EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA: Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Pelajaran 2010-2011.

(1)

i

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Asumsi ... 10

BAB II KONSEP PERILAKU PROSOSIAL DAN PERMAINAN DALAM BIMBINGAN KELOMPOK A. Konsep Perilaku Sosial ... 13

1. Interaksi Sosial ... 13

2. Perilaku Sosial ... 14

3. Faktor-faktor Yang Melandasi Perilaku Sosial ... 20

B. Konsep Dasar Permainan ... 21

1. Pengertian Permainan ... 21

2. Fungsi dan Manfaat Bermain ... 27

3. Jenis-jenis Permainan ... 30

4. Permainan Sebagai Teknik Terapi ... 33


(2)

ii

C. Bimbingan Kelompok ... 38

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 40

2. Dinamika Kelompok ... 40

3. Prosedur dan Langkah-langkah ... 42

D. Penelitian Terdahulu ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 52

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 55

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen ... 56

1. Pengumpulan Data ... 56

2. Instrumen Penelitian ... 56

3. Uji Validitas Program ... 63

4. Metode Analisis data ... 71

5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 74

B. Pembahasan Hasil ... 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 107

B. Rekomendasi ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 52 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Sosial... 57 Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku Sosial... 59 Tabel 3.4 Hasil Uji Statistik Sampel Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol... 66 Tabel 3.5 Hasil Uji Independen Sampel Tes Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol... 67 Tabel 3.6 Hasil Group Statistik Gain Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol... 68 Tabel 3.7 Hasil Uji Independen Sampel Tes Skor Gain Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 68 Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Skor Perilaku Prososial Siswa

Menurut Kelompok dan

Tes...

81 Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol...

90 Tabel 4.15 Hasil Statistik Sampel Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol... 91 Tabel 4.16 Hasil Uji Independen Sampel Tes Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol... 92 Tabel 4.17 Hasil Group Statistik Gain Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol... 93 Tabel 4.18 Hasil Uji Independen Sampel Tes Skor Gain Kelompok


(4)

iv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rata-rata Skor Pretes Perilaku Sosial Siswa Aspek

Kedermawanan... 76 Grafik 4.2 Rata-Rata Skor Pretes Perilaku Sosial Siswa Aspek

Empati ... 77 Grafik 4.3 Prosentase Pretes Peningkatan Perilaku Sosial

Siswa Aspek Penanganan Konflik ... 78 Grafik 4.4 Rata-rata Skor Pretes Perilaku Sosial Siswa Aspek

Kejujuran ... 78 Grafik 4.5 Rata-rata Skor Pretes Perilaku Sosial Siswa Aspek

Sosial Inisiatif ... 79 Grafik 4.6 Rata-rata Skor Pretes Perilaku Sosial Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 80 Grafik 4.8 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Perilaku Sosial

Aspek Kedermawanan Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ... 83 Grafik 4.9 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Perilaku Sosial

Aspek Empati Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol... 84 Grafik 4.10 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Perilaku Sosial

Aspek Penanganan Konflik Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ... 85 Grafik 4.11 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Perilaku Sosial

Aspek kejujuran Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ... 86 Grafik 4.12 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Perilaku Sosial

Aspek Sosial Inisiatif Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ... 87 Grafik 4.13 Rata-rata Skor Gain Perilaku Sosial Siswa


(5)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Program Bimbingan Kelompok... 115

Lampiran 2 : Lampiran Satuan layanan ... 119

Lampiran 3 : Kisi-kisi Instrumen ... 148

Lampiran 4 : Foto-foto Kegiatan ... 149

Lampiran 5 : Hasil Pengelolaan data ... 154

Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian ... 224


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pentingnya perilaku prososial dalam kehidupan mayarakat membawa dampak positif bagi pengembangan diri, masyarakat serta seluruh aspek kehidupan didalamnya. Dampak positif tersebut terlihat pada tumbuhnya rasa kedamaian dan keharmonisan, menyayangi antar sesama, menghargai antar sesama, sikap nasionalisme yang tinggi, idialisme yang sehat, yang membawa kearah perkembangan mayarakat sehat dan bermadani. Namun, di era globalisasi dewasa ini bangsa Indonesia dihadapkan pada rendahnya aspek sosial pada tatanan kehidupan. Krisis pada aspek sosial sudah sampai pada bentuk yang cukup memperihatinkan. Berbagai bentuk kemiskinan sosial banyak diperlihatkan, seperti miskin pengabdian, kurang disiplin, kurang empati terhadap masalah sosial, kurang efektif berkomunikasi, kurang disiplin, banyaknya pengguna narkoba seperti halnya Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat pengguna narkoba di Indonesia sekitar 3,2 juta orang, atau sekitar 1,5 persen dari jumlah penduduk negeri ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8.000 orang menggunakan narkotika dengan alat bantu berupa jarum suntik, dan 60 persennya terjangkit HIV/AIDS, serta sekitar 15.000 orang meninggal setiap tahun karena menggunakan napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif) lain. (http://dunia-narkoba.blogspot.com), percobaan bunuh diri, Seperti halnya yang terjadi pada SMK Negeri 1 Bau-Bau Nusa Tenggara Timur, salah satu siswanya melakukan


(7)

percobaan bunuh diri (Redaksi Pagi Trans 7, 13 Januari 20011), perkelahian antar pelajar/ mahasiswa, konflik antar suku yang berujung pada adanya korban jiwa, seperti halnya pernah terjadi di kampung daerah Ciwaringin Bogor Tengah yang memakan satu korban nyawa, dan yang akhir-akhir ini masih teringat oleh kita konflik di Kabupaten Pandegelang Banten yang memakan hingga tiga korban jiwa. (http://megapolitan. kompas.com).

Untuk menangkal dan mengatasi kondisi tersebut, perlu dipersiapkan insan dan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu. Manusia yang bermutu, yaitu manusia yang harmonis lahir dan batin, sehat jasmani dan rohani, bermoral, serta dinamis. Hal ini sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional.

Pendukung utama bagi terciptanya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas dan bermutu adalah pendidikan. Menurut Musaheri (2007 : 48), ”pendidikan dalam arti luas merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain untuk mengembangkan dan memfungsionalkan rohani (pikiran, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) manusia dan jasmani (pancaindera dan keterampilan-keterampilan) manusia agar meningkat wawasan pengetahuannya”. Jadi, pendidikan tidak cukup terfokus pada aspek kognitif semata tetapi juga aspek non kognitif. Kedua aspek ini memberi pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan. Pendidikan kognitif mengembangkan aspek intelektual, sedangkan aspek non kognitif membantu mengembangkan sikap dan keterampilan.

Sebagaimana diketahui bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi


(8)

masyarakat, keluarga dan sekolah. Masyarakat selain berperan sebagai pemberi masukan dalam mengembangkan pendidikan, juga membantu menyediakan sarana dan prasarana belajar. Sedangkan keluarga berperan sebagai peletak dasar bagi anak-anak. Singgih D. Gunarsa (1976 : 9) menyatakan bahwa, ”keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama-tama dari orang tua dan anggota keluarganya sendiri”. Selain keluarga sebagai tempat pendidikan anak, sekolah berperan melanjutkan pendidikan keluarga dengan memberi pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan akademis dan non akademis. Demikianlah pendidikan itu dilakukan dalam tiga tempat untuk saling melengkapi. Dalam UU SPN RI No: 20 / 2003 Bab I Ketentuan Umumt ayat 2 tentang sitem Pendidikan tertera bahwa, ”semua proses pendidikan itu bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Kenyataan di lapangan mengindikasikan bahwa sekolah lebih mengutamakan nilai hasil belajar/akademik dari pada pengembangan kepribadian. Persyaratan untuk memasuki sekolah pada jenjang pendidikan tertentu menggunakan nilai UAN (Ujian Akhir Nasional), seleksi TPA (Tes Potensi Akademik), dan persyaratan akademis lainnya. Jarang kita mendengar ada sekolah yang menggunakan kepribadian sebagai persyaratan diterima sebagai siswa baru pada sekolah tertentu. Akibatnya banyak sekolah yang hanya menekankan pada


(9)

bagaimana caranya agar nilai akademis anak dapat ditingkatkan. Dampak lanjutannya adalah anak banyak diberikan les-les atau bimbingan belajar, baik yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah, diselenggarakannya lomba-lomba peningkatan prestasi akademik seperti olimpiade matematika, fisika, bologi, dan berbagai jenis lomba akademik lainnya.

Akibat dari adanya ketidakseimbangan kedua aspek pendidikan tersebut, anak terkesan menjadi anak pintar tetapi angkuh dan meninggalkan aspek emosional. Daniel Goleman (2003 : 48) menyatakan bahwa ”keberhasilan seseorang dalam hidup, dalam hal ini keberhasilan berperilaku prososial yang positif bukan hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual semata akan tetapi banyak dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Banyak bukti yang memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap mengelola perasaan dengan baik, dan yang mampu membaca serta menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan dalam bidang hidup. Sebagaimana dikatakan oleh Sunaryo Kartadinata, dkk (2000 : 06) bahwa, ”kebermutuan sumber daya manusia tidak hanya terletak pada kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan sosial dan emosional”. Keberhasilan atau prestasi yang dicapai manusia masyarakat global tidak semata-mata ditentukan oleh kecerdasan intelektual tapi juga oleh ketekunan, komitmen, motivasi, kesungguhan, disiplin dan etos kerja, kemampuan berempati, berinterelasi dan berinterelasi.

Jadi, perilaku prososial memegang peranan penting dalam kehidupan. Hal ini merupakan salah satu aspek non kognitif yang seringkali dilupakan peranannya. Indikasi perilaku sosial yang baik adalah seperti sopan santun,


(10)

kemampuan berempati, suka bekerjasama, membantu orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain akan memperoleh penyesuaian yang baik di masyarakat dan bisa diterima masyarakat serta terciptanya keharmonisan hubungan antar sesama. Sebaliknya, orang yang cerdas secara intelektual akan tetapi tidak tahu bagaimana bergaul, egois, ingin menang sendiri, tidak menghargai orang lain, tidak akan diterima baik oleh masyarakat dalam pergaulannya.

Sekolah sebagai salah satu lingkungan pendidikan yang terdiri dari berbagai macam individu dengan segala perbedaan masing-masing sangat memungkinkan anak untuk dapat megembangkan perilaku prososialnya karena di sekolah mereka berinteraksi dengan orang yang berbeda dan belajar menerima perbedaan tersebut. Akan tetapi, dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, banyak siswa yang menunjukan perilaku sosial yang rendah, baik di kelas maupun di luar kelas. Hal itu terbuktikan dengan adanya siswa yang sering membuat keributan di kelas, menggangu teman yang sedang belajar, mengejek teman yang akhirnya berujung pada perkelahian, kurangnya sikap empati kepada teman, berperilaku kurang sopan santun ketika berbicara dengan guru, seringnya melanggar aturan sekolah dan sebagainya. Apabila hal itu tidak ditangani sedini mungkin dapat mengakibatkan anak berkembang menjadi orang yang maladaptive (penyesuaian diri kurang) yang nantinya berdampak pada proses belajarnya. Untuk mengatasi perilaku sosial yang kurang tersebut, sekolah (guru dan pembimbing) telah melakukan usaha-usaha yang bertujuan untuk membina anak, seperti memanggil anak yang melanggar, memanggil orang tua dan sebagainya.


(11)

Akan tetapi tampaknya usaha-usaha pembinaan tersebut tidak berhasil secara optimal karena anak tetap menampakan perilaku sosial rendah. Ketidak berhasilan usaha-usaha pembinaan tersebut kemungkinan diakibatkan karena penanganan yang kurang tepat sasaran sehingga permasalahan yang sebenarnya dari siswa tersebut tidak tertangani dengan baik.

Berdasarkan pemikiran tentang perilaku sosial tersebut maka peneliti tertarik untuk mengangkat tema perilaku sosial ini sebagai bidang kajian. Untuk itu peneliti bermaksud menerapkan bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

Bimbingan kelompok merupakan upaya membantu individu dalam suasana kelompok agar individu dapat memahami, mencegah serta memperbaiki dirinya dengan memanfaatkan dinamika kelompok agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya secara optimal. Bimbingan kelompok pada umumnya memanfaatkan dinamika kelompok, kelompok yang dinamis adalah yang memiliki ciri-ciri memiliki tujuan bersama, saling membina hubungan yang dinamis, bersikap baik terhadap orang lain, memiliki kemampuan mandiri dan lain sebagainya.

Bermain untuk saat ini dilaksanakan hanya untuk menyalurkan minat, melatih keterampilan fisik dan bersenang-senang. Program ini menurut peneliti, tanpa disadari oleh pelakunya dapat digunakan sebagai sarana belajar, dalam hal ini belajar untuk menyadari bahwa ia hidup dalam lingkungan sosial dengan banyak individu-individu lain disekitarnya yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut sangat kompleks sehingga kalau individu tidak mempunyai


(12)

pemahaman tentang perbedaan tersebut akan membawa dampak yang merugikan bagi dirinya dan lingkungannya. Aplikasi dari pemahaman tersebut dapat diketahui melalui interaksi sosialnya di masyarakat (perilaku sosialnya). Dengan mengalami langsung bermain, peserta dapat memetik berbagai pengalaman, seperti sikap empati, toleransi, kerjasama, dan aspek-aspek sosial lainnya yang nantinya semua pengalaman tersebut dapat diterapkan dalam interaksi sosial.

Perpaduan bimbingan kelompok melalui dinamika kelompok didalamnya terdapat permainan kelompok dimungkinkan dapat membentuk perilaku sosial anak, karena dalam kelompok yang efektif diharapkan adanya kerjasama, etiket dan sikap yang baik pada orang lain, serrta kemandirian dari dari setiap anggotanya. Permainan adalah perpaduan yang harmoni antara bimbingan kelompok dan permainan karena keduanya memiliki kesamaan prinsip yaitu nilai kebersamaan. Maka dengan nilai kebersamaan inilah akan terbentuknya suatu kelompok yang dinamis dan diharapkan dalam kelompok dapat terbentuknya pola perilaku sosial yang positif.

Penelitian yang berkaitan dengan pentingnya permainan diuraikan sebagai berikut : Penelitian Hermawati (2009) dengan subjek penelitian pada anak usia dini menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kasus, menunjukan bahwa perilaku sosial dan emosional anak relatif berkembang dengan baik. Tampak adanya pengaruh kegiatan permainan alam terbuka terhadap upaya pembentukan perilaku sosial dan emosional anak meskipun kurang signifikan.

Ahman, dkk (1998) melakukan penelitian tentang efektifitas bermain peran sebagai model bimbingan dengan mengembangkan keterampilan sosial anak


(13)

berkemampuan unggul. Temuan penelitian menunjukan bahwa model bermain peran telah efektif untuk dijadikan model bimbingan dalam mengembangkan keterampilan sosial anak berkemampuan unggul. Dalam dimensi proses, pelaksanaan bermain peran telah membantu siswa memperoleh pengalaman berharga memberikan masukan atas peran orang lain, dan menerima masukan dari orang lain. Siswa juga dapat melatih diri menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Sedangkan pada dimensi produk, bermain peran diharapkan mampu mereduksi bahkan menyembuhkan kebiasaan anak alam mencontek.

Yusiana (1999) melakukan penelitian tentang pengalaman belajar awal yang bermakna bagi anak melalui aktivitas bermain, dengan subjek penelitian siswa SD kelas rendah (1,2 dan 3). Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan implementasi bermain dalam proses pemblajaran bernuansa bimbingan menstimulasi siswa mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Aktualisasi potensi berbentuk prestasi dan kemampuan mental (perilaku baru) sebagai dampak pengiring. Melalui implementasi aktivitas bermain siswa belajar secara bermakna, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan akademik tetapi juga keterampilan psikologis yang dibutuhkan pada tahap perkembangan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pemilihan bentuk dan jenis permainan yang digunakan dalam kegiatan layanan sangat bergantung pada kepekaan perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa serta kreativitas guru dalam memanfaatkan fasilitas yang ada.

Menyadari begitu banyak manfaat yang diperolah setelah melaksanakan permainan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan


(14)

bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa pada kelas X SMA Laboratorium UPI Bandung.

B. Rumusan Masalah

Semua pihak pasti menginginkan perilaku prososial yang diharapkan seperti : kedermawanan (generocity), empati (emphaty), penanganan konflik (conflict hendling) dan kejujuran (honesty), serta aspek sosial (social initiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial dan perilaku menarik dalam situasi tertentu. Untuk mengembangkan perilaku prososial tersebut banyak cara telah dilakukan, diantaranya adalah melalui proses belajar di sekolah seperti interaksi individu dengan lingkungannya, modeling, pemberlakuan tata tertib sekolah, kegiatan ekstrakurikuler maupun intrakurikuler, dan bimbingan konseling, maupun pergaulannya di masyarakat.

Pada penelitian yang menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial ini ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan, yaitu:

1. Bagaimanakah profil perilaku prososial siswa sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan?

2. Bagaimanakah rancangan program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa?

3. Bagaimanakah profil perilaku prososial siswa sesudah pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan?


(15)

4. Bagaimana efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa?

Oleh karena begitu luasnya cakupan permasalahan tersebut, dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti perlu dibatasi.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penerapan bimbingan kelompok melalui teknik permainan dalam meningkatkan perilaku prososial siswa SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.

1. Untuk mengetahui profil perilaku prososial siswa sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.

2. Untuk menyusun program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa

3. Untuk mengetahui profil perilaku prososial siswa sesudah pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.

4. Untuk mengetahui efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

D. Asumsi

Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perilaku prososial merupakan kebutuhan primer yang perlu dimiliki tiap peserta didik sebagai bekal bagi kemandirian pada jenjang kehidupan


(16)

selanjutnya. Hal ini bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya. (Dayaksini & Hudaniah, 2003 : 175).

2. Bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah merupakan bidang layanan kepada peserta didik, layanan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan mereka. (S. Wingkel & M. Sri Hastuti, 2006 : 542).

3. Bimbingan kelompok sebagai bentuk khusus dari layanan bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang khas, karena dalam proses kegiatannya dilaksanakan lebih dari dua orang. Demikian juga dalam aspek pertemuan tatap muka yang tergabung dalam suatu kelompok. (Juntika Nurhisan, 2005 : 17).

4. Bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai prkatis, artinya bermain bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada siswa. Plato & Aristoteles (dalam Andang Ismail, 2006 : 14)

5. Saat permainan dipandang sebagai suplemen yang bermanfaat untuk digunakan sesekali dalam rangka penguatan dan pengukuhan pembelajaran, permainan-permainan dapat menduduki posisi yang tepat dalam perannya sebagai ’’pembantu’’ pencapaian tujuan program. (Nandang Rusmana, 2009 : 21).


(17)

6. Permainan memiliki suatu ciri khas dan dipandang sebagai pendekatan yang memiliki fitur-fitur unik yang menjadikannya tepat untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. (Nandang Rusmana, 2009 : 18).


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan metode untuk memecahkan masalah. Metode dapat dipahami sebagai bentuk strategi, langkah-langkah atau cara yang ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode dengan desain penelitian eksperimen (experimental

reaserch). Yang dimaksud dengan penelitian eksperimental adalah penelitian yang

dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) tertentu terhadap subjek penelitian yang bersangkutan. (Agung, 2001 : 17) Perlakuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Efektifitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik Permainan. Pengkondisian prilaku siswa hanya sebesar yang dapat dikontrol secara kuasi dan menghindari kontrol yang murni (pure exsperiment) sehingga kontrol terhadap perilaku siswa tidak terlalu ketat. Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (kuasi exsperiment).

Penelitian ini dirancang menggunakan model “Pre-Postest-kontrol group design. (Fraenkel & wallen dalam Suarni, 2004). Desain penelitiannya dapat

digambarkan sebagai berikut :

Tabel. 3.1 Rancangan Penelitian

Kelompok Tes Awal

(Pretest) Perlakuan

Tes Akhir (Posttest)

Eksperimen Y0 X1 Y1


(19)

Keterangan :

Y0 : Pemberian tes awal (pre-test) pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol sebelum dimulai eksperimen.

Y1 : Pemberian tes akhir (post-test) pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol setelah pertemuan terakhir eksperimen.

X1 : Perlakuan/efektifitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik

Permainan kepada kelompok eksperimen. - : Tidak diberi perlakuan/eksperimen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2008 : 117) wilayah generalisasi yang terdiri dari atas : obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/subyek itu. Populasi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Adapun populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas X SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung tahun ajaran 2010/2011. Adapun jumlah kelas sebagaimana berikut :


(20)

Kelas Jumlah XC

XF XA XB XD

31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa

Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka sampel penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik random sampling. Menurut Kartono Kartini (1996 : 137) teknik ini menggunakan cara pengambilan/pemilihan sampel secara pilihan random, sembarangan tanpa pilih bulu. Rancangan penentuan sampel ini menggunakan tehnik undian, yang mana SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung memiliki 7 kelas, lalu kedelapan kelas tersebut diundi untuk menentukan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Adapun langkah-langkah pengundian sebagai berikut :

1. Pada semua kelompok/ kelas yang menjadi anggota/ bagian dari populasi diberikan kode-kode bilangan.

2. Kode-kode tersebut dituliskan pada kertas-kertas lembaran kecil-kecil, masing-masing digulung dengan baik, lalu dimasukan kedalam satu kotak/tempat yang tertutup.

3. Kertas gulungan tersebut dikocok dengan baik sehingga kertas gulungan tersebut jatuh. Kertas yang jatuh/ muncul itulah dipakai sebagai sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan sebanyak sampel yang diperlukan.


(21)

Kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan dan sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah bimbingan kelompok melalui teknik permainan sebagai variabel bebas (independent variable) dan perilaku sosial sebagai variabel terikat (dependent variable). Bimbingan kelompok melalui teknik permainan sebagai variabel bebas disebut juga variabel eksperimen atau perlakuan (treatment), yaitu sejumlah gejala yang sengaja ditimbulkan atau dirubah atau dikenakan atau diberikan kepada kelompok eksperimen. Perlakuan ini merupakan sebab yang hendak diobservasi atau diamati pengaruhnya pada subjek penelitian. Perilaku sosial sebagai variabel terikat merupakan sebagai akaibat dari perlakuan yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan akan diteliti perubahannya. Devinisi operasional variabel seperti berikut.

Pertama, perilaku sosial adalah tingkah laku atau respon yang dilakukan

dalam interaksi antar individu dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Perilaku sosial terjadi sekarang. Perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku prososial sebagaimana diungkap Rydell dan Bohlin (1997 : 829) menyatakan, perilaku sosial yang diharapkan adalah perilaku prososial yang menyangkut apek : kedermawanan (generocity), empati (emphaty), penanganan konflik (conflict hendling) dan kejujuran (honesty), serta aspek sosial (social


(22)

Pengukuran perilaku sosial siswa sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan kuesioner skala Likert.

Kedua, bimbingan kelompok melalui teknik permainan adalah proses

pemberian bantuan kepada klien dengan seting kelompok, yang pelaksanaannya menggunakan teknik permainan.

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang perilaku sosial siswa. Untuk memperoleh data tersebut, dalam penelitian ini digunakan instrumen kuesioner perilaku prososial skala Likert baik itu pada pre-test dan

post-test.

2. Instrumen Penelitian

Secara umum pengembangan instrumen melalui tahap-tahap berikut. (a) merumuskan pengukuran butir pernyataan, (b) menyusun kisi-kisi instrumen, (c) melakukan uji kesahihan butir. Ketiga langkah ini dijelaskan sebagai berikut.

a. Pengukuran Butir Pernyataan

Untuk mengukur perilaku sosial siswa, digunakan skala sikap pola Likert dengan lima rentangan jawaban secara bertingkat, yaitu : sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Dimana skor bergerak dari skor satu sampai dengan lima. Pada pernyataan yang positif, responden yang menjawab Selalu (SL) diberi skor 5, Sering (SR) diberi skor 4, Kadang-kadang (KK) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 2, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 1. Bila pernyataan negatif, maka


(23)

penskoran sebaliknya yaitu : responden yang menjawab Selalu (SL) diberi skor 1, Sering (SR) diberi skor 2, Kadang-kadang (KK) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 4, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 5.

b. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen

Sebelum merumuskan butir-butir pernyataan kuesioner, yang dibuat terlebih dahulu adalah kisi-kisi kuesioner. Kisi-kisi kuisioner berisikan variabel yang akan diukur, indikator, nomor butir untuk tiap-tiap indikator, dan nomor butir untuk pernyataan positif dan negatif untuk tiap-tiap indikator.

Kuesioner perilaku yang dimaksud menyangkut kedermawanan (generocity), empati (empty), penanganan konflik (conflict hendling) dan kejujuran (honesty), serta aspek sosial (social initiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial. Adapun kisi-kisi kuesioner sebelum diujicobakan disajikan dalam tabel berikut :

Tebel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial

Variabel Aspek indikator Nomor Butir

- + Perilaku sosial (prososial) Kedermawanan adalah kesadaran untuk memberi bantuan kepada orang lain

1. Memberi bantuan barang

2. Memberi bantuan jasa 3. Mementingkan

kepentingan orang lain 2 7,8,10 1,3,4, 5 6,9,11 4 1 6 Empati adalah kemampuan untuk memahami perasan orang lain

1. Memahami perasaan teman

2. Memberikan perhatian kepada teman

3. Memahami bahasa non verbal diri dan orang lain 13 18,19,22 25 12,14,15 16,17 20,21,23 24,26,27 4 8 4


(24)

adalah kemampuan untuk menangani sebuah pertentangan

Memberi solusi saat konflik

Kejujuran adalah berkata dan bersikap sesuai dengan kenyataan

1. Mengatakan sesuatu tanpa rekayasa 2. Mengakui kesalahan

dan memberi apresiasi positif 35 42,44 32,33,34 36,40 37,38,39, 41,43 3 2 8

Sosial Inisiatif adalah kemampuan memulai interaksi dengan orang lain

1. Memulai percakapan 2. Menyatakan pendapat

47 48,50,51, 53,54 45,46 49,52 3 7

Jumlah 21 33 54

c. Uji Validitas Isi dan Konstruk Instrument

Dalam proses analisis validasi isi kuesioner perilaku sosial ini langsung dikonsultasikan pada 3 orang pakar/judgest dengan format analsis yang sudah disediakan. Penilaian terhadap kuesioner ini dilakukan oleh tiga orang pakar (judgest), yaitu orang yang memiliki spesialis dalam bidang penyusunan instrumen/kuesioner yakni Bapak Syamsu Yusuf, Bapak Budi Susetyo dan Bapak Mubiar Agustin. Penilaian ini dilakukan untuk menentukan validitas isi (content validity) dari kuesioner perilaku sosial yang telah disusun. Validitas isi adalah validitas yang ditentukan oleh derajat representativitas butir-butir tes yang telah disusun mewakili keseluruhan materi yang hendak diukur tersebut. Instrumen tersebut dinyatakan valid setelah dianalisis oleh ketiga pakar tersebut dan dinyatakan untuk bisa dijadikan sebagai instrumen penelitian untuk diuji di lapangan sebelum disebarkan pada subjek penelitian.


(25)

d. Uji Validitas Instrumen

Pengujian validitas butir dilakukan dengan program excel, kriteria butir soal dalam kategori valid adalah jika nilai hitung r > nilai tabel r, pada taraf signifikansi 5%, dan kreteria butir soal kategori drop (tidak valid) adalah jika nilai hitung r < nilai tabel r. Rekapitulasi hasil pengujian validitas dapat dibuat seperti tampak pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Hasil uji coba Validitas Instrumen Perilaku sosial No Item Nilai Hitung r Nilai Tabel r Tafsir

1 0.374 0.355 valid

2 0.487 0.355 valid

3 0.385 0.355 valid

4 0.36 0.355 valid

5 0.294 0.355 tidak valid

6 0.294 0.355 tidak valid

7 0.07 0.355 tidak valid

8 0.407 0.355 valid

9 0.17 0.355 tidak valid

10 0.464 0.355 valid

11 0.389 0.355 valid

12 0.417 0.355 valid

13 0.413 0.355 valid

14 0.48 0.355 valid

15 0.439 0.355 valid

16 0.56 0.355 valid

17 0.377 0.355 valid

18 0.401 0.355 valid

19 0.412 0.355 valid

20 0.02 0.355 tidak valid

21 0.07 0.355 tidak valid

22 0.428 0.355 valid

23 0.399 0.355 valid

24 0.364 0.355 valid

25 0.371 0.355 valid

26 0.378 0.355 valid


(26)

28 0.504 0.355 valid

29 0.635 0.355 valid

30 0.721 0.355 valid

31 0.371 0.355 valid

32 0.371 0.355 valid

33 0.621 0.355 valid

34 0.496 0.355 valid

35 0.543 0.355 valid

36 0.592 0.355 valid

37 0.592 0.355 valid

38 0.477 0.355 valid

39 0.649 0.355 valid

40 0.341 0.355 tidak valid

41 0.416 0.355 valid

42 0.01 0.355 tidak valid

43 0.118 0.355 tidak valid

44 0.52 0.355 valid

45 0.579 0.355 valid

46 0.127 0.355 tidak valid

47 0.673 0.355 valid

48 0.603 0.355 valid

49 0.376 0.355 valid

50 0.551 0.355 valid

51 0.194 0.355 tidak valid

52 0.419 0.355 valid

53 0.407 0.355 valid

54 0.413 0.355 valid

55 0.694 0.355 valid

56 0.38 0.355 valid

57 0.405 0.355 valid

58 0.443 0.355 valid

59 0.535 0.355 valid

60 0.39 0.355 valid

61 0.429 0.355 valid

62 0.435 0.355 valid

63 0.243 0.355 tidak valid

64 0.42 0.355 valid


(27)

Berdasarkan perhitungan tersebut, dari 65 butir pernyataan perilaku sosial terdapat 53 butir pernyataan valid dan 12 butir pernyataan gugur sebagaimana berikut :

Valid Tidak Valid

1,2,3,4,8,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34 35,36,37,38,39,41,44,45,47,48,49,50,52 53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,64,65

5,6,7,9,20,21,40,42,43,46,51,63

e. Uji Reliablitas Instrumen

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dalam Sambas Ali, dkk (2009 : 37).

Analisis Reliabilitas Instrumen penelitian ini menggunakan teknik

Alpha Cronbach yang dianalisis dengan Program excel :.





2

2 11

1

1

t i

x

k

k

r

Sumber : Sambas Ali, dkk (2009 : 38). Keterangan :

r 11 = Reliabilitas Instryumen/ koefisien alfa

k = Banyaknya Butir Soal

2

i

= Jumlah Variansi Butir

2

t

 = Variansi Total N = Jumlah Responden


(28)

Dalam menguji reliabilitas perumusan hipotesisnya adalah : Ha =

Skor butir berkolerasi positif dengan faktornya, dan Ho = Skor butir tidak

berkorelasi positif dengan faktornya. Dasar pengambilan keputusannya adalah : Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. Ha diterima, (jika r Alpha > r tabel tapi bertanda negatif,

Ha tetap akan ditolak) dan Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka

butir atau variabel tersebut tidak reliabel. Ha ditolak, nilai table r dapat

dilihat pada a = 5% dan db = n – 2.

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan program excel, diketahui k = 65,

i2= 62,33, t2 = 617,59 dan didapatkan nilai koefisien alpha sebesar 0,912, dan nilai tabel r adalah 0,335. Dengan demikian nilai hitung alpha lebih besar dari nilai table r atau 0,912 > 0,355. Artinya instrumen angket dinyatakan reliabel dan dapat dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.

f. Uji Normalitas

Pada penelitian ini diupayakan pengujian normalitas sebaran data. Uji normalitas adalah dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan cara membandingkan nilai

Kolmogorov-Smirnov dan Probabilitas dengan nilai signifikannya adalah

0,05. Dengan dasar pengambilan keputusan bahwa : P dari koefesien K-S > 0,05, maka data berdistribusi normal, dan P dari koefesien K-S < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Perhitungan dalam pengujian


(29)

normalitas sebaran data ini menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.

3. Uji Validasi Program

Uji validasi program dilakukan untuk mendapat ketepatan pada perencanaan dan pelaksanaan program yang telah dirancang baik secara rasional maupun secara empirik.

a. Analisis Rasional

Program bimbingan kelompok melalui teknik permainan siswa disusun berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan siswa dan juga kebutuhan SMA Laboratorium (Percontohan) UPI. Untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswa tersebut dilakukan pemberian kuesioner kepada siswa. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat beberapa permasalahan dan kebutuhan yang dirasakan oleh siswa khususnya yang terkait dengan perilaku prososial.

Penyusunan program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :

1) Melakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhansiswa terkait dengan perilaku sosial siswa.

2) Melakukan peninjauan ulang terhadap program bimbingan dan konseling yang sudah ada.

3) Menyusun program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial.


(30)

4) Menguji efektivitas program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial.

Untuk memperoleh bangun dan substansi program yang teruji secara rasional konseptual, Program Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Pemainan

Untuk Meningkatkan Perilaku Sosial Siswa mendapat masukan perbaikan

program dari para pakar bimbingan dan konseling yakni Bapak Syamsu Yusuf, Bapak Mubiar Agustin dan Ibu Ipah Saripah. Komponen program yang mendapat masukan perbaikan dari ketiga pakar tersebut mencakup aspek-aspek sebagai berikut : rasional, tujuan program, integrasi program bimbingan, deskripsi kebutuhan, isi dan jenis layanan, penilaian, deskripsi kegiatan dan evaluasi.

Masukan dari para pakar, dapat diinventarisasi sebagai berikut :

a) Sistematika, redakasi dan ketatabahasaan program supaya mengacu kepada tata penulisan yang baku agar Program Bimbingan Kelompok

Dengan Teknik Pemainan Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa

dapat dipahami oleh siswa, wali kelas dan konselor/ guru bk di sekolah. b) Program Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Pemainan Untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa agar disinergikan dengan program bimbingan dan konseling di sekolah.

c) Struktur program dan satuan layanan yang digunakan agar disesuaikan dengan rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur sekolah ; tujuan yang hendak dicapai, gunakan standar kompetensi kemandirian siswa, strategi, isi dan jenis layanan bimbingan digunakan istilah action plan.


(31)

d) Penggunaan jenis permainan agar benar-benar relevan dengan tujuan program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.

Selain dilakukan uji rasional program dari para pakar bimbingan dan konseling, selanjutnya dilakukan pengujian keterbacaan program yang bertujuan agar naskah program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa dapat dipahami dengan baik oleh pengguna program yakni konselor sekolah. Selain itu, pengujian keterbacaan program merupakan proses untuk menginventarisasi masukan bagi perbaikan program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.

Pelaksanaan pengujian keterbacaan program melibatkan dua orang konselor yang berkualifikasi pendidikan sarjana bimbingan dan konseling yakni Ibu Dian Anita dan Ibu Ucu Juliana. Setelah melalui tahap pengujian keterbacaan program maka, dihasilkan program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa, sebagai berikut :

Program bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku sosial siswa di dalamnya mencangkup : rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan program, komponen program, rencana operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan kegiatan layanan dan evaluasi program.

b. Analisis Empirik

Analisis empirik dilakukan guna mendapatkan ketepatan data awal pada sebuah program yang telah dirancang, dan selanjutnya dari hasil pengujian secara


(32)

empirik, hasil tersebut digunakan sebagai formula atau pembanding dalam melakukan pengujian selanjutnya pada sebuah program yang telah di rancang kepada siswa. Adapun langkah yang dilakukan sebagai berikut :

1) Pre Tes dan Post Tes

Pelaksanaan pre tes berfungsi untuk mengetahui sejauh mana gambaran kemampuan perilaku prososial siswa melalui koesioner perilaku sosial. Sedangkan post tes dimaksudkan untuk mengetahui hasil peningkatan perilaku prososial siswa setelah diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.

Gambaran efektivitas program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS 17.0 :

Tabel 3.4

Hasil Uji Statistik Sampel

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

PosttestEksperimenKontrol N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor

Posttest Eksperimen 31 209.16 8.726 1.567

Posttest Kontrol 31 198.97 10.294 1.849

Berdasarkan hasil deskripsi statistik di atas diketahui bahwa rata-rata skor post test eksperimen lebih besar dari skor post tes control. Hal tersebut sementara merupakan sesuatu yang diharapkan, namun berikut hasil uji t dari keduanya.


(33)

Tabel 3.5

Hasil Uji Independen Sampel Tes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference F Sig.

Lower Upper

Skor Equal variances assumed

.642 .426 4.206 60 .000 10.194 2.424 5.345 15.042

Equal variances not assumed

4.206 58.433 .000 10.194 2.424 5.345 15.042

Dari tabel 3.5 di atas tampak bahwa asumsi kedua varians sama besar adalah signifikan karena memiliki nilai p < 0,05. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa hasil skor rata-rata kelompok eksperimen yang mengikuti layanan bimbingan kelompok melalui teknik permainan lebih baik dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok melalui teknik permainan. Berdasarkan hasil tersebut, maka bimbingan kelompok melalui teknik permainan efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.

Langkah berikutnya untuk menguji hipotesis adalah dengan membandingkan skor gain terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil perhitungan yang diperoleh adalah sebagai berikut :


(34)

Tabel 3.6

Hasil Group Statistik Gain

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Jenis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Gain

Eksperimen 31 30.52 7.628 1.370

Kontrol 31 22.97 9.397 1.688

Hasil skor rata-rata gain bimbingan kelompok melalui teknik permainan adalah (30,52) dengan standar deviasi (7,628), sedangkan hasil skor rata-rata tes gain bimbingan kelompok yang tidak menggunakan teknik permainan adalah (22,97) dengan standar deviasi (9,397). Hasil ini memperlihatkan bahwa skor rata-rata kelompok eksperimen yang diberikan teknik permainan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.

Tabel 3.11

Hasil Uji Independen Sampel Tes Skor Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference F Sig.

Lower Upper

Skor Equal variances assumed

2.375 .129 3.472 60 .001 7.548 2.174 3.200 11.897

Equal variances not assumed


(35)

Karena hasil Levene’s Test pada Tabel 3.7 menyatakan bahwa asumsi kedua varians sama besar (equal variance assumed) terpenuhi, maka selanjutnya dengan menggunakan uji-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed) untuk terhadap yang memberikan hasil t = 3,472 dengan derajat kebebasan 57,568 dan p-value (2-tailed) = 0.001. karena hasil p-value = 0.001 labih kecil dari = 0.05, maka ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gain skor

dari kelompok eksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok melalui teknik permainan lebih baik dibandingkan dengan gain skor kelompok kontrol yang tidak menggunakan bimbingan kelompok melalui teknik permainan. Hasil skor gain ini memperlihatkan bahwa bimbingan kelompok melalui teknik permainan efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.

2) Jurnal Siswa

Pengumpulan jurnal yang dilakukan peneliti kepada siswa digunakan sebagai proses evaluasi setelah pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok melalui teknik permainan berlangsung. Melalui jurnal yang telah disebar, peneliti dapat mengetahui sejauh mana perkembangan siswa setelah pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.

Dari hasil jurnal siswa diketahui bagaimana aktivitas siswa dari awal hingga berakhirnya kegiatan. Dalam kegiatan, siswa melakukan dan mengikuti segala bentuk peraturan yang ada, dari bagaimana siswa mengungkapkan perasaan senangnya ketika mengikuti kegiatan, dan merefleksikan segala bentuk


(36)

pengalaman yang diperoleh selama kegiatan, sehingga siswa mampu memetik sebuah hikmah dan pengalaman dari kegiatan permainan yang telah dilakukannya. 3) Observasi

Observasi sebagai alat kontrol atau penilaian terhadap tingkah laku atau kegiatan yang diamati. Melalui observasi ini dapat mengetahui bagaimana tingkah laku siswa setelah diberikan perlakuan. Pada penelitian ini observasi untuk siswa dilakukan bersama-sama dengan guru BK, tujuan observasi adalah untuk mengetahui apakah bimbingan kelompok melalui teknik permainan yang dilakukan dapat meningkatkan prilaku sosial siswa secara efektif.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti dan guru bk bahwa terlihat tingkat pemahaman tentang pentingnya mengembangkan perilaku sosial ke arah perilaku sosial positif, hal tersebut terlihat pada bagaimana suasana kelas mulai sedikit kondusif, adanya penghargaan ketika proses belajar dan pembelajaran dikelas seperti halnya dalam berdiskusi, mulai munculnya sikap kepedulian antar sesama seperti menjenguk seorang teman yang sakit, dan tampak pada saat kegiatan bimbingan kelompok tampak adanya perilaku kerjasama diantara siswa pada saat bemain gambar beruntun, dalam permainan kekurangan dan kelebihan yang dilakukan, siswa mampu menunjukan sikap menghargai dan berempati terhadap teman ketika teman sedang mengutarakan kekurang dan kelebihan pada dirinya dan orang lain.

Penemuan tersebut mendapat dukungan dan respon baik oleh guru bk di sekolah bahwa perilaku sosial siswa tampak terjadi perubahan, dimana siswa sudah memulai tertib di dalam kelas, seperti halnya ketika proses pembelajaran berlangsung siswa masuk kelas tepat waktu, mulai berucap maaf atau mengakui


(37)

kesalahan dan munculnya sikap untuk memberikan apersiasi kepada teman yang berhasil atau berprestasi.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial dapat dikembangkan melalui bimbingan kelompok melalui teknik permainan karena permainan merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, melalui permainan siswa akan mendapatkan kebebasan berekpresi, kegembiraan, dan dalam suasana kegembiraan tersebut siswa dapat terangsang, termotivasi, terdorong untuk berperilaku, melatih kepekaan dan empati, melatih kemampuan otak, mengembangkan rasa percaya diri. Selain itu permainan juga dapat meningkatkan kreaitifitas, meningkatkan respon terhadap hal-hal baru, melatih untuk menyelesaikan atau mengatasi konflik, sarana untuk bersosialisasi dan melatih fungsi mental seperti berfikir, berkhayal, mengingat atau menegakan disiplin dengan menaati peraturan-peraturan dalam games.

4. Metode Analisis Data

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner perilaku sosial. Kuesioner tersebut diberikan dua kali, yaitu pertama pada pre-tes (sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan), kedua post-tes (sesudah pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan). Selanjutnya skor yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan pola t-tes. Dengan mendapatkan hasil perhitungan t-tes tersebut, didapatkan simpulan hipotesis. Gambaran hipotesisnya adalah : Ho.= Efektifitas Bimbingan Kelompok

melalui Teknik Permainan tidak efektif untuk meningkatkan perilaku sosial siswa, Ha.= Efektifitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik Permainan efektif untuk


(38)

meningkatkan perilaku sosial siswa. Dengan melihat pernyataan hipotesis tersebut, maka kriteria dasar pengambilan keputusannya adalah : 1) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima; dan 2) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tampilan rumus t-test untuk menguji hipotesis I dan II

yaitu :

t =

n Sd

X X

/

2

1

(Santoso, 2000 : 104) Keterangan : X1 = Pretest

X2 = Postest

Sd = Standar deviasi n = Jumlah data

5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Adapun prosedur/ langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pengurusan ijin penelitian

Peneliti mengajukan permohonan mengadakan penelitian di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Singaraja kepada Kepala Sekolah SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.

b. Pemberian kuesioner awal (Pre-test)

Kuesioner awal (pre test) diberikan kepada kelompok sampling yakni satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol sebelum treatmen mulai diberikan. Kuesioner prilaku sosial ini terdiri dari kuesioner prilaku sosial berdasarkan penilaian diri sendiri sesuai dengan butir-butir item yang sudah di siapkan.


(39)

c. Pemberian Treatment

Setelah kuesioner awal telah dilaksanakan, selanjutnya kelompok eksperimen diberikan treatmen/ perlakuan dalam hal ini layanan bimbingan kelompok melalui teknik permainan sesuai dengan prosedur perlakuan yang sudah disusun. Program ini di rancang dengan 7 kali kegiatan, dan sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan perlakuan secara konvensional.

d. Pemberian Kuesioner (post-test)

Kedua kelompok dalam hal ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kembali diberikan kuesioner setelah tretmen diberikan kepada kelompok eksperimen dan akan terlihat setelah di analisis apakah skor yang diperoleh tersebut sama dengan hasil perolehan skor pada pre test.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan metode untuk memecahkan masalah. Metode dapat dipahami sebagai bentuk strategi, langkah-langkah atau cara yang ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode dengan desain penelitian eksperimen (experimental

reaserch). Yang dimaksud dengan penelitian eksperimental adalah penelitian yang

dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) tertentu terhadap subjek penelitian yang bersangkutan. (Agung, 2001 : 17) Perlakuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Efektifitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik Permainan. Pengkondisian prilaku siswa hanya sebesar yang dapat dikontrol secara kuasi dan menghindari kontrol yang murni (pure exsperiment) sehingga kontrol terhadap perilaku siswa tidak terlalu ketat. Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (kuasi exsperiment).

Penelitian ini dirancang menggunakan model “Pre-Postest-kontrol group design. (Fraenkel & wallen dalam Suarni, 2004). Desain penelitiannya dapat

digambarkan sebagai berikut :

Tabel. 3.1 Rancangan Penelitian

Kelompok Tes Awal

(Pretest) Perlakuan

Tes Akhir (Posttest)

Eksperimen Y0 X1 Y1


(41)

Keterangan :

Y0 : Pemberian tes awal (pre-test) pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol sebelum dimulai eksperimen.

Y1 : Pemberian tes akhir (post-test) pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol setelah pertemuan terakhir eksperimen.

X1 : Perlakuan/efektifitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik

Permainan kepada kelompok eksperimen. - : Tidak diberi perlakuan/eksperimen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2008 : 117) wilayah generalisasi yang terdiri dari atas : obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/subyek itu. Populasi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Adapun populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas X SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung tahun ajaran 2010/2011. Adapun jumlah kelas sebagaimana berikut :


(42)

Kelas Jumlah XC

XF XA XB XD

31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa

Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka sampel penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik random sampling. Menurut Kartono Kartini (1996 : 137) teknik ini menggunakan cara pengambilan/pemilihan sampel secara pilihan random, sembarangan tanpa pilih bulu. Rancangan penentuan sampel ini menggunakan tehnik undian, yang mana SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung memiliki 7 kelas, lalu kedelapan kelas tersebut diundi untuk menentukan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Adapun langkah-langkah pengundian sebagai berikut :

1. Pada semua kelompok/ kelas yang menjadi anggota/ bagian dari populasi diberikan kode-kode bilangan.

2. Kode-kode tersebut dituliskan pada kertas-kertas lembaran kecil-kecil, masing-masing digulung dengan baik, lalu dimasukan kedalam satu kotak/tempat yang tertutup.

3. Kertas gulungan tersebut dikocok dengan baik sehingga kertas gulungan tersebut jatuh. Kertas yang jatuh/ muncul itulah dipakai sebagai sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan sebanyak sampel yang diperlukan.


(43)

Kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan dan sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah bimbingan kelompok melalui teknik permainan sebagai variabel bebas (independent variable) dan perilaku sosial sebagai variabel terikat (dependent variable). Bimbingan kelompok melalui teknik permainan sebagai variabel bebas disebut juga variabel eksperimen atau perlakuan (treatment), yaitu sejumlah gejala yang sengaja ditimbulkan atau dirubah atau dikenakan atau diberikan kepada kelompok eksperimen. Perlakuan ini merupakan sebab yang hendak diobservasi atau diamati pengaruhnya pada subjek penelitian. Perilaku sosial sebagai variabel terikat merupakan sebagai akaibat dari perlakuan yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan akan diteliti perubahannya. Devinisi operasional variabel seperti berikut.

Pertama, perilaku sosial adalah tingkah laku atau respon yang dilakukan

dalam interaksi antar individu dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Perilaku sosial terjadi sekarang. Perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku prososial sebagaimana diungkap Rydell dan Bohlin (1997 : 829) menyatakan, perilaku sosial yang diharapkan adalah perilaku prososial yang menyangkut apek : kedermawanan (generocity), empati (emphaty), penanganan konflik (conflict hendling) dan kejujuran (honesty), serta aspek sosial (social


(44)

Pengukuran perilaku sosial siswa sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan kuesioner skala Likert.

Kedua, bimbingan kelompok melalui teknik permainan adalah proses

pemberian bantuan kepada klien dengan seting kelompok, yang pelaksanaannya menggunakan teknik permainan.

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang perilaku sosial siswa. Untuk memperoleh data tersebut, dalam penelitian ini digunakan instrumen kuesioner perilaku prososial skala Likert baik itu pada pre-test dan

post-test.

2. Instrumen Penelitian

Secara umum pengembangan instrumen melalui tahap-tahap berikut. (a) merumuskan pengukuran butir pernyataan, (b) menyusun kisi-kisi instrumen, (c) melakukan uji kesahihan butir. Ketiga langkah ini dijelaskan sebagai berikut.

a. Pengukuran Butir Pernyataan

Untuk mengukur perilaku sosial siswa, digunakan skala sikap pola Likert dengan lima rentangan jawaban secara bertingkat, yaitu : sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Dimana skor bergerak dari skor satu sampai dengan lima. Pada pernyataan yang positif, responden yang menjawab Selalu (SL) diberi skor 5, Sering (SR) diberi skor 4, Kadang-kadang (KK) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 2, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 1. Bila pernyataan negatif, maka


(45)

penskoran sebaliknya yaitu : responden yang menjawab Selalu (SL) diberi skor 1, Sering (SR) diberi skor 2, Kadang-kadang (KK) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 4, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 5.

b. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen

Sebelum merumuskan butir-butir pernyataan kuesioner, yang dibuat terlebih dahulu adalah kisi-kisi kuesioner. Kisi-kisi kuisioner berisikan variabel yang akan diukur, indikator, nomor butir untuk tiap-tiap indikator, dan nomor butir untuk pernyataan positif dan negatif untuk tiap-tiap indikator.

Kuesioner perilaku yang dimaksud menyangkut kedermawanan (generocity), empati (empty), penanganan konflik (conflict hendling) dan kejujuran (honesty), serta aspek sosial (social initiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial. Adapun kisi-kisi kuesioner sebelum diujicobakan disajikan dalam tabel berikut :

Tebel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial

Variabel Aspek indikator Nomor Butir

- + Perilaku sosial (prososial) Kedermawanan adalah kesadaran untuk memberi bantuan kepada orang lain

1. Memberi bantuan barang

2. Memberi bantuan jasa 3. Mementingkan

kepentingan orang lain 2 7,8,10 1,3,4, 5 6,9,11 4 1 6 Empati adalah kemampuan untuk memahami perasan orang lain

1. Memahami perasaan teman

2. Memberikan perhatian kepada teman

3. Memahami bahasa non verbal diri dan orang lain 13 18,19,22 25 12,14,15 16,17 20,21,23 24,26,27 4 8 4


(46)

adalah kemampuan untuk menangani sebuah pertentangan

Memberi solusi saat konflik

Kejujuran adalah berkata dan bersikap sesuai dengan kenyataan

1. Mengatakan sesuatu tanpa rekayasa 2. Mengakui kesalahan

dan memberi apresiasi positif 35 42,44 32,33,34 36,40 37,38,39, 41,43 3 2 8

Sosial Inisiatif adalah kemampuan memulai interaksi dengan orang lain

1. Memulai percakapan 2. Menyatakan pendapat

47 48,50,51, 53,54 45,46 49,52 3 7

Jumlah 21 33 54

c. Uji Validitas Isi dan Konstruk Instrument

Dalam proses analisis validasi isi kuesioner perilaku sosial ini langsung dikonsultasikan pada 3 orang pakar/judgest dengan format analsis yang sudah disediakan. Penilaian terhadap kuesioner ini dilakukan oleh tiga orang pakar (judgest), yaitu orang yang memiliki spesialis dalam bidang penyusunan instrumen/kuesioner yakni Bapak Syamsu Yusuf, Bapak Budi Susetyo dan Bapak Mubiar Agustin. Penilaian ini dilakukan untuk menentukan validitas isi (content validity) dari kuesioner perilaku sosial yang telah disusun. Validitas isi adalah validitas yang ditentukan oleh derajat representativitas butir-butir tes yang telah disusun mewakili keseluruhan materi yang hendak diukur tersebut. Instrumen tersebut dinyatakan valid setelah dianalisis oleh ketiga pakar tersebut dan dinyatakan untuk bisa dijadikan sebagai instrumen penelitian untuk diuji di lapangan sebelum disebarkan pada subjek penelitian.


(47)

d. Uji Validitas Instrumen

Pengujian validitas butir dilakukan dengan program excel, kriteria butir soal dalam kategori valid adalah jika nilai hitung r > nilai tabel r, pada taraf signifikansi 5%, dan kreteria butir soal kategori drop (tidak valid) adalah jika nilai hitung r < nilai tabel r. Rekapitulasi hasil pengujian validitas dapat dibuat seperti tampak pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Hasil uji coba Validitas Instrumen Perilaku sosial No Item Nilai Hitung r Nilai Tabel r Tafsir

1 0.374 0.355 valid

2 0.487 0.355 valid

3 0.385 0.355 valid

4 0.36 0.355 valid

5 0.294 0.355 tidak valid

6 0.294 0.355 tidak valid

7 0.07 0.355 tidak valid

8 0.407 0.355 valid

9 0.17 0.355 tidak valid

10 0.464 0.355 valid

11 0.389 0.355 valid

12 0.417 0.355 valid

13 0.413 0.355 valid

14 0.48 0.355 valid

15 0.439 0.355 valid

16 0.56 0.355 valid

17 0.377 0.355 valid

18 0.401 0.355 valid

19 0.412 0.355 valid

20 0.02 0.355 tidak valid

21 0.07 0.355 tidak valid

22 0.428 0.355 valid

23 0.399 0.355 valid

24 0.364 0.355 valid

25 0.371 0.355 valid

26 0.378 0.355 valid


(48)

28 0.504 0.355 valid

29 0.635 0.355 valid

30 0.721 0.355 valid

31 0.371 0.355 valid

32 0.371 0.355 valid

33 0.621 0.355 valid

34 0.496 0.355 valid

35 0.543 0.355 valid

36 0.592 0.355 valid

37 0.592 0.355 valid

38 0.477 0.355 valid

39 0.649 0.355 valid

40 0.341 0.355 tidak valid

41 0.416 0.355 valid

42 0.01 0.355 tidak valid

43 0.118 0.355 tidak valid

44 0.52 0.355 valid

45 0.579 0.355 valid

46 0.127 0.355 tidak valid

47 0.673 0.355 valid

48 0.603 0.355 valid

49 0.376 0.355 valid

50 0.551 0.355 valid

51 0.194 0.355 tidak valid

52 0.419 0.355 valid

53 0.407 0.355 valid

54 0.413 0.355 valid

55 0.694 0.355 valid

56 0.38 0.355 valid

57 0.405 0.355 valid

58 0.443 0.355 valid

59 0.535 0.355 valid

60 0.39 0.355 valid

61 0.429 0.355 valid

62 0.435 0.355 valid

63 0.243 0.355 tidak valid

64 0.42 0.355 valid


(49)

Berdasarkan perhitungan tersebut, dari 65 butir pernyataan perilaku sosial terdapat 53 butir pernyataan valid dan 12 butir pernyataan gugur sebagaimana berikut :

Valid Tidak Valid

1,2,3,4,8,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34 35,36,37,38,39,41,44,45,47,48,49,50,52 53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,64,65

5,6,7,9,20,21,40,42,43,46,51,63

e. Uji Reliablitas Instrumen

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dalam Sambas Ali, dkk (2009 : 37).

Analisis Reliabilitas Instrumen penelitian ini menggunakan teknik

Alpha Cronbach yang dianalisis dengan Program excel :.





2

2 11

1

1

t i

x

k

k

r

Sumber : Sambas Ali, dkk (2009 : 38). Keterangan :

r 11 = Reliabilitas Instryumen/ koefisien alfa

k = Banyaknya Butir Soal

2

i

= Jumlah Variansi Butir

2

t

 = Variansi Total N = Jumlah Responden


(50)

Dalam menguji reliabilitas perumusan hipotesisnya adalah : Ha =

Skor butir berkolerasi positif dengan faktornya, dan Ho = Skor butir tidak

berkorelasi positif dengan faktornya. Dasar pengambilan keputusannya adalah : Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. Ha diterima, (jika r Alpha > r tabel tapi bertanda negatif,

Ha tetap akan ditolak) dan Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka

butir atau variabel tersebut tidak reliabel. Ha ditolak, nilai table r dapat

dilihat pada a = 5% dan db = n – 2.

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan program excel, diketahui k = 65,

i2= 62,33, t2 = 617,59 dan didapatkan nilai koefisien alpha sebesar 0,912, dan nilai tabel r adalah 0,335. Dengan demikian nilai hitung alpha lebih besar dari nilai table r atau 0,912 > 0,355. Artinya instrumen angket dinyatakan reliabel dan dapat dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.

f. Uji Normalitas

Pada penelitian ini diupayakan pengujian normalitas sebaran data. Uji normalitas adalah dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan cara membandingkan nilai

Kolmogorov-Smirnov dan Probabilitas dengan nilai signifikannya adalah

0,05. Dengan dasar pengambilan keputusan bahwa : P dari koefesien K-S > 0,05, maka data berdistribusi normal, dan P dari koefesien K-S < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Perhitungan dalam pengujian


(51)

normalitas sebaran data ini menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.

3. Uji Validasi Program

Uji validasi program dilakukan untuk mendapat ketepatan pada perencanaan dan pelaksanaan program yang telah dirancang baik secara rasional maupun secara empirik.

a. Analisis Rasional

Program bimbingan kelompok melalui teknik permainan siswa disusun berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan siswa dan juga kebutuhan SMA Laboratorium (Percontohan) UPI. Untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswa tersebut dilakukan pemberian kuesioner kepada siswa. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat beberapa permasalahan dan kebutuhan yang dirasakan oleh siswa khususnya yang terkait dengan perilaku prososial.

Penyusunan program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :

1) Melakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhansiswa terkait dengan perilaku sosial siswa.

2) Melakukan peninjauan ulang terhadap program bimbingan dan konseling yang sudah ada.

3) Menyusun program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial.


(52)

4) Menguji efektivitas program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial.

Untuk memperoleh bangun dan substansi program yang teruji secara rasional konseptual, Program Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Pemainan

Untuk Meningkatkan Perilaku Sosial Siswa mendapat masukan perbaikan

program dari para pakar bimbingan dan konseling yakni Bapak Syamsu Yusuf, Bapak Mubiar Agustin dan Ibu Ipah Saripah. Komponen program yang mendapat masukan perbaikan dari ketiga pakar tersebut mencakup aspek-aspek sebagai berikut : rasional, tujuan program, integrasi program bimbingan, deskripsi kebutuhan, isi dan jenis layanan, penilaian, deskripsi kegiatan dan evaluasi.

Masukan dari para pakar, dapat diinventarisasi sebagai berikut :

a) Sistematika, redakasi dan ketatabahasaan program supaya mengacu kepada tata penulisan yang baku agar Program Bimbingan Kelompok

Dengan Teknik Pemainan Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa

dapat dipahami oleh siswa, wali kelas dan konselor/ guru bk di sekolah. b) Program Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Pemainan Untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa agar disinergikan dengan program bimbingan dan konseling di sekolah.

c) Struktur program dan satuan layanan yang digunakan agar disesuaikan dengan rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur sekolah ; tujuan yang hendak dicapai, gunakan standar kompetensi kemandirian siswa, strategi, isi dan jenis layanan bimbingan digunakan istilah action plan.


(53)

d) Penggunaan jenis permainan agar benar-benar relevan dengan tujuan program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.

Selain dilakukan uji rasional program dari para pakar bimbingan dan konseling, selanjutnya dilakukan pengujian keterbacaan program yang bertujuan agar naskah program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa dapat dipahami dengan baik oleh pengguna program yakni konselor sekolah. Selain itu, pengujian keterbacaan program merupakan proses untuk menginventarisasi masukan bagi perbaikan program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.

Pelaksanaan pengujian keterbacaan program melibatkan dua orang konselor yang berkualifikasi pendidikan sarjana bimbingan dan konseling yakni Ibu Dian Anita dan Ibu Ucu Juliana. Setelah melalui tahap pengujian keterbacaan program maka, dihasilkan program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa, sebagai berikut :

Program bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku sosial siswa di dalamnya mencangkup : rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan program, komponen program, rencana operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan kegiatan layanan dan evaluasi program.

b. Analisis Empirik

Analisis empirik dilakukan guna mendapatkan ketepatan data awal pada sebuah program yang telah dirancang, dan selanjutnya dari hasil pengujian secara


(54)

empirik, hasil tersebut digunakan sebagai formula atau pembanding dalam melakukan pengujian selanjutnya pada sebuah program yang telah di rancang kepada siswa. Adapun langkah yang dilakukan sebagai berikut :

1) Pre Tes dan Post Tes

Pelaksanaan pre tes berfungsi untuk mengetahui sejauh mana gambaran kemampuan perilaku prososial siswa melalui koesioner perilaku sosial. Sedangkan post tes dimaksudkan untuk mengetahui hasil peningkatan perilaku prososial siswa setelah diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.

Gambaran efektivitas program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS 17.0 :

Tabel 3.4

Hasil Uji Statistik Sampel

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

PosttestEksperimenKontrol N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor

Posttest Eksperimen 31 209.16 8.726 1.567

Posttest Kontrol 31 198.97 10.294 1.849

Berdasarkan hasil deskripsi statistik di atas diketahui bahwa rata-rata skor post test eksperimen lebih besar dari skor post tes control. Hal tersebut sementara merupakan sesuatu yang diharapkan, namun berikut hasil uji t dari keduanya.


(55)

Tabel 3.5

Hasil Uji Independen Sampel Tes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference F Sig.

Lower Upper

Skor Equal variances assumed

.642 .426 4.206 60 .000 10.194 2.424 5.345 15.042

Equal variances not assumed

4.206 58.433 .000 10.194 2.424 5.345 15.042

Dari tabel 3.5 di atas tampak bahwa asumsi kedua varians sama besar adalah signifikan karena memiliki nilai p < 0,05. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa hasil skor rata-rata kelompok eksperimen yang mengikuti layanan bimbingan kelompok melalui teknik permainan lebih baik dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok melalui teknik permainan. Berdasarkan hasil tersebut, maka bimbingan kelompok melalui teknik permainan efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.

Langkah berikutnya untuk menguji hipotesis adalah dengan membandingkan skor gain terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil perhitungan yang diperoleh adalah sebagai berikut :


(56)

Tabel 3.6

Hasil Group Statistik Gain

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Jenis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Gain

Eksperimen 31 30.52 7.628 1.370

Kontrol 31 22.97 9.397 1.688

Hasil skor rata-rata gain bimbingan kelompok melalui teknik permainan adalah (30,52) dengan standar deviasi (7,628), sedangkan hasil skor rata-rata tes gain bimbingan kelompok yang tidak menggunakan teknik permainan adalah (22,97) dengan standar deviasi (9,397). Hasil ini memperlihatkan bahwa skor rata-rata kelompok eksperimen yang diberikan teknik permainan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.

Tabel 3.11

Hasil Uji Independen Sampel Tes Skor Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference F Sig.

Lower Upper

Skor Equal variances assumed

2.375 .129 3.472 60 .001 7.548 2.174 3.200 11.897

Equal variances not assumed


(1)

kebebasan 46,560 dan p-value (2-tailed) = 0.000 lebih kecil dari � =0.05, maka kesimpulan yang diperoleh adalah layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan lebih efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberikan rekomendasi kepada pihak sebagai berikut :

1. Bagi Guru BK

Bagi Guru BK di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung, seyogyanya mengimplementasikan hasil penelitian di sekolah yaitu dengan melaksanakan bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial.

2. Bagi Siswa

Bagi siswa SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung, melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan siswa dapat melatih diri dalam berinteraksi, mengembangkan perilaku-perilaku positif yang bermanfaat untuk meningkatkan prilaku sosial sehingga lebih baik dalam berpenampilan diri dan mampu berinteraksi sosial baik dalam lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga.

3. Bagi Pihak Sekolah

Bagi Sekolah SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi masukan untuk menyusun program


(2)

kebijakan sekolah dalam pembinaan siswa mengembangkan perilaku prososial melalui berbagai jenis permainan sehingga kemajuan sekolah dalam penanaman budi pekerti menjadi lebih baik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan penyusun tesis dalam mengelola kegiatan penelitian baik dalam bentuk materi maupun non materi. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk :

a. Membandingkan gambaran umum perilaku prososial siswa SMA pada setiap jenjang kelas, gender, demografis sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan menyeluruh.

b. Menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam untuk meneliti perilaku prososial siswa pada setiap jenjang pendidikan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, dkk. (1998). Efektivitas Bermain Peran Sebagai Model Bimbingan Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Berkemampuan Unggul. (hasil penelitian). Bandung : IKIP

Asfandiyar, Andi Y. (2009). Kenapa Guru Harus Kreatif. Bandung : Mizan.

Agung. (2001). Statistika Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BPPLSP) Regional II Jaya Giri Bandung. (2004). Panduan Pengembangan APE PAUD Bersumber Lingkungan Sekitar. Bandung : Depdiknas.

Carr, W & Kemmis, S. (1989). Being Critical : Education, Knowledge, and Action Research. London : Cambridge University.

Danel, Bar-tal. (1976). Personal Behavioral Theory and Reaserch. Hamisphere Publishing Corporation : Washington DC.

Dantes, Nyoman. (2007). Metodelogi Penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Dayaksini dan Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Gunawan, Agung. (2008). Bimbingan Komunikasi Melalui Picture Exchange Communication System Dalam Upaya Meningkatkan Komunikasi Anak Autis. Tesis. UPI.

Goleman, Daniel. (2003). Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gregory, Robert. J. (2000). Psykological Testing History, Principles and Application.

Boston: Allyn and Bacon.


(4)

Hermawati, Susari D. (2009). Implementasi Kegiatan Outbound Dalam Upaya Pembentukan Perilaku Sosial dan Emosional Anak Usia Dini. Tesis. Bandung : tidak diterbitkan.

Hurlock, Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.

Jajang. (2004). Program Bimbingan Bagi Pengembangan Kemampuan Sosial anak TK Melalui Pendekatan Bermain Kelompok. Tesis : Pasca UPI

Kartadinata, Sunaryo. (2000). Pendidikan Untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia Bermutu Memasuki Abad XXI, Implikasi Bimbingannya. Bandung : FIP UPI.

Machfoedz, dkk. (2005). Metodelogi Penelitian (Bidang Kesehatan, Keperawatan Dan Kepribadian). Yogyakarta : F Trmaya.

Martini, O. (2004). Pengembangan Program Bimbingan Perkembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini di Kelompok Bermain. Tesis Magister pada Program Studi PLS Pascasarjana UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Mastiningsih, Nyoman. (2005). Pengaruh Program Pengembangan Pribadi Terhadap Peningkatan Kemampuan Memahami Diri Dan Berprilaku Sosial. Tesis. IKIP Negeri Singaraja.

Muro & Kottman. (1995). Guidance Counseling In The Elementrary and Middle Schools. Iowa : Brown & Benchmark Publisher.

Munir Baderel. (2001). Dinamika Kelompok (Penerapan dalam Laboratorium Ilmu Perilaku). Universitas Sriwijaya.

Natawijaya Rochman. (2009). Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung : Rizqi.

Nurhisan, J. (2004). Manajement Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta : Grasindo.

Prayitno dan Erman Amti. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.


(5)

Rusmana, Nandang. (2009). Permainan (Game & Playing). Bandung : Rizki

. (2009). Konseling Kelompok Bagi Anak Berpengalaman Traumatis. Bandung: Rizki

Rydell, A.,M., Hagekul, B & Bohlin, G. (1997). Measurment of Two Social Competence Aspect In Middle Childroon. Journal of Development Psychology, vol 33, No 05, 824-833. America Psycology Association.

Saripah, Ipah. (2005). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak (studi pengembangan terhadap bimbingan para pengasuh dan kemampuan perilaku prososial anak di TPA Babakan Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pangalengan, Kab. Bandung). Tesis : Pasca UPI

Sarlito Wirawan, S. (2002). Psikologi Sosial (Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial). Jakarta : Balai Pustaka.

Sears David. O, et-al. (1991). Psikologi Sosial (Alih Bahasa Michael Adriyanto). Jakarta : Erlangga.

Seniati, dkk. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta : PT. Indeks.

Suanthara Nengah. (2005). Kontribusi Pola Asuh Orang Tua, Konsep diri, Harga Diri, dan Pribadi Mandiri Dalam Kaitannya Dengan Prilaku Sosial. Tesis. IKIP Negeri Singaraja.

Subrata. (2004). Studi tentang Lingkungan dan Motivasi Kerja dalam Kaitannya dengan Sikap Wiraswasta serta Pengaruhnya terhadap Produktivitas Kerja Para Pengrajin di Daerah Kawasan Wisata Kabupaten Gianyar. Tesis. IKIP Negeri Singaraja.

Sudarwan Danim. (2004). Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Acuan Dasar Bagi Mahasiswa Program Sarjana dan Peneliti Pemula. Jakarta : Bumi Aksara. Suherman. (2008). Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling. Jurusan PPB UPI. Sukmadinata, S N. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek


(6)

Sutrisno, Hadi. (2005). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi.

Syaodih, E & Agustin, M. (2008). Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.

Tarsidi, Didi. (2002). Kompetensi Sosial Anak Tunanetra. Tesis. Bandung : Tidak diterbitkan.

Thantawy. (1993). Kamus Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Economics Student’s Group.

UU RI NO. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara. Walgito, Bimo. (2001). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta : Andi. Wiley John & Sons. (1976). Prosocial Behavior. Printed in The United of America. Wilson Kate, dkk. (1992). Play Therapy A Non-directive Approach For Children and

Adolescents. Tokyo : Baillere Tindal.

Wingkel, W. S & Hastuti Sri, M. M. (2006). Bimbingan dan Konseling di Instuti Pendidikan.Yogyakarta : Media Abadi.

Yusuf Syamsu dan Nurhisan Juntika. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offest.

Yustiana, Yusi R. (1999). Pengalaman Belajar Awal Yang Bermakna Bagi Anak Melalui Aktivitas Bermain. Tesis. Bandung : tidak diterbitkan.

http ://www. Pusdiklatwas.bpkp. go. Id/20010/03/15. http://yardinoctora.wordpress.com/2010/03/15/. http://dunia-narkoba.blogspot.com/2009/03/.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SYMBOLIC MODELING DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA : Studi Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015.

1 6 48

EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BABANUKI DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA DASAR BAHASA JEPANG (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas X SMA Percontohan Laboratorium UPI Tahun Ajaran 2014-2015).

4 6 33

Konseling Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Empati : penelitian eksperimen kuasi terhadap siswa kelas VII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.

1 4 26

EFEKTIVITAS TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN SELF ESTEEM SISWA : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 6 57

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN MISSING LETTER TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSAKATA DASAR BAHASA JEPANG : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X SMA Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2013/2014.

0 3 42

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 43

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENANGANI PERILAKU BULLYING : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

1 7 44

PROGRAM BIMBINGAN MELALUI PERMAINAN KREASI PLASTISIN UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK : Studi Eksperimen Semu pada Peserta Didik Kelas III SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

3 6 70

EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA: Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung Tahun Ajaran 2010/2011.

0 1 47

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA SMA: Penelitian Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Tahun Ajaran 2010/2011.

4 18 122