Peran guru IPA/Fisika dalam upaya untuk mempersiapkan karier siswa dalam bidang IPA/Fisika : studi kasus pada 5 guru Fisika SMA di Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Dion Paskalis Kopong Belolo.2015. Peran Guru IPA/Fisika dalam Upaya Untuk Mempersiapkan Karier Siswa dalam Bidang IPA/Fisika: (Studi Kasus Pada 5 Guru Fisika SMA Di Yogyakarta). Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatatif yang bertujuan untuk mengetahui (1) sejauh mana kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam Bidang IPA/Fisika, (2) sejauh mana pemahaman guru fisika mengenai karakteristik IPA/Fisika, dan (3) cara guru fisika mempersiapkan karier siswa melalui pengajaran di jurusan IPA/Fisika.

Penelitian ini dilaksanakan pada 4 SMA di kota Yogyakarta pada bulan Maret-April 2015. Subyek penelitian ini adalah 5 guru fisika yang mengajar di jurusan IPA. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah pertanyaan wawancara.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) rata-rata guru fisika memiliki kesadaran yang cukup tinggi bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam bidang IPA/Fisika, (2) rata-rata guru fisika memahami karakteristik IPA/Fisika dimana pemahaman guru fisika lebih menekankan pada aspek pengetahuan, dan (3) cara guru fisika mempersiapkan karier siswa melalui pengajaran di jurusan IPA/Fisika dengan cara mengembangkan keterampilan proses sains kepada siswa yaitu melalui kegiatan laboratorium.


(2)

ABSTRACT

Dion Paskalis Kopong Belolo. 2015. The Role of Science/Physics Teacher in Preparing Students’ Career in Physics (A Case Study towards Five High-School Physic Teachers in Yogyakarta).

This is a descriptive-qualitative study that aimed to determine (1) the extent of teacher awareness that Science/Physics class majoring, which were chosen by students, aimed to help them preparing on having a career in Science/Physics, (2) the extent of to which teachers understand the characteristics of Physics, and (3) the way Physics teachers prepare students' career through teaching in Physics class.

The research was conducted in four High Schools of Yogyakarta since March up to April 2015. The subjects of this study were five Physics teachers who teach in department of IPA. In this study, the instruments used were the questions of interview.

The results of this study are (1) an average of Physics teachers have a fairly high awareness that Science majors chosen by students aimed to help them preparing on having a career in Science/Physics, (2) an average of Physics teachers understand the characteristics of IPA/Physics which emphasized on the aspect of knowledge, and (3) the way Physics teachers prepare students’ career through teaching in Science/Physics major classes is

by developing students’ science process skills through laboratory activities.


(3)

i

PERAN GURU IPA/FISIKA DALAM UPAYA UNTUK

MEMPERSIAPKAN KARIER SISWA DALAM BIDANG IPA/FISIKA

(STUDI KASUS PADA 5 GURU FISIKA SMA DI YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

DION PASKALIS KOPONG BELOLO

NIM: 111424025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“INDAH PADA WAKTUNYA”

Kupersembahkan karyaku ini untuk:

1. Kedua orangtuaku tercinta (Amak Ludofikus Lebu Raya Lamanepa no’o Inak Yuliana Deran Manuk). 2. Kakak dan adik-adikku yang terkasih (ka Siska

Puhugelong, ka Elias Lamanepa, Ina Boi Lamanepa, & Simon Lamanepa).

3. Kekasih hatiku, Erlin Lasar.

4. Keluarga Bpk. Dominikus Ola Rotok di Tarakan. 5. Tadon Adonara dan suku Lewo Lamanepa. 6. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2011. 7. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma.


(7)

(8)

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yesus

Kristus dan kepada Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga

penulis mampu menyelesaikan skrispi yang berjudul “Peran Guru IPA/Fisika

dalam Upaya untuk Mempersiapkan Karier Siswa Dalam Bidang IPA/Fisika

(Studi Kasus Pada 5 Guru Fisika SMA di Yogyakarta”. Penulisan skripsi ini

bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pendidikan di Program Studi

Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari

peran serta berbagai pihak yang mendukung dan membantu sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatna, M.Sc, Ph.D., selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma

dan Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,

motivasi, dan koreksi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan

lancar.

3. Bapak Dr. M. Andi Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan JPMIPA

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan


(10)

Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing penulis masa pendidikan.

5. Kedua Orangtuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa dan

motivasi selama penulis menempuh pendidikan.

6. Keluarga Bapak Dominikus Ola Rotok yang telah mendukung penulis

dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan studi.

7. Kakak dan adik-adikku tercinta; Elias Lamanepa, Ina Boy Lamanepa, dan

Simon Lamanepa yang telah mendoakan penulis dalam menjalankan studi.

8. Kakak Fransiska Benga Ola, yang selalu memberikan semangat dan

inspirasi yang luar biasa buat penulis selama di bangku kuliah.

9. Kekasih hatiku, Erlin Lasar, yang selalu selalu menyemangati dan

mendoakan serta membantu penulis dalam menyelesaikan studi.

10.Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah

membagikan ilmu dan wawasannya.

11.Ibu Esti, Ibu Tari, Pak Jumadi, Pak Gampang dan Pak Tono yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk menjadi subyek penelitian bagi penulis.

12.Kelompok penelitian; Veronika Niken, Perry Surya, dan Eri Pratama atas

kebersamaan, bantuan, dan berbagi ilmu selama penyusunan skrispi ini.

13.Teman-teman Pendidikan Fisika 2011 atas kebersamaan dan cerita yang

kita alami untuk berjuang menyelesaikan studi di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

14.Sahabatku, Hendrikus Hendra Knoba, yang telah membantu penulis


(11)

ix

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian

skripsi ini sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca pada

khususnya serta ilmu pengetahuan pada umumnya.

Salam hangat


(12)

ABSTRAK

Dion Paskalis Kopong Belolo.2015. Peran Guru IPA/Fisika dalam Upaya Untuk Mempersiapkan Karier Siswa dalam Bidang IPA/Fisika: (Studi Kasus Pada 5 Guru Fisika SMA Di Yogyakarta). Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatatif yang bertujuan untuk mengetahui (1) sejauh mana kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam Bidang IPA/Fisika, (2) sejauh mana pemahaman guru fisika mengenai karakteristik IPA/Fisika, dan (3) cara guru fisika mempersiapkan karier siswa melalui pengajaran di jurusan IPA/Fisika.

Penelitian ini dilaksanakan pada 4 SMA di kota Yogyakarta pada bulan Maret-April 2015. Subyek penelitian ini adalah 5 guru fisika yang mengajar di jurusan IPA. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah pertanyaan wawancara.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) rata-rata guru fisika memiliki kesadaran yang cukup tinggi bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam bidang IPA/Fisika, (2) rata-rata guru fisika memahami karakteristik IPA/Fisika dimana pemahaman guru fisika lebih menekankan pada aspek pengetahuan, dan (3) cara guru fisika mempersiapkan karier siswa melalui pengajaran di jurusan IPA/Fisika dengan cara mengembangkan keterampilan proses sains kepada siswa yaitu melalui kegiatan laboratorium.


(13)

xi

ABSTRACT

Dion Paskalis Kopong Belolo. 2015. The Role of Science/Physics Teacher in

Preparing Students’ Career in Physics (A Case Study towards Five High-School Physic Teachers in Yogyakarta).

This is a descriptive-qualitative study that aimed to determine (1) the extent of teacher awareness that Science/Physics class majoring, which were chosen by students, aimed to help them preparing on having a career in Science/Physics, (2) the extent of to which teachers understand the characteristics of Physics, and (3) the way Physics teachers prepare students' career through teaching in Physics class.

The research was conducted in four High Schools of Yogyakarta since March up to April 2015. The subjects of this study were five Physics teachers who teach in department of IPA. In this study, the instruments used were the questions of interview.

The results of this study are (1) an average of Physics teachers have a fairly high awareness that Science majors chosen by students aimed to help them preparing on having a career in Science/Physics, (2) an average of Physics teachers understand the characteristics of IPA/Physics which emphasized on the aspect of knowledge, and (3) the way Physics teachers prepare students’ career through teaching in Science/Physics major classes is by developing students’ science process skills through laboratory activities.


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PEGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3


(15)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Pembelajaran IPA/Fisika ... 5

B. Pengajaran Untuk Siswa ynag Memilih Jurusan IPA/Fisika ... 8

C. Peran Guru IPA/Fisika dalam Membangun Minat Siswa dalam Mempersiapkan Karier dalam Bidang IPA ... 13

1. Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk berkarier dalam Bidang IPA/Fisika ... 13

2. Guru memahami karakteristik yang membuat IPA/Fisika berbeda ... 15

3. Guru harus mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa ... 17

D. Persepsi Guru terhadap Siswa yang telah Memilih Jurusan IPA ... 17

E. Bimbingan Karier yang Dilakukan oleh Guru Fisika ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

C. Subyek Penelitian ... 24

D. Variabel Penelitian ... 24

E. Desain Penelitian ... 24

1. Kegiatan Penelitian ... 24

2. Pengumpulan Data ... 25

F. Instrumen Penelitian ... 25


(16)

H. Analisis Data ... 28

BAB IV DATA, ANALISIS DATA ... 30

A. Pelaksanaan Penelitian ... 30

B. Deskripsi Guru ... 31

C. Data Penelitian ... 33

D. Analisis Data ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63


(17)

xv

DAFTAR TABEL

4.1. Daftar Pelaksanaan Penelitian ... 31

4.2. Kesadaran Guru bahwa Jurusan IPA/Fisika yang Dipilih oleh Siswa

Bertujuan untuk Mepersiapkan Siswa Berkarier dalam Bidang IPA/Fisika ... 43

4.3. Pemahaman Guru mengenai Karakteristik yang Membuat IPA/Fisika

Berbeda ... 49

4.4. Cara Guru Mengembangkan Keterampilan Proses Sains atau Kerja Ilmiah


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Izin Penelitian ... 65

Lampiran a. SMAN 6 dan SMAN 9 Yogyakarta ... 65

Lampiran b. SMA PIRI 1 Yogyakarta ... 67

Lampiran c. SMA IMMANUEL Yogyakarta ... 68

Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ... 69

Lampiran d. SMAN 6 Yogyakarta ... 69

Lampiran e. SMAN 9 Yogyakarta ... 70

Lampiran f. SMA PIRI 1 Yogyakarta ... 71

Lampiran g. SMA IMMANUEL Yogyakarta ... 72

Pedoman wawancara ... 73

Lampiran h. Pedoman wawancara Guru ... 73

Contoh hasil wawancara ... 74


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya mengelola kegiatan belajar mengajar fisika kiranya

ada sebuah pertanyaan yang bisa kita lontarkan, yakni iklim baru yang

bagaimana dalam pengajaran fisika dengan mempertimbangkan penalaran

yang dituntut dalam ilmu pengetahuan alam (fisika).

Dalam pemikiran modern selalu dikatakan bahwa imu pengetahuan

tugasnya adalah merumuskan hukum-hukum yang bersifat umum dan

mutlak. Namun dalam pengajaran yang dipentingkan adalah bagaimana

hukum ilmiah serupa itu terbentuk.

Menurut R. Rohandi (Sumaji, 1998: 113), untuk membahas

hakekat IPA, diperlukan sebuah kajian kritis. Ini tentu saja membawa

konsekuensi pada cara pandang orang dalam menanggapi dan menghayati

IPA. Akibat cara pandang orang dalam (guru), mengenai apa itu IPA,

dalam lingkup yang sempit, akan membawa warna pada pembelajaran

yang diterapkan manakala guru melakukan aktivitas bersama anak dalam

pembelajaran sains. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model


(20)

terlepas dari materi apa yang akan diajarkan. Ini sering disebut dengan

Hidden curriculum (Cross dalam sumaji dkk, 1998:13).

Oleh karena cara pandang guru tentang IPA sangat mempengaruhi

model pembelajaran IPA, maka untuk proses pembelajaran di jurusan IPA,

dalam hal ini mata pelajaran fisika, guru seharusnya menyadari bahwa

jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu akan memberikan kontribusi

terhadap karier siswa di masa depan. Apabila hal ini tidak disadari oleh

guru maka kemungkinan besar guru hanya akan membekali materi kepada

siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada. Guru IPA (fisika) harus

menyadari juga apa yang membedakan mengajar/membelajarkan IPA

(fisika) dengan mengajar ilmu lain, misalnya bahasa atau IPS.

Karakteristik apa yang membuat IPA berbeda, dan mengapa guru-guru

IPA mesti memahami karakterisitik tersebut. Apabila guru IPA sudah

menyadari dan memahami hal ini, maka guru dapat membantu siswa

mempersiapkan kariernya ke depan lewat proses belajar yang sesuai

dengan karakteristik IPA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah guru fisika kelas XI menyadari bahwa jurusan IPA yang

dipilih oleh siswa itu punya kepentingan tertentu yang berkaitan


(21)

2. Apakah guru fisika kelas XI menyadari karakteristik apa yang

membuat IPA (fisika) berbeda?

3. Bagaimana cara guru fisika kelas dalam membantu siswa

mempersiapkan kariernya ke depan lewat pengajaran yang sesuai

dengan karakteristik IPA?

C. Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui rumusan masalah di atas, maka tujuan yang

akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana kesadaran guru fisika kelas XI bahwa

jurusan IPA yang dipilih oleh siswa sesungguhnya memiliki

kepentingan tertentu yang berkaitan dengan karier siswa ke depannya.

2. Untuk mengetahui sejauh mana guru fisika kelas XI menyadari dan

memahami karakteristik apa yang membuat IPA (fisika) berbeda.

3. Untuk mengetahui sejauh mana cara guru fisika kelas dalam

membantu siswa mempersiapkan kariernya ke depan lewat pengajaran

yang sesuai dengan karakteristik IPA.

D. Manfaat Penelitian:

Setelah memperoleh jawaban atas masalah yang dirumuskan di

atas maka, diharapkan penelitian ini berguna untuk :

1. Dunia pendidikan, sebagai bahan masukan yang penting dalam

meningkatkan mutu, khususnya dalam hal ini proses belajar-mengajar


(22)

2. Guru fisika, sebagai bahan masukan agar dapat membantu

mempersiapkan karir siswa lewat proses belajar mengajar.

3. Peneliti, sebagai informasi yang mendukung ketika peneliti terjun ke

lapangan.

4. Para peneliti lain kelak, sebagai bahan pertimbangan jika melakukan

penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini dalam ruang


(23)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran IPA-Fisika

Pembelajaran fisika tidak akan lepas dari hakekat fisika. Fisika

merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains). Oleh karena itu,

hakekat fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakekat sains. Menurut

Zen dalam Sumaji dkk (1998: 161), sains adalah suatu eksplorasi ke alam

materi berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan-hubungan

alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta bersifat

mampu menguji diri sendiri. Dawson dalam Sumaji dkk (1998: 161)

menyatakan bahwa sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh

manusia yang termotifasi oleh keingintahuan akan alam di sekelilingnya

dan keinginan memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi

kebutuhan. Sains merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan

kita merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pendidikan sains

seharusnya bukan saja berguna bagi anak dalam kehidupannya, melainkan

juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan kehidupan yang akan

datang. Menurut Orlich dalam Sumaji dkk (1998: 117), bahwa suatu ciri

pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar kumpulan yang


(24)

belajar sains bukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan

aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan

berbagai nilai. Menurut R. Rohandi (Sumaji, 1998: 113), pembelajaran

sains (fisika) tidak lain merupakan proses konstruksi pengetahuan melalui

aktivitas berfikir anak. Dalam keadaan ini anak diberi kesempatan untuk

mengembangkan pengetahuannya secara mandiri melalui proses

komunikasi yang menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan

pengetahuan yang akan atau harus ditemukannya. Pembelajaran fisika

seharusnya lebih menekankan pada proses kegiatan yang dialami siswa

melalui interaksi dengan lingkungan dalam menguasai konsep fisika

melalui penerapan aktivitas siswa itu sendiri.

Terdapat dua aspek penting dalam sains yaitu proses sains dan

produk sains. Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk

sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau

metode pembelajaran yang salah satunya melalui kegiatan demonstrasi dan

praktik. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan demonstrasi, siswa

memperoleh penjelasan tentang konsep yang abstrak. Melalui kegiatan

praktik, siswa melakukan olah pikir dan tangan. Fisika merupakan

pengetahuan tentang alam, sehingga dalam pembelajarannya harus

mempertimbangkan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Salah satu

pendekatan yang sesuai dalam pembelajaran fisika yaitu kerja

laboratorium. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran yang menggunakan


(25)

praktikum, siswa akan langsung berinteraksi dengan alam dan siswa dapat

memperoleh konsep fisika yang dipelajarinya melalui kegiatan eksperimen

tersebut.

Sumaji (1998: 121) mengemukakan beberapa aspek penting yang

dapat diperhatikan dalam memberdayakan peserta didik melalui

pembelajaran IPA (fisika) sebagai berikut:

a. Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan

pembelajaran, siswa telah memiliki berbagai konsepsi,

pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari.

b. Aktivitas siswa melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam

menjadi hal yang utama dalam pembelajaran IPA (fisika).

c. Dalam setiap pembelajaran IPA (fisika), kegiatan bertanya baik

guru maupun siswa menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi

bagian utama dalam pembelajaran.

d. Berkaitan dengan kegiatan bertanya bagi peserta didik, pertanyaan

“mengapa” menjadi hal yang fundamental dalam IPA (fisika).

Kemampuan peserta didik untuk memberi penjelasan tentang

kemengapaan fenomena alam akan sangat berguna dalam

memahami suatu masalah.

Berdasarkan beberapa hal di atas, dalam belajar IPA (fisika)

peserta didik lebih dilibatkan secara aktif dengan tujuan untuk


(26)

kondisi seperti ini akan mampu menjadikan anak berdaya, yang sangat

berperan penting dalam kehidupan mereka sehari-hari

B. Pengajaran Untuk Siswa yang Memilih Jurusan IPA (Fisika)

Pengajaran fisika di kelas sebelum penjurusan dan sesudah

penjurusan tentu akan sedikit berbeda. Perbedaan yang paling mendasar

terletak pada jumlah jam pelajaran. Jumlah jam pelajaran fisika di jurusan

IPA akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jam pelajaran fisika

pada kelas yang belum dijuruskan. Dilihat dari segi siswanya, dapat

dikatakan bahwa siswa yang telah memilih jurusan IPA akan lebih siap

untuk menerima pengajaran di jurusan IPA. Dengan melihat kondisi ini,

maka guru fisika yang mengajar di jurusan IPA harus memperhatikan

pengajaran untuk siswa yang telah memilih jurusan IPA.

Menurut Suryawan (1989), mengajar fisika hanya dengan ceramah

sebenarnya bukanlah mengajar fisika, melainkan sekedar mengenalkan

fisika. Kegiatan laboratorium hendaknya dimasukkan dalam kegiatan

intrakurikuler (wajib, bukan sekedar penunjang), karena kegiatan

laboratorium adalah inti pengajaran fisika.

Laboratorium fisika adalah suatu tempat untuk melakukan

percobaan dan penelitian. Laboratorium fisika pada umumnya berupa

ruangan tertutup, tetapi dapat juga berupa ruangan terbuka.

Ditinjau dari tujuan dan fungsi pengajaran fisika di SMA serta


(27)

sebagai tempat mengadakan percobaan dan penelitian sangat dibutuhkan

dan memegang peranan penting (essensial). Di lain pihak hasil penelitian

psikologi kependidikan menunjukkan bahwa banyak siswa SMA bahkan

mahasiswa yang belum berkembang cara berpikir formalnya. Ternyata

pola berpikir konkrit masih banyak digunakan secara luas. Dalam kaitan

inilah laboratorium fisika di SMA semakin terasa dibutuhkan, karena

melalui laboratorium beserta alatnya dapat diperoleh pengalaman langsung

dan dapat menampilkan obyek/benda konkrit dalam pengajaran fisika.

Menurut Suryawan (1989), ditinjau dari pendekatan dan metode

pengajaran fisika sesuai dengan hakekat fisika, peranan laboratorium

sangat penting dan sangat menunjang. Sebagaimana diketahui dalam

perkembangan fisika, peranan laboratorium bagi para ilmuwan dalam

menghasilkan produk/ilmu sangat dominan. Dengan demikian diharapkan

dan selalu ditekankan agar melalui kegiatan laboratorium, peran siswa

dalam proses belajar mengajar mempunyai porsi yang tinggi sehingga

dapat diharapkan kemampuan siswa, baik kognitif, afektif, maupun

psikomotorik dapat berkembang secara lebih baik. Dalam pengajaran

fisika ditekankan tiga metode pokok dalam keseluruhan proses belajar

mengajar, yaitu: metode eskperimen, metode demonstrasi dan metode

diskusi informasi. Dua metode yang disebut terdahulu, di samping juga

metode yang ketiga sangat membutuhkan adanya laboratorium serta


(28)

Ilmu Pengetahuan Alam (fisika) merupakan himpunan

pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang diperoleh dan

dikembangkan dengan metode ilmiah seperti observasi, klasifikasi,

eksperimen, dsb. Dengan alasan ini pengajaran fisika tidak hanya

menekankan pada perolehan produk/hasil (penguasaan konsep) tetapi juga

proses perolehan produk/hasil tersebut. Mengajar dengan pendekatan

keterampilan proses berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menghayati fisika yang sebenarnya, yaitu yang menyangkut:

1. hasil ilmu,

2. proses berpikir atau penemuan, dan

3. sikap ilmiah.

Keterampilan proses dalam fisika mencakup keterampilan proses dasar

dan keterampilan proses lanjutan.

Sebagai salah satu sarana dalam pengajaran fisika, laboratorium

fisika dapat digunakan untuk menunjang/mengefektifkan kegiatan belajar

mengajar fisika di dalam kelas. Tetapi sebaliknya, kegiatan kelas dapat

pula diusahakan agar menunjang kegiatan laboratorium. Agar

laboratorium dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya tentulah

harus dilakukan pengelolaan yang baik. Kondisi laboratorium itu sendiri

juga menentukan. Penjagaan keamanan, pemeliharaan, pengaturan jadwal

pemakaian, penetapan peraturan dan tata tertib harus dilakukan.

Laboratorium fisika harus didesain sedemikian rupa agar memungkinkan


(29)

Menurut Suryawan (1989), di samping yang sudah disebutkan di

atas, dalam rangka mengoptimalkan penggunaan laboratorium perlu

diambil langkah-langkah:

1. Guru.

Guru harus dibekali keterampilan dan ditingkatkan kemampuannya

dalam menggunakan alat-alat laboratorium fisika. Di samping itu

faktor kemauan dari guru itu sendiri untuk terus belajar harus ada,

sehingga guru dapat cakap dan terampil dalam mengelola dan

mempersiapkan kegiatan-kegiatan laboratorium.

2. Siswa.

Kemauan dan kesadaran dari siswa harus ada dan perlu terus

ditingkatkan. Di samping pemberian keterampilan/kecakapan dalam

menggunakan alat-alat laboratorium fisika, peningkatan motivasi siswa

untuk belajar memahami fisika dengan proses berfikir ilmiah melalui

bantuan laboratorium juga harus terus ditingkatkan.

3. Petugas laboratorium.

Petugas laboratorium hendaklah mempunyai dan terus

mengembangkan pengetahuan/pemahaman tentang alat-alat

laboratorium

4. Fasilitas.

Walaupun disadari bahwa fasilitas/alat-alat laboratorium tidak mutlak

harus canggih (hasil teknologi), namun akan lebih baik lagi seandainya


(30)

itu pemilihan alat-alat yang relevan tentu sangat menunjang

pendayagunaan laboratorium fisika.

5. Metode.

Untuk lebih mendayagunakan atau mengoptimalkan pengunaan

laboratorium, maka metode yang dapat digunakan adalah

a. Metode experiment. Sering disebut metode laboratorium.

b. Metode demonstrasi. Model pembelajaran dengan demonstrasi

diartikan sebagai model mengajar dengan pendekatan visual

agar siswa mengamati proses, informasi, perisitiwa, dan alat

dalam pelajaran fisika.

c. Widya wisata/karya wisata (Field Trip). Mengajar dengan

wisata artinya guru mengajar para siswa untuk belajar fisika

bukan di ruang kelas, tetapi mereka diajak pergi ke tempat

wisata yang mengandung nilai fisika atau saintifik.

d. Pameran karya fisika. Yang dimaksud dengan karya fisika

adalah karya siswa entah pribadi atau kelompok, yang memang

ditugaskan guru untuk dibuat, dan setelah selesai karya-karya

itu akan dipamerkan untuk umum, untuk siswa sekolah lain,

untuk orang tua, dan juga peminat pendidikan.

e. Pemanfaatan laboratorium untuk kegiatan Karya Ilmiah

Remaja (KIR), khususnya yang berkaitan dengan fisika.


(31)

Perencanaan kegiatan laboratorium hendaknya dilakukan secermat dan

setepat mungkin sehingga dengan waktu yang tersedia dapat

dilaksanakan kegiatan-kegiatan laboratorium dengan baik.

C. Peran Guru IPA/Fisika dalam Membangun Minat Siswa dalam Mempersiapkan Karier dalam Bidang IPA

Untuk membangun minat siswa dalam mempersiapkan karier siswa

dalam bidang IPA, guru diharapkan memahami beberapa aspek selain

materi fisika yang diajarkan. Aspek-aspek tersebut antara lain:

1. Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk berkarier dalam Bidang IPA/Fisika.

Dengan menyadari bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh

siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk dapat berkarier di

bidang IPA/Fisika, guru diharapkan mampu secara optimal

mengembangkan peserta didik dengan tidak hanya sebagai pembelajar,

melainkan juga sebagai pembimbing peserta didik dalam mengenal

dirinya dan lingkungannya. Dengan kesadaran ini guru berusaha

membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang

dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan

melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan

ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu

yang mandiri dan produktif. Kesadaran guru akan hal ini juga


(32)

Kompetensi Mata Pelajaran, dimana di sana dijelaskan 5 tujuan mata

pelajaran fisika di SMA antara lain:

a. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari

keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran

Tuhan Yang Maha Esa.

b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis

dan dapat bekerjasama dengan orang lain.

c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah,

mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang

dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan

menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan

secara lisan dan tertulis.

d. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah,

mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang

dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan

menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan

secara lisan dan tertulis.

e. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai

keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri

sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang

lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan


(33)

2. Guru memahami karakteristik yang membuat IPA/Fisika berbeda dilihat dari hakekat IPA/Fisika itu sendiri.

Bidang ilmu sosial atau IPS dapat diartikan dengan

“penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji

masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif

sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi,

sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi

sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains

merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode

tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku

secara universal”. selain itu IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang

diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu

dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan,

penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya

kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.

Cara memahami karakteristik IPA/fisika dengan memahami

hakekat dari sains itu sendiri. Karena fisika merupakan bagian dari

sains, maka hakekat fisika dapat dilihat dari hakekat sains. Perhatikan

definisi-definisi sains berikut ini.

Science is a problem solving activity conducted by humans who are motivated by a curiosity about the world around them and a desire to understand that world, or by a desire to manipulate the world in


(34)

order to satisfy other wants or needs, or by both of these. (Dawson dalam Severinus, 2013)

Science is not just a collection of laws, a catalogue of facts, it is a creation of human mind with its freely invented ideas and concepts. Physical theories try to form a picture of reality and to establish its connentions with the wide world of sense impressions.

(Einstein & Infield 1938 dalam Severinus, 2013)

Science is

a) Body of knowledge b) Method

c) Way of knowing, or the values and beliefs inherent to scientific knowledge and its development (Ledermann, Norman, dalam severinus, 2013)

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sains

termasuk di dalamnya fisika, memiliki tiga aspek yaitu (1) aspek

pengetahuan, (2) aspek proses, (3) aspek sikap.

Aspek pengetahuan.

Fisika sebagai body of knowledge berisi fakta, konsep, prinsip,

hukum dan teori. Ini adalah produk ilmiah dari fisika.

Aspek proses.

Fisika sebagai proses ilmiah berisi keterampilan proses ilmiah

yang harus dilaksanakan untuk menghasilkan produk ilmiah. Ini

dikenal sebagai metode ilmiah (scientific method) yang berisi

langkah-langkah merumuskan masalah, menyusun hipotesis, melakukan

eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik

kesimpulan.

Aspek sikap.

Dalam melaksanan proses ilmiah, seorang fisikawan didorong


(35)

skeptis atau selalu minta bukti, terbuka terhadap pendapat lain, jujur,

obyektif, setia pada data, teliti, kerjasama, dan tidak mudah menyerah.

3. Guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa.

Semiawan (1985) mengidentifikasi empat alasan yang

melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam

kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Alasan pertama, perkembangan

ilmu pengetahuan semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru

mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Alasan kedua,

para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah

memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan

contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan

situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempratekkan sendiri upaya

penemuan konsep melalui perlakuan terhadap pernyataan fisik, melalui

penanganan benda-benda yang bersifat nyata. Alasan ketiga,

penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus

persen, penemuan bersifat relatif. Alasan keempat, dalam proses

belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan

dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

D. Persepsi Guru terhadap Siwa yang telah Memilih Jurusan IPA

Pengindraan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh


(36)

di situ saja. Pada umumnya stimulus tersebut diteruskan ke syaraf otak

sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses

persepsi. Proses pengindraan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu

menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera

merupakan penghubung antara individu dengan dunia luar (Woodworth

dan Marquis dalam Bimo Walgito, 1991:53). Persepsi adalah proses

pemberian arti oleh seseorang kepada berbagai rangsangan atau stimulus

yang diterimanya (Hiam dan Schewe, 1994:212). Mengutip Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1990:675), persepsi diartikan sebagai suatu tanggapan

(penerimaan langsung atau proses seseorang mengetahui beberapa hal

melalui pancaindra. Semua orang sangat mudah melakukan perbuatan

melihat, mendengar, membaui atau mencium, merasakan dan menyentuh,

yaitu proses-proses yang sudah semestinya ada. Namun, informasi yang

datang dari organ-organ indera kiranya perlu terlebih dahulu

diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti, proses ini

dinamakan persepsi/ perception (Soenardi, 1988:83)

Menurut Purwantini dan Purwanti (2007) menyatakan bahwa

persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan

menginterpretasikan rangsangan dari luar/lingkungan melalui panca indera

sehingga individu mengerti dan menyadari apa yang ditangkap oleh

inderanya.

Dalam hal ini, persepsi merupakan proses pemahaman,


(37)

proses pembelajaran di jurusan IPA. Guru fisika harus menyadari dan

memahami bahwa siswa yang telah memilih jurusan IPA karena

mempunyai kepentingan tertentu, yaitu karier yang akan digeluti di masa

depan, yang berkaitan dengan jurusan IPA. Sehingga dengan pandangan

ini guru mengupayakan pengajaran yang menuntun siswa untuk lebih

mengenal dirinya.

E. Bimbingan Karier yang Dilakukan oleh Guru Fisika

Masa remaja merupakan masa pembentukan identitas. Identitas

karier merupakan bagian dari identitas diri yang dibentuk pada masa

remaja. Identitas karier adalah jalur pekerjaan atau karier yang ingin

ditekuni di masa depan (Santrock, 2013). Untuk dapat menemukan

identitas karier, remaja perlu menempuh proses perkembangan karier dan

mencapai kematangan karier.

Karier itu sendiri didefinisikan sebagai gabungan dan rangkaian

peran yang dijalani individu dalam kehidupannya (Super, 1980). Menurut

Greenhauss, Callanan dan Godshalk dalam wirastari dkk (2013), karier

merupakan pola pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan dalam

sepanjang hidup individu. Selanjutnya, Arnold dalam Wirastari (2013)

menjelaskan bahwa pengalaman dalam pekerjaan juga berkaitan dengan

posisi, peranan, dan aktivitas yang mendukung proses kerja individu.

Pendidikan, kegiatan hobi, peran keluarga dan tugas rumah tangga juga

dapat mendukung proses bekerja, meskipun hal-hal tersebut tidak


(38)

Berdasarkan definisi dari para ahli tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa karier merupakan peran dan pengalaman individu,

baik yang berkaitan langsung dengan pekerjaan maupun yang tidak

langsung mendukung pekerjaan yang ditekuni dalam kehidupannya.

Setelah diperoleh pemahaman tentang pengertian karier, maka

akan dikemukakan tentang pengertian bimbingan karier. Bimbingan karier

lebih menitikberatkan kepada perencanaan kehidupan, yang terlebih

haruslah mempertimbangkan potensi-potensi diri yang dimilikinya serta

lingkungan sekitar agar mereka memperoleh dan memiliki pandangan

yang cukup luas dari pengaruh terhadap berbagai peranan positif yang

layak dilaksanakan dalam masyarakat.

Menurut pengertian Donald E. Super dalam Sukardi (1987: 21-22),

bimbingan karier memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya:

a. Bimbingan karier adalah merupakan suatu proses yang bertujuan untuk

membantu individu menumbuhkan gambaran dirinya.

b. Bimbingan karier adalah suatu bantuan layanan untuk membantu

individu menumbuhkan dan menerima peranan yang dilakukannya

dalam dunia kerja.

c. Bimbingan karier adalah suatu bentuk layanan bimbingan yang

bertujuan membantu individu memperoleh kesempatan untuk mencoba


(39)

d. Bimbingan karier adalah suatu bentuk layanan bimbingan yang

bertujuan untuk membantu individu memperoleh gambaran dirinya

dalam dunia kerja.

Dari defenisi di atas, disimpulkan bahwa bimbingan karier tidak

semata-mata hanya dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling

melainkan guru mata pelajaran dalam hal ini guru fisika juga ikut terlibat

dalam mengarahkan siswa mencapai karier yang diinginkannya.

Bimbingan karier yang dilakukan oleh guru fisika menekankan pada

penyelenggaraan pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, atau dengan

kata lain guru fisika membantu siswa untuk memperoleh gambaran diri

siswa lewat proses belajar mengajar. Guru fisika mendidik, mengajar,

mengarahkan, melatih, dan membimbing siswa lewat proses pengajaran

yang dilakukan. Ini merupakan cara yang dilakukan oleh guru untuk


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam sebuah penelitian sangat erat hubungannya dengan suatu

metode, karena penggunaan metode dalam penelitian harus disesuaikan

dengan permasalahan dan tujuan yang akan dikaji. Keberhasilan dalam

sebuah penelitian tidak terlepas dari suatu metode yang digunakan dalam

pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data. Dalam penelitian ini

metode yang digunakan adalah studi deskriptif yang sifatnya penelitian

kualitatif.

Riset kualitatif mempunyai setting alamiah sebagai sumber

langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci. Peneliti terlibat

langsung dalam sekolah atau tempat yang diteliti. Insight peneliti menjadi

dasar analisis. Konteks penelitian sangat penting karena anggapannya

adalah sesuatu hal dapat dimengerti lebih baik dalam konteksnya.

Anggapan dasar lain: tingkah laku manusia dipengaruhi oleh setting di

mana hal itu terjadi.

Riset kualitatif bersifat deskriptif. Data dikumpulkan dalam bentuk

kata-kata, gambar, keadaan, daripada bilangan. Termasuk data adalah

transkrip interview, fieldnotes, foto, videotapes, dokumen pribadi dan


(41)

kekayaannya sedekat mungkin, dengan bentuk-bentuk data yang terekam.

Anggapannya: semuanya punya andil dalam menjelaskan apa yang sedang

dipelajari. Informasi dan pengungkapan detail sangat penting dalam riset

kualitatif; bukan hanya kesimpulan atau rangkuman.

Penelitian kualitatif lebih tertarik pada proses daripada hasil akhir.

Strategi kualitatif menekankan bagaimana harapan-harapan diterjemahkan

dalam kegiatan-kegiatan, prosedur dan interaksi setiap hari.

Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif.

Tidak mencari data/bukti untuk membuktikan atau tidak membuktikan

hipotesis yang dipunyai sebelumnya; tetapi lebih mengabstraksikan hal-hal

yang khusus. Meaning atau makna merupakan perhatian utama bagi

pendekatan kualitatif. Maka peneliti boleh terus bertanya, apa maksud dari

data-data itu (Paul Suparno ,2010: 153-154).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitan dilakukuan di beberapa SMA di Yogyakarta. Adapun

SMA-SMA tersebut yakni: SMA K, SMA L, SMA M, dan SMA N.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 Tahun


(42)

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru fisika kelas XI di 4 sekolah yang

berbeda dimana keempat sekolah tersebut semuanya berada di

Yogyakarta. Keempat sekolah tersebut dalam penelitian ini disimbolkan

atau diberi inisial. Keempat sekolah ini adalah sekolah K, sekolah L,

sekolah M, dan sekolah N. Guru fisika kelas XI yang menjadi subyek

penelitian karena ruang lingkup penelitian ini adalah penjurusan, dimana

guru kelas XI sangat berperan penting pada tingkat ini. Alasan lain yang

mendasari adalah peneliti berasal dari jurusan pendidikan fisika.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabelnya adalah persepsi guru fisika kelas

XI mengenai siswa yang telah memilih jurusan IPA.

E. Desain Penelitian 1. Kegiatan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan mencari sekolah-sekolah yang bisa

menerima penelitian di semester genap tahun ajaran 2014/2015. Dari

kegiatan awal ini diperoleh dua sekolah negeri dan dua sekolah swasta.

Setelah pihak sekolah mengizinkan untuk diadakan penelitian maka,

langkah selanjutnya adalah berkoordinasi dengan guru fisika kelas XI

untuk memberikan gambaran tentang teknik pengambilan data dan

jadwal pengambilan data. Jadwal pengambilan data ini disepakati oleh


(43)

mengajar guru yang bersangkutan. Jadwal pengambilan data ini

disesuaikan juga antara satu sekolah dengan sekolah yang lain

sehingga menghindari adanya jadwal yang bertabrakan.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen

wawancara. Wawancara yang dilakukan bersifat terstruktur dengan

adanya pedoman wawancara. Dari jawaban hasil wawancara bersama

guru fiska kelax IX bisa menghasilkan pertanyaan tambahan untuk

mendapatkan data yang lebih lengkap. Data tentang informasi

mengenai persepsi guru fisika kelas IX dari tiap sekolah yang

diperoleh kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil

dan kesimpulan dari penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumentasi adalah seluruh proses untuk mengumpulkan data.

Termasuk di dalamnya bagaimana memilih atau mendesain instrumen dan

menentukan keadaan agar instrumen itu dapat digunakan/dipraktekkan.

Maka termasuk di dalamnya: di mana data akan dikumpulkan; kapan data

akan dikumpulkan; berapa kali data akan dikumpulkan; instrumen yang

mau digunakan, dan siapa yang mengumpulkan data.

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa: tes tertulis, angket, wawancara,


(44)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa

pedoman wawancara. Pedoman wawancara tersebut dibuat sendiri oleh

peneliti.

Pedoman wawancara merupakan sebuah alat yang dapat membantu

diperolehnya informasi yang lebih akurat. Wawancara dalam pengambilan

dilakukan secara bebas terstruktur. Artinya, peneliti mempunyai pedoman

wawancara namun, dari hasil wawancara dengan narasumber bisa

diperoleh pertanyaan baru yang dapat ditanyakan pada narasumber untuk

memperkaya data yang didapatkan. Pada pedoman wawancara berisi

beberap pertanyaan terkait dengan persepsi guru fisika kelas XI mengenai

siswa yang telah memilih jurusan IPA. Adapun pedoman wawancara yang

digunakan oleh peneliti untuk pengambilan data yaitu sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran seperti apa yang guru berikan kepada siswa

setelah siswa dijuruskan ke IPA.

2. Proses pembelajaran yang guru berikan kepada siswa apakah

sesuai dengan kebutuhan siswa (memperhatikan karir/cita-cita

siswa dan faktor lainnya atau hanya sesuai tuntutan sekolah) atau

tidak.

3. Pada saat mengajar, guru hanya memperhatikan materi fisika yang

harus dikuasai atau dimiliki siswa saja atau ada hal lain.

4. Guru memperhatikan atau tidak karier atau cita-cita pekerjaan yang


(45)

5. Cara guru fisika yang mengajar di kelas IPA mempersiapkan karir

atau cita-cita siswa IPA kelak.

6. Guru menyadari atau tidak bahwa kelas IPA harus memiliki atau

menguasai keterampilan proses sains atau kerja ilmiah.

7. Cara guru mengimplementasikan keterampilan proses sains atau

kerja ilmiah kepada siswa dalam proses belajar.

8. Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja

ilmiah kepada siswa IPA (melalui Lab).

9. Kondisi dan kelengkapan alat-alat yang tersedia di Lab dan

seberapa sering guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan

atau pratikum di Lab.

10.Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains jika alat-alat

yang tersedia di Lab kurang lengkap atau kondisi Lab yang kurang

kondusif atau jarangnya melakukan praktikum di Lab.

G. Metode Pengumpulan Data

Metode perolehan data dalam penelitian ini menggunakan

instrumen pertanyaan untuk wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan dalam wawancara berupa pertanyaan untuk memperoleh

informasi perihal persepsi guru fisika kelas XI mengenai siswa yang telah

memilih jurusan IPA. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada


(46)

lebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara dapat berkembang

berdasarkan jawaban dari narasumber.

H. Analisis Data

Menurut Paul Suparno (2010: 121-122) analisis data sesudah

pengumpulan data adalah membuat transkrip, kategorisasi coding, dan

mekanika mengerjakan data.

Semua data yang masih belum berwujud bahasa tertulis perlu

ditranskrip ke tulisan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini data masih

dalam wujud rekaman sehingga perlu ditulis dalam bentuk tulisan.

Pengambilan data hasil wawancara memerlukan bantuan alat rekam untuk

merekam percakapan saat wawancara berlangsung. Alat rekam yang

digunakan saat pengambilan data minimal menggunakan dua alat rekam,

hal ini dilakukan untuk antisipasi jika salah satu alat rekam kurang baik

saat merekam ataupun menghindari kemungkinan kehilangan data dalam

rekaman tersebut. Adapun rekaman hasil wawancara ditulis secara

keseluruhan untuk mendapatkan data yang asli.

Data-data yang sudah ditranskrip, dibaca dengan teliti dan diberi

tanda (coding). Coding diwujdukan dalam suatu kata yang menunjukan isi

dari bagian data tertentu. Data-data yang sama Coding-nya disatukan,

sehingga peneliti menjadi tahu pola yang sering muncul. Pola yang sama

itu kemudian diberi nama dengan konsep tertentu yang disesuaikan dengan


(47)

Dalam mekanika mengerjakan data, secara sederhana, peneliti

memotong-motong data yang sudah diberi kode. Kemudian data-data yang

berkode sama disatukan. Setelah disatukan, diberi nama dengan suatu

kategori yang menyatakan isinya. Setelah itu kategori yang dekat

disatukan dalam konsep yang sama. Langkah selanjutnya peneliti

mengurutkan konsep-konsep yang ditemukan. Langkah terakhir adalah

menulis laporan secara lengkap berdasarkan konsep-konsep yang


(48)

BAB IV

DATA, ANALISIS DATA

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 tahun ajaran

2014/2015. Penelitian di empat sekolah tersebut dilaksanakan pada hari

dan tanggal yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di empat Sekolah

Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta. Agar lebih mudah dalam

menganalisis dan membahas, peneliti mengganti nama SMA dan nama

guru. Untuk SMA pertama yang diteliti diberi nama Sekolah K, Untuk

SMA kedua yang diteliti diberi nama Sekolah L, untuk SMA ketiga yang

diteliti diberi nama Sekolah M, dan untuk SMA keempat yang diteliti

diberi nama Sekolah N. Sekolah K dan Sekolah L adalah sekolah negeri,

sedangkan Sekolah M dan Sekolah N adalah sekolah swasta.

Penelitian pada keempat sekolah ini melibatkan 5 orang guru fisika

kelas IX. Pertimbangan peneliti untuk meneliti lima guru di 4 sekolah

yang berbeda adalah faktor efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Menurut

peneliti, apabila hanya meneliti satu guru saja, dirasa data yang diperoleh

belum cukup dan kurang bervariasi. Penelitian pada sekolah K melibatkan

dua guru perempuan (sebut saja Guru A dan Guru B), penelitian pada

sekolah L melibatkan seorang guru laki-laki (sebut saja Guru C),

penelitian pada sekolah M melibatkan seorang guru laki-laki (sebut saja


(49)

(sebut saja guru E). Kegiatan pengambilan data berupa wawancara dengan

kelima guru fisika kelas IX ini dilaksanakan pada waktu luang dari

masing-masing guru sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar

mengajar di kelas. Kegiatan yang dilaksanakan selama peneltian dapat

dilihat pada table berikut:

Tabel 4.1

Daftar Pelaksanaan Penelitian

No Tanggal Pelaksanaan Perlakuan 1 Kamis

26 Maret 2015 Pukul 12.30 - selesai

Wawancara dengan Guru A di sekolah K

2 Jumad

27 Maret 2015 Pukul 09.18 – selesai

Wawancara dengan Guru B disekolah K

3 Senin

30 Maret 2015 Pukul 09.41 – selesai

Wawancara dengan Guru C di sekolah L

4 Rabu

1 April 2015

Pukul 10.47 – selesai

Wawancara dengan Guru D di sekolah M

5 Kamis 9 April 2015

Pukul 12.40 – selesai

Wawancara dengan Guru E di sekolah N

B. Deskrispi Guru

Pada penelitian ini subyek yang diteliti merupakan guru SMA di

Yogyakarta. Peneliti mengambil subyek penelitian sebanyak 5 guru dari

empat sekolah yang berbeda. Dari kelima guru itu masing-masing

memiliki pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Kelima guru ini di


(50)

mana yang lebih baik antara yang satu dengan lainnya, melainkan untuk

memperbanyak pengetahuan peneliti tentang pengajaran yang dilakukan

oleh guru di jurusan IPA sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi bekal

untuk peneliti waktu mengajar nantinya. Menurut peneliti, apabila hanya

meneliti satu guru saja, dirasa data yang diperoleh belum cukup dan

kurang bervariasi. Selain itu juga untuk memudahkan peneliti dalam

menganalisis datanya. Untuk lebih jelasnya, kelima guru tersebut dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

1. Guru A

Guru A adalah seorang guru perempuan lulusan salah

satu Universitas negeri di Yogyakarta pada tahun 1989. Guru A

termasuk dalam kategori guru senior dikarenakan pengalaman

mengajar sebagai guru fisika sudah mencapi 26 tahun.

2. Guru B

Guru B adalah seorang guru perempuan lulusan salah

satu Universitas swasta di Yogyakarta pada tahun 1999.

Pengalaman mengajar sebagai guru fisika sampai saat ini sudah

mencapai 16 tahun

3. Guru C

Guru C adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu


(51)

mengajar sebagai guru fisika sampai saat ini sudah mencapi 20

tahun.

4. Guru D

Guru D adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu

Universitas negeri di Yogyakarta pada tahun 1982. Guru D

merupakan guru senior. Pengalaman mengajar sebagi guru

fisika sampai saat ini sudah mencapi 26 tahun

5. Guru E

Guru E adalah seorang guru laki-laki muda lulusan

salah satu Universitas swasta di Yogyakarta pada tahun 2014.

Sampai saat ini lama mengajar sebagai guru fisika sudah

mencapai satu setengah tahun.

C. Data Penelitian

Peneliti telah melakukan proses pengumpulan data dengan

merekam kegiatan wawancara dengan masing-masing guru. Dari data

yang diperoleh kemudian di transkrip.

D. Analisis Data

Peneliti telah melakukan penelitian kepada Guru A, Guru B, Guru

C, Guru D dan Guru E, dan mengumpulkan data-data yang diperlukan

untuk proses analisis data. Peneliti melakukan analisis data secara


(52)

Untuk mengetahui peran guru dalam membangun minat siswa

dalam mempersiapkan karier dalam bidang IPA, peneliti membagi

menjadi tiga kriteria yaitu (1) Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika

yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier

dalam bidang IPA/Fisika, (2) Pemahaman guru mengenai karakteristik

yang membuat IPA/Fisika berbeda, (3) Cara guru mengembangkan

keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa.

1. Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam Bidang IPA/Fisika.

Nama Guru

Pernyataan Analisis

Guru A “Oh ia sih menurut saya, itu heterogen ada yang memang senangnya belajar IPA artinya karena dia merasa lebih enjoy belajar IPA dari pada belajar IPS. Tapi ada juga yang tidak menutup kemungkinan, sekarang jurusan IPA kan lebih banyak mempunyai peluang untuk masuk perguruan tinggi daripada yang IPS, lebih banyak lebih luas itu sehingga mereka pilih itu. Kalau zaman sekarang orang tua kayanya ngga terlalu memaksakan anaknya tapi

hanya mendukung aja gitu

yah.Tetapi yah memang itulah rata-rata memilih jurusan IPA kalau ditanya satu per satu anak-anak yah kebanyakan karena memang pengennya, senangnya

Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan Guru A, peneliti menemukan bahwa Guru A

menyadari bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu

disebabkan karena memang siswa merasa senang untuk

belajar IPA. Namun di lain pihak guru juga menyadari

bahwa siswa mempunyai pengembangan cara berpikir

yang berbeda dimana siswa memandang jurusan IPA

yang dipilihnya itu akan mempunyai peluang lebih besar

untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya yaitu


(53)

tuh belajar IPA dari pada IPS”. [pernyataan Guru A hal 74] “Kalau harapan saya pribadi yah konsisten gitu yah sudah memilih IPA yah mestinya terus konsisten, alasannya apa dulu memilih IPA, karena saya lebih senang belajar IPA, setelah itu yah mesti harus. kalau saya menangkapnya seperti itu, tapi toh itu pilihan mereka, kita ngga ngerti yah, dalam benak

nanti mereka tidak masuk

pekerjaan yang di bidang IPA pun mesti ada. Peluang untuk masuk ke non IPA juga besar juga,tapi paling tidak menurut saya pola pikir orang IPA itu kan apapun itu tetap beda dengan orang IPS. berpikir tahap teknis habis itu ini, habis itu ini itu, mungkin dengan model pembelajaran IPA lebih besar cara seperti itu”.

[pernyataan Guru A hal 75]

“Mesti sebelum bekerja kan mereka harus anu dulu harus ke perguruan tinggi dulu kan,nah itu

kalau menurut saya kan

memangnya yang dibangun bukan cuma harus ngerti ilmunya yah tapi yang dibangun itu adalah

kecintaanya pada yang mau

ditekuni. Supaya dia tekun disitu kan dia harus cinta dulu”. “Ternyata memang ada beberapa anak itu cinta fisika sekalipun mungkin dari sisi nilai dia ngga bagus. Tapi itu saya menekankan, ibu tidak melatih kamu untuk mengejar nilainya, tapi kejarlah ilmunya fisikanya”.

Selain menyadari alasan dari siswa sendiri kenapa

memilih jurusan IPA, guru A juga mempunyai kesadaran

dan harapan untuk siswa yang telah memilih jurusan

IPA. Kesadaran yang dimiliki oleh Guru A yaitu siswa

yang telah memilih jurusan IPA akan mempunyai pola

pikir yang berbeda dengan siswa yang memilih bukan

jurusan IPA. Pola pikir yang berbeda di sini yaitu anak

memiliki pola pikir yang lebih kritis. Pola pikir kritis

anak tersebut merupakan salah satu sikap ilmiah yang

harus dimilikinya. Harapan yang dimiliki oleh Guru A

yaitu siswa yang telah memilih jurusan IPA/Fisika

nantinya akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi di bidang IPA/Fisika dan nantinya juga akan

berkarier di bidang yang sama yaitu bidang IPA/Fisika.

Guru A mempunyai kesadaran bahwa siswa yang

masuk jurusan IPA/Fisika ini nantinya akan melanjutkan

ke perguruan tinggi. Oleh sebab itu dalam pengajaran

yang dilakukan, Guru A berusaha untuk membuat siswa

mencintai fisika-nya. Guru A menyadari bahwa dalam

proses belajarnya, anak harus dibuat mencintai apa yang

sedang dan nanti dipelajari. Dengan membuat anak


(54)

“Memberikan wawasan bahwa banyak kok fisika itu tidak sekedar pelajaran fisika tapi banyak hampir semua yang ada di lingkungan kita itu semua itu butuh fisika”.

[pernyataan Guru A hal 76,77]

Peneliti: Apakah dalam proses pembelajaran itu selain motivasi ibu memberikan sesuatu di luar motivasi untuk bisa meningkatkan keterampilan mereka itu bu?

Guru A: Biasanya itu yang bisa dilakukan dalam keadaan yang terbatas yah paling hanya alat-alat lab. Ngga ada alat yang cukup yah biasanya demonstrasi gitu yah.

dan tekun dalam belajar fisika. Cara Guru A

mengembangkan kecintaan anak terhadap fisika yaitu

memberikan motivasi terhadap anak dengan cara

membuka pikiran anak bahwa segala sesuatu yang ada di

sekitar kita selalu berhubungan atau berkaitan dengan

fisika, atau secara sederhana mengkaitkan kehidupan

sehari-hari dengan fisika-nya. Guru A menyadari anak

masih memiliki proses yang lebih panjang sehingga

dengan membuat mereka mencintai ilmunya, anak akan

lebih tekun dan lebih kreatif. Hal ini ditunjukkan dengan

beberapa anak yang menurut Guru A mempunyai nilai

pelajaran fisika yang tidak begitu tinggi tapi melanjutkan

ke perguruan tinggi dengan memilih jurusan teknik

fisika. Alat ukur kemampuan seorang anak tidak hanya

diukur dari kemampuan mengerjakan soal ujian tapi

masih banyak alat ukur yang lain misalkan keterampilan

membuat alat, dimana yang ditekankan di sini adalah

kreativitas anak.

Guru A juga mempunyai kesadaran bahwa dalam

meningkatkan keterampilan anak dalam hal ini bersikap

ilmiah, tidak hanya dalam hal motivasi tetapi juga lewat


(55)

Demonstrasi artinya biar kita itu biar anak-anak itu ngga anu yah walaupun banyak yah sekarang misalnya mau merangkai itu kan sekarang udah ada animasi itu loh,cuma kan ngga lihat alatnya yang benar juga kadang bingung. [pertanyaan dan pernyataan Guru A hal 78]

keterbatasan alat maka diganti dengan demonstrasi.

Salah satu tujuan demonstrasi ini yaitu menghindari

kebingungan siswa apabila siswa tidak melihat alatnya

secara langsung melainkan lewat video animasi

pembelajaran.

Dari hasil analisis permyataan Guru A, dapat

dikatakan bahwa Guru A mempunyai kesadaran yang

tinggi bahwa siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika

akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Kesadaran

Guru A itu diimplementasikan lewat pengajaran yaitu

dengan membangun kecintaan anak terhadap ilmu fisika

dengan cara memotivasi siswa serta meningkatkan

keterampilan siswa lewat pengajaran fisika melalui

laboratorium.

Guru B “Karena di K 13 memang

diharuskan seperti itu yah. Jadi karakteristik anak itu betul-betul diperhatikan, itu kan kalau jumlah

siswanya sedikit, karena ini

kembali ke KTSP dimana jumlah siswanya banyak, tidak mungkin ibu memperhatikan kebutuhan anak satu per satu. Jadi saya global saja, rata-rata dari anak ini yang saya olah seperti itu. Jadi ngga memandang satu persatu gitu, karena kita kan terkendala waktu. Waktu mengajar efektif kan cuman sebentar, banyak liburnya padahal materi kan sudah harus selesai”.

[pernyataan Guru B hal 93]

Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan Guru B, peneliti menemukan bahwa dalam

proses belajar mengajar, Guru B mempunyai kendala

terutama dalam hal waktu. Guru B menganggap waktu

efektif untuk pembelajaran menjadi berkurang

disebabkan karena banyaknya hari libur dalam tiap

semester, padahal materi yang dituntut dalam kurikulum


(56)

“Kalau di kelas X saya tidak

mengunggul-unggulkan IPA

kalau IPA itu lebih itu ngga karena saya juga menghormati anak-anak yang bakatnya tidak di IPA tapi begitu mereka di kelas XI dan sudah jelas jurusannya IPA, saya selalu memberikan angin segar bahwa kalau di IPA itu untuk masa depan itu lebih luas jangkuannya, saya selalu memberi motivasi seperti itu. Kalian mau dimana saja bisa, bahkan mau meramba ke IPS pun bisa bahkan bersaing dengan anak IPS itu bisa, itu kelebihan kamu yang harus kalian kembangkan”. [pernyataan Guru B hal 93]

diselesaikan. Hal ini berdampak juga pada kesadaran

Guru B untuk memperhatikan kebutuhan anak yang

sudah memilih jurusan IPA. Kebutuhan tiap anak tidak

menjadi hal yang diutamakan tapi penyelesaian materi

yang menjadi hal yang lebih diutamakan. Dengan jumlah

siswa yang banyak dan waktu efektif yang sudah

berkurang karena banyaknya hari libur sementara materi

harus diselesaikan sehingga tidak memungkinkan Guru

B memperhatikan kebutuhan tiap masing-masing anak.

Kebutuhan anak diperhatikan secara umum.

Dalam pengajaran di Jurusan IPA, Guru B

memiliki pengembangan pola berpikir yang berbeda

mengenai siswa yang berada di jurusan IPA. Guru B

memiliki pandangan bahwa siswa yang di jurusan IPA

akan mempunyai peluang lebih luas untuk memasuki

dunia kerja. Hal ini disebabkan karena siswa yang telah

memilih jurusan IPA bisa bersaing dengan siswa yang

telah memilih jurusan IPS untuk merebut peluang

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

dalam bidang sosial dan nantinya akan bekerja di bidang

sosial juga.


(57)

bahwa Guru B kurang mempunyai kesadaran bahwa

siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier

dalam bidang IPA/Fisika.

Guru C “Banyak diantara mereka

mengambil itu karena kepingin kuliah di IPA yah, misalnya di teknik dan lain sebagainya. Itu bapa menyadari hal itu, karena memang sebagian besar arahnya kesana, mereka pingin ke teknik, ke dokteran dan lain sebagainya. Jadi kita berikan sesuai dengan kebutuhan sesuai kita jangan

menyimpang dari kurikulum,

silabus, RPP.”

[pernyataan Guru C hal 97]

“misalnya sebagian besar kan anak itu kan cendrung ke teknik misalnya gitu yah, yah untuk fisikanya kita tekankan pada

dinamika rotasi, kesimbangan

benda tegar itu kita kuatkan dan itu salah satu dasar dari teknik misalnya tekik sipil juga perlu,

arsitekjuga perlu, membuat

jembatan juga rumah dan

sebagainya juga perlu dasar-dasar

itu. Kemudian untuk

termodinamika misalnya, anak

Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan Guru C, peneliti menemukan bahwa, Guru C

menyadari bahwa jurusan IPA yang telah dipilih oleh

siswa itu karena siswa memiliki tujuan untuk

melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi yang

berkaitan dengan IPA/Fisika. Guru C menyadari bahwa

siswa yang mengambil jurusan IPA karena keinginan

untuk melanjutkan kuliah di bidang IPA. Dalam

pengajarannya, Guru C memberikan sesuai dengan

kebutuhan siswa itu sendiri. Kebutuhan yang dimaksud

oleh Guru C ini adalah kebutuhan yang sesuai dengan

harapan dari kurikulum yang tertuang dalam silabus dan

RPP.

Pengajaran yang dilakukan oleh Guru C dimana

sesuai dengan kebutuhan siswa ini dicontohkan dengan

memberi penekanan pada materi-materi tertentu.

Penekanan pada materi-materi tertentu ini dikarenakan

Guru C menyadari bahwa sebagian besar siswanya akan


(58)

pasti masuk kedokteran pasti juga akan kembali diberikan materi itu kaitannya dengan termodinamika suhu dan lain sebaginya pasti ada

kaitanya dengan kebutuhan

mereka selain kita juga harus memberikan materi-materi yang harus kita selipkan, penekanan penting”.

[pernyataan Guru C hal 97]

jurusan sesuai dengan materi-materi yang ditekankan

tersebut.

Dari hasil analisis pernyataan Guru C, dapat

dikatakan bahwa Guru C mempunyai kesadaran yang

tinggi bahwa siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika

akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Kesadaran

Guru C itu diimplementasikan lewat pengajaran yaitu

dengan banyak memberi penekanan-penekanan pada

materi yang yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Guru D “Jadi ada anak itu dikira

kemampuan kimianya udah

cukup, saya besok mau ke teknik kimia, waduh mas jangan kamu tidak keterima, karena apa great seseorang bisa masuk ke UGM, itu tidak hanya nilai mas, faktor yang ngga kelihatan, yang ngga kelihatan itu apa, e istilahnya apa toh tapi itu menyangkut sekolah, bukan nama baik”.

[pernyataan Guru D hal 105]

Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan Guru D, dalam pengajaran yang dilakukannya,

Guru D kadang-kadang menginformasikan kepada siswa

tentang bagaimana caranya untuk bisa lolos seleksi

masuk ke perguruan tinggi dengan melihat berbagai

macam faktor antara lain dengan melihat kondisi pribadi

atau kemampuan intelektual, dan keadaan orang tua.

Menurut Guru D, ketika siswa melanjutkan ke perguruan

tinggi negeri adalah suatu kebanggaan tersendiri dari

orang tua siswa sehingga dalam hal ini Guru D lebih

menekankan bagaimana caranya agar para siswa bisa

lolos ke perguruan tinggi negeri dengan cara memilih


(59)

menyarankan kepada siswa agar memilih jurusan tidak

hanya dengan kemampuan intelektual saja tapi lihat juga

kondisi sekolah tempat siswa itu belajar.

Dari pernyataan ini secara tidak langsung membuat

motivasi siswa menjadi menurun untuk menekuni bidang

yang disukainya. Guru D memberikan saran kepada

siswa yang menyukai bidang IPA bahwa ketika

melanjutkan ke perguruan tinggi, siswa bisa memilih

jurusan lain yang tidak terkait dengan bidang IPA.

Dari analisis pernyataan Guru D, dapat dikatakan

bahwa Guru D kurang mempunyai kesadaran bahwa

siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier

dalam bidang IPA/Fisika.

Guru E “Di lab lab dia mau belajar

sungguh-sungguh atau cuman

main-main yah nanti kelihatan disana. Kalau anak-anak yang kelihatan main-main nanti saya tegur saya suruh kerjakan ulang.” [pernyataan Guru E hal 114]

Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara,

Guru E mempunyai pandangan bahwa siswa yang

memilih jurusan IPA akan mempunyai karier di bidang

IPA. Dengan kesadaran itu Guru E memperhatikan sikap

siswa dalam tiap proses pembelajarannya. Dengan

kesadaran itu Guru E benar-benar membimbing

siswanya untuk mau belajar menekuni bidang

IPA/Fisika. Hal ini terlihat dari keseriusan Guru E dalam


(60)

“Ada hal lain ada hubungannya, paling ngga hubungannya dalam kehidupan kita sehari-hari, ada hubungannya gitu. Jadi apa yang kita pelajari nanti dihubungkan sama kejadian yang kita lakukan setiap hari misalnya contohnya simple misalnya gaya gesek, kenapa mobil itu dibuat ujungnya kaya kepala ikan, anak itu diberi gambaran seperti itu, tujuannya apa, untuk mengurangi gesekan udara, biar mobil kecepatannya bisa lebih tinggi seperti itu saya gambarkan seperti itu.”

[pernyataan Guru E hal 113]

laboratorium. Apabila ada siswa yang kurang serius

dalam melaksanakan pratikum, maka Guru E akan

meminta siwa itu untuk mengulanginya. Hal ini

dilakukan oleh Guru E dengan tujuan untuk membuat

anak lebih serius untuk menekuni bidang yang nanti di

pilih di jenjang pendidikan selanjutnya.

Dengan menyadari bahwa siswa akan berkarier di

bidang IPA/Fisika, Guru E menerapakan pembelajaran

fisika yang kontekstual dengan menghubungkan kejadian

sehari-hari yang berkaitan dengan fisika sehingga

membuat siswa termotivasi karena pembelajaran fisika

sangat dekat dengan kehidupan atau fenomena di sekitar

kita.

Dari hasil analisis pernyataan Guru E, dapat

disimpulkan bahwa Guru E memiliki kesadaran yang

tinggi bahwa siswa yang telah memilih jurusan


(1)

dulu. Bimbing dulu kasih tujuannya apa diberitahukan baru kemudian mereka percobaan mengarah kesitu baru kemudian diterangkan lewat gambarnya. Secara geometris kan digambar yah ini pembentukan bayangan seperti itu. Sebenarnya kalau teori dulu baru praktikum itu anuh yah, contoh yang mudah misalnya kita ingin menunjukan gelombang stasioner kemudian ingin menentukan cepat rambat gelombang dalam tali itu mungkin itu bisa pratikum langsung dengan LKS itu ditunjukan tapi pernah suatu saat itu kita kan praktikumnya lepas dari KBM jadi praktikum sore itu ada itu terus pas jatah praktikum perocobaan melde itu yah dia ngga ngerti pokonya asal percobaan sesuai dengan ini tapi tujuannya ngga dibaca jadi ngga bermakna gitu loh bagi dia. Nanti setelah begitu usai terus saya pasti menjelaskan itu terus saya tanyakan sudah pernah melihat gelombang stasioner

baru terus…bingung kalau gelombang stasioner tiba-tiba saya tanya seperti itu dia ngga ngerti karena ngga pernah lihat jadi percobaan melde itu gitu. Nanti setelah kita jelaskan gelombang stasioner itu terbentuk ini ini ini misalnya gitu gitu gitu. Baru nanti dia bisa jawab yang kemarin percobaan melde itu. Jadi memang harus barang itu, sampe angel to itu kalau praktikum terpisah. Lebih efisien itu kalau jumlah gurunya ngga cuman satu jadi praktikum yang satu ni alatnya gini gini nanti diselingi dengan penjelasan langsung.

Peneliti: Menurut ibu disini selama ini apakah labnya sudah standar untuk pembelajaran yang baik atau bagaimana?

Guru A: Belum, belum karena biasanya lab-lab di sekolah negeri itu kan hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah terus apalagi sekarang-sekarang ini kan tidak boleh yah menarik dana orang tua itu kan sudah sangat-sangat dibatasi, sementara kita tau alat-alat lab itu kan fisika terutama harganya mahal jadi yah menurut saya yah belum mencukupi artinya sangat terbatas banget dan sekolah kalau memenihi kan ngga cuman fisika saja ada kimia, ada biologi, mestiya yang dipenuhi dulu yang tidak terlalu mahal yah. Misalnya besic meter gitu aja, mau beli untuk 8 kelompok berarti harus beli 8 ia toh minimal, itu kalau cuman ampere meter doang kalau voltmeter, basic meter yang bisa untuk anuh yah belinya


(2)

masih kurang, mungkin kalau agak cukup itu dulu SMA 7 disini itu kan karena SMA 7 dulu untuk workshop untuk pusat pembelajaran lab itu di SMA 7. Dulu ibu soalnya ada disana 11 tahun gitu yah jadi agak tahu perbedaanya yah kalau labnya sana sama labnya sini. Saya pindah kesini pertama juga…memang sekolah riset yah tapi mereka, anak-anak itu benar-benar kreatif sendiri sementara alat-alat di sekolah tidak mendung/belum mendukung, belum bisa dikatakan memenuhi syarat sebagai sekolah atau tempat untuk memfasilitasi riset mereka jadi mereka kerja sama dengan UGM gitu biasanyauntuk pinjam alat disana. Kalau di sekolahnya sendiri malah belum tersedia. Bahakan kalau mau praktikum itu tidak bisa satu kelas 6 kelompok gitu terus tersedia 6 alat yang sama bisa. Intinya yang praktikum sore itu satu kelas beda-beda alatnya karena alatnya terbatas toh yang penting dalam satu semester bisa menyelesaikan misalnya bisa memberikan sekian gitu. Intinya semua sekolah negeri dari anak-anak yang sering saya tanya dari SMA mana-mana yang negeri yah khususnya itu yah saya tanya, belum pernah melihat. Sudah pernah melihat CRO, jawabanya belum padahal sudah kelas 12 yah. CRO tuh apa, terus saya harus memperlihatkan gambarnya kalau cara membacanya gimana yah ngga tau. Saya aja baru tau cara membaca, kalau mengoperasikan juga masih lihat-lihat petunjuknya atau coba-coba. Dari dulu sampai sekarang yah masih seperti itu.

Peneliti: Terus alat-alat lab itu kan misalkan ibu menyadari bahwa masih kurang terutama fisika. Untuk pengadaan barang-barang alat-alat lab itu sekolah dikasih jatah pertahun atau gimana Bu untuk pembelian alat-alat lab?

Guru A: Mengajukan, tapi kalau ini anuh e kalau selama saya disini 3 tahun terakhir saya disini itu anuh yah hanya mengajukan gitu kalau ada dananya yah belilah kalau ngga ada dananya yah dipending.

Peneliti: Itu ibu sudah pernah mengajukan pembeliaan alat-alat lab tapi dari

pemerintah sendiri belum…

Guru A: ooo belum itu kan harus lewat sekolah dong. Itu pun juga mungkin prosedurnya, mungkin sekolah sudah tahu prosedurnya gimana, lama atau gimana,


(3)

atau hasilnya nanti akan seperti apa mungkin sekolah tahu tapi terus terang saya ngga pernah mengorek keterangan misalnya mengajukan ke anuh terus prosedurya gimana, saya ngga tau. Yang jelas kalau mengajukan alat lab yah lewat sekolah, misalnya ada edaran yang fisika butunya apa gitu, tapi yah itu

belum tentu…

Peneliti: Pernah diedarkan ke ibu suratnya?

Guru A: Bukan surat, cuman alat-alat yang dibutuhkan Peneliti: Itu dari pemerintah yang..

Guru A: Ibu ngga tahu, itu sekolah yang urus, tapi ibu ngga pernah cari tahu gitu loh, mungkin saya kurang informasi tapi pernah.

Peneliti: Barang-barang yang selama ibu list pernah didatangkan ke sekolah? Guru A: Yah ada sih tapi ngga.. ada yah kan sesuai dengan dana mungkin yah misalnya kemarin itu beli basic meter.

Peneliti: Kalau di SMA 6 ini kan kalau alat lab itu kan dapat dari bantuan pemerintah, nah kalau buku buat siswanya sendiri bagaimana Bu, biasa pake buku paket, LKS atau dua-duanya?

Guru A: Dua-duanya

Peneliti: Kalau buku, pinjaman dari perpustakaan…

Guru A: Yah ada, ada beberapa yang pinjam dari perpus tapi ada juga yang beli. Kalau selama saya disini, kalau untuk fisika, anak-anak itu bebas tidak saya suruh beli yang apa, yang penting pinjam juga boleh yang penting ada materi yang sedang kita bahas gitu aja tapi harus punya. Kamu harus usaha loh, andai tidak punya pun pada saat butuh barangnya itu harus ada karena untuk latihan, LKS untuk latihan-latihan soal, kan ngga mungkin dibahas di kelas semua toh itu belajarnya saya mewajibkannya seperti itu. Beli boleh, pinjam juga silahkan.


(4)

Peneliti: Menurut ibu, karakteristik orang IPA terutama fisika itu harus bisa apa Bu?

Guru A: Mungkin kan mestinya anaknya itu logis yah. Karena kadang-kadang logika itu,kalau logika bagus itu kadang-kadang tidak usah diberi turnya, itu kan

dia mengadapi anuh…Kalau orang IPA kan ciri khasnya berpikir kritis yah,

berpikir sains gitu, memecahkan masalah gitu yah, dengan metode tahapan seperti itu. Ada masalah dia prediksi sendiri lalu cari benaranya seperti apa, dari prediksinya itu benar apa ngga entah lewat eksperimen, entah lewat membaca, entah lewat mencoba hal-hal yang sederhana seperti itu.

Peneliti: Karakterisitik orang MIPA itu seperti yang ibu sampaikan tadi kan bisa meneliti, bisa merumuskan masalah terus bisa menganalisis, kalau dalam proses pembelajaran IPA itu diimpelementasikan lewat sehingga mereka bisa mengembangkan karakteristik orang IPA terutama fisika?

Guru A: Harusnya lewat kegiatan Lab. Kegiatan lab itu kan mestinya ngga cuman bekerja di dalam lab sebetulnya bisa dilakukan diluar lab gitu yah yang penting ada alat ukurnya, ada yang dipake untuk mengukur alat ukurnya, misalnya aja diajak kemana, outbond misalnya. Outbond kan bukan milik anak IPS aja yah misalnya mereka belajar ekonomi tentang perbankkan mereka di lepas ke bank tapi mereka bisa aja anak IPA di lepas ke parangtritis mengukur tekanan udara disana, kecepatan angin dan sebagainya itu kan jadi sebuah proyek pekerjaan. Kalau orang IPA logikanya lah yang harus dikembangkan. Logikanya dan dia harus menghadapi apa yah keadaan yang dia temukan itu, pengen mencari solusinya. Kalau kita mungkin yang lebih kerennya yah berpikir ilmiah.

Peneliti: Dari ibu sendiri, sejauh ini apakah merasa sudah membekali siswa dengan kemampuan seperti itu?

Guru A: Belum bisa maksimal. Saya sudah berusaha maksimal tapi hasilnya menurut saya belum maksimal karena tidak semua anak, nda usah tidak semua, tidak 50% tapi mungkin lebih kecil dari 50% yang mampu seperti itu. Kalau anak


(5)

sini masih mending karena ada pelatihan dasar penelitian yah jadi awalnya mereka sering dipaksa toh nantinya lama-lama karena tau kebiasaanya kaya gini lama-lama mereka bisa sendiri jauh lebih bisa daripada gurunya. Gurunya ngga

bisa membuat yang anuh… dia bisa. Karena dia ini yah tertarik dengan… tapi itu

tidak signifikan dengan nilai fisikanya loh makanya pemerintah tinggal mintanya yang mana.kalau dari pemerintah kan minta nilai. Anak itu pas pelajaran, nilai

fisikanya…Selama ini saya tidak pernah lihat dia mendapatkan nilai yah artinya bersama teman-teman yang lain karena yang bagus hanya satu dua orang tapi dia konsisiten memilihnya. Waktu saya tanya juga, kamu ambil apa dek, kalau tidak fisika saya milih teknik nuklir. Waktu dia mengajukan beasiswa ke turki yang

dipilih apa dek “fisika”. Beasiswa ke turki kan dia dulu membuat periskop terus

tingkat nasional juara 2 tapi fisikanya tidak signifikan antara nilai fisikanya dan kecintaan dia terhadap fisika. Kalau dia tidak senang ngga mungkin dia memilih jurusan fisika karena dia tau konsekwensinya. Konsekwensinya kenyataanya dia nilainya ngga pernah bagus. Mungkin konsep fisika dia bagus cuman ngga cocok. Kalau saya pribadi saya lebih suka dia tahu konsepnya tapi nilainya itu saya nanti gampanglah. Yang penting dia berusaha diremedi gitu sampai tuntas. Kalau pemerintah kan ngukurnya dari situ.

Peneliti: Dari pengamatan ibu ketika ekpserimen, mereka menyenangi eksperimennya atau ?

Guru A : Sebagian besar menyenangi apalagi kalau anak itu tahu konsepnya yah. Tapi kalau tidak yah sekedar caranya ini untuk nyari ini, dicari ini dulu cuman gitu doang. Kalau bahasa saya ngga bermakna.

Peneliti: Sejauh ini berapa praktikum yang sudah ibu terapkan ke siswa kelas XI? Guru A: Kalau kelas XI itu kalau sini kan praktikum sore yah, satu tahun ajaran ada 8 praktikum tapi dengan alat terbatas tidak semuanya. saya tidak menerapkan praktikum didalam pembelajaran saya yang terpadu tapi disini programnya pratikum tujuannya nanti pas ujian praktek itu mereka bisa, cuman nanti saya masukan dipembelajaran itu karena dia sudah melakukan percobaan misalnya saja


(6)

waktu saya membahas tentang elastisitas itu sudah praktikum tentang menentukan konstanta pegas. Itu kalau mereka belum belajar elastisitas kan mereka ngga mudeng konstanta pegas itu apa kan ditulis tujuan menentukan konstanta pegas, cara kerja ini diukur awalnya berapa, digantungi beban sekian gram bertambah berapa dan seterusnya toh nah nanti pada saat pembelajaran karena mereka sudah melakukan toh. Sudah toh praktikum menentukan konstanta pegas, sudah, masih ingat caranya, masih.