiwa Dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta, Skripsi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia (Yogyakarta: Eprints UNY, 2011) ,13.


(25)

16

(kronologis), dengan maksud memberi makna rentetan kejadian , sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.

4. Model PembelajaranWord Square

Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran untuk merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Sedangkan Word Square adalah suatu model pembelajaran dengan

menggunakan lembar kerja dimana peserta didik mencari susunan huruf dan dibentuk menjadi sebuah kata, sekaligus merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

5. Media Gambar

Media gambar merupakan salah satu media yang sederhana, dan dapat memudahkan siswa dalam menulis cerita pada mata pelajaran bahasa indonesia. Melalui media gambar, segala ide atau gagasan yang dimiliki siswa dapat dituangkan dengan mudah karena pembelajaran yang dilakukan terkesan lebih bermakna.

6. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran bahasa indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI), SMP, SMA, serta jenjang perguruan tinggi


(26)

17

yang didalamnya mengkaji tentang keempat keterampilan berbahasa yakni keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Tidak hanya itu, pembahasaan tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, paragraf, gaya bahasa, kosakata, diskusi dan lain sebagainya.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan suatu aspek yang digunakan untuk mempermudah pembaca dalam mengetahui isi penelitian ini. Maka penulis membuat suatu sistematika pembahasan sebagai berikut :

1. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tindakan yang dipilih, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

2. Bab kedua merupakan bab yang membahas tentang kajian teori. Dalam kajian teori akan membahas tentang: Keterampilan menulis, cerita, model pembelajaran word square, media gambar, mata pelajaran bahasa indonesia. 3. Bab ketiga merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian,

dimana metode penelitian sendiri terjabar oleh beberapa poin diantaranya: pengertian dan jenis penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, tehnik dan alat pengumpulan data, tehnik analisa data, dan Rancangan Penelitian yang meliputi, setting penelitian, subyek penelitian, sumber data. Diskripsi pembelajaran persiklus, dan jadwal penelitian.


(27)

18

4. Bab keempat membahas tentang laporan hasil penelitian dan pembahasan, meliputi deskripsi, hasil penelitian per-siklus, dan pembahasan dari setiap siklus.

5. Bab kelima membahas tentang penutup berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang merupakan intisari dari semua bahasan yang telah dilakukan. Dalam bab ini juga dilengkapi dengan saran-saran.


(28)

19 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menulis

1. Pengertian Keterampilan Menulis

Secara etimologi, keterampilan berasal dari terampil. Istilah lainnya adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Sehingga istilah lain dari keterampilan dapat disebut kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.

Secara istilah keterampilan ialah kegiatan yang melibatkan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) serta hanya terlihat secara kasat mata

atau kegiatan jasmaniah, seperti halnya menulis, olahraga, membaca, bertanya dan lain-lain. Dalam pendapatnya, Rober mengungkapkan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks, tersusun secara sistematis dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Lain dengan pengertian diatas, Rober menambahkan bahwasanya keterampilan tidak hanya sebatas terlihat dari segi jasmaniah saja, melainkan adanya pengaruh fungsi mental yang bersifat kognitif.1

Dalam pembelajaran bahasa, keterampilan dibagi menjadi empat, yakni: keterampilan mendengarkan (listening skills), keterampilan

berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan

1


(29)

20

keterampilan menulis (writing skills). Dari keempat keterampilan berbahasa

tersebut masing-masing memiliki hubungan yang erat dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, keterampilan yang pertama kali didapatkan sesuai dengan teori linguistik serta menurut tahap perkembangan bahasa orang ialah keterampilan mendengar, disusul keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.2

Ariadinata dalam Setyawan mengemukakan bahwa menulis adalah suatu keahlian dalam menuangkan suatu ide, gagasan atau gambaran yang ada di dalam pikiran manusia, serta menjadi sebuah karya tulis yang dapat dibaca dan mudah dimengetiatau dipahami orang lain. MacArthur menyatakan writing is a powerful tool for getting thing done and a

language skill to convey knowledge and information. Menulis merupakan

keterampilan berbahasa untuk menyampaikan gagasan dan informasi.3 Erlina Syarief dalam Ninies Ainkhein Suyanti menambahkan bahwa menulis adalah bentuk pengekspresian secara tertulis dari gagasan, ide, pendapat atau pikiran dan perasaan. Tidak hanya itu, pendapatnya ditangguhkan dengan tulisan hasil dari keterampilan menulis ialah simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.4

2

Henry Guntur Tarigan,Pengajaran Kompetensi Bahasa(Bandung: Angkasa, 1998) ,1.

3

Setyawan Pudjiono,Konsep Dasar Menulis, Modul Pendidikan FBS UNY (Yogyakarta: Staff Site UNY, t.t) ,1.

4

Ninis Akhein Suyanti, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentences Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”, Makalah Ilmiah Mahasiswa, (Bogor:ejournal.unpak.ac.id, 2013) ,5.


(30)

21

Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan menyalurkan suatu gagasan, pikiran, ide atau perasaan dengan bebas dan leluasa pada sebuah tulisan (simbol grafik) tanpa melalui proses komunikasi langsung dengan cermat, cekatan dan baik sehingga pembaca mampu memahami dan menerimanya dengan berhasil.

2. Tujuan Menulis

Dalam melakukan kegiatan menulis, penulis tentu memiliki tujuan dari tulisan yang akan disampaikannya. Perumusan tujuan penulisan sangat penting dan harus ditentukan terlebih dahulu, karena hal ini merupakan titik tolak dalam kegiatan menulis. Tujuan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Assigment Purpose

Tujuan penulisan ini berdasarkan perintah yang harus dilakukan, tanpa adanya kemauan sendiri.

b. Altruistic Purpose

Penulis hanya bertujuan untuk menyenangkan para pembaca. Keadaan apapun yang pembaca rasakan saat itu, tentunya dapat membuat pembaca merasa senang dengan hasil karyanya.


(31)

22

c. Persuasive Purpose

Tulisan yang ditujukan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diucapkan.

d. Informational Purpose

Bertujuan untuk memberikan informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca.

e. Self Expressive Purpose

Bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.

f. Creative Purpose

Tujuan ini berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” disini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai nilai-nilai artistic.

g. Problem Solving Purpose

Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasannya agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.5

Jika dilihat dari tujuan menulis di atas, kegiatan menulis yang ditujukan kepada siswa tentu berbeda, tergantung pada sudut pandang

5

Reni Febriyanti,Penerapan Model Concept Sentences Berbantuan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi, Skripsi UPI (Bandung repository.upi.edu, 2015) ,12.


(32)

23

pembaca yang mengapresiasi tulisan yang di ekspresikan penulisnya. Adapun tujuan dari menulis cerita sederhana yang dilakukan oleh siswa kelas 2 ialahAssigment PurposedanInformational Purpose, yang dikatakan

assigment purpose ialah siswa kelas 2 menulis tanpa keinginan sendiri, karena ada perintah yang harus dilakukan.

Hal ini dibuktikan adanya himbauan dari guru untuk melakukan atau bertindak dengan menulis. Pengalaman dan imajinasi siswa tidak serta merta berperan dalam kegiatan menulis ini, mengingat siswa kelas 2 tahapan berpikirnya masih sederhana sehingga keterampilan menulis cerita sederhana, sangat sesuai dengan masih digunakannya bimbingan dan campur tangan seorang guru dan media gambar. Keterampilan menulis disini, dimaksudkan ialah keterampilan menulis cerita termbimbing.

Sedangkan informational purpose dimaksudkan, bahwa menulis bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca.

3. Teknik Menulis

Kegiatan menulis secara umum dapat dibedakan menjadi empat tahap, yaitu:

a) Menyalin (Copying)

Kegiatan menyalin tulisan tulisan merupakan kegiatan menulis yang biasanya dilakukan pada kelas rendah yaitu kelas I yang baru


(33)

24

belajar menulis kalimat. Kegiatan ini dapat berupa kegitan siswa menyalin langsung sebuah kalimat yang sudah disediakan oleh guru. b) Menulis Terbimbing (Guided Writing)

Teknik menulis secara terbimbing dapat berupa wacana atau dialog pendek dengan beberapa kata yang sengaja dihilangkan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara mendiktekan kalimat, menyajikan suatu gambar sebagai stimulus mereka dalam mengembangkan ingatan, kemudian siswa diminta untuk melengkapi kalimat dengan kata-kata mereka sendiri.

c) Menulis Kalimat (Subsititution Writing)

Kegiatan keterampilan menulis berupa menulis kalimat atau wacana kembali, tetapi ada beberapa bagian yang diganti dengan hal-hal yang serupa dengan kehidupan nyata.

d) Menulis Bebas (Free Writing)

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang memerlukan penguasaan kosakata dan tata bahasa yang cukup. Guru dapat memberikan suatu model tulisan atau gambaran tentang topik yang mungkin merupakan objek yang menarik bagi siswa.

Dari beberapa teknik menulis diatas, teknik menulis yang digunakan dalam penelitian ini, ialah teknik menulis terbimbing, karena disesuaikan dengan intelegensi dan pola pikir siswa kelas II. Akan tetapi, tidak menggunakan bantuan guru untuk mendikte, melainkan bantuan media


(34)

25

gambar serta permainan word square untuk mengisi beberapa kata dalam cerita yang dihilangkan.

4. Manfaat Menulis

Adapun manfaat dari kegiatan menulis adalah sebagai berikut:

a) Lebih mengenali kemampuan dan potensi diri yang ada dalam masing-masing individu.

b) Mampu mengembangkan berbagai gagasan secara tertulis.

c) Memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

d) Dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat.

e) Dapat meninjau serta menilai gagasan secara lebih objektif.

f) Akan mempermudah memecahkan masalah, yaitu dengan menganilisis secara tersurat, dalam konteks yang lebih konkret.

g) Tugas menulis mendorong seseorang belajar secara aktif dalam menemukan serta memecahkan suatu masalah.6

6

Fitri Wulandari, Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Cerita Pada Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Metode Drill dan Media Gambar Berseri Siswa Kelas III MI Al-Ma’arif 01 Margomulyo Panggungrejo Kabupaten Blitar, Skripsi (Tulungagung:repo-iain-tulungagung, 2014) ,19-23.


(35)

26

5. Indikator Menulis Cerita

Keterampilan menulis memiliki banyak ruang lingkup, diantaranya: menulis puisi, menulis pengumuman, menulis karangan, menulis paragraf dan seterusnya tergantung dari konteks dan tujuannya. Di atas sudah dipaparkan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan maupun kepandaian seseorang dalam mengolah informasi yang didapat dan diterima sedemikian hingga menjadi sebuah tulisan. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari kegiatan psikomotorik siswa dengan kata menulis sebagai Kata Kerja Operasionalnya. Tulisan yang dihasilkan dapat dinilai baik, apabila sesuai dengan aspek dan kriteria yang telah ditentukan.

Menurut Iskandarwassid dan Danang Suhendar dalam menilai tulisan terdapat beberapa kriteria yang digunakan, antara lain:

a. Kualitas dan ruang lingkup isi b. Organisasi dan penyajian isi c. Komposisi

d. Kohesi dan koherensi e. Gaya dan bentuk bahasa f. Mekanik

g. Kerapian tulisan h. Kebersihan


(36)

27

i. Respon afektif pengajar terhadap karya tulis.7

Dari sembilan kriteria yang telah dikemukakan oleh peneliti diatas, kriteria yang ada pada penelitian ini ialah kohesi dan konherensi dan kerapian tulisan. Pada penelitian ini, keterampilan menulis yang dimaksud adalah keterampilan menulis cerita dengan menggunakan teknik bimbingan word square dan melibatkan media gambar.

Menulis cerita yang seringkali ditafsirkan banyak orang dengan free writing atau menulis bebas, tentunya akan mengindisikan batasan dan aspek apa saja yang akan dinilai serta menjadikan kegiatan menulis itu sesuai harapan dan tujuan yang dicapai. Adapun aspek yang dinilai dalam hal ini meliputi: Kesesuaian dengan gambar,ketepatan dan kejelian dalam memilih jawaban, kerapian tulisan.

B. Cerita

1. Pengertian Cerita

Cerita (Narasi) adalah sebuah tulisan yang berusaha menyajikan atau menyampaikan serangkaian peristiwa menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut. Menurut pendapat Gorys Keraf cerita adalah suatu bentuk wacana yang

7

Iskandarwassid dan Danang Sunendar,Strategi Pembelajaran Bahasa,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 250.


(37)

28

berusaha menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa yang telah terjadi dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca. Sedangkan sasaran utama karangan narasi adalah tindak-tanduk yang dijalani dan dirangkaikan menjadi suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.8

2. Unsur-Unsur Cerita

Agar menjadi sebuah cerita utuh, maka didalamnya tidak lepas dari adanya hal-hal yang membangunnya, adapun hal-hal tersebut dimanakan dengan unsur. Unsur-unsur yang dimiliki oleh cerita diantaranya:

a. Tema

Tema merupakan dasar pengembangan dari sebuah cerita. Tema sebuah cerita fiksi merupakan gagasan utama dan makna utama dalam sebuah cerita.

b. Moral

Moral adalah sesuatu yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Moral atau amanat selalu berkaitan dengan hal yang positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik..

c. Alur (Plot)

Alur dalam narasi merupakan kerangka dasar yang penting untuk mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain dalam kesatuan waktu. Alur dalam narasi bersembunyi dibalik jalannya 8


(38)

29

cerita. Alur dan jalan cerita sulit dipisahkan namun harus dibedakan. Jalan cerita memuat kejadian.

Suatu kejadian ada karena ada sebabnya, ada alasannya. Sesuatu yang menggerakkan kejadian cerita itulah yang disebut alur. Dalam narasi terjadi perkembangan alur. Alur sering dikupas menjadi elemen-elemen berikut: (1) pengenalan, (2) timbulnya konflik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks, dan (5) pemecahan masalah.

d. Penokohan

Tokoh adalah pelaku dalam cerita. Dalam narasi tidak ada pembatasan jumlah tokoh namun perlu dipertimbangkan fungsional atau tidaknya tokoh tersebut dalam membangun cerita agar peristiwa atau tindakan yang ditampilkan tidak berlaku pada banyak tokoh sehingga arahnya terkontrol.

e. Latar (Setting)

Latar adalah tempat atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak disebutkan secara jelas latar tempat maupun waktunya namun adapula yang dijelaskan secara pasti.

f. Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang dalam karangan narasi menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini. Jika pencerita (narator) berbeda


(39)

30

maka detail cerita juga akan berbeda. Kedudukan narator ada 4 macam sebagai berikut:

1) Narator serba tahu.

Dalam kedudukan ini narator bertindak sebagai penicpta segalanya. Ia tahu semuanya mulai dari kegiatan jasmaniah sampai rohaniah, dari tempat yang tampak sampai yang tersembunyi, dari masalah biasa sampai rahasia. Ia bisa menciptakan apa saja untuk melengkapi ceritanya. Pengarang juga bisa mengomentari kelakuan pelakunya.

2) Narator bertindak objektif. Dalam teknik ini, pengarang tidak memberikan komentar apapun, ia hanya menceritakan apa yang terjadi kepada pembaca. Oleh karena itu, pembaca bebas menafsirkan apa yang diceritakan pengarang.

3) Narator ikut aktif. Teknik ini menempatkan narator sebagai aktor yang terlibat dalam cerita. Kadang – kadang sebagai tokoh sentral. Cara ini tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama seperti

aku, sayadankami. Narator hanya bisa melihat dan mendengar apa yang orang biasa bisa lihat dan dengar. Narator juga tidak bisa membaca pikiran tokoh lain. Hal–hal yang bersifat psikologis yang bisa diceritakan hanya yang menyangkut dirinya sendiri.

4) Narator sebagai peninjau. Dalam teknik ini, pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian kita ikuti


(40)

31

bersama tokoh ini. Pelaku sudut pandang ini sering disebut orang ketiga ataudia.

C. Model PembelajaranWord Square 1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di suatu kelas atau pembelajaran. Joyce dan Weil menyatakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang dapat membantu guru dalam membelajarakan siswanya dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, serta mengekspresikan ide sendiri. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.9

Amri mengartikan model pembelajaran sebagai suatu design yang menggambarkan proses rincian da penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Sedangkan Ismail dalam Amri mengemukakan bahwa model memiliki ciri khusus diantaranya: rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut 9


(41)

32

dapat dilaksanakan secara berhasil serta lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.10

Strategi, metode, teknik, pendekatan, dan model memiliki hubungan yang saling terkait, karena berpatokan pada penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi, teknik, dan perumusan tujuan yang kemudian diimplementasikan ke dalam metode yang relevan selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat menarik perhatian sehingga pembelajaran berjalan dengan baik.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pola pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, dimana didalamnya melibatkan startegi, teknik, pendekatan dan metode untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dan keberhasilan siswa.

2. PengertianWord Square

Sejalan dengan pendapat Kurniasih yang mengatakan bahwa model pembelajaran word square merupakan model yang berangkat dari pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi kepada keaktifan siswa. Model yang memadukan antara kemampuan siswa

10

Sofan Amri,Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2013) ,4-5.


(42)

33

dalam menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban .

Model Word Square sedikit lebih mirip dengan mengisi teka-teki silang, akan tetapi perbedaan yang mendasar adalah model ini sudah memiliki jawaban, namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf atau angka penyamar atau pengecoh.

Istimewanya model pembelajaran ini dapat dipraktekkan untuk semua mata pelajaran, tinggal bagaimana guru dapat memprogram serta mengemas sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf atau angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.11

Mulyadi dan Risminawati menjelaskan bahwa model pembelajaran Word square syarat dengan permainan yang menggunakan kertas sebagai media, keuntungannya adalah meningkatkan kecerdasan anak dalam olah huruf menjadi kata yang berserak dalam satu bingkai kotak, dimana siswa diminta untuk menghubungkan huruf dengan cepat, baik secara menurun aau mendatar.12

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Word Square ialah model pembelajaran yang didalamnya berisi permainan

11

Imas Kurniasih, dkk,Ragam Pengembangan Model Pembelajaran(Jakarta: Kata Pena, 2015) 97.

12

Mulyadi, dkk,Model-Model Pembelajaran Pembelajaran Inovatif Di Sekolah(Surakarta: UMS, 2012), 35.


(43)

34

acak akata huruf menjadi kata dalam satu bingkai kotak, dimana siswa diminta untuk menghubungkan huruf dengan cepat dan baik secara mendatar maupun menurun.

3. Langkah-langkah PembelajaranWord Square

Adapun langkah-langkah pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.

c. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalamkotak sesuai jawaban.

d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.13

Adapun dalam penelitian ini, model pembelajaran Word Square dikombinasikan dengan media gambar, sehingga langkah-langkah pun berkembang dan berbeda dari langkah-langkah yang tercantum diatas. Akan tetapi tidak sampai keluar jauh dari konteks yang sesungguhnya. Diantaranya ialah:

a. Guru menempelkan media gambar di papan tulis berupa gambar berseri. b. Guru memberikan Lembar kerja siswa yang berupa sebuah cerita

dengan beberapa kata yang sengaja di hilangkan.

13

Zainal Aqib, Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Konstekstual (Inovatif), (Bandung: CV Yrama Widya, 2013) ,32.


(44)

35

c. Menyiapkan jawaban pada kotak acak (model word square) yang berkorelasi dengan beberapa kata yang sengaja di hilangkan.

d. Siswa diminta mengamati gambar sambil mengaitkan gambar tersebut dengan cerita yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa.

e. Siswa melingkari jawaban pada kotakWord Square sesuai dari gambar yang telah dilihat dengan jawaban yang tepat.

f. Menuliskan kembali pada kata yang sengaja dihilangkan di sebuah teks yang tersedia dalam Lembar Kerja Siswa.

g. Guru memberikan poin dan mengevaluasi.

4. Kelebihan Dan Kekurangan Model PembelajaranWord Square

Setiap model, strategi, metode maupun teknik pembelajaran memiliki kelemahan maupun kelebihan. Dibawah ini merupakan kelebihan dari model pembelajaran Word Square, diantaranya:

a. Memahami pemahaman siswa terhadap pelajaran,

b. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena pembelajaran berupa permainan.

c. Melatih untuk berdisiplin.


(45)

36

e. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja.14

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaranWord Squareadalah: a. Mematikan kreativitas siswa.

b. Siswa tinggal menerima bahan mentah.

c. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya.

d. Terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan.

e. Banyak berpusat pada guru karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dan jawaban dan lembar kerja pun tidak bersifat analisis.15

D. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.Kata media berasa dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari katamedium, yang berarti sesuatu yang terletak perantara atau pengantar. Media yang dalam bahasa latinnya medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

14

Luh Putu Sukandeni, dkk,“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur,” JurnalMimbar PGSD Undiksha, Vol: 2, No. 1, 2014, 3.

15

Rusmindah Yulianti, dkk, “Penggunaan Model Word Square Dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas IV SD”, Jurnal Kalam Cendekia PGSD, FKIP UNS, Vol: 1 No: 4, 2013, 4.


(46)

37

Di Amerika sebuah Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education on Communication Technology/AECT)

membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.16

Pengertian yang berbeda dikemukakan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut, yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.17

Soeparno berpendapat bahwa media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Berkaitan dengan pengertian tersebut, dalam dunia pengajaran, pada 16

Sukiman,Pengembangan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2012), 28.

17

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 6-7.


(47)

38

umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yakni guru, sedangkan sebagai penerima informasinya adalah siswa.18Azhar Arsyad mengemukakan bahwa media adalah komponen sumberbelajaratau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.19

Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah perantara atau pengantar informasi bahan pelajaran yang dirancang untuk menarik dan menumbuhkembangkan daya kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa dalam usaha meningkatkan hasil belajar semaksimal mungkin.

2. Macam- Macam Media Pembelajaran

Soeparno mengemukakan bahwa klasifikasi media dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam kriteria, sebagai berikut.

a. Berdasarkan karakteristiknya Rudy Bretz mengemukakan bahwa media memiliki lima macam karakteristik utama, yakni: suara, gerak, gambar, garis, dan tulisan. Beberapa media mempunyai karakteristik tunggal, dan yang lain mempunyai karakteristik ganda.

1) Media yang mempunyai karakteristik tunggal:

18

Soeparno,Media Pengajaran Bahasa(Yogyakarta: PT Intan Pariwara, 1988) ,1.

19


(48)

39

a) Radio, mempunyai karakteristik suara saja. b) Rekaman, mempunyai karakteristik suara saja. c) PH, memiliki karakteristik suara saja.

d) Slide, memiliki karakteristik gambar saja. e) Reading box, memiliki karakteristik tulisan saja. f) Reading machine, memiliki karakteristik tulisan saja. 2) Media yang memiliki karakteristik ganda:

a) Film bisu, memiliki karakteristik gambar dan gerak.

b) Film suara, memiliki karakteristik gambar, gerak, dan suara.

c) TV dan VTR, memiliki karakteristik suara, gambar, gerak, garis dan tulisan.

d) OHP, memiliki karakteristik gambar, garis, dan tulisan. e) Slide suara, memiliki karakteristik gambar dan suara.

g) Bermain peran, sosiodrama, dan psikodrama, memiliki karakteristik suara dan gerak.

b. Berdasarkan dimensi presentasinya Dari segi dimensi presentasinya, media dapat dibedakan menurut lamanya presentasi dan menurut sifat presentasi. Lamanya presentasi dibagi menjadi dua yaitu, presentasi sekilas dan presentasi tak sekilas. Presentasi sekilas, informasi yang dikomunikasikan hanya sekilas berlalu saja. Media yang tergolong dalam kategori ini antara lain, radio, rekaman, film, TV, dan flash card. Presentasi tak sekilas, informasi yang dikomunikasikan berlangsung


(49)

40

secara relatif lama. Media yang tergolong dalam kategori ini yaitu, slide,

film strips, OHP, flow chart, kubus struktur, dan bumbung substitusi. Berdasarkan sifat presentasinya media dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni media dengan presentasi kontinyu dan media dengan presentasi tankontinyu.

Media yang presentasinya kontinyu tidak boleh diputus-putus atau diselingi dengan program lain. Yang tergolong jenis ini misalnya radio, TV, dan film. Media yang presentasinya tankontinyu dapat diputus-putus atau diselingi dengan program lain. Yang tergolong jenis ini misalnya, OHP, kubus struktur, bumbung substitusi flow chart, slot board,

epidiascope, dan sebagainya.

c. Berdasarkan pemakainya Berdasarkan jumlah pemakainya, media dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu, media untuk kelas besar, media untuk kelas kecil, dan media untuk belajar secara individual.20

3. Media Gambar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi atau pengertian gambar adalah tiruan barang yang dibuat dengan coretan pensil, pena, maupun alat-alat tulis lainnnya pada sebuah kertas, kanvas, papan tulis dan lain sebagainya. Jika kita perhatikan terdapat banyak kata pada pendefinisian tersebut. Ini menunjukkan betapa luasnya definisi atau

20


(50)

41

pengertian gambar . Pertama menunjukkan bahwa gambar tidak hanya terbatas pada tiruan orang, binatang, tumbuhan. Tapi bisa juga tiruan yang lainnya. Kedua menggambarkan pembuatannya tidak terbatas pada coretan pensil. Bisa saja dengan pointer menggunakan mouse di program menggambar di komputer.

Ketiga menunjukan bahwa untuk menggambar tidak hanya terbatas pada kertas. Bisa saja pada dinding, lembaran kayu, atau bisa juga pada

canvas imaginer di program menggambar di komputer. Usman dalam bukunya berpendapat bahwa media gambar adalah media reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi. Gambar merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan menjadi sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis.21

Hamzah mengemukakan dalam pendapatnya, bahwa gambar adalah bentuk representasi visual dari orang, tempat ataupun benda yang diwujudkan diatas kanvas, kertas atau bahan lain, baik dengan cara lukisan, gambar atau foto. Sedangkan, media gambar diartikan sebagai segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque projektor.22

21

Basyirudin Usman,Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press, 2002) ,47.

22

Hamzah B.Uno, dkk,Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pembelajaran(Jakarta: Bumi Aksara, 2010) ,128.


(51)

42

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media gambar adalah segala bentuk alat komunikasi sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang diwujudkan diatas kanvas, kertas atau bahan lain, baik dengan cara lukisan, gambar atau foto yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi ke peserta didik.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media gambar dengan jenis gambar berseri. Media gambar berseri adalah gambar dengan rangkaian kegiatan atau cerita yang disajikan secara berurutan. Siswa berlatih mendeskripsikan setiap gambar, hasil deskripsi dari setiap gambar apabila dirangkai akan menjadi suatu karangan yang utuh. Sehingga pemahaman siswa mengenai alur dan isi dari sebuah cerita akan lebih mudah dan jelas bila diadakannya media gambar.

4. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar a. Kelebihan media gambar

1) Lebih konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal.

2) Dapat mengatasi ruang dan waktu. 3) Dapat mengatasi keterbatasan mata.

4) Memperjelas masalah dalam bidang apa saja, dan dapat digunakan untuk semua orang tanpa memandang umur.


(52)

43

b. Kelemahan media gambar

1) Kelebihan dan penjelasan guru dapat menyebabkan timbulnya penafsiran yang berbeda sesuai dengan pengetahuan masing-masing anak terhadap hal yang dijelaskan.

2) Penghayatan tentang materi kurang sempurna, karena media gambar hanya menampilkan persepsi indera mata yang tidak cukup kuat untuk menggerakkan seluruh kepribadian manusia, sehingga materi yang dibahas kurang sempurna.

3) Tidak meratanya penggunaan foto tersebut bagi anak-anak dan kurang efektif dalam penglihatan. Biasanya anak yangpaling depan yang lebih sempurna mengamati foto tersebut, sedangkan anak yang belakang semakin kabur.23

4) Dapat hilang, mudah rusak dan musnah bila tidak dirawat dengan baik.

5) Menekankan indra penglihat.24

E. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat yang digunakan untuk bekerjasama,

23

Basyirudin Usman,Media..., 50-51.

24


(53)

44

berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Bahasa juga sebagai ungkapan dari perasaan dan fikiran seseorang, meskipun masih pada fase intelektual praoperasional, ternyata sudah bisa juga berpikir logis dan berpikir abstrak, apabila ada bantuan yang khusus sesuai potensi yang ada padanya.

Dari segi sosiolinguistik, tidak sebatas ungkapan dan fikiran seseorang saja. Akan tetapi, bahasa memiliki banyak fungsi dilihat dari sudut pandang penutur, pendengar, topik, kode dan amanat pembicaraan. Diantaranya: direktif, personal, fatik, referensial, imagiinnatif dan metalingual.25Sebagai suatu sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola itu dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu.

Hal ini sejalan dengan Bahasa Indonesia yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang heterogen. Indonesia yang Bahasa serta dari bahasa melayu, yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di kepulauan Nusantara melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.26Tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda mengikrarkan sumpah pemuda. Melalui ikrar sumpah pemuda maka resmilah bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia.

25

Abdul Chaer,Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) , 29.

26


(54)

45

Melalui bahasa seseorang menyampaikan pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, harapan kepada sesama manusia.Dengan bahasa itu pula orang dapat mewarisi dan mewariskan, menerima dan menyampaikan segala pengalaman dan pengetahuan lahir batin.27

2. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan keterampilan siswa dalam Bahasa Indonesia. Pengetahuan Bahasa diajarkan untuk menunjukkan siswa terampil berbahasa, yakni terampil menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan berbahasa hanya bisa dikuasai dengan latihan yang terus menerus dan sistematis, yakni harus sering belajar, berlatih, dan membiasakan diri, itulah kuncinya.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa, yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Guru bahasa harus memahami benar-benar bahwa tujuan akhir pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa, dengan kata lain, agar para siswa mempunyai kompetensi bahasa yang baik.

Apabila seseorang mempunyai kompetensi bahasa yang baik, maka diharapkan dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik dan lancar,

27


(55)

46

baik secara lisan maupun secara tertulis. Para siswa diharapkan menjadi penyimak dan pembicara yang baik, menjadi pembaca yang komprehensif serta penulis yang terampil dalam kehidupan sehari-hari.28

28


(56)

47 BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan dalam penyelidikan suatu masalah untuk mencari bukti dalam penelitian tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Sumadi Suyabrata, penelitian dilakukan karena ada hasrat ingin tahu manusia yang berawal dari kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya baik alam besar maupun kecil.1

Dari pengertian tersebut, sudah jelas bahwasanya metode penelitian senantiasa dibutuhkan di dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan penelitian sendiri secara umum ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Sedangkan, kegunaannya adalah untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.2

1

Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian Pendidikan(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 2. 2

Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif,dan R & D(Bandung: Alfabeta, 2010) , 6.


(57)

48

Metode penelitian yang digunakan adalahclassroom action research atau penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini memadukan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat tahapan tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Sik

Gambar 3.1

Siklus PTK Model Kurt Lewin

Perencanaan (Planning)

Tindakan (Acting) Pengamatan

(Observing)

Refleksi (Reflecting)

Perencanaan (Planning) Tindakan

(Acting) Pengamatan

(Observing)

Refleksi (Reflecting)


(58)

49

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam bentuk PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil di siklus pertama. Siklus ketiga, dilaksanakan karena siklus kedua belum mengatasi masalah, begitu juga silkus-siklus berikutnya. Sebelum melakukan PTK, peneliti melakukan observasi awal untuk melakukan identifikasi masalah. Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasi PTK di rumuskan dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut yang sesuai dengan model Kurt Lewin.3

1. Menyusun perencanaan (Planning). Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah [1] membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); [2] mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas; [3] mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

2. Melaksanakan tindakan (Acting). Pada tahap ini yaitu melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3. Melaksanakan pengamatan (Observing). Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah [1] mengamati perilaku peserta didik dalam mengikuti

3

Husniyatus salamah dan Abd. Kadir, et.al,Penelitian Tindakan Kelas(Surabaya: LAPIS PGMI, 2009) Paket 5, 13.


(59)

50

kegiatan pembelajaran; [2] memantau kegiatan diskusi/ kerja sama anta peserta didik dalam kelompok; [3] mengamati pemahaman setiap peserta didik terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah dirancang sesuai tujuan PTK.

4. Melakukan refleksi (Reflecting). Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah [1] mencatat hasil observasi; [2] mengevaluasi hasil observasi; [3] menganalisis hasil pembelajaran; [4] mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat tercapai.

B. Setting Penelitian 1. Tempat

Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Hasyim Asy ari Dusun Mojoroto Desa Petak, Kecamatan Pacet,Kabupaten Mojokerto pada kelas II.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada akhir semester ganjil, yaitu pada tanggal 2 Desember 13 Desember 2016.

C. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Hasyim Asy ari Mojokerto Tahun Pelajaran 2016-2017. Dengan jumlah siswa 32 siswa dalam satu kelas, siswa laki-laki berjumlah 15 siswa dan siswa perempuan


(60)

51

berjumlah 17 siswa. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP dengan standar kompetensi (SK) menulis permulaan melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte, dengan kompetensi dasar (KD) melengkapi cerita sederhana dengan kata yang tepat serta indikator menulis permulaan cerita sederhana dengan kata yang tepat sesuai dengan gambar yang tersedia.

Objek yang diteliti oleh peneliti adalah keterampilan menulis siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Hasyim Asy ari Mojokerto yang mayoritas siswanya mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Untuk melakukan peningkatan KKM, maka peneliti menggunakan model pembelajaranWord Squareberbantuan media gambar.

D. Variabel Yang Di Teliti

Penelitian ini menggunakan variabel peningkatan keterampilan menulis cerita melalui model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar pada mata pelajaran bahasa indonesia di kelas II MI Hasyim Asy ari Mojokerto.

Pada penelitian ini, terdapat beberapa variabel diantaranya sebagai berikut:

1. Variabel Input : Siswa kelas II MI Hasyim Asy ari Mojokerto

2. Variabel Proses : Penggunaan model pembelajaran Word Square

berbantuan media gambar


(61)

52

E. Rencana Tindakan

Pada rencana tindakan penelitian, peneliti memilih dan menggunakan model Kurt Lewin yakni, 1) pelaksanaan, 2) perencanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi, karena pada penerapan model pembelajaran word square berbantuan media gambar masih terdapat kekurangan, maka dilakukan pengulangan kembali dan diadakannya perbaikan-perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan yang diinginkan peneliti tercapai.

Jika pada penerapan model pembelajaran word square berbantuan media gambar pada siklus pertama dan siklus kedua belum berhasil, maka peneliti akan melanjutkan dengan siklus-siklus selanjutnya.

Siklus 1

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan tema permainan serta menggunakan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar, mempersiapkan instrumen untuk penilaian serta menganalisis proses dan hasil tindakan seperti lembar observasi untuk guru dan siswa, mempersiapkan sarana prasarana yang dibutuhkan.


(62)

53

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi permainan dengan penerapan model pembelajaran Word Square

berbantuan media gambar. Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Guru memberi motivasi kepada siswa, agar siswa siap dalam memulai materi yang akan disampaikan dan diajarkan.

b. Guru melakukan apersepsi mengenai pengaitan materi dengan meminta siswa untuk menyebutkan permainan apa saja yang dilakukan oleh siswa dirumah. Kemudian guru meminta salah satu siswa untuk menuliskan cerita tersebut di papan tulis dengan bahasa sederhana.

c. Guru memperkenalkan kepada siswa mengenai model yang akan digunakan dalam dalam proses pembelajaran yakni model pembelajaran

Word Squareberbantuan media gambar.

d. Guru melakukan umpan balik dan selanjutnya memberikan penugasan kepada peserta didik dengan penerapan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus 1.

Tabel 3.1

Rencana Pembelajaran Siklus I Nama

Kegiatan

Langkah Kegiatan Alokasi

Waktu Kegiatan

Awal

Dalam kegiatan pendahuluan, guru melakukan:

1. Mengucapkan salam, menanya kabar siswa dan meminta ketua kelas untuk memimpin do a.


(63)

54

2. Mengabsen siswa.

3. Melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa, pernahkah kalian melakukan sebuah permainan di rumah? Disekolah? Dengan siapa saja kalian bermain? Serta permainan apa saja yang pernah kalian lakukan dengan teman kalian?

4. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menjawabnya. 5. Meminta salah satu siswa untuk menceritakan

permainan yang dilakukan dirumah maupun dengan temannya dengan bahasa yang sederhana.

6. Memotivasi siswa dengan mengatakan bahwa memilih permainan harus yang bersifat positif, serta bersikaplah saling menghormati dan menyayangi terhadap teman sepermainan.

7. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan

Inti

Eksplorasi

1. Guru menjelaskan materi ajar seputar permainan yang ada dilingkungan dilakukan rumah.

2. Siswa dan guru bertanya jawab tentang permainan yang ada dilingkungan masing-masing siswa.

Elaborasi (Penerapan Model Pembelajaran Word Square

berbantuan media gambar)

1. Guru mereview atau mengulas kembali materi penulisan yang baik dan benar sesuai dengan EYD dalam menulis huruf kapital.

2. Siswa melihat gambar berseri yang telah dipersiapkan oleh guru didepan kelas.

3. Guru memberikan lembar kerja berupa cerita dengan paragraf yang masih rumpang. Serta jawaban yang sudah tersedia dengan model word square.

4. Guru memberikan bagaimana cara mengisi lembar kerja tersebut.

5. Guru membimbing dan memfasilitasi siswa mengerjakan dengan membacakan cerita sesuai dengan media gambar.

6. Siswa diminta melengkapi cerita berupa paragraf rumpang dengan mencocokkan gambar yang ada di papan tulis, seta jawabannya diisi dengan kata-kata yang telah disediakan di word square.

7. Siswa mengerjakan lembar kerja berupa paragraf rumpang sampai paragraf tersebut terangkai menjadi sebuah cerita yang utuh dan padu.


(64)

55

8. Siswa mengumpulkan lembar kerjanya didepan kelas. 9. Beberapa siswa membacakan jawaban dan hasil

pekerjaannya, sementara siswa yang lain memberikan apresiasi.

10. Guru melakukan evaluasi.

Konfirmasi

1. Guru mengecek pemahaman siswa dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang sudah dibahas.

2. Guru memberi penguatan dengan menyimpulkan materi.

Kegiatan Penutup

1. Guru melakukan kegiatan refleksi dengan bertanya kepada siswa Bagaimana perasaan kalian dengan pembelajaran hari ini?

2. Guru memberi stimulus siswa untuk melakukan kesimpulan anak-anak, apakah kalian sudah faham dengan pembelajaran hari ini?

3. Siswa bersama guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan doa akhir majlis.

4. Guru mengucapkan salam.

5 menit

e. Menyiapkan lembar pengumpulan data dengan bantuan guru yang mengajar. Peneliti melakukan penelitian pada semua proses pembelajaran serta aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam melakukan pembelajaran.

3. Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran Word Square


(65)

56

berbantuan media gambar pada kelas II MI Hasyim Asy ari Mojokerto. Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut:

a. Mengamati semua proses pembelajaran dan mencatat semua masalah atau kekurangan pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model pembelajaranWord Squareberbantuan media gambar.

b. Meneliti data yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan siswa, lembar pengamatan guru, dan lembar kerja.

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus 1. Peneliti melakukan evaluasi, yang mana agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus 1 seperti apakah kegiatan siklus 1 dapat meningkatkan atau tidaknya keterampilan menulis siswa kelas II MI Hasyim Asy ari Mojokerto.

Jika meningkat, maka tidak perlu melanjutkan siklus kedua. Namun apabila pada pelaksanaan siklus 1 yang telah diketahui hambatan, kekurangan pada proses pembelajaran maka perlu adanya pengulangan yakni dengan melanjutkan ke siklus II. Pada umumnya kegiatan siklus ke II memiliki banyak tambahan, karena siklus II adalah untuk memperbaiki siklus 1 yang belum berhasil.


(66)

57

Siklus II

1. Perencanaan

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan refleksi pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah. b. Pengembangan program tindakan dari siklus I.

2. Tindakan

Melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia materi permainan dengan menggunakan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar sesuai rencana pelaksanaan pembelajara (RPP) hasil refleksi siklus I. Perbedaan RPP siklus 1 dan RPP siklus 2 yaitu terltak pada kegiatan awal dan kegiatan inti. Pada siklus 1 peneliti belum maksimal dalam membuka pelajaran dan belum maksimal dalam mengkondisikan siswa di dalam kelas, sedangkan pada siklus II peneliti sudah maksimal dalam membuka pelajaran dengan memberikan ice breaking kepada siswa dan sudah mulai bisa mengetahui karakter dari beberapa siswa, sehingga peneliti bisa mengkondisikan kelas dengan baik. Selain itu, media gambar dan cerita yang digunakan dalam masing-masing siklus berbeda-beda. Media gambar pada siklus pertama yang digunakan masih sederhana, sedangkan pada siklus ke II mulai variasi dan beragam.


(1)

115

63,75 (Tidak Baik) dengan persentase ketuntasan 43 % (Gagal) dan siswa yang tuntas 14 siswa. Pada siklus I perolehannya adalah 69,3 (Cukup) dengan persentase 62,5 % (Belum Berhasil) dan siswa yang tuntas adalah 20. Pada siklus II mengalami peningkatan, yakni skor perolehan keteramplan menulis siswa adalah 85,34 (Baik) kemudian persentasenya 84, 37 % (Berhasil) dan siswa yang tuntas adalah 27 siswa.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan penerapan model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar pada siswa kelas II MI

Hasyim Asy’ari Pacet Mojokerto, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar dapat dijadikan sebagai alternative dalam melaksanakan pembelajaran menulis cerita kategori permulaan karena dengan penerapan model beserta media gambar ini dapat melatih siswa dalam terampil menulis baik dari koherensi dengan tema, penulisan yang baik dan benar sesuai dengan EYD terutama kajian huruf kapital serta mendorong siswa untuk giat dan mudah memahami bacaan yang kemudian diserap dalam ingatan bertumbuh pada pemahaman serta berakhir pada keterampilan untuk menulis.

2. Model pembelajaran Word Square berbantuan media gambar merupakan salah satu solusi model pembelajaran, agar anak lebih dapat memahami isi


(2)

116

3. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan keterampilan menulis cerita kategori menulis permulaan dapat digunakan berbagai macam bentuk pembelajaran agar diperoleh prestasi belajar yang lebih meningkat.

4. Penggunaan model pembelajaran yang inovatif seyogyanya harus lebih ditingkatkan lagi, agar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa menjadi lebih aktif.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akhein Suyanti, Ninis, dkk. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentences Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”. Makalah Ilmiah Mahasiswa. Bogor:ejournal.unpak.ac.id.

Amri, Sofan.2013.Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Aqib, Zainal.2013.Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Konstekstual (Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya.

Arifin, Zaenal. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika

Presindo.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Arsyad, Azhar.2011.Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grasindo Persada. Aunurrahman. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

B.Uno, Hamzah, dkk. 2010.Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Chaer, Abdul. 2010.Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Fahrizah, Mega . 2014. Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap

Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V Di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun Pelajaran2013/2014, Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Repositoryuinjkt.

Febriyanti, Reni. 2015. Penerapan Model Concept Sentences Berbantuan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi. Skripsi UPI. Bandung repository.upi.edu.

Ghufron, Nur , dkk. 2012. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


(4)

Guntur Tarigan, Henry. 1998. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung:

Angkasa.

Hanitiji Soemitro, Ronny. 1985. Metodologi Penelitian Hukum, cet 2. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Indrawati. 2011. Model-Model Pembelajaran, Implementasinya Dalam

Pembelajaran Fisika. Jember: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Universitas Jember.

Iskandarwassid dan Danang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys. 2010.Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Khasanah, Mubarokah. 2015. Keefektifan Model Think Talk Write Dalam

Pembelajaran Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V SDN Pesiringan Lor 1 Kota Tegal, Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Semarang: Digilib.unnes.ac.id.

Kurniasih, Imas, dkk,. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.

Jakarta: Kata Pena.

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, dkk, 2012. Model-Model Pembelajaran Pembelajaran Inovatif Di Sekolah. Surakarta: UMS.

Ni Pd. Mirah Kurniasari, 2013. “ Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus V Kecamatan Tegallalang,”Volume 1 Nomor 192, Mimbar PGSD

UNDIKSHA.

Nurgiyantoro, Buhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Pudjiono, Setyawan. T.t. Konsep Dasar Menulis, Modul Pendidikan FBS UNY. Yogyakarta: Staff Site UNY.

Putu Sukandeni, Luh dkk. 2014. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar


(5)

IPA Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur,” Jurnal Mimbar PGSD Undiksha. Vol: 2. No. 1.

Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.

Rakhmawati, Sri. 2011. Keefektifan Penggunaan Media Gambar Peristiwa Dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta. Skripsi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Eprints UNY.

Rohmadi, Muhammad dkk. 2015. Belajar Bahasa Indonesia. Surakarta:

Cakrawala Media.

S. Sadiman, Arief. 2008. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Salamah, Husniyatus dan Abd. Kadir, et.al. 2009. Penelitian Tindakan Kelas,

Surabaya: LAPIS PGMI.

Soeparno. 1998.Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: PT Intan Pariwara. Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif,dan R & D.

Bandung: Alfabeta

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryani, Nunuk dkk. 2012.Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak. Syah, Muhibbin. 2010.Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Trianto, 2012.Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Basyirudin. 2002. MediaPembelajaran.Jakarta: Ciputat Press.

Verhaar, J.W.M. 2010. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(6)

Wina Noviana, Sri. 2013.“Efektivitas Model Pembelajaran Word Square dengan Bantuan Alat Peraga Pada Materi Geometri, “ Volume 1 Nomor 1 EDU

MAT.

Wulandari, Fitri. 2014. Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Cerita Pada Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Metode Drill dan Media Gambar Berseri Siswa Kelas III MI Al-Ma’arif 01 Margomulyo Panggungrejo Kabupaten Blitar. Skripsi. Tulungagung:repo-iain-tulungagung.

Yulianti, Rusmindah, dkk, 2013. “Penggunaan Model Word Square Dalam

Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas IV SD”. Jurnal Kalam Cendekia PGSD. FKIP UNS, Vol: 1 No: 4.

Yusuf L.N, Syamsu.2012.Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Media Gambar Seri Dan Papan Cerita Bagi Siswa Kelas IV SD

0 2 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN FLANEL ALFABET MATA PELAJARAN BAHASA Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Pembelajaran Flanel Alfabet Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri 5 Senda

0 2 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN FLANEL ALFABET MATA PELAJARAN BAHASA Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Media Pembelajaran Flanel Alfabet Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri 5 Senda

0 2 12

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Pembelajaran Inquiry Training Siswa Kelas V SDN N

0 1 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV Di SDN Langgenharjo 01

0 1 16

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MEDIA GAMBAR SERI Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Jatipurwo Wonogi

0 0 15

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Ketrampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Media Gambar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SDN I Granting Jogonalan Klaten

0 0 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE KELAS III MI HASYIM ASY’ARI SEDATI SIDOARJO.

0 0 91

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA ALBUM FOTO KENANGAN PADA SISWA KELAS V MI HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO.

0 1 81

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI MI. RIYADUL ULUM BICORONG PAKONG PAMEKASAN TAHUN PELAJARAN 2014-2015.

0 0 58